Contoh Hitungan - Mas Hendrik
Contoh Hitungan - Mas Hendrik
Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffled vertikal yang akan
memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga
zona operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zona asidifikasi terjadi pada
kompartemen pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak volatil
dan setelahnya akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas buffer. Zona buffer
digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas methan dihasilkan pada zona
fermentasi. Semakin banyak beban organik, semakin tinggi efisiensi pengolahannya.
ABR cocok untuk diterapkan di lingkungan kecil, bisa dirancang secara efisien untuk
aliran masuk (inflow) harian hingga setara dengan volume air limbah dari 1000 orang
(200.000 liter/hari). ABR tidak boleh dipasang di daerah dengan muka air tanah tinggi, karena
perembesan (infiltration) akan mempengaruhi efisiensi pengolahan dan akan mencemari air
tanah. Selain itu untuk tujuan pemeliharaan, truk tinja harus bisa masuk ke lokasi.
Kelebihan ABR:
- Efisiensi pengolahan tinggi
- Lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun dibawah tanah
- Biaya pembangunan kecil
- Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah
- Tahan terhadap beban kejutan hidrolis dan zat organik.
- Tidak memerlukan energi listrik.
- Grey water (air bekas mandi dan cuci) dapat dikelola secara bersamaan.
- Dapat dibangun dan diperbaiki dengan menggunakan material lokal.
- Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam konstruksi.
- Umur pelayanan panjang.
Kekurangan ABR:
- Diperlukan tenaga ahli untuk melakukan desain dan pengawasan pembangunannya.
- Tukang ahli diperlukan untuk pekerjaan plester kualitas tinggi
- Memerlukan sumber air yang konstan.
- Efluen memerlukan pengolahan sekunder atau dibuang ke tempat yang cocok.
- Penurunan zat patogen rendah.
- Pengolahan pendahuluan diperlukan untuk mencegah penyumbatan.
Teknologi pengolahan menggunakan ABR dapat dilihat pada Gambar II.2 berikut ini.
Constructed Wetland
Constructed wetland (lahan basah buatan) merupakan suatu area yang dirancang sehingga
menyerupai lahan basah alami (rawa) untuk mengolah air limbah domestik (kakus atau non-
kakus) dan/atau air limbah industri yang memiliki rasio BOD/COD > 0,3 (mengindikasikan
biodegradable). Sistem ini tergolong sebagai metode pengolahan yang kompleks karena
mengintegrasikan bermacam-macam sistem, meliputi vegetasi lahan basah, tanah, dan
berbagai jenis organisme yang ada di dalamnya untuk mengolah air limbah. Sistem ini
umumnya digunakan sebagai pengolahan lanjutan setelah proses pengolahan tahap kedua atau
ketiga.
Proses pengolahan yang terjadi pada constructed wetland meliputi proses filtrasi, sedimentasi
dan pengolahan biologis. Aliran pada sistem ini dirancang memiliki kecepatan aliran yang
rendah, agar memungkinkan terjadinya proses pengendapan partikel-partikel yang terkandung
dalam air limbah. Selain itu, kecepatan aliran yang rendah dapat memperpanjang waktu
kontak antara air limbah dan permukaan lahan basah di mana organisme-organisme dan
vegetasi menggunakan senyawa organik sebagai sumber nutrien mereka, dan berlangsung
proses destruksi patogen. Constructed wetland sendiri memiliki kelebihan dan kekurangannya
yakni:
Kelebihan:
- Mampu menerima beban yang tinggi
- Biaya konstruksi dan operasional lebih murah dibanding unit pengolahan lain
- Konstruksi sederhana (dapat dibangun menggunakan material lokal)
- Menambah nilai estetika
Kekurangan:
- Luas lahan yang dibutuhkan besar
- Pengolahan menggunakan wetland dinilai lebih ekonomis dibanding pengolahan lain
hanya ketika lahan yang dibutuhkan tersedia dan tidak terlalu mahal
Kebutuhan luas contructed wetland dipengaruhi oleh laju suhu air dalam kolam dan parameter
polutan yang ingin disisihkan. Waktu detensi untuk menyisihkan polutan tersuspensi selama
0,5-3 hari, sedangkan untuk menyisihkan polutan terlarut selama 5-14 hari.
B. Debit Air Limbah yang dihasilkan (umumnya 80% dari jumlah kebutuhan
air bersih)
Q = 80% x 6m3/hari
= 4,8m3/hari
Direncanakan:
Hydraulic Retention time (HRT) = ± 30 menit
Asumsi air limbah dapur = 5% dari total limbah
Interval pengurasan (Ip) = 7 hari
Panjang bak (P) = 30cm
Lebar bak (L) = 15cm
Removal minyak-lemak = 95%
Perhitungan:
Minyak-Lemak out = 18mg/L x (1-95%)
= 0,9 mg/L
Direncanakan:
Lebar dalam : 1,5m
Kedalaman bak (H) : 1,5m
Up-flow velocity : 1,8m/jam
H freeboard : 0,2m
HRT di bak pengendap : 24 jam
Interval pengurasan (Ip) : 24 bulan
Dihitung:
a. Organic loading
¿
Rasio COD/BOD = COD∈ BOD∈¿ ¿ ¿
250 mg/L
=
110 mg/L
= 2,27
Cek Volume = P x L x H
= 2,13m x 1,5m x 1,5m
= 4,8m3
Perhitungan:
a. Organic Loading
Factor removal BOD/COD ditentukan berdasarkan grafik BOD/COD removal di bawah
ini (Gambar 4.9). nilai COD removal dari Zona bak pengendap ialah 38,4%, maka nilai
rasio removal BOD/COD sebesar 1,06
0,17
f-strength (lihat gambar 4.6) = COD in x + 0,87
2000
0,17
= 250mg/L x + 0,87
2000
= 0,891
b. Dimensi ABR
Q
Luas permukaan Kompartemen =
upflow velocity
4,8 m3 /hari
=
1,5 m/ jam
= 3,2m2
Volume ABR
Jumlah kompartemen =
volume satu kompartemen
48 m3
=
5,09 m
= 9,43 kompartemen = 10 kompartemen
Dimensi ABR
Panjang tiap kompartmen = 0,85m
L = 2,72m
H = 1,7m
Jumlah kompartemen = 10 kompartemen
mm
Medium sand 1 0.42 1.380 1.84
Coarse sand 2 0.39 1.575 1.34
Gravelly sand 8 0.35 1.640 0.86
c. KT
Nilai KT pada temperatur air minimal sebesar 16°C
KT = K20 x (1,1) x (T - 20)
K16 = 0,86 x (1,1) x (16 - 20)
K16 = 0,5874 d-1