BAB II Urea
BAB II Urea
TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Urea
Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal
dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain
yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide,
carbonyldiamine (Ernawanto, 2011). Urea merupakan pupuk nitrogen dengan
kandungan 46% yang memiliki karakter mudah larut dalam air dan tidak
mempunyai residu garam sesudah dipakai untuk tanaman (Demir, 2014).
Selain itu urea tidak bersifat mengionisir dalam larutan, sehingga mudah
mengalami pencucian karena tidak mudah terjerap oleh koloid tanah. Sehingga
untuk dapat diserap oleh akar tanaman, urea harus mengalami proses ammonifikasi
dan nitrifikasi lebih dahulu (Effendi, 2010). Cepat dan lambatnya perubahan
bentuk amide dari urea ke bentuk senyawa N yang dapat diserap oleh tanaman
sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu keadaan populasi, aktivitas
mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya pupuk urea
yang diberikan bagi tanaman (Hardjowigeno, 2013). Unsur hara nitrogen yang
terkandung dalam pupuk urea memiliki kegunaannya bagi tanaman yaitu, membuat
daun lebih banyak mengandung klorofil (zat hijau daun), dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman, dapat menambah kandungan protein tanaman dan dapat
dipakai untuk semua jenis tanaman (Al-Jabri et.al. 2011).
Disamping penggunaannya sebagai pupuk, urea juga digunakan sebagai
tambahan makanan protein untuk hewan pemamah biak, juga dalam produksi
melamin, dalam pembuatan resin, plastik, adhesif, bahan pelapis, tekstil, dan resin
perpindahan ion (Eko, 2013). Prinsip pembuatan urea pada umumnya yaitu dengan
5
II.2 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses dimana molekul fluida menyentuh dan melekat pada
permukaan padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padat tersebut (Nasruddin, 2005). Dengan kata lain, proses adsorpsi
merupakan akumulasi adsorbat (zat yang teradsorpsi) pada permukaan adsorbent
(zat yang mengadsorpsi) dimana disebabkan oleh gaya tarik antar molekul atau
suatu akibat dari medan gaya pada permukaan padatan (adsorbent) yang menarik
molekul-molekul gas, uap maupun cairan (Oscik, 1982). Proses adsorpsi dapat
berlangsung jika suatu permukaan padatan dikotakan dengan molekul gas atau cair,
maka didalamnya terdapat gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya ikatan
hidrogen yang bekerja diantara molekul seluruh material. Gaya yang tidak
seimbang pada batas fasa tersebut menyebabkan perubahan konsentrasi molekul
pada interface solid/fluida (Ginting, 2008). Gaya tarik-menarik dari suatu padatan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu gaya fisika dan gaya kimia yang masing-masing
menghasilkan adsorpsi fisika (physisorption) dan adsorpsi kimia (chemisorption).
11
12
14
15
16
17
18
19
II.4 Gelombang
Halliday dan Resnick (1998), mendefinisikan gelombang sebagai sebuah
gangguan periodik dalam suatu medium atau ruang. Gelombang dapat diartikan
sebagai bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Dalam hal ini yang
merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. (Arifin, 2001).
Secara umum gelombang diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu gelombang
mekanik & gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang
yang memerlukan medium merambat, sedangkan gelombang elektromagnetik
tidak memerlukan medium untuk merambat (Trisnobudi, 2006).
Persamaan gelombang mekanik dapat diturunkan dari persamaan gerak
Newton, sedangkan persamaan gelombang elektromagnetik dapat diturunkan dari
persamaan Maxwell (Trisnobudi, 2006). Gelombang berdasar arah rambatannya
dibagi menjadi gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang
dikelompokkan menjadi gelombang trasnversal jika partikel-partikel mediumnya
bergetar ke atas dan ke bawah dalam arah tegak lurus terhadap gerak gelombang,
sedangkan dikatakan gelombang longitudinal jika arah getaran medium sejajar
dengan arah rambat gelombang (Lohat, 2008)
20
22
23
24
26