Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PEMBUATAN PONDASI RUMAH PERMANEN

TERHADAP KONSEP ”RUMAH TAHAN GEMPA”


DI KABUPATEN BENGKULU UTARA DAN BENGKULU TENGAH

MUHAMMAD FAUZI
Staf pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu
Jl. Raya Kandang limun, Bengkulu, Telp (0736)344087
E-mail : Fauzi70_ros@Yahoo.com

ABSTRAK
This research purpose to know about people behavior in build permanent house,which see from
house foundation reference on the concept of endure earthquake house. This observation have
done with the way whice propagated quisioner amount 50 sheet to respondent (craftsman or own
house) who building house. This way to find information about building the house. This research
have done in North Bengkulu and Middle Bengkulu with took sample in six kecamatan are Air
Besi, Arga Makmur, Karang Tinggi, Kerkap,Lais and Pondok Kelapa. This research produced
information that making foundation to permanent house building still enough to fill. The concept
of endure earthquake house. Because of that,we need a way from goverment in those
region,acedemic and all of people to give information about how need build of house appropriate
with the concept of endure earthquake house, because Bengkulu province is a earthquake area.

Keywords : Endure Earthquake House, Permanent

1. PENDAHULUAN
Menurut data dari Satkorlak
Bangunan rumah didefinisikan
Bengkulu, bangunan permanen seperti
sebagai susunan dari beberapa bahan
pemukiman, fasilitas kesehatan,
yang disatukan dan diberi suatu bentuk,
pendidikan, peribadatan dan
yang didirikan melekat di atas tanah atau
perdagangan serta berbagai infrastruktur
bertumpu pada batu-batu landasannya
lainnya, dimana kerusakan terbesar
dan diberi atap. Bangunan-bangunan ini
terjadi pada rumah tinggal penduduk
semakin lama semakin berkembang baik
dengan jumlah 10.606 rumah. Penelitian
bentuk maupun fungsinya seiring
ini dilakukan di Kabupaten Bengkulu
dengan bertambahnya jumlah dan
Utara dan Bengkulu Tengah dengan
meningkatnya taraf hidup penduduk.
pengambilan sampel di enam kecamatan
Rumah permanen atau rumah yaitu Air Besi, Arga Makmur, Karang
dengan dinding tembok merupakan Tinggi, Kerkap, Lais dan Pondok
bangunan yang semakin populer di Kelapa. Dengan adanya penelitian ini,
masyarakat dikarenakan harga material dapat diketahui perilaku masyarakat
yang semakin terjangkau oleh dalam membangun pondasi rumah pasca
masyarakat. Selain itu, rumah permanen gempa bumi 7,9 SR yang melanda
bagi sebagian masyarakat Provinsi Bengkulu dan sekitarnya,
melambangkan status sosial mereka. apakah masyarakat dapat belajar dari
Rumah permanen ini terbuat dari pengalaman dan berusaha membangun
pasangan bata atau batako dengan bahan pondasi rumah dengan mengacu pada
pengikat mortar. konsep rumah tahan gempa. Dalam hal
ini rumah yang diteliti adalah rumah
Selain kelebihan, rumah
permanen yang ditinjau dari pekerjaan
permanen juga mempunyai kekurangan
pondasi bangunan rumah dengan acuan
yaitu berat dan getas. Dengan demikian,
konsep rumah tahan gempa.
rumah permanen ini merupakan
bangunan yang sangat rentan terhadap
2. METODOLOGI PENELITIAN
goncangan gempa terutama untuk
2.1 Gambaran Umum Penelitian
Provinsi Bengkulu yang berada pada
Penelitian ini merupakan
wilayah dengan potensi gempa yang
penelitian yang dirancang sebagai
tinggi.
penelitian deskriptif. Metode yang

Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No 1, Tahun I Oktober 2009 -1-


dipakai adalah metode survey, dimana pada hari itu dan melakukan
peneliti menggunakan kuisioner untuk evaluasi terhadap apa yang telah
mengumpulkan data pokok yang dikerjakan serta membahas untuk
diperlukan. Data pada kuisioner ini persiapan survey hari berikutnya.
diperoleh dengan melakukan Hal ini dilakukan sampai survey
pengamatan secara langsung di lapangan selesai dan dilanjutkan dengan
dan malakukan wawancara kepada menganalisis data.
responden sehingga didapatkan data
yang akurat. 2.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data
2.2 Teknik Survey dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua
Penelitian ini dilakukan dengan cara yaitu:
cara survey, dimana untuk mendapatkan 1. Data primer
data dilakukan wawancara dan observasi Data primer diperoleh dengan cara
lapangan. Selain itu, untuk mendukung berhubungan secara langsung
keakuratan data maka surveyor harus terhadap objek yang akan dilakukan
mengerti atau memahami pertanyaan dengan cara observasi, wawancara
yang ada dalam kuisioner. Dalam hal dan menyebarkan kuisioner secara
ini, adapun teknik survey yang langsung kepada responden yang
dilakukan untuk pengambilan data di berada di lokasi penelitian.
lapangan adalah sebagai berikut: 2. Data sekunder
a. Menentukan kriteria dan jumlah Untuk mendapatkan data sekunder
surveyor, dalam hal ini surveyor dilakukan dengan cara studi literatur
adalah mahasiswa Teknik Sipil terhadap bebarapa buku yang
Universitas Bengkulu dengan berhubungan dengan bahan
jumlah 10 orang yang diambil bangunan dan struktur pondasi
dengan pertimbangan luas daerah bangunan rumah yang ditinjau dari
yang akan disurvey. konsep rumah tahan gempa serta
b. Surveyor merupakan mahasiswa meminta data ke beberapa instansi,
yang telah mengerti tentang struktur diantaranya Badan Pengawas
bangunan sehingga survey dapat Daerah (Bapeda) Provinsi Bengkulu
berjalan lebih efektif dan efisien. dan Satkorlak.
c. Sebelum surveyor terjun ke
lapangan, dilakukan pembekalan 2.4 Teknis Analisis
tentang pertanyaan yang ada dalam Data kuisioner dikumpulkan
kuisioner dan melakukan pembagian melalui wawancara kepada responden
wilayah survey agar tidak terjadi dan melihat pengerjaannya secara
pengambilan sampel yang sama langsung. Data yang diperoleh
antara surveyor satu dengan kemudian dianalisis dengan
surveyor lainnya serta melakukan menggunakan statistika deskriptif untuk
persiapan yang diperlukan seperti mendeskripsikan variabel penelitian.
lembar kuisioner dan kamera untuk Visualisasi data dibuat dalam bentuk
dokumentasi. tabel. Selanjutnya, berdasarkan data
d. Proses pengambilan data di kuisioner dilakukan analisis untuk
lapangan dilakukan dengan cara mengetahui perilaku masyarakat dalam
wawancara dan pengamatan secara membangun pondasi rumah permanen
langsung. Wawancara ini dilakukan dengan meninjaunya dari konsep
oleh surveyor supaya pengambilan membangun bangunan rumah di daerah
data dapat berjalan efektif dan rawan gempa.
surveyor langsung mengisi
pertanyaan yang ada pada kuisioner 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sesuai dengan jawaban responden. 3.1 Data Responden
e. Setelah melakukan survey, para Jumlah responden berjumlah 50
surveyor berkumpul kembali untuk (lima puluh) orang yang tersebar di
mengumpulkan data yang diperoleh enam kecamatan yaitu Air Besi 3

Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No 1, Tahun I Oktober 2009 -2-


responden (6 %), Arga Makmur 16 digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan
responden (32 %), Karang Tinggi 14 penahan tanah seperti pondasi, turap
responden (28 %), Kerkap 8 responden dan pelapis tebing.
(16 %), Lais 1 responden (2 %) dan
Pondok Kelapa 8 responden (16 %). Tabel 3.1 Jenis Batu Yang Digunakan
Distribusinya dapat dilihat pada gambar Material Persentase
3.1 berikut ini. Jumlah
Pondasi (%)
Batu bulat/kali 42 84.00
Batu
16% 6%
A ir B esi 8 16.00
2% gunung/pecah
32%
A r g a M akmur Jumlah Total 50 100.00
16%
Kar ang T ing g i
Penggunaan batu bulat/kali
28% Ker kap
sebagai material pondasi tidak baik pada
Lais daerah yang rawan bencana gempa
Po nd o k Kelap a
bumi, hal ini disebabkan batu bulat tidak
mempunyai interloking yang baik dari
Gambar 3.1. Data Responden
sesama material dan sebaliknya batu
pecah mempunyai interloking yang baik
Pekerjaan sehari-hari responden
dari sesame material.
di enam kecamatan tersebut di atas
meliputi Pekerja Bengkel, Pegawai Selain dari itu batu pecah
Negeri, Wiraswasta, Petani, Tenaga mempunyai koefisien/ bidang gesekan
Kerja Indonesia (TKI) dan Tukang. yang besar sedangkan batu bulat
mempunyai bidang gesek yang kecil.
Pekerjaan sehari-hari responden
terbanyak adalah petani dengan jumlah Penggunaan batu bulat
27 responden (54 %), sedangkan yang disarankan untuk daerah-daerah yang
lain yaitu Montir 1 responden (2 %), tidak rawan bencana gempa bumi,
Pegawai Negeri 8 responden (16 %) , karena batu bulat mempunyai kekuatan
Wiraswasta 11 responden (22 %), TKI 1 yang lebih baik daripada batu pecah.
responden (2 %) dan Tukang 2 Dari data yang ada dapat
responden (4 %). Distribusi pekejaan disimpulkan, penggunaan material batu
responden dapat dilihat pada gambar 3.2 bulat untuk wilayah rawan gempa tidak
berikut ini. baik sehingga pembangunan rumah pada
lokasi penelitian belum memenuhi
P e t a ni
konsep/kaidah rumah tahan gempa.
2 % 2 %
M ont i r
2 2 %

P e ga wa i N e ge r i b. Jenis Pasir
5 4 % Jenis pasir yang digunakan oleh
Wi r a swa st a
16 %

2 %
masyarakat berupa pasir sungai dan
TK I pasir laut, dimana persentasenya dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.
Tuk a ng
Gambar 3.2 Distribusi pekerjaan
responden Tabel 3.2 Jenis Pasir Yang Digunakan
Persentase
3.2 Bahan/Material Pondasi Jenis Pasir Jumlah
(%)
a. Jenis Batu
Sungai 32 64.00
Material batu yang digunakan
untuk pekerjaan pondasi oleh Laut 18 36.00
masyarakat adalah berupa batu bulat/kali Jumlah
50 100.00
dan batu gunung/pecah, dimana Total
persentasenya dapat dilihat pada tabel
3.1 berikut ini. Batu biasanya hanya

Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No 1, Tahun I Oktober 2009 -3-


Pasir laut tidak disarankan d. Jenis Air
penggunaannya dalam pembangunan Jenis air yang digunakan oleh
rumah/ gedung karena pasir laut masyarakat berupa air hujan, air sungai,
mempunyai kadar garam yang tinggi. air laut, air sumur dan air PDAM,
Apalagi untuk konsep rumah/gedung Persentase
tahan gempa, pasir laut tidak baik untuk Jenis Air Jumlah
(%)
digunakan. Kecenderungan masyarakat Air hujan 2 4.00
menggunakan pasir sungai untuk
Air sungai 6 12.00
membangun rumah tinggi dibandingkan
dengan pasir laut. Air laut 0 0.00
Air sumur 35 70.00
Untuk pondasi menerus, Air PDAM 7 14.00
penggunaan pasir laut masih
Jumlah
dimungkinkan. Namun untuk pondasi- 50 100.00
Total
pondasi yang menggunakan tulangan
dimana persentasenya dapat dilihat pada
besi seperti pondasi tapak, tidak
tabel 3.4 berikut ini.
dibolehkan menggunakan pasir laut
sebagai bahan campuran beton karena
Tabel 3.4 Jenis air yang digunakan
dapat memperlemah posisi tulangan besi
(korosi).
Masyarakat sudah memahami
penggunaan air yang baik untuk
c. Jenis Semen
pembuatan rumah tinggal terutama
Tipe semen yang digunakan
untuk pekerjaan pondasi. Penggunaan
oleh masyarakat yaitu semen tipe 1 dan
air hujan oleh masyarakat disebabkan
tipe M, dimana persentasenya dapat
oleh tidak adanya fasilitas sumur dan
dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.
PDAM, sehingga masyarakat
memanfaatkan air hujan untuk
Tabel 3.3 Tipe semen yang digunakan
pelaksanaan pekerjaan pondasi.
Tipe Persentase
Jumlah 3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Semen (%)
Tipe 1 49 98.00 a. Jenis Pondasi
Untuk jenis pondasi semuanya
Tipe M 1 2.00
menggunakan pondasi menerus, tanpa
Jumlah
50 100.00 ada jenis pondasi yang lain, dimana
Total
persentasenya dapat dilihat pada tabel
3.3 berikut ini.
Semen tipe M diperuntukkan
untuk pekerjaan-pekerjaan pasangan Tabel 3.3 Jenis pondasi yang digunakan
seperti pasangan pondasi batu kali dan
plesteran. Sementara semen 1 Jenis Persentase
diperuntukkan untuk pekerjaan- Jumlah
Pondasi (%)
pekerjaan struktur misalnya pekerjaan Menerus 50 100.00
pondasi tapak, pondasi bor file, sloof,
kolom, balok, dan ring balok. Umpak 0 0.00
Jumlah
Penggunaan semen tipe 1 untuk 50 100.00
Total
pekerjaan pondasi batu kali sudah sangat
baik artinya masyarakat sudah lebih baik Penggunaan pondasi menerus
dalam penggunaan bahan bangunan untuk pembangunan rumah permanen
untuk membangun rumah tinggal. sudah memenuhi kaidah/konsep rumah
tahan gempa karena semua beban-beban
yang ada pada kolom dan dinding secara
merata disalurkan melalui pondasi
menerus.

Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No 1, Tahun I Oktober 2009 -4-


b. Kedalaman Pondasi Tabel 3.5 Lebar bagian bawah pondasi
Kedalaman pondasi yang yang digunakan
digunakan oleh masyarakat bervariasi Lebar
mulai dari 10 cm sampai 80 cm, dimana Persentase
Bawah Jumlah
persentasenya dapat dilihat pada tabel (%)
Pondasi (cm)
3.4 berikut ini. 20 5 10.00
25 2 4.00
Tabel 3.4 Kedalaman pondasi yang 30 10 20.00
digunakan 35 5 10.00
40 15 30.00
Kedalaman Persentase 50 7 14.00
Jumlah
Pondasi (cm) (%) 60 5 10.00
Tidak ada 70 1 2.00
1 2.00
galian Jumlah Total 50 100.00
10 1 2.00
20 3 6.00 Sesuai dengan aturan yang
25 2 4.00 dikeluarkan oleh JICA, PU, UNDP, PMI
30 8 16.00 dan JRF bahwa lebar bawah pondasi
40 9 18.00 adalah 60 cm. Dari data yang diperoleh
50 18 36.00 dapat disimpulkan bahwa lebar bagian
60 2 4.00 bawah pondasi yang dibuat oleh
70 3 6.00 masyarakat masih belum memenuhi
75 1 2.00 konsep/kaidah rumah tahan gempa.
80 2 4.00
Jumlah Total 50 100.00 d. Lebar Bagian Atas Pondasi
Lebar bagian atas pondasi yang
Sesuai dengan aturan kedalaman digunakan oleh masyarakat bervariasi
pondasi yang dikeluarkan oleh JICA, mulai dari 15 cm sampai 40 cm, dimana
PU, UNDP, PMI dan JRF bahwa persentasenya dapat dilihat pada tabel
kedalaman pondasi batu kali untuk 3.6 berikut ini.
konsep rumah tahan gempa adalah 60
cm. Dari data yang ada bahwa Tabel 3.6 Lebar bagian atas pondasi yan
masyarakat masih belum memahami Digunakan
tentang kedalaman yang baik untuk
penggalian pondasi rumah tinggal. Hasil Lebar
dari penelitian di lapangan menunjukkan Bagian Atas Persentase
Jumlah
adanya rumah yang tidak ada galian Pondasi (%)
pondasinya. Pemilik rumah berpendapat (cm)
agar lebih irit biayanya. 15 1 2.00
20 21 42.00
c. Lebar Bagian Bawah Pondasi 22 1 2.00
Lebar bagian bawah pondasi 25 23 46.00
yang digunakan oleh masyarakat 30 3 6.00
bervariasi mulai dari 20 cm sampai 70 40 1 2.00
cm, dimana persentasenya dapat dilihat Jumlah
50 100.00
pada tabel 3.5 berikut ini. Total

Sesuai dengan aturan yang


dikeluarkan oleh JICA, PU, UNDP, PMI
dan JRF bahwa lebar atas pondasi
adalah 30 cm. Dari data yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa lebar bagian
atas pondasi yang dibuat oleh
masyarakat masih belum memenuhi
konsep/kaidah rumah tahan gempa.

Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No 1, Tahun I Oktober 2009 -5-


4. KESIMPULAN DAN SARAN 8. Yayasan Dana Normalisasi
4.1 Kesimpulan Indonesia. 1971. Peraturan Beton
Berdasarkan data yang Bertulang Indonesia (PBBI 1971).
diperoleh menunjukkan pembuatan Departemen Pekerjaan Umum
pondasi untuk pembangunan sebuah Bandung, Dirjen Cipta Karya
rumah permanen, masih belum
memenuhi konsep/kaidah rumah tahan
gempa.

4.2 Saran
Diperlukan usaha dari
pemerintah daerah, akademisi dan
seluruh masyarakat untuk memberikan
informasi tentang pentingnya
membangun rumah tinggal sesuai
dengan konsep/kaidah rumah tahan
gempa, karena wilayah provinsi
Bengkulu termasuk zona yang rawan
gempa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Agus. 2000. Rekayasa Gempa
Untuk Teknik Sipil. Padang, Biro
Penerbit Institut Teknologi
PadangPersyaratan Tahan Gempa.
www.arnida ambar.com.
2. CEEDEDS UII, dkk. 2004. Manual
Bangunan Tahan Gempa Rumah
Sederhana Tembokan. Yogyakarta,
UII.
3. Direktorat Jendral Cipta Karya.
2006. Pedoman Teknis Rumah dan
Bangunan Gedung Tahan Gempa.
Jakarta, Departemen Pekerjaan
Umum
4. Ambar, Arnida. 13 Oktober 2008.
Bagaimana Mendesain Struktur
Rumah Tinggal Tembokan Tidak
Bertingkat yang Memenuhi
5. Puspantoro, Benny. 1996.
Konstruksi Bangunan Gedung Tidak
Bertingkat. Yogyakarta : Biro
Penerbit Universitas Atma Jaya
6. Siswosukarto, Suprapto, dkk. 2007.
Pedoman Membangun Rumah
Sederhana Tahan Gempa. Jawa
Tengah, PMI dan International
Federation of Red Cross and Red
Crescent Societies Yogya-Jateng
Earthquake Response
7. Supribadi. 2002. Ilmu Bangunan
Gedung. Armico

Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No 1, Tahun I Oktober 2009 -6-


Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No 1, Tahun I Oktober 2009 -7-

Anda mungkin juga menyukai