Anda di halaman 1dari 12

Analisis Instrumen Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan Studi Kasus Wilayah Kabupaten Bojonegoro

Oleh :
1. Lovina Aresta Putri (H44190058)
2. Anggitha Noor Khasanah (H44190060)
3. Chindy Yunia Anggraeni (H44190061)
4. Aditya Handoyo Putra (H44190062)

Dosen : Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2


ABSTRAK ................................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II .......................................................................................................................... 6
METODE PENELITIAN ........................................................................................... 6
BAB III ......................................................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 7
3.1 Proses Perumusan Kebijakan Perlindungan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang Dilakukan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro ................ 7
3.1.1 Identifikasi Masalah .................................................................................. 7
3.1.2 Menentukan Alternatif Kebijakan ........................................................... 8
3.1.3 Memilih Alternatif Kebijakan .................................................................. 8
3.2 Karakteristik Instrumen Kebijakan yang Digunakan dalam Kebijakan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten
Bojonegoro ............................................................................................................... 9
BAB IV ....................................................................................................................... 11
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 11
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 11
4.2 Saran ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

2
ABSTRAK
Konversi lahan sawah masih menjadi ancaman untuk keberlanjutan
swasembada pangan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sulitnya mengendalikan
alih fungsi lahan sehingga lahan pertanian semakin menyempit dan produktivitas
pertanian menurun. Dalam jangka panjang, jika konversi lahan pertanian tetap
dilakukan dan tidak adanya pengendalian alih fungsi lahan maka ketahanan pangan
dapat terancam karena deficit pangan akan terjadi dan Indonesia akan bergantung pada
impor beras dari negara lain. Konversi lahan juga terjadi di Kabupaten Bojonegoro
yang dikenal sebagai penyangga bahan pangan nasional Indonesia. Seluas 184.525 m3
lahan pertanian di Kabupaten Bojonegoro sudah beralih fungsi menjadi ladang minyak
dan gas bumi juga industri lainnya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui kebijakan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam
melindungi lahan pertanian pangan yang berkelanjutan serta mengetahui karakteristik
instrument kebijakan yang digunakan dalam melindungi lahan pertanian pangan yang
berkelanjutan di Kabupaten Bojonegoro. Dalam mencapai tujuan penelitian, pada
penelitian instrumen kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan ini dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kabupaten Bojonegoro menggunakan
metode pendekatan problem approach dalam merumuskan kebijakannya.
Sesuai Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 mengenai kebijakan Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Bojonegoro menggunakan
pendekatan instrumen wajib, instrumen campuran, dan instrumen sukarela.

Kata Kunci : Konversi Lahan, Kebijakan, Kabupaten Bojonegoro

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sering dikenal sebagai negara agraris dengan luas daratan lebih dari
190,9 juta hektare. Sebanyak 37,1% diantaranya dimanfaatkan sebagai tempat
pembudidayaan seperti lahan pertanian, perkebunan, lahan sawah, ladang, dan
penggunaan lainnya, sedangkan 62,9% sisanya masih berwujud hutan. Wilayah daratan
yang begitu luas dan diikuti luas lahan pertanian hingga menyentuh angka 39,5 juta
hektare dari seluruh luas daratan, membuka potensi bagi Indonesia dalam
memproduksi bahan pangan dalam jumlah yang cukup besar.
Semakin berkembangnya zaman, laju pertumbuhan masyarakat yang kian pesat
menuntut semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan dan tempat tinggal. Hal ini
menjadi penyebab utama terjadinya alih fungsi lahan besar-besaran di suatu daerah dan
berakibat pada hilangnya lahan pertanian para petani. Lahan pertanian yang semakin
menipis akan menyebabkan menurunnya jumlah produksi pangan. Jumlah produksi
yang semakin sedikit pastinya tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia yang melebihi 225 juta jiwa. Konversi lahan atau yang lebih
akrab didengar kegiatan alih fungsi lahan merupakan fenomena yang sedang marak
terjadi ditengah pembangunan ekonomi suatu negara. Alih fungsi lahan pertanian
seperti lahan sawah menjadi permukiman akan memberikan dampak buruk bagi
lingkungan seperti hilangnya daerah resapan yang akan berujung pada terjadinya erosi
lahan bahkan banjir. Terjadinya alih fungsi lahan juga akan menjadi ancaman serius
bagi keberlanjutan swasembada pangan.
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau dengan produktivitas lahan dan kinerja
petani yang tinggi jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain. Namun, Pulau Jawa juga
salah satu pulau dengan tingkat alih fungsi dan konversi lahan pertanian terbesar di
Indonesia. Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat akan berdampak pada
penurunan produktivitas pertanian jika tidak adanya pengendalian. Dalam jangka
panjang, defisit pangan terjadi dan mengharuskan Indonesia bergantung pada impor

4
bahan pangan dari negara lain. Kabupaten Bojonegoro ialah salah satu daerah di Jawa
Timur yang dikenal sebagai penyangga bahan pangan nasional Indonesia. Menurut data
yang dikemukakan oleh Dinas Pertanian, seluas 184.525 m3 lahan pertanian telah
dialihfungsikan sebagai wilayah industri dan fasilitas umum seperti rumah sakit, hotel,
dan puskesmas (2014-2015). Dalam mengatasi permasalahan alih fungsi lahan,
peranan terpenting dipegang oleh Pemerintah wilayah Kabupaten Bojonegoro. Oleh
karena, berbagai kebijakan baru dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan mengkaji penulisan mengenai
“Analisis Instrumen Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan Studi Kasus Wilayah Kabupaten Bojonegoro “.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana proses perumusan kebijakan Perlindungan
Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Bojonegoro?; (2) Apa saja karakteristik
instrumen kebijakan yang digunakan dalam kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan proses perumusan
kebijakan Perlindungan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dilakukan pemerintah
Kabupaten Bojonegoro; (2) Mendeskripsikan karakteristik instrument kebijakan yang
digunakan dalam kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
Kabupaten Bojonegoro.

5
BAB II
METODE PENELITIAN

Dalam mencapai tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam


penelitian ini adalah studi pustaka/studi literatur. Studi pustaka merupakan salah satu
bentuk penelitian yang berisikan teori-teori yang relevan yang ada dalam penelitian.
Menurut Mardalis pada tahun 1990, studi kepustakaan adalah sebuah studi yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam
sumber yang ada di perpustakaan seperti buku, majalah, jurnal, dokumen, kisah-kisah
sejarah, dan sebagainya. Metode studi kepustakaan juga dapat dilakukan dengan
memelajari berbagai referensi buku serta hasil penelitian yang telah ada pada tahun
sebelumnya dan berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang
akan diteliti (Sawrono, 2006). Studi kepustakaan juga dilakukan berdasarkan teknik
pengumpulan data dengan menelaah literatur, buku, catatan, serta berbagai laporan
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diatasi (Nazir, 1988). Sedangkan
menurut berbagai ahli, studi kepustakaan merupakan referensi, kajian teoritis, serta
literatur ilmiah yang berkaitan dengan budaya, norma, dan nilai yang berkembang pada
suatu lingkungan sosial yang diteliti (Sugiyono, 2012).

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Proses Perumusan Kebijakan Perlindungan Pertanian Pangan Berkelanjutan


yang Dilakukan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menggunakan pendekatan problem
approach dalam perumusan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan pertanian atau
yag dikenal dengan kebijakan mengenai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B). Pelaksanaan proses perumusan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro terhadap Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian
Berkelanjutan adalah sebagai berikut:

3.1.1 Identifikasi Masalah


Identifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dilakukan oleh
Bappeda Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2015 dikhususkan untuk mengidentifikasi
dan melakukan pemetaan lahan pertanian dalam rangka penetapan lahan pertanian
pangan berkelanjutan di Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan identifikasi lahan pertanian
pangan berkelanjutan meliputi:
a. Kondisi Wilayah Perencanaan
Identifikasi mengenai gambaran umum wilayah terutama data-data terkait
pertanian misalnya produktivitas, jumlah petak sawah, indeks pertanaman
,jumlah produksi, sumber air, dan irigasi.
b. Lahan Pertanian Kabupaten Bojonegoro
Melakukan verifikasi data yang ada di lapangan dengan menggunakan data
pendukung seperti peta terkini dengan citra satelit dan survei lapang.
c. Analisis Eksisting Lahan Pertanian
Tujuan dari analisis adalah memperoleh karakteristik lahan pertanian sebagai
Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B), dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LCP2B).

7
d. Rumusan Program Pembangunan
Hasil yang diperoleh mengenai rekomendasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan terdiri dari lahan basah dan lahan kering. Kabupaten Bojonegoro
memiliki lahan basah seluas kurang lebih 43.926,42 Ha yang tersebar pada 14
kecamatan dan yang ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan seluas kurang lebih 32.430,40 Ha. Sementara itu, untuk lahan
kering, Kabupaten Bojonegoro memilliki seluas kurang lebih 32.21 Ha yang
tersebar pada 17 kecamatan dan yang ditetapkan sebagai sebagai kawasan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah seluas kurang lebih 33.333,57
Ha.

3.1.2 Menentukan Alternatif Kebijakan


Dalam menentukan alternative kebijakan pemerintah setempat melakukan
sosialisasi kepada masyarakat terkait mengenai kebijakan Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan tujuan untuk mengenalkan masyarakat bahwa
kebijakan tersebut dapat melindungi lahan pertanian dan petani dari alih fungsi lahan
dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam mewujudkan lahan pertanian
pangan berkelanjutan.

3.1.3 Memilih Alternatif Kebijakan


Kabupaten Bojonegoro melakukan penambahan cadangan lahan pertanian
pangan berkelanjutan sebagai pemilihan alternatif kebijakan oleh Pemerintah. Dalam
penambahan cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan terhadap lahan marginal, lahan
terlantar, dan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan perlu dikembangkan.
b. Pengembangan lahan lahan pasir dan kapur/karst yang tidak dimanfaatkan
untuk kepentingan pertambangan dan pariwisata serta belum dimanfaatkan oleh
masyarakat atau di luar kawasan lindung geologi untuk lahan pertanian pangan
berkelanjutan.

8
c. Dikembangkannya lahan terlantar dimana tanah tersebut merupakan tanah yang
tidak dimanfaatkan sejak tanggal pemberian hak diterbitkan atau bekas galian
bahan tambang yang telah direklamasi selama tiga tahun atau lebih
d. Pengembangan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan terhadap lahan yang
tanaman tahunannya belum menghasilkan dan lahan yang di sela-sela tanaman
tahunannya terdapat ruang untuk ditanami tanaman pangan.
Setelah semua proses pembentukan kebijakan telah dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro, maka akan dilakukannya implementasi kebijakan. Namun
Implementasi kebijakan baru dapa dilakukan jika Rancangan Peraturan Daerah
mengenai Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah diusulkan kepada
DPRD dan Bupati Kabupaten Bojonegoro dan telah resmi ditetapkan.

3.2 Karakteristik Instrumen Kebijakan yang Digunakan dalam Kebijakan


Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Bojonegoro
Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 menjelaskan bahwa instrument campuran,
instrument wajib, dan instrument sukarela telah digunakan dalam kebijakan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Karakteristik instrument
kebijakan yang bersifat wajib telah menunjukkan keterlibatan pemerintahan yang
tinggi dalam kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di wilayah
Kabupaten Bojonegoro, sedangkan instrument kebijakan yang bersifat sukarela
menunjukkan keterlibatan masyarakat yang masih belum terakomodasi secara
maksimal.
Instrumen kebijakan regulasi yang telah diberlakukan di wilayah Kabupaten
Bojonegoro antara lain:
 Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2011 tentang RT/RW mengenai Penetapan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam
 Program pengoptimalan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Instrumen kebijakan campuran yang telah diberlakukan di wilayah Kabupaten
Bojonegoro antara lain:
 Penyaluran bantuan alat produksi pertanian dan dana PUAP

9
 Pembenahan mekanisme perizinan alih fungsi lahan
 Pembinaan dan pelatihan kepada petani
 Bantuan keringanan PBB
Instrumen sukarela yang digunakan di Kabupaten Bojonegoro adalah
dibentuknya kelompok tani, HIPPA, dan kontak tani. Namun, untuk instrument pasar
di Kabupaten Bojonegoro belum terealisasi secara maksimal akibat belum adanya
jaminan harga pasar terhadap penjualan bahan pangan pokok.

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menggunakan pendekatan problem


approach dalam perumusan kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan.
Proses perumusan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
yaitu, identifikasi masalah, menentukan alternatif kebijakan, lalu memilih alternatif
kebijakan. Setelah semua proses pembentukan kebijakan dilakukan, Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro akan melakukan implementasi kebijakan.

Pendekatan karakteristik instrumen kebijakan di Kabupaten Bojonegoro


menggunakan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009, yang berisi tentang kebijakan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menggunakan instrumen wajib,
instrumen campuran, dan instrumen sukarela. Selama ini instrument wajib di
Kabupaten Bojonegoro menunjukkan keterlibatan pemerintah yang tinggi, namun
instrumen kebijakan yang bersifat sukarela dan berorientasi pada pasar dan melibatkan
partisipasi masyarakat masih kurang diakomodasi.

4.2 Saran

Perlu upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro


dalam mencapai hasil output yang diharapkan seperti pedekatan kepada pemilik lahan
dengan mempertimbangkan besaran insentif yang akan diberikan kepada petani
sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itu, pendekatan
hukum yang diterapkan masih memiliki kelemahan. Sehingga peraturan-peraturan
tentang lahan masih belum mampu untuk mengendalikan kegiatan konversi lahan
sawah di Jawa. Maka diperlukan dukungan peraturan lainnya seperti pengawasan dan
penerapan sangsi yang adil agar dapat mencapai output yang diharapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, B., & Friyatno, S. (2002). Dampak konversi lahan sawah di Jawa terhadap
produksi beras dan kebijakan pengendaliannya. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian, 1-33
Irawan, B. (2008). Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Konversi Lahan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, 116-131.
Keiky, Y. R. (2016). Instrumen Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 116-125.
Park, J. (2013). Land Rent Theory Revisited. Guilford Press Perodical Journals.

12

Anda mungkin juga menyukai