Anda di halaman 1dari 3

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) merupakan perjanjian multilateral yang menentukan

aturan-aturan bagi pelaksanaan perdagangan internasional.

GATT adalah perjanjian yang dibuat setelah berakhirnya Perang Dunia II. GATT atau General
Agreement on Tariffs and Trade (Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan)
diimplementasikan untuk lebih jauh mengatur perdagangan dunia sebagai sarana percepatan pemulihan
ekonomi setelah perang. Pada perkembangannya, GATT berhasil menjadi forum resmi antar
pemerintah dunia untuk membahas permasalahan dan solusi perdagangan internasional.

Keadaan sosial, politik dan ekonomi yang kacau mendorong negara-negara di dunia untuk saling
bekerja sama demi mengatasi krisis dalam negeri. Selain itu, latar belakang pembentukan GATT juga
dipengaruhi oleh keinginan dari negara-negara dunia untuk melakukan negosiasi terhadap perdagangan
bebas internasional GATT secara resmi terbentuk melalui kesepakatan 23 negara pada 30 Oktober
1947 di Jenewa, Swiss. Hingga tahun 1994, GATT memiliki jumlah anggota sebanyak lebih dari 128
negara.

Dibentuk pada tahun 1947 dan ditandatangani menjadi undang-undang internasional pada tanggal 1
Januari 1948, GATT tetap menjadi salah satu perjanjian perdagangan internasional penting sampai
digantikan oleh WTO atau World Trade Organization (Organisasi Perdagangan Dunia) pada tanggal 1
Januari 1995. Pondasi untuk GATT diletakkan oleh usulan dari ITO atau International Trade
Organization (Organisasi Perdagangan Internasional) pada tahun 1945, meskipun ITO sendiri tidak
pernah terwujud.

GATT menyelenggarakan delapan round secara keseluruhan mulai bulan April 1947 sampai
September 1986, masing-masing dengan hasil yang signifikan. Round pertama dilakukan di Jenewa,
Swiss, dan diikuti 23 negara. Subjek utama yang dibahas adalah tarif. Round awal ini menghasilkan
pembentukan GATT dan menyepakati puluhan ribu konsesi pajak yang mempengaruhi lebih dari 10
miliar dolar dalam perdagangan. Round kedelapan GATT diadakan pada tahun 1986, di Uruguay.
Banyak topik diluar tarif yang menjadi agenda utama, termasuk kekayaan intelektual, pertanian dan
penyelesaian sengketa. Round ini juga menjadi awal pembentukan World Trade Organization (WTO).

1. https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/13/150619869/sejarah-gatt-tujuan-prinsip-dan
-perubahannya.

2. https://www.syafrilhernendi.com/glossary/general-agreement-tariffs-trade-gatt/

PRINSIP GATT

Dalam buku GATT dan WTO: Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan (1996)
karya Kartodjoemana, GATT menerapkan beberapa prinsip utama untuk mencapai tujuannya.

Prinsip utama GATT, sebagai berikut:


1. Prinsip Most Favoured Nations (MFN), yaitu prinsip non-deskriminatif dalam menjalankan
perdagangan internasional.

2. Prinsip National Treatment, yaitu prinsip yang mengatur produk hasil impor harus diperlakukan
sama dengan produk dalam negeri.

3. Prinsip Transparansi, yaitu prinsip keterbukaan antar negara anggota GATT.

4. Prinsip Non Tariff Measures, yaitu negara anggota GATT hanya diperbolehkan untuk melindungi
produk dalam negeri dengan meningkatkan bea masuk produk impor.

5. Prinsip Quantitative Restriction, yaitu negara anggota GATT tidak diperbolehkan melakukan
pembatasan quota terhadap perdagangan internasional.

PENYELESAIAN SENGKETA GATT

Perdagangan internasional merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang telah sangat tua dan
berperan penting dalam menjalankan roda kehidupan suatu negara. Perdagangan internasional yang
dilakukan banyak negara saat ini mengakibatkan pembentukan sebuah organisasi internasional yang
bergerak di bidang perdagangan yaitu World Trade Organization (WTO). Pembentukan WTO
memberikan konsep liberalisasi perdagangan kepada setiap negara anggotanya. Salah satu tujuan dari
adanya perdagangan internasional yaitu untuk meningkatkan pendapatan (income) dalam negeri itu
sendiri. Proses perdagangan internasional ini tidak semata-mata sederhana atau mudah, melainkan
harus ada suatu perjanjian antara negara yang bersangkutan, baik dalam lingkup bilateral,
multilateral, unilateral dan regional, dari proses perjanjian ini muncul yang namanya kesepakatan-
kesepakatan, misalnya traktat, konvensi, aturan organisasi perserikatan bangsa-bangsa dan lain
sebagainya. Saat ini, perdagangan internasional telah memungkinkan terjadinya perdagangan bebas
untuk berbagai barang dan jasa. Esensi untuk bertransaksi dagang ini adalah dasar filosofinya. Telah
dikemukakan bahwa berdagang ini adalah suatu “kebebasan fundamental” (fundamental freedom).
Kebebasan ini tidak boleh dibatasi oleh adanya perbedaan agama, suku, kepercayaan, politik, sistem
hukum dan lain-lain. Oleh karena itu sangat diperlukan hubungan perdagangan antar negara yang
tertib dan adil, untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan di bidang perdagangan internasional,
diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku
perdagangan internasional yang mengatur hubungan dagang antar negara terkandung dalam dokumen
General Agreement on Tariffs and Trade/GATT (selanjutnya dalam skripsi ini disebut GATT) yang
ditandatangani negara-negara tahun 1947 dan mulai diberlakukan sejak tahun 1948. Pada
prakteknya, kerjasama antar negara di bidang perdagangan internasional sering tidak berjalan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, dimana terdapat suatu negara yang melakukan tindakan
yang melanggar peraturan WTO. Oleh karena itu, didalam GATT/WTO terdapat aturan tentang tata
cara penyelesaian sengketa. Sistematik pengaturan penyelesaian sengketa GATT diatur dalam Pasal
XXII dan Pasal XXIII. Pasal XXII berjudul consultation dan Pasal XXIII berjudul nullification or
impairment.

Mekanisme penyelesaian sengketa mulai disempurnakan lagi pada perundingan Uruguay yang mencakup
seluruh substansi dari sistem GATT. Perjanjian mengenai penyelesaian sengketa disebut dengan
Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes atau (DSU) yang
merupakan penyempurnaan dari aturan GATT. Berdasarkan Pasal 3 DSU para anggota WTO
menegaskan ketaatan mereka pada peraturan penyelesaian sengketa yang berlaku menurut Pasal XXII
dan Pasal XXIII GATT serta peraturan dan prosedur yang dirinci dan dimofifikasi lebih lanjut.
Penyelesaian sengketa dalam perdagangan internasional sendiri juga tidak lepas dari peranan suatu
negara yang ada di dalamnya, dimana negara sendiri merupakan subyek hukum internasional. Negara
sebagai suatu subyek memiliki peranan atau fungsi secara garis besar yaitu membuat undang-undang
(legislatif), menjalankan undang-undang (eksekutif) dan mengawasi pemerintah (yudikatif).

Dalam penyelesaian kasus perdagangan internasional ada sebuah lembaga yang menangani soal
sengketa ini, yaitu lembaga yang terdapat di badan World Trade Organization (WTO), yang bernama
Dispute Settlement Body (DSB). Salah satu peranan WTO yaitu sebagai forum dalam menyelesaikan
sengketa dan menyediakan mekanisme konsiliasi guna mengatasi sengketa perdagangan yang timbul.

https://repisitory.unissula.ac.id/11517/5/BAB%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai