Hiperkes Kelompok 5
Hiperkes Kelompok 5
Disusun oleh:
Kelompok : 5
Anggota Kelompok :
ANGKATAN XIII
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami telah menyelesaikan penyusunan Laporan Hiperkes tepat pada waktu yang
ditentukan.
Ucapan terima kasih kepada para dokter pemateri dan panitia penyelenggara, terima kasih
atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya serta semua pihak terkait yang telah membantu
Kami menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB 4 39
PENUTUP 39
4.1 Kesimpulan 39
4.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 41
iv
RINGKASAN
memproduksi produk papan semen rata (board) yang dapat diaplikasikan untuk
bangunan interior dan eksterior, dan papan semen gelombang (asbes gelombang)
yang dapat diaplikasikan untuk bangunan atap rumah. Plafon dan Partisi Indostar
Board adalah panel calcium silicate yang terbuat dari campuran semen, pasir silika
dan cellulose.
Proses produksi meliputi banyak kegiatan, mulai dari uji incoming material,
proses penggilingan dengan bahan baku pasir silica, pengambilan sampel parameter
produksi, proses pencetakan papan semen, dan proses barang jadi serta uji bending
strength. Banyak resiko kecelakaan kerja yang dapat timbul dalam proses produksi
apabila dalam pelaksanaannya tidak memenuhi prosedur dan aturan yang sudah
ditetapkan. Oleh karena itu pentingnya Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah
hal vital yang harus digali dari perusahaan tersebut untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal yang dilakukan adalah pengendalian risiko
Potensi hazard dari PT. Indostar Building Material ini dapat diidentifikasi dari
proses produksi yg mana didapatkan potensi kecelakaan seperti jari terjepit di mesin
pengujian bahan, inhalasi debu silika, trauma panas saat proses pengecekan sample,
kaki tertimpa papan semen saat memindahkan produk ke tahap pengemasan akhir,
jatuh di tangga saat membawa barang, postur tubuh saat duduk tidak ergonomis, serta
1
adanya gerakan repetitif dan cepat. Sedangkan pada kesehatan kerja identifikasi
penyakit akibat kerja yang dapat muncul berupa penyakit infeksi yang terdiri dari
covid-19, tinea pedis dan Tuberkulosis. Sedangkan pada penyaki non infeksi berupa
sarana kerja dengan melakukan penggantian beberapa sarana yang belum ergonomis
yaitu seperti mengganti kursi yang mempunyai sandaran punggung dan pijakan kaki
yang didasari juga dengan pelatihan karyawan mengenai bagaimana posisi duduk
penyediaan APD (masker, kaca mata, sarung tangan, dan lainnya) sesuai standart dan
mengenai pentingnya penggunaan APD, melakukan inspeksi berkala pada alat alat
check up secara berkala, untuk menskrining penyakit yang timbul akibat akibat kerja
kerja yang dapat terjadi serta pencegahannya , menerapkan protokol kesehatan secara
ketat, Penyediaan ahli gizi khusus karyawan agar kebutuhan gizi tiap karyawan
tercukupi yang akan ber imbas terhadap produktifitas kerja, perbaikan beberapa
infrastuktur bangunan agar didapatkan ventilasi yang cukup dan lebar, dapat pula
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Identitas Unit:
c. Alamat Perusahaan Pusat : Jl. Rogonoto Timur 57B, Ds. Taman Harjo,
d. Lokasi Unit Kerja: Jl. Rogonoto Timur 57B, Ds. Taman Harjo, Singosari,
Profil Perusahaan:
memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk papan semen (cement board) maka
didirikanlah PT. Indostar Building Material. PT. Indostar Building Material didirikan
pada tahun 2012 oleh perusahaan yang telah berpengalaman puluhan tahun di
industry papan semen dengan modal seluruhnya berasal dari pengusaha Swasta
Nasional.
memproduksi produk papan semen rata (board) yang dapat diaplikasikan untuk
bangunan interior dan eksterior, dan papan semen gelombang (asbes gelombang)
yang dapat diaplikasikan untuk bangunan atap rumah. Perusahaan ini memiliki visi
menjadi produsen bahan bangunan yang berkualitas prima, kompetetif dan inovatif
3
yang berorientasi kepada kepuasan konsumen. Perusahaan ini dipimpin oleh Tjong
Bing Djiang sebagai Direktur Utama. Perusahaan ini telah memproduksi dan
lingkungan perusahaan. Oleh karena itu PT. Indostar Building Material telah
mendapatkan sertifikat SMK3. Selain itu PT. Indostar Building Material telah
Sistem Manajemen Mutu yaitu ISO 9001 : 2008 yang selanjutnya diperbaharui
dengan ISO 9001 : 2015 dan sertifikat SNI yang diperoleh pada tahun 2015. Serta
beberapa penghargaan dari mitra kerja diantaranya dari Dirjien Pajak, Semen
Sistem pengolahan papan semen pada PT. Indostar Building Material, melalui
1. Uji Incoming Material : pengujian pasir silica untuk mengetahui kadar air dan
Material Proses) meliputi konsentrasi bubur kertas, silica hasil giling, dan
density basah
4
6. Printing label, pemotongan, dan pengemasan produk jadi serta pendistribusian
bergerak dalam bidang industri yang memproduksi lembaran serat krisotil semen
dengan kualitas yang tinggi. Berbagai jenis dan ukuran produk ini dapat diaplikasikan
pada semua bangunan yaitu untuk interior dan eksterior, karena sifatnya yang kuat,
tahan air, tahan api, dan mudah pemasangannya. Perusahaan ini berdisi sejak tahun
2012 yang memiliki pabrik di Jl. Rogonoto Timur No. 57B Desa Tamanharjo
konstruksi bangunan pabrik yang dibangun pada lahan seluas ± 5,5 hektar. Pabrik
dibangun dengan cukup baik dimana terdiri dari beberapa bangunan mulai dari kantor
pusat, beberapa tempat produksi bahan, tempat pengujian material, dan beberapa
tempat lain. Pabrik di bangun dengan beberapa jenis dinding dengan ketinggian ± 10
meter dari permukaan lantai. Pabrik cukup luas dan terbagi dalam beberapa ruangan
sesuai dengan proses produksi yang dilakukan. Pabrik dibangun di area yang
memiliki iklim yang cenderung panas namun sudah memiliki ventilasi yang cukup.
Beberapa tempat memiliki tempat yang beresiko untuk bocor sehingga dapat
menyebabkan genangan air jika tidak segera dibersihkan. Lantai pabrik memudahkan
dalam proses pembersihan, relatif kedap air dan mempunyai daya tahan yang kuat
5
Pencahayaan pada pabrik cukup baik pada unit produksi. Pencahayaan
merupakan faktor yang sangat penting karena cahaya yang kurang akan membuat
Pada setiap kelompok atau setiap proses produksi memiliki faktor resiko
terpapar bahan asbes ataupun debu silika sebagai bahan baku utama pada produksi.
Selain dapat terpapar secara kontak dengan kulit juga dapat terjadi paparas secara
inhalasi sehigga setiap pekerja harus lebih mengerti pentingnya memakai APD.
berkerumun karena jumlah pekerja dalam satu pekerjaan telah diatur dan disesuaikan
dengan luas ruangan. Selain itu pekerja diberikan APD sesuai dengan yang
diperlukan pada tempat / jenis pekerjaannya, mulai dari helm safety, hingga masker
Jenis pekerjaan yang dilakukan lebih banyak berdiri namun masih terdapat
beberapa tinggi meja yang kurang tinggi sehingga kurang ergonomis. Selama proses
ditinjau secara yuridis dan secara sosial ekonomis. Secara yudiris adanya
6
membutuhkan perlindungan hukum dari negara. Berdasarkan ketentuan Pasal 27
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu setiap warga
Beroperasi pada hari Senin – Jumat pada pukul 08.00 – 16.00 dan hari Sabtu
Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu
negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang
berada dalam usia kerja sehingga penduduk yang tergolong tenaga kerja jika
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang
Pabrik beroperasi pada hari Senin sampai dengan Jumat pada pukul 08.00
hingga 16.00 dan pada hari Sabtu pukul 08.00 hingga 13.00..
7
BAB 2
ANALISIS
8
Label punggung dan mengangkut beban 3. Ergonomis alat
jari terjepit yang benar
alat 2. Pekerja tidak fokus
4. Pekerja kelelahan
5. Proses Jari terjepit 1. Pekerja tidak fokus Mesin tidak
barang barang jadi saat bekerja dilengkapi alat
jadi dan atau alat 2. Pekerja kelelahan sensor otomatis bila
uji
3. Pekerja menyalakan posisi bahan yang
Bending
alat uji tanpa akan diuji tidak
Strenght
memperhatikan posisi sesuai, harus diatur
tangan di alat dan
secara manual
bahan yang akan di uji
-
Pengamb
ilan
sampel
dilakuka
n dengan
manual
9
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi
sehingga,
tangan
dapat
mengala
mi
cedera
karena
mengula
ng
pekerjaan
yang
sama
terus
menerus
pada
pergelan
gan
tangan.
10
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi
4. Forming - - - - -
Drum Berisiko
dan bagian
Printing tubuh
Label terpotong
jika
terlalu
dekat
dengan
mesin.
- Suara
mesin
proses
produksi
11
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi
dalam
jangka
waktu
yang
lama
dapat
menyeba
bkan
terjadiny
a NIHL.
5. Quality - - - Pekerja -
Control Pengamb tidak
(QC) ilan menggun
Process sampel akan
(barang dilakuka APD
jadi) n dengan lengkap
manual seperti
sehingga, sarung
tangan tangan,
dapat dan
mengala masker.
mi
cedera
karena
mengula
ng
pekerjaan
yang
sama
terus
menerus
pada
pergelan
gan
tangan.
12
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi
- Suara
mesin
proses
produksi
dalam
jangka
waktu
yang
lama
dapat
menyeba
bkan
terjadiny
a NIHL.
6. Quality - - - Pekerja -
Control Pengamb tidak
(QC) ilan menggun
Process sampel akan
(Uji dilakuka APD
Bending n dengan lengkap
Strength) manual seperti
dan sarung
berdiri tangan,
dengan dan
posisi masker.
secara
terus
menerus,
sehingga
berisiko
Low
Back
Pain
(LBP).
13
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi
14
3. Postur Sabtu selama
tubuh saat 24 jam,
berdiri tanggal
terus merahm dan
menerus hari besar
dan libur. Jadwal
membuat para petugas
sampel poliklinik PT
4. Gerakan Indostar
repetitif Building
dan cepat Material
dibagi
menjadi 3
shfift, yaitu
shift pertama
jam 08.00-
16.00, shift
kedua jam
16.00-00.00,
shift ketiga
jam 00.00-
08.00. Dokter
perusahaan
praktik hari
Senin dan
Kamis, pukul
13.00-15.00
WIB.
-Fasilitas P3K
Fasilitas P3K
untuk
karyawan
diberikan di
empat bagian
area pabrik.
Dengan
fasilitas P3K
di setiap
bagian area
pabrik,
diharapkan
dapat
memberikan
pertolongan
15
awal jika
terjadi
kecelakaan
kerja pada
karyawan
sehingga
meminimalisir
komplikasi
lebih lanjut.
Tim
Kesehatan PT
Indostar
Building
Material
meletakkan
kotak P3K di
ruang
keamanan,
gudang
barang jadi,
gudang kertas,
dan ruang
foreman.
-Ambulans
PT Indostar
Building
Material
mempunyai
mobil
ambulans
sebanyak satu
unit dengan
merk
Grandmax
yang dapat
digunakan
untuk
transportasi
-Fasilitas gizi
PT Indostar
Building
Material tidak
16
mempunyai
ahli gizi di
perusahaan.
Untik
pelayanan gizi
tambahan
tidak
diberikan.
Sehingga,
setiap
karyawan
membawa
bekal sendiri
saat bekerja
atau membeli
makanan di
kantin yang
telah
disediakan
perusahaan.
Untuk
kebutuhan
minum,
perusahaan
telah
menyediakan
galon-galon
yang
disediakan di
17
beberapa
tempat,
terutama di
area produksi
mengingat
suhu di area
produksi
cukup panas,
namun masih
belum ada
anjuran
(berupa
poster/gambar
) yang berisi
pentingnya
menjaga
keseimbangan
cairan tubuh
agar terhindar
dari dehidrasi.
-Fasilitas yang
berkaitan
dengan
sanitasi
Sumber air
bersih yang
digunakan di
PT Indostar
Building
18
Material
berasal dari
air sumur.
Fasilitas
kamar mandi
tersedia di
setiap area
perusahaan.
-Melihat
banyaknya risiko
terjadinya
penyakit akibat
kerja (PAK) atau
kecelakaan kerja,
maka PT
Indostar Building
Material
memberikan
pelayanan
pengendalian
melalui jalur
kesehatan
(Medical
Control) yaitu
upaya untuk
menemukan
gangguan sedini
mungkin dengan
cara mengenal
19
(Recognition)
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja yang dapat
tumbuh pada
setiap jenis
pekerjaan di unit
pelayanan
kesehatan dan
pencegahan
meluasnya
gangguan
yang sudah ada
baik terhadap
pekerja itu
sendiri maupun
terhadap orang
disekitarnya.
Dengan deteksi
dini, maka
penatalaksanaan
kasus menjadi
lebih cepat,
mengurangi
penderitaan dan
mempercepat
pemulihan
kemampuan
produktivitas
20
masyarakat
pekerja. Disini
diperlukan
sistem rujukan
untuk
menegakkan
diagnosa
penyakit akibat
kerja secara
cepat dan tepat
(prompt
treatment).
Pencegahan
sekunder ini
dilaksanakan
melalui
pemeriksaan
kesehatan
pekerja yang
meliputi :
1. Pemeriksaan
Awal
Pemeriksaan
kesehatan yang
dilakukan
sebelum
seseorang
calon/pekerja
(petugas
21
kesehatan dan
non kesehatan)
mulai
melaksanakan
pekerjaannya.
Pemeriksaan ini
bertujuan untuk
memperoleh
gambaran
tentang status
kesehatan calon
pekerja dan
mengetahui
apakah calon
pekerja tersebut
ditinjau dari segi
kesehatannya
sesuai dengan
pekerjaan yang
akan
ditugaskan
kepadanya.
Pemeriksaan
kesehatan awal
ini meliputi:
a. Anamnesis
e. Pemeriksaan
fisik (tanda vital,
TB/BB)
22
f. Pemeriksaan-
pemeriksaan
tambahan berupa
:
- Snellen chart
- Golongan darah
- Tes buta
warna
-Pemeriksaan
Berkala
Pemeriksaan
kesehatan yang
dilaksanakan
secara berkala
dengan jarak
waktu berkala
yang disesuaikan
dengan besarnya
resiko kesehatan
yang dihadapi.
Makin besar
resiko kerja,
makin kecil jarak
waktu antar
pemeriksaan
berkala. Ruang
lingkup
pemeriksaan
disini meliputi
23
pemeriksaan
umum dan
pemeriksaan
khusus seperti
pada
pemeriksaan
awal dan bila
diperlukan
ditambah dengan
pemeriksaan
lainnya, sesuai
dengan resiko
kesehatan yang
dihadapi dalam
pekerjaan.
PT Indostar
Building
Material
melakukan
pemeriksaan
berkala
Berkala yang
ditujukan kepada
setiap karyawan.
Pemeriksaan
berkala pada
perusahaan ini
dilakukan 3 kali
dalam setahun
24
atau setiap empat
bulan
sekali. Jenis
pemeriksaan
yang dilakukan
berupa :
• Tanda Vital
• Anamnesis
• Pemeriksaan
Mata
• Pemeriksaan
THT
• Pemeriksaan
Gigi
• Pemeriksaan
tonus otot
• Pemeriksaan
laboratorium
berupa
pemeriksaan gula
darah, kolesterol,
dan asam urat
-Pemeriksaan
kesehatan khusus
yang
dilaksanakan
secara berkala
25
dengan jarak
waktu berkala
yang disesuaikan
dengan kasus
yang dihadapi
karyawan.
Program pasien
khusus pada PT
indostar ada 2
yaitu untuk
pasien
kecelakaan kerja
(misalnya:
pulang atau pergi
kerja) semisal
fraktur tibia,
akan dilakukan
kontrol satu
minggu sekali di
poliklinik pabrik.
Dan untuk pasien
TB kontrol 1
minggu sekali di
poliklinik
pabrik.
Jenis
pemeriksaan
yang dilakukan
antara lain:
26
• Pemeriksaan
audiometri
• Pemeriksaan
spirometri
27
2. Covid-19 1. Tidak tersedia sarana cuci tangan
Terlihat pada video tidak terlihat adanya sarana cuci
tangan sehingga dapat menjadi salah satu faktor risiko
penularan Covid-19. WHO ( World Health
Organization) dan CDC ( Centre for Disease Control
and Prevention) memaparkan beberapa cara yang
dapat dilakukan yaitu pemakaian masker, mencuci
tangan secara teratur selama minimal 40 detik atau
penggunaan hand sanitizer selama minimal 20 detik
dan tidak menyentuh wajah dengan tangan (CDC,
2020)
2. Ruangan Tertutup dengan Ventilasi yang Buruk
Penyebaran virus yang tinggi di perkantoran ini
diduga selain berasal dari droplet, juga berasal dari
aerosol yang dihasilkan oleh penderita positif Covid-
19, yang menyebar di dalam ruangan karena ventilasi
udara yang kurang baik, atau sistem sirkulasi udara
yang tertutup (Prayitno et al. 2020)
3. Pekerja Laki-Laki
Laki-laki biasanya karena tuntutan pekerjaan lebih
sering keluar rumah dibandingkan perempuan
sehingga rentan penyakit ini. Ditambah lagi dengan
faktor imunitas yang dimiliki dinilai lebih berisiko
yaitu laki-laki lebih berisiko COVID 19 dikarenakan
faktor kromosom dan faktor hormon. Pada perempuan
lebih terproteksi dari COVID 19 dibandingkan laki-
laki karena memiliki kromosom x dan hormon seks
seperti progesteron yang memainkan peranan penting
dalam imunitas bawaan dan adaptif. ( Hidayani, 2020)
3. Tuberkulosis 1. Epidemiologi
Menurut laporan WHO, Indonesia berada dalam
daftar 30 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi
di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di
dunia terkait angka kejadian tuberkulosis. Insidensi
tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 adalah 316
per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar
845.000 penduduk menderita tuberkulosis pada tahun
2018. Laporan WHO juga memperkirakan angka
28
kematian tuberkulosis di Indonesia yaitu sekitar 35
per 100.000 penduduk atau terdapat sekitar 93.000
orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2018
(kemenkes RI,2020)
2. Perkerja laki laki
Jumlah kasus TB pada laki-laki lebih tinggi dibanding
perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada
perempuan. Pada penelitian ini diperoleh bahwa laki-
laki berisiko 2,07 kali menderita TB dibandingkan
perempuan. Laki-laki berisiko lebih tinggi untuk
menderita TB dibandingkan perempuan.
Kecenderungan kejadian TB paru pada laki- laki
(66.7%) dipengaruhi oleh gaya hidup, perbedaan
peran gender dan perbedaan risiko terpapar (Azhar
and Perwitasari, 2014). Penyakit TB paru lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan
karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB
paru (Ruswanto, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2018, persentase perokok (perokok
tiap hari, perokok kadang-kadang dan mantan
perokok) pada laki-laki (65,0%) lebih tinggi
dibanding perempuan (3,2%) (Riskesdas, 2018).
3. Tidak Menggunakan Masker
Pekerja terlihat tidak menggunakan masker pada
proses pengujian pasir silika. Masker bermanfaat
untuk melindungi diri pekerja dari paparan debu dan
transmisi droplet atau airborne dari patogen di tempat
kerja (Kustriyani,2021).
Penderita tuberkulosis dengan BTA positif dapat
menularkan penyakitnya ke lingkungan, 65% mereka
yang dekat dengan penderita tuberkulosis akan
tertular, diperkirakan 10-15 orang akan tertular oleh
seorang penderita tuberkulosis dengan pemeriksaan
BTA positif (Mertaniasih,2013).
Penularan terjadi ketika penderita TBC paru BTA
positif batuk atau bersin dan tanpa disengaja penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak. Seorang penderita tuberkulosis paru BTA
29
positif dapat menginfeksi 10-15 orang di sekitarnya
(Kristini &Rana, 2020). Penggunaan masker
merupakan salah satu dari empat pilar program
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis
paru
2. Penggunaan APD
Pekerja pada produksi papan semen sering terpapar
debu silika dan pada proses pengamatan didapatkan
tidak ada pekerja yang menggunakan APD selama
bekerja, maka sangat disarankan kepada para
pekerja untuk selalu menggunakan APD selama
30
bekerja untuk mengurangi paparan alergen (ACOE,
2020)
2. NIHL (Noise- 1. Proses produksi
induced Dalam proses produksi, mesin-mesin yang
hearing loss) digunakan menghasilkan kebisingan. Kebisingan
adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu kondisi fungsi pendengaran. Pada
pabrik produksi papan semen ini, terdapat beberapa
suara-suara yang..ditimbulkan karena proses
produksi yang..menggunakan mesin dan
alat..dengan tingkat kebisingan yang cukup..tinggi.
2. Lama Jam Bekerja
Sebagian besar mesin produksi yang..digunakan
dalam industri memiliki intensitas..kebisingan
suara diatas 85 db. Hal ini tidak..sesuai dengan
permenkes no 70 tahun 2016 karena..pajanan
bising yang dapat diterima dalam waktu 8..jam
adalah 85 dB, sehingga dapat meningkatkan
faktor..resiko terjadinya noise induced hearing loss
(NIHL). Oleh karena itu, durasi kerja pada paparan
bising sangat berpengaruh menyebabkan NIHL.
3. Pekerja yang tidak menggunakkan APD
Pada..bagian tertentu, terdapat pekerja yang tidak
menggunakan..earplug di dekat mesin. Hal ini
dapat meningkatkan resiko terjadinya noise
induced hearing loss.
3. Low Back Pain 1. Posisi Kerja yang Statis
(LBP) Pekerja PT Indostar Board, khususnya pekerja pada
bagian produksi dan pengujian bahan, posisi terlalu
lama diam dalam 1 posisi, menyebabkan kontraksi
otot dan kelelahan (Widyasari et al., 2014).
2. Sarana Kerja
Kurang tersedianya sarana kerja yang ergonomis
seperti tinggi meja yang sesuai dengan pekerja serta
sandaran kursi pada pekerja PT Indostar Board.
Posisi pekerja berupa tulang punggung sebagai
tumpuan dengan cendrung membungkuk dan kepala
menunduk, tidak ergonomis, akan meningkatkan
31
beban kerja tulang punggung. Postur janggal
meningkatkan resiko terjadinya LBP (Widyasari et
al., 2014).
32
BAB 3
PEMBAHASAN
bidang industri yang memproduksi lembaran serat krisotil semen dengan kualitas
yang tinggi. Plafon dan Partisi Indostar Board adalah panel calcium silicate yang
terbuat dari campuran semen, pasir silika dan cellulose. Proses produksi meliputi
banyak kegiatan, mulai dari uji incoming material, proses penggilingan dengan bahan
baku pasir silica, pengambilan sampel parameter produksi, proses pencetakan papan
semen, dan proses barang jadi serta uji bending strength. Banyak resiko kecelakaan
kerja yang dapat timbul dalam proses produksi apabila dalam pelaksanaannya tidak
Menurut data International Labour Organization pada tahun 2016, tiap 15 detik
di suatu tempat di dunia, seorang pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit
akibat kerja, dan 153 pekerja terluka saat bekerja. Organisasi tersebut memperkirakan
bahwa praktik kesehatan dan keselamatan yang buruk menghabiskan sekitar 4% dari
produk domestik bruto global (Alves et al, 2020). Sedangkan berdasarkan data, angka
kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di
Indonesia tahun Pada tahun 2012 kasus PAK dan KAK 103.000 kasus. Hal ini
33
Angka tersebut membuat WHO memberikan beberapa kebijakan seperti
peningkatan pengetahuan dokter dan paramedis lain tentang kesehatan industri serta
kerja ini apabila dilihat secara menyeluruh terdapat beberapa factor yang
mempengaruhi , salah satu nya adalah penggunaan APD dan kondisi mesin proses
dalamnya, mulai dari cara kerja yang tidak aman, kondisi pekerja yang kurang baik,
pemahaman penggunaan alat, kesadaran pekerja, dan penggunaan alat pelindung diri
yang masih kurang. Seperti yang dilihat pada proses produksi di perusahaan PT.
Indostar Building Material, seluruh pekerja sudah menggunakan APD dengan tepat
seperti helm proyek, kecuali sarung tangan pelindung, masker, kaca mata pelindung
dan earplug yang dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Sesuai dengan
pasal 12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 mengatur tentang hak dan kewajiban
atau perusahaan wajib menyediakan APD dan menjelaskan penggunaan APD kepada
karyawan.
34
meliputi kondisi dan bahaya di tempat kerja, pengamanan, APD, dan cara aman
melakukan pekerjaan. Kemudian pada Bab VIII dituliskan tentang kewajiban dan hak
pekerja mengenai APD, syarat keselamatan dan kesehatan kerja, dan berhak
Berdasarkan kedua Bab tersebut, dapat dilihat bahwa keselamatan di tempat kerja
merupakan tanggung jawab bersama baik dari pengurus maupun tenaga kerja.
pengurus sudah memberikan edukasi mengenai tata cara penggunaan alat dan alat
pelindung diri. Namun melihat risiko yang ada seperti jari terjepit di mesin pengujian
bahan, inhalasi debu silika, trauma panas saat proses pengecekan sample, kaki
tertimpa papan semen saat memindahkan produk ke tahap pengemasan akhir, jatuh di
tangga saat membawa barang, postur tubuh saat duduk tidak ergonomis, serta adanya
gerakan repetitif dan cepat; sebaiknya diberikan tambahan APD berupa sarung tangan
dan masker, sepatu dengan pelindung, pengubahan anak tangga menjadi daratan
lingkungan ergonomi.
Lokasi pusat PT. Indostar Building Material terdapat di Jl. Rogonoto Timur
57B, Desa Taman Harjo, Singosari, Kabupaten Malang, Indonesia. Penyakit Akibat
Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor
risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat
35
kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok
yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan hewan-hewan lain. Seperti yang
telah dijelaskan diatas bahwa kesadaran akan penggunaan APD yang masih minim
Posisi kerja selama proses produksi di pabrik ini tidak ergonomis, hal ini
dapat dilihat dari para pekerja yang kebanyakan melakukan aktivitasnya duduk terus
menerus. Apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus tentunya akan berakibat
buruk pada kondisi fisik para pekerja contoh seperti CRS ataupun LBP.
terhadap masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal ini penting karena
dapat menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif dari setiap
pekerjaan. Salah satu dampak negatif adalah meningkatnya penyakit akibat kerja
(PAK) akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja
Penyakit infeksi:
1. Tinea Pedis
seperti sepatu pelindung, masker, dan pelindung mata. Yang hampir selalu
dipakai adalah peenggunaan sepatu boots atau sepatu tertutup. Sepatu tertutup
36
yang digunakan lama atau berjam-jam dapat menyebabkan kelembaban di
area kaki meningkat. Kelembapan yang meningkat inilah yang dapat menjadi
salah satu faktor risiko terjadinya Tineasis yang salah satunya adalah Tinea
Pedis.
kering dan sejuk. Selain itu juga perlu diperhatikan untuk ventilasi ruangan
tempat bekerja disetting untuk menjadi ruangan yang sejuk dengan kapasitas
orang dan barang yang seimbang agar tidak meningkatkan kelembapan udara.
2. Covid-19
tersedianya sarana cuci tangan hal ini tentunya tidak sesuai dengan anjuran
Menurut ILO, 2020 terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah penularan COVID ditempat kerja yaitu jaga jarak minimal dengan
jarak 2 meter. Apabila hal tersebut susah diterapkan, maka hal yang dapat
dilakukan yaitu membatasi berapa banyak orang di area kerja, mengatur ruang
menggunakan layar sebagai penghalang fisik antar satu dengan lainnya. Selain
itu pengusaha / pemilik tempat kerja harus menyediakan tempat bagi orang
37
tempat kerja harus menyediakan produk pembersih standar untuk tempat
kerja, penyesuaian alat pelindung diri (APD) berupa masker yang juga dapat
antar pekerja.
karyawan yang bekerja. COVID menular melalui droplet, dan droplet ini
dapat bertahan di udara selama periode yang beragam. Orang yang sehat dapat
meghasilkan aerosol dengan cara batuk dan berbicara, RNA virus SARS-
CoV-2 dapat ditularkan melalui aerosol dan dapat bertahan di udara selama
COVID-19 (Burro,2020).
menyediakan ventilasi yang mencukupi dan efektif, lebih baik lagi jika bisa
memiliki sistem tata udara dengan syarat peningkatan pertukaran udara bersih
saluran inlet sistem tata udara, Perawatan untuk filter sistem ventilasi
38
yang digunakan bersama oleh banyak pekerja. WHO memberikan beberapa
saran yang bisa dilakukan seperti Memasasang filter udara dengan efisiensi
antara lain kelompok lansia, penderita penyakit kronis, perokok dan penghisap
vape, jenis kelamin pria, dan orang bergolongan darah A (Borro,2022). Pada
industri ini, pegawai yang bekerja sebagian besar yaitu laki-laki dan perokok
COVID-19 sesuai dengan uraian diatas, hal ini juga diakibatkan karena
pekerja laki-laki lebih sering keluar rumah, selain itu perempuan lebih
39
penularan dan pada gilirannya akan menghentikan wabah (Kemenkes
RI,2021).
3. Tuberkulosis
maupun sarung tangan dan tidak terlihat adanya hand sanitizer maupun
wastafel yang cukup untuk mencuci tangan. Masker sendiri penting untuk
menampung 1-5 basilli, dan bersifat sangat infeksius, dan dapat bertahan di
dalam udara sampai 4 jam. Hal tersebut merupakan faktor resiko terjadinya
dilakukan secara rutin agar petugas kesehatan tetap waspada terhadap infeksi
etika batuk, serta membudayakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dengan menambah tempat hand sanitizer atau wastafel untuk mencuci tangan.
pada sistem imun. Sehingga, ada baiknya jika rutin dilakukan pemeriksaan
40
rutin (general check up) secara berkala bagi para pekerja sebagai upaya
pencegahan dan deteksi dini serta adanya upaya pemenuhan nutrisi para
mengi (wheezing), batuk, dan sesak napas. Banyak pajanan yang dapat
memicu timbulnya asma, salah satunya adalah pajanan di tempat kerja. Asma
terkait pekerjaan meliputi asma kerja (occupational asthma) dan asma yang
mengalami asma yang diperburuk oleh pajanan di tempat kerja (White, 2013).
asthma merupakan asma kerja yang disebabkan oleh sensitisasi alergen yang
periode laten setelah mengalami pajanan dan sensitisasi oleh agen penyebab.
Agen-agen penyebab tersebut dapat meliputi sebagian besar oleh agen high
41
occupational asthma merupakan asma kerja yang paling sering terjadi,
occupational asthma merupakan asma kerja yang terjadi akibat pajanan bahan
yang bersifat iritan terhadap saluran napas, tanpa terdapat sensitisasi bahan
Tatalaksana yang dapat dilakukan agar asma kerja tidak terjadi ialah
dengan menghindari bahan pemicu asma dan menggantinya dengan bahan lain
untuk menghilangkan risiko asma yang muncul. Bila substitusi tidak mungkin
proses kerja, atau memindahkan pekerja tersebut ke lokasi atau fungsi tugas
2. NIHL
permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising
42
pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut. Gejala yang dapat
Material tampak pekerja, tidak menggunakan APD seperti ear plug. Hal
tersebut, sesuai dengan lama jam bekerja apabila terpapar terus maka akan
paparan suara bising di tempat kerja atau secara personal (Septiana , 2017).
penggunaannya. Sumbat telinga (ear plug) dan..sarung telinga (ear muff). ear
43
muff/valve..dapat menutup sendiri bila ada..suara yang keras dan..membuka
Low back pain adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri
terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan dan
Low Back Pain diidentifikasi sebagai salah satu dari tiga besar
(WHO) regional Amerika pada tahun 2001 (Afia, 2018). Low back pain dapat
mobilisasi yang salah. Terdapat beberapa faktor risiko penting yang terkait
dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10
(IMT), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja dan berat
44
Berat beban yang diangkat, frekuensi angkat serta cara atau teknik
menjadi penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan 80% kasus (Andini,
2015).
seperti LBP. Pada pekerja PT. Indostar Board, terdapat faktor ergonomi yang
yang cenderung membungkuk dan kepala menunduk karena posisi meja yang
tidak sesuai tinggi badan serta tanpa sandaran kursi. Pencegahan yang dapat
(Winata, 2014).
45
3.3 Rekomendasi (Strategi Pengendalian Komprehensif)
a. Proses Produksi
- Terdapat beberapa masalah seperti getaran, bising, zat dari bahan pasir
dan helm
Solusi :
kursi yang mempunyai sandaran punggung dan pijakan kaki yang didasari
ergonomis
b. Lingkungan Kerja
46
- Iklim kerja yang panas
- Sanitasi
Solusi:
c. Kondisi Karyawan
yang diderita yaitu ISPA akibat bahat tersebut memiliki partikel kecil,
dan lembut jika penggunaan APD oleh para karyawan yang tidak
Solusi:
penggunaan APD dengan benar dan masalah yang dapat timbul bila
d. Kebijakan Managemen
47
- Belum adanya skrining mengenai gizi terhadap pekerja agar
maupun tidak
melindungi pekerja
Solusi:
a. Proses kerja
terinfeksi tinea
48
Solusi
b. Lingkungan Kerja
Solusi:
c. Kondisi Karyawan
Solusi:
penggunaan APD dengan benar dan masalah yang dapat timbul bila
49
- melakukan medical check up secara berkala, untuk menskrining
produktivitas pekerja.
d. Kebijakan Manajemen:
Solusi:
50
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis K3 melalui video terhadap beberapa aspek yang telah
dilaksanakan oleh PT. Indostar Building Material mulai dari proses produksi
meliputi banyak kegiatan, mulai dari uji incoming material, proses penggilingan
dengan bahan baku pasir silica, pengambilan sampel parameter produksi, proses
pencetakan papan semen, dan proses barang jadi serta uji bending strength,
pengurus sudah memberikan edukasi mengenai tata cara penggunaan alat dan
alat pelindung diri. Namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti
4.2 Saran
kursi yang mempunyai sandaran punggung dan pijakan kaki yang didasari
ergonomis
● Melengkapi penyediaan APD (masker, kaca mata, sarung tangan, dan lainnya)
51
● Melakukan upaya promosi kesehatan kepada karyawan mengenai pentingnya
penggunaan APD dengan benar dan masalah yang dapat timbul bila tidak
● Pemeriksaan kesehatan (general check up) rutin pada semua pekerja sebagai
● Menempel alat pengukur suhu ruangan, menyediakan air minum galon untuk
cukup dan lebar, dapat pula dilakukan pemasangan exhauster dan blower agar
52
DAFTAR PUSTAKA
Alves, A. M. S., Gonçalves Filho, C., Santos, N. M., & Souki, G. Q. (2020). Factors
https://doi.org/10.1590/0104-530X4609-20
Basuki, jenie , fikri. 2015. Faktor Prediktor Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
CDC. (2020, Desember 7). Show me the Science - How to wash your hands.
https://www.cdc.gov/handwashing/show-me-the-sciencehandwashing.html
Indonesia.
53
Kemenkes. 2020. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020-
Kristini, T. W., Rana, H,. 2020. Potensi Penularan Tuberculosis Paru pada Anggota
Pp.24-28.
Martin, D. M. M., Corso, C., Fuentes, C., Aparicio, M. V. A., & Sabbagh, L. C.
(2020). Use of a new face shield for patients of the endoscopy unit to avoid
aerosol exchange in the COVID-19 era. VideoGIE, 5(1), 522-524. 2020 Nov;
Mentari EW. 2019. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian
2020.
Pitaloka, W., Nur, S,. 2020. Penerapan Empat Pilar Program Pencegahan dan
54
RENTAN DI INDONESIA. JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN
korporis pada pasien wanita dan anggota keluarga. J Agromed Unila. Vol 4:1.
Rahmawati A. 2021. Risk Factor of Low Back Pain. Jurnal Medika Hutama. Vol 03
(01).
Saputra, M. R., Nunung, H,. 2021. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan
Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas, Studi Literature Review. Borneo
Student Research. Vol 2 No 3. Pp. 1772-1780.
Siregar. 2005. Atlas Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penerbit kedokteran EGC.
Surabaya
Sufi yanto, S., Yuniarti, S., & Andrijono, D. (2020). Sosialisasi dan edukasi penilaian
209-219. https://doi.org/10.26905/abdimas.v5i3.5004
55
Wijayanti, D. M. 2013. Belenggu Kemiskinan Buruh Perempuan Pabrik Rokok.
World Health Organization. 2013. Low Back Pain. Priority Medicines for
56