Makalah Pak Haryanto
Makalah Pak Haryanto
Disusun Oleh :
Chafidhotun Nafisah : 1317.31.1.22
Tri Anom Pujiono :
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan
Yang Diampu Oleh Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag.
Pada Program Studi Magister Pendidikan Islam
1
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 187
1
pengaruh yang baik dalam jiwa manusia secara umum. Dalam jiwa anak-anak lebih
besar pengaruh dan dampaknya. Hadiah yang dimaksud disini adalah penghargaan
yang berbentuk materil.
Lain halnya dengan punishment, punishment dalam pendidikan Islam adalah
sebagai tuntunan dan perbaikan, bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Oleh
karena itu juru didik Islam mempelajari dulu tabiat anak dan sifatnya sebelum diberi
hukuman, bahkan mengajak supaya si anak tersebut turut serta dalam memperbaiki
kesalahan yang dilakukannya. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan
dapat dilupakan setelah ia turut memperbaiki.2
Siasat pendidikan Islam mengenai masalah hukuman terhadap anak ada
beberapa kriteria dan syarat. Salah satu syaratnya adalah sebelum berumur sepuluh
tahun seorang anak tidak boleh dipukul ketika meninggalkan shalat. Artinya
penghukum tidak boleh menghukum terlalu keras, dan harus mengetahui sebab dari
hukuman tersebut untuk perbaikan terhadap anak.
Berdasarkan hal inilah, kajian terhadap konsep reward dan punishment sangat
diperlukan untuk lebih memberikan pemahaman kepada anak. Dan agar orang tua
serta pendidik dapat menggunakan dua metode tersebut secara bijak dalam progses
pembelajaran yang kondusif serta menyenangkan sebagaimana yang sudah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. baik melalui Alquran maupun al-Hadist.
2
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993),
h. 153.
2
B. Definisi Reward dan Punishment
Setiap peserta didik memiliki potensi untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai
dengan fungsinya. Namun dalam prosesnya peserta didik terkadang kehilangan fokus
mereka dalam belajar. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengembalikan
fokus mereka ialah dengan cara memberikan reward dan punisment kepada peserta
didik.
Seorang pendidik selain memiliki fungsi pengajar dan pendidik, ia juga
memiliki fungsi pemberi motivasi kepada peserta didiknya. . Pemberian motivasi ini
biasa dilakukan guru dengan metode mubasyyiran wa nadziran (pemberi kabar
gembira dan pemberi peringatan). Banyak sekali metode yang dapat diterapkan oleh
pendidik dalam memberi penguatan positif terhadap peserta didik. Salah satunya ialah
metode reward dan punishment. Reward dan punishment sering digunakan oleh guru
untuk memperkuat perilaku positif yang diterapkan dalam pendidikan khususnya
dalam pembelajaran. Seperti yang dikutip oleh Wasty Soemanto menurut teori S-R
Bond yang menyatakan bahwa reward dan punishment dapat digunakan untuk
memperkuat respon positif atau respon negatif.3 Respon positif bertujuan agar tingkah
laku seseorang yang sudah baik akan berulang atau tambah. Sedangkan respon yang
negatif bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik akan berkurang atau bahkan
hilang. Anak perlu diberi harapan-harapan positif melalui hadiah, janji, penghargaan,
agar mereka bersemangat untuk mengejar hadiah tersebut. Dipancing dengan
tantangan tertentu untuk menciptakan persaingan sehingga semua tertarik berlomba
dan bekerja mengejar target yang dijanjikan. Sebaliknya bagi yang malas, telat dan
tidak serius akan dikenakan sanksi agar mereka dapat belajar secara positif dari apa
yang kurang baik.
Hadiah dalam Bahasa Inggrisnya yaitu „Reward‟ yang artinya ganjaran, upah,
atau memberikan penghargaan.4 Menurut kamus Psikologi, hadiah adalah suatu alat
perangsang, situasi, pernyataan lisan yang bisa menghasilkan kepuasan atau
menambah kemungkinan suatu perbuatan yang telah dipelajari.5
Dalam pandangan Islam atau Bahasa Arab, hadiah diistilahkan dengan Sawad
yang artinya pahala, upah dan balasan. Abdurrahman Saleh Abdullah menyamakan
arti reward dengan sawad yang didapat oleh seseorang karena perbuatan baiknya,
3
Wasty Soemanti, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2012), h.123
4
Samsul Nizar dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), h. 84-89
5
Echols, dan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, h.2014
3
baik didapatkan di dunia maupun nanti di akhir. Hal ini bisa dilihat dalam Al-quran
surah Ali Imran ayat 148.
Reward merupakan salah satu cara guru dalam mengapresiasi siswa atas
perbuatannya yang patut dipuji. Menurut Mulyasa, reward adalah respon terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembalinya
tingkah laku tersebut.6 Suharsimi Arikonto mengatakan bahwa reward merupakan
suatu yang disenangi dan digemari oleh anak-anak yang diberikan kepada siapa yang
dapat memenuhi harapan, yakni mencapai tujuan yang ditentukan atau bahkan mampu
melebihinya.7 Sedangkan menurut Nugroho, reward adalah ganjaran, hadiah,
penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat usahanya
untuk memperbaiki atau yang telah dicapai.8
6
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), h.77
7
Suharsimi Arikonto, Manajemen pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.160
8
Bambang Nugroho, Reward dan Punishment, (Bulletin Cipta Kerja Departemen Pekerjaan, 2006),
h.5
4
menurunkan tingkah laku yang berpengaruh dalam mengubah perilaku seseorang. 9
Selain itu menurut Malik Fadjar, punishment adalah alat pendidikan yang
mengakibatkan penderitaan bagi siswa yang dihukum yang mengandung motivasi
sehingga siswa yang bersangkutan berusaha untuk selalu memenuhi tugas-tugas
belajarnya agar terhindar dari hukuman. 10
Adapun tujuan pelaksanaan metode reward adalah untuk mendidik siswa agar
memiliki rasa senang dan sifat yang bersemangat dalam belajar, selain itu penerapan
punishment dilakukan agar siswa tidak melanggar peraturan dimana pelanggaran
tersebut bisa saja menjadi penghambat bagi siswa itu sendiri. Menurut Wahyudin, ada
beberapa tujuan reward and punishment yaitu:
9
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, TeoriBelajar dan pembelajaran, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media,
2010), h.74
10
Malik Fadjar, Holistika pemikiran pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2005), h.202
11
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 2020)
5
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن النَّبِ ِّي َع ْن َج ِّد ِه َع ْن َأبِي ِه َع ْن َع ْم ِرو ْب ِن
َ
ف ِديَ ِة ْال ُح ِّر
ُ ْال ِديَةُ ْال ُم َعا ِه ِد ِنص
َ َال َأبُو َدا ُو قَ َب ُْن َر َواهُ ُأ َسا َمةُ دق
ُب ِم ْثلَه
ٍ ث َع ْن َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي ِ َز ْي ٍد اللَّ ْيثِ ُّي َو َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن ب ُْن ْال َح
•ِ ار
Artinya :
Artinya :
6
Artinya :
7
Imam Nawawi berkata, “Para ahli bahasa mengatakan bahwa takdir Allah
wajib diimani seluruhnya, baik takdir mengenai nasib yang baik maupun nasib
yang buruk, manis dan pahitnya, manfaat dan bahayanya. Madzhab yang benar
adalah menyatakan akan kebenaran adanya takdir serta wajibnya beriman
terhadap semua itu. Teks-teks Al-Qur‟an dan hadits yang populer menyatakan
8
kebenarannya dan masih banyak lagi dalil-dalil yang tak terhitung. Sebagian
besar ulama menyatakan kebenaran takdir ini dalam beberapa karya mereka
dengan baik. Semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik pahala.
Oleh karena itu, ketika seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib r.a,
„Ceritakanlah kepadaku tentang takdir!‟ Ia pun menjawab,„Jalan gelap yang
tidak bisa ditempuh.‟ Sang penanya mengulangi lagi pertanyaannya, dan ia
menjawab, „Samudra dalam yang tidak bisa ditempuh.‟ Sang penanya
mengulangi sekali lagi, dan ia lalu menjawab, „Rahasia Allah yang
disembunyikan kepadamu, maka janganlah engkau menyelidikinya‟.”12
Masalah tentang Qadar adalah urusan Allah SWT., dalam hadis tersebut
dikatakan bahwa binasanya (punishment) orang-orang terdahulu salah satunya
adalah karena perselisihan terkait masalah Qadar tersebut. (Wallahu a‟lam
bishawab)
Artinya :
Telah mengabarkan kepada kami Jarir, dari Yazid ibnu abi Ziyad dari Abdullah
ibnu Harits berkata :“Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah,
Ubaidillah, dan anak-anak paman Beliau, Al-Abbas. Kemudian, Beliau berkata:
“Barangsiapa paling dahulu sampai kepadaku, maka ia akan mendapatkan ini
12
Tuhfatul ahwadzu, juz VI, hal. 278
9
dan itu.” Abdullah berkata; Lalu mereka saling berlomba untuk sampai kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga diantara mereka ada yang
menyentuh dada beliau dan ada juga yang menyentuh punggung beliau.
Kemudian beliau menciumi mereka dan memeluk mereka.” (HR. Ahmad: 1739).
Dalam hadis ini sarat dengan pesan penting untuk memancing persaingan,
dan kerja keras. Seperti yang terdapat dalam redaksi ه
“Barang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, akan mendapatkan ini dan
itu.” Dalam hadis ini mengajarkan tentang reward atau hadiah seperti apa yang akan
didapat apabila lebih dahulu sampai kepada Rasulullah saw. Kita dapat menerapkan
hadis ini dalam kehidupan kita, apalagi saat kita menjadi seorang pendidik kelak. Kita
dapat memberikan mereka reward seperti pujian apabila merka melakukan sesuatu
yang baik agar anak tersebut lebih bersemangat dalam menjalankan pelajarannya. Tapi
jangan sampai pujian kita menabalkan sifatnya.
a) Kelebihan
1. Memacu siswa untuk berkompetisi
2. Memotivasi belajar siswa agar dapat berkembang secara maksimal
3. Meningkatkan ikatan emosional antara peserta didik dengan guru sehingga
berkembang secara optimal. Dengan kata lain, kesenjangan pengetahuan yang
dimiliki guru dan siswa dapat diperkecil karena adanya interaksi komunikasi
aktif antara siswa dengan guru.
4. Bersifat mudah dan menyenangkan, baik bagi guru maupun siswa.
5. Bagi siswa yang malas belajar menjadi terpacu untuk ikut berkompetisi.
Setidaknya, motivasi belajar siswa pemalas dapat dikurangi karena adanya
unsur ancaman mendapat hukuman jika tidak mau belajar.13
13
Dewi Yana, Hajidin, Itan Syafiah, Pemberian Reward dan Punishment Sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Siswa Kelas V di SDN 15 Lhokseumawe, Vol. 1, No. 2, Oktober 2016 (Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar), hal 244-245
10
b) Kekurangan
2. Terkadang dapat menjadi beban psikologis tersendiri bagi siswa pemalas dan
memiliki mental lemah. Lebih khusus lagi, bagi siswa yang tidak memiliki
rasa percaya diri yang cukup untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki.
3. Pada umumnya metode reward bersifat terfokus pada siswa yang aktif, cerdas,
dan komunikatif dibandingkan dengan siswa-siswi biasa. Bahkan, kadangkala
siswa yang rajin belajar tetapi kurang komunikatif sering kali juga
terabaikan.14
14
Ibid., h. 244-245
11
E. Penutup
12
DAFTAR BACAAN
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. TeoriBelajar dan pembelajaran. Yogyakarta: ar-Ruzz
Media. 2010
Hamdani, Ihsan dan Ihsan Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2001.
Nizar, Samsul dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, Jakarta : Kalam Mulia, 2011.
Nugroho, Bambang. Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Kerja Departemen Pekerjaan.
2006
Dewi Yana, dkk. 2016. Pemberian Reward dan Punishment Sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Siswa Kelas V di SDN 15 Lhokseumawe. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. 1(2) : 244-245
13