Anda di halaman 1dari 87

SAMPUL

LAPORAN MAGANG

PEKERJAAN PEMBANGUNAN STADION LAKIDENDE

KOTA KENDARI

Oleh:

IMRAN

NIM. P3A1 18 046

D-III TEKNIK SIPIL

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT penguasa segala ilmu pengetahuan, dan
alam semesta. Atas rahmat dan karunia-Nya, serta taufik-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan “(PEKERJAAN PEMBANGUNAN STADION
LAKIDENDE)” sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas mata kuliah Magang
program studi D3 Teknik Sipil.
Ucapan terima kasih saya kepada Bapak Kasbi selaku pembimbing dan
pelaksana di lapangan yang telah memberikan ilmu bagaimana teknis pelaksanaan
pekerjaan di lapangan, serta Bapak Awilliambuth B. Lewikinta, S.T.,M.T. selaku
pembimbing akademik yang telah memberikan masukan pada saat konsultasi dan
teman-teman yang telah membantu dalam proses penyusunan dan penulisan laporan
ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya teman-
teman D3 Teknik Sipil. Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa laporan
magang yang di susun ini masih banyak kekurangan didalamnya jauh dari apa yang
penulis harapkan, untuk itu penulis meminta kritik dan saran usulan dari para
pembaca agar laporan ini dapat mengalami kemajuan di dalam penulisannya demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran
yang membangun di masa depan. Sekian dan terima kasih.

Kendari, 2022

IMRAN (P3A1 18 046)


LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ASISTENSI
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... 3
LEMBAR ASISTENSI ........................................................................................... 4
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 10
BAB I ..................................................................................................................... 12
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 12
1.2 Maksud dan Tujuan Magang ...................................................................... 13
1.3 Manfaat Magang ......................................................................................... 13
BAB II ................................................................................................................... 14
2.1 Stadion ......................................................................................................... 14
2.2 Uraian Pengertian (Teori) Terkait Lingkup Pekerjaan ............................. 15
2.3 Metode Pelaksanaan Sesuai Standar (SNI) ................................................ 21
BAB III .................................................................................................................. 37
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang.................................................. 37
3.2 Data Umum Proyek ..................................................................................... 38
BAB IV .................................................................................................................. 39
4.1 Tahapan Item Pekerjaan ............................................................................. 39
4.2 Hasil Pelaksanaan Magang (Pekerjaan sloof dan kolom) ......................... 44
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 57
BAB V.................................................................................................................... 66
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 66
5.2 Saran ............................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 68
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pekerjaan pondasi tiang pancang
Gambar 2.3 Pekerjaan sloof beton
Gambar 2.4 Pekerjaan kolom beton
Gambar 2.6 Pekerjaan balok beton
Gambar 2.7 Pekerjaan plat boundek
Gambar 3.1 Lokasi proyek
Gambar 4.3 Pekerjaan Kolom Pedestal
Gambar 4.4 Pekerjaan Sloof Beton
Gambar 4.5 Pekerjaan Kolom Beton
Gambar 4.7 Pekerjaan BalokBeton
Gambar 4.8 Pekerjaan PelatLantai
Gambar 4.11 Pemotongan baja tulangan
Gambar 4.12 Pembengkokan baja tulangan
Gambar 4.13 Perakitan tulangan sloof
Gambar 4.14 Pemotongan bahan pembuatan bekisting
Gambar 4.15 Perakitan bekisting
Gambar 4.16 Pemasangan bekisting
Gambar 4.17 Perakitan tulangan kolom
Gambar 4.18 Pemasangan sengkang
Gambar 4.19 Pembersihan plywood dan dioles dengan oli
Gambar 4.20 Pemindahan bekisting
Gambar 4.21 Pengencangan tie nut
Gambar 4.22 Pemasangan penyangga
Gambar 4.23 Slump test Sloof dan Kolom
Gambar 4.24 Pengambilan sampel beton
Gambar 4.25 Beton dari molen diangkut menggunakan gerobak
Gambar 4.26 Pengecoran
Gambar 4.27 Pengaliran beton dari truck redy mix
Gambar 4.28 Beton ready mix dipompa dan dialirkan ke bekisting kolom
Gambar 4.29 Pembongkaran bekisting
Gambar 4.30 Mengendorkan semua baut dan wing nut
Gambar 4.31 Melepas penyangga kayu
Gambar 4.32 Pemindahan dan pengolesan oli bekisti
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Magang merupakan salah satu syarat akademik yang harus dipenuhi oleh setiap
mahasiswa Program Studi D3 Teknik Sipil di Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo dalam menyelesaikan pendidikan D3 dan syarat sebelum
mengambil Tugas Akhir (TA). Magang adalah Program akademik yang memiliki
syarat bagi mahasiswa yang telah lulus minimal 82 SKS dan memiliki IPK minimal
2,5.
Kegiatan magang ini harus dilakukan selama 90 hari kalender, magang dilakukan
agar mahasiswa bisa mendapat ilmu yang digunakan saat di lapangan yang mungkin
tidak ada atau belum didapatkan di bangku perkuliahan, serta bertujuan untuk
mempersiapkan mental dan fisik untuk mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja
setelah lulus dari dunia perkuliahan.
Dalam hal ini, penulis telah memenuhi syarat akademik dan administratif sebagai
mahasiswa di Program Studi D3 Teknik Sipil Program Pendidikan Vokasi
Universitas Halu Oleo sehingga dapat melakukan magang mulai bulan November
sampai bulan Maret di Proyek Pekerjaan Pembangunan Stadion lakidende Kota
Kendari, Sulawesi Tenggara.
Pelaksanaan proyek Pembangunan Stadion lakidende Kota Kendari ini meliputi
pekerjaan persiapan, pekerjaan galian tanah, pekerjaan struktur bawah (Sub
Structure), pekerjaan struktur atas (Upper Structure) dan juga pekerjaan finishing.
Kali ini, penulis memilih ruang lingkup pembahasan mengenai Pekerjaan Sloof dan
Kolom.
1.2 Maksud dan Tujuan Magang
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan magang, antara lain:
1. Untuk memenuhi syarat agar dapat menyelesaikan Tugas Akhir di semester
akhir.
2. Mengetahui dan melihat secara langsung penerapan prosedur atau urutan
pelaksanaan proyek pekerjaan Pembangunan Stadion lakidende Kota Kendari.
3. Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan.
4. Mengetahui manajemen pelaksanaan di lapangan secara langsung.
5. Untuk mengaplikasikan teori dan praktik di lapangan agar mengetahui dengan
benar teknik pelaksanaan pekerjaan Sloof dan Kolom.
6. Sebagai media untuk melatih dan mengetahui bagaimana teknik metode
pelaksanaan dalam pembangunan sebuah konstruksi gedung.

1.3 Manfaat Magang


Magang kerja mempunyai manfaat bagi Mahasiswa dan Perguruan Tinggi.
Adapun manfaat magang kerja antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
A.mendapatkan pengalaman yang dijadikan sebagai media pembelajaran akan
penerapan ilmu dalam suatu proyek.
B.Memberikan informasi sesuai dengan bidang ilmu yang diperoleh pada
bangku kuliah, sehingga sasaran pelaksanaan magang dapat tercapai
dengan baik.
2. Bagi Perguruan Tinggi
A. Mempersiapkn sumber daya manusia yang dapat berdaya saing.
B. Evaluasiuntuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stadion
Stadion adalah sebuah bangunan yang umumnya digunakan untuk
menyelenggarakan acara olahraga, di mana di dalamnya terdapat lapangan atau
pentas yang di kelilingi tempat berdiri atau duduk bagi penonton. Selain sebagai
tempat berlangsungnya pertandingan-pertandingan olahraga, stadion yang sering di
gunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan ruang besar, misalnya
upacara pertujukan-pertujukan yang bersifat kolosal dan lain sebagainya istilah
stadion berasal dari kitab yunani stadion, yakni satuan pengukuran yang setara
dengan panjang 186 meter stadion zaman kuno biasanya berbentuk segi empat dan
tidak beratap.
Stadion modern lebih bervariasi bentuknya dan biasanya beratap baik sebagian
maupun seluruh bangunannya. Secara umum kata stadion juga di gunakan untuk
menyebut jenis bangunan lain yang serupa, misalnya amfiteater,hipodnm,dan sirkus.
Minat terhadap olahraga yang kian besar dan bertambahnya jumlah penduduk
pada abad ke-1 pendorong di bangunanya untuk menyelenggarakan pesta-pesta
olahraga di spanyol, Portugal, dan amerika latin sejak abad ke-18 banyak di bangun
gelenggang adu banteng yang bentuknya mirip dengan amfiteater. Stadion modern
yang megah di bangun di Sheperds Bush, London pada tahun 1908 untuk
penyelenggaraan olimpiade ke-4. Stadion ini beratap sebagian dan mampu
menampung 50.000 penonton. Stadion-stadion olimpiade dengan arsitekture yang
megah juga di bangun sebelum perang dunia II. Misalnya fi stoclhom(1912).
Clombes, di paris(1924), Amsterdam(1927) dan Berlin(1936).
Stadion-stadion yang populer karena kemegahannya dan menjadi kebanggaan
rakyat setempat antara lain Wembley stadion di London tzentralnyi stadion yang
moskwa, Maracana stadion di rio de janeiro. Melboune cricket ground di melboune,
Odsal stadion di Bradford, Aztec stadion di mexico city dan Gelora senayan Jakarta.
Kontruksi pada umunya stadion modern berbentuk segi empat dengan sudut-
sudut sedikit melengkung meskipun sering juga di jumpai stadion berbentuk oval,
melingkar, tapal kuda, dan sebagainya sesuai dengan keperluan. Stadion-stadion itu
kebanyakan hanya beratap sebagian yakni di atas tempat duduk penonton. Kesulitan
pembuatan stadion besar yang beratap seluruhnya adalah di perlukaannya tiang
penyangga yang tentu saja menggangu pemandangan bahwa penyelenggaraan
pertandingan itu sendiri baru pada pertengahan abad ke-20 dapat dibuata stadion
besar yang seluruhnya bratap, yakni stadion Astrodone di Houston
Texas.(Sumberhttps://id.wikipedia.org/wiki/Stadion).

2.2 Uraian Pengertian (Teori) Terkait Lingkup Pekerjaan


2.2.1 Pondasi
Menurut Frick (2000), Pondasi merupakan bagian bangunan yang
menghubungkan bangunan dengan tanah, yang menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban berguna, dan gaya-gaya luar terhadap berat sendiri,
beban berguna dan gaya-gaya luar terhadap gedung seperti tekanan angin, gempa
bumi, dan lain-lain. Fondasi berfungsi;
a. Sebagai kaki bangunan atau alas bangunan
b. Sebagai penahan bangunan dan meneruskan beban dari atas ke dasar tanah yang
cukup
c. Sebagai penjaga agar kedudukan bangunan stabil (tetap).
Pondasi merupakan unsur penting untuk semua bangunan teknik sipil. Setiap
bangunan: Gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, kanal atau bendungan di
bangunan di atas permukaan tanah. Dalam hal ini perlu mengetahui daya dukung
tanah, pola distribusi tegangan dalam tanah di bawah daerah pembebanan,
kemungkinan penurunan pondasi, pengaruh / dampak muka air tanah dan getaran dan
lain-lain. Pondasi yang di pakai adalah pondasi tiang pancang.

1. Pondasi tiang pancang


Pondasi tiang pancang adalah salah satu jenis pondasi terkuat yang dimasukan
kedalam tanah sehingga mencapai kedalam tertentu.Tiang-tiang tersebut di tancap
kedalam tanah menggunakan mesin tertentu.
Jenis fondasi ini memiliki fungsi untuk mendukung struktur bangunan. Cara kerja
pondasi tiang pancang adalah dengan memindahkan beban struktur bangunan kepada
lapisan tanah,sehingga struktur bangunan menjadi lebih kokoh.
Adapun kelebihan dan kekuranga pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1.Fleksibel pembangunan
2.Pondasi yang sangat kuat
3.Daya tahan lama
4.Mengurangi galian
Kekurangan:
1.Biaya mahal
2.Produksi yang lama
Sumber(https://prospeku.com/artikel/pondasi-tiang-pancang)
Gambar 2.1 Pekerjaan pondasi tiang pancang

2.2.2 Sloof
Menurut Kusdjono (1984), Sloof adalah balok beton bertulang yang berfungsi
sebagai pendukung beban yang berada diatas pondasi dan juga berfungsi untuk
menahan beban dinding diatasnya dan merupakan bagian yang menyatukan dan
mengompakkan antara pondasi untuk menerima

Gambar 2.3 Pekerjaan sloof beton

Fungsi sloof sebagai berikut:


1. Sloof bisa dikatakan sebagai tulangnya pondasi, yaitu sloof sebagai penahan dan
yang membantu pondasi dari beban di atasnya.
2. Sloof menjadi tempat menempelnya pasangan batu merah atau batako.
3. Sloof dan pondasi berfungsi sebagai tempat berdirinya dinding atau tempat
menempelnya pasangan batu merah agar batu merah tidak mudah retak atau
patah. Apabila sloof patah maka ada pondasi yang menopang dinding.
4. Sloof berfungsi untuk menyalurkan beban dinding ke pondasi. Selain itu, sloof
juga berfungsi sebagi pengunci dinding agar apabila terjadi pergerakan pada
tanah, dinding tidak roboh.

2.2.3 Kolom
Kolom merupakan komponen struktur yang menerima gaya tekan aksial atau
kombinasi lentur dan tekan aksial harus juga memenuhi persyaratan-persyaratan yang
sudah di tentukan oleh SNI. Kolom harus dirancang untuk mampu menahan gaya
aksial dari beban terfaktor pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari
beban terfaktor pada satu bentang lantai atau atap bersebelahan yang ditinjau. Kondisi
pembebanan yang memberikan rasio momen meksimum terhadap beban aksial harus
juga ditinjau (SNI 2847:2013).
Gambar 2.4 Pekerjaan kolom beton

Kolom merupakan struktur utama pada bangunan gedung karena kolom adalah
struktur yang akan menahan beban dari bangunan mau beban hidup atau beban mati.
Dalam mendesain suatu ukuran kolom pada bangunan, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menghitung beban yang harus ditahan oleh kolom itu sendiri yang
berasal dari kombinasi beban yang terjadi. Momen yang terjadi pada plat lantai atau
atap dapat didistribusikan dengan kolom di bawah dan diatas plat lantai berdasarkan
kekuatan relatif kolom. Secara garis besar, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan jenis-jenis terhadap kolom ialah:

1. Ketersediaan material
2. Besarnya beban yang diterima
3. Panjang bentang kolom
4. Waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek

Fungsi kolom sebagai struktur utama yang akan menahan beban sebanyak berat
gedung dan akan meneruskan langsung beban yang ditahan ke pondasi, banyaknya
jumlah kolom dan dimensi kolom akan berpengaruh penting pada pembangunan
gedung dikarenakan kapasitas kolom tertentu untuk menahan beban tertentu pada
kondisi tertentu.

2.2.4 Balok
Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang
untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang
yang memiliki fungsi sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Gambar 2.6 Pekerjaan balok beton

2.2.5 Pelat

Bondek juga disebut sebagai floor deck merupakan merupakan bahan


penulangan positif satu arah pada lantai beton bangunan bertingkat. Lembaran panel
berbentuk plat gelombang ini dibuat dari baja struktur dengan tebal 0,75mm dan
1,00mm yang digalvanis secara merata. Bondek juga berfungsi sebagai bekisting
tetap dan langit-langit ruangan bangunan. Dapat dipasang sesuai panjang yang
dibutuhkan.

Gambar 2.7 pekerjaan plat boundek

Pelat metal baja berprofil khusus, jika dikombinasikan dengan beton akan
membentuk pelat lantai komposit yang sempurna. Metal mempunyai karakteristik
material teknis yang unik dan bentuk embossment berfungsi sebagai penahan geser
dan menambah daya kapasitas dari profil tersebut. Salah satu fungsi metal dek adalah
sebagai bekisting yang bersifat permanen. sehingga Metal dek dapat menghasilkan
lantai kerja yang lebih aman dan lebih baik bagi pekerja dan dapat menahan beban
beton basah dan material-material lain. Keuntungan menggunakan metal dek, antara
lain:
1. Berfungsi ganda, yaitu sebagai bekisting tetap dan tulangan positif satu arah,
efisiensi waktu dan kemajuan pekerjaan dapat dipercepat karena waktu untuk
pembuatan dan pembongkaran bekisting sudah tidak diperlukan lagi. Pekerjaan
pembersihan di bagian yang mengalami tarik, dapat direduksi atau bahkan
dihilangkan karena telah digantikan fungsinya oleh Floor Deck.
2. Cepat dan mudah pemasangannya, baik pada konstruksi beton maupun baja.
Tidak seperti bekisting konvensional pada umumnya yang harus dikerjakan per
bentang. Metal dek dapat mencapai beberapa bentang sekaligus, sehingga lebih
cepat pemasangannya.
3. Dapat secara langsung digunakan sebagai plafon.
4. Umumnya telah diuji terhadap: Uji Lentur dan Loading Test dan Uji Kebakaran.

2.3 Metode Pelaksanaan Sesuai Standar (SNI)


2.3.1 Sloof
1. Pengertian sloof
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak diatas pondasi bangunan. Sloof
berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas kepondasi, sehingga beban
yang tersalurkan setiap titik dipondasi tersebar merata selain itu sloof juga berfungsi
sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan
tanah.

2. Persyaratan penulangan sloof


Berikut uraian singkat megenai persyaratan penulangan sloof
a. Tidak di perkenankan membengkokan baja tulangan ditempat bekisting terpasang
kecuali keadaan yang sangat memaksa dengan persetujuan pengawas dan
dihindari teradap kerusakana bekisting
b. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai gambar penulangan
dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan beksiting
c. Semua tulangan harus di ikat dengan baik dan kokoh
d. Selimut beton minimal 2,5 cm untuk di dalam dan 3 cm untuk di luar
e. Lebar (b) minimal 15 cm
f. Garis tengah tulangan bujur minimal 12 mm dan begel minimal 6 mm
g. Jarak bersih antara tulangan < 4/3 tulangan 3 cm
h. Jarak begel <15 x tulang pokok

3. Syarat pembengkokan Tulangan

Adapun Syarat pembengkokan tulangan berdasarkan SNI-03-2847-2019 sebagai


berikut :
a. Kait standar
 Bengkokan 180o ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm ,
pada ujung bebas kait
 Bengkokan 135o ditambah perpanjangan 6db, tapi tidak kurang dari 75 mm ,
pada ujung bebas kait
 Bengkokan 90o ditambah perpanjangan 12 db pada ujung bebas kait
b. Kait pengikat dan sengkang
 Batang D-8 sampai D-25 bengkokan 135o ditambah perpanjang 6ds atau tidak
kurang dari 75 mm pada ujung bebas kait
 Batang D-16 dan yang lebih kecil , bengkokan 90o ditambah perpanjangan 6ds
pada ujung bebas kait
 Batang D-19, D-22, dan D-25 bengkokan 90o ditambah perpanjangan 12ds
pada ujung bebas kait
c. Diameter bengkokan minimum
 Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih kecil
 Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau ulir) yang
digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari 4db
untuk kawat ulir yang lebih besar dari D7 dan 2db untuk kawat lainnya.

Cara pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:


a. Batang tulangan tidak boleh dibengkokan atau diluruskan dengan cara-cara yang
merusak tulangan.
b. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
c. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkok
atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar rencana
atau disetujui oleh perencana.
d. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin, kecuali pemanasan diijinkan oleh perencana.
e. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh
perencana.
f. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan
dengan jalan disiram air.
g. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan gambar kerja.
4. Peraturan Teknis Pekerjaan Beton Pada sloof
Adapun peraturan teknis pekerjaan beton pada Sloof adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan cetakan ( bekisting )
Syarat perencanaan cetakan (bekisting) sloof yaitu :
a. Kuat, artinya ketika pengecoran berlangsung tidak sampai jebol
b. Akurat, ukuran panjang, lebar dan tinggi maupun elevasinya harus pas sesuai
rencana
c. Rapat, tidak boleh bocor agar pasta semen tidak keluar
d. Kedap air, agar ketika membongkar mudah, caranya diolesi oli
bekas/solar/minyak bekisting
e. Mudah dibongkar, jangan terlalu banyak memaku, hanya seperlunya saja.

2. Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan


Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan persiapan sebelum pengecoran
beton berdasarkan (SNI 2847:2019) meliputi hal berikut:
a. Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus bersih.
b. Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari cetakan yang akan diisi beton.
c. Cetakan harus dilapisi dengan benar.
d. Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton harus dibasahi
secara cukup.
e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang berbahaya.
f. Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum beton dicor kecuali bila
tremie digunakan atau kecuali bila sebaliknya diizinkanoleh petugas bangunan.
g. Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus dibersihkan dari
permukaan beton sebelum beton tambahan dicor terhadap beton yang mengeras.
2. Pengecoran dan Pemadat an
Sistem pengecoran sebaiknya harus sesuai dengan ketetapan Standar Nasional
Indonesia (SNI 2847:2019) bahwa:
a. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari
terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.
b. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga beton
selama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat
mengisi ruang di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi oleh bahan lain
tidak boleh dicor pada struktur.
d. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulangsetelah
pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila disetujuioleh insinyur
profesional bersertifikat.
e. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus dilakukan secara
menerus hingga mengisi secara penuh panel
atau penampang sampai batasnya, atau sambungan yang ditetapkansebagaimana
diizinkan atau dilarang.
f. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
g. Jika diperlukan pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat sesuai dengan
ketetapan.
h. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh denganmenggunakan peralatan
yang sesuai selama pengecoran dan harusdiupayakan mengisi sekeliling tulangan
dan seluruh celah dan masukkan semua sudut cetakan.
Pemadatan beton harus mengikuti ketentuan berikut ini (SNI 03-3976-2019) :
a. Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan alatyang tepat
agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan,alat konstruksi dan alat
instalasi yang akan tertanam dalam beton dandaerah sudut acuan
b. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat penggetar:
 Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-kurangnya 5
detik, maksimal 15 detik
 Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah
mengeras dan tidak boleh dipasang lebih dekat100 mm dari cetakan atau dari
beton yang sudah mengeras sertadiusahakan agar tulangan tidak terkena oleh
batang penggetar
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari
panjang batang penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. Untuk bagian k
onstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
Pengambilan sampel berdasarkan ketentuan SNI 03-6880-2016 adalah
a. Untuk setiap campuran beton di proyek yang dicor pada hari yang sama, ambil
sampel beton segar sesuai dengan SNI 2458:2016.Pengambilan sampel adukan
dalam truk atau batch beton harus diambil secara acak. Kecuali disyaratkan
lain,minimal satu sampelkomposit harus diambil untuk setiap 110 m3 beton atau
460 m2 luas permukaan slab atau dinding, atau bagian-bagiannya. Bila kualitas
campuran beton total yang ditentukan kurang dari 38 m3, pengujian kekuatan bisa
diabaikan oleh perencana atau penanggung jawab struktur.
b. Lembaga pengujian pemilik harus melakukan uji kekuatan beton selama
konstruksi dengan membuat dan merawat spesimen uji sesuai SNI 4810:2019 dan
menguji kekuatanspesimensesuai ASTMC39/C39M. Kecuali disyaratkan lain,
kekuatan beton untuk penerimaan harus nilai rata-rata hasil uji pada umur 28 hari
dari minimal dua silinder 150 mm × 300 mm atau tiga silinder 100 mm × 200
mm.
3. Perawat an Bet on
Setelah proses pengecoran, beton tidak boleh dibiarkan begitu saja. Beton harus
dirawat agar mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan perencanaan. perawatan
beton menurut Standar Nasional Indonesia (SNI2847:20119), yaitu:
a. Beton (selain beton kekuatan awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10°C
dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah
pengecoran kecuali jika dirawat sesuai dengan perawatan dipercepat.
b. Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10°C dandalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali dirawat
sesuai dengan perawatan dipercepat.
4. Pembongkaran Cetakan dan Penopang serta Penopangan Kembali
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 2847:2019) peraturan
dalam pembongkaran cetakan dan penopang serta penopang kembali, yaitu:
a. Pembongkaran Cetakan
Cetakan harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa agar tidak mengurangi
keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton yangakan terpapar dengan
adanya pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan yang cukup yang tidak
akan oleh pelaksanaan pembongkaran.
b. Pembongkaran Penopang dan Penopangan Kembali
Ketentuan untuk sloof dan kolom kecuali bila komponen strukturtersebut dicor
pada permukaan tanah, yaitu:
 Sebelum memulai pelaksanaan konstruksi, kontraktor harus membuat
prosedur dan jadwal untuk pembongkaran penopang kembali dan untuk
perhitungan beban yang disalurkan ke struktur selama proses.
 Analisis struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan
dan pembongkaran cetakan dan penopang harus diserahkan oleh kontraktor
kepada pengawas lapangan.
 Tidak boleh ada beban konstruksi yang ditumpukan di atas suatu bangunan
yang sedang dibangun, juga tidak boleh ada penopang dibongkar dari suatu
bagian struktur yang sedang dibangun kecuali apabila bagian dari struktur
tersebut bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki
kekuatan yang memadai untuk menumpu berat sendirinya dan beban yangt
ditempatkan padanya.
 Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan melaluianalisis struktur
denganmemperhatikan beban yang diusulkan, kekuatan sistem cetakan dan
penopang, sertadata kekuatan beton. Data kekuatan beton harus didasarkan
pada pengujian silinder beton yang dirawat di lokasi konstruksi, atau bilamana
disetujui pengawas lapangan didasarkan pada prosedur lainnya untuk
mengevaluasi kekuatan beton.
c. Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan ditambah beban
hidup tidak boleh ditumpukkan di atas bagian struktur yang sedang dibangun
tanpa penopang, kecuali jika analisis menunjukkan bahwa bagian struktur yang
dimaksud memiliki kekuatan yang cukup untuk menumpu beban tambahan
tersebut.
d. Tumpuan cetakan untuk beton prategang tidak boleh dibongkar sampai kondisi
gaya prategang yang telah diaplikasikan mencukupi bagi komponen struktur
prategang tersebut untuk memikul beban matinya dan beban konstruksi yang
diantisipasi.

2.3.2 Kolom

1. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur


bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

2. Persyaratan penulangan kolom


Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang dibatasi dengan rasio
penulangan ρg antara 0,01 dan 0,08. Secara umum luas penulangan yang digunakan
antara 1,5% sampai 3 % dari luas penampang, serta terkadang dapat mencapai 4%
untuk struktur berlantai banyak, namun disarankan tidak melebihi 4%. Sesuai SNI
03-2847-2019, penulangan pokok pada kolom dengan pengikat spiral minimal 6
batang, sedangkan untuk sengkang segiempat adalah 4 batang, dan segitiga minimal
adalah 3 batang. Jarak bersih antar batang tulangan pokok tidak boleh kurang dari 1,5
db atau 40 mm. Syarat-syarat lain diantaranya:
a. tebal minimum penutup beton ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm
b. batang tulangan pokok harus dilingkupi sengkang dengan kait pengikat lateral
paling sedikit dengan batang D10 untuk tulangan pokok D32 atau lebih kecil.
c. untuk tulangan pokok yang lebih besar menggunakan yang tidak kurang dari
D12, tetapi tidak lebih besar dari D16.
d. Jarak spasi tulangan sengkang tidak lebih dari 16 kali diameter tulangan pokok,
atau 48 kali diameter tulangan sengkang, dan dimensi lateral terkecil (lebar)
kolom.
e. kait pengikat harus diatur sehingga sudut-sudutnya tidak dibengkokan dengan
sudut lebih besar dari 135º.

3. Syarat pembengkokan tulangan


Adapun Syarat pembengkokan tulangan berdasarkan SNI-03-2847-2019 sebagai
berikut :
a. Bengkokan 180 derajat ditambah perpanjangan 4d, tetapi tidak kurang dari 60
mm, pada ujung bebas kait.
b. Bengkokan 90 derajat ditambah perpanjangan 12d pada ujung bebas kait.
c. Pembengkokan untuk sengkang dan kait pengikat:
 Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90 derajat ditambah
perpanjangan 6d pada ujung bebas kait.
 Batang D-19, D-22 dan D-25, bengkokan 90 derajat ditambah perpanjangan
12d pada ujung bebas kait.
 Bengkokan 135 derajat untuk batang D-25 dan yang lebih kecil, ditambah
perpanjangan 6d, pada ujung bebas kait.
d. Diameter Bengkokan Minimum
 Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4d untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang
yang lebih besar dari D-16, diameter bengkokan harus memenuhi tabel di
bawah ini.
Tabel 2.1 Diameter Bengkokan Minimum

 Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau ulir) yang
digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari 4d
untuk kawat ulir yang lebih besar dari D-7 dan 2d untuk kawat lainnya.
Bengkokan dengan diameter dalam kurang dari 8d tidak boleh berada kurang
dari 4d dari persilangan las yang terdekat.
e. Cara pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
 Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali bila
diijinkan lain dan pengawas lapangan.
 Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar
rencana, atau diijinkan oleh pengawas lapangan.
Selain cara pembengkokan tulangan, kondisi permukaan tulangan juga harus
diperhatikan. Berikut ini adalah syarat kondisi permukaan tulangan berdasarkan SNI
2847 : 2013.
a. Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau pelapis
bukan logam lainnya yang dapat menurunkan lekatan. Pelapis epoksi tulangan
baja yang sesuai dengan standar yang dirujuk dalam peraturan yang diizinkan.
b. Kecuali untuk baja prategang, tulangan baja dengan karat, lapisan permukaan
hasil oksidasi akibat pemanasan (mill scale), atau kombinasi keduanya, harus
dianggap memenuhi spesifikasi ASTM yang sesuai yang dirujuk dalam peraturan.
c. Baja prategang harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, lapisan permukaan
hasil oksidasi (scale), lubang permukaan akibat korosi dan karat yang berlebihan.
Lapisan tipis karat diizinkan.

4. Peraturan Teknis Pekerjaan Beton Pada Kolom


Adapun peraturan teknis pekerjaan beton pada Kolom adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan cetakan ( bekisting )
Perencanaan cetakan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
( SNI2847:2013), yaitu:
a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan
dimensi komponen struktur seperti yang diisyaratkan oleh dokumen kontrak.
b. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar.
c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi
dan bentuknya.
d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak
struktur yang dipasang sebelumnya.
2. Perancangan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor berikut:
 Kecepatan dan metode pengecoran
 Beban selama pelaksanaan konstruksi, termasuk beban vertikal, horizontal,
dan tumbukan.
 Persyaratan cetakan khusus untuk pelaksanaan konstruksi cangkang,
pelatlipat, khubah, betonarsitektural, atau elemen-elemen sejenis.
3. Cetakan untuk komponen struktural benton prategang harus dirancang dan dibuat
untuk mengizinkan pergerakan komponen struktur tanpa kerusakan selama
penerapan gaya prategang.
4. Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan
Persiapan peralatan dan tempat penyimpanan persiapan sebelum pengecoran
beton berdasarkan (SNI 2847:2019)meliputi hal berikut:
a. Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus bersih.
b. Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari cetakan yang akan diisi
beton.
c. Cetakan harus dilapisi dengan benar.
d. Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton harus
dibasahi secara cukup.
e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang berbahaya.
f. Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum beton dicor kecuali
bila tremie digunakan atau kecuali bila sebaliknya diizinkanoleh petugas
bangunan.
g. Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus dibersihkan
dari permukaan beton sebelum beton tambahan dicor terhadap beton yang
mengeras.
5. Pengecoran dan Pemadat an
Sistem pengecoran sebaiknya harus sesuai dengan ketetapan Standar Nasional
Indonesia (SNI 2847:2013) bahwa:
a. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari
terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.
b. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga beton
selama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat
mengisi ruang di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi oleh bahan lain
tidak boleh dicor pada struktur.
d. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulangsetelah
pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila disetujuioleh insinyur
profesional bersertifikat.
e. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus dilakukan secara
menerus hingga mengisi secara penuh panel
f. atau penampang sampai batasnya, atau sambungan yang ditetapkan sebagaimana
diizinkan atau dilarang.
g. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
h. Jika diperlukan pelaksanaan, maka sambungan harus dibuatsesuai dengan
ketetapan.
i. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh denganmenggunakan peralatan
yang sesuai selama pengecoran dan harusdiupayakan mengisi sekeliling tulangan
dan seluruh celah dan masukkan semua sudut cetakan.

Pemadatan beton harus mengikuti ketentuan berikut ini (SNI 03-3976-2019) :


a. Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan alatyang tepat
agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan,alat konstruksi dan alat
instalasi yang akan tertanam dalam beton dandaerah sudut acuan
b. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat penggetar:
 Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-kurangnya 5
detik, maksimal 15 detik
 Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah
mengeras dan tidak boleh dipasang lebih dekat100 mm dari cetakan atau dari
beton yang sudah mengeras sertadiusahakan agar tulangan tidak terkena oleh
batang penggetar
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari
panjang batang penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. Untuk bagian k
onstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
Pengambilan sampel berdasarkan ketentuan SNI 03-6880-2016 adalah sebagai
berikut:
a. Untuk setiap campuran beton di proyek yang dicor pada hari yang sama, ambil
sampel beton segar sesuai dengan SNI 2458 : 2008. Pengambilan sampel adukan
dalam truk atau batch beton harus diambil secara acak. Kecuali disyaratkan
lain,minimal satu sampelkomposit harus diambil untuk setiap 110 m3 beton atau
460 m2 luas permukaan slab atau dinding, atau bagian-bagiannya. Bila kualitas
campuran beton total yang ditentukan kurang dari 38 m3, pengujian kekuatan bisa
diabaikan oleh perencana atau penanggung jawab struktur.
b. Lembaga pengujian pemilik harus melakukan uji kekuatan beton selama
konstruksi dengan membuat dan merawat spesimen uji sesuai SNI 4810:2013 dan
menguji kekuatan spesimen sesuai ASTMC39/C39M. Kecuali disyaratkan lain,
kekuatan beton untuk penerimaan harus nilai rata-rata hasil uji pada umur 28 hari
dari minimal dua silinder 150 mm × 300 mm atau tiga silinder 100 mm × 200
mm.
6. Perawat an Bet on
Setelah proses pengecoran, beton tidak boleh dibiarkan begitu saja. Beton harus
dirawat agar mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan perencanaan. perawatan
beton menurut Standar Nasional Indonesia (SNI2847:2019), yaitu:
a. Beton (selain beton kekuatan awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10°C
dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah
pengecoran kecuali jika dirawat sesuai dengan perawatan dipercepat.
b. Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10°C dandalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali dirawat
sesuai dengan perawatan dipercepat.
c. Pembongkaran Cetakan dan Penopang serta Penopangan Kembali
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 2847:2019) peraturan
dalam pembongkaran cetakan dan penopang serta penopang kembali, yaitu:
a. Pembongkaran Cetakan
Cetakan harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa agar tidak mengurangi
keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton yangakan terpapar dengan
adanya pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan yang cukup yang tidak
akan oleh pelaksanaan pembongkaran.
b. Pembongkaran Penopang dan Penopangan Kembali
Ketentuan untuk pelat dan balok kecuali bila komponen struktur tersebut dicor
pada permukaan tanah, yaitu:
 Sebelum memulai pelaksanaan konstruksi, kontraktor harus membuat
prosedur dan jadwal untuk pembongkaran penopang kembali dan untuk
perhitungan beban yang disalurkan ke struktur selama proses.
 Analisis struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan
dan pembongkaran cetakan dan penopang harus diserahkan oleh kontraktor
kepada pengawas lapangan.
 Tidak boleh ada beban konstruksi yang ditumpukan di atas suatu bangunan
yang sedang dibangun, juga tidak boleh ada penopang dibongkar dari suatu
bagian struktur yang sedang dibangun kecuali apabila bagian dari struktur
tersebut bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki
kekuatan yang memadai untuk menumpu berat sendirinya dan beban yangt
ditempatkan padanya.
 Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan melaluianalisis struktur
denganmemperhatikan beban yang diusulkan, kekuatan sistem cetakan dan
penopang, sertadata kekuatan beton. Data kekuatan beton harus didasarkan
pada pengujian silinder beton yang dirawat di lokasi konstruksi, atau bilamana
disetujui pengawas lapangan didasarkan pada prosedur lainnya untuk
mengevaluasi kekuatan beton.
c. Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan ditambah beban
hidup tidak boleh ditumpukkan di atas bagian struktur yang sedang dibangun
tanpa penopang, kecuali jika analisis menunjukkan bahwa bagian s
d. truktur yang dimaksud memiliki kekuatan yang cukup untuk menumpu beban
tambahan tersebut.
e. Tumpuan cetakan untuk beton prategang tidak boleh dibongkar sampai kondisi
gaya prategang yang telah diaplikasikan mencukupi bagi komponen struktur.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang


Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan dalam kurung waktu 4 bulan terhitung
mulai tanggal 13 November 2021 sampai dengan 13Maret 2022, kegiatan magang
kerja ini dilakukan di proyek Pembangunan Stadion lakidende Kendari. untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Lokasi proyek


3.2 Data Umum Proyek
Adapun data umum proyek pembangunan Stadion lakidende Kendari. Tahun
2021 adalah sebagai berikut:
Nama Proyek : Pembangunan stadion lakidende
Lokasi : Jl.jendral ahmad yani, Kota Kendari
Nomor Kontrak : 602/0068/KNT/KONTRUKSI/IX/2021
Tanggal Kontrak : 3 September 2021
Waktu :120 Hari Kalender
Nilai Kontrak : Rp. 27.544.000.000
Sumber Dana : APBD
Tahun Anggaran : 2021
Mulai Tanggal : 3 September 2021
Kontraktor : PT.MANADAVA PUTRA UTAMA
Konsultan : CV. GRIYA RACANA KONSULTAN
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Tahapan Item Pekerjaan


4.1.1 Pekerjaan Pondasi tiang pancang

Gambar 4.1 Pekerjaan pondasi tiang pancang

Adapun tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang, yaitu:


1. Persiapkan lokasi pemancangan
Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan di letakan, tanah haruslah
dapat menopang berat alat.
2.Persiapkan alat pemancang
Pelaksana harus menyediakan menyediakan alat untuk memancang tiang yang
sesuai dengan jenis tanah dan jenis tiang pancang sehingga dapat menembus masuk
pada kedalaman yang telah di tentukan atau mencapai daya dukung yang telah di
tetapkan.
3.penyimpanan tiang pemancang
Tiang ancang disimpan dilokasi yang akan di lakukan pemancangan . Tiang
pancang disusun seperti piramida dan di alasi dengan kayu 5/10.
4.pemancangan
Kepala tiang pancang harus di lindungi dengan bantalan topi atau mandrel.
Tiang pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu di Tarik sehingga
tiang pancang masuk pada bagian alat. Setelah melakukan pemancangan dilakukan
monitoring pancang sesuai dengan from yang telah di setujui.

4.1.2 Pekerjaan Kolom Pedestal

Gambar 4.3 Pekerjaan kolom pedestal

Adapun tahapan pekerjaan kolom pedestal, yaitu:


1. Pekerjaan Pembesian
Sebelum pemasangan sengkang, terlebihi dahulu dibuat tanda pada tulangan
dengan menggunakan kapur, kemudian pemasangan sengkang setiap pertemuan
antara tulangan utama dan sengkang muatan oleh kawat dengan system silang.
2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting kolom dilakukan dan dilaksanakan dengan
membersihkan area dan menandai posisi bekisting kolom selanjutnya buat tanda
kolom di lantai untuk menjadi acuan dalam pemasangan bekisting.
3. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan truk mixer untuk memudahkan
pekerjaan. Penuangan beton di lakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk
terjadinya segresif yaitu pemisahan agregat dapat menguragi mutu bertaruh.

4.1.3 Pekerjaan Sloof Beton

Gambar 4.4 Pekerjaan sloof beton

Adapun tahapan pekerjaan sloof beton, yaitu:


1. Pekerjaan pembesian
Melakukan perakitan besi sesuai dengan shoft drawing
2. Pekerjaan pemasangan bekisting
Memasang bekisting sloof, jangan lupa beton dacking atau tahu beton untuk
menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama pengecoran.
3. Pekerjaan pengecoran

Pengecoran dilakukan dengan menggunakan truk mixer untuk memudahkan


pekerjaan. Penuangan beton di lakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk
terjadinya segresif yaitu pemisahan agregat dapat menguragi mutu bertaruh.

4.1.4 Pekerjaan Kolom Beton

Gambar 4.5 pekerjaan kolom beton

Adapun tahapan pekerjaan kolom beton, yaitu:


1. Pekerjaan Pembesian
Sebelum pemasangan sengkang, terlebihi dahulu dibuat tanda pada tulangan
dengan menggunakan kapur, kemudian pemasangan sengkang setiap pertemuan
antara tulangan utama dan sengkang muatan oleh kawat dengan sistem silang.
2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting kolom dilakukan dan dilaksanakan dengan
membersihkan area dan menandai posisi bekisting kolom selanjutnya buat tanda
kolom di lantai untuk menjadi acuan dalam pemasangan bekisting.
3. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan truk mixer untuk memudahkan
pekerjaan. Penuangan beton di lakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk
terjadinya segresif yaitu pemisahan agregat dapat menguragi mutu bertaruh.

4.1.5 Pekerjaan Balok Beton

Gambar 4.7 Pekerjaan balok beton

Adapun tahapan pekerjaan balok beton, yaitu:


1. Pekerjaan Pembesian
Melakukan penulangan besi sesuai dengan shoft drawing .
2. Pekerjaan pemasangan bekisting
Memasang bekisting sloof, jangan lupa beton dacking atau tahu beton untuk
menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama pengecoran.
3. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan truk mixer untuk memudahkan
pekerjaan. Penuangan beton di lakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk
terjadinya segresif yaitu pemisahan agregat dapat menguragi mutu bertaruh.

4.2 Hasil Pelaksanaan Magang (Pekerjaan sloof dan kolom)


4.2.1 Pekerjaan sloof
1. Tahap Persiapan
Berikut uraian singkat mengenai tahap persiapan pekerjaan Sloof
a. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan galian tanah sloof
beton.
b. Persiapan lahan kerja.
c. Persiapan alat bantu kerja, antara lain: theodolith, meteran, waterpass, cangkul,
belincong, pengki, benang, selang air, dll.
4.2.2 Tahap pelaksanaan
Berikut uraian singkat mengenai tahap pelaksanaan Sloof
1. Pengukuran
Proses pengukuran ini dilakukan sebelum galian tanah dilaksanakan untuk
memastikan lebar dan kedalaman galian
2. Pelaksanaan galian tanah

Gambar 4.10 pekerjaan galian tanah


Berikut tahap pelaksanaan galian tanah :
a. Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar sloof bagian bawah
dengan kedalaman yang disyaratkan.
b. Menggali sisi – sisi miringnya, sehinggga diperoleh kemiringan yang tepat
c. Buang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan.
d. Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana .
3. pekerjaan perakitan besi tulangan

Berikut proses perakitan besi tulangan :


a. Pemotongan baja tulangan, pemotongan tulangan ini menggunakan mesin
pemotong baja atau bar cutter ataupun mesin gerinda. Ukuran besi dipotong
sesuai dengan desain yang direncanakan.

Gambar 4.11 pemotongan baja tulangan


b. Pembengkokan baja tulangan, Pembengkokan besi tulangan ini menggunakan
mesin bending begel manual. Tulangan yang akan dibengkokan diletakkan dimeja
pembengkokan yang sudah diberi batas. Pembengkokan tulangan dilakukan pada
saat kondisi besi dingin.
Gambar 4.12 pembengkokan baja tulangan
c. Setelah pembengkokan tulangan dilanjutkan dengan perakitan tulangan, perakitan
tulangan ini di lakukan langsung di dalam galian dan disesuaikan dengan gambar
kerja. sebelum pemasangan sengkang, terlebih dulu dibuat penanda agar jarak
sengkang sesuai dengan gambar kerja. Selanjutkan pemasangan sengkang, setiap
pertemuan antara tulangan utama dan sengkang diikat oleh kawat bendrat dengan
sistem silang.

Gambar 4.13 perakitan tulangan sloof


4. Pemasangan Bekisting
Berikut proses pekerjaan pemasangan bekisting :
a. Pemotongan bahan-bahan pembuatan bekisting seperti multipleks dan kaso. Ukur
bekisting menggunakan meteran agar mendapatkan hasil yang sesuai.

Gambar 4.14 pemotongan bahan pembuatan bekisting

b. Selanjutnya perakitan bekisting, papan multiplek dan kaso dipaku dengan rapat
agar pada saat pengecoran tidak mengalami kebocoran.

Gambar 4.15 perakitan bekisting


c. Setelah bekisting dirakit, bekisting-bekisting tersebut diangkut dan dipasang pada
posisi yang sudah ditentukan.
Gambar 4.16 pemasangan bekisting

4.2.3 Pekerjaan kolom


4.2.3.1 Tahap Persiapan
Persiapan awal pekerjaan dimulai dengan mempersiapkan semua peralatan yang
dibutuhkan, baik untuk bekisting maupun pekerjaan penulangan.

Pekerjaan persiapan meliputi :


a. Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan kolom
b. Approval materialyang akan digunakan
c. Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
pembuatan bekisting dan penulangan termasuk memeriksa kembali kondisi
peralatan yang akan di pakai.
4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan
1. penentuan AS kolom
titik-titik As kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan , hal ini
disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan. Cara menentukan As kolom
membutuhkan alat-alat seperti theodolit, meteran, tinta, sipatan dll. Berikut proses
pelaksanaan penentuan AS kolom
a. Penentuan As kolom dengan theodolit dan waterpass berdasarkan shop drawing
dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan
b. Buat As kolom dari garis pinjaman
c. Pemasangan patok as bangunan/kolom
2. Pembesian kolom
Berikut proses pembesian kolom :
a. Pembesian atau perakitan tulangan kolom dilakukan langsung dititik pengukuran
yang sudah ditentukan

Gambar 4.17 perakitan tulangan kolom

b. Pemasangan tulangan utama, sebelum pemasangan sengkang terlebih dahulu


dibuat tanda pada tulangan utama dengan kapur
c. Pemasangan sengkang, setiap pertemuan antar tulangan utama dan sengkang
diikat oleh kawat dengan sistem silang
Gambar 4.18 pemasangan sengkang

d. Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku lalu dipasang bekisting
kolom
3. Pemasangan bekisting kolom
Berikut adalah uraian singkat mengenai proses pembuatan bekistig kolom:
a. pembersihan plywood dan dioles dengan oli

Gambar 4.19 pembersihan plywood dan dioles dengan oli

b. pemindahan bekisting kelokasi yang telah disiapkan


Gambar 4.20 pemindahan bekisting

c. apabila setiap panel telah berada diposisi yang benar, maka dilakukan
pengencangan tie nut yang berada pada corner tie holder

Gambar 4.21 pengencangan tie nut

d. setelah bekisting kolom berada pada posisi yang benar dilakukan pemasangan
penyangga bagian sisi luar kolom menggunakan kayu agar tidak terjadi
kemiringan pada bekisting kolom
Gambar 4.22 pemasangan penyangga

e. cek posisi vertikal bekisting terhadap AS kolom sehingga tidak terjadi kemiringan
bekisting kolom.pemasangan unting-unting pada kedua sisi bekisting berfungsi
sebagai pengecek posisi vertikal bekisting.

4.2.3 Pengecoran Sloof dan Kolom


4.2.3.1 Pemeriksaan Pembesian dan Bekisting
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan pemeriksaan
pembesian dan bekisting seperti pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai
dengan yang direncanakan. Setelah pengecekan, pengecoran boleh dilaksanakan.
4.2.3.1 Pemeriksaan nilai slump
Nilai slump harus sesuai dengan nilai slump yang tertera pada pada gambar
kerja. Untuk memastikan kualitas beton ready mix, maka saat mixer truck datang
dilakukan pengecekan nilai slump.
Nilai slump untuk sloof
Nilai slump untuk kolom
Gambar 4.23 Slump test Sloof dan Kolom

Gambar 4.24 Pengambilan sampel beton

4.2.3.3 proses pengecoran sloof dan kolom


Pengecoran sloof dan kolom dilakukan secara bersamaan. Peralatan pendukung
untuk pekerjaan sloof dan kolom diantaranya yaitu: Truck mixer, vibrator, lampu
kerja, dan papan perata. Pengecoran balok dan pelat dengan menggunakan concrete
pump dengan menggunakan beton ready mix.

Langkah-langkah pengecoran sloof :


a. Sebelum dilaksanakan pengecoran, bekisting dibersihkan terlebih dahulu.
b. Dari concrete pump beton ready mix akan dipompa dan dialirkan ke bekisting
sloof

Gambar 4.25 Pengecoran

c. Segera setelah beton dituang, maka beton diratakan dengan menusuk-nusuk


campuran agar merata atau memenuhi seluruh ruangan bekisting sloof

Langkah-langkah pengecoran kolom :


a. Sebelum dilaksanakan pengecoran, bekisting dibersihkan terlebih dahulu.
b. Beton dari truck ready mix dialirkan ke concrete pump.

Gambar 4.26 pengaliran beton dari truck redy mix


c. Dari concrete pump beton ready mix akan dipompa dan dialirkan ke bekisting
kolom. Pompa dapat disesuaikan dengan cara disambung atau dilepas, serta
terdapat pemutar pipa sehingga penuangan beton dapat dilakukan secara merata.

Gambar 4.27 Pengecoran

d. Segera setelah beton dituang, maka beton diratakan dengan menusuk-nusuk


campuran agar merata atau memenuhi seluru ruangan bekisting kolom

4.2.4 Pembongkaran Bekisting


langkah-langkah pembongkaran bekisting sloof :
Pembongkaran bekisting Sloof dilakukan setelah 24 jam pengecoran

Gambar 4.28 pembongkaran bekisting


langkah-langkah pembongkaran bekisting kolom:
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 24 jam pengecoran, berikut
langkah-langkah pembongkaran bekisting kolom :
a. mengendorkan semua baut dan wing nut kemudian melepas tie rod yang terdapat
pada horizotal waller.

Gambar 4.29 mengendorkan semua baut dan wing nut

b. melepas penyangga (kayu) bagian sisi luar kolom kemudian kolom akan terlepas
sendiri

Gambar 4.31 melepas penyangga (kayu)


c. kemudian bekisting kolom tersebut dipindahkan ketempat yang sudah disediakan
untuk kemudian dibersihkan dan dioles kembali dengan Oli

Gambar 4.32 pemindahan dan pengolesan oli bekisting

4.3 Pembahasan
Kegiatan magang yang dilakukan di Proyek pembangunan stadion lakidende Kota
Kendari selama 4 bulan ini, merupakan bentuk praktik nyata dari beberapa mata
kuliah yang pernah didapat dibangku perkuliahan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan
magang tersebut merupakan praktik atau simulasi yang dilakukan berdasarkan teori
yang diperoleh. Teori yang didapatkan dalam perkuliahan dapat menjadi tambahan
pengetahuan untuk mengetahui suatu metode dalam pelaksanaan pekerjaan. Salah
satu mata kuliah yang berkaitan dengan kegiatan magang yang dilakukan di Proyek
pembangunan stadion lakidende adalah, Teknik pelaksanaan bangunan struktur, yang
dimana penyusun dapat meninjau langsung serta berkontribusi dalam beberapa
pekerjaan yang telah dilakukan antara lain pekerjaan struktur bawah (sub structure)
dan pekerjaan struktur atas (upper structure).

Untuk pengujian kuat tarik baja sesuai dengan pengujian sifat mekanis baja
tulangan yang terdapat dalam spesifikasi umum 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 pengujian kuat tarik baja

Mutu beton yang dingunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan


dalam kontrak harus seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan oleh pengawas pekerjaan. Mutu beton yang dingunakan dalam
spesifikasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Mutu beton yang dingunakan dalam spesifikasi
Untuk pekerjaaan pengecoran sloof dan kolom dapat dilihat nilai pengujian
slump test dilapangan dalam tabel dibawah ini:

Tabel. 4.3 Nilai pengujian slump test

Mutu Nilai slump Ambang

No. Item Pekerjaan Test Ket


(Mpa) (JMD)
Dilapangan

1. Pengecoran Sloof Fc’20 11 7.5-15 cm Masuk

2. Pengecoran Kolom Fc’20 11 7.5-15 cm Masuk


4.3.1 Perhitungan volume sloof

a. volume beton sloof


dik: Tb1= 400 mm x 800 mm = 0,4 m x 0,8 m
Tb2= 350 mm x 700 mm = 0,35 m x 0,7 m
Panjang sloof
Tb1= 588,64 m
Tb2= 300 m
Dit: vol.Tb1=
Vol.Tb2=
Penye:
Rumus

Vol.Tb1 = 0,4 m x 0,8 m x panjang sloof


=0,4 m x 0,8 m x 588,64 m = 188,3698 𝑚3
Vol.Tb2 = 0,35 m x 0,7 m x 300 x panjang sloof

= 0,35 m x 0,7 m x 300 m = 73 𝑚 3


b. panjang tulangan utama
Rumus
p.sloof x jumlah tulangan
Tb1 = 588,69 m x 12 = 7063,68 m
Tb2 = 300 m x 8 = 2400 m

c. berat tulangan utama


Rumus
1
𝜋𝐷2 x P.tulangan x Berat jenis besi
4
1
Tb1 = 4 3,14 𝑥 222 x 7063,68 m x 78,50
1
= 4 3,14 (22𝑥10−3 )2 x 7063,68 m x 78,50

= 21067,63 kg
1
Tb2 = 4 3,14 𝑥 222 x 2400 m x 78,50
1
= 4 3,14 (22𝑥10−3 )2 x 2400 x 78,50

= 71,580696 kg

d. berat tonase tulangan utama (ton)


Tb1 = 21067,63 kg / 1000 = 21,067 ton
Tb2 = 71,580696 kg / 1000 = 0,01789 ton
4.3.2 Perhitungan volume kolom

a. volume beton kolom

dik: K1 = 600 mm x 800 mm = 0,6 m x 0,8 m

K2 = 600 mm x 600 mm = 0,6 m x 0,6 m

K3 = lingkaran diameter 700 mm = 0,7 m

0,7 m → r = 0,7/2 = 0,35

Tinggi elevasi perencana →0,62 + 7,47 = 8,09

Tinggi = 8,09 m

Dit : Volume K1=……

K2 =……

K3 =…….
Penye:

Rumus = v = p x l x t

- volume K1 = 0,6 x 0,8 x 8,09

= 4,272 𝑚3

- volume K2 = 0,6 x 0,6 x 8,09

= 3,024 𝑚3

- volume K3 = 𝜋 𝑥 𝑟 2 𝑥 𝑡

= 3,14 x 0,35 x 8,09

= 3,1118 𝑚 3

Jumlah kolom K1 = 28 kolom

K2 = 18 kolom

K3 = 18 kolom

Total volume kolom K1 = 28 x 4,272 𝑚 3 = 119,616 𝑚 3

K2 = 18 x 3,204 𝑚3 = 57,672 𝑚3

K3 = 18 x 3,1118 𝑚 3 = 56,0124 𝑚 3

b. total tinggi kolom

jumlah kolom x tinggi kolom

K1 = 28 x 8 = 224 m

K2 = 18 x 8 = 144 m

K3 = 18 x 8 = 144 m
c. tinggi tulangan utama

total tinggi kolom x jumlah tulangan

K1= 224 m x 14 = 3136 m

K2 = 144 m x 12 = 1728 m

K3 = 144 m x 12 = 1728 m

d. berat tulangan utama (kg)

1
rumus = 4
𝜋𝐷2 x T.tulangan x Berat jenis besi
1
K1 = 3,14 𝑥 222 𝑥 3136 𝑥 78,50
4
1
= 4 3,14 (22𝑥10−3 )2 x 3136 x 78,50

= 93,5321 kg

1
K2 = 4 3,14 𝑥 222 𝑥 1728 𝑥 78,50

1
= 4 3,14 (22𝑥10−3 )2 x 1728 x 78,50

= 51,5381 kg

1
K3 = 4 3,14 𝑥 222 𝑥 1728 𝑥 78,50

1
= 4 3,14 (22𝑥10−3 )2 x 1728 x 78,50

= 51, 5381 kg

e. berat tonase tulangan utama (ton)

K1 = 93,5321 kg / 1000 = 0,935321 ton

K2 = 51,5381 kg / 1000 = 0,515381 ton

K3 = 51,5381 kg / 1000 = 0,515381 ton


ITEM VOLUME BETON(𝒎𝟑 ) BERAT JENIS (TON)

SLOOF 261,4 𝒎𝟑 21,1 ton

KOLOM 125,3 𝒎𝟑 2 ton

Dari hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan setiap item pekerjaan yang


dilaksanaakan telah sesuai dengan shop drawing atau gambar kerja yang dibuat oleh
perencana serta telah di periksa dan disetujui oleh pihak Konsultan Pengawas dan
Direksi PU. Setiap item pekerjaan yang dilaksanakan juga telah sesuai dengan
spesifikasi teknis yang dingunakan, adapun spesifikasi yang dimaksud dalam
pekerjaan ini yaitu Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018.
Setiap item pekerjaan pembesian dilapangan harus dicek kembali sesuai dengan
gambar kerja sebelum dilakukan pengecoran dan pada saat pengecoran hal yang harus
di sediakan oleh pihak kontraktor ialah penggetar mekanis (vibrator mekanis) yang
bertujuan untuk memadatkan beton sekaligus mengeluarkan udara yang terjebak
didalam beton yang sangat berpengaruh terhadap segi kualitas beton.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Selama proses magang yang dijalani selama 4 bulan, penyusun banyak mendapat
keuntuangan mengenai pembelajaran nyata didunia kerja konsrtuksi, dari hasil selama
magang yang telah dilakukan menyusun dapat menyimpulkan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Penulis dapat melanjutkan untuk mengerjakan tugas akhir karena telah memenuhi
syarat.
2. Dari hasil pengamatan penulis di lapangan bahwa pekerjaan sloof dan kolom
dimulai dari pekerjaan persiapan, pengukuran, perakitan besi, pemasangan
bekisting, pengecoran, dan pembongkaran bekisting sedangkan pekerjaan kolom
dimulai dari pekrjaan persiapan, penentuan AS kolom, pembesian,pemasangan
bekisting , pengecoran dan pepembongkaran bekisting. pekerjaan pengecoran dan
pembongkaran bekisting adalah. Ilmu yang penulis dapatkan dibangku
perkuliahan berguna ketika turun langsung meninjau ke lapangan.
3. Cukup sulit untuk memanajemen waktu pengerjaan proyek, apalagi ketika cuaca
di lokasi proyek kurang mendukung.
4. Teori yang didapat di bangku perkualiahan mengenai ereksi pada bangunan yang
cukup tinggi yaitu menggunakan alat berat tower crane dan mobile crane, tetapi
ternyata untuk menyesuaikan kondisi di lapangan maka tidak digunakan alat berat
untuk melakukannya, melainkan menggunakan tenaga manusia untuk lantai 2dan
dibantu dengan tali nilon untuk lantai di atasnya.
5. Penulis dapat menggunakan metode yang sama ketika mendapati kondisi yang
sama seperti pada Proyek Pembangunan stadion lakidende Kota Kendari saat
sudah berada di dunia kerja.
5.2 Saran
Dalam proses pelaksanaan proyek pembangunan Stadion lakidende Kota
Kendari, agar pekerja harus lebih mendisiplinkan diri terutama dalam menyangkut
K3, mengefisienkan waktu disaat keterlambatan material, dan menambah tenaga kerja
untuk mempercepat proses pengerjaan agar pembangunan tetap berjalan dan bisa
terselesaikan sesuai jadwal seperti kontrak proyek.
DAFTAR PUSTAKA
Penjelasan tentang pondasi Menurut Frick (2000)
Penjelasan tentang kolom berdasarkan (SNI 287:2019)

Penjelasan tentang sloof Menurut kusdjono (1984)


Syarat pembengkokan tulangan berdasarkan (SNI-03-2847-2019)

System pengecoran berdasarkan (SNI 2847:2019)


Pemadatan beton berdasarkan (SNI 03-3976-2019)
Pengambilan sampel berdasarkan(SNI 03-6880-2019)

Perawatan beton berdasarkan (SNI 2847:2019)


Penjelasan tentang stadion .https://id.wikipedia.org/wiki/Stadion
Pondasi tiang pancang .diakses pada 16 agustus 2019,dari
http://darkspecialistd.blogspot.com/2019/08/pondasi-plat-beton-lajur.html

Guru sipil. Struktur bangunan beserta fungsinya. Sloof adalah. Diakses pada 25
februari 2018, dari
https://www.gurusipil.com/struktur-bangunan-beserta-fungsinya/
watukarung development. Pengertian kolom. Diakses pada 6 juli 2020, dari
https://watukarungblog.wordpress.com/2020/07/06/pengertian-kolom/
ifosiana. Pengertian batu bata merah. Diakses pada 3 januari 2021, dari
https://www.batamerahgarut.com/pengertian-batu-bata-merah/
arsitur studio (2020). Pengertian balok dalam bangunan dan jenisnya.
https://www.arsitur.com/2017/10/pengertian-balok-dalam-bangunan-dan.html
pengertian bondek pelapis cor lantai. Diakses pada 30 agustus 2019, dari
https://bahan-konstruksi.com/blog/pengertian-bondek/
L

R
A

N
LOG BOOK

1. Senin, 15 November- Sabtu, 20 November 2021


Pekerjaan pondasi tiang pancang di tiap titik yang telah di tentukan

2. Senin, 22 November 2021- Sabtu, 27 November 2021


Pekerjaan perakitan tulangan untuk file cap di tiap titik yg telah di tentukan
3. Senin, 29 November 2021 –Rabu, 31 November 2021
Pekerjaan pemasangan bekisting untuk file cap

4. Rabu, 5 Januari 2022 – Sabtu, 8 januari 2022


Pekerjaan pengecoran file cap di tiap titik yang telah di tentukan
5. Senin, 10 Januari 2022- Rabu 19 Januari 2022
Pekerjaan perakitan tulangan sloff di tiap titik yang telah di tentukan

6. Kamis, 20 Januari 2022 – Senin, 24 Januari 2022


Pemasanga bekisting sloof
7. Selasa, 25 Januari 2022
Sloof selesai di cor

8. Senin, 14 Februari 2022- Kamis 17 Februari 2022


Pekerjaan perakitan tulangan kolom
9. Sabtu, 19 Februari 2022- Selasa, 22 februari 2022
Pemasangan bekisting kolom

10. Kamis 24 Februari 2022- Sabtu, 26 Februari


Kolom selesai di cor

Anda mungkin juga menyukai