Anda di halaman 1dari 9

INVIGORASI BENIH SAWI PAGODA (Brassica narinosa) KADALUARSA DENGAN BERBAGAI

KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH


BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan benih unggul dalam budidaya tanaman sangatlah penting. Benih yang unggul
akan meningkatkan kemungkinan hasil panen pada tanaman sawi pagoda (Brassica
narinosa). Sawi pagoda merupakan jenis sawi yang memiliki harga cukup tinggi jika
dibandingkan jenis sawi lainnya (Arisni, 2019). Benih dapat mengalami penurunan kualitas
yang diakibatkan oleh penyimpanan yang kurang tepat atau benih telah melewati masa
simpannya (kadaluarsa) (Ernawati et al., 2017).
Penurunan kualitas benih dapat dilihat dari indikator meningkatnya jumlah kecambah yang
abnormal, menurunnya daya berkecambah dan penurunan toleransi perkecambahan terhadap
kondisi suboptimum (Ilyas, 2012). Penurunan kualitas benih ini dapat diperbaiki dengan
beberapa cara diantaranya pemanenan benih pada saat masak fisiologis, prosesing benih
secara benar, penyimpanan pada kondisi tempat penyimpanan yang optimal serta bisa juga
dengan melakukan invigorasi benih (Utomo, 2006).
Invigorasi benih adalah perlakuan yang diberikan pada benih sebelum penanaman atau
penyemaian. Invigorasi benih dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya
dengan hydropriming (perendaman dalam air), priming dengan berbagai macam larutan dan
penambahan matriconditioning (Arief & Koes, 2010). Invigorasi berbeda dengan pemecahan
dormansi, walaupun bahan yang digunakan mungkin sama, misalnya sama-sama zat
pengatur tumbuh (ZPT), seperti perendaman biji ulin dalam larutan

ZPT sodium nitrophenolate (Purba et al., 2019). Pada proses invigorasi selain dengan
penggunaan air juga dapat ditambahkan zat lainnya seperti ZPT baik yang alami ataupun
sintetis (Ernawati et al., 2017). Perlakuan kombinasi antara lama perendaman dan ZPT juga
bisa digunakan untuk invigorasi benih seperti yang dilakukan oleh Srilaba et al. (2018) pada
biji tanaman jati.

Bawang merah (Allium cepa L.) mengandung ZPT alami berupa hormon auksin dan giberilin
secara alami. Hormon auksin alami pada bawang merah dapat memacu pertumbuhan akar
untuk mempercepat dan memaksimalkan pertumbuhan, sedangkan hormon giberelin dapat
menstimulasi pertumbuhan daun dan batang (Lubis et al., 2018). Pada air kelapa (Cocos
nucifera) terdapat hormon sitokinin yang mengandung zeatin yang berperan dalam proses
pembelahan sel, sehingga umum digunakan pada media kultur jaringan. Perlakuan invigorasi
dengan ZPT alami diharapkan memberikan solusi dalam mengembalikan viabilitas dan vigor
benih-benih kadaluarsa. Berdasarkan hal tersebut tujuan dilaksanakannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh dan jenis ZPT alami yang memberikan hasil terbaik
terhadap viabilitas dan vigor benih sawi pagoda kadaluarsa.

1.1. Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dalam melakukan penelitian, yaitu :
1. Bagaimana pertumbuhan benih kadar luarsa yang telah di beri perlakuan
menggunakan ekstrak bawang merah?
2. Apa pengaruh dari strak bawang merah tehadap perkecambahan dan
pertumbuhan benih sawi kadarluarsa?
1.2. Tujuan penelitian
1. Mengetahui pengaruh dari ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan benih
sawi kadarluarsa
2. Mengetahui seberapa cepat pertumbuhan benih sawi kadarluarsa dengan
konsentrasi dan kepekatan yang berbeda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman


 Kingdom : Plantae

 Sub Kingdom : Tracheobionta

 Super Divisio : Spermatophyta

 Divisio : Magnoliophyta

 Kelas : Dicotyledoneae

 Sub Kelas : Dileniidae

 Ordo : Capparales

 Familia : Brassicaceae (Cruciferae)

 Genus : Brassica

 Spesies : Brassica juncea L.

2.2. Morfologi tanaman sawi


Tanaman sawi merupakan tanaman tahunan. Daun tanaman sawi dengan daun brokoli
sekilas terlihat sama. Orang awam terkadang ada yang masih sukar membandingkannya.

Namun, perbedaan tersebut tidak terbatas pada daunnya saja, namun masih ada bagian lain
yang menjadi pembeda dengan sayuran lain meskipun masuk dalam satu family, sebagai
berikut:

1. Akar

Tanaman sawi memiliki sistem perakaran yaitu akar serabut yang tumbuh secara menyebar di
sekitar tanah. Akar tersebut menembus tanah tidak terlalu dalam yaitu hanya sekitar 5 cm
saja.

Struktur akar pada sawi sangat mudah putus. Selain itu, akar ini bisa tumbuh dengan optimal
pada tanah yang subuh, gembur dan mengandung banyak air.

Akar tersebut berbentuk fili dan diameternya kecil. Akar pada sawi ujungnya meruncing
dengan kulit yang berwarna hijau muda hingga kuning pucat. Jika dibelah, bagian dalam akar
berwarna putih cerah.

2. Batang
Sawi mempunyai batang yang beruas dan pendek bahkan batang ini hampir sukar dibedakan
dari tangkai daun. Batang sawi juga berfungsi sebagai penopang serta pembentuk daun sawi.

Batang ini berwarna hijau keputihan dengan tekstur berair dan mudah patah. Tekstur
permukaan batang halus dan tidak ditumbuhi biji.

3. Daun

Daun sawi berbentuk lonjong dan memiliki tangkai daun yang panjang hasil pertumbuhan
dari batang. Tangkai daun sawi berukuran besar, berdaging dan mengandung banyak
air.Permukaan daun memiliki tekstur yang halus, mengkilat dan tidak ditumbuhi bulu.
Umumnya, daun sawi tumbuh secara berserak atau roset, tersusun rapat dan rapih sehingga
sangat sulit untuk membentuk krop.Daun ini memiliki tekstur yang mudah sobek dan lunak.
Daun ini memiliki tipe tulang daun menyirip.  Daun sawi berbentuk oval dengan ujung yang
membulat.Pada daun muda berwarna hijau muda sedangkan pada daun tua berwarna hijau
tua. Namun, beberapa factor seperti lingkungan dan genetic dari sawi bisa menyebabkan
perbedaan morfologi.

4. Bunga

Sawi memiliki bunga yang tersusun dalam tangkai bunga dan biasa disebut dengan
tipe inflorentia. Bunga ini memiliki cabang yang banyak dan memanjang. Bunga sawi
tergolong sebagai bunga lengkap karena dalam setiap bunga terdapat putik dan benang sari.

Dalam tiap kuntum bunga terdapat enam benang sari yang terdiri dari empat benang sari
bertangkai panjang dan dua benang sari bertangkai pendek.

Sawi juga memiliki satu putik yang berongga dua dan empat mahkota bunga yang berwarna
kuning. Permukaan mahkota bunga sangat halus dan tidak berambut.

Ovarium pada tanaman sawi berkembang dan memiliki stigma dengan dua lobus. Awalnya,
rongga pada putik hanya satu, namun selama perkembangannya lapisan dinding yang tipis di
dalamnya tumbuh dan membagi rongga menjadi dua.

Tanaman ini sangat mudah berbunga baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi.
Penyerbukan pada tanaman sawi biasanya dibantu oleh serangga kecil maupun angin.

5. Buah

Ternyata tanaman sawi memiliki buah yang berbentuk lonjong dan ada juga yang bulat. Buah
ini berwarna hijau keputihan. Buah ini berupa kapsul yang terbuka dengan dua katup.

Buah tersebut berbentuk polong.  Dalam tiap buah terdapat 2 hingga 8 biji. Pada buah
terdapat rongga yang di dalamnya terdapat butiran biji.

6. Biji
Biji sawi berukuran sangat kecil dan berwarna cokelat kehitanaman. Namun, pada sawi putih
biji ini berwarna kuning muda dengan diameter sebesar 2,5 mm.

Biji sawi berbentuk bulat telur atau oval. Bagian permukaan bijinya licin dan mengkilap. Biji
tersebut juga memiliki tekstur yang keras. Pada bagian luar biji terdapat selaput, sementara
pada sawi tidak memiliki endosperma.

Biji sawi tidak berbau khas bahkan saat dikunyah atau di tumbuk. Biji sawi tergolong sebagai
biji berkeping satu atau biasa disebut dengan monokotil.

Sekian ulasan tentang klasifikasi dan morfologi tanaman sawi yang sangat mudah digunakan
untuk identifikasi. Semoga artikel kali ini bisa membuat kita lebih paham tentang perbedaan
sawi dengan tumbuhan lain yang masuk satu family dengannya.

2.3. Ekstrak Bawang Merah


Bawang merah mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral namun bukan sebagai sumber utama karbohidrat, protein dan lemak.Kandungan gizi
pada bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2.1. Kandungankimia lain yang terdapat pada
bawang merah antara lain minyak atsiri yang salahsatunya adalah aliin, dan fitohormon.
Fitohormon yang dikandung bawang merahadalah auksin (Setiawati dkk., 2008). Kandungan
Gizi dan Kimia pada Bawang Merah per 100 g

Kandungan Komposisi

1 Air (g) 88,00


2 Karbohidrat (g) 9,20
3 Protein (g) 1,50
4 Lemak (g) 0,30
5 Vitamin B1 (mg) 0,03
6 Vitamin C (mg) 2,00
7 Kalsium (mg) 36,00
8 Besi (mg) 0,80
9 Fosfor (mg) 40,00
10 Energi (kalori) 39,00
11 Bahan yang dapat dimakan(%) 90,99
12 Auksin Tidak terhitung

Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979) dan Wibowo (1988).Menurut


Nofrizal (2007), umbi bawang merah mengandung auksinendogen yang dapat digunakan
untuk merangsang pembelahan sel di jaringanmeristem tanaman. Nofrizal (2007) juga
menyatakan bahwa ekstrak bawangmerah ini mengandung auksin endogen yang dihasilkan
dari umbi lapis. Umbilapis ini di dalamnya terdapat calon tunas sedangkan pada sisi luarnya
terdapattunas lateral. Bawang merah juga mengandung senyawa allin yang berubahmenjadi
senyawa allicin. Senyawa allicin yang ditambahkan pada tanaman akan
memperlancarkan metabolisme jaringan tanaman dan dapat memobilisasi bahanmakanan
yang ada pada tubuh tanaman (Susanti, 2011).Ekstrak bawang merah mengandung zat
pengatur tumbuh yangmempunyai peranan mirip Asam Indol Asetat (IAA). Asam Indol
Asetat (IAA)adalah auksin yang paling aktif untuk berbagai tanaman dan berperan penting
dalam pemacuan pertumbuhan yang optimal (Husein dan Saraswati, 2010).Auksin ini
berperan penting dalam pertumbuhan tanaman, dimana perannya seperti pembesaran,
pemanjangan dan pembelahan sel serta mempengaruhi metabolisme asam nukleat dan
metabolisme tanaman (Lawalata, 2011). Pada penelitian Purwitasari dan Wiwit (2004),
perasan bawang merah dengan konsentrasi 80% menunjukkan rata-rata panjang akar krisan
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lain karena mengandung auksin kadar
optimum sehingga pemanjangan dan pengembangan sel-sel akar terpacu.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu


Tempat dan Waktu

Tempat : penelitian ini di laksanak di halaman rumah yang bertempatan di desa


sukarami kecamatan bermai ulu kabupaten rejang lebong provinsi bengkulu

Waktu : penelitian ini di laksanakan pada bulan februari-april 2021

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, spuit (alat suntik), blender,
pisau, gunting, gelas plastik, pengaduk, kain kasa untuk menyaring esktrak bawang merah ,
penggaris, alat tulis, kantung plastik, nampan plastik dan kamera hp.

Bahan yang digunakan adalah umbi bawang merah, air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh
(ZPT) alami, aquadest, komposl sebagai media semai benih. Bahan tanam yang digunakan
adalah benih sawi yang telah kadaluarsa selama 1 (satu) tahun.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok sederhana dengan tujuh perlakuan
dan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang diuji dalam penelitian ini adalah: Z0
(Aquades Tanpa ZPT/Kontrol); Z1 (Air Kelapa 25%); Z2 (Air Kelapa 50%); Z3 (Ekstrak
Bawang Merah 25%); Z4 (Ekstrak Bawang Merah 50). Setiap perlakuan diulang tiga kali,
sehingga terdapat 21 satuan percobaan.

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan uji F atau analisis varian (ANOVA) pada
taraf 5% dan apabila menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%.

Penelitian dilakukan dengan metode perendaman pada benih sawi pagoda yang telah
kadaluarsa sesuai dengan perlakuan. Benih direndam selama 6 jam, kemudian disemai pada
media kompol dan disiram dengan air agar kondisinya lembab. Pengamatan dilakukan setelah
benih berkecambah. Parameter pengamatan yang diamati adalah:

1. Umur Berkecambah (hss)

Umur berkecambah benih didapat dengan pengamatan ketika benih telah berkecambah
sebanyak 75% dari total benih.Daya Berkecambah/DB (%)

Daya berkecambah benih didapat dengan menghitung benih yang berkecambah normal pada
hari ke 5 hss dan 7 hss.
3.3. Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian terhadap OPT, baik berupa hama, penyakit maupun gulma.

Apabila pada saat percobaan terjadi serangan hama yang tidak dapat dikendalikan

secara manual atau prinsip PHT maka pengendalian dilakukan menggunakan

insektisida kimia atau sintesis

Anda mungkin juga menyukai