Anda di halaman 1dari 14

KEPUASAN PELANGGAN

Disusun Oleh :
Chafidhotun Nafisah : 1317.31.1.22
Tri Anom Pujiono :

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan
Yang Diampu Oleh Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag.
Pada Program Studi Magister Pendidikan Islam

PASCA SARJANA UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)


JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN 2023
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha untuk membentuk suatu kepribadian dengan
menggunakan metode yang benar. Pendidikan yang halus, lembut dan menyentuh
perasaan sering kali berhasil dalam mendidik anak-anak untuk jujur, suci dan lurus.
Tetapi pendidikan yang terlampau halus, terlampau lembut dan terlampau menyentuh
perasaan akan sangat berpengaruh jelek, karena membuat jiwa anak tidak stabil.
Konsep tujuan pendidikan menurut Umar Muhammad At-Taumi As-Shaibani
adalah adanya suatu perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan, baik
tingkah laku dalam kehidupan pribadi, masyarakat, alam sekitar maupun pada proses
pendidikan serta pengajaran itu sendiri. Berdasarkan konsep ini, pendidikan
dipandang tidak berhasil atau tidak mencapai tujuan apabila tidak ada perubahan pada
anak didik setelah menyelesaikan suatu program pendidikan.
Ada berbagai macam metode pendidikan saat ini. Banyaknya metode tersebut
membuat para orang tua dan pendidik dapat menerapkannya dalam setiap aspek
kehidupan anak, baik dari segi akal maupun kejiwaan. Karena dengan penerapan
metode yang tepat dapat menerangi jalan mereka, mempersembahkan berbagai solusi
untuk permasalahan-permasalahan yang ada, serta membangun kepribadian dan
pembentukan sesuai dengan metode tersebut.
Adapun konsep reward dan punishment merupakan salah satu metode yang
dapat digunakan untuk memperkuat perilaku positif dan melemahkan perilaku negatif.
Dalam teori pembelajaran behavioristik, reward dan punishment juga dapat digunakan
untuk memperkuat dan melemahkan respon positif atau respon negatif (menurut teori
S.R Bond), hukuman dapat menimbulkan respon negatif dan hadiah dapat
menimbulkan respon positif.1
Reward merupakan pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional edukatif
anak didik yang berprestasi. Reward sebagai metode pembelajaran akan sangat ideal
dan strategis bila digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip belajar untuk merangsang
belajar dalam kerangka mengembangkan potensi anak didik. Para orang tua dan
pendidik hendaknya menguasai metode ini secara benar agar tidak berimplikasi buruk
pada anak didik. Dalam dunia pendidikan, reward diarahkan pada sebuah
penghargaan terhadap anak yang dapat meraih prestasi sehingga reward tersebut bisa
memberikan motivasi untuk lebih baik lagi. Selain itu, Reward juga memiliki

1
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 187

1
pengaruh yang baik dalam jiwa manusia secara umum. Dalam jiwa anak-anak lebih
besar pengaruh dan dampaknya. Hadiah yang dimaksud disini adalah penghargaan
yang berbentuk materil.
Lain halnya dengan punishment, punishment dalam pendidikan Islam adalah
sebagai tuntunan dan perbaikan, bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Oleh
karena itu juru didik Islam mempelajari dulu tabiat anak dan sifatnya sebelum diberi
hukuman, bahkan mengajak supaya si anak tersebut turut serta dalam memperbaiki
kesalahan yang dilakukannya. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan
dapat dilupakan setelah ia turut memperbaiki.2
Siasat pendidikan Islam mengenai masalah hukuman terhadap anak ada
beberapa kriteria dan syarat. Salah satu syaratnya adalah sebelum berumur sepuluh
tahun seorang anak tidak boleh dipukul ketika meninggalkan shalat. Artinya
penghukum tidak boleh menghukum terlalu keras, dan harus mengetahui sebab dari
hukuman tersebut untuk perbaikan terhadap anak.
Berdasarkan hal inilah, kajian terhadap konsep reward dan punishment sangat
diperlukan untuk lebih memberikan pemahaman kepada anak. Dan agar orang tua
serta pendidik dapat menggunakan dua metode tersebut secara bijak dalam progses
pembelajaran yang kondusif serta menyenangkan sebagaimana yang sudah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. baik melalui Alquran maupun al-Hadist.

2
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993),
h. 153.

2
B. Definisi Reward dan Punishment
Setiap peserta didik memiliki potensi untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai
dengan fungsinya. Namun dalam prosesnya peserta didik terkadang kehilangan fokus
mereka dalam belajar. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengembalikan
fokus mereka ialah dengan cara memberikan reward dan punisment kepada peserta
didik.
Seorang pendidik selain memiliki fungsi pengajar dan pendidik, ia juga
memiliki fungsi pemberi motivasi kepada peserta didiknya. . Pemberian motivasi ini
biasa dilakukan guru dengan metode mubasyyiran wa nadziran (pemberi kabar
gembira dan pemberi peringatan). Banyak sekali metode yang dapat diterapkan oleh
pendidik dalam memberi penguatan positif terhadap peserta didik. Salah satunya ialah
metode reward dan punishment. Reward dan punishment sering digunakan oleh guru
untuk memperkuat perilaku positif yang diterapkan dalam pendidikan khususnya
dalam pembelajaran. Seperti yang dikutip oleh Wasty Soemanto menurut teori S-R
Bond yang menyatakan bahwa reward dan punishment dapat digunakan untuk
memperkuat respon positif atau respon negatif.3 Respon positif bertujuan agar tingkah
laku seseorang yang sudah baik akan berulang atau tambah. Sedangkan respon yang
negatif bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik akan berkurang atau bahkan
hilang. Anak perlu diberi harapan-harapan positif melalui hadiah, janji, penghargaan,
agar mereka bersemangat untuk mengejar hadiah tersebut. Dipancing dengan
tantangan tertentu untuk menciptakan persaingan sehingga semua tertarik berlomba
dan bekerja mengejar target yang dijanjikan. Sebaliknya bagi yang malas, telat dan
tidak serius akan dikenakan sanksi agar mereka dapat belajar secara positif dari apa
yang kurang baik.
Hadiah dalam Bahasa Inggrisnya yaitu „Reward‟ yang artinya ganjaran, upah,
atau memberikan penghargaan.4 Menurut kamus Psikologi, hadiah adalah suatu alat
perangsang, situasi, pernyataan lisan yang bisa menghasilkan kepuasan atau
menambah kemungkinan suatu perbuatan yang telah dipelajari.5
Dalam pandangan Islam atau Bahasa Arab, hadiah diistilahkan dengan Sawad
yang artinya pahala, upah dan balasan. Abdurrahman Saleh Abdullah menyamakan
arti reward dengan sawad yang didapat oleh seseorang karena perbuatan baiknya,

3
Wasty Soemanti, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2012), h.123
4
Samsul Nizar dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), h. 84-89
5
Echols, dan Shadily, Kamus Indonesia Inggris, h.2014

3
baik didapatkan di dunia maupun nanti di akhir. Hal ini bisa dilihat dalam Al-quran
surah Ali Imran ayat 148.

‫ب ااْل ٰ ِخ َر ِة ۗ َوهّٰللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِي َْن‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫فَ ٰا ٰتىهُ ُم ُ ثَ َو‬
ِ ‫اب ال ُّد ْنيَا َو ُحس َْن ثَ َوا‬
Artinya :
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik
di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.

Reward merupakan salah satu cara guru dalam mengapresiasi siswa atas
perbuatannya yang patut dipuji. Menurut Mulyasa, reward adalah respon terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembalinya
tingkah laku tersebut.6 Suharsimi Arikonto mengatakan bahwa reward merupakan
suatu yang disenangi dan digemari oleh anak-anak yang diberikan kepada siapa yang
dapat memenuhi harapan, yakni mencapai tujuan yang ditentukan atau bahkan mampu
melebihinya.7 Sedangkan menurut Nugroho, reward adalah ganjaran, hadiah,
penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat usahanya
untuk memperbaiki atau yang telah dicapai.8

Pemberian hadiah ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap


perilaku yang baik sehingga akan memotivasi peserta didik untuk terus selalu maju
dan berkembang dalam proses pembelajaran. Reward tidak selamanya berupa materi.
Sebagaimana pemahaman umum, reward identik dengan hadiah yang biasanya berupa
benda atau barang yang diberikan dengan tujuan tertentu seperti kado, parcel,
bingkisan dan semacamnya, atau mungkin berupa barang-barang berharga lainnya.
Padahal reward tidak hanya membahas tentang hal itu, reward juga dapat digunakan
dalam arti luas dan fleksibel, seperti sesuatu yang dapat menimbulkan efek rasa
senang, kepuasan batin dan simpatik atas apa yang telah diperbuat.

Punishment menurut Baharuddin dan Esa Nur wahyuni adalah menghadirkan


sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk

6
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), h.77
7
Suharsimi Arikonto, Manajemen pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.160
8
Bambang Nugroho, Reward dan Punishment, (Bulletin Cipta Kerja Departemen Pekerjaan, 2006),
h.5

4
menurunkan tingkah laku yang berpengaruh dalam mengubah perilaku seseorang. 9
Selain itu menurut Malik Fadjar, punishment adalah alat pendidikan yang
mengakibatkan penderitaan bagi siswa yang dihukum yang mengandung motivasi
sehingga siswa yang bersangkutan berusaha untuk selalu memenuhi tugas-tugas
belajarnya agar terhindar dari hukuman. 10

Berhubungan dengan hukuman, guru harus mengetahui betul bahwa hukuman


terhadap murid tidak selamanya diikuti oleh perbaikan dan dorongan baginya untuk
maju, bahkan hukuman bisa menjadi sebaliknya. Anak menjadi kehilangan
kepercayaan diri atau lari dari situasi belajar atau bahkan membenci sekolah. Oleh
karena itu, guru harus menghindari hukuman kecuali jika terpaksa dan dalam batas
peraturan pendidikan serta prinsip-prinsip pendidikan. 11

Pemberian hukuman sebenarnya merupakan cara lain dalam mendidik anak


jika pendidikan tersebut tidak bisa lagi dilakukan dengan cara memberikan nasihat,
arahan, kelembutan ataupun suri tauladan. Pemberian hukuman dengan cara memukul
sangat tidak efektif atau dapat menimbulkan dampak negatif sehingga tidak sedikit
bermunculan kasus yang cukup memprihatinkan yakni kekerasan dalam proses
pembelajaran

C. Tujuan Metode Reward dan Punishment

Adapun tujuan pelaksanaan metode reward adalah untuk mendidik siswa agar
memiliki rasa senang dan sifat yang bersemangat dalam belajar, selain itu penerapan
punishment dilakukan agar siswa tidak melanggar peraturan dimana pelanggaran
tersebut bisa saja menjadi penghambat bagi siswa itu sendiri. Menurut Wahyudin, ada
beberapa tujuan reward and punishment yaitu:

a) Imbalan berfungsi sebagai pengarah, serta peneguh respon positif terhadap


perilaku yang benar. Sedangkan hukuman atau sanksi adalah untuk
melemahkan atau menghilangkan perilaku tertentu anak yang dipandang
menyimpang. Seperti pengajaran dalam memberikan punishment yang
diajarkan oleh Rasulullah saw., untuk membiasakan yang baik serta
menghilangkan sesuatu yang buruk.

9
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, TeoriBelajar dan pembelajaran, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media,
2010), h.74
10
Malik Fadjar, Holistika pemikiran pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2005), h.202
11
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta : Bulan Bintang, 2020)
5
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن النَّبِ ِّي َع ْن َج ِّد ِه َع ْن َأبِي ِه َع ْن َع ْم ِرو ْب ِن‬
َ
‫ف ِديَ ِة ْال ُح ِّر‬
ُ ْ‫ال ِديَةُ ْال ُم َعا ِه ِد ِنص‬
َ َ‫ال َأبُو َدا ُو ق‬َ َ‫ب ُْن َر َواهُ ُأ َسا َمةُ دق‬
ُ‫ب ِم ْثلَه‬
ٍ ‫ث َع ْن َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي‬ ِ ‫َز ْي ٍد اللَّ ْيثِ ُّي َو َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن ب ُْن ْال َح‬
•ِ ‫ار‬
Artinya :

Dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata,


Rasulullah saw bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk
melaksanakan sholat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila
sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak
melaksanakannya, pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)

Hadis ini memberikan penjelasan agar memerintahkan anak


melaksanakan sholat, karena sholat merupakan suatu perbuatan yang wajib
‫ﺘ‬dikerjakan bagi setiap muslim. Namun apabila si anak tidak ingin melaksanakan
sholat, maka kita boleh memberikan hukuman kepada anak tersebut berupa
pukulan. Adapun etika dalam memukul hendaknya tidak menyakitkan dan
menghindari memukul wajah anak, sebagaimana Rasulullah Shalallahu‟alaihi
wasallam bersabda :

Artinya :

“Ampunilah, jika engkau memukulnya maka pukullah sesuai dengan


kesalahannya tetapi hindarilah memukul muka”

b) Imbalan dan hukuman harus dilaksanakan secara imbang dan proporsional.

c) Imbalan diberikan secara situasional, sewaktu-waktu, agar tidak berubah


menjadi pelicin atau suap.

d) Pemberian sanksi dan imbalan harus sudah melalui kejelasan masalah


sehingga sudah diperoleh suatu keyakinan yang mendalam.

Contoh hadist terkait pemberian sanksi tersebut ialah

6
Artinya :

Telah menceritakan kepada kami „Abdullah bin Mu‟awiyah Al-Jumahi Al-Bashri


menceritakan kepada kami Sholih al-Murri dari Hisyam bin Hasan dari
Muhammad bin Sirin Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata : “Suatu hari Rasulullah
SAW keluar menemui kami yang mana ketika itu kami berselisih mengenai
persoalan Qadar, maka beliau marah sampai-sampai muka beliau memerah
seakan-akan buah delima dibelah dikedua pipi beliau, lalu Beliau Bersabda:
“Apakah kalian diperintahkan seperti ini atau apakah aku diutus kepada kalian
untuk masalah ini? Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah
lantaran perselisihan mereka dalam perkara ini. Karena itu, aku tekankan pada
kalian untuk tidak berselisih dalam masalah ini.” Abu Isa berkata; Hadist
semakna juga diriwayatkan dari Umar, Aisyah dan Anas. Dan hadist ini Gharib
kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur sanad ini dari hadist Shahih Al-
Murri sedangkah Shahis Al-Murri memiliki hadist gharib yang diriwayatkan
dengan sendirian dan tidak ada yang mengikutinya.” (HR. Tirmidzi : 2059)

Dalam menjelaskan hadits ini, Syaikh Al-Mubarakfuri berkata,“Beliau marah


hingga merah wajah beliau maksudnya adalah betul-betul sangat marah. Karena
terlalu marahnya, hingga pipi beliau seperti buah delima yang dibelah. Kalimat
ini menandakan bahwa beliau lebih merah wajahnya ketika bertambah marah.
Beliau marah karena urusan takdir adalah salah satu rahasia Allah. Sementara
mencari-cari rahasia-Nya adalah terlarang.”

7
Imam Nawawi berkata, “Para ahli bahasa mengatakan bahwa takdir Allah
wajib diimani seluruhnya, baik takdir mengenai nasib yang baik maupun nasib
yang buruk, manis dan pahitnya, manfaat dan bahayanya. Madzhab yang benar
adalah menyatakan akan kebenaran adanya takdir serta wajibnya beriman
terhadap semua itu. Teks-teks Al-Qur‟an dan hadits yang populer menyatakan

8
kebenarannya dan masih banyak lagi dalil-dalil yang tak terhitung. Sebagian
besar ulama menyatakan kebenaran takdir ini dalam beberapa karya mereka
dengan baik. Semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik pahala.

Oleh karena itu, ketika seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib r.a,
„Ceritakanlah kepadaku tentang takdir!‟ Ia pun menjawab,„Jalan gelap yang
tidak bisa ditempuh.‟ Sang penanya mengulangi lagi pertanyaannya, dan ia
menjawab, „Samudra dalam yang tidak bisa ditempuh.‟ Sang penanya
mengulangi sekali lagi, dan ia lalu menjawab, „Rahasia Allah yang
disembunyikan kepadamu, maka janganlah engkau menyelidikinya‟.”12

Masalah tentang Qadar adalah urusan Allah SWT., dalam hadis tersebut
dikatakan bahwa binasanya (punishment) orang-orang terdahulu salah satunya
adalah karena perselisihan terkait masalah Qadar tersebut. (Wallahu a‟lam
bishawab)

e) Diutamakan memberikan imbalan dari pada menerapkan sanksi dan


diutamakan menggunakan nonmateri agar anak tidak menjadi matrealistis.
Contoh pemberian imbalan/ hadiah yang bersifat nonmateri seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah saw., kepada anak-anak paman Beliau, Al-Abbas.

Artinya :

Telah mengabarkan kepada kami Jarir, dari Yazid ibnu abi Ziyad dari Abdullah
ibnu Harits berkata :“Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah,
Ubaidillah, dan anak-anak paman Beliau, Al-Abbas. Kemudian, Beliau berkata:
“Barangsiapa paling dahulu sampai kepadaku, maka ia akan mendapatkan ini

12
Tuhfatul ahwadzu, juz VI, hal. 278

9
dan itu.” Abdullah berkata; Lalu mereka saling berlomba untuk sampai kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga diantara mereka ada yang
menyentuh dada beliau dan ada juga yang menyentuh punggung beliau.
Kemudian beliau menciumi mereka dan memeluk mereka.” (HR. Ahmad: 1739).

Dalam hadis ini sarat dengan pesan penting untuk memancing persaingan,
dan kerja keras. Seperti yang terdapat dalam redaksi ‫ه‬

“Barang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, akan mendapatkan ini dan
itu.” Dalam hadis ini mengajarkan tentang reward atau hadiah seperti apa yang akan
didapat apabila lebih dahulu sampai kepada Rasulullah saw. Kita dapat menerapkan
hadis ini dalam kehidupan kita, apalagi saat kita menjadi seorang pendidik kelak. Kita
dapat memberikan mereka reward seperti pujian apabila merka melakukan sesuatu
yang baik agar anak tersebut lebih bersemangat dalam menjalankan pelajarannya. Tapi
jangan sampai pujian kita menabalkan sifatnya.

D. Kelebihan dan Kekurangan Reward dan Punishment

a) Kelebihan
1. Memacu siswa untuk berkompetisi
2. Memotivasi belajar siswa agar dapat berkembang secara maksimal
3. Meningkatkan ikatan emosional antara peserta didik dengan guru sehingga
berkembang secara optimal. Dengan kata lain, kesenjangan pengetahuan yang
dimiliki guru dan siswa dapat diperkecil karena adanya interaksi komunikasi
aktif antara siswa dengan guru.
4. Bersifat mudah dan menyenangkan, baik bagi guru maupun siswa.
5. Bagi siswa yang malas belajar menjadi terpacu untuk ikut berkompetisi.
Setidaknya, motivasi belajar siswa pemalas dapat dikurangi karena adanya
unsur ancaman mendapat hukuman jika tidak mau belajar.13

13
Dewi Yana, Hajidin, Itan Syafiah, Pemberian Reward dan Punishment Sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Siswa Kelas V di SDN 15 Lhokseumawe, Vol. 1, No. 2, Oktober 2016 (Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar), hal 244-245

10
b) Kekurangan

1. Membutuhkan biaya tambahan untuk menyiapkan hadiah bagi siswa yang


aktif dan rajin belajar. (jika reward nya berupa materi)

2. Terkadang dapat menjadi beban psikologis tersendiri bagi siswa pemalas dan
memiliki mental lemah. Lebih khusus lagi, bagi siswa yang tidak memiliki
rasa percaya diri yang cukup untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki.

3. Pada umumnya metode reward bersifat terfokus pada siswa yang aktif, cerdas,
dan komunikatif dibandingkan dengan siswa-siswi biasa. Bahkan, kadangkala
siswa yang rajin belajar tetapi kurang komunikatif sering kali juga
terabaikan.14

14
Ibid., h. 244-245

11
E. Penutup

Reward dan punishment merupakan metode yang dapat diterapkan dalam


mendidik anak, baik diberikan oleh guru maupun orang tua. Reward atau
penghargaan adalah reaksi pendidikan atas perbuatan baik yang telah dilakukan anak
didik. Reward sebagai bentuk metode dalam memotivasi anak untuk melakukan
kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Reward yang diberikan bersifat
menyenangkan perasaan sehingga menimbulkan keinginan dalam diri anak untuk
melakukan hal baik dan lebih baik lagi di masa yang akan datang, tetapi jangan
sampai menebalkan sifat materalisnya. Tanpa adanya hadiah atau penghargaan,
diangga kurang mampu memancing minat anak didik untuk terlibat program belajar
secara aktif. Ganjaran dan hadiah tak mesti mahal, tetapi bias berupa hiburan,
apresiasi melalui kata-kata yang baik atau bentuk penghargaan lainnya.

Berbeda dengan kebalikannya, Punishment atau hukuman juga merupakan


bagian dari pendidikan. Punishment merupakan sanksi yang diberikan kepada anak
ketika melakukan kesalahan. Hukuman juga diartikan mendidik, tidak
membahayakan anak dan bersifat memberi pelajaran yang bersifat positif sehingga
menjadikan anak lebih disiplin, efektifitas, dan memiliki budaya sekolah yang tertib.
Dalam pendidikan Islam pemberian hukuman secara positif, tidak lain karena ingin
memberikan edukasi yang benar terhadap anak supaya sadar dan bertanggung jawab
atas apa yang diperbuatnya, serta tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Namun, dalam memberikan hukuman diperlukan memperhatikan kadar dan
bentuknya agar tidak berdampak kurang produktif, malas, kemarahan dan beban
mental anak yang kurang positif bagi perkembangan.

12
DAFTAR BACAAN

Al-Abrasyi, M. Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang,


1993

Arikonto, Suharsimi. Manajemen pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1993

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. TeoriBelajar dan pembelajaran. Yogyakarta: ar-Ruzz
Media. 2010

Daradjat, Zakiah. Kepribadian Guru, Jakarta : Bulan Bintang. 2020.

Echols, dan Shadily. Kamus Indonesia Inggris.

Fadjar, Malik. Holistika pemikiran pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo. 2005

Hamdani, Ihsan dan Ihsan Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2001.

Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan,


Bandung : Remaja Rosdakarya. 2007.

Nizar, Samsul dan Zainal Effendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, Jakarta : Kalam Mulia, 2011.

Nugroho, Bambang. Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Kerja Departemen Pekerjaan.
2006

Soemanti, Wasty. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka cipta. 2012

Dewi Yana, dkk. 2016. Pemberian Reward dan Punishment Sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Siswa Kelas V di SDN 15 Lhokseumawe. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. 1(2) : 244-245

13

Anda mungkin juga menyukai