Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PKK I

PENATALAKSANAAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

OLEH

KELOMPOK VII

NURAENI M.LAILLU R011181705

ANDI SAADAH R0111817 14

WA ATI LA AJI R011181716

ANTONIUS PATI SADIA R011181732

SITTI SYAHRUNI R011181735

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

F A K U L T A S KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Judul Penatalaksaan gangguan sistem pernapasan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam membantu kami menyelesaikan makalah ini. Kami berharap

makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep materi

dan penerapannya dalam aplikasi asuhan keperawatan di lapangan nantinya

dengan kasus yang ditemui sesuai dengan materi yang dibahas.

Tentu banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari bobot materi dan

dalam hal penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat berharap saran dan kritik

yang konstruktif guna penyempurnaan dari makalah ini.

Makassar, Oktober 2019

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN................................................................................2
C. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. FISIOTERAPI DADA..................................................................................3
B. LATIHAN PERNAPASAN........................................................................10
C. HEIMLICH MANUVER............................................................................13
D. TERAPI NEBULIZER...............................................................................16
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A. KESIMPULAN...........................................................................................19
B. SARAN.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem pernapasan merupakan organ yang memiliki fungsi untuk

melakukan respirasi atau pernapasan. Fungsi pernapasan yang sangat vital

adalah mengambil O2 lalu di distribusikan ke seluruh tubuh melalui

peredaran darah untuk proses pembakaran, selanjutnya CO2 akan di

keluarkan dari paru-paru sebagai sisa pembakaran (Setiadi, 2016). Fungsi

lain dari sistem pernapasan adalah menyaring dan melembabkan udara

yang masuk ke dalam paru-paru, menangkap partikel dalam mukus jalan

nafas dan mengeluarkannya melalui mulut untuk dibuang dengan cara

batuk atau ditelan, mencegah masuknya patogen secara inhalasi dengan

mengaktifkan sistem imun (Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2017).

Oleh karena itu proses pernapasan menjadi hal yang sangat penting

sehingga adanya kesulitan dalam bernafas dirasakan sebagai sesuatu yang

mengancam jiwa.

Saluran pernapasan atas terdiri atas jalan nasal, sinus, dan trakea.

Keluhan awal klien dengan gangguan saluran pernapasan atas adalah

masalah pernapasan. Obstruksi pernapasan hidung diobservasi pada klien

dengan polip nasal, septum nasal dengan deviasi, atau fraktur nasal.

Infeksi sinus menyebabkan inflamasi dan kongesti. Gangguan laring juga

dapat menyebabkan masalah pernapasan. Tumor laring menyebabkan

1
obstruksi udara yang masuk ke trakea, juga jalan keluar udara. Paralisis

pita suara (plika vokalis) dan laringospasme juga dapat memengaruhi jalan

udara di laring dan pita suara (plika vokalis) (M.Black & Hawk, 2014).

Oleh karena itu perawat harus mengetahui penatalaksanaan pada gangguan

sistem pernapasan yang menjadi prioritas dalam memberikan asuhan

keperawatan.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui jenis-jenis penatalaksanaan pada gangguan sistem

pernapasan.

2. Mengetahui tindakan Fisioterapi dada dan prosedurnya

3. Mengetahui latihan pernapasan dan prosedurnya

4. Mengetahui Heimlich manuver dan prosedurnya

5. Mengetahui terapi nebulizer dan prosedurnya.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja penatalaksanaan pada gangguan sistem pernapasan?

2. Bagaimana tindakan Fisioterapi dada dan prosedurnya?

3. Bagaimana latihan pernapasan dan prosedurnya?

4. Bagaimana Heimlich manuver dan prosedurnya?

5. Bagaiman terapi nebulizer dan prosedurnya?

2
BAB II

PEMBAHASA

PENATALAKSANAAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

A. FISIOTERAPI DADA

Fisioterapi dada merupakan kumpulan teknik atau tindakan

pengeluaran sputum yang digunakan baik secara mandiri maupun

kombinasi agar tidak terjadi penumpukan sputum yang mengakibatkan

tersumbatnya jalan napas (Aryayuni, Tatiana, & Kep, 2015). Fisioterapi

dada merupakan tindakan drainase postural, pengaturan posisi, serta

perkusi dan vibrasi dada yang merupakan metode untuk memperbesar

upaya klien dan memperbaiki fungsi paru. (Jauhar 2013) dalam (Aryayuni

et al., 2015). Tujuannya adalah mempertahankan kepatenan jalan napas,

mengerluarkan secret dan meningkatkan pola napas yang efektif. Pada

pasien yang mengalami masalah gangguan pernapasan, salah satunya yaitu

masalah sputum atau secret yang berlebih dapat mengganggu sistim

pernapasan seseorang. Dengan tindakan ini dapat mengurangi produksi

sekret yang signifikan dan merupakan tindakan mandiri seorang perawat.

Tindakan fisioterapi dada diantaranya : (Morton et al., 2017)

1. Drainase postural

Posisi drainase postural memfasilitasi drainase secret paru bergerak ke

arah bronkus utama dan trakea dengan bantuan gravitasi berdasarkan

3
anatomi segmen-segmen paru. Drainase postural harus difokuskan

pada lobus yang mengalami atelectasis.

Prosedur tindakan :

a. Persiapan klien

- Memastikan klien membutuhkan fisiotherapi dada dan postural

drainage.

- Menyampaikan salam

- Menginformasikan kepada klien dan keluarga tentang tujuan

dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

- Menganjurkan minum sebelum tindakan dilakukan bila tidak

ada kontraindikasi.

- Memberitahukan supaya klien tidak makan 1-2 jam sebelum

postural drainage dilakukan.

- Menghentikan semua makanan makanan melalui NGT selama

30-45 menit sebelum melakukan tindakan.

- Memeriksa residual isi lambung (bila terpasang NGT), jika

lebih dari 100 ml, tunda tindakan.

b. Persiapan alat

- Tempat tidur klien bila tersedia yang dapat diatur

(diturunkan dan dinailkkan)

- Kursi (untuk mendrinage lobus atas)

- Bantal 1 sampai 4

- Tisu wajah, kantung kertas untuk menampung sputum.

4
- Handuk

- Teko dan air minum

- Sarung tangah

- Stetoskop

- Suction bila klien tidak dapat batuk atau membersihkan secret

sendiri.

- Alas kerja

- Sampiran

c. Pelaksanaan

- Mencuci tangan Memakai sarung tangan

- Melakukan postural drainage dengan cara bantu klien mengatur

posisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan untuk postural

drainage.

- Apabila secret berada pada bronkus lobus apikal anterior atas

bagian kanan dan kiri atur posisi pasien duduk di kursi,

bersandar pada bantal atau duduk semi fowler

- Apabila secret berada pada bronkus lobus apikal posterior atas

bagian kanan dan kiri atur posisi pasien duduk di kursi,

condong ke depan pada bantal atau meja

- Apabila secret berada pada bronkus lobus atas anterior bagian

kanan dan kiri atur posisi klien berbaring terlentang datar

dengan bantal kecil di bawah lutut

5
- Apabila secret berada pada bronkus lobus tengah atas bagian

kiri atur posisi pasien berbaring miring kanan dengan lengan

atas kepala pada posisi trendelenberg dengan kaki tempat tidur

ditinggikan 30 cm, tempatkan bantal di belakang punggung dan

gulingkan pasien seperempat putaran ke bantal

- Apabila secret berada pada bronkus lobus lateral bawah kanan

dan kiri atur posisi pasien berbaring terlentang dengan posisi

tredenlenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai

50 cm. Biarkan lutut menekuk pada bantal.

- Apabila secret berada pada bronkus lobus lateral bawah kanan

atur posisi berbaring miring kanan posisi trendelenberg dengan

kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm.

- Apabila secret berada pada bronkus lobus lateral bawah kiri

atur posisi pasien berbaring miring kanan posisi tredenlenberg

dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm

- Apabila secret berada pada bronkus lobus superior bawah

bagian kanan dan kiri atur posisi pasien berbaring telungkup

dengan bantal dibawah lambung

- Apabila secret berada pada bronkus lobus basal superiorbagian

bawahkanan dan kiri atur posisi pasien tredenlenberg dengan

kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm.

- Menggunakan bantal secukupnya untuyk mempertahankan

posisi dan memberi rasa aman.

6
- Cuci tangan selesai prosedur.

2. Perkusi dada atau clapping

Metode perkusi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.

Perkusi adalah tindakan menepuk dinding dada dengan kedua tangan yang

dibentuk seperti mangkuk, yakni dengan memfleksikan jari-jari tangan dan

menempelkannya ibu jari kuat-kuat ke jari telunjuk. Posisi pasien

ditentukan berdasarkan segmen paru yang akan diperkusi. .Tujuannya

untuk melepaskan secret yang tertahan didalam paru-paru. Prosedur

tindakan adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Alat :

1) Handuk (jika perlu) atau tissue

2) Celemek/perlak

3) Bengkok atau tempat sputum

4) Masker

5) Handscoen

b. Penatalaksanaannya :

1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti

perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur

dan alasan tindakan, cuci tangan.

2) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian

tipis untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak

langsung.

7
3) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian

tipis untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak

langsung.

4) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk

meningkatkan relaksasi

5) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk.

6) Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

secara cepat untuk menepuk dada.

7) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.

8) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang

mudah cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.

9) Cuci tangan

3. vibrasi dada

Vibrasi dilakukan saat pasien menghembuskan napas melalui mulut.

Vibrasi meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara ekkhalasi guna

melepaskan secret. Vibrasi digunakan sebagai pengganti perkusi jika

dinding mengalami nyeri hebat.

Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas.

Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi

dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir

ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang

tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar. Kontra indikasinya

adalah patah tulang dan hemoptisis. Vibrasi digunakan setelah perkusi

8
untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus

yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.Prosedurnya

sebagai berikut :

a. Persiapan Alat :

1) Handuk (jika perlu) atau tissue

2) Celemek/perlak

3) Bengkok atau tempat sputum

4) Masker

5) Handscoen

b. Penatalaksanaan

1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti

perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur

dan alasan tindakan, cuci tangan.

2) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada

yang akan didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-

jari menempel bersama dan ekstensi. Cara lain tangan bisa diletakkan

secara bersebelahan.

3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan

relaksasi

4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta

siku lalu getarkan, gerakkan ke arah bawah.Perhatikan agar gerakan

dihasilkan dari otot-otot bahu.Hentikan gerakan jika klien inspirasi.

5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.

9
6) Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi

ke tempat sputum.

7) Cuci tangan

B. LATIHAN PERNAPASAN

1. Pengertian

Breathing exercise adalah merupakan latihan aktivitas paru dengan

tehnik nafas dalam dan batuk efektif untuk meningkatkan ventilasi

oksigenasi. Latihan pernapasan diaphragmatic breathing exercise

merupakan salah satu teknik latihan pernapasan yang menitik beratkan

penggunaan otot diafragma saat melakukan pernapasan (inspirasi dan

ekspirasi)

2. Tujuan:

Pernapasan diafragmatik bertujuan untuk :

 Membantu menggunakan diafragma dengan benar selama

pernapasan,

 Bermanfaat untuk menguatkan diafragma,

 Menurunkan kerja pernapasan dengan memperlambat frekuensi

pernapasan,

 Menurunkan kebutuhan oksigen,

 Menggunakan kekuatan dan energi yang lebih sedikit untuk

bernapas

3. Prosedur kerja

1
a. Tahap Prainteraksi

 Mencuci tangan

 Menyiapkan alat: Musik/Mp3

b. Tahap Orientasi

 Memberikan salam terapeutik

 Menanyakan perasaan pasien saat ini

 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

kepada klien

 Menjaga privasi klien

c. Tahap Kerja

 Minta klien untuk duduk dan mengambil posisi yang

nyaman sambil memejamkan mata.

 Pastikan privasi klien terjaga.

 Perdengarkan musik atau suara yang lembut sebagai latar

belakang untuk membantu klien merasa rileks.

 Duduk bersama klien tapi tidak mengganggu.

 Anjurkan klien untuk mengistirahatkan pikirannya.

 Ciptakan lingkungan yang tenang.

 Instruksikan klien untuk tarik nafas dalam melalui hidung

sehingga rongga paru berisi udara dan hembuskan secara

perlahan melalui mulut. Lakukan beberapa kali sampai

klien rileks.

1
 Intruksikan klien sambil menghembuskan udara melalui

mulut secara perlahan untuk memusatkan perhatiannya

pada udara yang mengalir dari seluruh tubuh yaitu tangan,

kaki, menuju keparu-paru.

 Kemudian minta klien untuk memusatkan perhatian pada

udara yang mengalir dari paru-paru dan merasakannya

keluar dari tubuh

 Minta klien untuk membayangkan udara keluar dari ujung-

ujung jari tangan dan kaki, minta klien merasakan

kenikmatannya.

 Dengan suara lembut, minta klien untuk memikirkan hal

atau pengalaman yang menyenangkan yang membuat klien

nyaman, tenang dan bahagia.

 Setelah klien merasakan ketenangan, minta klien untuk

melakukan secara mandiri.

 Instruksikan klien untuk mengulangi teknik-teknik ini

apabila terdapat rasa nyeri, cemas, jenuh dan ketegangan

otot.

d. Tahap terminasi

 Evaluasi hasil kegiatan

 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

 Akhiri kegiatan dengan baik

e. Dokumentasi

1
C. HEIMLICH MANUVER
1. Definisi

3. Indikasi
Manuver Heimlich awalnya diperkenalkan pada tahun 1974
a. Orang yang mengalami FBAO (Foreign Body Airway Obstruction),
oleh Dr. Henry Heimlich setelah membuktikan teorinya bahwa
tersedak secara sadar dari benda asing supra-laring yang bersarang
cadangan udara di paru-paru dapat berfungsi untuk mengusir objek
(Jafet, 2018)
dari kerongkongan dengan mendorong ke atas dengan cepat ke bawah
b. Hanya boleh diterapkan pada anak dengan usia > 1 tahun dan dewasa
di bawah tulang rusuk. Benda asing yang berhubungan dengan
pada kondisi FBAO (Thorax, 2017)
tersedak biasanya tertahan di atas tulang rawan krikoid di daerah
c. Pada orang dengan tanda tersedak universal dengan tanda
supra-laring. Adapun manuver itu sendiri, tusukan harus dilakukan di
ketidakmampuan berbicara, bernapas atau batuk sambil mengangkat
atas wilayah epigastrium tepat di bawah tulang rusuk dan diarahkan
kedua tangan ke tenggorokan sendiri (Rodriguez & Brands, 2018).
ke atas menuju kepala pasien (Rodriguez & Brands, 2018).

Heimlich manuver adalah intervensi terkenal untuk pengelolaan

tersedak karena oklusi saluran napas oleh benda asing (Pavitt MJ,

Swanton LL, Hind M, 2017). Maneuver Hemlich adalah maneuver yang

terbukti efektif untuk menangani tersedak (modul bantuan hidup dasar

FKUI).

1
4. Kontraindikasi

a. Pada anak berusia < 1 tahun yang mengalami FBAO karena dapat

menyebabkan cedera pada organ bagian dalamnya (Ebrahimi, 2019).

b. Pasien tidak sadar (Modul Bantuan Hidup Dasar FKUI)

c. Pasien dengan keadaan hamil yang harus dilakukan dengan tekanan

sternum, bukan dengan perut (Rodriguez & Brands, 2018).

5. Komplikasi

Kerusakan intra-abdomen yang serius dapat terjadi karena teknik

yang salah dan penerapan yang luar biasa kuat. Satu studi manikin yang

disebutkan di atas juga menyimpulkan bahwa risiko bahaya serius terjadi

jika benda asing tidak hilang setelah set pertama dorongan. Komplikasi

yang paling sering dilaporkan adalah fraktur tulang rusuk dan perforasi

lambung atau esofagus (Rodriguez & Brands, 2018).

Cedera yang paling umum adalah pecahnya lambung. Impaksi

esofagus dapat terjadi pada individu yang mampu menyuarakan selama

tersedak. Ada kemungkinan besar bahwa orang yang tidak terlatih

mungkin tidak membedakan keadaan pseudo-tersedak dari sebuah episode

obstruksi jalan napas. Dalam situasi seperti itu, penerapan dorong perut

menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal di organ internal. Dampak

makanan di kerongkongan membuat situasi memburuk karena tidak

memungkinkan, tekanan yang akan berkurang dan struktur yang lemah

meningkatkan cedera pada esofagus. Razaboni et al. melaporkan kasus

jejunum perforasi, yang menerima dorongan perut dari penyelamat

1
terlatih. Ini menyiratkan bahwa kekuatan yang berlebihan mungkin

memainkan peran yang lebih besar daripada teknik yang tepat dalam

mengembangkan cedera (Ebrahimi, 2019).

6. Prosedur Pelaksanaan

1) Amankan diri dan lokasi serta perkenalkan diri

2) Memakai perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan, faceshield)

3) Periksa kondisi, tanyakan “apakah anda tersedak/ tercekik ?”

4) Meminta korban untuk batuk (korban dapat batuk dan sadar)

5) Perhatikan apakah korban menjadi batuk tidak bersuara, suara napas

abnormal, kesulitan bernapas, dan tidak sadarkan diri.

6) Mengaktifkan SPGDT

7) Melakukan maneuver Heimlich:

a) Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban

dan letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.

b) Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam

kepalan tangan tersebut. Lingkarkan tubuh korban dengan kedua

lengan kita.

c) Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di

bawah tulang dada atau di ulu hati.

d) Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk

membantu korban membatukkan benda yang menyumbat saluran

1
napasnya. Manuver ini terus diulang hingga korban dapat kembali

bernapas atau hingga korban kehilangan kesadaran

8) Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara perlahan

sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap saluran

napas dibuka saat RJP, penyelamat harus memeriksa apakah terdapat

benda asing pada mulut korban dan mengambilnya apabila

menemukannya (Modul Bantuan Hidup Dasar FKUI).

Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami kegemukan,

manuver hentakan pada perut mungkin tidak efektif. Pada keadaaan-

keadaan tersebut, dapat dilakukan manuver hentakan pada dada:

1. Letakkan tangan di bawah ketiak korban.

2. Lingkari dada korban dengan lengan kita

3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada

korban (sama seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP).

4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan hentakan

ke dalam dan ke atas.

D. TERAPI NEBULIZER

1. Pengertian

Terapi nebulizer merupakan terapi inhalasi uap dengan obat

atau tanpa obat langsung ke dalam saluran pernapasan(Surakarta,

1
2018). Berbagai macam obat yang sering di gunakan pada terapi ini

seperti antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan bronkodilator.

2. Tujuan

Tujuan terapi ini adalah untuk mengencerkan sekret agar

mudah dikeluarkan dan untuk melonggarkan jalan nafas pasien.

3. Alat dan bahan

a) Alat tulis

b) Set nebulizer

c) Obat bronkodilator

d) Bengkok

e) Tissue

f) Spuit 5cc

4. Prosedur kerja

a) Tahap pra interaksi

 Mengecek kembali terapi pasien

 Mencuci tangan

 Menyiapkan alat

b) Tahap orientasi

 Memberikan salam kepada pasien

 Menanyakan identitas pasien(nama dan tanggal lahir)

pasien dengan mencocokan pada papan tempat tidur pasien

 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

keluarga/pasien

1
 Menanyakan persetujuan/kesiapan klien sebelum kegiatan

dilakukan

c) Tahap kerja

 Menjaga privasi pasien

 Mengatur posisi pasien pada posisi duduk/ hight fowler

 Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set

nebulizer

 Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik

 Memasukkan obat sesuai dosis

 Memasang masker pada pasien

 Menghidupkan nebulator dan meminta pasien nafas dalam

melalui mulut sampai obat habis

 Membersihkan mulut & hidung dengan tissue, dibuang ke

bengkok

d) Tahap terminasi

 Merapikan pasien dan lingkungan

 Menjelaskan tindakan sudah selesai

 Membereskan alat-alat

 Mencuci tangan

 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawat.

1
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan

fisiologi menurut hierarki maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk

proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme

tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila

kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka terjadi kerusakan pada

jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi

kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat

dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,

membebaskan saluran pernafasan dari sumbatan yang menghalangi

masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar

berfungsi secara normal. Proses pernapasan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, apabila faktor-faktor tersebut terganggu, maka proses pernapasan

juga akan terganggu. Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam

tubuh terdiri atas tiga tahapan,yaitu ventilasi, perfusi, dan pertukaran gas.

Dalam menangani pasien yang mengalami masalah pernapasan, perawat

dapat melakukan perencanaan keperawata dengan terlebih dahulu

meninjau faktor baik objektif maupun subjektif.

Beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk

menangani masalah oksigenasi diantaranya adalah

1
1. Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat

berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut

maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak

istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret

dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang

terganggu

2. Nebulizer adalah salah alat inhalasi pernapasan yang digunakan untuk

masalah gangguan pernapasan dengan merubah obatnya dalam bentuk

uap dan dihirup. Tentunya tidak semua obat dapat diberikan melalui

inhalasi. Adapun beberapa obat yang termasuk ke dalam terapi

inhalasi adalah bronkodilator, antiinflamasi seperti kortikosteroid,

mukolitik, serta proteolitik. Dimana pemberian obat secara inhalasi

menggunakan teknik atau perangkat yang khusus.

3. Latihan pernapasan bermanfaat untuk otot-otot pernapasan sehingga

dapat meneningkatkan kapasitas lapang paru.

4. Heimlich maneuver merupakan suatu tehnik standar untuk

membebaskan jalan napas dari sumbatan benda asing. Hal ini dapat

dilakukan pada balita dan orang dewasa.

B. SARAN

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami ingin

meminta kritik dan saran dari pembaca serta dosen pembimbing agar

makalah yang kami buat bisa menjadi sempurna dan jauh lebih baik dari

sebelumnya.Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca

2
mudah - mudahan bisa menjadikan makalah ini jauh lebih sempurna dan

bermanfaat bagi semuanya.

2
DAFTAR PUSTAKA

Aryayuni, C., Tatiana, N., & Kep, S. (2015). Pengaruh Fisioterapi Dada

Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan

Pernafasaan Di Poli Anak RSUD Kota Depok, (2), 34–42.

Ebrahimi, M. (2019). Heimlich Maneuver Complications : A Systematic Review

Heimlich Maneuver Complications : A Systematic Review, (September).

https://doi.org/10.4274/eajem.galenos.2019.21033

M.Black, J., & Hawk, J. H. (2014). KEPERAWATAN MEDIKALBEDAH

Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi Bahasa Indonesia

(Edisi 8 Bu). Singapore: ELSEVIER.

Morton, P. gonce, Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, barbara M. (2017).

KEPERAWATAN KRITIS. ( nike budhi Subekti, Ed.) (8 vol 2). Jakarta: EGC.

Pavitt MJ, Swanton LL, Hind M, et al. (2017). Choking on a foreign body : a

physiological study of the effectiveness of abdominal thrust manoeuvres to

increase thoracic pressure, 72(6), 576–578.

Rodriguez, J. A. O., & Brands, D. (2018). Abdominal Thrust Maneuver. In

StatPearls. E-Book.

Setiadi. (2016). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta:

Indomedia Pustaka.

Surakarta, P. K. (2018). Keefektifan pemberian Nebulizer terapi Combivent dan

2
terapi Bisolvon terhadap patensi jalan nafas pada pasien Asma Bronchial,

86–98.

Anda mungkin juga menyukai