Anda di halaman 1dari 33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini membahas mengenai pengumpulan dan pengolahan data penelitian. Berikut
ini penjelasan lebih lanjut:
1. Pengumpulan Data
a. Observasi
Tahapan ini dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan praktikum
mahasiswa di ruang workshop. Dalam proses pembuatan benag membutuhkan mesin
seperti mesin blowing, mesin carding, mesin drawing, mesin combing, mesin roving,
mesin ring spinning, open end dan winding. Ruangan workshop selain digunakan untuk
membuat benang juga digunakan untuk membuat kain. Adanya 2 proses produksi yang
dilakukan secara bersamaan dalam 1 ruang workshop maka mengakibatkan tingkat
kebisingan menjadi tinggi. Pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku mahasiswa
saat berlangsungnya praktikum. Kuesioner pendahuluan digunakan pada observasi awal
yang dibagikan kepada seluruh responden yang terdiri dari 10 pernyataan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada dosen, staf pengajar dan mahasiswa. Staf pengajar
yan dimaksud adalah pengajar yang memiliki tugas dan tanggungjawab saat praktikum
berlansung. Dosen memiliki tugas dan tanggungjawab pada bagian teori. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui jadwal perkuliahan dan sistem perkuliahan di sekolah
vokasi. Wawancara dilakukan kepada 1 dosen, 1 staf pegajar dan 5 mahasiswa. Dari
hasil wawancara diketahui bahwa setiap mahasiswa harus menyelesaikan 80 SKS dalam
jangka waktu 4 semester dengan pembelajaran sistem blok. Perkuliahan dengan sistem
blok di AK Tekstil dalam satu semester dibagi menjadi satu bulan teori di kelas, satu
setengah bulan praktik di workshop, dan satu setengah bulan praktik di industri (luar
kampus). Penjabaran detail jadwal selama satu semester gasal terdapat pada lampiran.
Staf pengajar menjelaskan mengenai kegiatan praktikum pada pembuatan benang terdiri
dari proses pengoperasian mesin blowing, mesin carding, mesin drawing, mesin
combing, mesin roving, mesin ring spinning, open end dan winding.
Dalam sesi wawancara staf pengajar juga menginformasikan bahwa program studi
commit
pembuatan benang mencakup pembelajaran to user
mengenai:

45
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

1. Pengetahuan pendukung diantaranya pembelajaran mengenai aplikasi komputer,


penanaman etika kerja, keselamatan di tempat kerja, dan peningkatan
kemampuan bahasa inggris mahasiswa
2. Pengetahuan dasar tekstil seperti serat tekstil dan manufaktur tekstil
3. Proses pengoperasian mesin blowing, carding, drawing dan combing
4. Proses pengoperasian mesin roving, ring spinning, open end dan winding
5. Pengendalian mutu proses produksi dan pengujian serat

c. Identifikasi Kegiatan Praktikum Mahasiswa


Perkuliahan di AK Tekstil mencanangkan program pembelajaran yang lebih
ditekankan pada kegiatan praktek baik di dalam dan di luar kampus. Kegiatan praktek di
dalam kampus berupa praktikum di laboratorium atau workshop yang sudah dilengkapi
dengan berbagai mesin pembuatan benang yang menunjang. Mesin yang terdapat dalam
ruang workshop pembuatan bebang adalah mesin blowing, mesin carding, mesin
drawing, mesin combing, mesin roving, mesin ring spinning, open end dan winding.
Berikut ini merupakan fungsi dari masing-masing mesin pembuat benang:
1. Mesin Blowing
 mencampur material
 membuka gumpalan-gumpalan material
 membersihkan kotoran pada material
2. Mesin Carding
 membersihkan kotoran pada material
 memisahkan serat-serat pendek
 peregangan/pemberian draft
 membentuk sliver
 menyusunnya dalam can
3. Mesin Drawing
 melakukan perangkapan,
 melakukan peregangan,
 pensejajaran serat-serat
 membentuk sliver lalu disusun dalam can
4. Mesin Combing commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

 memisahkan kotoran-kotoran yang masih terdapat pada sliver hasil mesin


carding
 memisahkan serat-serat pedek dengan panjang tertentu,dengan tujuan
memperbaiki kerataan panjang serat,sehingga menghasilkan serat-serat
dengan panjang dan kerataan yang lebih baik
 Pelurusan dan pensejajaran serat yang lebih baik,agar proses peregangan
pada mesin-mesin berikutnya dapat dilakukan dengan mudah
5. Mesin Roving
 memberikan peregangan/draft
 memberikan twist/antihan
 membentuk roving lalu digulung pada bobbin roving
6. Mesin Ring Spinning
 memberikan twist/antihan
 memberikan peregangan/draft
 membentuk benang
 menggulung benang pada bobbin/palet/tube benang
7. Mesin Open End
 penguraian silver
 pemberian antihan
 merubah silver menjadi benang
8. Mesin Winding
 merubah gulungan dari cop (bobbin/tube isi benang) dari mesin Ring
Spinning ke bentuk gulungan cones

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Gambar di bawah ini merupakan foto kegiatan praktikum dan juga beberapa mesin
dan raw material praktikum teknik pembuatan benang AK-Tekstil Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.1 Foto-Foto Kegiatan Praktikum dan Mesin

d. Pengumpulan Data Beban Kerja


Pengukuran dibagi menjadi dua tahap yakni pengukuran beban kerja fisik dan
beban kerja mental mahasiswa. Beban kerja fisik mahasiswa diukur berdasarkan denyut
nadi sebelum dan setelah kegiatan praktikum. Pengukuran beban kerja mental
menggunakan metode NASA-TLX.
1) commit
Pengumpulan Data Beban Kerja Fisik to user
Mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Pengukuran beban kerja fisik dilakukan secara langsung dengan dua tahap yaitu
sebelum pelaksanaan praktikum dan setelah pelaksanaan praktikum. Pengukuran denyut
jantung sebelum tindakan operasi dilakukan sebelum mahasiswa memasuki ruangan
praktikum dan untuk pengukuran denyut setelah pelaksanaan praktikum dilakukan saat
praktikum selesai. Pengukuran dilakukan selama satu hari dengan durasi jam belajar 8
jam. Pengukuran dilakukan dengan cara manual yaitu mengecek melalui pembuluh nadi
dipergelangan tangan. Pengukuran ini tidak mengidentifikasi kegiatan atau aktifitas
responden sebelum dilakukan pengukuran denyut jantung. Berikut ini merupakan data
denyut nadi mahasiswa sebelum dan setelah praktikum pada berikut.
Tabel 4.1 Data Denyut Nadi Mahasiswa
Responden Denyut nadi istirahat Denyut nadi kerja
1 78 99
2 77 81
3 84 121
4 64 78
5 69 74
6 68 85
7 82 89
8 78 134
9 69 81
10 80 95
11 67 81
12 81 111
13 101 103
14 71 94
15 83 94
16 86 90
17 74 109
18 83 86
19 72 112
20 89 106
21 107 132
22 84 92
23 84 95
24 85 88
25 79 90
2) Pengumpulan Data Beban Kerja Mental Mahasiswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Pengumpulan data dengan mengukur beban mental digunakan untuk mengetahui


seberapa besar tingkat beban mental yang diterima oleh mahasiswa. Pengukuran
dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 25 responden. Pada kuesioner
NASA_TLX terdapat dua bagian, pada bagian pertama berupa perbandingan
berpasangan dengan memilih antara dua perbandingan indikator beban mental yang
cenderung dirasakan mahasiswa sebagai responden. Pada bagian kedua terdapat pilihan
dari skala nilai 0-100 yang menunjukkan besarnya indikator beban mental yang
dirasakan. Pernyataan dalam kuesioner diperoleh berdasarkan pada penelitian menurut
Hart dan Staveland dengan menyesuaikan konten kuesioner dengan objek penelitian
yaitu mahasiswa. Kuesioner selengkapnya dapat dilihat pada lampiran L-1.
3) Pengumpulan Data Tingkat Burnout Mahasiswa
Pengumpulan data burnout mahasiswa diukur menggunakan Maslach Burnout
Inventory MBI-GS. MBI-GS digunakan untuk jenis kegiatan atau pekerjaan umum yang
tidak dilakukan untuk melayani klien dan hanya berhubungan biasa dengan rekan kerja.
Terdapat skala yang digunakan untuk menjawab pernyataan yang ada dalam kuesioner.
Skala yang digunakan yaitu 0 (tidak pernah), 1 (beberapa kali dalam setahun), 2 (sekali
dalam sebulan), 3 (beberapa kali dalam sebulan), 4 (sekali dalam seminggu), 5
(beberapa kali dalam seminggu) dan skala 6 (setiap hari). Dalam mengetahui burnout
maka dihitung scoring dari seluruh jawaban. MBI-GS terdiri dari 23 item dari C1
sampai C23 terdiri dari :
 Kelelahan dengan 8 pernyataan ( C1, C3, C5, C9, C12, C16, C20, C21,
C22)
 Sinis dengan 8 pernyataan ( C2, C4, C6, C7, C10, C13, C21)
 Professional Efficiacy dengan 7 pernyataan ( C8, C11, C14, C15, C18, C19,
C23)
Data jenis kelamin seluruh mahasiswa yang menjadi responden terdiri dari 15 laki-laki
dan 10 perempuan. Keterangan untuk data jenis kelamin mahasiswa, dengan singkatan
L adalah laki-laki dan P adalah perempuan. Rata-rata usia mahasiswa yang menjadi
responden adalah 19 tahun. Data demografi dan hasil rekapan kuesioner MBI-GS
seluruh mahasiswa yang menjadi responden terdapat pada lampiran L-2.

2. Pengolahan Data Beban Kerja commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Pengolahan data beban kerja mahasiswa dilakukan dengan 2 metode yaitu


menggunakan perhitungan denyut nadi dan perhitungan rata-rata skor beban kerja
mental.
a. Pengolahan Data Beban Kerja Fisik
Perhitungan denyut nadi dilakukan dengan menggunakan denyut nadi istirahat dan
denyut nadi kerja mahasiswa. Tahap selanjutnya dihitung rata-rata denyut nadi per
menitnya untuk mendapatkan kategori beban kerja fisik pada mahasiswa. Pada
perhitungan denyut nadi mahasiswa menggunakan metode CVL dengan menggunakan
denyut nadi maksimum, denyut nadi kerja, dan denyut nadi istirahat. Denyut nadi
maksium untuk laki-laki adalah 220 sedangkan denyut nadi maksimum untuk
perempuan adalah 200 (Manuaba & Vanwonterghem , 1996). Perhitungan CVL
berdasarkan pengolahan data denyut nadi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pengolahan Data Denyut Nadi
Mahasiswa Denyut nadi istirahat Denyut nadi kerja Denyut nadi maksium %cvl
1 78 99 202 17
2 77 81 201 3
3 84 121 197 33
4 86 90 182 4
5 74 109 181 33
6 83 86 180 4
7 72 112 182 36
8 64 78 201 10
9 69 74 187 4
10 68 85 201 13
11 82 89 202 6
12 89 106 182 18
13 107 132 181 34
14 84 92 181 9
15 84 95 182 11
16 85 88 181 4
17 78 134 202 45
18 69 81 200 9
19 79 90 181 11
20 80 95 202 12
21 67 81 202 11
22 81 111 201 25
23 101 commit103
to user 203 2
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Lanjutan Tabel 4.2 Pengolahan Data Denyut Nadi


Mahasiswa Denyut nadi istirahat Denyut nadi kerja Denyut nadi maksium %cvl
24 71 94 202 17
25 83 94 201 9

b. Pengolahan Data Beban Kerja Mental


Perhitungan skor beban kerja mental dilakukan dengan tiga tahap sebagai berikut:
1) Pembobotan (Paired Comparison)
Hasil pengumpulan data dengan kuesioner kemudian direkap dan data tersebut
dihitung pembobotannya sesuai indikator. Terdapat 6 indikator dalam kuesioner dan
pembobotan disesuaikan dengan isian dan pilihan responden. Rekapitulasi hasil
pembobotan terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Tahap Pembobotan NASA-Tlx
Mahasiswa MD PD TD OP FR EF Total
1 3 1 3 5 0 3 15
2 3 2 3 2 0 5 15
3 2 4 0 3 5 1 15
4 2 1 4 5 0 3 15
5 3 0 4 2 1 5 15
6 3 1 2 4 0 5 15
7 4 3 2 1 0 5 15
8 1 3 5 1 1 4 15
9 2 3 5 4 0 1 15
10 3 0 1 5 2 4 15
11 3 2 1 5 0 4 15
12 3 2 1 4 0 5 15
13 3 2 0 5 3 2 15
14 2 1 5 4 0 3 15
15 2 1 0 4 3 5 15
16 3 2 1 5 0 4 15
17 3 2 3 3 0 4 15
18 4 2 1 5 0 3 15
19 4 2 4 1 0 4 15
20 2 1 3 5 1 3 15
21 3 1 4 3 0 4 15
22 5 0 4 1 2 3 15
23 3 1 3 4 0 4 15
24 3 1 4 1 3 3 15
commit to user
25 3 1 3 3 1 4 15
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

2) Pemberian Rating
Pemberian rating berdasarkan isian kuesioner pada bagian kedua dan pemberian
nilai diberikan tiap indikator oleh masing-masing responden. Beikut ini merupakan
tabel data pemberian rating kuesioner NASA-TLX mahasiswa.
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Tahap Pemberian Rating NASA-Tlx
Responden MD PD TD OP FR EF
1 90 90 90 90 90 90
2 30 50 30 95 30 85
3 50 70 70 60 40 80
4 85 90 70 100 35 75
5 70 60 75 50 60 70
6 80 70 60 60 55 70
7 80 90 75 90 78 93
8 75 90 70 80 80 75
9 100 100 0 100 30 100
10 95 90 70 100 65 85
11 90 85 85 100 75 100
12 55 60 50 80 55 75
13 100 75 35 80 65 70
14 90 90 60 90 60 90
15 70 70 25 85 60 100
16 80 80 49 90 38 80
17 80 50 20 70 40 75
18 100 80 20 90 0 100
19 95 98 80 95 50 98
20 70 50 40 100 30 100
21 75 80 80 100 65 75
22 80 80 80 80 80 80
23 70 70 30 95 30 60
24 60 40 38 80 30 50
25 45 60 60 75 50 85

3) Perhitungan Weighted Workload (WWL)


Pemberian bobot dan rating dari tahapan sebelumnya digunakan untuk menghitung
nilai weighted workload (WWL). Rekapitulasi beban kerja mental mahasiswa dapat
diketahui pada tabel berikut ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Weighted Workload (WWL)


Average
Responden MD PD TD OP FR EF WWL WWL
1 270 90 270 450 0 270 1350 90
2 90 100 90 190 0 425 895 60
3 100 280 0 180 200 80 840 56
4 170 90 280 500 0 225 1265 84
5 210 0 300 100 60 350 1020 68
6 240 70 120 240 0 350 1020 68
7 320 270 150 90 0 465 1295 86
8 75 270 350 80 80 300 1155 77
9 200 300 0 400 0 100 1000 67
10 285 0 70 500 130 340 1325 88
11 270 170 85 500 0 400 1425 95
12 165 120 50 320 0 375 1030 69
13 300 150 0 400 195 140 1185 79
14 180 90 300 360 0 270 1200 80
15 140 70 0 340 180 500 1230 82
16 240 160 49 450 0 320 1219 81
17 240 100 60 210 0 300 910 61
18 400 160 20 450 0 300 1330 89
19 380 196 320 95 0 392 1383 92
20 140 50 120 500 30 300 1140 76
21 225 80 320 300 0 300 1225 82
22 400 0 320 80 160 240 1200 80
23 210 70 90 380 0 240 990 66
24 180 40 152 80 90 150 692 46
25 135 60 180 225 50 340 990 66

c. Pengolahan Data Burnout Mahasiswa


Pengolahan data sesuai hasil MBI_GS digunakan untuk mengetahui tingkat burnout
mahasiswa. Tahap pertama dilakukan penentuan item favorable dan unfavorable.
Respon-respon positif terhadap item favorable diberi bobot yang lebih tinggi daripada
respon negative, sedangkan item unfavorable untuk respon positif akan diberi skor yang
bobotnya lebih rendah disbanding respon negative. Hal ini bertujuan meletakkan
individu-individu pada kontinum penilaian sehingga kedudukan relative individu dapat
diukur menurut atributnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6 Pengelompokkan Dimensi


Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah
Kelelahan C1, C3, C9, C16 C5, C12, C20, C22 8
Sinis C6, C17, C21 C2, C4, C7, C10, C13 8
Profesional
Efficiacy C8, C15, C18, C19, C23 C11, C14 7

Penilaian skor jawaban berdasarkan penyamaan skor jawaban skala sensivitas


seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Penyamaan Skor Jawaban Skala Sensivitas


Skala Item (+) Item (-)
Tidak Pernah 0 6
Beberapa Kali dalam Setahun 1 5
Sekali dalam Sebulan 2 4
Beberapa Kali dalam Sebulan 3 3
Seminggu sekali 4 2
Beberapa Kali dalam Seminggu 5 1
Setiap Hari 6 0
Kategorisasi skala burnout dilakukan dengan mengasumsikan bahwa skor populasi
subjek terdistribusi secara normal sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model
normal. Apabila subjek digolongkan menjadi 3 kategorisasi maka dapat dikategorikan
sebaai berikut :

Tabel 4.8 Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Burnout

Standar Deviasi Skor Kategorisasi


X – (μ – 1,0 SD) X < 76 Rendah
X – (μ – 1,0 SD) ≤ X < (μ + 1,0 SD) 76 ≤ X < 87 Sedang
(μ + 1,0 SD) ≤ X 87 ≤ X Tinggi

Rekapitulasi perhitungan hasil kuesioner burnout yang telah disamakan levelnya antara
favorable dan unfavorable terdapat pada lampiran L-3.

d. Pengolahan SPSS
1. Uji Normalitas
Uji normalitas Shapiro-wilk merupakan bagian dari uji asumsi klasik. Uji
commit
normalitas bertujuan menetahui apakah datatoberdistribusi
user normal atau tidak. Alasan
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

menggunakan uni normalitas Shapiro wilk karena jumlah data hanya 25. Data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi > 0,05, jika nilai signifikansi <
0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
 Hasil uji normalitas data beban kerja mental

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
mental .131 25 .200 .962 25 .457

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi 0,457 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data beban kerja mental berdistribusi normal.

 Hasil uji normalitas data beban kerja fisik

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

fisik .212 25 .105 .856 25 .202

a. Lilliefors Significance Correction


Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi 0,202 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data beban kerja fisik berdistribusi normal.

 Hasil uji normalitas data burnout

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
burnout .110 25 .200 .961 25 .444

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi 0,444 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data burnout berdistribusi normal.

2. Uji Hipotesis commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

 Hipotesis 1 (H1)
1) Ho : Beban kerja mental berpengaruh signifikan terhadap beban kerja fisik
begitu pula sebaliknya
2) H1 : Beban kerja mental tidak berpengaruh signifikan terhadap beban kerja
fisik begitu pula sebaliknya
3) α : 0,05
4) Daerah kritis : p < 0,05
5) Perhitungan :
SPSS

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 29.338 15.388 1.907 .069


1
MENTAL -.187 .201 -.190 -.930 .362

a. Dependent Variable: FISIK

6) Keputusan : Karena diperoleh signifikasi 0,362 maka tolak Ho


7) Kesimpulan : Beban kerja mental tidak berpengaruh signifikan terhadap
beban kerja fisik begitu pula sebaliknya beban kerja fisik tidak berpengaruh
signifikan terhadap beban kerja mental.
 Hipotesis 2 (H2)
1) Ho : Beban kerja mental berpengaruh signifikan terhadap burnout
2) H1 : Beban kerja mental tidak berpengaruh signifikan terhadap burnout
3) α : 0,05
4) Daerah kritis : p < 0,05
5) Perhitungan :

SPSS Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error Change Statistics


Square Square of the R Square F df1 df2 Sig. F
Estimate Change Change Change
a
1 .409 .167 .131 5.17909 .167 4.609 1 23 .043

a. Predictors: (Constant), mental


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 95.636 6.546 14.611 .000


1
mental -.184 .086 -.409 -2.147 .043
a. Dependent Variable: burnout

6) Keputusan : Karena diperoleh signifikasi 0,043 maka terima Ho


7) Kesimpulan : Beban kerja mental berpengaruh signifikan terhadap beban
kerja mental
 Hipotesis 3 (H3)
1) Ho : Beban kerja fisik berpengaruh signifikan terhadap burnout
2) H1 : Beban kerja fisik tidak berpengaruh signifikan terhadap burnout
3) α : 0,05
4) Daerah kritis : p < 0,05
5) Perhitungan :
6) SPSS

Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error Change Statistics


Square Square of the R Square F df1 df2 Sig. F
Estimate Change Change Change
a
1 .243 .059 .018 5.50474 .059 1.439 1 23 .242

a. Predictors: (Constant), fisik

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 83.448 1.786 46.715 .000


1
fisik -.111 .093 -.243 -1.200 .242
a. Dependent Variable: burnout

7) Keputusan : Karena diperoleh signifikasi 0,242 maka tolak Ho


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

8) Kesimpulan : Beban kerja fisik tidak berpengaruh signifikan terhadap


burnout

 Hipotesis 4 (H4)

1) Ho : Beban kerja mental dan fisik secara bersama-sama berpengaruh


signifikan terhadap burnout
2) H1 : Beban kerja mental dan fisik secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap burnout
3) α : 0,05
4) Daerah kritis : p < 0,05
5) Perhitungan :
SPSS

Model Summary

Model R R Adjusted R Std. Error Change Statistics


Square Square of the R Square F df1 df2 Sig. F
Estimate Change Change Change
a
1 .523 .274 .207 4.94515 .274 4.142 2 22 .030

a. Predictors: (Constant), FISIK, MENTAL

a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 100.099 6.726 14.883 .000

1 MENTAL -.212 .083 -.472 -2.549 .018


FISIK -.152 .085 -.333 -1.797 .086
a. Dependent Variable: BURNOUT

6) Keputusan : Karena diperoleh signifikasi 0,03 maka terima Ho


7) Kesimpulan : Beban kerja mental dan beban kerja fisik secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap burnout

B. Pembahasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

1. Pengkategorian Skor Beban Kerja Mental, Beban Kerja Mental dan Tingkat
Burnout Mahasiswa
Hasil perhitungan beban kerja mental mahasiswa berupa WWL dapat
dikategorisasikan berdasarkan tingkatannya. Nilai WWL yang diperoleh merupakan
tingkat beban kerja mental masing-masing mahasiswa. Kategorisasi beban kerja mental
mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9 Kategori Beban Kerja Mental Mahasiswa
Average Workload
Responden MD PD TD OP FR EF WWL WWL Category
1 270 90 270 450 0 270 1350 90 Very high
2 90 100 90 190 0 425 895 60 Moderate
3 100 280 0 180 200 80 840 56 Moderate
4 170 90 280 500 0 225 1265 84 Very high
5 210 0 300 100 60 350 1020 68 High
6 240 70 120 240 0 350 1020 68 High
7 320 270 150 90 0 465 1295 86 Very high
8 75 270 350 80 80 300 1155 77 High
9 200 300 0 400 0 100 1000 67 High
10 285 0 70 500 130 340 1325 88 Very high
11 270 170 85 500 0 400 1425 95 Very high
12 165 120 50 320 0 375 1030 69 High
13 300 150 0 400 195 140 1185 79 High
14 180 90 300 360 0 270 1200 80 High
15 140 70 0 340 180 500 1230 82 Very high
16 240 160 49 450 0 320 1219 81 Very high
17 240 100 60 210 0 300 910 61 High
18 400 160 20 450 0 300 1330 89 Very high
19 380 196 320 95 0 392 1383 92 Very high
20 140 50 120 500 30 300 1140 76 High
21 225 80 320 300 0 300 1225 82 Very high
22 400 0 320 80 160 240 1200 80 High
23 210 70 90 380 0 240 990 66 High
24 180 40 152 80 90 150 692 46 Moderate
25 135 60 180 225 50 340 990 66 High

Berdasarkan tabel 4.9 terdapat 10 mahasiswa yang termasuk dalam kategori beban
kerja mental yang sangat tinggi, 12 mahasiswa termasuk kategori tinggi sisanya masuk
commit to
dalam kategori sedang. Dimensi yang terdapat user
pada metode NASA-Tlx ada 6 dan yang
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

menjadi dimensi tertinggi adalah effort. Dimensi dengan nilai terendah adalah
frustration level.

Tingkat beban kerja fisik mahasiswa dihitung berdasarkan pengukuran denyut nadi
sebelum dan setelah menjalani praktikum. Kategorisasi tingkat beban kerja fisik
mahasiswa dilakukan dengan menggunakan metode cvl yang merupakan metode
pengukuran beban kerja fisik dengan menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum
karena beban kardiovaskuler. Klasifikasi beban kerja fisik pada mahasiswa AK-Tekstil
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini

Tabel 4.10 Klasifikasi Beban Kerja Fisik Mahasiswa

Responden RP WP MP % cvl Workload Level


1 78 99 202 17 Tidak terjadi kelalahan
2 77 81 201 3 Tidak terjadi kelalahan
3 84 121 197 33 Diperlukan perbaikan
4 64 78 201 10 Tidak terjadi kelalahan
5 69 74 187 4 Tidak terjadi kelalahan
6 68 85 201 13 Tidak terjadi kelalahan
7 82 89 202 6 Tidak terjadi kelalahan
8 78 134 202 45 Diperlukan perbaikan
9 69 81 200 9 Tidak terjadi kelalahan
10 80 95 202 12 Tidak terjadi kelalahan
11 67 81 202 11 Tidak terjadi kelalahan
12 81 111 201 25 Tidak terjadi kelalahan
13 101 103 203 2 Tidak terjadi kelalahan
14 71 94 202 17 Tidak terjadi kelalahan
15 83 94 201 9 Tidak terjadi kelalahan
16 86 90 182 4 Tidak terjadi kelalahan
17 74 109 181 33 Diperlukan perbaikan
18 83 86 180 4 Tidak terjadi kelalahan
19 72 112 182 36 Diperlukan perbaikan
20 89 106 182 18 Diperlukan perbaikan
21 107 132 181 34 Diperlukan perbaikan
22 84 92 181 9 Tidak terjadi kelalahan
23 84 95 182 11 Tidak terjadi kelalahan
24 85 88 181 4 Tidak terjadi kelalahan
25 79 90 commit
181 to user
11 Tidak terjadi kelalahan
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan tabel 4.10 klasifikasi beban kerja fisik terdapa 6 mahasiswa yang
termasuk dalam kategori perlu perbaikan yang artinya beban kerja fisik yang dialami
oleh keenam mahasiswa lebih tinggi daripada 19 mahasiswa lainnya. Kategorisasi
tingkat burnout mahasiswa dengan menggolongkan subjek menjadi 3 kategorisasi yaitu
kategori rendah, sedang dan tinggi. Mayoritas hasil tingkat pengukuran burnout pada
mahasiswa dalam kategori sedang. Klasifikasi tingkat burnout mahasiswa terdapat pada
tabel di bawah ini tabel 4.11

Tabel 4.11 Kategori Tingkat Burnout Mahasiswa

Jalur
Responden JK Usia Masuk Total Tingkat Burnout
1 L 18 Umum 75 Rendah
2 L 19 Khusus 82 Sedang
3 L 23 Khusus 77 Sedang
4 P 18 Umum 81 Sedang
5 P 19 Khusus 88 Tinggi
6 P 20 Umum 84 Sedang
7 P 18 Umum 81 Sedang
8 L 19 Umum 79 Sedang
9 L 33 Khusus 78 Sedang
10 L 19 Umum 78 Sedang
11 L 18 Umum 84 Sedang
12 P 18 Umum 86 Sedang
13 P 19 Umum 77 Sedang
14 P 19 Umum 82 Sedang
15 P 18 Umum 81 Sedang
16 P 19 Khusus 76 Sedang
17 L 18 Khusus 72 Rendah
18 L 20 Umum 80 Sedang
19 P 19 Umum 67 Rendah
20 L 18 Umum 80 Sedang
21 L 18 Umum 81 Sedang
22 L 19 Umum 78 Sedang
23 L 17 Umum 94 Tinggi
24 L 18 Umum 89 Tinggi
25 L 19 Umum 86 Sedang

2. Perbandingan Tingkat Beban Kerja Mental, Beban Kerja Fisik dan Burnout
Mahasiswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

a. Jenis kelamin
Jenis kelamin responden dalam penelitian ini terdiri dari kelompok responden
laki-laki (L) dan perempuan (P). Kelompok responden laki-laki terdapat 15
orang dan responden perempuan terdiri dari 10 mahasiswa. Berdasarkan hasil
perhitungan tabel 4.12 pada mahasiswa laki-laki dan perempuan diperoleh hasil
perbandingan seperti pada gambar grafik 4.2.
Tabel 4.12 Perbandingan Jenis Kelamin
Beban kerja mental Beban kerja fisik
No. (average WWL) (%cvl) Burnout
L P L P L P
1 90 84 17 4 79 81
2 60 68 3 33 82 88
3 56 68 33 4 79 84
4 77 86 10 36 79 83
5 67 69 4 18 86 86
6 88 79 13 34 78 77
7 95 80 6 9 84 82
8 61 82 45 11 74 81
9 89 81 9 4 84 76
10 76 92 12 11 82 67
11 82 11 81
12 80 25 80
13 66 2 96
14 46 17 89
15 66 9 86
Rata-rata 73 79 14 16 83 81
Standar
Deviasi 14.35 8.30 11.88 13.23 5.29 5.99
Sig
(Uji T) 0.031 0.414 0.796

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Grafik Perbandingan
Berdasarkan Jenis Kelamin
100 83 81
79
80 73

60
L
40
14 16 P
20
0
mental fisik burnout

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Berdasarkan Jenis Kelamin


b. Usia
Pembagian responden usia terdiri dari 2 kelompok usia yaitu responden yang
berusia kurang dari 19 tahun dan responden yang berusia lebih dari sama dengan
19 tahun. Responden yang berumur kurang dari 19 tahun terdiri dari 11 orang.
Responden dengan usia lebih dari sama dengan 19 tahun terdapat 14 orang.
Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.13 pada mahasiswa usia > 19 tahun
diperoleh
hasil perbandingan seperti pada gambar grafik 4.3.

Tabel 4.13 Perbandingan Usia


Beban kerja mental Beban kerja fisik
No. (average WWL) (%cvl) Burnout
≥19 <19 ≥19 <19 ≥19 <19
1 60 90 3 17 82 79
2 56 84 33 4 79 81
3 68 86 33 36 88 83
4 68 95 4 6 84 84
5 77 69 10 18 79 86
6 67 82 4 11 86 81
7 88 61 13 45 78 74
8 79 76 34 12 77 82
9 80 82 9 11 82 81
10 81 66 4 2 76 96
11 89 46 9 17 84 89

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Lanjutan Tabel 4.13 Perbandingan Usia


12 92 11 67
13 80 25 80
14 66 9 86
Rata-rata 75 76 14 16 81 83
Standar
Deviasi 11.14 14.43 11.64 13.35 5.35 5.69
Sig
(Uji T) 0.796 0.930 0.991

Grafik Perbandingan
Berdasarkan Usia
100
75 76 81 83
80
60
≥19
40
14 16 <19
20
0
mental fisik burnout

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Berdasarkan Usia

c. Jalur Masuk
Jalur masuk mahasiswa AK-Tekstil Surakarta terdiri dari 2 jalur yaitu jalur
khusus dan umum. Jalur khusus berdasarkan rekomendasi dari industri untuk
memberikan kesempatan tugas belajar bagi karyawannya, sehingga mahasiswa
jalur khusus mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya. Mahasiswa jalur
umum berasal dari proses seleksi umum siswa dari SMA atau SMK melalui
serangkaian tes. Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.14 pada mahasiswa jalur
umum dan khusus diperoleh hasil perbandingan seperti pada gambar grafik 4.4.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.14 Perbandingan Jalur Masuk


Beban kerja mental Beban kerja fisik
(average WWL) (%cvl) Burnout
No.
Jalur Jalur Jalur Jalur Jalur Jalur
umum khusus umum khusus umum khusus
1 90 60 17 3 79 82
2 84 56 4 33 81 79
3 68 68 4 33 84 88
4 86 67 36 4 83 86
5 77 81 10 4 79 76
6 88 61 13 45 78 74
7 95 6 84
8 69 18 86
9 79 34 77
10 80 9 82
11 82 11 81
12 89 9 84
13 92 11 67
14 76 12 82
15 82 11 81
16 80 25 80
17 66 2 96
18 46 17 89
19 66 9 86
Rata-rata 79 65 14 20 82 81
Standar
Deviasi 11.76 8.99 9.44 18.83 5.68 5.53
Sig
(Uji T) 0.514 0.001 0.681

Grafik Perbandingan
Berdasarkan Jalur Masuk
100
79 81 82
80 65
60
Khusus
40
20 Umum
20 14

0
mental fisik burnout

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Berdasarkan Jalur Masuk


commit to user
3. Analisis
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

a. Analisis Beban Kerja Mental


Hasil pengukuran beban kerja mental dengan metode NASA-Tlx
menunjukkan bahwa mahasiswa AK-Tekstil memiliki beban kerja mental pada
kisaran sedang sampai sangat tinggi dengan nilai weighted workload (WWL) 2-
45 sesuai hasil pengolahan dengan metode NASA-Tlx. Mahasiswa
membutuhkan aktivitas mental seperti berpikir, mencari, melihat dan mengingat.
Mahasiswa terbebani secara mental karena menghadapi kesulitan tersendiri saat
menjalankan mesin saat praktikum sehingga mahasiswa harus lebih fokus dan
konsentrasi untuk menghindar dari resiko kecelakaan saat pengoperasian mesin.
Beban berat dialami pada mahasiswa yang belum mempunyai pengalaman
dalam pengoperasian mesin. Terbukti pada hasil diperoleh nilai rata-rata beban
kerja mental yang dialami mahasiswa jalur khusus atau industri sebesar 65 lebih
rendah dibandingkan rata-rata beban kerja mental mahasiswa jalur umum 79.
Pada mahasiswa yang sebelumnya memiliki pengalaman kerja di dunia industri
dan mempunyai pengetahuan mengenai mesin tersebut maka tidak mengalami
kesulitan yang berarti. Mahasiswa yang sudah paham dalam mengoperasikan
mesin akan memberikan tutorial tambahan kepada teman mahasiswa lain yang
belum mengerti. Staf pengajar memberikan tugas dan tanggung jawab tersendiri
pada mahasiswa yang memiliki pengalaman di dunia industri pembuatan benang
dalam memberi penjelasan khusus pada teman mahasiswa lain. Menurut
penelitian Omolayo & Omole (2013) bekerja selama bertahun-tahun dengan
mendapatkan fasilitas kerja dan memperoleh keterampilan di tempat kerja akan
membentuk penguasaan pengetahuan sehingga berpengalaman dan dapat
meningkatkan produktifitas kerja. Dalam penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa beban kerja organisasi, tuntutan lingkungan kerja, dan kemampuan untuk
mengatasi tuntutan dapat dikuasai lebih baik oleh pekerja yang sudah
berpengalaman daripada pekerja dengan pengalaman lebih sedikit.
Mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki lebih rendah tingkat beban kerja
mental dibanding perempuan hal ini dapat dlihat dari grafik pada gambar 4.1.
Rata-rata beban kerja mental mahasiswa laki-laki 73 dan perempuan 79. Beban
kerja mental laki-laki lebih rendah karena beban kerja mental dipengaruhi oleh
commit to user
jenis pekerjaan maka jenis pekerjaan mengoperasikan mesin merupakan
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

keunggulan dari laki-laki dibanding perempuan. Hasil penelitian Omolayo &


Omole (2013) juga menunjukkan bahwa pekerja laki-laki tidak memiliki beban
kerja mental yang lebih besar daripada pekerja perempuan. Ini menunjukkan
bahwa pekerja laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan untuk melakukan
tugas dan kegiatan yang diberikan. Keduanya mengalami ketegangan mental dan
emosional pada pekerjaan. Pekerja laki-laki dan perempuan menginvestasikan
upaya mental ke dalam kegiatan kerja mereka untuk mencapai target kerja. Ini
menguatkan Riley, et al (1994) upaya menginvestasikan mental ke dalam
aktivitas kerja menjadikan pengaruh stressor seperti kebisingan dan informasi
yang berlebihan dapat kelola dengan baik.
Dari segi usia mahasiswa dengan usia lebih dari 19 tahun mengalami beban
kerja mental yang lebih rendah daripada tingkat beban kerja mental yang dialami
mahasiswa ≤ 19 tahun dapat dilihat pada gambar 4.2. Nilai rata-rata beban kerja
mental mahasiswa usia > 19 adalah 70 dan mahasiswa usia ≤ 19 tahun sebesar
77. Beban kerja mental tinggi dialami pada kategori usia yang lebih muda
karena secara psikologis usia muda belum memiliki pengalaman dibandingkan
dengan yang usianya lebih tua. Menurut Fithri dkk. (2017) usia seseorang akan
mempengaruhi kondisi, kemampuan, dan kapasitas tubuh seseorang dalam
melakukan aktivitas.

b. Analisis Beban Kerja Fisik


Analisis beban kerja fisik berdasarkan hasil perhitungan % cvl mahasiswa.
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui denyut nadi per menit berdasarkan
denyut nadi maksimum, denyut nadi kerja dan denyut nadi istirahat. Perhitungan
i juga digunakan untuk mengetahui kategori beban kerja fisik yang diterima
oleh mahasiswa. Dari hasil perhitungan beban kerja fisik pada tabel 4.10
menggunakan % cvl, menunjukkan bahwa mahasiswa AK-Tekstil memiliki
kategori beban kerja fisik yang tidak terjadi kelelahan sebanyak 6 orang dan 19
orang yang lain termasuk dalm kategori diperlukan perbaikan. Tingkat beban
kerja fisik rata-rata yang diterima oleh mahasiswa sebesar 76.
Gambar 4.1 dapat diketahui perbandingan tingkat beban kerja fisik
commit
berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis tokelamin
user perempuan mengalami beban
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

kerja fisik yang lebih tinggi dibanding dengan beban kerja fisik laki-laki. Beban
kerja fisik rata-rata yang dialami wanita sebesar 16. Beban kerja fisik dalam hal
ini %cvl rata-rata laki-laki yaitu 14. Beban kerja fisik perempuan lebih besar
karena beban kerja fisik merupakan beban yang dialami saat melakukan kegiatan
fisik cenderung mengunakan otot jadi laki-laki lebih kuat dalam melakukan
kegiatannya sehingga laki-laki beban kerja fisiknya tidak seberat perempuan.
Menurut Fithri dkk. (2017) secara umum perempuan hanya mempunyai
kekuatan fisiologis 2/3 dari kekuatan fisiologis dan kekuatan otot laki-laki.
Kondisi fisiologi perempuan lebih tidak stabil disbanding laki-laki (Mila, 2011).
Pada hasil perbandingan rata-rata tingkat beban kerja fisik antara dua
kategori usia muda dan tua ternyata sesuai grafik 4.2 dapat dilihat bahwa beban
kerja fisik golongan muda lebih besar daripada usia tua. Beban kerja fisik
golongan muda rata-rata 16 dan golongan tua sebesar 12. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang ada bahwa beban kerja fisik lebih berat dialami oleh usia tua.
Ketidaksesuaian itu terjadi karena penggolongan usia mahasiswa rangenya
terlalu dekat sehingga mempengaruhi hasil tersebut. Pada penelitian Kusgianto
dkk. (2017) diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh usia terhadap beban kerja
fisik. Pengaruh tersebut terjadi karena fungsi faal tubuh yang dapat berubah
yang disebabkan faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja
seseorang. Seseorang yang berumur muda sanggup melakukan pekerjaan berat
dan sebaliknya jika seseorang berusia lanjut maka kemampuan untuk melakukan
pekerjaan berat akan menurun karena merasa cepat lelah dan tidak bergerak
dengan gesit ketika melaksanakan tugasnya sehingga mempengaruhi kinerjanya.
Mahasiswa dari jalur umum mengalami tingkat beban kerja fisik yang lebih
rendah dibandingkan dengan mahasiswa jalur khusus hal ini dapat diketahui dari
gambar 4.3. Tingkat rata-rata %cvl mahasiswa jalur khusus yaitu 20 untuk
mahasiswa jalur umum sebesar 14. Mahasiswa jalur khusus diberi tanggung
jawab lebih untuk mengajarkan dan mengoperasikan mesin secara langsung
kepada mahasiswa umum yang belum mengerti dan memahami mesin
sebelumnya. Semua mahasiswa yang berasal dari jalur khusus memiliki
pengalaman dan masa kerja tertentu di industri tempat mereka bekerja. Hasil
penelitian tingkat bebean kerja commit
fisik initosama
userseperti pada penelitian Kusgianto
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

dkk. (2017) yang menyatakan bahwa beban fisik dipengaruhi kelelahan. Tingkat
kelelahan kerja justru lebih banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja lama
(berpengalaman). Dalam penelitian Kusgianto dkk. (2017) masa kerja dapat
mempengaruhi pekerja baik pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif
terjadi bila semakin lama seorang pekerja bekerja maka akan berpengalaman
dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya pengaruh negatif terjadii bila
semakin lama seorang pekerja bekerja akan menimbulkan kelelahan dan
kebosanan, terlebih dengan aktivitas pekerjaan yang monoton dan berulang-
ulang.
Mahasiswa dalam kategori beban kerja fisik rendah yang berarti tidak terjadi
kelelahan secara fisik maka kegiatan praktikum dapat dikategorikan kegiatan
yang tidak menguras fisik walaupun dalam praktiknya mahasiswa harus berdiri
selama praktikum tersebut berlangsung. Kegiatan praktikum termasuk kegiatan
yang tidak membutuhkan usaha fisik yang melelahkan karena tidak
membutuhkan kegiatan fisik seperti material handling yang berat sebab raw
material benang adalah kapas yang sifatnya ringan. Terdapat beberapa
mahasiswa yang memiliki beban kerja fisik sedang yang masih dalam kategori
tidak perlu perbaikan sehingga kegiatan praktikum masih dalam batas aman
untuk dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama.
c. Analisis Tingkat Burnout
Pengukuran tingkat burnout mahasiswa diperoleh dari hasil Maslach
Burnout Inventory General Service (MBI-GS). Alasan penggunaan MBI-GS
dikarenakan kegiatan praktikum mahasiswa masuk dalam kategori umum.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata tingkat burnout mahasiswa termasuk
dalam kategori sedang. Mahasiswa yang mengalami tingkat burnout rendah
sebanyak 3 orang, tingkat burnout sedang sebanyak 19 orang dan tingkat
burnout tinggi sebanyak 3 orang. Perbedaan tingkat burnout yang dialami
mahasiswa dikarenakan adanya perbedaan demografi baik usia, jenis kelamin
dan jalur masuk. Berdasarkan jenis kelamin untuk tingkat burnout yang dialami
laki-laki memiliki rata-rata nilai lebih tinggi dibandingkan perempuan. Penyebab
laki-laki memiliki tingkat burnout lebih tinggi karena menurut teori, laki-laki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

cenderung mengalami kelelahan dan depersonalisasi yang tinggi dibanding


perempuan.
Dari segi usia yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok usia muda dibawah
19 tahun dan ≤ 19 tahun maka diperoleh hasil tingkat burnout lebih tinggi
dialami oleh kelompok muda dibanding yang tua. Mahasiswa yang usianya
diatas 19 tahun cenderung lebih menguasai praktik pengoprasian mesin karena
lebih berpengalaman dibanding yang usia muda karena golongan usia tua
bermula dari jalur masuk khusus rekomendasi di industri tempat mereka bekerja.
Usia muda <30 tahun masih kurang memiliki kematangan berpikir dan
pengelolaan emosional pekerja sehingga pekerja beresiko mengalami burnout
(Wayanti dkk., 2016). Semakin lama masa kerja seorang pekerja maka akan
menyebabkan pekerja tersebut memiliki level burnout yang semakin tinggi
daripada pekerja baru. (Maslach et al, 2001). Masa kerja untuk mahasiswa AK-
Tekstil merupakan selang waktu yang digunakan mahasiswa berinteraksi dengan
lingkungan kerja dan fasilitas kerja sehingga mahasiswa jalur khusus memiliki
masa kerja yang lebih lama daripada mahasiswa jalur umum.
d. Analisis pengaruh antara beban kerja mental, fisik dan burnout
Menurut hasil perhitungan regresi dengan menggunakan SPSS diperoleh
hasil bahwa beban kerja mental tidak mempengaruhi beban kerja fisik begitupun
hubungan sebaliknya. Fakta ini bertolak belakang dengan teori yang ada bahwa
semakin tinggi beban kerja mental maka semakin tinggi pula beban kerja fisik
yang diterima. Hal ini disebabkan karena pengukuran beban kerja fisik dengan
denyut jantung lebih dipengaruhi perbedaan jenis kelamin dan usia responden.
Pada hasil selanjutnya menunjukkan bahwa beban kerja mental berpengaruh
signifikan terhadap burnout sedangkan beban kerja fisik tidak berpengaruh
signifikan terhadap burnout. Fenomena tersebut karena beban kerja mental
diukur berdasarkan 6 indikator yang berpengaruh terhadap burnout. Semakin
tinggi beban kerja mental yang dirasakan mahasiswa maka semakin tinggi pula
tngkat burnout. Beban kerja fisik tidak mempengaruhi burnout karena
dipengaruhi rendahnya tingkat beban kerja fisik yang dialami mahasiswa tidak
sesuai dengan tingkat burnout yang lebih tinggi. Hasil pengaruh beban kerja
commit to useratau simultan diperoleh bahwa
mental dan fisik secara bersama-sama
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

berpengaruh secara signifikan terhadap burnout namun dengan korelasi yang


lemahdengan nilai pearson correlation 0,274.
Hasil pada penelitan sebelumnya oleh Rizkiyansyah (2017) menyatakan
beban kerja fisik berbasis ergonomi dan beban kerja mental berbasis
ergonomi tidak dapat menjadi prediktor kejenuhan kerja pada karyawan PT
Jasa Marga. Hal tersebut berbeda dengan penelitan ini yang menyatakan bahwa
beban mental dapat menjadi prediktor kejenuhan atau burnout, sedangkan beban
kerja fisik tidak dapat menjadi prediktor burnout karena tidak saling
berpengaruh. Kejenuhan kerja (burnout) dapat diketahui dari adanya kelelahan
fisik, mental, dan emosional, serta rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri.
Salah satu indikator penyebab timbulnya kejenuhan kerja (burnout) adalah
beban kerja fisik maupun beban kerja mental. Beban kerja fisik maupun beban
kerja mental sangat erat kaitannya dengan kajian ergonomi. Dari sudut pandang
ergonomi, beban kerja fisik masuk dalam dimensi ergonomi fisik sedangkan
beban kerja mental masuk dalam dimensi ergonomi kognitif.
4. Usulan Perbaikan
Hasil perhitungan beban kerja mahasiswa menunjukan bahwa mahasiswa memiliki
beban kerja mental yang tinggi. Kelelahan emosi yang tinggi juga menjadi faktor
terjadinya beban mental pada mahasiswa yang dapat mengakibatkan burnout. Usulan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan dengan meminimalisir beban kerja mental
pada mahasiswa yaitu berdasarkan 6 indikator beban kerja mental dengan metode
NASA-Tlx. Dari indikator tersebut nantinya dapat diidentifikasi faktor
permasalahannya. Pada penelitian ini indikator effort dan indikator performance
memperoleh nilai tertinggi dibanding dengan indikator NASA-Tlx yang lain.
Indikator performance menunjukkan seberapa besar tingkat keberhasilan
mahasiswa dalam kegiatan kuliah dan seberapa besar kepuasan mahasiswa terhadap
hasil yang dicapainya. Berdasarkan hasil kuesioner rata-rata mahasiswa kurang puas
dengan hasil yang diperoleh sehingga mahasiswa terbebani dalam mencapai hasil
terbaik. Indikator effort menunjukkan seberapa besar kombinasi dari usaha mental dan
fisik yang dilakukan untuk mengikuti praktikum. Indikator ini yang paling dominan
diantara indikator yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa membutuhkan
commit to
aktivitas mental dan fisik dalam mengikuti user praktikum namun mahasiswa
kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

cenderung terbebani secara mental dibanding fisik sehingga beban kerja mental
mahasiswa perlu diminimalisir agar tidak terjadi beban mental yang berlebih. Effort
berkaitan dengan seberapa keras usaha yang dilakukan untuk bekerja (Fahamsyah,
2017). Usaha yang paling dominan dalam kegiatan praktikum adalah tuntutan untuk
mengingat materi yang diperoleh agar dapat diterapkan di dunia industri. Pada masing-
masing mesin telah terdapat langkah kerja namun langkah kerja pengoperasian mesin
hanya tertulis dengan ukuran yang kecil dan kurang jelas sehingga saran untuk
memperbaiki langkah kerja agar tertulis dengan jelas dan lebih baik.

Langkah kerja pada mesin merupakan display. Menurut Sutalaksana (2006)


dsplay dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam
melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik.
Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan
informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang
menerimanya. Display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu sesuai
dengan tulisan atau gambar yang dimaksud dalam display atau sejenis poster. Ciri-
ciri display dan poster yang baik adalah:

1. Dapat menyampaikan pesan.


2. Bentuk atau gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4. Proporsi gambar dan hururuf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
5. Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7. Realistis sesuai dengan permasalahan.
8. Tidak membosankan.
Berikut ini merupakan usulan berupa detail ukuran huruf yang digunakan tampilan
langkah kerja untuk menunjang kegiatan praktikum mahasiswa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.15 Perhitungan Ukuran Huruf

Ukuran
No. Keterangan ukuran Rumus (mm)
1 Tinggi huruf besar (H) Jarak visual (mm)/200 2.50
2 Tinggi huruf kecil (h) (2/3) x H 1.67
3 Lebar huruf besar (2/3) x H 1.67
4 Lebar huruf kecil (2/3) x h 1.11
5 Tebal huruf besar (1/6) x H 0.42
6 Tebal huruf kecil (1/6) x h 0.28
7 Jarak antara 2 huruf (1/4) x H 0.63
8 Jarak antara 2 angka (1/5) x H 0.50
9 Jarak antara huruf dan angka (1/5) x H 0.50
10 Jarak antara 2 kata (2/3) x H 1.67
11 Jarak antara baris antar kalimat (2/3) x H 1.67

Jarak visual yang digunakan sebesar 500mm. Detail ukuran sesuai tabel akan
menjadi usulan perbaikan dari langkah kerja yang sebelumnya telah ada. Berikut ini
tampilan langkah kerja yang suda dipergunakan sebelumnya yang belum sesuai standard
ukuran.

Gambar 4.5 Langkah Kerja Mesin


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Langkah kerja yang terletak pada mesin tampak sudah lama dan belum diperbarui.
Ada beberapa lembar langkah kerja yang telah lepas dari mesin. Lembar kerja ditempel
dengan posisi dan ukuran yang tidak sesuai, sehingga perlu dilakukan perbaikan sesuai
dengan perhitungan tabel 4.15.

Saran perbaikan selanjutnya yaitu untuk membentuk grup diskusi dengan


menjadikan mahasiswa jalur khusus yang telah berpengalaman dibidang tekstil sebagai
leader. Latar belakang pengalaman dan usia sangat mempengaruhi mahasiswa saat
menjalani perkuliahan yang dapat menimbulkan kesenjangan dan tekanan antar
mahasiswa. Menurut Hamalik (2001)) mengemukakan bahwa pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Artinya pembelajaran yang efektif memerlukan keterlibatan siswa di
dalamnya. Siswa ditempatkan sebagai subjek didik, sebagai subjek didik siswa harus
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya bertugas menerima segala
macam informasi, tetapi siswa harus berusaha mendapatkan dan memperoleh informasi
dengan usahanya sendiri.

Berdasarkan analisis beban kerja fisik terdapat 19 responden yang tergolong perlu
perbaikan. Dari penelitian menurut Kusgianto dkk. (2017) selama proses kerja yang
melibatkan aktifitas fisik, nadi kerja akan terus meningkat sejalan dengan semakin
tingginya beban kerja fisik yang dikerjalan oleh seorang pekerja. Nadi kerja akan
mendukung seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sehingga apabila
denyut nadi pekerja meningkat maka kemungkinan tingkat kelelahan akan semakin
tinggi sehingga hasil pekerjaan yang melibatkan aktivitas fisik akan ikut menurun.
Untuk memulihkan nadi kerja supaya kembali optimal untuk dapat melaksanakan
pekerjaan periode berikutnya, diperlukan istirahat dan peregangan yang cukup.
Dikarenakan satu periode pekerjaan diselesaikan selama 4 jam bekerja, maka perlu
istirahat yang cukup minimal 30 menit untuk mengatasi kelelahan akibat paparan
pekerjaan monoton dalam waktu yang lama. AKT- Tekstil menerapkan 2 kali istirahat
dengan durasi 30 menit namun pada prakteknya mahasiswa lebih sering meminta untuk
istirahat 1 kali dengan durasi 1 jam. Usulan perbaikan untuk jam istirahat tetap
mengikuti peraturan yang ada dengan 2 kali istirahat masing-masing selama 30 menit
pada jam 09.00 dan 12.00. commit to user

Anda mungkin juga menyukai