Anda di halaman 1dari 6

EPIDEMIOLOGI

CLINICAL EPIDEMIOLOGY

Disusun oleh :
1. Lintang Virghiarumbee Nawanuan (P07134122021)
2. Hariya Ulfa Wahyuning Prahesti (P07134122035)
3. Zahira Nur Khairunisa (P07134122047)
4. Aghni Wahyu Hidayah (P07134122055)
5. Laila Ar Rosyidah (P07134122056)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2023
A. Pengenalan
Epidemiologi klinis adalah penerapan prinsip dan metode epidemiologi pada
praktik kedokteran klinis. Tujuan epidemiologi klinis adalah untuk membantu
pengambilan keputusan tentang kasus-kasus penyakit yang teridentifikasi.
Epidemiologi berurusan dengan populasi dan kedokteran klinis berurusan dengan
individu.
Hal yang harus diperhatikan dalam epidemiologi klinis adalah:
1. Definisi normalitas dan abnormalitas
2. Keakuratan tes diagnostic
3. Riwayat alamiah dan prognosis penyakit
4. Efektivitas pengobatan
5. Pencegahan dalam praktik klinis
B. Definisi Normalitas dan Kelainan
Konsultasi klinis memprioritaskan untuk menentukan apakah gejala atau hasil
tes diagnostik pasien normal atau abnormal. Perbedaan dan pengukuran orang
normal dan abnormal diperlukan sebelum penyelidikan atau untuk perawatan lebih
lanjut. Perbedaan yang jelas pada kondisi normal dan abnormal jarang terjadi,
kecuali pada kelainan genetik yang ditentukan oleh gen dominan tunggal.
Pengukuran variabel yang berhubungan dengan kesehatan dapat dinyatakan sebagai
distribusi frekuensi dalam populasi pasien. Terdapat tiga cara untuk membedakan
hasil dalam distribusi seperti itu, yaitu:
1. Normal seperti biasa
Kondisi ini dianggap sebagai normal artinya sering terjadi sebagai normal dan
jarang abnormal. Standar deviasi pada distribusi frekuensi masih dalam batas
normalitas. Secara statistik terdapat peningkatan risiko penyakit dibandingkan
dengan tingkat yang lebih rendah.
2. Abnormal yang terkait dengan penyakit
Perbedaan antara normal dan abnormal dapat didasarkan pada distribusi
pengukuran untuk orang sehat dan sakit, dan kita dapat mencoba untuk menentukan
titik pemisah yang jelas untuk memisahkan kedua kelompok. Pemisahan kasus
dapat menyebabkan kesalahan secara kuantitatif dalam hal sensitivitas dan
spesifisitas tes. Sensitivitas adalah proporsi orang yang benar-benar sakit yang
dikategorikan sebagai abnormal oleh tes. Sedangkan, Spesifisitas adalah proporsi
orang yang benar-benar normal yang dikategorikan normal oleh tes.
3. Abnormal seperti yang dapat diobati
Membedakan antara normal dan abnormal secara akurat harus
menggunakan kriteria yang ditentukan oleh bukti dari uji coba terkontrol. akan
tetapi, banyak keputusan pengobatan harus dibuat tanpa bukti tersebut. Misalnya,
jika kita mengambil pendekatan berbasis bukti untuk mengobati orang dengan
tekanan darah sedikit tinggi, kita harus lebih peduli dengan menilai risiko absolut
(atau awal) pasien penyakit kardiovaskular, dan kurang menekankan pada tekanan
darah mereka yang sebenarnya. Prediksi risiko semacam itu dapat membantu dokter
berkomunikasi dengan pasien.
C. Tes diagnostik
Tujuan pertama dalam situasi klinis adalah untuk mendiagnosis penyakit yang
dapat diobati. Tujuan dari pengujian diagnostik adalah untuk membantu
mengkonfirmasi kemungkinan diagnosis yang disarankan oleh tanda-tanda dan
gejala pasien. Penyakit dapat berupa ada atau tidak ada dan hasil tes dapat berupa
positif atau negatif. Sementara tes diagnostik biasanya melibatkan penyelidikan
laboratorium (genetik, mikrobiologis, biokimia atau fisiologis), prinsip-prinsip
yang membantu untuk menentukan nilai tes ini juga harus digunakan untuk menilai
nilai diagnostik tanda dan gejala.
Nilai tes
Terdapat empat kemungkinan kombinasi status penyakit dan hasil tes.
DISEASE
Present Absent
True positive False positive

False negative True negative


Dalam dua kombinasi ini tes telah memberikan jawaban yang benar (positif
benar dan negatif benar), dan dalam dua situasi lainnya telah memberikan jawaban
yang salah (positif palsu dan negatif palsu). Nilai prediktif positif adalah
probabilitas penyakit pada pasien dengan hasil tes yang abnormal, sedangkan nilai
prediktif negatif adalah probabilitas pasien yang tidak memiliki penyakit ketika
hasil tes negatif.
D. Riwayat alamiah dan prognosis
Riwayat lmiah mengacu pada tahapan penyakit meliputi: tahap
presimtomatik yaitu dari dari awal perubahan patologis hingga munculnya gejala
atau tanda pertama dan tahap ketika penyakit ini jelas secara klinis dan dapat
mengalami remisi dan kambuh, mundur secara spontan atau berkembang menjadi
kematian.
E. Prognosis
Prognosis adalah prediksi perjalanan penyakit dan dinyatakan sebagai
probabilitas bahwa peristiwa tertentu akan terjadi di masa depan. Prediksi
didasarkan pada kelompok pasien yang ditentukan dan hasil dapat sangat bervariasi
dari satu pasien ke pasien lainnya. Namun, mengetahui kemungkinan prognosis
akan membantu menentukan pengobatan yang paling bermanfaat. Faktor
prognostik adalah karakteristik yang terkait dengan hasil pasien untuk penyakit itu.
Misalnya, prognosis pada pasien dengan infark miokard akut tergantung langsung
pada fungsi miokard yang tersisa. Memprediksi prognosis dan hasil yang baik
membutuhkan data epidemiologis dari beberapa pasien. Pengalaman klinis saja
tidak cukup untuk ini, karena sering didasarkan pada kelompok pasien yang
terbatas dan tindak lanjut yang tidak memadai. Misalnya, pasien di kantor dokter
tidak harus mewakili semua pasien dengan penyakit tertentu, pasien dapat dipilih
berdasarkan tingkat keparahan penyakit atau karakteristik lain, atau berdasarkan
karakteristik demografis, sosial atau pribadi pasien. Selain itu, karena banyak
dokter tidak mengikuti pasien mereka secara sistematis, mereka memiliki
pandangan yang terbatas dan seringkali pesimis tentang prognosis penyakit.
Pengamatan klinis dari prognosis yang membaik dari waktu ke waktu
mungkin benar dan karena pengobatan yang lebih baik, tetapi mungkin juga
merupakan artefak karena peningkatan kasus yang lebih ringan yang menerima
pengobatan. Studi epidemiologi yang dirancang dengan baik dapat memberikan
informasi yang dapat dipercaya tentang prognosis. Prognosis adalah prediksi
perjalanan penyakit dan dinyatakan sebagai probabilitas bahwa peristiwa tertentu
akan terjadi di masa depan.
F. Efektivitas Pengobatan
Pengambilan keputusan dalam pengobatan diperlukan pertimbangan yang
matang dengan melihat konsekuensi perawatan yang akan diambil pasien, agar
pengobatan yang diambil tepat sasaran dan tidak merugikan pasien. Keefektifan
suatu pengobatan tidak hanya berdasarkan pertimbangan perawatan yang diambil,
tetapi juga berdasarkan kepatuhan pasien dalam menjalankan proses perawatan
yang sedang dijalani.
G. Penggunaan Pedoman Berdasarkan Bukti
Suatu negara memiliki pedoman yang berbeda dengan negara lain. Hal ini
dikarenakan tidak semua pedoman yang berhasil diterapkan di suatu negara dapat
berhasil juga diterapkan di negara lain. Oleh karena itu, diperlukan pedoman
nasional tiap negara agar dalam praktiknya tidak terhambat karena dalam membuat
keputusan tentang perawatan kesehatan yang tepat untuk keadaan klinis tertentu
memerlukan pedoman yang sudah terbukti di negara tersebut.
H. Pencegahan pada Praktik Klinis
Pengetahuan epidemiologi yang sehat mendorong praktik pencegahan dalam
konteks praktik klinis biasa. Sebagian besar pencegahan ini berada di tingkat
sekunder atau tersier, tetapi pencegahan primer juga dapat dilakukan secara rutin.
1. Penanggulangan risiko
Tenaga kesehatan memiliki banyak kesempatan untuk memberikan saran dan
dukungan kepada pasien sebagai upaya penanggulangan risiko untuk mencegah
penyakit baru atau penyakit yang sudah ada menjadi lebih buruk. Epidemiologi
klinis sering terlibat dalam menentukan efektivitas intervensi ini.
2. Penanggulangan risiko pada pasien dengan penyakit tertentu
Pendekatan berbasis bukti pada pasien dengan penyakit jantung bawaan dan
diabetes terbukti efektif dalam mengurangi morbiditas, namun risiko klinis yang
terjadi di masa depan lebih besar setelah penyakit tersebut terbentuk. Intervensi
perilaku dan farmakologis dapat mempengaruhi prognosis kondisi ini adalah:
berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik, mengubah pola makan, dan
menurunkan berat badan dapat mengurangi risiko hingga lebih dari 60% pada
penderita kelainan jantung bawaan dan membantu mengontrol gula darah pada
penderita diabetes.
Intervensi farmakologis pada kelainan jantung bawaan merupakan pengobatan
jangka panjang terhadap risiko koagulasi, hipertensi dan kolesterol tinggi.
Penggunaan aspirin, B-blocker, dan angiotensin mengurangi risiko serangan
jantung lainnya sebesar 75%. Karena biaya dan kerumitan kecanduan narkoba, serta
hambatan akses, terdapat perbedaan besar dalam pengobatan di berbagai negara.
Terapi kombinasi dosis tetap merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah ini.
Epidemiologi klinis berkontribusi pada peningkatan praktik klinis. Tetapi ahli
epidemiologi harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan praktik klinis dengan
cara yang hemat biaya dan adil. Terdapat banyak intervensi lain untuk penyakit
berisiko tinggi dan bawaan. Ini termasuk manajemen lingkungan, mengurangi
alergi dan faktor risiko lainnya, manajemen stres, konseling dan pembedahan.
.

Anda mungkin juga menyukai