Anda di halaman 1dari 7

Machine Translated by Google

Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan

KERTAS • AKSES TERBUKA


Anda mungkin juga suka
- Analisis Kualitas Kimia Kering
Karakterisasi Parameter Michaelis-Menten dari Teripang Sendeish (Holothuria
scabra) dengan Metode Enzim Berbeda
Enzim Papain Komersial “Paya” Kristhina Priskila Rahael, Santi Penina
Tua Rahantoknam dan Syahibul Kahfi
Hamid

Mengutip artikel ini: Mathias Elsson et al 2019 IOP Conf. Ser.: Lingkungan Bumi. Sains. 217 012037 - Pengaruh enzim papain eksogen dalam
pakan terhadap pertumbuhan dan profil darah
ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) yang
dibudidayakan di kolam Diana Rachmawati,
Istiyanto Samidjan dan Johannes Hutabarat
Lihat artikel secara online untuk pembaruan dan penyempurnaan.
- Studi tentang imobilisasi papain dengan
mikrosfer alginat berpori magnetik
Hui Wang dan Dongxu Shao

Konten ini diunduh dari alamat IP 125.162.213.65 pada 15/11/2022 pukul 02:38
Machine Translated by Google

CoSCI - PBBMI Penerbitan TIO


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 217 (2019) 012037 doi:10.1088/1755-1315/217/1/012037

Karakterisasi Parameter Michaelis-Menten dari


Enzim Papain Komersial “Paya”

Mathias Elsson1 , Anondho Wijanarko1 , Heri Hermansyah1 , Muhammad Sahlan1,2*


1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, Jawa Barat, 16425, Indonesia
2
Pusat Penelitian Teknik Biomedik Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16425, Indonesia

*sahlan@che.ui.ac.id

Abstrak. Penggunaan enzim dewasa ini semakin meningkat, baik untuk penelitian maupun untuk industri.
Hal ini terjadi karena kemajuan di berbagai bidang seperti teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan
teknologi aplikasi enzim. Salah satu jenis enzim yang sangat banyak digunakan dan berperan penting
dalam aplikasi bioteknologi dan industri adalah enzim protease, khususnya enzim papain. Papain
merupakan enzim proteolitik yang diisolasi dari penyadapan getah buah pepaya, atau bisa juga berasal
dari daun pepaya (Carica papaya L.).
Sebenarnya di pasaran sudah ada enzim papain komersial bernama “Paya” yang berfungsi sebagai
pelunak daging dengan harga relatif murah, namun enzim papain tersebut tidak murni dan belum
diketahui aktivitasnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsentrasi enzim papain
terlarut dan kasein sebagai substratnya. Dengan menggunakan metode Lowry protein assay, konsentrasi
awal enzim papain dan kasein masing-masing 20.000 ppm. Hasil uji protein didapatkan bahwa konsentrasi
enzim papain terlarut dan kasein terlarut masing-masing adalah 71,069 ppm dan 764,8276 ppm. Hasil
percobaan pertama digunakan untuk percobaan kedua yaitu mengukur dan menentukan parameter
kinetika enzim Km dan Vmax enzim papain komersial dengan substrat kasein tersebut. Dari penelitian ini
didapatkan bahwa Km dan Vmax enzim papain komersial ini masing-masing sebesar 248,68 ppm dan
1,514 ppm kasein/menit.

Kata kunci: kasein, enzim papain; kinetika enzim; Metode uji protein rendah

1. Pendahuluan
Penggunaan enzim dewasa ini semakin meningkat, baik untuk penelitian maupun untuk industri. Hal ini terjadi
karena kemajuan di berbagai bidang seperti teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan aplikasi teknologi
enzim. Salah satu jenis enzim yang sangat banyak digunakan dan berperan penting dalam aplikasi bioteknologi
dan industri adalah enzim protease. Enzim protease, juga disebut enzim proteolitik adalah enzim yang khusus
untuk mengurai atau memecah protein. Enzim protease dapat dihasilkan dari berbagai sumber baik
mikroorganisme maupun dari tumbuhan, buah-buahan, dll. Penggunaan enzim protease sangat efektif dan
menguntungkan. Misalnya pada industri makanan, enzim protease digunakan untuk pengolahan susu, roti,
biskuit, proses pematangan keju, pelunak daging, dan pembuatan produk dari kedelai. Selain pada industri
makanan, enzim protease juga digunakan pada beberapa aplikasi industri seperti deterjen, obat-obatan, produk
kulit, dan proses pengolahan limbah industri.

Salah satu jenis enzim yang banyak digunakan dalam industri dan juga bidang penelitian adalah enzim
papain. Enzim papain merupakan enzim proteolitik yang diisolasi dari penyadapan getah buah pepaya, atau
bisa juga berasal dari daun pepaya (Carica papaya L.). Selain mengandung papain sebanyak 10%, getah buah
pepaya juga tersusun atas enzim kimopapain dan lisozim sebesar 45% dan 20% [1]. Aktivitas enzim papain
cukup spesifik karena papain hanya dapat mengkatalisis proses hidrolisis dengan baik pada kondisi pH dan
suhu dalam rentang waktu tertentu. Papain biasanya aktif pada pH antara 5,0 hingga 7,0 dengan titik isoelektrik
8,75, dan suhu 50 hingga 60 °C. Aktivitas papain berkurang 20% saat dipanaskan pada suhu 75 °C selama 30
menit dan 50% pada pemanasan menggunakan suhu 76 hingga 85 °C selama 56 menit pada pH 7.

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Setiap distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

CoSCI - PBBMI Penerbitan TIO


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 217 (2019) 012037 doi:10.1088/1755-1315/217/1/012037

Enzim papain digunakan untuk melunakkan daging, pembuatan hidrolisat protein, bahan pemurnian pada
industri bir, industri tekstil, industri penyamakan kulit, industri farmasi dan kosmetika, dan lain-lain. Papain
biasanya diperdagangkan dalam bentuk bubuk berwarna putih kekuningan dan sebaiknya disimpan di bawah
suhu 4°C [2]. Enzim papain murni yang diperjualbelikan harganya relatif mahal, padahal biasanya untuk
penelitian menyimpannya menggunakan enzim papain yang diekstrak langsung dari getah daun pepaya atau pepaya.
Sebenarnya di pasaran sudah banyak dijual enzim komersial merek “Paya” (Gambar 1) yang berfungsi
sebagai pelunak daging dengan harga relatif murah, namun enzim papain tersebut tidak murni melainkan sudah
dicampur dengan bahan lain seperti gula dan garam. Kekurangan enzim papain komersial merek Paya selain
sudah dicampur adalah karena aktivitas enzim papain ini belum diketahui, namun enzim papain komersial ini
telah digunakan dalam beberapa penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menentukan parameter
kinetika Km dan Vmax enzim papain ini dengan substrat berupa kasein. Selain mengukur dan menentukan
parameter kinetika enzim, penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji kadar protein pada enzim papain
komersial dan kasein serta substratnya dengan menggunakan metode Lowry protein assay [3].

Penelitian tentang karakterisasi enzim sudah dilakukan sejak lama; banyak metode juga digunakan yang
telah dipublikasikan. Untuk penelitian beberapa tahun yang lalu hingga saat ini di Indonesia misalnya pada
tahun 2006 telah dilakukan penelitian tentang isolasi dan karakterisasi ekstrak kasar enzim bromelain dari
batang nanas oleh Herdyastuti dengan menggunakan metode fraksinasi [4].
Pada tahun 2007 telah dilakukan penelitian produksi dan karakterisasi enzim ÿ-endoksilanase bakteri usus
rayap oleh Ratnadewi dengan menggunakan elektroforesis [5]. Pada tahun 2013 lalu juga dilakukan penelitian
karakterisasi enzim polifenol oksidase ekstrak kasar udang windu oleh Made Suhandana et al. dengan
menggunakan larutan buffer secara bertahap [6].
Penelitian tentang pemurnian enzim papain dilakukan pada tahun 2000 oleh Monti et al. dari Brazil, kemudian
dilakukan penelitian tentang karakteristik enzim papain pada tahun 2007 oleh Oktaviani RA [7,8]. Pada tahun
2013 dilakukan penelitian tentang karakteristik aktivitas enzim papain kasar oleh Khamim Nugroho et al., dan
juga pada tahun 2014 dilakukan karakterisasi enzim papain dari pepaya oleh Zusfahair et al. [9,10].

Hampir semua penelitian tentang penggunaan enzim dan karakteristik enzim yang telah dilakukan selama
proses ekstraksi biasanya didahului oleh enzim itu sendiri dari sumbernya baik tanaman, bakteri, dll.

2. Metode Eksperimental

2.1. Bahan
Bahan utama penelitian ini adalah enzim papain komersial "Paya" dan kasein. Enzim papain komersial “Paya”
diperoleh dengan membelinya di supermarket Giant, sedangkan kasein yang digunakan sebagai substrat
diperoleh dari pembimbing skripsi. Untuk menguji kadar protein dengan menggunakan metode Lowry diperlukan
larutan baku, dan larutan baku yang kami gunakan adalah Bovine Serum Albumin (BSA). BSA dibuat dengan
berat 5 mg yang dilarutkan dalam akuades hingga 25 mL.
Bahan lain yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah larutan biuret (campuran 1 mL larutan CuSO4 1% (b/v),
1 mL larutan NaK-Tartrate 1% (b/v), dalam 100 mL larutan Na2CO3 2% (b /v)). Dibuat larutan CuSO4 1% dan
NaK-Tartrate 1% berturut-turut dalam volume 25 mL, reagen Folin Ciocalteau 1N, larutan dapar tujuh fosfat pH
0,05M, satu mL larutan asam trikloroasetat (TCA) 0,4M, dan 0,5M. larutan natrium karbonat M.

Gambar 1. Enzim Papain Komersial "Paya" dan Kasein Yang Digunakan

2
Machine Translated by Google

CoSCI - PBBMI Penerbitan TIO


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 217 (2019) 012037 doi:10.1088/1755-1315/217/1/012037

2.2. Metode uji protein rendah.


Konsentrasi terlarut enzim papain dan kasein diperoleh dengan membuat larutan standar BSA. Larutan
protein standar (Bovine Serum Albumin 200 µg/mL) dan akuades dicampur dengan jumlah tertentu sesuai
Tabel 1 di bawah ini dalam tabung reaksi untuk mendapatkan rentang konsentrasi yang luas antara 20-120
mg dalam 1 mL larutan standar.

Tabel 1. Penentuan Protein dengan Menggunakan Metode Lowry

Kosong Standar Sampel


- 20 40 60 80 0,3 0,4 100 120 -
Konsentrasi (mg/L)
- 0,1 0,2 0,5 0,6 -
Standar BSA (mL)
- 0,1
Sampel (mL)
Aquadest (mL) 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,9
Larutan Biuret (mL) 3
Reagen Folin (mL) 0,3

Pada tabung lainnya juga dicampurkan dua jenis sampel protein (contoh protein pertama adalah enzim
papain komersial "Paya", dan yang kedua adalah kasein) dan air suling sehingga total volume larutan
sampel adalah satu mL. Tambahkan 3 mL larutan biuret (campuran 1 mL larutan CuSO4 1% (b/v), 1 mL
larutan NaK-Tartrate 1% (b/v), dalam 100 mL larutan Na2CO3 2% (b/v) ) ke dalam masing-masing tabung
reaksi. Segera kocok dengan menggunakan vortex mixer. Campuran larutan diinkubasi pada suhu ruang
selama tepat 10 menit menggunakan stopwatch dan waktu dihitung pada saat penambahan biuret. Setelah
tepat 10 menit inkubasi, tambahkan 0,3 mL reagen Folin-Ciocalteau 1N ke dalam masing-masing tabung
reaksi. Segera kocok kembali dengan menggunakan vortex mixer. Larutan kemudian diinkubasi kembali
pada suhu ruang selama 30 menit setelah penambahan reagen Folin. Absorbansi masing-masing larutan
diukur tepat pada menit ke-30 pada panjang gelombang 750 nm.

2.3. Penentuan Km dan Vmax.


Penelitian ini dilakukan untuk menghitung parameter kinetika enzim enzim papain komersial “Paya” dengan
menghitung konstanta Michaelis-Menten dan kecepatan maksimum enzim papain untuk menghidrolisis
kasein sebagai substrat. 0,5 mL larutan enzim ditambahkan 0,5 mL buffer fosfat 0,05 M pH 7, kemudian
dipreinkubasi pada suhu 37°C selama 5 menit. Kemudian ditambahkan pula 0,5 mL substrat (dibuat dalam
5 variasi konsentrasi, mulai dari 191,2075 ppm, 95,604 ppm, 47,802 ppm, 23,901 ppm dan 11,95 ppm yang
diperoleh dengan mengencerkan larutan substrat yang sama dengan yang digunakan pada percobaan
pertama), kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit. Untuk menghentikan reaksi, tambahkan
1 mL asam trikloroasetat (TCA) 0,4 M. Setelah itu, sentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 30 menit.
Setelah disentrifugasi, sebanyak 0,5 mL filtrat ditambahkan 2,5 mL natrium karbonat 0,5 M, kemudian
dipreinkubasi selama 10 menit. Langkah selanjutnya adalah menambahkan 0,5 mL reagen Folin Ciocalteau,
diinkubasi selama 30 menit. Langkah terakhir adalah membaca kerapatan optik pada 660nm. (Kosong yang
digunakan adalah larutan enzim dengan perlakuan yang sama, kecuali penambahan TCA dilakukan
sebelum penambahan substrat).

3. Hasil
3.1 Metode Uji Protein Rendah
Untuk menguji kadar enzim papain dan kasein terlarut diperlukan persamaan kurva standar garis yang
akan digunakan untuk menghitung konsentrasi. Gambar 2 menunjukkan data pengukuran absorbansi untuk
larutan standar BSA, sampel enzim papain, dan sampel kasein.

3
Machine Translated by Google

CoSCI - PBBMI Penerbitan TIO


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 217 (2019) 012037 doi:10.1088/1755-1315/217/1/012037

0,400
y = 0,0029x + 0,0062
0,300 R² = 0,993

0,200
serap
Daya

0,100

0,000
0 20 40 60 80 100 120 140
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar BSA

Dari Gambar 2, garis persamaan yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung konsentrasi papain dan
kasein yang terlarut. Caranya adalah variabel y pada persamaan tersebut sama dengan nilai absorbansi sampel papain
dan kasein yang juga diukur pada panjang gelombang 750 nm. Pengukuran absorbansi dilakukan sebanyak masing-
masing tiga ulangan.
Dari ketiga pengulangan tersebut didapatkan nilai rata-rata absorbansi untuk sampel Papain adalah sebesar 0,2123
dan untuk sampel kasein yang diencerkan 10 kali adalah 0,228. Berdasarkan nilai absorbansi rata-rata yang diperoleh
disini maka konsentrasi papain terlarut adalah sama dengan:

= 0,0029 + 0,0062
= 71.069

Konsentrasi kasein terlarut juga dihitung berdasarkan nilai rata-rata absorbansinya, namun harus dikalikan dengan
faktor pengenceran karena sudah sepuluh kali diencerkan. Berikut adalah hasilnya:

= 0,0029 + 0,0062
= 76,4827
= 76,4827 10 = 764,8276

3.2. Penentuan Km dan Vmax.


Dari data konsentrasi terlarut papain dan kasein yang diperoleh dari percobaan pertama, kami membuat lima variasi
konsentrasi kasein yang diperoleh dengan mengencerkan larutan awal dengan konsentrasi 764,8276 ppm menjadi
larutan dengan konsentrasi kasein 191,2075 ppm, 95,604 ppm, 47,802 ppm, 23,901 ppm, dan 11,95 ppm. Untuk larutan
enzim papain tidak perlu diencerkan melainkan menggunakan larutan enzim papain yang sama dengan larutan pada uji
studi kadar protein Lowry.

20.0000

15.000.000 y = 164,250x + 0,6606


R² = 0,999
1/
V
10.0000

5.0000

0,0000
0,0000 0,0200 0,0400 0,0600 0,0800 0,1000
1/[S] (ppm)

Gambar 3. Grafik Nilai Rata-Rata Absorbansi vs Konsentrasi Substrat

4
Machine Translated by Google

CoSCI - PBBMI Penerbitan TIO


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 217 (2019) 012037 doi:10.1088/1755-1315/217/1/012037

Pada Gambar 3 diperoleh persamaan garis yang akan digunakan untuk menghitung nilai Km dan
Vmax enzim papain komersial "Paya" dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten yang diubah
menjadi lawannya atau Lineweaver-Burk menjadi persamaan di bawah ini: = 164,25 + 0,6606

1 1 1
= +
[]
1
= 0,6606; = 1.514 /
= 164,25; = 248,68
Jadi, Km dan Vmax enzim papain komersial masing-masing adalah 248,68 ppm dan 1,514 ppm kasein/
menit.

4. Diskusi.
Kandungan protein dalam enzim mempengaruhi daya katalitik enzim. Pada umumnya dengan
meningkatnya kadar protein pada enzim maka daya katalitiknya juga akan meningkat. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk mengetahui kadar protein adalah metode Lowry. Pada percobaan pertama
diperoleh dari uji kadar protein menggunakan metode Lowry bahwa konsentrasi enzim papain terlarut
adalah sebesar 71,069 ppm dari konsentrasi awal 20000 ppm yang dibuat dengan melarutkan 2 g enzim
papain dalam akuades sampai mencapai volumenya 100ml. Konsentrasi enzim papain terlarut sangat
kecil jika dibandingkan dengan konsentrasi awal. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi maksimum
enzim papain dalam larutan enzim yang dapat menghidrolisis kasein sebagai substratnya adalah sebesar
71,069 ppm.
Untuk konsentrasi kasein terlarut menunjukkan nilai absorbansi yang lebih pekat sehingga besar.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengenceran sebanyak sepuluh kali agar nilai absorbansi berada dalam
kisaran nilai absorbansi normal. Hasilnya adalah konsentrasi total kasein terlarut 764,8276 ppm. Hasil
ini menunjukkan bahwa konsentrasi kasein maksimum yang dapat dihidrolisis oleh enzim papain.
Dengan mengetahui konsentrasi enzim papain dan kasein terlarut dapat diketahui berapa lama reaksi
hidrolisis kasein oleh enzim papain berlangsung.
Tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah menentukan parameter kinetika Km dan Vmax enzim
papain komersial “Paya”. Pada reaksi enzimatik kita mengetahui tentang laju reaksi hidrolisis,
dekomposisi atau reaksi katalis lainnya yang disebut dengan kecepatan (V). Nilai V suatu reaksi
enzimatik akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat, tetapi setelah peningkatan lebih
lanjut konsentrasi substrat akan sampai pada kecepatan tetap. Khususnya nilai konsentrasi enzim, V
hampir linier dengan peningkatan konsentrasi substrat. Dalam kondisi di mana V tidak dapat ditingkatkan
lebih lanjut dengan peningkatan konsentrasi substrat disebut kecepatan maksimum (Vmax). Vmax
merupakan salah satu parameter kinetika enzim [11].
Parameter kinetika enzim lainnya adalah konstanta Michaelis-Menten yang lebih dikenal dengan Km.
Km adalah konsentrasi substrat yang setengah dari sisi aktif telah terisi, yaitu pada saat laju reaksi
enzim telah mencapai ½ Vmax [11].
Dari hasil perhitungan nilai Km dan Vmax yang diperoleh dari komersial enzim papain “Paya” masing-
masing sebesar 248,68 ppm dan 1,514 ppm kasein/menit. Jika nilai Km dan Vmax satuan diubah
menjadi µM akan menjadi masing-masing 3,316 µM dan 0,020187 µM kasein/menit.
Sebagai perbandingan, pada tahun 1998, Sowmya Ganapathi-Desai et al. dari University of Kentucky,
USA meneliti enzim papain amobil, dimana enzim papain memiliki nilai Km dan Vmax masing-masing
500 M dan 7,6 M/menit [12]. Ruben Monti dkk. pada tahun 2000 meneliti enzim papain yang diekstrak
dari getah pepaya segar yang menghasilkan nilai Km dan Vmax rata-rata masing-masing 1336,5 M dan
19,825 M/menit [7]. Hasil konversi nilai Km dan Vmax di atas dapat dibandingkan dengan nilai Km dan
Vmax enzim papain komersial “Paya” yang ditemukan jauh lebih kecil dibandingkan dengan enzim
papain amobil dan enzim papain yang berasal dari getah pepaya segar. Menurut Fox (1991), Km adalah
ukuran afinitas antara enzim dan substratnya, tetapi juga terkait dengan konstanta kesetimbangan
disosiasi kompleks enzim-substrat menjadi enzim dan substrat. Fox juga menambahkan bahwa nilai Km
yang kecil ini berarti enzim memiliki afinitas yang tinggi terhadap substrat, oleh karena itu kompleks ES
akan kuat dan akan berjalan kesetimbangan menuju kompleks ES, dan sebaliknya [13].

5
Machine Translated by Google

CoSCI - PBBMI Penerbitan TIO


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 217 (2019) 012037 doi:10.1088/1755-1315/217/1/012037

Perbedaan nilai Km dan Vmax masing-masing enzim berhubungan dengan tingkat kemurnian enzim.
Seperti yang kita ketahui bahwa enzim papain komersial "Paya" tidak murni, melainkan campuran dari enzim
papain, gula, dan garam yang diproduksi oleh Enzyme Development Enterprise dan dijual sebagai produk
pelunak daging.

5. Kesimpulan
Enzim papain komersial ”Paya” dan konsentrasi terlarut substrat kasein dari rendemen rata-rata masing-
masing adalah 71,069 dan 764,8276 ppm. Nilai konsentrasi enzim papain terlarut kemudian digunakan untuk
penelitian tahap kedua.
Nilai Km dan Vmax enzim papain komersial “Paya” rata-rata rendemennya masing-masing sebesar 248,68
ppm dan kasein 1,514 ppm/menit, artinya nilai Km yang kecil ini berarti enzim tersebut memiliki afinitas yang
tinggi terhadap substrat, kecepatan maksimum komersial enzim papain “Paya” untuk menghidrolisis kasein
sebagai substrat kaseinnya adalah sebesar 1,514 ppm kasein/menit, nilai Km menunjukkan konsentrasi
substrat yang akan dicapai setengah Vmax, nilai yang diperoleh dari percobaan ini adalah 248,68 ppm. Jika
dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya tentang enzim Papain, nilai Km dan Vmax dari enzim
Papain komersial "Paya" jauh lebih rendah.

Referensi
[1]. Winarno FG. 1983. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia.
[2]. Fitriani V. 2006. Getah Sejuta Manfaat Edisi April 2006. Jakarta: PT. Trubus Swadaya [3].
Lowry OH, Rosenbrough NJ, Farr AL, dan Randall RJ. 1951. Pengukuran protein dengan
reagen fenol folin. J.Biol. Kimia 193:265-275.
[4]. Herdyastuti N. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin dari Batang
Nanas. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
[5]. Ratnadewi AAI, Handayani W, dan Ni Nyoman TP. 2007. Produksi dan Karakterisasi Enzim ÿ
endoxylanase dari Bakteri Sistem Intestinal Rayap. Jember: Universitas Jember
[6]. Made S. 2013. Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Polyphenoloxydase dari Udang Windu.
Bogor: Institut Pertanian Bogor
[7]. Monti R, Carmelita AB, Hendrique CT, dan Jonas Contiero. 2000. Pemurnian Papain dari Lateks Segar
Carica Papaya. Brasil: Departamento de Bioquimica e Tecnologia Quimica.
Universidade Estadual Paulista.
[8]. Oktaviani RA. 2007. Karakterisasi Papain Dari Getah Pepaya. Malang: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya.
[9]. Khami NI. 2013. Karateristik Aktivitas Proteolitik Enzim Papain Kasar. Malang: Universitas
brawijaya
[10]. Zusfahair. 2014. Karakterisasi Papain dari Daun Pepaya. Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman
[11]. Sowmya GD. 1998. Kinetika dan Penentuan Fraksi Aktif Enzim Protease
Diimobilisasi pada Membran yang Difungsikan: Pemodelan Matematika dan Hasil Eksperimen.
Kentucky: Universitas Kentucky
[12]. Wiesman A. 1989. Handbook of Enzymes Biotechnology 2nd Edition. New York: Ellis Howard [13]. Fox
PF, Morrissy PA, dan Mulvihil DM. 1991. Modifikasi Kimia dan Enzimatis Pangan
Protein. London: Pengembangan Protein Makanan. APPL.Sci.Pbl.

Ucapan Terima
Kasih Publikasi artikel ini didukung sebagian oleh United States Agency for International Development
(USAID) melalui Sustainable Higher Education Research Alliance (SHERA)
Program untuk Proyek Pemodelan Ilmiah, Aplikasi, Penelitian dan Pelatihan untuk Inovasi dan Teknologi
Berpusat Kota (SMART CITY) Universitas Indonesia, Grant #AID-497-A-1600004, Sub Grant #IIE-00000078-
UI-1.

Anda mungkin juga menyukai