707 1398 1 SM
707 1398 1 SM
POLA TERAPI PADA PASIEN KANKER NASOFARING DI RSUD Prof. Dr. MARGONO
SOEKARJO
ABSTRAK
Penanggulangan kanker nasofaring sampai saat ini menjadi suatu masalah, gejala
yang tidak spesifik dan letak nasofaring yang tersembunyi mengakibatkan
keterlambatan dalam diagnosa yang akan mempengaruhi keberhasilan terapi dan
prognosis yang buruk. Keberhasilan terapi yang tinggi dan kelangsungan hidup jangka
panjang hanya terjadi pada kanker stadium awal dibandingkan stadium akhir.
Memberikan gambaran pola terapi pada pasien kanker nasofaring di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo (RSMS). Mendapatkan gambaran jenis obat kanker yang digunakan
pada pasien kanker nasofaring di RSMS. Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan rancangan penelitian adalah cross sectional deskriptif dan metode
pengambilan data secara retrospektif melalui rekam medik pasien. Sampel penelitian
199 pasien dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 2,6:1, rata-rata umur pasien
kanker nasofaring adalah 49,06±1,49 tahun (kisaran : 5-82th). Pasien datang ke RSMS
kebanyakan sudah stadium lanjut (III dan IV) (30,1%). Sebanyak 143(71,6%) pasien
mendapat terapi kanker dan 56(28,1%) pasien tidak mendapatkan terapi kanker. Terapi
yang digunakan pada setiap stadium berbeda. Terdapat 3 jenis terapi yang digunakan di
RSMS yaitu radioterapi 89(62,2%), kemoterapi 33(23,1%) dan kemoradiasi 21(14,7%).
Golongan obat kanker yang digunakan adalah golongan alkilator, taxan, antibiotik dan
alkaloid vinka. Diketahui banyak pasien yang memiliki kelengkapan jumlah siklus dan
penyinaran yang rendah. Penyakit penyerta yang paling banyak adalah anemia
11(22,5%) dan golongan obat lain yang paling banyak digunakan adalah golongan
analgetik 107(74,6%). Berdasarkan stadium kanker radioterapi adalah terapi yang paling
banyak digunakan. Obat yang paling banyak digunakan pada kemoradiasi dan
kemoterapi adalah cisplatin.
ABSTRACK
94
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
design and retrospective methods of data collection through the medical records of
patients. The total study population was 199 patients with a ratio of male and female
was 2,6:1, the average age of nasopharyngeal cancer patients was 49.06 ± 1,49 years
old (range: 5-82th). Patients come to RSMS have advanced stage (III and IV) (30,1%).
143(71,6) patients received cancer therapy and 56(28,1%) patients without cancer
therapy. Therapy used in each stage is different. Three types of therapy used in RSMS.
There are radiotherapy 89(62,2%), chemotherapy 33(23,1%) and chemoradiation
21(14,7%). Class of cancer drugs used are alkilator, taxan, antibiotics and alkaloids vinca.
The most of patient have low in completed chemotherapy cycle and number of
radiotherapy. Patients with comorbidities most anemic 11(22,5%) patients and the drug
classes most widely used analgesic 107(74,6%). Based on cancer stage, radiotherapy is
more widely used. The most widely used drugs in chemotherapy and chemoradiation is
cisplatin.
95
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
96
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
secara deskriptif dan disajikan dalam Penyakit penyerta adalah penyakit lain
bentuk prosentase berdasarkan stadium yang diderita pasien selain penyakit
kanker. kanker nasofaring, data penyakit
Kemoterapi adalah terapi dengan penyerta diperoleh dari kartu rekam
menggunakan jenis obat-obat medik pasien, hasilnya dianalisis secara
sitostatika. Data diperoleh dari kartu deskriptif dan disajikan dalam bentuk
rekam medik pasien, hasilnya dianalisis prosentase berdasarkan jumlah penyakit
secara deskriptif dan disajikan dalam penyerta yang diderita pasien kanker
bentuk prosentase berdasarkan stadium nasofaring.
kanker. Stadium kanker adalah stadium pada
Kemoradiasi adalah terapi kombinasi pasien kanker nasofaring yang diperoleh
antara pemakaian kemoterapi dengan dari kartu rekam medik dan hasilnya
radioterapi. Data diperoleh dari kartu disajikan dalam bentuk prosentase
rekam medik pasien, hasilnya dianalisis menurut stadium American Joint
secara deskriptif dan disajikan dalam Commitee on Cancer (AJCC) sevent
bentuk prosentase berdasarkan stadium edition.
kanker. Obat lain adalah golongan obat yang
Data rekam medik adalah catatan diberikan pada pasien kanker nasofaring
tentang identitas pasien, penegakkan selain obat sitostatika. Data obat lain
diagnosa, diagnosa utama, penyakit diperoleh dari kartu rekam medik pasien
penyerta, stadium kanker, jenis terapi, ketika pasien menjalani terapi kanker
obat lain dan status pulang pasien nasofaring di RSUD Prof. Dr. Margono
kanker nasofaring di RSUD Prof. Dr. Soekarjo, hasilnya dianalisis secara
Margono Soekarjo. deskriptif dan disajikan dalam bentuk
Identitas pasien adalah meliputi nomer prosentase jumlah obat menurut
rekam medik, umur dan jenis kelamin golongan obat berdasarkan efek
pasien kanker nasofaring. terapinya.
Penegakkan diagnosa diperoleh dari Status pulang pasien adalah keadaan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pulang pasien ketika pasien kanker
untuk mendukung diagnosa penyakit nasofaring keluar dari RSUD Prof. Dr.
pasien kanker nasofaring. Margono Soekarjo.
97
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
98
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
Tabel 1. Karakteristik Pasien Kanker Nasofaring di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Variabel Jumlah pasien (%)
Umur Mean±SD (49,06 ±1,49)
Range: 5- 82 th 199(100)
Jenis Kelamin (N=199)
Laki-laki 144(72,4)
Perempuan 55(27,6)
Hispatologi (N=199)
karsinoma sel skuamosa (WHO tipe 1) 3(1,5)
karsinoma tanpa keratinisasi (WHO tipe 2) 1(0,5)
karsinoma tanpa deferensiasi (WHO tipe 3) 101(50,8)
Tidak tersedia informasi 94(47,2)
Stadium (N=199)
I 3(1,5)
II 8(4,0)
III 20(10,1)
IV 37(18,6)
Tidak tersedia informasi 131(65,8)
99
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
100
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
anatomi sehingga tidak ada hasil data rekam medik serta tidak ada data
gambaran histopatologi. laboratorium untuk mengetahui stadium
Stadium kanker menurut kanker pasien tersebut padahal menurut
American Joint Committee on Cancer Soewito et al (2010) diagnosa awal
(AJCC) sevent edition (2009) berdasarkan sangat penting karena keberhasilan
ukuran dan kedalaman (T), penyebaran pengobatan sangat bergantung pada
getah limfa (N) dan ada tidaknya tingkat keparahan penyakit. Menurut
metastase (M). Pasien datang ke RSMS Ludwig et al (2005) stadium berdasarkan
kebanyakan sudah stadium lanjut (III dan sistem Tumor, Node, Metastase (TNM)
IV), sebanyak 10,1% pasien didiagnosa mempunyai fungsi penting yaitu
stadium III dan paling banyak pasien digunakan sebagai dasar untuk pilihan
didiagnosa kanker nasofaring stadium pengobatan awal, prediksi kelangsungan
IV(18,6%). Berdasarkan penelitian hidup, klasifikasi pasien dalam uji klinis,
Yurnadi et al. (2010) di Rumah Sakit menyediakan data yang akurat untuk
Cipto Mangunkusumo (RSCM) pasien penyedia kesehatan, dan memberikan
datang berobat mengidap kanker hasil yang sama dalam laporan. Untuk itu
nasofaring stadium lanjut. Sering terjadi selain pemeriksaan fisik (anamnesis),
keterlambatan dalam mendiagnosa penegakkan diagnosa dengan cara
penyakit kanker nasofaring. Menurut biopsi, CT scan, pemeriksaan patologi
Susworo (2004) keterlambatan diagnosa anatomi dan penegakkan diagnosa
ini dikarenakan tidak ada gejala yang lainnya sangat penting untuk dilakukan
spesifik yang dijumpai pada pasien pasien kanker nasofaring guna
kanker nasofaring, terlebih lagi pada mengetahui diagnosa awal kanker.
stadium dini. Selain gejala yang timbul, untuk
Dari hasil penelitian ini terdapat mengetahui diagnosa pasien kanker
65,8% pasien tidak tersedia informasi nasofaring sangat penting adanya
tentang stadium kanker dan 47,2% pemeriksaan penunjang dalam
pasien tidak tersedia informasi tentang penegakan diagnosa. Penegakkan
histopatologi, maksud dari tidak tersedia diagnosa kanker nasofaring yang
informasi adalah pasien hanya dilakukan oleh pasien kanker nasofaring
didiagnosa kanker nasofaring dan tidak yang melakukan terapi di RSMS dapat
ditemukan keterangan stadium kanker di dilihat pada Tabel 2.
101
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
102
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
Pada penelitian ini terdapat pasien nasofaring karena lokasi tumor yang
tanpa terapi sebanyak 28,1%. Tanpa melekat erat pada mukosa dasar
terapi disini maksudnya adalah pasien tengkorak sehingga tumor sulit
tidak mendapatkan jenis terapi kanker dijangkau menggunakan terapi
(pembedahan, radioterapi, kemoterapi, pembedahan.
kemoradiasi) hal ini disebabkan pasien Pada stadium I hanya 1,4%
hanya melakukan pemeriksaan awal dan pasien yang menggunakan radioterapi.
tidak kembali lagi ke RSMS karena di Penggunaan radioterapi pada stadium I
data rekam medik tidak tersedia lagi lebih sedikit dibandingkan pada stadium
data yang menyebutkan bahwa pasien II 2,8%, stadium III 4,9% dan stadium IV
tersebut melakukan terapi kembali. 11,9%. Penggunaan radioterapi
Berdasarkan penelitian Rajhi, et al. ditunjukan pada kanker primer di daerah
(2009) di Saudi Arabia terdapat 88,6% nasofaring dan ruang parafaringeal serta
pasien yang menunda terapi. Hasil ini pada daerah aliran getah bening leher
jauh berbeda dengan hasil penelitian atas dan bawah serta klavikula (Susworo,
karena menurut Rajhi, et al. (2009) 2004). Menurut guideline NCCN Head
penundaan terapi ini disebabkan and Neck Cancer (2011) untuk stadium I
beberapa faktor yaitu kondisi tumor direkomendasikan menggunakan
yang masih jinak, kurangnya kesadaran radioterapi saja.
pasien, diagnosa jaringan, keseluruhan Penelitian sebelumnya Chua, et
proses pengobatan yang lama dan al. (2003) yang melaporkan penggunaan
penggunaan obat alternatif. radioterapi pada stadium I memiliki
Dari 199 sampel penelitian lebih respon lebih baik dibandingkan dengan
dari 70% pasien mendapatkan terapi stadium II yaitu kelangsungan hidup
kanker. Jenis terapi yang digunakan pada stadium I sebesar 98% dan ketahanan
pasien kanker nasofaring meliputi hidup sebesar 98% sedangkan stadium II
radioterapi, kemoterapi, kemoradiasi hanya 60% dan 64%. Pemberian
dan pembedahan. Pada tabel 6 tidak ada radioterapi pada stadium IV lebih banyak
data pasien yang mendapatkan terapi dibandingkan dengan stadium I, II dan
pembedahan, menurut Susworo (2004) stadium III. Didalam guideline NCCN
penatalaksanaan pembedahan tidak Head and Neck Cancer untuk penderita
mempunyai peranan pada kanker kanker nasofaring dengan stadium II dan
103
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
104
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
105
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
106
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
107
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
kanker yang akan berpengaruh pada mendapatkan terapi yaitu 29,6% pasien
kepekaan sel kanker terhadap menggunakan radioterapi, 11,6% pasien
kemoterapi dan radioterapi. menggunakan kemoterapi dan 4,5%
Banyaknya pemberian jumlah pasien menggunakan kemoradiasi.
radioterapi dan kemoterapi yang tidak Ketidaktersediaan informasi tentang
lengkap menurut penelitian Chen, et al. stadium ini berkaitan dengan ketelitian
(2000) terhadap 276 pasien yang dalam penulisan stadium pada catatan
memutuskan menghentikan jalannya medis. Berdasarkan penelitian Brierley,
pengobatan di sebuah rumah sakit, et al. (2002) di Princess Margaret
alasan terbanyak kenapa pasien Hospital setelah dilakukan pemeriksaan
memutuskan pengobatan disebabkan catatan medis pasien kanker kepala dan
karena pasien tidak bisa menanggung leher oleh komite audit hanya 52% yang
efek samping dari terapi radiasi akut dan teliti dalam penulisan stadium Tumor,
takut terhadap kemungkinan komplikasi Node, Metastase (TNM) kanker pada
akibat pengobatan, alasan lainnya catatan medis pasien, menurut tim
adalah pasien ragu terhadap diagnosa auditor ketidaktelitian ini disebabkan
atau memiliki persepsi bahwa beberapa faktor yaitu pedoman
pengobatan yang diberikan tidak efektif Internasional Union Against Cancer
mengingat tingkat keparahan penyakit, (UICC) atau American Joint Committee
penggunaan resep tradisional, masalah on Cancer (AJCC) sulit untuk ditafsirkan
sosial ekonomi dan berdasarkan dan kurangnya ketrampilan yang
pertimbangan pasien mencari dibutuhkan untuk mencatat stadium
pengobatan di rumah sakit lain. yang akurat.
Ketersediaan informasi stadium Status Pulang Pasien
pada setiap pasien penting diketahui, Data status kepulangan pasien
karena berkaitan dengan keputusan diperoleh dari data keadaan pulang
pemilihan obat, penulisan stadium yang pasien pada saat terahir pasien
salah bisa berpotensi menyebabkan melakukan terapi dan pemeriksaan di
pengobatan yang salah (Brierley, et al., RSMS. Sebanyak 55,3% pasien pada data
2002), namun pada penelitian ini rekam medik tidak ditemukan
menemukan pasien yang Tidak Tersedia keterangan keadaan pulang dan 36,7%
Informasi (TTI) mengenai stadium pasien dinyatakan membaik. Keadaan
108
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
109
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
110
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
dan penurunan berat badan. Chan, et al. memiliki kanker epidermoid, kanker
(2002) dalam penelitiannya laring, kanker orbita, kanker hidung dan
mendapatkan 100% pasien mual atau benjolan pada axilla (ketiak). Adanya
muntah dengan grade 0-2 karena keganasan pada organ tubuh lain
penggunaan radioterapi dan 87,9% mungkin sel kanker sudah mengalami
pasien mual atau muntah karena metastase. Pada penelitian Tanvetyanon
penggunaan kemoterapi. et al (2009) mendapatkan penyakit
Sebanyak 15.0% pasien kanker penyerta pada pasien kanker seperti
dengan limfadenopati. Ho (2012) dalam penyakit pada sistem kardiovaskular
penelitian meta analisis menemukan 41%, penyakit pada sistem saluran
kanker nasofaring dengan limfadenopati pernafasan 15%, penyakit pada sistem
sebanyak 85% dan daerah yang sering endokrin 11%, dan maligna 11%.
terlibat adalah di retrofaring, parafaring Golongan Obat Lain
dan kelenjar getah bening karena Pada tabel 7 dapat dilihat data
letaknya yang berdekatan. Perbedaan golongan obat lain yang digunakan
hasil ini dikarenakan perbedaan jumlah selama terapi kanker dari awal masuk
sampel dan tempat penelitian. Pasien RSMS sampai terakhir pengobatan. Obat
dengan tumor colli sebanyak 8,3% dan lain yang dimaksudkan adalah obat yang
pasien dengan chepalgia sebanyak 3%. digunakan selain obat sitostatika dan
Chepalgia adalah kondisi rasa sakit di digolongkan berdasarkan efek terapinya.
kepala dan salah satu gejala yang sering Satu pasien kanker nasofaring bisa
timbul pada pasien kanker nasofaring mendapatkan lebih dari satu jenis
(Brady, et al., 2010). Hasil penelitian ini golongan obat. Penggunaan obat lain ini
berbeda dengan penelitian Rajhi, et al. berkaitan erat dengan penyakit utama
(2009) di Saudi Arabia mendapatkan 307 dan penyakit penyerta pasien kanker
pasien sebanyak 61,6% dengan gejala nasofaring.
massa dileher dan 35,8% mengalami
sakit kepala. Tabel 7. Golongan obat lain
Pada penelitian ini didapatkan Golongan Obat Jumlah
pasien (%)
6,7% pasien mengalami hipertensi, 5,0%
Analgetik 152(76,4)
pasien tuberkolosis, diabetes milletus Antibiotik 140(70,4)
Suplemen dan 84(42,2)
1,7% pasien dan terdapat pasien yang vitamin
111
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
112
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
113
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
114
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
115
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
Kwong, D.L.W., Sham, J.S.T., Au, G.K.H., Nafrialdi., Sulistia, G., editor, 2007,
Chua, D.T.T., Kwong, P.W.K., Farmakologi dan Terapi. Edisi
Cheng, A.C.K., 2004, 5. Jakarta: Bagian Farmakologi
Concurrent and Adjuvant FK IU
Chemotherapy for Notoatmodjo, S., 2010, Metodelogi
Nasopharyngeal Carcinoma: a Penelitian Kesehatan Edisi
Factorial Study. J Clin revisi, Jakarta, Rineka Cipta
Oncol.14:26643-53 Parkin, D.M., Whelan, S.L., Ferlay, J.,
Lin, J.C., Jan, J.S., Hsu, C.Y., Liang, W.M., Teppo, L., Thomas, D.B., 2002,
Jiang, R.S., Wang, W.Y., 2003, Cancer Incidence In Five
Phase III Study of Concurrent Continents. IARC Sci Publ.8:155
Chemoradiotherapy Versus Rajhi, N.A., Sebaie, Y.E., Khafaga, Y.,
Radiotherapy Alone for Alzahrani, A., Mohamed, G.,
Advanced Nasopharyngeal Amro, A.A., 2009,
Carcinoma: Postive Effect on Nasopharyngeal carcinoma in
Overall and Progression-Free Saudi Arabia: Clinical
Survival, J Clin Oncol.21:631- Presentation and Diagnostic
637 Delay, East Mediterr Health J.
Ludwig, J.A., Weinstein, J.N., 2005, 15:1301-1307
Biomarkers in Cancer Staging, Rossi, A., Molinasari, R., Boracchi, P.,
Prognososis and Treated Vencchio, M.D., Marubini, E.,
Selection, Nature. 5:845-856 Nava, M., et al.,1988, Adjuvant
Marcial, V.A., Pajak, T.F., Mohiuddin, Chemotherapy with Vincristine,
M.,Cooper, J.S., Al-Sharraf, Cyclophosphamide, and
M.,Mowry, P.A., et al., 1990., Doxorubicin after Radiotherapy
Commitant Cisplatin in Local Regional
Chemotherapy and Nasopharyngeal Cancer: Result
Radiotherapy in advanced of a 4 year Multicenter
Mucosal Squamous Cell Randomized Study. JCO.6:
Carcinoma of the Head and 1401-1410
Neck, Cancer.66:1861-6 Sharma, T.D., Sigh, T.T., Laishram, R.S.,
Marzaini, D.S., Tobing, D.L., Kresno, S.B., Sharma, L.D.C., Sunita, A.K.,
Gondhowiardjo, S., 2009, The Imchen, L.T., 2011,
Accuracy of Plasma EBV-DNA Nasopharyngeal Carcinoma –a
Quantification Using LMP2 as Clinico- Phatological Study in a
Primer to Detect Distance Regional Cancer Centre of
Metastasis After Radiation of Northeastern India, Asian
Nasopharyngeal Cancer in Pasific J Cancer Prev. 12:1583-
“Dharmais” National Cancer 1587
Center, Indonesian Jurnal of Siregar, C.J.P., 2003, Farmasi Rumah
Cancer.3:47-51 Sakit: Teori dan Penerapan,
Mould, R.F., Tai, H.P., 2002, Jakarta, buku kedokteran EGC
Nasopharyngeal Carcinoma: Soewito, M., Kadir, A., Savitri, E., Bahar,
Treatments and Outcomes in B., 2010, Respons antibodi IgA
The 20th Century, Br J terhadap epstein-Barr (EBV)
Radiol.75:307-339 pada keluarga penderita
Kanker Nasofaring.1-11
116
PHARMACY, Vol.09 No. 02 Agustus 2012 ISSN 1693-3591
117