Anda di halaman 1dari 60

ANALISIS PROSES PRODUKSI DAN LINGKUNGAN KERJA

INDUSTRI PLAFON DAN PARTIS PT INDOSTAR BUILDING MATERIAL

Disusun oleh:

Kelompok : 5

Anggota Kelompok :

1 dr. Anggraeni Arum Saputri


2 dr. Dhea Devika Wijaya
3 dr. Firdauzi Devi Arimbi
4 dr. Hilman Fachriansyah
5 dr. Irma Nur Aulia Khasanah
6 dr. Karunisa Kirana
7 dr. Mochamad Hasan Bahtiar
8 dr. Muhammad Anfal Agdias Kusuma
9 dr. Nurul Fadila Aulia
10 dr. Putri Mumpuni Aswoko
11 dr. Syahban Fahrul Fazri

PELATIHAN HIPERKES DAN KK BAGI DOKTER PERUSAHAAN

ANGKATAN XIII

KOORDINASI FAKULTAS KEDOKTERAN UMM DENGAN DIREKTORAT BINA K3

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

11-16 JULI 2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, kami telah menyelesaikan penyusunan Laporan Hiperkes tepat pada waktu yang

ditentukan.

Ucapan terima kasih kepada para dokter pemateri dan panitia penyelenggara, terima kasih

atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya serta semua pihak terkait yang telah membantu

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Kami menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan

kerendahan hati, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran

yang membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Malang, 16 Juli 222

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI iii


RINGKASAN 1
BAB 1 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Deskripsi Umum Industri 3
1.2 Deskripsi Proses Produksi 4
1.3 Deskripsi Lingkungan Kerja 5
1.4 Deskripsi Tenaga Kerja 7
BAB 2 8
ANALISIS 8
2.1 Keselamatan Kerja 8
2.1.1 Proses Produksi 8
2.1.2 Lingkungan Kerja 9
2.1.3 Tenaga Kerja 14
2.2 Kesehatan Kerja 15
2.2.1 Penyakit Infeksi 15
2.2.2 Penyakit Non-Infeksi 18
BAB 3 21
PEMBAHASAN 21
3.1 Keselamatan Kerja 21
3.1.1 Proses Produksi 21
3.1.2 Tenaga Kerja 22
3.1.3 Lingkungan Kerja 23
3.2 Kesehatan Kerja 24
3.3 Rekomendasi (Strategi Pengendalian Komprehensif) 33
3.3.1 Keselamatan Kerja 33
3.3.2 Kesehatan Kerja 36

iii
BAB 4 39
PENUTUP 39
4.1 Kesimpulan 39
4.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 41

iv
RINGKASAN

PT. Indostar Building Material merupakan perusahaan manufaktur yang

memproduksi produk papan semen rata (board) yang dapat diaplikasikan untuk

bangunan interior dan eksterior, dan papan semen gelombang (asbes gelombang)

yang dapat diaplikasikan untuk bangunan atap rumah. Plafon dan Partisi Indostar

Board adalah panel calcium silicate yang terbuat dari campuran semen, pasir silika

dan cellulose.

Proses produksi meliputi banyak kegiatan, mulai dari uji incoming material,

proses penggilingan dengan bahan baku pasir silica, pengambilan sampel parameter

produksi, proses pencetakan papan semen, dan proses barang jadi serta uji bending

strength. Banyak resiko kecelakaan kerja yang dapat timbul dalam proses produksi

apabila dalam pelaksanaannya tidak memenuhi prosedur dan aturan yang sudah

ditetapkan. Oleh karena itu pentingnya Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah

hal vital yang harus digali dari perusahaan tersebut untuk mencegah terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal yang dilakukan adalah pengendalian risiko

yang dimulai dengan identifikasi resiko.

Potensi hazard dari PT. Indostar Building Material ini dapat diidentifikasi dari

proses produksi yg mana didapatkan potensi kecelakaan seperti jari terjepit di mesin

pengujian bahan, inhalasi debu silika, trauma panas saat proses pengecekan sample,

kaki tertimpa papan semen saat memindahkan produk ke tahap pengemasan akhir,

jatuh di tangga saat membawa barang, postur tubuh saat duduk tidak ergonomis, serta

1
adanya gerakan repetitif dan cepat. Sedangkan pada kesehatan kerja identifikasi

penyakit akibat kerja yang dapat muncul berupa penyakit infeksi yang terdiri dari

covid-19, tinea pedis dan Tuberkulosis. Sedangkan pada penyaki non infeksi berupa

NIHL, LBP dan asma.

Rekomendasi yang diusulkan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja cukup komprehensif, mencakup proses produksi, lingkungan kerja,

kondisi karyawan, kebijakan manajemen. Rekomendasi tersebut meliputi perbaikan

sarana kerja dengan melakukan penggantian beberapa sarana yang belum ergonomis

yaitu seperti mengganti kursi yang mempunyai sandaran punggung dan pijakan kaki

yang didasari juga dengan pelatihan karyawan mengenai bagaimana posisi duduk

yang ergonomis, pelatihan rutin para karyawan mengenai K3, , melengkapi

penyediaan APD (masker, kaca mata, sarung tangan, dan lainnya) sesuai standart dan

sesuai jumlah karyawan, melakukan upaya promosi kesehatan kepada karyawan

mengenai pentingnya penggunaan APD, melakukan inspeksi berkala pada alat alat

perusahaan sehingga risiko kecelakaan kerja dapat dikendalikan, melakukan medical

check up secara berkala, untuk menskrining penyakit yang timbul akibat akibat kerja

atau berhubungan dengan kerja, memberikan penyuluhan mengenai resiko kecelakaan

kerja yang dapat terjadi serta pencegahannya , menerapkan protokol kesehatan secara

ketat, Penyediaan ahli gizi khusus karyawan agar kebutuhan gizi tiap karyawan

tercukupi yang akan ber imbas terhadap produktifitas kerja, perbaikan beberapa

infrastuktur bangunan agar didapatkan ventilasi yang cukup dan lebar, dapat pula

dilakukan pemasangan exhauster dan blower agar sirkulasi udara berjalan.

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Umum Industri

Identitas Unit:

a. Nama Perusahaan : PT. Indostar Building Material

b. Status Perusahaan : Perseroan Terbatas

c. Alamat Perusahaan Pusat : Jl. Rogonoto Timur 57B, Ds. Taman Harjo,

Singosari, Kabupaten Malang, Indonesia (65153) Tel : (0341) 441111

d. Lokasi Unit Kerja: Jl. Rogonoto Timur 57B, Ds. Taman Harjo, Singosari,

Kabupaten Malang, Indonesia (65153) Tel : (0341) 441111

Profil Perusahaan:

Seiring dengan berkembangnya sector pembangunan di Indonesia dan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk papan semen (cement board) maka

didirikanlah PT. Indostar Building Material. PT. Indostar Building Material didirikan

pada tahun 2012 oleh perusahaan yang telah berpengalaman puluhan tahun di

industry papan semen dengan modal seluruhnya berasal dari pengusaha Swasta

Nasional.

PT. Indostar Building Material merupakan perusahaan manufaktur yang

memproduksi produk papan semen rata (board) yang dapat diaplikasikan untuk

bangunan interior dan eksterior, dan papan semen gelombang (asbes gelombang)

yang dapat diaplikasikan untuk bangunan atap rumah. Perusahaan ini memiliki visi

menjadi produsen bahan bangunan yang berkualitas prima, kompetetif dan inovatif

3
yang berorientasi kepada kepuasan konsumen. Perusahaan ini dipimpin oleh Tjong

Bing Djiang sebagai Direktur Utama. Perusahaan ini telah memproduksi dan

mendistribusikan produk-produknya ke seluruh penjuru negeri.

PT. Indostar Building Material selalu mengutamakan keselamatan dan

Kesehatan dalam bekerja kepada seluruh karyawan maupun orang-orang sekitar

lingkungan perusahaan. Oleh karena itu PT. Indostar Building Material telah

mendapatkan sertifikat SMK3. Selain itu PT. Indostar Building Material telah

mendapatkan beberapa penghargaan dan beberapa sertifikasi diantaranya adalah

Sistem Manajemen Mutu yaitu ISO 9001 : 2008 yang selanjutnya diperbaharui

dengan ISO 9001 : 2015 dan sertifikat SNI yang diperoleh pada tahun 2015. Serta

beberapa penghargaan dari mitra kerja diantaranya dari Dirjien Pajak, Semen

Indonesia Group, dan Kementerian Ketenagakerjaan.

1.2 Deskripsi Proses Produksi

Sistem pengolahan papan semen pada PT. Indostar Building Material, melalui

beberapa proses control kualitas produksi. Berikut proses produksi:

1. Uji Incoming Material : pengujian pasir silica untuk mengetahui kadar air dan

kadar kotoran pada pasir silica

2. Proses penggilingan dengan bahan baku pasir silica

3. Pengambilan sampel parameter produksi : proses uji parameter RMP (Raw

Material Proses) meliputi konsentrasi bubur kertas, silica hasil giling, dan

density basah

4. Proses pencetakan papan semen

5. Uji Bending Strenght dengan rata-rata hasil harus ≥ 100 kg/cm2

4
6. Printing label, pemotongan, dan pengemasan produk jadi serta pendistribusian

1.3 Deskripsi Lingkungan Kerja

PT. Indostar Building Material merupakan perusahaan swasta nasional yang

bergerak dalam bidang industri yang memproduksi lembaran serat krisotil semen

dengan kualitas yang tinggi. Berbagai jenis dan ukuran produk ini dapat diaplikasikan

pada semua bangunan yaitu untuk interior dan eksterior, karena sifatnya yang kuat,

tahan air, tahan api, dan mudah pemasangannya. Perusahaan ini berdisi sejak tahun

2012 yang memiliki pabrik di Jl. Rogonoto Timur No. 57B Desa Tamanharjo

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

1.3.1 Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik yang ada pada PT Indostar Building Material meliputi

konstruksi bangunan pabrik yang dibangun pada lahan seluas ± 5,5 hektar. Pabrik

dibangun dengan cukup baik dimana terdiri dari beberapa bangunan mulai dari kantor

pusat, beberapa tempat produksi bahan, tempat pengujian material, dan beberapa

tempat lain. Pabrik di bangun dengan beberapa jenis dinding dengan ketinggian ± 10

meter dari permukaan lantai. Pabrik cukup luas dan terbagi dalam beberapa ruangan

sesuai dengan proses produksi yang dilakukan. Pabrik dibangun di area yang

memiliki iklim yang cenderung panas namun sudah memiliki ventilasi yang cukup.

Beberapa tempat memiliki tempat yang beresiko untuk bocor sehingga dapat

menyebabkan genangan air jika tidak segera dibersihkan. Lantai pabrik memudahkan

dalam proses pembersihan, relatif kedap air dan mempunyai daya tahan yang kuat

sehingga tidak mudah rusak.

5
Pencahayaan pada pabrik cukup baik pada unit produksi. Pencahayaan

merupakan faktor yang sangat penting karena cahaya yang kurang akan membuat

perkerja mudah lelah serta jika dibiarkan berkepanjangan dapat menimbulkan

penyakit seperti gangguan penglihatan, dan lain-lain.

1.3.2 Lingkungan Kimia

Pada setiap kelompok atau setiap proses produksi memiliki faktor resiko

terpapar bahan asbes ataupun debu silika sebagai bahan baku utama pada produksi.

Selain dapat terpapar secara kontak dengan kulit juga dapat terjadi paparas secara

inhalasi sehigga setiap pekerja harus lebih mengerti pentingnya memakai APD.

1.3.3 Lingkungan Biologi

Pekerja yang melakukan pekerjaan pada tempatnya masing masing tidak

berkerumun karena jumlah pekerja dalam satu pekerjaan telah diatur dan disesuaikan

dengan luas ruangan. Selain itu pekerja diberikan APD sesuai dengan yang

diperlukan pada tempat / jenis pekerjaannya, mulai dari helm safety, hingga masker

nemun ada pekerja yang tidak menggunakannya.

1.3.4 Lingkungan Ergonomi

Jenis pekerjaan yang dilakukan lebih banyak berdiri namun masih terdapat

beberapa tinggi meja yang kurang tinggi sehingga kurang ergonomis. Selama proses

pemindahan barang juda terdapat beberapa posisi yang tidak ergonomis.

1.3.5 Lingkungan Sosial Budaya

Kedudukan pekerja termasuk pekerja PT Indostar Building Material dapat

ditinjau secara yuridis dan secara sosial ekonomis. Secara yudiris adanya

kemungkinan untuk tindakan sewenang wenang dari pengusaha membuat pekerja

6
membutuhkan perlindungan hukum dari negara. Berdasarkan ketentuan Pasal 27

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu setiap warga

negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Melalui Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa kehidupan pekerja

dapat terjamin sesuai dengan kesejahteraan manusia pada umumnya.

1.4 Deskripsi Tenaga Kerja

Beroperasi pada hari Senin – Jumat pada pukul 08.00 – 16.00 dan hari Sabtu

padapukul 08.00 – 13.00

Pengertian tenaga kerja berdasarkan Undang - Undang No. 13 Tahun 2003

Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu

negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

Dalam pengertian lain disebutkan bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang

berada dalam usia kerja sehingga penduduk yang tergolong tenaga kerja jika

penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di

Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang

yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja.

Pabrik beroperasi pada hari Senin sampai dengan Jumat pada pukul 08.00

hingga 16.00 dan pada hari Sabtu pukul 08.00 hingga 13.00..

7
BAB 2

ANALISIS

2.1 Keselamatan Kerja

2.1.1 Proses Produksi

No Bagian Resiko Faktor Resiko Penyebab Kecelakaan Kerja


. Proses Kecelakaan Faktor Internal Faktor Eksternal
Produksi Kerja yang
mungkin
timbul
1. Proses Sesak nafas 1. Pekerja tidak patuh Tidak tersedianya
Incoming dan iritasi menggunakan APD APD yang sesuai
Material oleh bahan seperti masker, goggle standart
baku dan sarung tangan
pembuatan 2. Pekerja kelelahan
3. Pekerja tidak fokus
2. Proses Pekerja 1. Pekerja tidak fokus 1. Berat Barang
Penggilin mengalami saat bekerja 2. Kondisi lantai
gan kejang otot 2. Pekerja kelelahan 3. Kondisi ruangan
saat
3. Pekerja sedang
memindahkan
dalam keadaan tidak
material,
sehat
terpeleset
oleh material,
dan tertimpa
material yang
akan
dipindahkan,
3. Pengambi Sesak nafas 1. Pekerja tidak patuh Tidak tersedianya
lan dan iritasi menggunakan APD APD yang sesuai
Sample oleh bahan seperti masker, goggle standart
Parameter baku dan sarung tangan
Produk pembuatan 2. Pekerja kelelahan
3. Pekerja tidak fokus
4. Proses Pekerja 1. Pekerja tidak 1. Berat barang
Printing terkena cidera menerapkan sikap 2. Kondisi lantai

8
Label punggung dan mengangkut beban 3. Ergonomis alat
jari terjepit yang benar
alat 2. Pekerja tidak fokus
4. Pekerja kelelahan
5. Proses Jari terjepit 1. Pekerja tidak fokus Mesin tidak
barang barang jadi saat bekerja dilengkapi alat
jadi dan atau alat 2. Pekerja kelelahan sensor otomatis bila
uji
3. Pekerja menyalakan posisi bahan yang
Bending
alat uji tanpa akan diuji tidak
Strenght
memperhatikan posisi sesuai, harus diatur
tangan di alat dan
secara manual
bahan yang akan di uji

2.1.2 Lingkungan Kerja

No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.


Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi

1. Quality - Iklim - Debu - Pekerja -


control kerja yang tidak
(QC) yang terhirup menggun
Process panas terus akan
Material tanpa menerus APD
adanya dapat lengkap
alat menyeba seperti
pengukur bkan sarung
suhu asbestosi tangan,
ruangan s dan dan
di setiap silikosis. masker.
bagian.

-
Pengamb
ilan
sampel
dilakuka
n dengan
manual

9
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi

sehingga,
tangan
dapat
mengala
mi
cedera
karena
mengula
ng
pekerjaan
yang
sama
terus
menerus
pada
pergelan
gan
tangan.

2. Penggilin - Iklim - Debu - Pekerja - Pekerja


gan kerja yang tidak cenderung
(mixing) yang terhirup menggun mempertahan
panas terus akan akan posisi
tanpa menerus APD yang sama
adanya dapat lengkap saat
alat menyeba seperti melakukan
pengukur bkan sarung pekerjaan
suhu asbestosi tangan, dan dalam
ruangan s dan dan waktu yang
di setiap silikosis. masker, lama.
bagian
kerja

3. Quality Pengamb - - Pekerja Proses RMP


control ilan tidak (Raw
(QC) sampel menggun Material

10
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi

Process dilakuka akan Process)


(Pengam n dengan APD menggunaka
bilan, manual lengkap n metode
Sample sehingga, seperti manual dan
Paramete tangan sarung dalam
r Produk) dapat tangan, keadaan
mengala dan berdiri,
mi masker. sehingga
cedera pergelangan
karena tangan dapat
mengula mengalami
ng cedera
pekerjaan karena
yang mengulang
sama pekerjaan
terus yang sama
menerus terus
pada menerus.
pergelan
gan
tangan.

4. Forming - - - - -
Drum Berisiko
dan bagian
Printing tubuh
Label terpotong
jika
terlalu
dekat
dengan
mesin.
- Suara
mesin
proses
produksi

11
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi

dalam
jangka
waktu
yang
lama
dapat
menyeba
bkan
terjadiny
a NIHL.

5. Quality - - - Pekerja -
Control Pengamb tidak
(QC) ilan menggun
Process sampel akan
(barang dilakuka APD
jadi) n dengan lengkap
manual seperti
sehingga, sarung
tangan tangan,
dapat dan
mengala masker.
mi
cedera
karena
mengula
ng
pekerjaan
yang
sama
terus
menerus
pada
pergelan
gan
tangan.

12
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi

- Suara
mesin
proses
produksi
dalam
jangka
waktu
yang
lama
dapat
menyeba
bkan
terjadiny
a NIHL.

6. Quality - - - Pekerja -
Control Pengamb tidak
(QC) ilan menggun
Process sampel akan
(Uji dilakuka APD
Bending n dengan lengkap
Strength) manual seperti
dan sarung
berdiri tangan,
dengan dan
posisi masker.
secara
terus
menerus,
sehingga
berisiko
Low
Back
Pain
(LBP).

13
No Unit Ling. Ling. Ling. Ling. Ling.
Kerja Fisik Biologi Kimia SosBud Ergonomi

7. Gudang -Pekerja Debu - - -


dan dapat hasil
Distribus tertimbun proses
i tumpuka produksi
n papan papan
semen semen
yang dapat
ditata terhirup
tidak sehingga
rapi. dapat
- Hand menyeba
Arm bkan
Vibratio silikosis
n dan
Syndrom asbestosi
e s.
(HAVS)

2.1.3 Tenaga Kerja

Jumlah Rata-rata Resiko


Fasilitas
No Unit Kerja Populasi Lama Kecelakaan
Perusahaan
L P Kerja Kerja
1. Quality - Senin- 1. Tertimpa -Pekerja
Control (QC) Jumat: papan mendapatkan
Material 08.00- semen akses ke
16.00 saat poliklinik di
Sabtu: proses area pabrik.
pukul pengemas Waktu
08.00 – an tahap kegiatan
lanjut operasional
13.00
2. Jatuh di poliklinik PT
tangga Indostar
saat Building
membawa Material
barang adalah Senin-

14
3. Postur Sabtu selama
tubuh saat 24 jam,
berdiri tanggal
terus merahm dan
menerus hari besar
dan libur. Jadwal
membuat para petugas
sampel poliklinik PT
4. Gerakan Indostar
repetitif Building
dan cepat Material
dibagi
menjadi 3
shfift, yaitu
shift pertama
jam 08.00-
16.00, shift
kedua jam
16.00-00.00,
shift ketiga
jam 00.00-
08.00. Dokter
perusahaan
praktik hari
Senin dan
Kamis, pukul
13.00-15.00
WIB.
-Fasilitas P3K
Fasilitas P3K
untuk
karyawan
diberikan di
empat bagian
area pabrik.
Dengan
fasilitas P3K
di setiap
bagian area
pabrik,
diharapkan
dapat
memberikan
pertolongan

15
awal jika
terjadi
kecelakaan
kerja pada
karyawan
sehingga
meminimalisir
komplikasi
lebih lanjut.
Tim
Kesehatan PT
Indostar
Building
Material
meletakkan
kotak P3K di
ruang
keamanan,
gudang
barang jadi,
gudang kertas,
dan ruang
foreman.
-Ambulans
PT Indostar
Building
Material
mempunyai
mobil
ambulans
sebanyak satu
unit dengan
merk
Grandmax
yang dapat
digunakan
untuk
transportasi
-Fasilitas gizi
PT Indostar
Building
Material tidak

16
mempunyai
ahli gizi di
perusahaan.
Untik
pelayanan gizi
tambahan
tidak
diberikan.
Sehingga,
setiap
karyawan
membawa
bekal sendiri
saat bekerja
atau membeli
makanan di
kantin yang
telah
disediakan
perusahaan.
Untuk
kebutuhan
minum,
perusahaan
telah
menyediakan
galon-galon
yang
disediakan di

17
beberapa
tempat,
terutama di
area produksi
mengingat
suhu di area
produksi
cukup panas,
namun masih
belum ada
anjuran
(berupa
poster/gambar
) yang berisi
pentingnya
menjaga
keseimbangan
cairan tubuh
agar terhindar
dari dehidrasi.
-Fasilitas yang
berkaitan
dengan
sanitasi
Sumber air
bersih yang
digunakan di
PT Indostar
Building

18
Material
berasal dari
air sumur.
Fasilitas
kamar mandi
tersedia di
setiap area
perusahaan.
-Melihat
banyaknya risiko
terjadinya
penyakit akibat
kerja (PAK) atau
kecelakaan kerja,
maka PT
Indostar Building
Material
memberikan
pelayanan
pengendalian
melalui jalur
kesehatan
(Medical
Control) yaitu
upaya untuk
menemukan
gangguan sedini
mungkin dengan
cara mengenal

19
(Recognition)
kecelakaan dan
penyakit akibat
kerja yang dapat
tumbuh pada
setiap jenis
pekerjaan di unit
pelayanan
kesehatan dan
pencegahan
meluasnya
gangguan
yang sudah ada
baik terhadap
pekerja itu
sendiri maupun
terhadap orang
disekitarnya.
Dengan deteksi
dini, maka
penatalaksanaan
kasus menjadi
lebih cepat,
mengurangi
penderitaan dan
mempercepat
pemulihan
kemampuan
produktivitas

20
masyarakat
pekerja. Disini
diperlukan
sistem rujukan
untuk
menegakkan
diagnosa
penyakit akibat
kerja secara
cepat dan tepat
(prompt
treatment).
Pencegahan
sekunder ini
dilaksanakan
melalui
pemeriksaan
kesehatan
pekerja yang
meliputi :
1. Pemeriksaan
Awal
Pemeriksaan
kesehatan yang
dilakukan
sebelum
seseorang
calon/pekerja
(petugas

21
kesehatan dan
non kesehatan)
mulai
melaksanakan
pekerjaannya.
Pemeriksaan ini
bertujuan untuk
memperoleh
gambaran
tentang status
kesehatan calon
pekerja dan
mengetahui
apakah calon
pekerja tersebut
ditinjau dari segi
kesehatannya
sesuai dengan
pekerjaan yang
akan
ditugaskan
kepadanya.
Pemeriksaan
kesehatan awal
ini meliputi:
a. Anamnesis
e. Pemeriksaan
fisik (tanda vital,
TB/BB)

22
f. Pemeriksaan-
pemeriksaan
tambahan berupa
:
- Snellen chart
- Golongan darah
- Tes buta
warna
-Pemeriksaan
Berkala
Pemeriksaan
kesehatan yang
dilaksanakan
secara berkala
dengan jarak
waktu berkala
yang disesuaikan
dengan besarnya
resiko kesehatan
yang dihadapi.
Makin besar
resiko kerja,
makin kecil jarak
waktu antar
pemeriksaan
berkala. Ruang
lingkup
pemeriksaan
disini meliputi

23
pemeriksaan
umum dan
pemeriksaan
khusus seperti
pada
pemeriksaan
awal dan bila
diperlukan
ditambah dengan
pemeriksaan
lainnya, sesuai
dengan resiko
kesehatan yang
dihadapi dalam
pekerjaan.
PT Indostar
Building
Material
melakukan
pemeriksaan
berkala
Berkala yang
ditujukan kepada
setiap karyawan.
Pemeriksaan
berkala pada
perusahaan ini
dilakukan 3 kali
dalam setahun

24
atau setiap empat
bulan
sekali. Jenis
pemeriksaan
yang dilakukan
berupa :
• Tanda Vital
• Anamnesis
• Pemeriksaan
Mata
• Pemeriksaan
THT
• Pemeriksaan
Gigi
• Pemeriksaan
tonus otot
• Pemeriksaan
laboratorium
berupa
pemeriksaan gula
darah, kolesterol,
dan asam urat

-Pemeriksaan
kesehatan khusus
yang
dilaksanakan
secara berkala

25
dengan jarak
waktu berkala
yang disesuaikan
dengan kasus
yang dihadapi
karyawan.
Program pasien
khusus pada PT
indostar ada 2
yaitu untuk
pasien
kecelakaan kerja
(misalnya:
pulang atau pergi
kerja) semisal
fraktur tibia,
akan dilakukan
kontrol satu
minggu sekali di
poliklinik pabrik.
Dan untuk pasien
TB kontrol 1
minggu sekali di
poliklinik
pabrik.
Jenis
pemeriksaan
yang dilakukan
antara lain:

26
• Pemeriksaan
audiometri
• Pemeriksaan
spirometri

2.2 Kesehatan Kerja

2.2.1 Penyakit Infeksi

No Penyakit Faktor Risiko


.
1. Tinea Pedis 1. Memakai sepatu tertutup dalam waktu lama
Pemakaian sepatu tertutup seperti dalam proses
produksi di pabrik dalam waktu lama dapat
menyebabkan prevalensi kejadian tinea pedis lebih
tinggi. Ditambah sepatu yang digunakan adalah
sepatu boots akan menyebabkan keadaan kaki
menjadi lebih lembab. ( Hervina, 2021)
2. Kelembapan udara
Kelembapan udara juga dapat menjadi salah satu
faktor risiko pekerja mengalami Tinea Pedis. Angka
kejadian tinea pedis lebih tinggi di daerah beriklim
panas dan lembab serta berpenduduk padat. Indonesia
memiliki iklim tropis dengan begitu sangat
mendukung untuk penyebaran infeksi tinea pedis.
(Marila, et al, 2021)
3. Pekerja laki-laki
Pada pabrik tersebut terlihat banyak pekerjaan
dilakukan oleh pekerja laki-laki. Prevalensi tinea
pedis pada laki-laki lima kali lebih banyak daripada
wanita serta sering menyerang orang dewasa yang
bekerja ditempat basah seperti tukang cuci, petani
atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu
tertutup (Lipner SR & Scher RK, 2019).

27
2. Covid-19 1. Tidak tersedia sarana cuci tangan
Terlihat pada video tidak terlihat adanya sarana cuci
tangan sehingga dapat menjadi salah satu faktor risiko
penularan Covid-19. WHO ( World Health
Organization) dan CDC ( Centre for Disease Control
and Prevention) memaparkan beberapa cara yang
dapat dilakukan yaitu pemakaian masker, mencuci
tangan secara teratur selama minimal 40 detik atau
penggunaan hand sanitizer selama minimal 20 detik
dan tidak menyentuh wajah dengan tangan (CDC,
2020)
2. Ruangan Tertutup dengan Ventilasi yang Buruk
Penyebaran virus yang tinggi di perkantoran ini
diduga selain berasal dari droplet, juga berasal dari
aerosol yang dihasilkan oleh penderita positif Covid-
19, yang menyebar di dalam ruangan karena ventilasi
udara yang kurang baik, atau sistem sirkulasi udara
yang tertutup (Prayitno et al. 2020)
3. Pekerja Laki-Laki
Laki-laki biasanya karena tuntutan pekerjaan lebih
sering keluar rumah dibandingkan perempuan
sehingga rentan penyakit ini. Ditambah lagi dengan
faktor imunitas yang dimiliki dinilai lebih berisiko
yaitu laki-laki lebih berisiko COVID 19 dikarenakan
faktor kromosom dan faktor hormon. Pada perempuan
lebih terproteksi dari COVID 19 dibandingkan laki-
laki karena memiliki kromosom x dan hormon seks
seperti progesteron yang memainkan peranan penting
dalam imunitas bawaan dan adaptif. ( Hidayani, 2020)
3. Tuberkulosis 1. Epidemiologi
Menurut laporan WHO, Indonesia berada dalam
daftar 30 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi
di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di
dunia terkait angka kejadian tuberkulosis. Insidensi
tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 adalah 316
per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar
845.000 penduduk menderita tuberkulosis pada tahun
2018. Laporan WHO juga memperkirakan angka

28
kematian tuberkulosis di Indonesia yaitu sekitar 35
per 100.000 penduduk atau terdapat sekitar 93.000
orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2018
(kemenkes RI,2020)
2. Perkerja laki laki
Jumlah kasus TB pada laki-laki lebih tinggi dibanding
perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada
perempuan. Pada penelitian ini diperoleh bahwa laki-
laki berisiko 2,07 kali menderita TB dibandingkan
perempuan. Laki-laki berisiko lebih tinggi untuk
menderita TB dibandingkan perempuan.
Kecenderungan kejadian TB paru pada laki- laki
(66.7%) dipengaruhi oleh gaya hidup, perbedaan
peran gender dan perbedaan risiko terpapar (Azhar
and Perwitasari, 2014). Penyakit TB paru lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan
karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB
paru (Ruswanto, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2018, persentase perokok (perokok
tiap hari, perokok kadang-kadang dan mantan
perokok) pada laki-laki (65,0%) lebih tinggi
dibanding perempuan (3,2%) (Riskesdas, 2018).
3. Tidak Menggunakan Masker
Pekerja terlihat tidak menggunakan masker pada
proses pengujian pasir silika. Masker bermanfaat
untuk melindungi diri pekerja dari paparan debu dan
transmisi droplet atau airborne dari patogen di tempat
kerja (Kustriyani,2021).
Penderita tuberkulosis dengan BTA positif dapat
menularkan penyakitnya ke lingkungan, 65% mereka
yang dekat dengan penderita tuberkulosis akan
tertular, diperkirakan 10-15 orang akan tertular oleh
seorang penderita tuberkulosis dengan pemeriksaan
BTA positif (Mertaniasih,2013).
Penularan terjadi ketika penderita TBC paru BTA
positif batuk atau bersin dan tanpa disengaja penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak. Seorang penderita tuberkulosis paru BTA

29
positif dapat menginfeksi 10-15 orang di sekitarnya
(Kristini &Rana, 2020). Penggunaan masker
merupakan salah satu dari empat pilar program
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis
paru

2.2.2 Penyakit Non-Infeksi

No Penyakit Faktor Risiko


1 Asma terkait 1. Faktor lingkungan
pekerjaan Kejadian asma pada industri ini sangat mungkin
terjadi pada pekerja pabrik karena seringnya
terpapar dengan debu pasir silika. Hal ini
dikarenakan proses pembuatan papan semen itu
dengan bahan dasar pasir silika dan bubur kertas.
Kemudian dilakukan pengujian pasir silika untuk
mengetahui kadar air dan kadar kotoran pada pasir
silika lalu dilakukan proses penggilingan dengan
bahan baku pasir silika. Hal ini dapat menyebabkan
partikel-partikel bermassa kecil seperti serbuk debu
silika terinhalasi. Hal ini tentu saja dapat
memperburuk keadaan pekerja yang memiliki asma
karena debu atau partikel kecil menyerupai debu
dapat menjadi faktor pemicu asma atau eksaserbasi
asma. Partikel-partikel ini dapat masuk melalui
inhalasi ke alat pernafasan karyawan apalagi
dengan intensitas yang lama dan berulang-ulang
dan ditambah apabila sebelumnya karyawan
memiliki resiko penyakit asma sehingga bisa
memicu terjadinya asma yang berulang karena
pekerjaanya.

2. Penggunaan APD
Pekerja pada produksi papan semen sering terpapar
debu silika dan pada proses pengamatan didapatkan
tidak ada pekerja yang menggunakan APD selama
bekerja, maka sangat disarankan kepada para
pekerja untuk selalu menggunakan APD selama

30
bekerja untuk mengurangi paparan alergen (ACOE,
2020)
2. NIHL (Noise- 1. Proses produksi
induced Dalam proses produksi, mesin-mesin yang
hearing loss) digunakan menghasilkan kebisingan. Kebisingan
adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu kondisi fungsi pendengaran. Pada
pabrik produksi papan semen ini, terdapat beberapa
suara-suara yang..ditimbulkan karena proses
produksi yang..menggunakan mesin dan
alat..dengan tingkat kebisingan yang cukup..tinggi.
2. Lama Jam Bekerja
Sebagian besar mesin produksi yang..digunakan
dalam industri memiliki intensitas..kebisingan
suara diatas 85 db. Hal ini tidak..sesuai dengan
permenkes no 70 tahun 2016 karena..pajanan
bising yang dapat diterima dalam waktu 8..jam
adalah 85 dB, sehingga dapat meningkatkan
faktor..resiko terjadinya noise induced hearing loss
(NIHL). Oleh karena itu, durasi kerja pada paparan
bising sangat berpengaruh menyebabkan NIHL.
3. Pekerja yang tidak menggunakkan APD
Pada..bagian tertentu, terdapat pekerja yang tidak
menggunakan..earplug di dekat mesin. Hal ini
dapat meningkatkan resiko terjadinya noise
induced hearing loss.
3. Low Back Pain 1. Posisi Kerja yang Statis
(LBP) Pekerja PT Indostar Board, khususnya pekerja pada
bagian produksi dan pengujian bahan, posisi terlalu
lama diam dalam 1 posisi, menyebabkan kontraksi
otot dan kelelahan (Widyasari et al., 2014).
2. Sarana Kerja
Kurang tersedianya sarana kerja yang ergonomis
seperti tinggi meja yang sesuai dengan pekerja serta
sandaran kursi pada pekerja PT Indostar Board.
Posisi pekerja berupa tulang punggung sebagai
tumpuan dengan cendrung membungkuk dan kepala
menunduk, tidak ergonomis, akan meningkatkan

31
beban kerja tulang punggung. Postur janggal
meningkatkan resiko terjadinya LBP (Widyasari et
al., 2014).

32
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Keselamatan Kerja

3.1.1 Proses Produksi

PT. Indostar Building Material merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang industri yang memproduksi lembaran serat krisotil semen dengan kualitas

yang tinggi. Plafon dan Partisi Indostar Board adalah panel calcium silicate yang

terbuat dari campuran semen, pasir silika dan cellulose. Proses produksi meliputi

banyak kegiatan, mulai dari uji incoming material, proses penggilingan dengan bahan

baku pasir silica, pengambilan sampel parameter produksi, proses pencetakan papan

semen, dan proses barang jadi serta uji bending strength. Banyak resiko kecelakaan

kerja yang dapat timbul dalam proses produksi apabila dalam pelaksanaannya tidak

memenuhi prosedur dan aturan yang sudah ditetapkan.

Menurut data International Labour Organization pada tahun 2016, tiap 15 detik

di suatu tempat di dunia, seorang pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit

akibat kerja, dan 153 pekerja terluka saat bekerja. Organisasi tersebut memperkirakan

bahwa praktik kesehatan dan keselamatan yang buruk menghabiskan sekitar 4% dari

produk domestik bruto global (Alves et al, 2020). Sedangkan berdasarkan data, angka

kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di

Indonesia tahun Pada tahun 2012 kasus PAK dan KAK 103.000 kasus. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di Indonesia belum berjalan dengan baik (Salawati, 2015).

33
Angka tersebut membuat WHO memberikan beberapa kebijakan seperti

peningkatan pengetahuan dokter dan paramedis lain tentang kesehatan industri serta

meningkatkan pelayanan kesehatan kerja di industri, deteksi dini serta melakukan

tindakan preventif dan promotif di industri kerja. Tingginya kejadian kecelakaan

kerja ini apabila dilihat secara menyeluruh terdapat beberapa factor yang

mempengaruhi , salah satu nya adalah penggunaan APD dan kondisi mesin proses

produksi (Soni et al., 2017).

Potensi kecelakaan kerja juga dapat disebabkan oleh perilaku pekerja di

dalamnya, mulai dari cara kerja yang tidak aman, kondisi pekerja yang kurang baik,

pemahaman penggunaan alat, kesadaran pekerja, dan penggunaan alat pelindung diri

yang masih kurang. Seperti yang dilihat pada proses produksi di perusahaan PT.

Indostar Building Material, seluruh pekerja sudah menggunakan APD dengan tepat

seperti helm proyek, kecuali sarung tangan pelindung, masker, kaca mata pelindung

dan earplug yang dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Sesuai dengan

pasal 12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 mengatur tentang hak dan kewajiban

pekerja untuk memakai alat pelindung diri dan Permenaketrans Nomor

Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri yang mengatur bahwa manajemen

atau perusahaan wajib menyediakan APD dan menjelaskan penggunaan APD kepada

karyawan.

3.1.2 Tenaga Kerja

Berdasarkan UU RI no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pada Bab 5

pasal 9 menyebutkan tentang pembinaan yang wajib diberikan kepada pekerja

34
meliputi kondisi dan bahaya di tempat kerja, pengamanan, APD, dan cara aman

melakukan pekerjaan. Kemudian pada Bab VIII dituliskan tentang kewajiban dan hak

pekerja mengenai APD, syarat keselamatan dan kesehatan kerja, dan berhak

menyatakan keberatan apabila merasa ragu akan keselamatan dan kesehatannya.

Berdasarkan kedua Bab tersebut, dapat dilihat bahwa keselamatan di tempat kerja

merupakan tanggung jawab bersama baik dari pengurus maupun tenaga kerja.

Pada industri papan semen PT Indostar Building Material, terlihat bahwa

pengurus sudah memberikan edukasi mengenai tata cara penggunaan alat dan alat

pelindung diri. Namun melihat risiko yang ada seperti jari terjepit di mesin pengujian

bahan, inhalasi debu silika, trauma panas saat proses pengecekan sample, kaki

tertimpa papan semen saat memindahkan produk ke tahap pengemasan akhir, jatuh di

tangga saat membawa barang, postur tubuh saat duduk tidak ergonomis, serta adanya

gerakan repetitif dan cepat; sebaiknya diberikan tambahan APD berupa sarung tangan

dan masker, sepatu dengan pelindung, pengubahan anak tangga menjadi daratan

miring (ramp), kursi dengan sandaran.

3.1.3 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dibagi menjadi beberapa bagian antara lain lingkungan

fisik, lingkungan biologi, lingkungan kimia, lingkungan sosial-budaya dan

lingkungan ergonomi.

Lokasi pusat PT. Indostar Building Material terdapat di Jl. Rogonoto Timur

57B, Desa Taman Harjo, Singosari, Kabupaten Malang, Indonesia. Penyakit Akibat

Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor

risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat

35
kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok

dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja (Salawati, 2015).

Lingkungan biologi yang dapat berbahaya meliputi resiko penularan penyakit

yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan hewan-hewan lain. Seperti yang

telah dijelaskan diatas bahwa kesadaran akan penggunaan APD yang masih minim

juga merupakan faktor yang dapat mempercepat penularan penyakit. (Govindakutty

& Priyadarshan, 2018).

Posisi kerja selama proses produksi di pabrik ini tidak ergonomis, hal ini

dapat dilihat dari para pekerja yang kebanyakan melakukan aktivitasnya duduk terus

menerus. Apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus tentunya akan berakibat

buruk pada kondisi fisik para pekerja contoh seperti CRS ataupun LBP.

3.2 Kesehatan Kerja

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang di dunia, mempunyai kepentingan

terhadap masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal ini penting karena

dapat menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif dari setiap

pekerjaan. Salah satu dampak negatif adalah meningkatnya penyakit akibat kerja

(PAK) akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja

Penyakit infeksi:

1. Tinea Pedis

Berdasarkan video mengenai Industri Papan Semen PT. Indostrial Building

Material , terlihat bahwa pekerja menggunakan peralatan perlindungan diri

seperti sepatu pelindung, masker, dan pelindung mata. Yang hampir selalu

dipakai adalah peenggunaan sepatu boots atau sepatu tertutup. Sepatu tertutup

36
yang digunakan lama atau berjam-jam dapat menyebabkan kelembaban di

area kaki meningkat. Kelembapan yang meningkat inilah yang dapat menjadi

salah satu faktor risiko terjadinya Tineasis yang salah satunya adalah Tinea

Pedis.

Napitulu, et al. (2016) merekomendasikan untuk menjaga higienitas kaki

dengan membersihkan kaki seusai aktivitas, meletakkan sepatu di tempat yang

kering dan sejuk. Selain itu juga perlu diperhatikan untuk ventilasi ruangan

tempat bekerja disetting untuk menjadi ruangan yang sejuk dengan kapasitas

orang dan barang yang seimbang agar tidak meningkatkan kelembapan udara.

2. Covid-19

Berdasarkan video mengenai Industri Papan Semen PT. Indostrial

Building Material, terlihat bahwa di dalam lingkungan pabrik tidak

tersedianya sarana cuci tangan hal ini tentunya tidak sesuai dengan anjuran

pemerintah mengenai pencegahan covid-19 yang salah satunya dengan

mencuci tangan dengan sabun di saat pandemi.

Menurut ILO, 2020 terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

mencegah penularan COVID ditempat kerja yaitu jaga jarak minimal dengan

jarak 2 meter. Apabila hal tersebut susah diterapkan, maka hal yang dapat

dilakukan yaitu membatasi berapa banyak orang di area kerja, mengatur ruang

sehingga orang-orang yang berdampingan atau saling membelakangi

menggunakan layar sebagai penghalang fisik antar satu dengan lainnya. Selain

itu pengusaha / pemilik tempat kerja harus menyediakan tempat bagi orang

untuk mencuci tangan dan menyediakan pembersih tangan di tempat kerja,

37
tempat kerja harus menyediakan produk pembersih standar untuk tempat

kerja, penyesuaian alat pelindung diri (APD) berupa masker yang juga dapat

melindungi dari transmisi COVID-19. APD tambahan berupa kacamata atau

goggle dapat dipertimbangkan di area dengan frekuensi kontak yang sering

antar pekerja.

Ventilasi yang kurang baik dapat meningkatkan paparan debu pada

karyawan yang bekerja. COVID menular melalui droplet, dan droplet ini

dapat bertahan di udara selama periode yang beragam. Orang yang sehat dapat

meghasilkan aerosol dengan cara batuk dan berbicara, RNA virus SARS-

CoV-2 dapat ditularkan melalui aerosol dan dapat bertahan di udara selama

3-16 jam. Ventilasi yang baik dapat membantu mengurangi penularan

COVID-19 (Burro,2020).

Terdapat beberapa cara mencegah COVID di tempat kerja, seperti

menyediakan ventilasi yang mencukupi dan efektif, lebih baik lagi jika bisa

didukung dengan filtrasi partikel dan air disinfection, menghindari resirkulasi

udara dan menghindari overcrowding. Untuk ruang kerja tertutup harus

memiliki sistem tata udara dengan syarat peningkatan pertukaran udara bersih

dari luar hingga >20%-100%, Adanya perlakuan upaya desinfektasi udara

masuk (HEPA Filter/Ultra Violet Germicidal Irradiation/jenis lain) pada

saluran inlet sistem tata udara, Perawatan untuk filter sistem ventilasi

dilakukan lebh sering dan jika memungkinkan menggunakan deterjen dalam

pencuciannya. Dapat dibuatkan instruksi kerja untuk pelaksana di lapangan.

Adanya prosedur pembersihan (disinfeksi) permukaan benda–benda, terutama

38
yang digunakan bersama oleh banyak pekerja. WHO memberikan beberapa

saran yang bisa dilakukan seperti Memasasang filter udara dengan efisiensi

tinggi, Meningkatkan ventilasi pada lingkungan kerja, Memasang barrier fisik

seperti plastik bening sebagai penghalau bersin, Mendukung karyawan yang

sakit untuk istirahat di rumah.

Dari hasil penelitian dengan metode Discourse Network Analysis,

ditemukan kelompok-kelompok berisiko tinggi terinfeksi Virus Corona yaitu

antara lain kelompok lansia, penderita penyakit kronis, perokok dan penghisap

vape, jenis kelamin pria, dan orang bergolongan darah A (Borro,2022). Pada

industri ini, pegawai yang bekerja sebagian besar yaitu laki-laki dan perokok

dimana hal tersebut merupakan faktor risiko tinggi untuk terjangkitnya

COVID-19 sesuai dengan uraian diatas, hal ini juga diakibatkan karena

pekerja laki-laki lebih sering keluar rumah, selain itu perempuan lebih

terproteksi dari COVID 19 dibandingkan laki-laki karena memiliki kromosom

x dan hormon seks seperti progesteron yang memainkan peranan penting

dalam imunitas bawaan dan adaptif (Hidayani, 2020). Indonesia menjadikan

pelaksanaan vaksinasi COVID-19 sebagai bagian dari strategi

penanggulangan pandemi COVID-19, dimana pelaksanaan vaksinasi COVID-

19 ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari infeksi SARS-CoV-2 yang

dapat menyebabkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19. Jika cakupan

vaksinasi tinggi dan merata, maka diharapkan akan terbentuk kekebalan

kelompok sehingga dapat mengurangi penyebaran virus, memutus rantai

39
penularan dan pada gilirannya akan menghentikan wabah (Kemenkes

RI,2021).

3. Tuberkulosis

Berdasarkan video mengenai Industri Papan Semen PT. Indostrial

Building Material, tampak bahwa pekerja pabrik tidak menggunakan masker

maupun sarung tangan dan tidak terlihat adanya hand sanitizer maupun

wastafel yang cukup untuk mencuci tangan. Masker sendiri penting untuk

digunakan sebagai proteksi, Masker mampu melindungi pekerja dari resiko

droplet yang merupakan partikel kecil berdiameter 1 sampai 5 μm dapat

menampung 1-5 basilli, dan bersifat sangat infeksius, dan dapat bertahan di

dalam udara sampai 4 jam. Hal tersebut merupakan faktor resiko terjadinya

penularan tuberkulosis paru dimana indonesia memiliki peringkat tertinggi

ketiga di dunia terkait angka kejadian tuberkulosis. Penyuluhan tentang faktor

resiko yang bisa meningkatkan insidensi tuberkulosis pada pekerja perlu

dilakukan secara rutin agar petugas kesehatan tetap waspada terhadap infeksi

tuberculosis. Pencegahan yang dapat dilakukan oleh pekerja antara lain

menggunakan alat pelindung diri dengan baik seperti masker, menerapkan

etika batuk, serta membudayakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

dengan menambah tempat hand sanitizer atau wastafel untuk mencuci tangan.

Faktor malnutrisi juga turut berperan meningkatkan resiko terjadinya

tuberculosis. Meskipun mekanismenya belum jelas, diduga karena gangguan

pada sistem imun. Sehingga, ada baiknya jika rutin dilakukan pemeriksaan

40
rutin (general check up) secara berkala bagi para pekerja sebagai upaya

pencegahan dan deteksi dini serta adanya upaya pemenuhan nutrisi para

pekerja melalui fasilitas yang memadai (Bloom,2017).

Penyakit non infeksi :

1. Asma terkait pekerjaan

Asma merupakan penyakit saluran napas kronik yang ditandai dengan

mengi (wheezing), batuk, dan sesak napas. Banyak pajanan yang dapat

memicu timbulnya asma, salah satunya adalah pajanan di tempat kerja. Asma

terkait pekerjaan (work-related asthma) merupakan asma yang disebabkan

atau dipicu oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan. Asma

terkait pekerjaan meliputi asma kerja (occupational asthma) dan asma yang

diperburuk oleh faktor pekerjaan (work-exacerbated asthma) (Mazurek,

2016). Sebanyak 37,5% tenaga kesehatan dengan asma terkait pekerjaan

mengalami asma yang diperburuk oleh pajanan di tempat kerja (White, 2013).

Secara umum asma kerja diklasifikasikan menjadi sensitizer-induced

occupational asthma dan irritant-induced occupational asthma. Sensitizer

induced occupational asthma atau disebut pula dengan allergic occupational

asthma merupakan asma kerja yang disebabkan oleh sensitisasi alergen yang

terdapat di lingkungan kerja, dengan gambaran klinis yang tampak dalam

periode laten setelah mengalami pajanan dan sensitisasi oleh agen penyebab.

Agen-agen penyebab tersebut dapat meliputi sebagian besar oleh agen high

molecular weight (HMW) dan low molecular weight (LMW) dengan

mekanisme yang diperantarai oleh Imunoglobulin E (IgE). Sensitizer-induced

41
occupational asthma merupakan asma kerja yang paling sering terjadi,

diperkirakan sebesar 90% kasus dari seluruh kejadian asma kerja.

Irritantinduced occupational asthma disebut juga dengan non-allergic

occupational asthma merupakan asma kerja yang terjadi akibat pajanan bahan

yang bersifat iritan terhadap saluran napas, tanpa terdapat sensitisasi bahan

tertentu (Tarlo, 2017).

Tatalaksana yang dapat dilakukan agar asma kerja tidak terjadi ialah

dengan menghindari bahan pemicu asma dan menggantinya dengan bahan lain

untuk menghilangkan risiko asma yang muncul. Bila substitusi tidak mungkin

dilakukan, dapat dilakukan perbaikan ventilasi di tempat kerja, perubahan

proses kerja, atau memindahkan pekerja tersebut ke lokasi atau fungsi tugas

yang berbeda. Tatalaksana pasien yang menderita asma terkait dengan

pekerjaan bergantung pada jenisnya masing-masing baik pada sensitizer-

induced OA, irritant-induced OA atau asma yang diperberat akibat kerja

(Mapp CE, 2020).

2. NIHL

Gangguan pendengaran akibat bising, atau gangguan pendengaran

akibat kerja (occupational deafness/noise induced hearing loss) adalah

hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat

permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising

terus menerus di lingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri,

semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan

kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan

42
pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut. Gejala yang dapat

ditemukan pada NIHL antara lain tinitius (telinga berdenging) , susah

menangkap percakapan, penurunan pendengaran. Selain pengaruh terhadap

pendengaran (auditory), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh

non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan

konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan

pendengaran yang terjadi (Mayasari, 2021).

Berdasarkan video Industri papan semen PT. Indostar Building

Material tampak pekerja, tidak menggunakan APD seperti ear plug. Hal

tersebut, sesuai dengan lama jam bekerja apabila terpapar terus maka akan

menimbulkan gangguan pendengaran. Noise-induced hearing loss (NIHL)

merupakan diagnosis kehilangan pendengaran kedua tersering setelah

presbikusis. Di Amerika Serikat, sekitar 10% atau 22 juta individu dewasa

berusia 20–69 tahun mengalami kehilangan pendengaran permanen akibat

paparan suara bising di tempat kerja atau secara personal (Septiana , 2017).

Upaya promotif dan pencegahan yang bisa dilakukan yaitu

mengedukasi mengenai pentingnya APD (earplugs dan earmuff)

dan..penggunaan APD yang benar kepada pekerja..melalui poster, penyuluhan

dan pengawasan, Pemakaian alat..pelindung diri..sangat mempengaruhi

insiden..NIHL. Alat pelindung pendengaran..dibedakan berdasarkan

penggunaannya. Sumbat telinga (ear plug) dan..sarung telinga (ear muff). ear

plug/mold..dapat meredam suara bising..sebesar 30-40 dB kemudian Ear

43
muff/valve..dapat menutup sendiri bila ada..suara yang keras dan..membuka

sendiri bila suara kurang keras (Septiana, 2017).

3. Low Back Pain (LBP)

Low back pain adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di

punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk

suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area

anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri

punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang

mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat

terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan dan

profesi (Andini, 2015).

Low Back Pain diidentifikasi sebagai salah satu dari tiga besar

masalah kesehatan dan keselamatan kerja oleh World Health Organization

(WHO) regional Amerika pada tahun 2001 (Afia, 2018). Low back pain dapat

disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan

mobilisasi yang salah. Terdapat beberapa faktor risiko penting yang terkait

dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10

tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita

musculoskeletal disorder. Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya

gangguan LBP meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh

(IMT), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja dan berat

beban kerja (Andini, 2015).

44
Berat beban yang diangkat, frekuensi angkat serta cara atau teknik

mengangkat beban sering dapat mempengaruhi kesehatan pekerja berupa

kecelakaan kerja ataupun timbulnya nyeri atau cedera pada punggung.

Sebanyak 90% kasus LBP bukan disebabkan oleh kelainan organik,

melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pekerjaan mengangkat

menjadi penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan 80% kasus (Andini,

2015).

Berdasarkan video, para pekerja industri papan semen PT. Indostar

Board memiliki faktor-faktor risiko terjadinya LBP, diantaranya faktor

ergonomi dan sarana kerja. Prevalensi nyeri punggung bawah

diperkirakan >70% di negara industri dengan prevalensi rata-rata pertahun

sekitar 15%-45% (Rahmawati, 2021). Posisi pekerja yang tidak ergonomis

berhubungan dengan ketidaknyamanan pekerja saat bekerja, dan jika

diabaikan, lama-kelamaan dapat menambah kerusakan pada tubuh pekerja

seperti LBP. Pada pekerja PT. Indostar Board, terdapat faktor ergonomi yang

mempengaruhi terjadinya LBP seperti; terlalu lama diam dalam 1 posisi

sehingga dapat menyebabkan kontraksi otot dan kelelahan, posisi pekerja

yang cenderung membungkuk dan kepala menunduk karena posisi meja yang

tidak sesuai tinggi badan serta tanpa sandaran kursi. Pencegahan yang dapat

dilakukan oleh pekerja dengan bekerja dengan posisi ergonomis dan

memberikan jeda waktu 30 menit untuk olahraga ringan yang mudah

dikerjkan dalam ruangan bermanfaat mencegah penyakit muskuloskeletal

(Winata, 2014).

45
3.3 Rekomendasi (Strategi Pengendalian Komprehensif)

3.3.1 Keselamatan Kerja

a. Proses Produksi

Masalah yang ditemukan:

- Terdapat beberapa masalah seperti getaran, bising, zat dari bahan pasir

silika, dan asbes

- Selama proses produksi hanya beberapa karyawan saja yang

menggunakan APD dengan lengkap seperti pelindung telinga, masker,

dan helm

- Beberapa posisi masih belum ergonomi dalam pemindahan barang

Solusi :

- Pelatihan rutin para karyawan mengenai K3

- Menggunakan APD sesuai standart seperti masker dan kacamat dibagian

tertentu yang memerlukan perlindungan khusus

- Menerapkan sistem punishment dan reward untuk meningkatkan kesadaran

para keryawan dalam mentaati penggunaan APD

- Mengganti beberapa sarana yang belum ergonomis yaitu seperti mengganti

kursi yang mempunyai sandaran punggung dan pijakan kaki yang didasari

juga dengan pelatihan karyawan mengenai bagaimana posisi duduk yang

ergonomis

b. Lingkungan Kerja

Masalah yang ditemukan:

46
- Iklim kerja yang panas

- Sanitasi

Solusi:

- Penyediaan pengukur suhu ruangan di beberapa ruang

- Perbaikan beberapa infrastuktur bangunan agar didapatkan ventilasi

yang cukup dan lebar, dapat pula dilakukan pemasangan exhauster

dan blower agar sirkulasi udara berjalan

c. Kondisi Karyawan

Masalah yang ditemukan:

- Karena bahan dasar dari pasir silika kemungkinan terjadi penyakit

yang diderita yaitu ISPA akibat bahat tersebut memiliki partikel kecil,

dan lembut jika penggunaan APD oleh para karyawan yang tidak

sesuai dengan standart

Solusi:

- Perlunya promosi kesehatan kepada karyawan mengenai pentingnya

penggunaan APD dengan benar dan masalah yang dapat timbul bila

tidak menggunakan APD

- Melakukan medical check up secara berkala, untuk menskrining

penyakit yang timbul akibat tidak menggunakan APD dengan benar.

d. Kebijakan Managemen

Masalah yang ditemukan:

- Tidak adanya program promosi kesehatan kepada para karyawan

mengenai keselamatan kerja

47
- Belum adanya skrining mengenai gizi terhadap pekerja agar

mengetahui mana saja pekerja yang sudah memenuhi kebutuhan gizi

maupun tidak

- Tidak ditemukan kebijakan mengenai pengendalian risiko kecelakaan

kerja dengan merubah lingkungan kerja, peralatan atau proses untuk

melindungi pekerja

- Tidak ditemukan kebijakan pemakaian APD oleh seluruh karyawan

pada pabrik tersebut

Solusi:

- Penyediaan ahli gizi khusus karyawan agar kebutuhan gizi tiap

karyawan tercukupi yang akan ber imbas terhadap produktifitas kerja

- Penyuluhan untuk upaya promosi berupa edukasi mengenai resiko

kecelakaan kerja yang dapat terjadi serta pencegahannya

- Melakukan inspeksi berkala pada alat alat perusahaan sehingga risiko

kecelakaan kerja dapat dikendalikan

3.3.2 Kesehatan Kerja

a. Proses kerja

Masalah yang ditemukan:

- Tidak semua pekerja menggunakan masker, sehingga dapat

memudahkan penularan Covid-19 dan Tuberculosis secara droplet

- Jarak pekerja yang berdekatan dapat memudahkan penyebaran Covid-

19 atau TB secara droplet, serta kontak kulit antar pekerja yang

terinfeksi tinea

48
Solusi

- Membatasi jarak antara pekerja

- Menyediakan masker bagi karyawan, melakukan kontrol berkala

mengenai penggunaan masker

- Mengganti kursi pekerja yang ergonomis

b. Lingkungan Kerja

Masalah yang ditemukan:

- Jarak meja antar pekerja pabrik yang berdekatan

- Iklim kerja yang panas

Solusi:

- membatasi jarak antar pekerja agar mencegah penularan Covid-19

maupun penyakit menular lainnya

- penyediaan masker bagi karyawan

- menempel alat pengukur suhu ruangan, menyediakan air minum galon

untuk pekerja agar terhindar dari dehidrasi

c. Kondisi Karyawan

Masalah yang ditemukan:

- Pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

- Tidak tersedianya makanan yang bergizi pada jam istirahat pekerja

Solusi:

- perlunya promosi kesehatan kepada karyawan mengenai pentingnya

penggunaan APD dengan benar dan masalah yang dapat timbul bila

tidak menggunakan APD

49
- melakukan medical check up secara berkala, untuk menskrining

penyakit yang timbul akibat tidak menggunakan APD dengan benar.

- Perlunya memberikan pekerja makanan yang bergizi di jam istirahat

pekerja untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan gizi pekerja sehingga

meningkatkan imunitas pekerja, hal ini juga dapat meningkatkan

produktivitas pekerja.

d. Kebijakan Manajemen:

Masalah yang ditemukan:

1. Pekerja di bagian tertentu tidak memakai APD sesuai standar

2. Program promosi kesehatan terhadap para pekerja perlu dilakukan

3. Program pemeriksaan kesehatan rutin pada pekerja perlu dilakukan

Solusi:

 Membuat SOP penggunaan APD sesuai standar pada masing masing

bagian, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya.

 Melakukan upaya promotif tentang penyakit akibat kerja yang

mungkin terjadi serta faktor risikonya.

 Pemeriksaan kesehatan (general check up) rutin pada semua pekerja

sebagai upaya preventif terhadap terjadinya gangguan

kesehatan/penyakit akibat kerja.

50
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis K3 melalui video terhadap beberapa aspek yang telah

dilaksanakan oleh PT. Indostar Building Material mulai dari proses produksi

meliputi banyak kegiatan, mulai dari uji incoming material, proses penggilingan

dengan bahan baku pasir silica, pengambilan sampel parameter produksi, proses

pencetakan papan semen, dan proses barang jadi serta uji bending strength,

bahwa perusahaan sudah melakukan beberapa upaya K3 cukup baik.

Pada industri papan semen PT Indostar Building Material, terlihat bahwa

pengurus sudah memberikan edukasi mengenai tata cara penggunaan alat dan

alat pelindung diri. Namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti

pengadaan APD sesuai standart, perbaikan faktor ergonomi, sarana, pelaksanaan

protokol kesehatan, pelatihan rutin K3, pemeriksaan kesehatan berkala,

penggunaan alat pengukur suhu ruangan, perbaikan gizi karyawan, serta

perbaikan beberapa infrastuktur bangunan

4.2 Saran

● Perbaikan faktor ergonomi meliputi; perbaikan sarana kerja seperti mengganti

kursi yang mempunyai sandaran punggung dan pijakan kaki yang didasari

juga dengan pelatihan karyawan mengenai bagaimana posisi duduk yang

ergonomis

● Melengkapi penyediaan APD (masker, kaca mata, sarung tangan, dan lainnya)

sesuai standart dan sesuai jumlah karyawan

51
● Melakukan upaya promosi kesehatan kepada karyawan mengenai pentingnya

penggunaan APD dengan benar dan masalah yang dapat timbul bila tidak

menggunakan APD. Membuat SOP penggunaan APD sesuai standar pada

masing masing bagian, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya.

● Melakukan inspeksi berkala pada alat alat perusahaan sehingga risiko

kecelakaan kerja dapat dikendalikan

● Melakukan upaya promotif tentang penyakit akibat kerja yang mungkin

terjadi serta faktor risikonya.

● Pemeriksaan kesehatan (general check up) rutin pada semua pekerja sebagai

upaya preventif terhadap terjadinya gangguan kesehatan/penyakit akibat kerja.

● Perlunya memberikan pekerja makanan yang bergizi di jam istirahat pekerja

untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan gizi pekerja sehingga meningkatkan

imunitas pekerja, hal ini juga dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

● Menempel alat pengukur suhu ruangan, menyediakan air minum galon untuk

pekerja agar terhindar dari dehidrasi

● Perbaikan beberapa infrastuktur bangunan agar didapatkan ventilasi yang

cukup dan lebar, dapat pula dilakukan pemasangan exhauster dan blower agar

sirkulasi udara berjalan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Alves, A. M. S., Gonçalves Filho, C., Santos, N. M., & Souki, G. Q. (2020). Factors

influencing occupational accidents: a multidimensional analysis in the

electricity sector. Gestão & Produção, 27(2), e4609.

https://doi.org/10.1590/0104-530X4609-20

Basuki, jenie , fikri. 2015. Faktor Prediktor Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

CDC. (2020, Desember 7). Show me the Science - How to wash your hands.

Centers for Disease Control and Prevention.

https://www.cdc.gov/handwashing/show-me-the-sciencehandwashing.html

Fanny S. Farhan*, Aisyah A. Kamrasyid, 2018, Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Timbulnya Carpal Tunnel Syndrome, Jurnal Manajemen

Kesehatan Yayasan RS.Dr.Soetomo Vol.4 No.2 Oktober2018 : 84-97.

Firdayanti, F. , Al Kautzar, A. M.*, Taherong, F. ,Andryani, A. Y., Saleha, S. & A.

Dian Diarfah. (2020). Pencegahan Covid-19 melalui pembagian masker di

Kelurahan Romang Polong Kabupaten Gowa. Jurnal Abdimas Kesehatan

Perintis 2 (1) 53-57.

Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun

2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan

Indonesia.

53
Kemenkes. 2020. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020-

2024 . Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kristini, T. W., Rana, H,. 2020. Potensi Penularan Tuberculosis Paru pada Anggota

Keluarga Penderita. The Indonesian Journal of Public Health. Vol 5 No 1.

Pp.24-28.

Martin, D. M. M., Corso, C., Fuentes, C., Aparicio, M. V. A., & Sabbagh, L. C.

(2020). Use of a new face shield for patients of the endoscopy unit to avoid

aerosol exchange in the COVID-19 era. VideoGIE, 5(1), 522-524. 2020 Nov;

5(11): 522–524. https://doi.org/10.1016/j.vgie.2020.05.033

Mentari EW. 2019. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian

Low Back Pain pada Pegawai PT X di Pekan Baru. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Trisakti

Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 di Tempat Kerja. Jakarta: ILO

2020.

Pitaloka, W., Nur, S,. 2020. Penerapan Empat Pilar Program Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Tuberkulosis Paru. Higeia Journal of Public Health

Research and Development. Vol 4 No 1. Pp. 133-145.

Pradana, A. A., Casman, Nur’aini. (2020). PENGARUH KEBIJAKAN SOCIAL

DISTANCING PADA WABAH COVID-19 TERHADAP KELOMPOK

54
RENTAN DI INDONESIA. JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN

INDONESIA : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020.

Putri MN, Burmana F, Nusadewiarti A. 2017. Penatalaksanaan dan pencegahan tinea

korporis pada pasien wanita dan anggota keluarga. J Agromed Unila. Vol 4:1.

Rahmawati A. 2021. Risk Factor of Low Back Pain. Jurnal Medika Hutama. Vol 03

(01).

Salawati, L. 2014. CARPAL TUNNEL SYNDROME. JURNAL KEDOKTERAN


SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 1 April. Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh

Saputra, M. R., Nunung, H,. 2021. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan
Kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas, Studi Literature Review. Borneo
Student Research. Vol 2 No 3. Pp. 1772-1780.

Siregar. 2005. Atlas Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penerbit kedokteran EGC.
Surabaya

Sufi yanto, S., Yuniarti, S., & Andrijono, D. (2020). Sosialisasi dan edukasi penilaian

mandiri terhadap risiko penularan COVID-19 melalui InaRISK Personal.

Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang, 5(3),

209-219. https://doi.org/10.26905/abdimas.v5i3.5004

Widyasari BK, Ahmad A, Budiman F. 2014. Hubungan Faktor Indovidu dan

Faktor Risiko Ergonomi dengan Keluhan Low Back Pain (LBP)

pada Penjahit Sektor Usaha Informal CV. Wahyu Langgeng Jakarta

Tahun 2014. Jurnal Inohim. 2(2): 90-99.

55
Wijayanti, D. M. 2013. Belenggu Kemiskinan Buruh Perempuan Pabrik Rokok.

Jurnal Komunitas. Volume 2 No 2. PP 84-93.

Winata, SD. 2014. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah

dari Sudut Pandang Okupasi. Jurnal Kedokteran Meditek. 20 (54):20-27.

World Health Organization. 2013. Low Back Pain. Priority Medicines for

Europe and the World. 81: 671-6.

56

Anda mungkin juga menyukai