Lovina Aresta Putri (H44190058) 2. Anggitha Noor Khasanah (H44190060) 3. Chindy Yunia Anggraeni (H44190061) 4. Aditya Handoyo Putra (H44190062)
Lovina Aresta Putri (H44190058) 2. Anggitha Noor Khasanah (H44190060) 3. Chindy Yunia Anggraeni (H44190061) 4. Aditya Handoyo Putra (H44190062)
Oleh :
1. Lovina Aresta Putri (H44190058)
2. Anggitha Noor Khasanah (H44190060)
3. Chindy Yunia Anggraeni (H44190061)
4. Aditya Handoyo Putra (H44190062)
2
ABSTRAK
Konversi lahan sawah masih menjadi ancaman untuk keberlanjutan
swasembada pangan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sulitnya mengendalikan
alih fungsi lahan sehingga lahan pertanian semakin menyempit dan produktivitas
pertanian menurun. Dalam jangka panjang, jika konversi lahan pertanian tetap
dilakukan dan tidak adanya pengendalian alih fungsi lahan maka ketahanan pangan
dapat terancam karena deficit pangan akan terjadi dan Indonesia akan bergantung pada
impor beras dari negara lain. Konversi lahan juga terjadi di Kabupaten Bojonegoro
yang dikenal sebagai penyangga bahan pangan nasional Indonesia. Seluas 184.525 m3
lahan pertanian di Kabupaten Bojonegoro sudah beralih fungsi menjadi ladang minyak
dan gas bumi juga industri lainnya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui kebijakan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam
melindungi lahan pertanian pangan yang berkelanjutan serta mengetahui karakteristik
instrument kebijakan yang digunakan dalam melindungi lahan pertanian pangan yang
berkelanjutan di Kabupaten Bojonegoro. Dalam mencapai tujuan penelitian, pada
penelitian instrumen kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan ini dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kabupaten Bojonegoro menggunakan
metode pendekatan problem approach dalam merumuskan kebijakannya.
Sesuai Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 mengenai kebijakan Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Bojonegoro menggunakan
pendekatan instrumen wajib, instrumen campuran, dan instrumen sukarela.
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
bahan pangan dari negara lain. Kabupaten Bojonegoro ialah salah satu daerah di Jawa
Timur yang dikenal sebagai penyangga bahan pangan nasional Indonesia. Menurut data
yang dikemukakan oleh Dinas Pertanian, seluas 184.525 m3 lahan pertanian telah
dialihfungsikan sebagai wilayah industri dan fasilitas umum seperti rumah sakit, hotel,
dan puskesmas (2014-2015). Dalam mengatasi permasalahan alih fungsi lahan,
peranan terpenting dipegang oleh Pemerintah wilayah Kabupaten Bojonegoro. Oleh
karena, berbagai kebijakan baru dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan mengkaji penulisan mengenai
“Analisis Instrumen Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan Studi Kasus Wilayah Kabupaten Bojonegoro “.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan proses perumusan
kebijakan Perlindungan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dilakukan pemerintah
Kabupaten Bojonegoro; (2) Mendeskripsikan karakteristik instrument kebijakan yang
digunakan dalam kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
Kabupaten Bojonegoro.
5
BAB II
METODE PENELITIAN
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
d. Rumusan Program Pembangunan
Hasil yang diperoleh mengenai rekomendasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan terdiri dari lahan basah dan lahan kering. Kabupaten Bojonegoro
memiliki lahan basah seluas kurang lebih 43.926,42 Ha yang tersebar pada 14
kecamatan dan yang ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan seluas kurang lebih 32.430,40 Ha. Sementara itu, untuk lahan
kering, Kabupaten Bojonegoro memilliki seluas kurang lebih 32.21 Ha yang
tersebar pada 17 kecamatan dan yang ditetapkan sebagai sebagai kawasan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah seluas kurang lebih 33.333,57
Ha.
8
c. Dikembangkannya lahan terlantar dimana tanah tersebut merupakan tanah yang
tidak dimanfaatkan sejak tanggal pemberian hak diterbitkan atau bekas galian
bahan tambang yang telah direklamasi selama tiga tahun atau lebih
d. Pengembangan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan terhadap lahan yang
tanaman tahunannya belum menghasilkan dan lahan yang di sela-sela tanaman
tahunannya terdapat ruang untuk ditanami tanaman pangan.
Setelah semua proses pembentukan kebijakan telah dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro, maka akan dilakukannya implementasi kebijakan. Namun
Implementasi kebijakan baru dapa dilakukan jika Rancangan Peraturan Daerah
mengenai Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah diusulkan kepada
DPRD dan Bupati Kabupaten Bojonegoro dan telah resmi ditetapkan.
9
Pembenahan mekanisme perizinan alih fungsi lahan
Pembinaan dan pelatihan kepada petani
Bantuan keringanan PBB
Instrumen sukarela yang digunakan di Kabupaten Bojonegoro adalah
dibentuknya kelompok tani, HIPPA, dan kontak tani. Namun, untuk instrument pasar
di Kabupaten Bojonegoro belum terealisasi secara maksimal akibat belum adanya
jaminan harga pasar terhadap penjualan bahan pangan pokok.
10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, B., & Friyatno, S. (2002). Dampak konversi lahan sawah di Jawa terhadap
produksi beras dan kebijakan pengendaliannya. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian, 1-33
Irawan, B. (2008). Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Konversi Lahan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, 116-131.
Keiky, Y. R. (2016). Instrumen Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 116-125.
Park, J. (2013). Land Rent Theory Revisited. Guilford Press Perodical Journals.
12