Anda di halaman 1dari 3

KAJIAN AKADEMIK

“UIN DARURAT, GERUDUK REKTORAT”

APA KABAR ORGANISASI MAHASISWA UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA ?

Organisasi mahasiswa yang kemudian biasa disebut dengan Ormawa sesuai dengan Keputusan
Dirjen Pendis Nomor 4961 Tahun 2016 merupakan salah satu wahana pengembangan kepribadian dan
peningkatan wawasan dan intelektual, merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem akademis di
lingkup PTKI. Sub elemen ormawa yang terdiri dari SEMA, DEMA, HMJ memiliki peran masing-masing dalam
melaksanakan kedudukan, fungsi dan tanggung jawab. Berbicara mengenai hal tersebut banyak hal yang
harus dikritisi apakah ormawa tersebut melaksanakan fungsi dan tanggungjawab sesuai dengan landasan
hukum yang sudah ditetapkan. Kemudian, bagaimana persoalan yang sedang dihadapi oleh DEMA UIN
Raden Mas Said Surakarta yang baru-baru ini beredar mengenai mahasiswa baru yang dimintai registrasi
salah satu aplikasi marketplace yakni Akulaku dengan alasan sponsorship ? Bagaimana keamanan data
mahasiswa baru karena ini merupakan data pribadi ? Apakah DEMA UIN Raden Mas Said Surakarta
melanggar landasan hukum yang ada di lingkup PTKIN dengan alasan kerjasama ?

Berdasarkan hasil rapat atau pertimbangan Dewan Kode Etik Mahasiswa, DEMA UIN Raden Mas
Said Surakarta yang menghasilkan putusan PBAK diambil oleh universitas dan fakultas dibawah koordinasi
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama. Kedua, DEMA harus melakukan konfirmasi
terhadap OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dengan lembaga keuangan yang ditunjuk. Ketiga, DEMA UIN
dihentikan sementara sampai waktu yang tidak ditentukan dan Ketua DEMA UIN dicopot. Keempat,
diperlukan counter narasi untuk memulihkan nama baik UIN Raden Mas Said yang berkoordinasi dengan
humas universitas dan influencer dari mahasiswa yang memiliki banyak follower. Kelima, keputusan tersebut
mulai berlaku sejak pada tanggal ditetapkan.

RAPAT (PERSIDANGAN SESAT) DEWAN KODE ETIK MAHASISWA UIN RADEN MAS SAID
SURAKARTA

Putusan yang sudah ditetapkan itu merupakan hasil rapat Dewan Kode Etik mahasiswa UIN Raden
Mas Said yang seharusnya rapat tersebut membahas agenda sidang terhadap pihak DEMA UIN, bukan
malah menghasilkan keputusan secara sepihak. Hal ini sedikit mengganjal pada saat pihak yang
bersangkutan tidak diikutsertakan dalam agenda rapat yang seharusnya membahas sidang yang akan
dilakukan, akan tetapi malah menghasilkan putusan. Bahkan, ketua sidang Dewan Kode Etik yang pada
waktu melakukan sidang kode etik, tetapi malah di tunjuk oleh pihak rektorat yaitu Wakil Rektor III, yang
mana apabila menjadi ketua sidang Dewan Kode Etik seharusnya di pimpin orang yang berada di luar jajaran
rektorat, karena ketua sidang harus bersikap netral dan tidak ada hubungan emosional dengan pihak terkait,
Pernyataan tersebut dilanturkan oleh Wakil Rektor III kepada media. Putusan yang sudah dikeluarkan kalau
dikorelasikan dengan Keputusan Rektor UIN Raden Mas Said Nomor 232 Tahun 2023 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Rektor Nomor 121 .a Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Organisasi
Kemahasiswaan Pada Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Poin J mengenai sanksi ormawa
pada ayat 3 sanksi berat berupa pembekuan ormawa apabila: 1. Melanggar pedoman umum ormawa, 2.
Melanggar AD/ART ormawa, 3. Tidak beraktivitas selama 6 bulan atau tidak berkembang atau tidak
mempunyai anggota yang signifikan, 4. Mengalami konflik internal pengurus yang berkepanjangan, 5.
Mengadakan kegiatan yang tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan Kementrian Agama RI. Kalau merujuk
Keputusan Rektor Universitas Raden Mas Said Surakarta Nomor 1003 Tahun 2023, kelima poin tersebut
manakah yang dilanggar oleh DEMA UIN Raden Mas Said, sampai DEMA UIN dibekukan sementara ? patut
dipertanyakan.

CACAT FORMIL KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA NOMOR 1003 TAHUN 2023

Putusan pertama yakni kegiatan PBAK diambil alih oleh universitas dan fakultas, pertanyaan yang
muncul adalah mampukan pihak universitas dan fakultas mempersiapkan konsep PBAK dalam kurun waktu
5 hari ? ataukah PBAK akan diundur waktunya karena kondisi tersebut. Efek domino setelah DEMA UIN
dibekukan selaku penanggungjawab PBAK (Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan) akan
memberikan dampak kepada mahasiswa baru yang akan menjadi peserta PBAK. Putusan kedua yakni
DEMA UIN didesak untuk melakukan konfirmasi terhadap OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Mengacu pada
putusan ketiga mengenai DEMA UIN dihentikan sementara, otomatis segala wewenang yang dilimpahkan
kepada pihak DEMA UIN tidak lagi menjadi tanggungjawab. Putusan yang keempat berbunyi perlu counter
narasi untuk memulihkan nama baik universitas, siapa yang dituju persoalan ini ? apakah DEMA UIN lagi ?
padahal DEMA UIN sedang menerima sanksi dihentikan sementara.
Keputusan tersebut sangat bertentangan dengan Keputusan Rektor Institut Agama Islam Negeri
Surakarta Nomor 178 Tahun 2021 tentang Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa. Dalam Tata Cara
Menjatuhkan Sanksi yang tertuang pada BAB VIII Pasal 10 Ayat 3 Poin b berbunyi “mahasiswa yang
dikenakan sanksi dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Dewan Kehormatan Kode Etik dan
Tata Tertib atas usul penjatuhan sanksi dalam tenggang waktu 7x24 jam sejak surat usulan pemberian sanksi
diterbitkan”. Point tersebut dengan jelas menjelaskan setiap mahasiswa yang dikenai sanksi dapat
mengajukan keberatan/banding dalam kurun waktu 7x24 jam. Dalam hal ini sangat berbanding terbalik
dengan apa yang ada di isi Surat Keputusan Rektor Nomor 1003 Tahun 2023 dimana tidak adanya klausul
tentang peninjauan kembali di kemudian hari jika terdapat kekeliruan.

Persoalan selanjutnya kenapa ketua DEMA UIN tidak hadir dalam sidang kode etik?. Fakta yang ditemukan
yaitu ternyata ketua DEMA UIN tidak diundang dan dihadirkan oleh pihak rektorat. Jika mengacu pada BAB
X Dewan Kehormatan Kode Etik Pasal 13 Ayat 8 yang termaktub dalam Surat Keputusan Rektor tentang
Tata Kelola Ormawa, di situ dijelaskan jika sidang kode etik seharusnya mengundang perwakilan mahasiswa
(Ketua DEMA, SEMA, dan DEMA Fakultas terkait. Dengan dasar ini, maka Surat Keputusan Rektor
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Nomor 1003 TAHUN 2023 dipastikan cacat secara
formil.

Merespon persoalan tersebut atas nama mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta dengan ini
menyatakan sikap:

1. Mendesak Dewan Kode Etik UIN Raden Mas Said untuk mencabut keputusan
penghentian/pembekuan DEMA UIN Raden Mas Said
2. Memaksa Dewan Kode Etik Mahasiswa melakukan transparansi persoalan alur sidang yang bersifat
tidak netral.
3. Menuntut konsep keadilan yang dilakukan oleh Dewan Kode Etik Mahasiswa jika mahasiswa
melakukan pelanggaran sesuai dengan aturan Kode Etik Mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai