Anda di halaman 1dari 13

REHABILITASI MEDIK PADA CEDERA PLEKSUS LUMBOSAKRALIS

Friskiani Yulis Esra


1
2
Lidwina Sima Sengkey
1
PPDS-1Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
friskiani87@gmail.com

PENDAHULUAN lumbosakralis sangat jarang terjadi. Jika cedera


Pleksus lumbosakralis adalah jaringan saraf terjadi, bagian L4-5 dari pleksus yang paling sering
yang berasal dari radiks lumbal dan sakral dengan terlibat. Sebuah studi kohort baru-baru ini
masing-masing membelah menjadi cabang anterior melaporkan insiden 8% dari pleksopati akibat
dan posterior. Pleksus lumbosakralis dibentuk oleh radiasi pada kanker serviks. Radikulopleksopati
rami anterior radiks L1-S4 yang mempersarafi lumbosakralis diabetes terjadi pada sekitar 0,8%
ekstremitas inferior. Pleksus lumbosakralis dibagi dari semua pasien dengan diabetes. Frekuensi
ke dalam pleksus lumbalis dan pleksus sakralis. pleksopati lumbosakralis akibat keganasan 0,71%,
Divisi anterior mempersarafi otot-otot fleksi dan berdasarkan seri kasus retrospektif.5,6
adduksi sedangkan divisi posterior mempersarafi Strategi rehabilitasi harus disusun secara
otot-otot ekstensi dan abduksi. Pleksus lumbalis dan khas dan spesifik untuk tiap-tiap pasien, dan hal ini
pleksus sakralis yang terletak di atas dan di bawah hanya bisa dilakukan setelah dilakukan evaluasi
pelvis, masing-masing menginervasi bagian menyeluruh kondisi pasien. Seringkali diagnosis
berbeda dari tungkai bawah. Pleksus lumbalis dan terlambat ditegakkan atau diabaikan karena
sakralis dihubungkan oleh trunkus lumbosakral.1,2 menunggu suatu pemulihan spontan. Harus diingat
Cedera pleksus lumbosakralis merupakan bahwa otot akan mulai mengalami atrofi segera
cedera pada keterlibatan satu atau lebih saraf yang setelah terjadi jejas pada daerah proksimal.
bergabung membentuk atau bercabang dari pleksus Kepastian apakah cedera pleksus yang terjadi
lumbosakralis. Cedera pleksus lumbosakralis dapat merupakan neuropraksia, aksonotmesis,
disebabkan oleh banyak penyebab. Faktor-faktor neurotmesis akan menentukan prognosis dan
risiko bervariasi berdasarkan etiologi, tetapi tidak rencana penatalaksanaan rehabilitasi medik pasien.
2,7
terbatas pada berikut : keluarga atau riwayat kanker
panggul, atau penyakit autoimun; riwayat radiasi
panggul, penyakit autoimun atau diabetes melitus ANATOMI
tipe 2; cedera panggul yang terjadi pada trauma Pleksus lumbalis terletak di antara dan di
berkekuatan tinggi, persalinan terutama persalinan dalam otot paraspinal quadratus lumborum dan
lama, operasi abdomen atau panggul; fraktur psoas, dan pleksus sakralis terletak di dalam
ekstremitas bawah; peningkatan risiko perdarahan, panggul. Pleksus lumbalis terbentuk dari akar saraf
seperti pada penggunaan antikoagulasi, hemofilia, L1 hingga L4, dan pleksus sakralis terbentuk dari
aneurisma a. Iliaca. 2,3 akar saraf L4 ke S4. Pleksus lumbosakralis berisi
Cedera pleksus lumbosakralis yang terjadi
sekitar 200.000 akson yang menghasilkan enam
akibat trauma berasal dari cedera yang sangat hebat,
saraf sensorik pada paha dan tungkai serta enam
seperti kecelakaan mobil-pejalan kaki, kecelakaan
mobil berkecepatan tinggi, atau jatuh dari saraf sensorimotor utama yang menginervasi sekitar
ketinggian, dan sering dikaitkan dengan kerusakan 43 otot.2,8
pada organ dalam, pembuluh darah, dan struktur Pleksus lumbosakralis membuat anastomosis
tulang. Penyebab traumatik terutama disebabkan dengan pleksus pudendal dan ganglia simpatetik
oleh fraktur cincin panggul atau acetabulum dan pelvis. Setelah munculnya radiks dari foramina
penggantian sendi panggul. Kelumpuhan trunkus intervertebralis dan pembentukan trunkus pleksus,
lumbosakralis dan pleksus sakralis adalah pola trunkus ini menuju depan transversal apophyses
cedera yang paling sering. 2,4 kedua, vertebra lumbal ketiga dan keempat. Pada
Bilateral pleksopati lumbosakral terjadi pada bagian lumbal, cabang-cabang pleksus mempunyai
25% pasien, terutama pada pleksus sakralis. jarak yang dekat dengan dua kaput m. Psoas mayor,
Insiden lesi terkait cedera tulang ditemukan pada di mana v. Lumbalis asenden berjalan. Vena ini
85% pasien, lesi internal 30% dan cedera vaskular
menuju depan rami anterior L5 dan L4, kemudian
pada 8%. Avulsi radiks terungkap pada 23% kasus
naik ke atas dan menempatkan dirinya sendiri,
dan hanya pada pleksus sakralis dan cedera pleksus
lumbosakralis komplit, L5 dan S1 adalah radiks dalam banyak kasus, di belakang anterior rami L2
yang lebih rentan terhadap avulsi. Trauma pada dan kemudian L1.8,9
proses kelahiran pada kerusakan pleksus

1
Pada bagian sakral, pleksus ditutupi oleh anterior paha dan m. Quadriceps femoris dan m.
parietal fasia panggul dan menghadap pembuluh Sartorius. Cabang saphenous divisi posterior turun
iliaka interna dan ureter di depan. Hubungan dengan a. Femoralis muncul dari kanalis femoralis
vaskular pada dasarnya pada tingkat arteri (a. di atas lutut dan mensuplai kulit sisi medial tungkai
gluteal superior untuk trunkus lumbosakral dan S1, dan kaki. Nervus Obturatorius menuju medial ke
a. Glutealis inferior untuk L2 dan S3 dan a. sakral psoas mayor dan, melewati dinding lateral panggul,
muncul ke paha melalui foramen obturatorius.
lateral di depan S1 untuk a. pudenda internal di
Melalui cabang anterior dan posterior, mensuplai m.
bawah pleksus). Vena Illiolumbal berjalan di antara
Adduktor dan kulit paha bagian medial. 10
dua radiks trunkus lumbosakral dan kemudian Pleksus sakralis yang berlokasi kaudal ini
kepala di belakang pleksus lumbalis untuk berasal dari trunkus lumbosakral (L4-L5) dan
mengelilingi sekitarnya.9 ventral rami S1-S4, yang keluar dari foramina
sakral ventral. Trunkus lumbosakral melewati
medial ke n. Obturatorius ke pelvis di mana ia
bergabung dengan pleksus sakralis. Pleksus sakralis
merupakan saraf kompleks berbentuk triangular
yang terletak di bagian dalam permukaan sendi
sakroiliaka dan lateral serviks atau prostat. Pleksus
ini terletak lebih inferior, di depan m. Piriformis,
pada dinding posterior panggul.10
Mirip dengan pleksus lumbalis bagian
bawah, ventral rami berkontribusi pada bifurkasi
pleksus sakralis menjadi divisi anterior dan
posterior sebelum membentuk cabang pleksus.
Hampir semua divisi anterior bergabung untuk
membentuk divisi tibial pada n. Skiatika (L4-S3).
Posterior divisi, kecuali S3 dan S4, membentuk
divisi common peroneal pada n. Skiatika (L4-S2).
Cabang-cabang pleksus sakralis termasuk n. Gluteal
superior dan inferior (cabang terminal langsung), n.
Kutaneus femoral posterior, trunkus lumbosakral
yang menjadi n. Skiatika dengan divisi tibial dan
Gambar 1. Pleksus lumbalis dan cabang peroneal, dan n. Pudendal. 3,10
terminal perifernya. Bagian yang diarsir mewakili Bagian dari ramus lumbal keempat dan
divisi posterior dari ventral rami primer; yang tidak semua ramus anterior lumbal kelima bergabung
diarsir adalah divisi anterior dari ventral rami untuk membentuk trunkus lumbosakral, yang
primer.3 muncul menuju medial ke psoas mayor untuk
memasuki panggul dan bergabung dengan saraf
Pleksus lumbalis mengeluarkan tiga cabang sakral pertama, kedua dan ketiga untuk membentuk
penting untuk persarafan anggota tubuh bagian pleksus sakralis pada posterolateral dinding
bawah : 9 panggul. Persarafan perineum dan sebagian besar
1. N. Obturatorius (gabungan anterior cabang tungkai bawah berasal dari cabang pleksus ini.
L2, L3 dan L4) Nervus Skiatika, yang terbesar di tubuh,
2. N. Femoralis (gabungan posterior cabang meninggalkan panggul melalui foramen skiatik
L2, L3 dan L4 dan divisi yang mepunyai yang lebih besar dan melewati belakang hip menuju
anastomosis paling besar untuk belakang paha. Sebagian besar serat saraf di pleksus
membentuk saraf ini) lumbosakralis bawah dimiliki n. Skiatika, yang
3. N. Kutaneus Femoralis Lateralis menerima persarafan dari radiks L4-S3. Nervus ini
(gabungan posterior L2 dan L3, cabang meninggalkan panggul biasanya di bawah m.
paling kranial dan kecil) Piriformis, mensuplai persarafan ke otot fleksor
lutut (paha belakang : semimembranosus,
Nervus Kutaneus femoralis lateralis muncul semitendinosus dan caput panjang dan pendek dari
sebelum n. Femoralis. Ia melewati sepanjang biseps femoris), divisi lateral m. Adduktor magnus,
dinding abdomen ke spina iliaka anterosuperior, di dan semua otot yang dipersarafi oleh n. Peroneal
mana ia keluar dari panggul. Nervus Femoralis dan n. Tibialis. Persarafan sensorik untuk seluruh
bergerak turun pada posterior psoas mayor muncul kaki bagian bawah di bawah lutut, dengan
di panggul di antara otot ini dan iliacus, kira-kira 4 pengecualian tungkai bawah medial, yang
cm proksimal ke ligamentum inguinalis untuk dipersarafi oleh n. Saphenous.11
mencapai bagian atas paha. Melalui divisi anterior
dan posterior itu mensuplai kulit permukaan

2
ke arah distal, n. Kutaneus femoralis posterior
menjadi lebih superfisial dan medial, berjalan
lateral ke tuberositas iskial di margin bawah gluteus
maximus. Wilayah sensoriknya meliputi bokong
bagian bawah, garis tengah posterior paha, dan
sebagian besar daerah poplitea. Mengingat
hubungan anatomi mereka yang dekat, n. Kutaneus
femoralis posterior dan n. Skiatika dapat terganggu
secara bersamaan. Ada beberapa cabang dari n.
Kutaneus femoralis posterior yang menembus fasia
dan menjadi subkutan pada lipatan gluteal. Dari
lateral terdapat n. Cluneal inferior dan memberikan
sensasi pada bokong inferior dan lateral. Cabang
medial yang lebih besar disebut n. Pudendal
inferior, yang memberikan sensasi pada skrotum
atau labia.

ETIOLOGI

Gambar 2. Representasi skematis pleksus Cedera pleksus lumbosakralis dapat dibagi menjadi
sakralis. Bagian yang diarsir menandakan divisi yang disebabkan oleh lesi struktural dan yang
posterior dari ventral rami primer; aspek yang tidak disebabkan oleh lesi nonstruktural. 1,2,3,12
berarsir adalah divisi posterior dari ventral rami Lesi struktural termasuk : 2,3,12,13
primer.3 1) Keganasan
Pleksus sakralis mengeluarkan beberapa cabang Pleksus rentan terhadap lesi kompresif. Tumor
kolateral : 9,10 dapat menyebabkan cedera pleksus melalui ekstensi
1) Divisi anterior langsung ke jaringan yang berdekatan. Keganasan
a) Nervus ke quadratus femoris dan gemelli yang dapat menyebabkan pleksopati lumbosakralis
inferior, yang muncul dari divisi anterior termasuk karsinoma kolorektal; sarkoma
L4, L5, dan S1. retroperitoneal; atau tumor metastasis dari
b) Nervus ke obturatorius internus dan payudara, limfoma, uterus, serviks, kandung kemih,
gemelli superior, yang berasal dari divisi melanoma, atau prostat.
anterior L5, S1, dan S2. 2) Perdarahan retroperitoneal
2) Divisi posterior Perdarahan retroperitoneal paling sering dilihat
a) Nervus Gluteal superior muncul dari divisi sebagai komplikasi antikoagulasi, baik dengan
posterior L4, L5, dan S1. Nervus Glutealis heparin dengan berat molekul rendah, heparin yang
superior keluar dari panggul melalui tidak terfraksi, atau warfarin, tetapi juga dapat
foramen skiatika yang lebih besar di atas terjadi pada hemofilia. Pasien dengan pembekuan
m. Piriformis dan menginervasi m. Gluteus normal juga dapat mengalami perdarahan
medius, m. Gluteus minimus, dan tensor retroperitoneal karena trauma, operasi
fascia latae.. Ketiga otot ini bekerja retroperitoneal dan kateterisasi jantung.
bersamaan untuk abduksi hip. Abduksi 3) Aneurisma
pada ekstensi hip merupakan kontraksi Laporan kasus juga mengidentifikasi pasien
dari m. Gluteus medius dan minimus. menderita pleksopati lumbosakralis setelah
Sebaliknya, abduksi pada fleksi hip menjalani cangkok bypass aorta iliaka karena
merupakan kontraksi dari tensor fascia aneurisma aorta abdominal. Teori pada komplikasi
latae yang jarang ini, adalah iskemia saraf sekunder
b) Nervus Glutealis inferior dari divisi akibat gangguan suplai darah ke pleksus
posterior L5, S1, dan S2. Nervus Gluteal lumbosakralis atau bagian kaudal dari sumsum
inferior muncul di bawah m. Piriformis tulang belakang.
menginervasi m. Gluteus maximus, untuk 4) Trauma
ekstensi hip dengan bantuan dari m. Cedera pleksus lumbosakralis sebagian besar
Hamstring. disebabkan oleh kecelakaan dengan kecepatan
3) Divisi anterior dan posterior deselerasi tinggi di mana pelvik atau hip mengalami
Nervus Kutaneus femoralis posterior muncul dari retak/ dislokasi. Fraktur pelvik memiliki insidensi
divisi posterior S1 dan S2, dan divisi anterior S2 30,8% pada kejadian cedera pleksus lumbosakral.
dan S3. Nervus ini keluar dari panggul melalui Insiden dan tingkat keparahan pleksopati
foramen infrapiriform. Nervus Kutaneus femoralis lumbosakralis traumatik meningkat seiring dengan
posterior berjalan medial dan parallel ke n. Skiatika jumlah lokasi fraktur pelvis dan ketidakstabilan
di daerah bokong. Ketika kedua nervus ini berjalan fraktur.

3
jarang terdeteksi cedera ini selama di unit trauma,
Etiologi non-struktural termasuk: 1,2,3,12, atau setelah pasien memulai terapi rehabilitasi. Oleh
1) Pembedahan karena itu, perlu memiliki kewaspadaan yang tinggi
Cedera lumbosakral juga telah tercatat dapat terjadi dalam pemeriksaan cedera pleksus dan cedera saraf
setelah apendektomi dan herniorrhaphy inguinalis. perifer lainnya akibat trauma.1,11
Pasien yang kurus, diabetes, atau lanjut usia
berisiko lebih tinggi untuk cedera semacam itu. David Chuang juga membagi 2 tipe lesi pada cedera
Cedera pada pleksus lumbosakralis dengan temuan yang dibedakan untuk tujuan perbedaan
klinis terjadi pada hingga 10% prosedur pengobatannya : 11,14
penggantian pinggul. 1. Avulsi : mengacu pada saraf yang robek dari
2) Prosedur kebidanan / kandungan perlekatannya (disebut avulsi proksimal jika
Pleksus lumbosakralis dapat mengalami kompresi perlekatannya terlepas dari medulla spinalis, disebut
akibat komplikasi persalinan dan kelahiran. Insiden avulsi distal jika perlekatannya terlepas dari otot)
cedera neurologis postpartum yang dilaporkan 2. Ruptur : adalah cedera saraf yang diakibatkan
dalam literatur relatif rendah pada 0,008% sampai oleh trauma traksi yang terbelah secara inkomplit
0,5%. Faktor-faktor yang terkait dengan cedera sehingga menyebabkan bentuk akhir iregular
saraf adalah tahap persalinan kedua yang proksimal dan distal.
berkepanjangan; bantuan vakum atau forceps
persalinan pervaginam, disproporsi sefalopelvik,
dan presentasi janin abnormal.
3) Radiasi
Radiasi pada neoplasma pelvik (mis. Usus besar,
ovarium, serviks, testis, prostat, Hodgkin) dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada pleksus
lumbosakral dan saraf perifer. Biasanya pada dosis
radiasi > 5.000 rad, dengan gejala muncul perlahan,
umumnya berkembang 1 sampai 5 tahun setelah
terapi radiasi. Karakteristik yang membedakan dari
pleksopati akibat keganasan termasuk insiden nyeri
yang lebih rendah, nyeri yang berkembang setelah
kelemahan, keterlibatan ekstremitas superior, dan Gambar 3. Mekanisme cedera saraf pleksus
adanya miokymia pada elektromiografi.
4) Diabetes melitus Derajat Cedera Saraf
Kelemahan adalah manifestasi dominan neuropati Saraf-saraf spinal terdiri dari 3 jaringan
diabetik proksimal (Amyotrophy diabetes). Hal penyambung yang membungkus akson, yaitu : 14,15
biasanya menyebabkan fleksi pinggul, adduksi 1. Endoneurium/endoneural yang
pinggul, pinggul abduksi, dan kelemahan ekstensi mengelilingi individual axon
lutut. 2. Perineurium/perineural yang mengelilingi
5) Infeksi fascicles (bundles of axons)
Infeksi lokal dan sistemik telah ditemukan 3. Epineurium/epineural yang mengelilingi
menyebabkan pleksopati lumbosakral. Infeksi lokal seluruh serabut saraf
lebih umum ditemukan dan termasuk infeksi/abses
di m. Psoas dan m. Gluteal, ruang retroperitoneal, Dalam menanggapi respon terhadap penyakit atau
serta infeksi pada organ di sekitarnya seperti cedera, serabut saraf dapat mengalami demielinasi,
saluran pencernaan atau saluran kemih, atau degenerasi akson, atau keduanya.
vertebra lumbal. Infeksi sistemik juga dapat Cedera pada saraf perifer dapat dibagi menjadi dua
menyebabkan cedera pleksus lumbosakral. perubahan patologis : 14,15,16
1) Demielinisasi
PATOFISIOLOGI Cedera saraf yang dapat menyebabkan abnormalitas
Pleksus dapat cedera oleh karena trauma, biasanya motorik dan sensorik dimana terjadi kerusakan dari
terkait dengan fraktur pelvik atau hip. Biasanya mielin tetapi akson tetap intak. Hal ini akibat dari
mengenai pleksus sakralis karena kompresi tekanan yang menyebabkan suatu episode iskemik
langsung atau laserasi dari fragmen tulang atau dari sementara atau edema dan neuropati perifer. Cedera
cedera traksi. Avulsi radiks bersamaan dapat terjadi, demielinisasi dapat memperlambat konduksi listrik
biasanya berhubungan dengan pemisahan sendi pada seluruh panjang saraf, beberapa segmen saraf,
sacroiliac (SI). Lesi inkomplet biasanya terjadi dan area fokus saraf, atau menghasilkan blok konduksi .
sering diabaikan pada fase akut karena rasa nyeri Perbaikan dapat terjadi :
dan imobilitas akibat cedera tulang atau dari a. Self limited; iskemik sementara dapat
perubahan status mental akibat cedera otak atau menghilang dengan segera tetapi edema
intubasi yang terjadi secara bersamaan. Tidak memerlukan waktu beberapa minggu.

4
b. Remielinisasi; Ini adalah suatu proses akibat dari penekanan dan sembuh karena
perbaikan dimana bagian yang mengalami perbaikan oleh sel Schwann, dimana
demielinisasi membentuk mielin baru oleh memerlukan waktu beberapa minggu
sel-sel Schwann. Mielin baru ini lebih tipis sampai bulan.
dengan jarak internodal yang lebih pendek 2) Aksonotmesis : suatu cedera yang lebih
menyebabkan kecepatan konduksi lebih berat dari neuropraksia dan menyebabkan
lambat dari normal. degenerasi Wallerian. Terjadi kerusakan
akson tetapi selubung endoneural tetap
intak. Biasanya akibat dari traksi atau
kompresi saraf yang berat. Regenerasi
saraf tergantung dari jarak lesi mencapai
serabut otot yang denervasi (perbaikan
lebih baik pada jarak lesi yang pendek dan
letaknya lebih ke distal. Pemulihan fungsi
sensorik lebih baik daripada motorik,
karena reseptor sensorik lebih lama
bertahan dari denervasi dibandingkan
motor end plate (kira-kira 18 bulan).
3) Neurotmesis : kerusakan saraf yang
Gambar 4. Demielinisasi dan Remielinisasi komplet dan paling berat, dimana proses
pemulihan sangat sulit kecuali dilakukan
2) Cedera Akson neurorrhaphy. Penyembuhan yang terjadi
Terdapat dua tipe cedera pada akson yaitu sering menyebabkan reinervasi yang tidak
degenerasi aksonal atau degenerasi Wallerian. lengkap atau salah sambung dari serabut
Keduanya dapat mengenai badan sel dan saraf.
menyebabkan khromatolisis sentral. 14,15,16
a. Degenerasi aksonal, merupakan
cedera saraf yang memperlihatkan
suatu bentuk kematian saraf yang
mulai dari distal dan menjalar ke
proksimal.
b. Degenerasi Wallerian, merupakan
cedera saraf yang memperlihatkan
kerusakan saraf fokal atau multifokal
setelah 4 – 5 hari. Ini terjadi secara
lengkap untuk saraf motorik dalam 7
hari atau 11 hari untuk saraf sensorik.
Gambar 6. Klasifikasi cedera saraf menurut
Sheddon

Gambar 5. Degenerasi Wallerian


Tabel 1. Klasifikasi cedera saraf menurut Sheddon
Klasifikasi menurut Seddon terdapat 3 derajat
dari cedera saraf yaitu : 14,15,17 Klasifikasi Sunderland berdasarkan pada derajat
1) Neuropraksia : suatu hambatan konduksi perineural yang terkena yaitu:,14,15,17
lokal yang berhubungan dengan a. Tipe I : hambatan dalam konduksi
demielinisasi sementara (terjadi kerusakan (neuropraksia). Konduksi sepanjang akson
mielin namun akson tetap intak). Pada tipe secara fisiologis terputus, tetapi akson
cedera seperti ini tidak terjadi kerusakan tetap intak. Tidak terjadi degenerasi
struktur terminal sehingga proses Wallerian, penyembuhan spontan biasanya
penyembuhan lebih cepat dan merupakan terjadi dalam beberapa hari atau minggu.
derajat kerusakan paling ringan. Biasanya

5
b. Tipe II : cedera akson tetapi selubung lateral, anterior, dan paha medial dan hingga ke
endoneural tetap intak (aksonotmesis). bawah betis medial. 1,12
Biasanya terjadi karena terjepit atau traksi Lesi pada pleksus lumbosakral bawah lebih
ringan. Terdapat disrupsi akson, dengan dominan mempengaruhi serabut saraf L4-S3.
terjadinya degenerasi Wallerian distal dari Pasien mengeluh rasa nyeri pada panggul yang
tempat cedera. Integritas endoneural masih dapat menjalar ke posterior paha dan dapat
intak. memanjang ke posterior dan lateral betis. Refleks
c. Tipe III : aksonotmesis yang melibatkan Achilles mungkin melemah atau tidak ada. Gejala
selubung endoneural tetapi perineural dan dan tanda sensorik dapat terlihat pada posterior
epineural masih intak. Akson dan paha dan posterior-lateral betis serta di kaki. 1,12
endoneural terputus, gangguan neurologis Secara proksimal, kelemahan mungkin ada pada
komplit ditemukan pada penemuan klinis. fleksor lutut, ekstensor hip (gluteus maximus),
d. Tipe IV : aksonotmesis melibatkan abduktor dan rotatator internal (gluteus medius dan
selubung endoneural, perineural, tetapi tensor fascia latae). Di kaki, kelemahan mungkin
epineural masih intak. Akson dan terjadi di belakang paha, serta di semua otot yang
endoneural terputus, tetapi beberapa dipersarafi oleh nervus peroneal dan tibialis. Serat
epineural dan mungkin beberapa saraf pada nervus peroneal sering terkena pada
perineural masih intak sehingga tidak pleksopati lumbosakralis, mirip dengan sering
terjadi pemutusan seluruh serabut saraf. terkenanya nervus peroneum pada nervus skiatika
Degenerasi retrogard lebih berat. dan lesi radiks L5. Oleh karena itu, pasien dapat
e. Tipe V : aksonotmesis melibatkan mengalami footdrop dan gangguan sensorik pada
selubung endoneural, perineural dan dorsum kaki dan lateral betis. Dalam beberapa
epineural (neurotmesis). Serabut saraf kasus, pola kelemahan dan mati rasa mungkin sulit
terpotong secara komplit, menyebabkan atau tidak dapat dibedakan.1,12
terbentuk gap antara ujung-ujung saraf.
Kemungkinannya kecil akan terjadi
penyambungan karena pertumbuhan ujung
akson, demikian pula kemungkinan
pulihnya fungsi tanpa pembedahan yang
tepat.

MANIFESTASI KLINIS
Nyeri, kehilangan sensori, dan kelemahan adalah
kardinal gejala pleksopati. Namun, urutan
keparahan gejala-gejala ini berbeda sesuai lokalisasi Gambar 7. Abnormalitas sensorik pada pleksopati
lesi dan etiologi spesifik yang menyebabkan lumbalis atas 12
pleksopati. 1

Tabel 2. Gejala Pleksopati berdasarkan etiologi 1

Lesi pleksus lumbosakralis biasanya dibagi secara Gambar 8. Abnormalitas sensorik pada pleksopati
klinis menjadi cedera pleksus lumbalis atas dan lumbosakral bawah 12
pleksus lumbosakral bawah, sesuai dengan divisi
anatomi yang mendasarinya. Pleksopati lumbalis
atas mengenai sebagian besar serabut saraf L2-L4, DIAGNOSIS
menyebabkan kelemahan otot depan paha,
iliopsoas, fleksor hip dan adduktor hip (nervus Anamnesis
femoralis dan obturatorius). Reflex patella sering Penting untuk mengetahui lokasi dan tingkat
melemah atau tidak ada. Nyeri, jika ada, biasanya keparahan nyeri. Pleksopati lumbosakralis yang
terletak di panggul dengan penjalaran ke anterior disebabkan oleh neoplasma sering disertai nyeri
paha. Kehilangan sensori dan parestesia terjadi di punggung, pinggul, atau bokong, sementara

6
penyebab lain sering disertai nyeri ekstremitas sekedar neuropati perifer global atau kemungkinan
bawah. Pertanyaan penting tambahan untuk retroperitoneal hematoma atau neoplasma panggul.
ditanyakan termasuk keterlibatan sensorik, Observasi ekstremitas bawah dapat memperlihatkan
kelemahan, dan riwayat trauma. Jika seorang pasien memar akibat trauma, perubahan kulit pasca radiasi
memiliki riwayat trauma, memahami mekanisme atau penyakit autoimun, dan/atau penurunan massa
trauma serta tingkat defisit yang diharapkan terkait otot dalam pola distribusi saraf tepi. Fasikulasi otot
dengan trauma adalah penting untuk juga dapat terlihat. Palpasi daerah yang terlibat
dipertimbangkan. Sebagai contoh, seorang pasien dibandingkan dengan daerah yang tidak terlibat
dengan fraktur tulang paha mungkin memiliki dapat membantu menentukan keparahan nyeri dan
kelemahan dan nyeri ekstremitas bawah, namun menunjukkan tanda-tanda peningkatan tekanan
nyeri panggul dapat dikaitkan dengan hematoma kompartemen, fraktur atau kehilangan sensorik
lumbosakral. Lateralitas juga merupakan kualifikasi yang luas. 2,3,12
penting karena pleksopati sering unilateral, namun Pemeriksaan muskuloskeletal dan
keterlibatan bilateral dapat dilihat pada trauma neurologis yang menyeluruh adalah kunci untuk
masif, penyakit autoimun, diabetes lumbosakralis diagnosis, dan sangat penting untuk menyingkirkan
radiculopleksus neuropati dan pleksopati yang keterlibatan ekstremitas atas juga. Memahami
diinduksi oleh radiasi. 2,3,12 berbagai gerakan bersama, baik pasif maupun aktif,
Anamnesis juga harus mencakup dalam pihak yang terlibat versus yang tidak terlibat
pertanyaan mengenai infeksi, operasi, adalah penting. Memahami pola perubahan yang
kelahiran/persalinan baru-baru ini, atau masalah dicatat selama pengujian kekuatan otot manual
sendi. Investigasi menyeluruh terhadap riwayat dalam kombinasi dengan area kehilangan sensorik
medis masa lalu pasien dan riwayat keluarga juga dapat membantu melokalisasi saraf perifer yang
penting. Keluarga atau riwayat pribadi hemofilia, terlibat. 2,3,12
gangguan perdarahan, kanker, terapi radiasi,
gangguan autoimun, atau diabetes mellitus penting Namun, mungkin sulit untuk membedakan
untuk dicatat. Tinjauan menyeluruh dari sistem juga radikulopati multilevel dari pleksopati berdasarkan
harus dilakukan. Penyakit autoimun dapat muncul pemeriksaan fisik saja. Jika pleksopati bilateral
dengan gejala sistemik seperti penurunan berat terjadi, mungkin sulit untuk membedakannya dari
badan dan demam, bersama dengan keterlibatan sindrom kauda equina; Namun, fungsi usus dan
pleksus lumbosakralis. Penurunan berat badan juga kandung kemih harus normal pada pleksopati.
bisa menjadi tanda awal neuropati diabetik dan Membandingkan kekuatan, menilai peningkatan
lumbosakralis radikulopleksus, serta gejala otonom tonus otot atau kelenturan diperlukan. Penurunan
seperti disfungsi ereksi, perubahan tekanan darah tonus otot dengan tidak adanya atau berkurangnya
dan keringat.2,3,12 kelemahan ekstremitas bawah pada sisi yang
Pemeriksaan Fisik terkena biasanya terlihat pada cedera pleksus
Pemeriksaan klinis untuk mengevaluasi pleksopati lumbosakral (tanda lesi neuron motorik perifer). 2,3
lumbosakralis melibatkan penilaian neurologis Jika pleksus lumbalis terlibat, refleks
untuk termasuk penilaian kekuatan motorik, Patella biasanya melemah, sedangkan jika bagian
sensorik, refleks regang otot, tonus, dan fungsi usus pleksus sakralis terlibat, refleks hamstring dan
dan kandung kemih. Pola hilangnya sensorik, Achilles dapat melemah. Tes khusus, seperti
refleks asimetris, atau kelemahan otot menyiratkan manuver hip provokatif, juga harus dilakukan.
adanya keterlibatan beberapa saraf atau tingkat Analisis gaya berjalan, tes keseimbangan dan
radiks. Penting untuk membedakan cedera pleksus memeriksa tanda clonus dan Babinski juga harus
yang dicurigai dari keterlibatan tingkat radiks dipertimbangkan. 3,12
tunggal, menggambarkan radikulopati, atau
perubahan saraf yang lebih umum konsisten dengan Pemeriksaan Penunjang
neuropati perifer. 1) Laboratorium
Pemeriksaan tungkai bawah bilateral yang Penelitian laboratorium dilakukan berdasarkan
detail, termasuk penilaian sensorik kulit sesuai dugaan etiologi. Lakukan pemeriksaan kadar
dermatom, pengujian otot manual sesuai myotome, glukosa darah dan hemoglobin glikosilasi jika
dan pemeriksaan refleks Patella dan Achilles, dapat diduga ada penyakit diabetes; laju sedimentasi dan
mengungkapkan defisit neurologis yang dapat jumlah darah putih jika diduga ada abses; atau
membantu diferensiasi ini. Selain itu, mungkin waktu protrombin dan trombosit jika diduga
perlu mengevaluasi keterlibatan sakral yang lebih hematoma.
rendah dengan pemeriksaan fisik tonus sfingter anal Pemeriksaan petanda infeksi tergantung pada
eksternal pasien, terutama jika keluhan termasuk gambaran klinis.. Untuk pleksopati lumbosakralis
inkontinensia usus dan kandung kemih. Edema atau inflamasi (mis. Neuropati lumbosakral
pembengkakan di satu ekstremitas bawah mungkin radikulopleksus diabetes lumbosakralis, dan
menunjukkan adanya massa panggul atau neuropati inflamasi pasca bedah), petanda inflamasi
keterlibatan pleksus lumbosakralis lebih daripada serum (ESR, CRP) biasanya non-diagnostik,

7
sedangkan studi CSF menunjukkan protein tinggi Kecepatan konduksi biasanya normal karena mielin
dengan jumlah sel putih normal. Pada pleksopati dipertahankan. Respons terlambat yang
lumbosakralis akibat sarkoidosis, baik protein berkepanjangan (gelombang F) juga dapat dilihat.
maupun jumlah sel dapat meningkat pada CSF. Needle-EMG menunjukkan potensi fibrilasi serta
Pada pleksopati lumbosakralis akibat limfoma, potensi unit motorik neurogenik pada otot yang
sitologi dapat mengkonfirmasi keganasan.2,8 terlibat. Potensi fibrilasi dapat dilihat pada kedua
neuropati lumbosakralis radikulopleksus dan lumbal
2) Pencitraan radikulopati, namun mereka tidak ada dalam
Studi neuroimaging pada pleksus lumbosakralis pleksopati lumbosakralis murni. 8,1
adalah alat yang sangat bernilai dalam pemeriksaan Needle-EMG dapat berguna dalam
dan diagnosis pleksopati lumbosakral. MRI dan CT mendeteksi pola spesifik untuk membantu dalam
penting untuk mengevaluasi cedera akibat trauma diagnosis. Tes otot yang dipersarafi dari L2 ke S1
atau lesi kompresif dalam kasus nontrauma. dengan saraf perifer yang berbeda adalah penting
Sebelum munculnya magnetic resonance imaging untuk pola yang berbeda. Pengujian bilateral dapat
(MRI), computed tomography (CT) adalah metode dilakukan jika keterlibatan saraf sistemik
radiologis yang paling efektif untuk memeriksa dipertimbangkan dalam diferensial. Setelah 3
pleksus lumbosakralis. Namun, resolusi anatomis minggu timbulnya gejala, gelombang tajam positif
superior MRI meningkatkan akurasi diagnostik dan dan fibrilasi diharapkan terlihat pada persarafan otot
meningkatkan perencanaan intervensionalis, dan yang terlibat. Pada cedera kronis, bukti reorganisasi
telah menunjukkan sensitivitas tinggi dalam terminal dilihat sebagai peningkatan polifasitas,
mengidentifikasi perubahan awal pada pleksus durasi dan amplitudo unit motorik bersama dengan
lumbosakralis.2,3,8 pola rekrutmen neuropatik, dapat dilihat. Dalam
MRI vertebra lumbalis dan pleksus kasus avulsi radiks, pleksus rusak parah dan tidak
lumbosakralis adalah alat yang sangat baik dalam ada rekrutmen motorik yang terlihat. Pada
mengidentifikasi lesi yang menempati ruang pleksopati yang diinduksi radiasi, pelepasan
(misalnya, kanker, hematoma, abses) yang dapat myokymic terlihat pada EMG. Pada diabetik
menekan pleksus, memverifikasi temuan lumbosakralis radikulopleksus neuropati, neuropati
EMG/NCS, mengevaluasi tingkat penyakit pada distal pada diabetes bersamaan dapat dilihat pada
tumor panggul, menjelaskan presentasi klinis yang EMG juga, namun perubahan proksimal asimetris
membingungkan, dan memberikan informasi lokasi dan keterlibatan pleksus membantu membedakan
pemberian obat nyeri atau intervensi bedah. MRI keduanya.2,3,8,12
dengan kekuatan medan yang lebih tinggi lebih
disukai karena rasio sinyal terhadap bising yang
lebih besar. 2,3,8 PENATALAKSANAAN
Penanganan awal pleksopati lumbosakralis
3) Elektrodiagnostik tergantung pada gejala dan etiologi yang
Tes elektrodiagnosik sangat membantu dalam mendasarinya. Sebagai contoh, banyak gejala
menegakkan diagnosis, mengkonfirmasi pleksopati pleksus lumbosakralis obstetrik yang diobati secara
dan mendokumentasikan tingkat keparahan, luasnya konservatif. Massa pada panggul atau perdarahan
lesi, lokalisasi yang akurat dari cedera neurologis
retroperitoneal memerlukan intervensi bedah atau
penilaian keparahan cedera, dan menentukan
medis. Jika kontrol edema diperlukan, elevasi
prognosis. Pemeriksaan ini juga berguna dalam
membedakan antara pleksopati, radikulopati, dan tungkai dan stoking kompresi mungkin bermanfaat.
mononeuropati. Studi konduksi saraf (NCS) dan Untuk neoplasma, pengobatan dapat melibatkan
elektromiografi jarum (EMG) adalah bagian kemoterapi, pembedahan, dan radiasi, dan
penting dari evaluasi pleksopati. 2,3 tergantung pada keganasan yang mendasarinya.
Potensi aksi saraf sensorik (SNAP) Neuropati lumbosakralis radikulopleksus diabetes,
khususnya membantu dalam membedakan neuropati lumbosakral radikulopleksus, dan
preganglionik (kanalis intraspinal) dari lesi neuropati inflamasi pasca bedah dapat diobati
postganglionik (ekstraspinal). Potensi aksi otot dengan imunoterapi untuk menghentikan etiologi/
gabungan (CMAP) sangat membantu dalam menilai kerusakan inflamasi.2,7,19
tingkat kehilangan akson motorik (hubungan antara Meskipun beragam spektrum dari radiks
amplitudo CMAP dan jumlah serabut motorik yang menyebabkan kelainan, morbiditas terbesar
menginervasi otot yang terekam hamper linier).
dari pleksopati lumbosakralis tetap merupakan
Jarum EMG berguna untuk lokalisasi, evaluasi
keparahan, dan penentuan kehadiran dan tingkat nyeri dan gangguan fungsional. Dengan demikian,
reinnervasi. 3,8 manajemen nyeri dan terapi fisik tetap menjadi
Biasanya, Nerve Conduction Study akan elemen penting untuk pengobatan patologi tersebut.
menghasilkan penurunan amplitudo potensial aksi Lebih lanjut, karena terbatasnya bukti yang tersedia
majemuk dan potensial aksi saraf sensoris asimetris. untuk memandu rehabilitasi pasien dengan cedera

8
pleksus lumbosakralis, para praktisi mengandalkan sendiri adalah Light Amplification by Stimulated
penggunaan prinsip-prinsip rehabilitasi inti yang Emission of Radiation yang akan mengeluarkan
berkaitan dengan penyakit saraf lower motor foton. Foton adalah paket energi cahaya yang bisa
neuron. Tatalaksana pada cedera pleksus diabsorpsi oleh beberapa sel untuk meningkatkan
lumbosakralis dibagi menjadi 2 bagian besar, regenerasi dan proliferasi dari sel. Untuk menerima
operatif dan non operatif.2,7,19 foton tersebut, dibutuhkan sebuah struktur penerima
foton, yaitu photoacceptor. 2,14
Rehabilitasi Medik Dikatakan terdapat dua buah kelompok
Untuk semua pasien dengan cedera pleksus penerima foton, yaitu photoacceptor mitokondria
lumbosakralis, ada sejumlah tujuan rehabilitasi dan non-mitokondria. Foton akan diterima dan
yang perlu dicapai. Prinsip ini meliputi: 7,14,20 diserap oleh chromopore pada sel mitokondria,
a. Penanganan nyeri penerimaan foton ini akan menyebabkan perubahan
Penanganan dapat mencakup non farmakologis pada konfigurasi sel mitokondria, dan menyebabkan
seperti modalitas, peregangan, dan farmakologis perubahan pada signal molekuler yang dikeluarkan
seperti obat-obatan (NSAID, agen neuropatik oleh sel. Reaksi primer yang diharapkan dari
seperti gabapentin/pregabalin/ modalitas laser adalah perubahan pada fungsi
duloxetine/amitriptyline/ venlafaxine, atau opioid) photoacceptor itu sendiri, sedangkan perubahan
dan dalam beberapa kasus stimulator medulla lainnya pada signal seluler dan fungsi sel
spinalis atau terapi intratekal. 2,3,14 merupakan bagian dari reaksi sekunder. Absorpsi
Penanganan non farmakologis untuk nyeri tipe ini cahaya ini juga akan meningkatkan potensi
dapat menggunakan : membran dari sel mitokondria nantinya akan
 Transkutaneus electrical nerve meningkatkan transduksi signal. 14,20
stimulation (TENS) Penerima foton non-mitokondria adalah
Merupakan stimulasi listrik yang telah digunakan cytochrome c oxidase, meningkatkan potensi
untuk mengelola nyeri lebih dari 2 dekade, membran mitokondria dan ATP (adenosine
berdasarkan teori gate control menurut Melzack dan triphosphate), peningkatan dari mereka akan
Wall (1965). TENS mengaktivasi serabut saraf meningkatkan energi yang tersedia, sehingga
diameter besar (A- beta) yang menginhibisi membuat sel tersebut lebih siap untuk transduksi
interneuron (substantia gelatinosa) pada medulla signal. Laser HeNe yang paling sering digunakan
spinalis. Pada giliranya menghasilkan inhibisi pada berisikan campuran dari gas helium dan neon,
serabut saraf diameter kecil (A-delta) dan C dengan panjang gelombang 632.8 nm. Laser HeNe
(serabut saraf nyeri), bersama dengan inhibisi bisa mencapai penetrasi 0.8-1.5 mm secara efek
presinaps dari T-cells untuk menutup gerbang dan langsung, namun bisa lebih dalam pada efektidak
mengatur nyeri. 2,1 langsung, karena reaksi sel mungkin akan mencapai
TENS diberikan dengan implus frekuensi lebih dalam dari 15 mm. Kekuatan laser HeNe
tinggi (50-100Hz) selama 30 menit sampai 1 jam biasanya memiliki output sebanyak 14-29 mJ. Dosis
per sesi, maksimal 2 jam per sesi, dengan total 8 dari low level laser terapi yang digunakan 6 J/cm2,
jam perhari. Terapi dilanjutkan selama 3 minggu 90 detik tiap titik, 3 kali per minggu, diberikan pada
dan dikurangi bertahap setelah 8 – 12 minggu. titik penjalaran saraf yang mengalami cedera.2,14,20
Terapi listrik yang biasa digunakan untuk
mengurangi nyeri pada kasus cedera pleksus b. Lingkup Gerak Sendi (LGS)
lumbosakralis, digunakan terutama untuk Pasien dengan cedera pleksus lumbosakralis
mengurangi gejala, namun beberapa peneliti telah memiliki gambaran klinis khas berupa kelemahan
menemukan bahwa terapi listrik bisa meningkatkan atau paralisis komplit ekstremitas inferior.
regenerasi. Regenerasi ini bersifat menyeluruh, Tergantung dari pola kelemahan atau paralisis,
tidak hanya pada organ spesifik, sehingga pasien mungkin mengalami ketidakseimbangan
memberikan kesan bahwa terapi listrik memiliki fungsi atau hilang total fungsi otot terhadap sendi.
efek seluler yang bisa dialami pada banyak sel di Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kontraktur
tubuh, salah satunya adalah dengan aktivasi dari karena posisi abnormal jangka lama. Karena
caraka kedua yaitu cAMP.14,20 pemulihan cedera pleksus lumbosakralis
 Low-level laser therapy membutuhkan waktu yang lama, diperlukan
Berguna untuk mengurangi nyeri, mempercepat perhatian khusus dalam pencegahan kontraktur ini.
penyembuhan, membantu mengembalikan fungsi Adanya kontraktur sendi dan jaringan lunak akan
saraf, stimulasi pelepasan endorphin.adalah mengakibatkan keterbatasan fungsional ekstremitas
merupakan terapi cahaya dalam spektrum dan menutupi pemulihan fungsional saat terjadi
elektromagnetik. Singkatan dari kata LASER reinervasi.7,21

9
Terapi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi istirahat / tidak aktif keterbatasan kontraksi otot
dapat dimulai sejak awal. Pada fase cedera akut, kurang dari 20% dari tegangan maksimal, terjadi
latihan LGS mungkin terbatas akibat nyeri atau disuse atrofi, yang berlanjut dengan perburukan dari
karena ada kontraindikasi medis atau bedah yang kelemahan. Pada otot dengan kekuatan di bawah 2,
berkaitan dengan manajemen cedera lain yang pasien seringkali mengalami kesulitan berpartisipasi
diderita pasien. Untuk pasien yang telah terjadi dalam program penguatan karena mereka tidak
kekakuan diperlukan latihan peregangan secara mendapatkan feedback bahwa mereka telah
progresif untuk mendapatkan kembali LGS yang mengkontraksikan otot. Penggunaan biofeedback
normal. Modalitas terapi seperti hot pack, atau misalnya dengan EMG atau elektrostimulasi bagian
diatermi dapat digunakan sebelum exercise untuk otot untuk menghasilkan kontraksi dapat membantu
meningkatkan elastisitas jaringan yang akan untuk kasus semacam ini. 7,21
diregang. Perlu diperhatikan, karena pasien cedera Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES)
pleksus lumbosakralis seringkali mengalami merupakan stimulasi listrik yang lebih kuat dari
gangguan sensoris pemakaian modalitas ini harus pada Transkutaneus Electrical Nerve Stimulation
dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya luka (TENS). Alat ini digunakan untuk menambah
bakar. 7,21 kekuatan dan memelihara massa otot walaupun
tanpa usaha volunter dari subyek. Pada penderita
c. Support ekstremitas cedera pleksus lumbosakralis berat dengan adanya
Salah satu perhatian utama rehabilitasi pada seorang denervasi otot, terapi NMES berguna untuk
individu dengan cedera pleksus lumbalis atau mencegah terjadinya atrofi otot. Diberikan minimal
lumbosakralis adalah mobilitas dan ambulasi yang 10 kontraksi/repetisi sebanyak 3 set per hari dengan
aman. Pasien harus dievaluasi untuk kebutuhan waktu istirahat antar set selama 2 menit, 3 kali per
akan alat bantu seperti tongkat atau alat bantu jalan minggu.7,21
untuk memfasilitasi ambulasi. Alat bantu dan brace
ditujukan bergantung pada lokasi dan tingkat e. Penanganan Edema
keparahan kelemahan. Pasien dengan drop foot Cedera pleksus lumbosakralis dapat mengakibatkan
yang signifikan dan mengganggu gaya berjalan ketergantungan pasien pada satu sisi ekstremitas
akan mendapatkan keuntungan dari peresepan yang sehat karena paralisis motorik, kebiasaan
ankle foot orthoses (AFO), dengan membantu pasien, nyeri, atau kontraktur sendi. Kurangnya
dorsofleksi sebagai pilihan. Ankle foot orthosis aktivitas otot dan kurangnya tonus dapat
umumnya penting dalam pleksopati sakralis karena menimbulkan edema. Edema yang terjadi dapat
dominasi dari drop foot. Pada cedera pleksus memperberat penurunan fleksibilitas sendi, nyeri
lumbalis, ankle-foot orthoses dapat digunakan dan penurunan aktivitas lebih lanjut. Penanganan
untuk membatasi dorsofleksi kaki dan, oleh karena edema refrakter dapat berupa manual lymphatic
itu, meningkatkan ekstensi lutut pada kelemahan drainage, limfedema wrapping, seccuential
m. Quadriceps. 3,20 lymphatic compression pump, dan pemakaian
compression garment.17,20
d. Latihan Penguatan
Masih memungkinkan untuk melakukan penguatan f. Latihan Kemampuan Aktivitas Kehidupan
otot pada pasien dengan cedera inkomplit pleksus Sehari-hari
lumbosakralis yang sebagian kontinuitas saraf dan Cedera pleksus lumbosakralis sedikit banyak akan
fungsi ototnya masih ada. Perubahan adaptif yang mengurangi kemampuan pasien untuk melakukan
terjadi pada otot selama latihan penguatan awalnya ADL tergantung dari derajat dan luasan lesi yang
didapatkan dari peningkatan efisiensi dan hipertrofi terjadi dan apakah ekstremitas yang terkena
dari serabut otot yang masih memiliki inervasi. merupakan sisi dominan atau non-dominan. Banyak
Seiring dengan perjalanan waktu (sekitar 3 bulan) pasien yang menggantungkan diri pada pertolongan
sebagian serabut otot denervasi mulai mengalami orang lain karena benar-benar tidak mampu atau
reinervasi melalui sprouting serabut saraf terminal merasa tidak mampu untuk melakukannya. Pada
kolateral akson yang masih ada, sehingga saat pola barrier perasaan ini sudah terbangun maka
meningkatkan kekuatan otot. Tambahan kekuatan akan sulit untuk melakukan rehabilitasi. Salah satu
akan didapatkan saat terjadi pertumbuhan akson tujuan rehabilitasi pada pasien cedera pleksus
kembali yang terjadi baik secara spontan, grafting lumbosakralis adalah mendukung pasien untuk
atau neurotisasi.7,21 dapat mengkontrol kehidupan dan lingkungannya
Kontraktur berakibat, perubahan biomekanik sehingga tetap tidak tergantung.7,21
dan peningkatan usaha yang diperlukan untuk Okupasional terapi dan rehabilitasi
pergerakan lebih lanjut membatasi aktivitas. Saat vokasional memiliki peran yang sangat penting

10
dalam bagian rehabilitasi ini. Okupasional terapi di ruang retroperitoneal. Dalam serangkaian 15
akan menilai apakah pasien mampu atau tidak kasus, otot yang paling diuntungkan dari operasi
mampu mengerjakan suatu tugas dengan adalah gluteal dan otot-otot yang dipersarafi n.
ekstremitas yang terkena. Apabila ekstremitas yang Femoralis. Otot-otot yang lebih distal sepertinya
sakit merupakan sisi dominan, terapis dapat bekerja tidak menunjukkan banyak manfaat. 3,17
sama dengan pasien untuk mengubah sisi dominan Perbaikan motorik merupakan pertimbangan
apabila diperlukan. Terapis juga dapat menyarankan penting, rasa nyeri seringkali sangat luar biasa
teknik-teknik baru, teknik adaptasi dan peralatan- melemahkan pasien dengan pleksopati
peralatan adaptasi khusus yang memungkinkan lumbosakralis dan mungkin memblokir atau
pasien untuk dapat melakukan aktivitas ADL. membatasi rehabilitasi. Menghilangkan rasa nyeri
Terapis juga dapat membantu memberikan arahan adalah salah satu tujuan utama intervensi bedah.
kepada pasien untuk memutuskan aktivitas apa Pembedahan reseksi tumor juga dapat dilakukan
yang masih harus dibantu. Secara umum tujuannya diindikasikan pada kasus-kasus tertentu dengan
adalah untuk membantu pasien tetap dapat pleksopati lumbosakralis.3,17
mengkontrol kehidupannya dan tidak menjadi
handicap. 7,21 PROGNOSIS
Perjalanan klinis cedera pleksus lumbosakral
g. Edukasi dan support mental tergantung pada etiologi yang mendasari. Kecuali
Nyeri dan kelumpuhan yang menyertai cedera saraf pada avulsi radiks, pleksopati traumatic parsial
biasanya menyebabkan masalah kognitif; gangguan pulih secara normal, dan banyak pasien akan
tidur dan kecemasan yang mengurangi kualitas memiliki pemulihan penuh atau hampir sepenuhnya
hidup dan menghambat perawatan medis yang pulih. Pemulihan mungkin memakan waktu sekitar
efisien. Perubahan konsentrasi glisin ekstraseluler 18 bulan setelah cedera. Untuk pleksopati
pada medula spinalis dan korteks otak terkait lumbosakral yang disebabkan oleh kompresi seperti
mengalami hipersensitif mekanis setelah cedera (misalnya, hematoma retroperitoneal), hasilnya bisa
saraf perifer yang dapat menunjukkan kemampuan sangat baik tetapi pasien mungkin memiliki gejala
pengenalan yang terganggu dan mungkin yang menetap. Demikian pula, untuk pleksopati
merupakan mekanisme nyeri jangka panjang dan lumbosakral diabetik, perbaikan signifikan dengan
sumber stres emosional. Jika tidak ditangani dengan seiringnya waktu terjadi melalui beberapa defisit
benar dan sesegera mungkin dapat menyebabkan non-progresif yang mungkin tetap ada. Sayangnya,
plastisitas hipokampus kronis dan berkembang pada pleksopati yang dipicu oleh radiasi,
menjadi nyeri kronis. Program rehabilitasi kognitif kehilangan fungsi yang progresif meskipun lambat
akan mengatasi gangguan mood, meningkatkan akan terjadi. 2,4,6
hasil fungsional dan juga mencegah atau Pasien pleksopati mungkin akan tetap
menurunkan nyeri kronis setelah cedera dan dengan penurunan fungsi dan gaya berjalan yang
perbaikan saraf. Anatomi pleksus lumbosakral tidak tidak normal terkait dengan kelemahan otot
dikenal oleh sebagian besar pasien; oleh karena itu, termasuk drop foot. Mungkin ada defisit sensorik
edukasi mengenai penyebab gejala harus sesuai dan nyeri kronis juga mungkin ada. Pleksopati
dengan pengetahuan medis pasien 2,14 neoplastik umumnya memiliki prognosis yang
sangat buruk ketika tidak dapat direseksi dan
resisten terhadap radioterapi. Prognosis cedera
Pembedahan pleksus lumbosakral bervariasi tergantung pada
Pembedahan adalah penanganan yang lebih disukai penyebab disfungsi saraf. Oleh karena itu,
pada avulsi dan laserasi tajam, pada radiks dan pendidikan perlu dirancang secara individual untuk
konsultasi bedah diindikasikan segera setelah setiap pasien.2,4,6
diagnosis ini dibuat. Cedera pleksus lumbosakral
berhubungan dengan patah tulang panggul atau KESIMPULAN
sakral, atau dengan operasi ginekologi yang sering 1) Cedera pleksus lumbosakralis
dirawat secara konservatif, meskipun telah mengakibatkan penurunan kemampuan
didokumentasikan dalam jangka panjang gejala sisa fisik seorang pasien. Lesi ini dapat
dapat terjadi. 3,14 berakibat hilangnya fungsi, nyeri yang
Rekonstruksi nervus termasuk nerve graft mengganggu, stres psikologis yang
dilaporkan dalam upaya untuk mengembalikan merugikan pasien secara finansial dan
beberapa fungsi ekstremitas inferior. Penanganan mengurangi kualitas hidup pasien secara
mikrosurgikal pada pleksopati lumbosakral untuk umum.
neurolisis dan pencangkokan saraf telah digunakan

11
2) Rehabilitasi pasien dengan cedera pleksus 7. Wahyuni, L. Panduan Pelayanan Klinis
lumbosakralis memerlukan kerjasama Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
yang erat dari sebuah tim terdiri dari Jakarta ; PERDOSRI, 2012.
dokter-dokter ahli dari bagian yang 8. Van Alfen, N., & Malessy, M. J. A.
berbeda dan diperlukan juga kolaborasi (2013). Diagnosis of brachial and
dengan bidang lain seperti okupasional lumbosakralis pleksus lesions. Peripheral
Nerve Disorders, 293–310.
terapis, fisioterapis, psikolog, pekerja
doi:10.1016/b978-0-444-52902-2.00018-7.
sosial dan konselor vokasional.
9. Rigoard, P. Nerves of the Lower Limb. In :
3) Strategi rehabilitasi harus disusun secara Atlas of Anatomy of the Peripheral
khas dan spesifik untuk tiap-tiap pasien, Nerves. France : Springer. 2017. 176-296.
dan hal ini hanya bisa dilakukan setelah 10. Russel, T. Lumbosakralis Pleksus. In :
dilakukan evaluasi menyeluruh kondisi Examination of Peripheral Nerve Injuries.
pasien. New York : Thieme. 2015. 195-212.
4) Prinsip rehabilitasi meliputi : manajemen 11. Birch, R. The Peripheral Nervous System:
nyeri. mempertahankan lingkup gerak Anatomy and Function. In : Peripheral
sendi ektremitas, memberikan support Nerve Injuries : A Clinical Guide.
ekstremitas dengan perhatian khusus pada London : Springer. 2013. 1-64.
sendi yang mengalami kelemahan atau 12. Perston, D. C., & Shapiro, B. E. (2013).
paralisis, mempertahankan atau Lumbosakralis Pleksopati.
Electromyography and Neuromuscular
meningkatkan kekuatan otot yang
Disorders, 501–517.doi:10.1016/b978-1-
mengalami kelemahan, mencegah edema
4557-2672-1.00032-5.
pada esktremitas yang mengalami 13. Ted L Freeman, et al. Electrodiagnostic
kelemahan atau paralisis, latihan ADL Medicine and Clinical Neuromuscular
mandiri, edukasi dan support mental Physiology. In : Cuccurullo S. Physical
Medicine and Rehabilitation Board
DAFTAR PUSTAKA Review 3rd Ed. New Jersey : Demos;
1. Donofrio, P. Brachial and Lumbosakralis 2015. 341-470.
Plexopathies. In : Textbook of Peripheral 14. Rayegani, S. Basics of Peripheral Nerve
Neuropathy. New York : Demosmedical. Injury Rehabilitation. In : Basic Principles
2012. 131-48. of Peripheral Nerve Disorders. Croatia :
2. Christian Custodio, MD, William Douglas, Intech. 2012. 253-260.
DO, and Kristian von Rickenbach, MD. 15. Moore, K. and A. Agur, Essential Clinical
Lumbosakralis Pleksopati and sciatic Anatomy ed. 3. Baltimore: Lippincott
neuropathy: differential diagnosis and Williams & Wilkins. 2007.
treatment. PM&R Knowledge Now. 16. Martini, F. Fundamentals of Anatomy and
American Academy of Physical Medicine Physiology Fifth edition. New Jersey :
and Rehabilitation Rosemont. 2014. Prenticle Hall. 2001.
3. Frontera, W. Pleksopati Lumbosakralis. 17. Grant, G., R. Goodkin, and M. Kliot,
In : Essentials of Physical Medicine and Evaluation and treatment of traumatic
Rehabilitation. Philadelphia :Elsevier. peripheral nerve injuries, in Neurosurgical
2019. 762-67. Operative Atlas Spine and Peripheral
4. Ali Reza Shoraka, MD, Kazim Sheikh, Nerves, B. Brandenburg, Editor. 2007,
MD and Randolph W Evans MD. Thieme Medical Publisher: New York. p.
Lumbosakralis pleksus injuries. The 888-94.
Information Resource for Clinical 18. Hislop, H. Testing the Muscles of Lower
Neurology. Neurology Medlink. San Extremity. In : Daniels & Worthingham’s
Diego. 2018. Muscle Testing. Missiouri : Elsevier. 2007.
5. Cifu, D. Rehabilitation of Patient with 180-249.
Neuropathies.. In : Braddom’s Physical 19. Baehr M, Frotscher M. DUUS’ Topical
Medicine and Rehabilitation. Diagnosis in Neurology. Germany:
Philadelphia : Elsevier. 2016. 907-41. Thieme; 2005.
6. Garozzo et al. In Lumbosakralis Pleksus 20. Thomas MA, Therattil M. Peripheral
Injuries can we identify indicators that Neuropathy. In: Frontera WR, DeLisa JA,
predict spontaneous recovery or the need Gans BM, Walsh NE, Robinson LR,
for surgical treatment. Journal of Brachial editors. DeLisa’s Physical Medicine &
Pleksus and Peripheral Nerve Injury. 2014, Rehabilitation: Principles and Practice. 5th
9:1. ed. Philadelphia (PA): Lippincott Williams
& Wilkins; 2010. p. 741–56.

12
21. Kisner C, Colby L. Therapeutic Exercise
Foundation and Techniques 6th ed.
Philadelphia : Davis Company : 2012.

13

Anda mungkin juga menyukai