Anda di halaman 1dari 5

Tanggal : 07/03/2022

Waktu : 09.30-10.15 WIT


Tempat : Kantor WALHI Maluku Utara
Materi : Sosiologi dan Ekologi Pedesaan Maluku Utara
Narasumber : Herman Oesman
Moderator : Mahmud Ici
Peserta : 16 Orang

Moderator membuka diskusi pada 04.35 WIT.

Moderator
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.
(Mahmud Ici)
Terima kasih Ibu/Bapak dan teman-teman sekalian, yang masih tetap stey diruangan ini
untuk mengikuti materi, mudah-mudahan itu menjadi bekal awal untuk mengikuti materi
selanjutnya, dan semoga energi kita juga bisa kuat sampai penutupan. Materi akan
dibawakan oleh Pak Herman, seorang Doktor Sosiologi di Univerrsitas Muhammadiyah
Maluku Utara, beliau banyak bicara soal sosiologi pembangunan di Maluku Utara,
terutama untuk di daerah pedesaan dan pulau-pulau juga akan memberikan sedikit
gambaran kepada kita semua tentang bagaimana corak pembangunan di Maluku Utara,
paling tidak beliau memberikan gamabaran terkait penggunaan ruang di Desa atau
parrtisipasi masyarakat dalam pembangunan. Misalnya setingkat profil Desa saja hampir
kita tidak punya, seperti di daerah dampingan PAKATIVA, hal ini yang akan Pak Herman
gambarkan ke pada kita sekalian termasuk prosesnya.

Yang menjadi catatan lagi misalnya kita tidak punya tata ruang Desa tentang pembagian
ruang-ruang, contoh pengembangan ekonomi pertanian, ruang untuk pembangunan sarana
umum atau ruang untuk pengembangan perkebunan. Khususnya kalau di Kampong
pembagian tata ruang kita itu nyaris tidak ada.

Selanjutnya akan di pelajari juga tentang struktur sosial, kemudian soal struktur di
pemerintahan Desa, potensi yang kita miliki di kampung (misalnya ada BUMDES: jarang
sekali kita mendengar mereka melakukan survey potensi sebelum memutuskan untuk
mengelolah sebuah usaha), yang paling terakhir itu soal tipologi/karakteristik masyarakat.
Terkait pengalaman-pengalaman di kampong kawan-kawan bisa ceritakan ke Pak Herman.
Contoh kalau dulu orang kumpul kelapa yang jatuh untuk buat minyak itu dianggap biasa,
tapi saat ini tidak lagi, kearifan itu mulai hilang karena semua orang berpikir ekonomis.

__Selanjutnya Moderator mempersilahkan Narasumber untuk memaparkan materi.


Narasumber Assalammualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
(Herman
Bapak/Ibu sekalian, saya diberi tanggung jawab membawa materi yang bagi saya agak berat,
Oesman)
walau saya seoarang dosen. Saya ingin bilang begini:
Refleksi atau renungan:
“desa itu hampir berat pada dua sisi/berlawanan, satu sisi desa itu diberdayakan dalam
berbagai kebijakan dan menjadi acuan pembanguan, tapi sisi lain ada korupsi dana desa, ada
juga degradasi ekologi (lingkungan kita, tidak disadari telah rusak), tatanan integrasi sosial
(jadi kalau adanya perusahan masuk ke Kampong yang awalnya saling sayang, harmoni,
tiba-tiba ada konflik). Apalagi kalau dana desa masuk, saya sampai berpikir adanya dana
desa ini mempengaruhi harmoniasi masyarakat, memporak-porandakan hidup kita, yang
awalnya saling sayang tapi sekarang mulai saling curiga apalagi kalau ada pemilihan Kepala
Desa. Secara umum, orang mengenal kehidupan desa itu harmoni, sederhana, ramah, yang
kita tidak dapat di Kota”.
Ada tiga hal dalam memandang Desa:
1. Cara pandang sebagai kampung halaman: banyak orang yang sudah jauh (merantau)
lalu pulang karena kampung halaman, dibalik cara pandang itu sebenarnya ada yang
salah, karena kita semua meninggalkan Kampung halaman, kita tidak membangun dan
melakukan perubahan di Kampung. Karena cara pandang tersebut akibatnya semua
orang pergi ke Kota, bahkan yang sudah Sarjana (sekolah) saja tidak mau pulang ke
Kampong tapi memilih tinggal dan hidup di Kota, pertanyaannya adalah mengapa
Kampong tidak bisa memberikan kehidupan dan penghidupan?
2. Cara pandang pemerintah yang melihat Desa sebagai wilayah adminnistrasi, dan
organisasi pemerintahan yang paling kecil, paling rendah, dan paling bawa, dalam
hierarki pemerintahan. Padahal rentetan masyarakat paling banyak ini ada di Desa,
sekitar 67% masyarakat itu terdapat di Desa. Tapi kenapa di anggap kecil?
3. Cara pandang libertarian yang melahirkan bahwa Desa itu masyarakat tanpa
pemerintah dan pemerintahan, lalu melahirkan program pemberdayaan masuk Desa
contoh BLT, Dana Desa (DD), dalam artian ini kita mengabaikan institusi desa
Cara pandang tadi menunjukan bahawa desa itu negara kecil, dan menunjukan bahwa adanya
praktek-praktek orang bernegara, desa bukan hanya sebatas kampung halaman, pemukiman
penduduk, perkumpulan komunitas, pemerintahan terendah dan wilayah administrasi semata.
Desa itu laksana negara kecil yang memiliki kekuasaan, pemerintahan, wilayah, rakyat, tanah,
dan sumber daya ekonomi, setiap orang terikat secara sosio-metrik
Ketika seseorang menjadi kepada desa, hanya perihal uang melahirkan konflik sosial didesa.
Survey bank dunia menunjukan bahwa mereka lebih
Secara umum desa itu dikaitkan dengan pertanian, karena Sebagian besar des aitu bermukim
para petani.
Desa di Indonesia itu pertama kali di temukan oleh: Mr. Herman Warner Muntinghe, seorang
belanda anggota.
Tapi dimaluku utara, kita mengenal sudah jauh dari itu
Dari sejarah tadi, maka mereka menamakan dimaluku utara itu mereka menamai sebagai
kampong/kampung
Ini menunjukan sebelum ada negara kampung lebihh dlul
Genealogis: lahir sejak awal sebagai kesatuan kemasyarakatan
Territorial: dibentuk berdasarkan kebutuhan
Legalitas desa:
UU no 22 tahun 99
PP no 72/2005
Ini menandakan bahwa desa itu mengurus sendiri, tapi tambang itu diserahkan ke pusat.
Desa itu punya karakteristik: memiliki sifat homogeny (hanya satu) makannya orang
kampunng itu jujur, selain itu sikap gotong royong. Kalau dikota sudah susah.
Faktro geografis juga mempengaruhi factor kehidupan masyarakat, saya ingat awal reformasi
ada banyak dari Halmahera itu datang ke ternate untuk belanja, bahkan mengeluarkan uang
sebesar 1 milliar. Ketika balik kekampong uangnya sudah habis.
Hubungan sesame anggota keluarga itu semkain intim.
Karakteristik desa:
Mata pencaharian: pertanian, perikanan, usaha kolektif sebagai ciri ekonomi. (contoh ba siu
(tangkap ikan julung) dan setelah itu berbagi dikampng, tapi Sekarang sudah hilang.
Ukuran komunitas:
Tingkat kepadatan penduduk
Lingkungan
Diferesiasi sosial
Interaksi sosial
Soliaritas sosial
Ekologi pedesaan maluku utara:
Sebelum reformasi: desa begitu elok, setelah reformasi dan hadirnya pemekaran
Merupakan Saturday
Ekologi pedesaan juga memfokuskan hubugan interaksi dan adaptassi antara manusia dengan
alam.
Mungkin soal ketahanan kita di desa yang kurang,
Pentingnya Eco-Ethincs: kalau dikota kita sudah tidak dapat lagi, tapi dikampong itu masih
ada. Merupakan teori filsafat tentnag moral ekologi. Kosmetik itu representasi kecantikan.
Karena alam (kosmos) ini cantik, dan itu kita tidak bisa gambarkan, (kosmetik-perempuan-
alam). Contoh beda dingin yang dibuat dari alam.
Tentang otonomi desa: dikampng itu di kenal dengan hukum represif.
Problemnya kemudian adalah Ketika dana desa, maka otonomi daerah hilang,
Perilaku ekonomi masayraakt dikampong iu:
Perilaku timbal balik atau pertukaran.
Perilaku berbagi,
Tukar menukar.
Perekonomian masyarakt desa itu didominasi

Moderator dari pembicaraan tadi, bisa menarik satu kesimpulan sebenarnya yang dibicarakan tadi apakah
masih ada dikampung atau sudah tidak, misalnya tukar-menukar dll. Peserta menyampaikan
kondisi-kondisi ril dikampong.

Peserta dikampong saya, desa sambiki kalau ada masyarakat yang mau bertanam padi, biasanya
mereka ramai-ramai bahkan yang tidak ikut bertanampun mendapatkan hasil. Tapi kalau ada
kelompok tani, mereka memandang bahwa kalau sudah ada kelompok itu cukup kelompok
saja, luar dari itu tidak, bagaimana pandangan bapak soal ini?

Narasumber perubahan sosial, di kenal dengan inklut dan output. Ketika itu muncul dan terus dipeliharan
yang terjadi adlah akan muncul kecemburuan tersebut. Kalau diselesikan harus libatkan
pemedes, agar bisa membagi. Jadi secra tida langsung kalau membentuk kelompokk harus
libatkan semua, agar bisa menjaga integrasi didesa tersebut
Peserta yang saya lihat dampak-dampaknya ialah mempengaruhi sosial-budaya, dengan kondisi sosial
yang terjadi dikampong saat ini apa metode/instrument yang bisa dilakukan agar dapat
mengantisipasi hal demikian? Terus saat kami sebagai generasi muda kalau mau memberikan
pandangan selalu mendaptkan stereotype “anak-anak knk mau bicara”. Akhirnya secara
psikologis terganggu.

Narasumber hal ini butuh di kepemimpinan, harus ada program yang dimana seluruh orang turut
berpartisipasi. Kemudian kita butuh anak kampong yang bisa mempengaruhi hal tersebut,
kemudian tokoh-tokoh sentral lainnnya.

Peserta kalau pengalaman torang dikampong itu, rata-rata torang kehilangan kepercayaan kepada
tokoh-tokoh sentral, akibatnya orang-orang jadi sendiri-sendri, cara mengembalikan
kepercayan itu seperti apa?

Narasumber Kalian bisa datangi Imam desa, Perempuan, Guru Ngaji, atau membangun kesadaran dengan
membuat Pendidikan
peserta biasa didesa itu kita kenal dengan tapal batas dan batas alam, bagaimana jika tanah adat
(batas alam) bertantangan dengan kebijakan pemrintah (wilayah konsesi), contoh di sagea dan
gema, soalnya disana ialah perihal tapal batas dan tidak ada pengakuan kebudayaan
Narasumber kalau pake pendekatan ekonomi akan tidak selesai, tapi kalau budaya akan selesai.

Anda mungkin juga menyukai