Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber
Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber
Opini
B.P. Sitepu*)
Abstrak
elaras dengan perubahan paradigma terhadap pendidikan, khususnya terhadap pembelajaran,
S tulisan ini membahas tentang penyusunan buku teks pelajaran berbasis aneka sumber. Tulisan
ini diawali dengan perubahan paradigma terhadap pendidikan yang membawa dampak
perubahan kedudukan peserta didik dalam proses belajar dan membelajarkan. Peserta didik
menjadi subjek dan pusat perhatian dalam merancang serta melaksanakan pembelajaran. Pendidik
berperan lebih sebagai perancang, pengelola, fasilitator, tutor, dan mentor. Kemudian, tulisan ini
membahas peranan buku teks pelajaran sebagai salah satu sumber belajar. Berkaitan dengan usaha
memberikan kecakapan belajar agar mampu belajar sepanjang hayat, tulisan ini mengangap perlu
menyusun buku teks pelajaran yang dapat dijadikan acuan dalam mewujudkan pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Isi buku pelajaran dianggap perlu dikembangkan
dengan mendayagunakan berbagai sumber belajar di lingkungan peserta didik. Dalam menyusun
buku yang berbasis aneka sumber itu, tulisan ini menawarkan sejumlah gagasan yang perlu
dikembangkan dalam menyusun isi, metode pengembangan isi, bahasa, ilustrasi, dan grafika buku
teks pelajaran.
Kata kunci: Paradigma pendidikan, pembelajaran, sumber belajar, pembelajaran kontekstual, buku
teks pelajaran.
In the line of paradigm shift about education, particularly in teaching-learning process, this article
discusses the textbooks based on various resources. The first part of this article describes the paradigm
shift about education and its impacts on the learners’ roles in teaching-learning process. The learners
become the subjects and the focus of interest in designing and conducting the instructional programs.
Teacher acts more as an instructional designer and manager, facilitator, tutor, and mentor. Next, this
article discusses the role and function of textbook as learning resource. To make instructional process
becomes active, creative, innovative, effective, and joyful as well as to enable the learners to obtain
life-long learning skill, the textbooks should provide rich information referring to and utilizing various
learning resources available within their environment. With this context in mind, this article proposes
a set of ideas to be elaborated further in developing the textbooks based on various learning resources,
such as considerations in developing content, methods of developing content, language, illustration
and graphic aspects..
Dengan menggunakan teknologi informasi, belajar tentang apa saja, dan belajar untuk tujuan
bahan ajar dapat ditampilkan dengan apa saja. Peserta didik dapat menggunakan
menggunakan media elektronik seperti berbagai alam, lingkungan, orang dan apa saja dalam
bentuk disk (compact disk, flash disk, dll) dengan memperoleh informasi sebagai bahan ajar.
tetap menggunakan format buku. Penerbitan Dengan demikian, bahan ajar tidak hanya
buku elektronik itu lebih cepat dan murah serta bersumber dari buku serta bahan ajar cetak
lebih mudah disebarkan. Di lain pihak dengan lainnya atau dari media noncetak seperti kaset,
menggunakan berbagai program, bahan ajar CD, dan internet/komputer. Bahkan untuk
dapat disusun dan disajikan secara interaktif keperluan tertentu seperti untuk belajar IPA,
dan lebih menarik. Menurut Grycz dalam peserta didik dapat belajar dengan mengamati
Altabach (1998: 131-132) penerbitan buku gejala-gejala alam yang ada di sekitarya. Alam
elektronik berkembang pesat di abad ke-21 ini dijadikan sebagai laboratorium, tempat
dan dapat menggeser kedudukan buku dalam melakukan pengamatan dan percobaan.
wujud kertas apabila tidak dilakukan Sumber, tempat, dan waktu belajar menjadi lebih
penyempurnaan dan penyesuaian dalam terbuka dan lebih luas serta dapat juga menjadi
menyusun dan menyajikan informasi dalam lebih murah. Keberhasilan belajar berbasis
buku konvensional. aneka sumber ini sangat tergantung pada
Mengingat semakin mahalnya harga buku kemampuan dan kejelian pendidik/guru dan
dan berbagai kendala dalam menyalurkan buku peserta didik dalam mengamati dan memilih
ke sekolah, Depdiknas menggunakan buku sumber-sumber belajar yang ada di
elektronik (e-book) yang disebarkan melalui lingkungannya yang tepat dijadikan sebagai
internet. Untuk tahun pelajaran 2008/2009 ini bahan ajar untuk keperluan tujuan belajar
Depdiknas sudah menyebarluaskan 47 judul tertentu.
buku pelajaran pokok dan akan terus meningkat Penyusunan buku teks pelajaran di
hanya sampai 250 judul buku untuk SD/MI, Indonesia dewasa ini terkesan kaku dan kering
SMP/MTs, dan SLTA. Buku elektronik ini dapat sehingga kurang memotivasi siswa untuk
dengan cepat disebarkan dan setiap siswa bebas belajar. Supriadi (2000) melihat keadaan ini
membuka dan mengunduhnya (down load) berkaitan erat dengan pemikiran penyusun
sehingga lebih murah dibandingkan kalau naskah buku teks pelajaran yang beranggapan
naskah buku itu dicetak. bahwa guru akan memberikan uraian lebih rinci
Internet menawarkan berbagai data dan atas bahan ajar yang disajikan dalam buku itu
informasi mutakhir yang dapat dipergunakan sehingga menjadi lebih jelas dan menarik.
sebagai sumber belajar-membelajarkan. Banyak Kebanyakan pula buku teks pelajaran terlalu
ilmuwan dan tokoh menyebarluaskan temuan terikat pada tujuan dan materi pokok yang
dan gagasannya melalui internet. Kemudahan ditetapkan dalam kurikulum, sehingga
memperoleh informasi melalui internet membuat penyusun buku pelajaran kurang memper-
sumber informasi untuk belajar-membelajarkan hatikan sumber-sumber belajar lain yang ada di
tidak hanya terbatas pada kelas, sekolah, dan sekolah dan di lingkungan siswa tinggal. Hal
lingkungan siswa saja tetapi memungkinkan yang demikian menurut Chattry-Komarek (1996)
siswa memperoleh informasi dari berbagai antara lain mengakibatkan belajar kontekstual
tempat di dunia. (Forsyth, 2001). Dengan (contextual learning) kurang terlihat dalam buku
demikian, hal yang penting bagi siswa ialah teks pelajaran.
keterampilan mencari dan memilih informasi Dalam era informasi, di berbagai negara
dari internet secara cepat dan sesuai dengan yang maju di bidang teknologi informasi dan
kebutuhan belajarnya. komunikasi seperti Jepang, Korea, Amerika, dan
Oleh karena berbagai keterbatasan dana dan Inggris, kedudukan buku sebagai alat
sarana pendidikan (khususnya alat-alat pendidikan/pembelajaran secara berangsur
praktik/laboratorium) dan sering juga dialami mulai digantikan oleh teknologi. Buku bukan
kurangnya jumlah tenaga pendidik/guru yang lagi merupakan media cetak tunggal yang
bermutu, dewasa ini berkembang konsep belajar dipergunakan sebagai sumber belajar, tetapi
berbasis aneka sumber yang dikenal dengan telah dapat digantikan oleh perpustakaan
akronim “bebas”. Konsep ini mengembangkan elektronik. Dengan demikian, keterampilan
proses belajar dengan sumber belajar apa saja, membaca yang sebelumnya diandalkan dalam
belajar dari siapa saja, belajar kepada siapa saja, menyerap informasi dari buku/media cetak, di
era informasi ini yang dituntut adalah 2. Unsur yang cukup diperhatikan adalah
kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pembelajaran efektif dalam arti bahwa materi
media. Dengan dianggapnya proses belajar- isi buku dikembangkan untuk dapat
membelajarkan tidak hanya terbatas di kelas/ mencapai kompetensi yang ditetapkan
ruangan yang dibatasi dengan dinding, lantai dalam kurikulum.
dan langit-langit, tetapi dunia terbuka menjadi 3. Penggunaan buku teks pelajaran kurang
ruang belajar maka kedudukan dan fungsi buku memperhatikan sumber-sumber belajar lain,
menjadi berubah. sebagai rujukan atau pengayaan. Dengan
Di Indonesia buku teks pelajaran pada demikian masing-masing buku teks
umumnya masih dijadikan acuan utama dalam pelajaran terkesan disusun berdiri sendiri.
proses pembelajaran. Bahkan di sejumlah 4. Dilihat dari isi dan penyajiannya, buku teks
sekolah guru dapat melaksanakan pembelajaran pelajaran untuk mata pelajaran bahasa
mengacu pada buku teks pelajaran tanpa pernah Indonesia dan Matematika belum disusun
melihat kurikulum. Akan tetapi guru tidak dapat berbasis aneka sumber belajar.
menghadapi kesulitan melaksanakan pembe- Temuan dalam penelitian itu tidak dapat
lajaran tanpa buku teks pelajaran meskipun digenera-lisasikan, karena penyusun buku teks
kurikulum tersedia. Oleh karena sangat pelajaran yang berbeda dapat saja menyusun
beralasan kebijakan Departemen Pendidian buku dengan cara yang berbeda. Sungguh-pun
Nasional yang menyatakan bahwa buku teks demikian, hasil penelitian itu setidak-tidaknya
pelajaran yang dipakai di sekolah harus dipilih merupakan gejala yang mengggugah guru untuk
dari buku-buku yang telah melalui penilaian lebih mencermati isi buku teks pelajaran itu serta
Badan Standar Nasional Pendidikan serta melakukan penyesuaian dalam mengu-
dinyatakan layak nakannya sebagai
melalui keputusan sumber belajar bagi
Menteri Pendidikan siswa dan sumber
Nasional (Permen- pembel-ajaran bagi
diknas No. 11 Thn
Hasil penelitian (2007) yang
guru.
2005). Dalam penilai- dilakukan penulis atas lima judul Oleh karena di
an itu telah diper- buku teks pelajaran SMP terbitan kebanyakan
hatikan kelayakan 2006 menunjukkan, kelima buku sekolah di Indone-
dari segi isi, bahasa, tersebut belum menggunakan sia, guru masih
penyajian, dan kegra- mengandalkan
fikaan. Akan tetapi
pendekatan belajar berbasis aneka
buku teks pelajaran
sejauh manakah sumber. sebagai acuan
penyusunan buku dalam merancang
teks pelajaran ini dan melaksanakan
telah menerapkan prinsip-prinsip belajar pembelajaran serta dalam melakukan evaluasi
berbasis aneka sumber, perlu pencermatan lebih hasil belajar siswa (Pusat Perbukuan, 2005), buku
lanjut. pelajaran perlu disusun sesuai dengan
Hasil penelitian (2007) yang dilakukan perkembangan teori-teori pedagogik dan
penulis atas lima judul buku teks pelajaran SMP mengintegrasikannya dengan sumber-sumber
terbitan 2006 menunjukkan, kelima buku belajar yang ada di lingkungan siswa seperti
tersebut belum menggunakan pendekatan belajar sekolah, rumah, dan masyarakat sehingga proses
berbasis aneka sumber. Kecuali satu, empat dari belajar-membelajarkan dapat membuat siswa
buku yang dipergunakan sebagai buku teks aktif, kreatif, dan inovatif. Dengan demikian
pelajaran untuk Bahasa Indonesia dan
akan terwujud suasana belajar dan
Matematika kelas VIII SMP itu telah dinilai dan
pembelajaran yang efektif, efisien dan
dinyatakan layak dipakai sebagai buku teks
menyenangkan.
pelajaran oleh Mendiknas. Hasil penelitian yang
menggunakan teknik analisis isi menunjukkan
antara lain:
1. Isi dan penyajian kelima buku teks pelajaran Penyusunan Buku Teks Pelajaran
belum sepenuhnya disusun membuat
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, Secara umum dapat dikemukakan, dalam
efektif, menyenangkan, dan kontekstual. menyusun naskah buku teks pelajaran