Anda di halaman 1dari 18

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ALDY

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043785897

Tanggal Lahir : 10/02/2001

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4332/Hukum Administrasi Negara

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 47/Pontianak

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 29 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ALDY

NIM : 043785897

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4332/Hukum Administrasi Negara

Fakultas : FHISIP

Program StudI : Ilmu Hukum

UPBJJ/UT : 47/Pontianak

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Yang Membuat Pernyataan


ALDY

Nama Mahasiswa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No.1
Badu seorang PNS yang menduduki Jabatan Tinggi Madya di salah satu lembaga dikenal sebagai seorang ulet, pintar,
dan rajin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Karena cita-cita sejak kecil ingin menjadi bupati di
kabupaten daerah asalnya maka ketika akan dilaksanakan pemilihan bupati/wakil bupati di kabupaten daerah asalnya
Badu mendaftarkan sebagai salah satu calon bupati dan pada saat pemilihan umum kepala daerah Badu terpilih sebagai
bupati.
Pertanyaan:
a. Coba anda analisis bagaimana pemberhentian Badu sebagai PNS karena mencalonkan dan kemudian terpilih sebagai
Bupati!
b. Anda uraikan siapakah pejabat yang berwenang memberhentikan Badu sebagai PNS.
Jawab:
a. Pada dasarnya, seorang pegawai negeri pada akhirnya berhenti, dapat berhenti dan diberhentikan dari kedudukannya
sebagai pegawai negeri sipil dengan alasan-alasan yang ditetapkan dalam UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU Nomor
43 Tahun 1999;
1. Meninggal dunia
2. Pensiun
3. Permintaan sendiri
4. Diberhentikan dengan hormat
5. Diberhentikan dengan tidak hormat
Pengertian dari pejabat negara dalam ketentuan umum UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang PNS diartikan sebagai
berikut: Pejabat negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945 dan pejabat negara yang ditentukan oleh UU.
Sementara itu, dalam RUU mengenai aparatur sipil negara, pengertian pejabat negara dijelaskan lebih teperinci
sebagai berikut: Pejabat negara adalah penyelenggara yang menjadi pimpinan dan anggota lembaga negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif, moneter, dan auditif sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945,
dan pejabat lainnya yang ditetapkan dengan UU.
Berdasarkan pengertian mengenai pejabat negara ini, jabatan-jabatan yang dapat dikualifikasikan sebagai jabatan
atau pejabat negara:
1. Presiden/Wakil Presiden
2. Ketua/Wakil, dan anggota MPR
3. Ketua/Wakil, anggota DPR
4. Ketua/Wakil, dan ketua muda, dan hakim agung pada MA, serta ketua/wakil ketua dan hakim pada semua badan
peradilan
5. Ketua/Wakil ketua, dan anggota DPA
6. Ketua/Wakil ketua, dan anggota BPK
7. Kepala perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh
8. Menteri dan jabatan yang setingkat menteri
9. Gubernur dan wakil gubernur
10. Bupati/Wali kota dan wakil bupati/wakil walikota
11. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh UU
Prinsip dasar antara pejabat negara dan pejabat yang lain terdapat dalam proses pengisiannya. Pada pengisian pejabat
negara, hal tersebut tidak didasarkan pada jenjang karir sebagaimana yang terjadi pada pengisian pejabat negeri,
pengisian tersebut lebih ditekankan pada cakrawala politik. Bahkan, pada beberapa jabatan, pengisiannya dilakukan
memlalui proses pemilihan terlebih dahulu, baik pemilihan legislatif (pileg), pemilihan presiden, (pilpres), maupun
pemilihan kepada daerah (pilkada).
Jika melihat Badu yang sebagai PNS kemudian terpilih sebagai Bupati, dapat saya ketahui bahwa dari hal ini Badu
terlibat dalam partai politik. Persyaratan pencalonan mengatur bagaimana mekanisme pencalonan, yang dilakukan
oleh partai politik atau melalui jalur perseorangan. Partai politik dapat mengusung calon melalui dua opsi : akumulasi
20 persen jumlah kursi atau akumulasi 25 persen jumlah suara. Dua opsi ini dapat dilakukan tanpa koalisi atau melalui
gabungan partai politik. Artinya partai politik yang memperoleh 20 persen kursi di DPRD, atau akumulasi perolehan
25 persen suara hasil Pemilu legislatif, dapat mengusung calon tanpa gabungan dengan partai politik lainnya. Kecuali
partai tersebut tidak memenuhi angka minimal 20 persen kursi atau 25 persen suara. Partai dapat mengusung calon
dengan koalisi dengan partai politik lainnya. Pasal 5 ayat (3) PKPU Nomor 3 Tahun 2017 menyatakan : “ Dalam hal
Partai Politik mengusulkan Bakal Pasangan Calon menggunakan ketentuan memperoleh paling sedikit 25 persen
suara dari akumulasi perolehan suara sah, ketentuan tersebut hanya berlaku bagi Partai Politik yang memperoleh
kursi di DPRD pada Pemilu Terakhir”.
Jika melihat lagi UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang PNS yang berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, maka
PNS harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Upaya menjaga netralitas dari pengaruh partai politik dan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan, dan persatuan agar Pegawai Negeri Sipil dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaganya
pada tugas yang dibebankan kepadanya. UU Nomor 43 Tahun 1999 dengan tegas melarang PNS menjadi anggota
partai politik dan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 ditetapkan larangan PNS menjadi Anggota
Pengurus Partai Politik. Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah ini PNS yang menjadi Anggota dan/atau Pengurus
Partai Politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat
atau tidak dengan hormat pengunduran diri sebagai PNS. Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota/dan atau
pengurus partai politik harus mengajukan pengunduran diri sebagai PNS. Pengunduran diri tersebut disampaikan
secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. Tembusan pengunduran diri disampaikan kepada: atasan
langsung PNS yang bersangkutan serendah-rendahnya eselon IV, pejabat yang bertangggung jawab di bidang
kepegawaian, pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian sudah harus menetapkan keputusan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari sejak pengunduran diri dianggap dikabulkan. Tata cara
pemberhentian sebagai PNS.
1. Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan pengunduran diri karena akan menjadi anggota/pengurus politik
diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan ia mengajukan
pengunduran diri, kecuali terdapat alasan-alasan yang sah yang menyebabkan pengunduran diri itu ditangguhkan.
2. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota/ pengurus partai politik tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai
Negeri Sipil, atau sebelum usul pengunduran dirinya dikabulkan, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian karena alasan ini ditetapkan mulai Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
3. Tindakan Pegawai Negeri Sipil yang tidak mengajukan pengunduran diri atau sebelum pengunduran dirinya
dikabulkan, dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin dan pemberhentiannya dilaksanakan sesuai ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Sesuai dengan Pasal 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999, pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh
Presiden. Untuk kelancaran pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil,
Presiden dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan
menyerahkan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah. Presiden menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
dalam dan dari jabatan-jabatan Jaksa Agung, Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal, Kepala
Badan, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara, Rektor Universitas/Institut/Perguruan Tinggi Negeri, dan jabatan-jabatan lain yang sederajat dengan itu atau
jabatan-jabatan yang wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentiannya berada di tangan Presiden.
Selanjutnya dalam Peraturan Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Petunjuk Teknis Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil pasal 1 ayat (7) pejabat yang berwewenang adalah pejabat
yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan pemindahan, dan pemberhentian PNS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 1 ayat (8) disebutkan pejabat pembina kepegawaian adalah
pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS dan
pembinaan manajemen ASN di Instansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No, 2
Fulan seorang PNS yang bertugas sebagai Pejabat pengelola keuangan negara dalam rangka untuk menjamin keterbukaan
dan akuntabilitas dari penyelenggaraan keuangan negara maka Fulan selalu memberikan kepada masyarakat akses yang
cukup untuk mendapatkan informasi dalam pengelolaan keuangan negara. Hal tersebut dimaksudkan agar pengelolaan
keuangan negara benar-benar transparan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan pengelolaan keuangan negara.
Pertanyaan:
1. Silakan anda uraikan bagaimana prinsip keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara bila dikaitkan dengan
keterbukaan informasi publik!
2. Anda uraikan apakah pengelolaan keuangan negara termasuk informasi yang wajib disediakan dan diumumkan
kepada masyarakat
Jawab:
1. Dalam pengelolaan keuangan negara, terkandung prinspi atau asas-asas utama dalam prosesnya. Prinsip dasar ini
diatur dalam pasal UU Nomor 17 Tahun 2003 meliputi keuangan negara yang dikelola secara tertip, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatuhan. Setiap penyelenggara yang mendapatkan tugas dalam pengelolaan keuangan negara
diharapkan dapat bertindak efisien, ekonomis, efektif, transparan, serta bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatuhan. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip utama pengelolaan keuangan negara ini, didukung
dengan pemberlakuan asas-asas pokok pengelolaan keuangan negara yang dalam penjelasan UU Nomor 17 Tahun
2003 dinyatakan:
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
2. Profesionalitas
3. Proporsionalitas
4. Keterbukaan dalam pengelolaan
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksaaan dan mandiri
Perwujudan dari asas akuntabilitas berorientasi pada hasil, hal ini mengharuskan pengelolaan keuangan untuk
mengelola keuangan negara asecara bertanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan, baik sisi penerimaan,
pengelolaan, maupun sisi hasil yang hendak dituju. Asas ini hendak menekankan pada sisi hasil yang hendak dicapai.
Artinya, salah satu bentuk pertanggung jawaban atas penggunaan uang negara tersebut adalah hasil guna yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Asas profesionalitas dalam pengelolaan keuangan negara artinya basis pengelolaan keuangan negara didasarkan
kompetensi dan keahlian serta pengunaan prinsip dan tata kelola keuangan yang didasarkan pada pengetahuan
modern. Untuk itu, penangan keuangan negara harus diserahkan kepada pihak yang mempunyai keahlian yang sesuai
dengan kebutuhan pengelolaan keuangan negara yang modern.
Asas proporsinalitas dalam pengelolaan keuangan negara dimaksud adanya keseimbangan pembiayaan antara satu
mata anggaran kegiatan dengan kegiatan yang lain. Hal ini tentu saja dengan memperhatikan bobot dari masing-
masing kegiatan. Asas proporsinalitas ini sangta penting agar tujuan utama dari pengelolaan keuangan, yaitu efektif,
efisien, serta berdaya guna akan lebih mudah tercapai.
Asas keterbukaan mempunyai makna bahwa dalam pengelolaan keuangan negara, masyarakat mendapatkan akses
yang cukup untuk mendapatkan informasi dalam pengelolaan keuangan tersebut. Ketentuan keterbukaan informasi
keuangan ini harus dengan menurut ketentuan UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Dalam menjamin akuntabilitas dari proses penyelenggaraan keuangan , setiap proses dan kegiatan di dalmnya tentu
harus diawasi serta diperiksa. Untuk itu, dalam prinsip utama penyelenggaraan keuangan, harus dilakukan proses
pemeriksaan oleh satu badan atau lembaga yang independen atau mandiri. Kemandirian lembaga pemeriksa ini
merupakan wujud dari prinsip akuntabilitas itu. Hal ini untuk menjaga kredibilitas hasil pemeriksaan itu sendiri.
Pasal 28 F UUD 45 menegaskan bahwa: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Dengan adanya
transparansi atas informasi publik tentang kinerja pemerintah dalam melaksanakan penyelenggaraan negara atau
pemerintahaannya, membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif mengontrol setiap langkah dan kebijakan
yang diambil pemerintah. Sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Pada dasarnya tujuan utama keterbukaan informasi publik di setiap negara adalah memastikan bahwa lembaga publik
akan lebih akuntabel dan kredibel dengan menyediakan informasi dan dokumen sesuai permintaan publik. Prinsip
Keterbukaan Informasi, merupakan salah satu komponen dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good
governance). Dalam pengaturan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (LNRI No. 125 Tahun 2004, TLNRI No. 4437) pasal 20 ayat (1) yakni: penyelenggaraan pemerintahan
berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang terdiri atas: (a). asas kepastian hukum; (b). asas tertib
penyelenggaraan akan suatu negara; (c). asas kepentingan umum; (d). asas keterbukaan; (e). asas profesionalitas; (f).
asas akuntabilitas; (g). asas efisiensi; (h). asas efektivitas; dan (i). asas proporsionalitas.

2. Keterbukaan informasi publik menjadi aspek penting dalam pelaksanaan demokrasi. Hal ini diwujudkan melalui
pemenuhan hak setiap orang atas informasi publik, seperti tertuang pada UUD Tahun 1945 pasal 28F. Mendapatkan
informasi mengenai kinerja pemerintah juga merupakan salah satu hak yang didapatkan rakyat sebagai wujud
tanggung jawab pemerintah kepada rakyat, sekaligus cerminan dari tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance). Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam acara Seminar Keterbukaan Informasi
Publik Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Tahun 2019 mengatakan bahwa “Ini adalah bagian dari tanggung jawab
dan sekaligus akuntabilitas kita. Ini juga merupakan apa yang disebut pondasi tata kelola yang baik, good governance
keterbukaan transparansi informasi yang akurat, kredibel dan detail, memang merupakan sesuatu yang berhak untuk
diperoleh oleh masyarakat mengenai pemerintahan baik itu kementerian, lembaga maupun badan publik,”
Transparansi informasi publik mengenai kinerja pemerintah memberikan dampak positif, baik bagi Pemerintah
maupun masyarakat. Bagi pemerintah, penerapan keterbukaan informasi ini dapat mendorong perbaikan layanan,
peningkatan kinerja, dan akuntabilitas program-program yang dijalankan pemerintah. Sementara bagi masyarakat,
selain memenuhi hak untuk mengetahui informasi publik (right to know), keterbukaan informasi diharapkan dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk mengontrol setiap kebijakan dan langkah yang ditempuh oleh pemerintah, juga
mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Transparansi informasi publik mengenai keuangan
negara dan kinerja keuangan negara itu merupakan amanat Undang-Undang Dasar maupun undang-undang keuangan
negara dan undang-undang mengenai keterbukaan informasi. Sebagai salah satu lembaga penyelenggara kegiatan
bernegara di bidang keuangan dan kekayaan negara, Kementerian Keuangan memiliki komitmen yang kuat untuk
menciptakan good governance. Sebagai pengelola keuangan negara, Kementerian Keuangan harus mampu
menunjukkan kepada masyarakat bahwa institusi ini bisa dipercaya dan memiliki kredibilitas. Amanah yang diemban
tersebut harus mampu dijelaskan dan disampaikan kepada publik secara transparan. Oleh karena itu, keterbukaan
informasi merupakan salah satu unsur yang penting untuk menciptakan kepercayaan publik dan kredibilitas dari
Kementerian Keuangan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No. 3
Gareng seorang warga negara sebagai pengusaha Tahu Tempe yang sedang berkembang pesat mengajukan permohonan
izin mendirikan usaha kepada instansi berwenang terkait di daerah tempat tinggalnya, namun setelah menunggu beberapa
bulan lamanya Gareng belum juga mendapatkan izin usaha yang dimaksud.
Pertanyaan:
1. bagaimana hak gareng sebagai warga negara atas pelayanan publik!
2. Langkah apa yang dapat diambil Gareng untuk mengajukan pengaduan terhadap pelayanan publik tersebut?
Jawab:
1. Pelanan publik diartikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa publik yang
pada prinspinya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat maupun di daerah, lalu
di lingkungan badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat ataupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut UU Nomor 5
Tahun 2009tentang pelayanan publik: pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Dalam pergeseran lebih lanjut dari negara penjaga malam menuju new public service, masalah pelayanan publik
menjadi pilar utama yang sedemikian rupa, menurut Yeremias Keban, bergeser menjadi:
1. Melayani warga masyarakat bukan pelanggan (serve citizen, not customers)
2. Mengutamakan kepentingan publik (seek the public inbterest)
3. Lebih mengghargai warga negara dari pada kewirausahaan (value citizenship over entpreneurship)
4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis (think strategic, act democratically)
5. Menyadari bahwa akuntabilitas bukan suatu hal yang mudah (recognize that accountabillity is not simple)
6. Melayani daripada menegndalikan (serve from than steer)
7. Menghargai orang bukannya produktivitas semata (value people, not just productivity)
Kedudukan warga sebagai sasaran dari pelayanan publik tidak lagi berdasarkan prinsip transaksi antara negara
sebagai provider, masyarakat mempunya hak yang sama atas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah
sebagai provider. Pelayanan publik dalam prinsip negara hukum modern merupakan hak yang harus diberikan kepada
warganya. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 20, pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28 H dan I
ayat (2), dan pasal 34 ayat (3) UUD RI Tahun 1945.
Hak-hak pelayanan publik yang dijamin konstitusi meliputi:
1. Hak pelanan publik di bidang hukum
2. Hak pelayanan publik yang bermanfaat guna mempertahankan hidup
3. Hak pelayanan publik yang berkaitan dengan administrasi perkawinan yang sah
4. Hak pelayanan publik yang berkaitan dengan pendidikan
5. Hak pelayanan publik yang berkaitan dengan pengakuan, jaminan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum
6. Hak pelayanan publik di bidang kesehatan
7. Hak pelayanan publik yang berkaitan dengan pelaksanaan penegakan HAM
Hak untuk mendapatkan pelayanan publik merupakan bagian dari hak asasi manusia setiap warga negara. Hal ini
merupakan bagian dari penciptaan good governance.
Dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat (3) menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang mendukung
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”, kemudian Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang
Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan “ Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan kemanusiaan
kemanusiaan. Pelaksanaan kedua pasal tersebut dapat memenuhi amanat Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, dan Pasal 34 ayat (1) berbunyi “Fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara negara”.
Hak dan kewajiban negara dalam bidang perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat terdiri dari:
1. Membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau rendah.
2. Negara menjamin kesejahteraan masyarakat yang tidak mampu.
3. Menyediakan fasilitas dan pelayanan publik yang layak untuk warga negara.
4. Menyediakan pekerjaan yang layak bagi warga negara
Hak dan kewajiban warga negara dalam bidang perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat, yaitu
1. Mendapat kehidupan yang layak.
2. Mendapatkan jaminan dan perlindungan dari negara sebagai manusia yang bermartabat.
3. Memperoleh fasilitas dan pelayanan sosial dari negara untuk menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.
4. Memperoleh pekerjaan yang layak

2. Dalam pasal 1 angka 8 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan dijelaskan bahwa
Pengaduan adalah penyampaian keluhan yang disampaikan pengadu kepada pengelola pengaduan pelayanan publik
atas pelayanan pelaksana yang tidak sesuai dengan standar pelayanan, atau pengabaian kewajiban dan/atau
pelanggaran larangan oleh penyelenggara. Dalam upaya mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas, paradigma
pelayanan pubik berkembang dengan fokus pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer-
driven government). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan feedback dari masyarakat sebagai pengguna layanan
agar pemerintah sebagai penyelenggara layanan mengetahui apa keluhan masyarakat terhadap pelayanan publik yang
telah dilaksanakan oleh pemerintah, salah satu bentuk feedback yang dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai
pengguna layanan adalah melalui pengaduan. Maka pemerintah harus melakukan Tata Kelola Pelayanan Publik
dengan baik. Untuk itu, diperlukan komitmen dan pemahaman bagi seluruh stake holder pelayanan publik, dari mulai
pimpinan penyelenggara layanan, pelaksana layanan sampai dengan kepada masyarakat sebagai penggunan
pelayanan publik. Pengelolaan pengaduan pelanan publik telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Pengaduan, ada beberapa tahapan penting yang perlu diketahui oleh penyelenggara
Pelayanan Publik agar Tata Kelola Pengaduan dapat berjalan secara efektif dan efesien, diantaranya yaitu: (1)
Tersedianya sarana penyampaian pengaduan, dapat melaui telepon, sms, WA, datang langsung, dsb; (2) Adanya
pejabat yang mengelola pengaduan; (3) Terdapat sistem mekanisme prosedur pengaduan; (4) Terdapat jangka waktu
penyelesaian pengaduan; (5) Menyusun laporan secara berkala hasil pengelolaan pengaduan yang telah dilakukan
sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan kebijakan peningkatan pelayanan publik.
Pengaduan dapat dilakukan oleh masyarakat khususnya pengguna jasa layanan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu; (1) pengaduan secara langsung, dapat dilakukan oleh pengguna jasa dengan cara datang langsung ke meja
pengaduan (helpdesk) dan/atau bertemu langsung dengan pejabat yang berwenang dalam menangani pengaduan
pengguna jasa. Pengaduan secara langsung dilakukan dengan menyampaikan secara lisan kepada petugas SPKP
untuk kemudian dicatat oleh petugas yang menangani pengaduan pengguna jasa; (2) pengaduan secara tidak
langsung, dapat dilakukan oleh pengguna jasa dengan cara tidak langsung berhadapan atau bertemu dengan pejabat
yang berwenang dalam menangani pengaduan pengguna jasa. Pengaduan secara tidak langsung biasanya dilakukan
melalui: (a) Short Message Service (SMS); (b) Surat; (c) Faximili; (d) Email; (e) Telepon; dan (f) Website/aplikasi
yang dibuat secara khusus untuk saluran pengaduan/ konsultasi online.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No. 4
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak 1 (satu) tahun terakhir telah berdampak terhadap semua sektor bagi
kehidupan masyarakat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah warga miskin di Indonesia meningkat lebih
dari 2,7 juta jiwa akibat pandemi Covid-19. Menurut peneliti mengatakan meningkatnya angka kemiskinan karena
kebijakan pandemi yang tak tegas di awal dan upaya untuk memulihkan kondisi ini memerlukan waktu yang cukup lama
(https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55992498). Beberapa bentuk perlindungan sosial yang diberikan oleh negara
kepada masyarakat diantaranya adalah bantuan subsidi upah (BSU), bantuan sembako, listrik gratis, dan lain-lain.
Pertanyaan:
Apakah bantuan-bantuan sosial yang diberikan oleh negara kepada masyarakat sudah sesuai dengan ketentuan undang-
undang!
Jawab:
Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah kepada individu, kelompok
dan/masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja
Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga adalah pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang
diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat miskin atau tidak mampu guna melindungi masyarakat dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.
Di dalam UUD 1945 terdapat penekanan pada perlindungan sosial, bahwa negara harus mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh masyarakat (UUD 1945 pasal 34 ayat 2). Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (UU Kesejahteraan Sosial), menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan
sosial. Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini telah secara nyata menimbulkan dampak luar biasa signifikan yang telah
memengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dari seluruh masyarakat di dunia, bahkan telah merenggut jutaan nyawa
masyarakat dunia termasuk rakyat Indonesia. Kebijakan dalam UU No. 2 Tahun 2020, terutama kebijakan dalam
keuangan negara yang telah diimplementasikan saat ini, telah didasarkan pada perhitungan dan menggunakan data faktual
dampak dari ancaman Covid-19 bagi masyarakat dan negara akibat terpaparnya Indonesia dengan Covid-19. Perhitungan
upaya penyelamatan masyarakat yang harus dilakukan secara sangat cepat dengan penyiapan bantuan biaya kesehatan
dan dukungan bantuan sosial serta mendukung ekonomi untuk memenuhi kehidupan dan juga bantuan bagi dunia usaha,
terutama bagi usaha kecil dan menengah. Kebijakan sosial ekonomi seperti pemberian sembako, keringanan tagihan
listrik serta restrukturisasi kredit merupakan respon positif pemerintah. Program bantuan pemerintah baik pada saat
kondisi regular maupun saat bencana tidak terlepas dari pelayanan publik. Pemerintah sebagai aktor pemberi layanan
wajib mematuhi asas-asas pelayanan publik yang di antaranya berupa kejelasan informasi dan transparansi.

Anda mungkin juga menyukai