Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang


Tak ada seorang pun manusia yang menghendaki dirinya buta warna, namun tidak
bisa di pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna memiliki keterbatasan untuk
menempuh karir di bidang tertentu. Misalnya saja saat masuk fakultas keperawatan atau
dalam pekerjaan tertentu seperti analis kimia dan sebagainya .Mereka memerlukan ketajaman
pembedaan warna untuk menekunu ilmunya, yang tidak dapat dibedakan oleh orang yang
menderita buta warna.
Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna
tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna
tertentu saja, meskipun demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat
warna jadi hanya tampak hitam, putih dan abu-abu saja.
Penyakit buta warna merupakan kelainan genetik atau turunan, tanda dan gejala
seseorang menderita buta warna bisa diketahui saat dia masih balita. Penyebabnya adalah
kerusakan pada sel kerucut di dalam retina, sehingga tidak mampu menangkap spektrum
warna tertentu. Sehingga bisa dilakukan deteksi dini pada balita untuk mengetahui apakah
dia menderita buta warna atau tidak.
Sampai saat ini cara mengatasi buta warna belum berhasil ditemukan. Di Jepang saat
ini masih terus dilakukan beberapa penelitian untuk dapat mengganti sel-sel kerucut pada
retina yang mengalami kelainan bentuk atau kerusakan dengan sel-sel kerucut yang normal.

B.      Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Pathologi
Anfis Respiratory tentang penyakit genetika khususnya “Buta Warna”.

Penyakit Kelainan Buta Warna 1


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna & juga dapat
diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidak mampuan sel-sel
kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu
sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya.
B.     Anatomi
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata, mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya (Ilyas,2008) .
Menurut Guyton & Hall (1997), retina merupakan bagian mata yang peka terhadap
cahaya mengandung sel-sel kerucut yang berfungsi untuk penglihatan warna dan sel-sel
batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan dalam gelap. Retina terdiri atas pars
pigmentosa disebelah luar dan pars nervosa di sebelah dalam. Permukaan luar retina sensorik
bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina, sehingga bertumpuk dengan membrane B
ruch, khoroid, dan sclera, dan permukaan dalam berhubungan dengan corpus vitreum (Snell,
2006).
Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:
a.      Membrana limitans interna
b.      Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yangberjalan menuju
ke nervus optikus
c.       Lapisan sel ganglion
d.      Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel ganglion
dengan sel amakrin dansel bipolar
e.      Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
f.        Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungansel bipolar dan sel
horizontal dengan fotoreseptor
g.      Lapisan inti luar sel fotoreseptor
h.      Mambrana limitans eksterna
i.        Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar sel kerucut
j.        Epithelium pigmen retina. Lapisan dalam membrane Bruch Sebenarnya adalah
membrane basalis epithelium pigmen retina (Vaughan, 2000).

Penyakit Kelainan Buta Warna 2


C.     Patofisiologi
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda
tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya.
Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu
cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap
di pantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang
memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang
gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang
biru yanglebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata,
sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis
aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang
berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang
gelombang yang terletak antara 440-700 (Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang
dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel
kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan
biru.
a.      Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)
b.      Sel kerucut yang menyerap middle-wavelength light (green)
c.       Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)
Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu
sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan
baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna.
Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna primer akan berwarna
putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada
cahaya (Ilyas, 2008).
Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada
korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua
pigmen maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008).
Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat.
Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami
kerusakan pada 1 jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan

Penyakit Kelainan Buta Warna 3


menyebabkan orang hanya mampu melihat satu komponen yang disebut monokromat. Pada
keadaan tertentu dapat terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak normal
sehingga pasien tidak dapat mengenal warna sama sekali yang disebut sebaga iakromatopsia
(Ilyas, 2008).

D.      Etiologi
Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna
tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna
tertentu saja, meskipun demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat
warna jadi hanya tampak hitam, putih dan abu-abu saja. Normalnya sel kerucut (cone) di
retina mata mempunyai spectrum terhadap tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada
orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang sensitive untuk tiga jenis warna ini, maka ia
dikatakan normal.
Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total),
dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut
berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum
adalah anomalus trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria.
Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun
dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa
penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat
menyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi
kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara
turunan lebih besar di bandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika
hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau pembawa,
yang bias menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu riset 5-8%
pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk
dikromasi, protanopia, dan deuteranopia.
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1
Long Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang
menyandi pigmen hijau (SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).

Penyakit Kelainan Buta Warna 4


Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit macula saraf optik, sedang pada
kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan
saraf optik memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).

E.      Klasifikasi Buta Warna


Buta warna sendiri dapat di klasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
a.Trikromasi
Buta warna jenis ini adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel
kerucut.Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh manusia. Buta warna trikromasi
digolongkan atas :
Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah
Deutromali merupakan kelemahan warna hijau
Tritanomali yaitu kelemahan terhadap warna biru
b. Dikromasi
Merupakan tidak adanya satu dari tiga jenis sel kerucut, terdiri dari :
Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah
dan perpaduannya kurang.
Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
Tritanopia untuk warna biru.
c. Monokromasi
Ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang
terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikit warna pada jenis atypical. Jenis
buta warna ini prevalensi nya sangat jarang.

F.      Pemeriksaan

 Uji Ishihara
Merupakan uji untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna, didasarkan pada
menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna (Ilyas, 2008).
Menurut Guyton (1997) Metode Ishihara yaitu metode yang dapat di pakai untuk menentukan
dengan cepat suatu kelainan buta warna di dasarkan pada pengunaan kartu bertitik-titik.
Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.

Penyakit Kelainan Buta Warna 5


 Tes Buta Warna

Merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan memakai satu seri gambar
titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda (gambarmpseudokromatik), sehingga dalam
keseluruhan terlihat warna pucat dan menyukarkan pasien dengan kelainan penglihatan warna
melihatnya.
Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat sebagian
ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan
pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik
(Ilyas, 2008).
Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti buta warna merah
dan hijau pada atrofi saraf optik, optik neuropati toksik dengan pengecualian neuropati
iskemik, glaukoma dengan atrofi optic yang memberikan ganguan penglihatan biru kuning
(Ilyas, 2008).
G.      Pengobatan
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan
warna dengan objek tertentu.
Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa dengan filter warna
khusus yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali warna.
H.      Hal-hal yang perlu diketahui tentang buta warna
a.      Sifatnya genetik
Buta warna biasanya bersifat genetik, tetapi juga bisa disebabkan oleh luka traumatik atau
paparan bahan kimia.
b.      Ada tiga jenis buta warna

Penyakit Kelainan Buta Warna 6


Jenis pertama adalah kondisi dimana sulit untuk membedakan antara warna merah dan
hijau. Jenis kedua sulit untuk membedakan antara warna biru dan kuning, dan jenis yang
ketiga adalah buta warna lengkap di mana mata tidak dapat mendeteksi warna sama sekali.
c.       Orang yang buta warna tidak dapat membedakan warna merah dan hijau
Buta warna pada warna merah dan hijau mempengaruhi 10% dari laki-laki di Amerika
Serikat, sementara hanya 0,5% dari wanita yang terpengaruh. 99% dari semua orang dengan
buta warna, tidak dapat membedakan warna merah dan hijau.
d.      Buta warna biru dan kuning adalah hal yang langka
Buta warna terhadap warna biru dan kuning adalah hal yang langka dan mempengaruhi
antara 1 diantara 15.000 orang dan 1 di antara 50.000 orang. Baik pria maupun wanita sama-
sama terpengaruh.
e.      Monochromacy = buta warna total
Monochromacy adalah nama untuk buta warna total. Ini mempengaruhi sekitar 1 dari
30.000 orang. Tidak seperti orang-orang yang ‘buta’ dengan warna merah-hijau atau biru-
kuning, orang-orang dengan monochromacy tidak dapat melihat warna sama sekali, hanya
berbagai nuansa hitam, putih, dan abu-abu.
f.        Penerbitan makalah ilmiah pertama tentang buta warna di tahun 1798
Seorang ahli kimia Inggris bernama John Dalton, yang dirinya juga buta warna,
menerbitkan makalah ilmiah pertama tentang buta warna pada tahun 1798.
g.      Buta warna tidak selamanya menjadi sebuah kekurangan
Buta warna bisa menjadi keuntungan.Jenis monyet capuchin yang buta warna mampu
menangkap serangga lebih banyak daripada monyet capuchin yang tidak buta warna. Di sisi
lain, tentara AS telah menemukan bahwa orang yang buta warna dapat melihat benda-benda
yang disamarkan jauh lebih baik daripada mereka yang tidak buta warna.
h.      Ibu yang buta warna merah-hijau akan menurun ke anak laki-lakinya
Seorang wanita yang buta warna merah-hijau akan selalu memiliki anak laki-laki yang buta
warna merah-hijau.
i.        Sebagian orang Eropa melarang orang yang buta warna untuk mengemudi
Perbedaan antara warna lampu lalu lintas yakni merah, hijau, dan kuning akan sulit
dibedakan oleh pengemudi yang buta warna. Di Bulgaria, Rumania, dan Turki orang yang
buta warna dilarang mengemudi.
j.        Orang yang buta warna cenderung mengalami kesulitan dengan makanan

Penyakit Kelainan Buta Warna 7


Mereka mengalami kesulitan untuk mengatakan jika sepotong daging merah sudah matang
atau masih mentah, mereka tidak dapat mengatakan apakah pisang berwarna kuning atau
hijau, dan mereka tidak ank melihat perbedaan antara tomat hijau mentah atau tomat
berwarna merah yang sudah masak.
k.       Buta warna berhubungan dengan kanker usus besar
Satu teori mengapa laki-laki lebih meninggal akibat kanker usus besar dibandingkan
perempuan adalah dikarenakan laki-laki lebih banyak yang buta warna, ank arena itu mereka
tidak dapat mendeteksi darah saat membilas baik dengan air atau kertas toilet sehabis buang
air besar.
l.        Tes Ishihara, tes buta warna
Tes Ishihara, banyak digunakan untuk menguji orang yang buta warna, diciptakan oleh
Shinobu Ishihara, seorang opthalmologist asal Jepang. Tes Ishihara terdiri dari 38 piring
penuh dengan titik-titik berwarna. Di tengah-tengah piring yang penuh dengan titik berwarna
tersebut, terdapat titik-titik lagi yang berbeda corak dan warna berbentuk angka, dimana
orang yang buta warna tidak bisa melihat angka tersebut.

Penyakit Kelainan Buta Warna 8


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel kerucut mata
yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-warna tertentu.
Selayang pandang tentang buta warna.Buta warna biasanya bersifat genetik, tetapi
juga bisa disebabkan oleh luka traumatik atau paparan bahan kimia.Ada tiga jenis buta
warna ,jenis pertama adalah kondisi dimana sulit untuk membedakan antara warna merah dan
hijau. Jenis kedua sulit untuk membedakan antara warna biru dan kuning, dan jenis yang
ketiga adalah buta warna lengkap di mana mata tidak dapat mendeteksi warna sama sekali.
Untuk mengetahui seseorang menderita buta warna dilakukan sebuah test yaitu tes
Ishihara. Tes Ishihara, banyak digunakan untuk menguji orang yang buta warna, diciptakan
oleh Shinobu Ishihara, seorang opthalmologist asal Jepang. Tes Ishihara terdiri dari 38 piring
penuh dengan titik-titik berwarna.Di tengah-tengah piring yang penuh dengan titik berwarna
tersebut, terdapat titik-titik lagi yang berbeda corak dan warna berbentuk angka, dimana
orang yang buta warna tidak bisa melihat angka tersebut.
Sampai saat ini belum ada tindakan atau pengobatan yang dapat mengatasi gangguan
persepsi warna ini.Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan warna
dengan objek tertentu.

B.      Saran
Bagi siapa saja yang membaca makalah ini penulis berharap bisa memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Penyakit Kelainan Buta Warna 9


DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Hall.1997.Fisiologi Manusia dan mekanisme Penyakit.Jakarta:EGC.


Ilyas, Sidarta.2008.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
http://www.doktergaul.com/blog/buta-warna/57.html
http://ners-blog.blogspot.com/2011/08/makalah-buta-warna.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Balita/
anak.lelaki.lebih.beresiko.buta.warna/001/001/2129/3
http://www.artikelkesehatan99.com/14-hal-yang-layak-anda-ketahui-tentang-buta-warna/#

1
Penyakit Kelainan Buta Warna
0

Anda mungkin juga menyukai