KELOMPOK 1 - PPH 22 Dan PPH 23
KELOMPOK 1 - PPH 22 Dan PPH 23
PENGHASILAN PASAL 23
Disusun Oleh :
Hermawan (191011200524)
Husnah Adlyna Wahyuni (191011201268)
Rahmawati (191011200257)
Rencana Laia (191011202105)
Reza Haliza (191011201117)
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
A. Pendahuluan
impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Dasar hukum PPh Pasal 22 adalah UU no
36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU no 7 tahun 1983 tentang pajak
PPh Pasal 22 adalah pembelian barang seperti komputer, mebel, mobil dinas, ATK,
dan barang lainnya oleh Pemerintah kepada wajib pajak rekanan penjual barang.
Pemungutan PPh Pasal 22 ada yang bersifat final dan tidak final, untuk
pemungutan yang bersifat final terhadap wajib pajak yang tidak memiliki NPWP
dikenakan lebih tinggi 100% dibanding wajib pajak yang memiliki NPWP.
Pemungutan yang bersifat final dikenakan atas penjualan bahan bakar minyak, gas
Adapun tarif yang dikenakan terdapat dua jenis yaitu tarif umum dan tarif
khusus, tarif umum adalah sebesar 1.5% x Harga beli (tidak termasuk PPN dan
dikenakan 100% lebih tinggi jika rekanan tidak memiliki NPWP), sementara tarif
1. Atas impor
a. Barang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PMK no
d. Barang selain huruf a, b, dan c yang menggunakan API = 2.5% x nilai impor
3. Penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas oleh produsen atau importir
• Penjualan kepada SPBU yang menjual bahan bakar minyak yang dibeli
• Penjualan kepada SPBU yang menjual bahan bakar yang dibeli selain
4. Penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri oleh badan usaha yang
d. Semua jenis kendaraan bermotor roda dua atau lebih, selain alat berat =
Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum = 0.45% x harga jual
7. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan atau
8. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan = 0.45%
x harga jual
1. Bank devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas transaksi berikut:
a. Impor barang
b. Ekspor hasil tambang batubara, mineral logam, mineral bukan logam yang
atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang terdiri dari:
Krakatau Steel.
batubara, mineral logam dan mineral bukan logam dari badan atau orang pribadi
9. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Tunggal Merek (APM), dan
10. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan
11. Badan usaha yang bergerak dalam usaha industry baja yang merupakan industry
hulu, termasuk industry hulu yang terintegrasi dengan industry antara dan
indutsri hilir
12. Pedangang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang usahanya;
perikanan
b. Menjual hasil tersebut kepada badan usaha dan eksportir yang bergerak
22 adalah wajib pajak tertentu yang melakukan penjualan barang yang tergolong
Rp30.000.000.000 (tiga puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 400
pengalihan lebih dari Rp30.000.000.000 (tiga puluh miliar rupiah) atau luas
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkut orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utlilty vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MVP), minibus
dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp2.000.000.000 (dua miliar
6. Kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari
Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari
300cc.
berikut:
2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea
kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi. Pembayaran untuk
pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi. Pembelian
keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir.
pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB. Harus
Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, yang telah dikenai
9. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan emas
Keterangan Bebas.
11. Pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan
12. Pembelian bahan pangan pokok dalam rangka menjaga ketersediaan pangan
dan stabilisasi harga pangan oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik
(Perum BULOG) atau Badan Usaha Milik Negara lain yang mendapatkan
Contoh perhitungan:
sebesar US$ 1200.000. Bea masuk 5% dari CIF dan terkena pungutan
0.5% dari CIF Kurs umum pada saat itu US$ 1 = Rp 14.900
a. Memiliki API
1,729,500,000.00
Rp 1,729,500,000.00 = Rp 129,712,500.00
banderol
Contoh perhitungan:
Tagihan (DPP) = =
2023 senilai
1. PPh Pasal 22 atas impor barang disetor oleh importir dengan menggunakan
formulir Surat Setoran Pajak, Cukai dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal 22 atas
impor barang yang dipungut oleh DJBC harus disetor ke bank devisa, atau
bank persepsi, atau bendahara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dalam
jangka waktu 1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP
2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran
Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal
pajak berakhir.
3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang disetor oleh pemungut atas nama dan
NPWP Wajib Pajak rekanan ke bank persepsi atau Kantor Pos pada hari
Pelayanan Pajak;
pajak berakhir.
4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang disetor oleh pemungut atas nama dan
NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama
5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang disetor oleh pemungut atas nama dan
NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat
formulir SSP dan menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua
6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi dan hasil penjualan barang
sangat mewah disetor oleh pemungut atas nama wajib pajak ke bank
persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
berakhir.
7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi disetor oleh pemungut ke bank
persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya
Pelayanan Pajak;
setempat paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
Berikut adalah batas waktu penyetoran PPh Pasal 22 sesuai dengan Pasal 2 PMK
242/2014 dan batas waktu pelaporan PPh Pasal 22 sesuai dengan Pasal 10 dan 11
PMK 242/2014.
❖ PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor disetor sendiri. Batas
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Batas waktu penyetoran 1 hari kerja
A. Pendahuluan
Indonesia Nomor 36 tahun 2008. Dimana di dalamnya memuat pasal pasal yang
mengatur pajak penghasilan, salah satunya PPH pasal 23 yang mengatur pajak
penghasilan atas transaksi yang meliputi penghasilan yang diterima atau diperoleh
wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yang berasal dari modal,
penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh
pasal 21. Tarif yang dikenakan pada masing masing objek PPH 23 tentunya berbeda
beda. Umumnya Penghasilan PPH pasal 23 terjadi saat adanya transaksi antara
pihak yang menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan pemberi
penghasilan. Maka saat terjadinya transaksi tersebut PPH 23 harus dipotong oleh
pemungut pajak dari wajib pajak saat terjadinya transaksi tersebut. Transaksi yang
dimaksud adalah transaksi yang berhubungan dengan dividen, royalti, bunga, hadiah
dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan penggunaan aset
selain tanah atau transfer bangunan atau jasa. Namun wajib pajak bisa dibebaskan
dari pemotongan PPH pasal 23 tersebut jika wajib pajak tersebut sedang mengalami
kerugian fiskal.
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. BUT
a. Akuntan
b. Arsitek
c. Notaris
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21. Seperti:
2. BUT
Pajak PPh 23 dengan tarif 15% dikenakan untuk penghasilan bunga, dividen,
royalti dan hadiah. Sedangkan, pajak PPh 23 dengan tarif 2% dikenakan untuk
penghasilan jasa dan sewa. Berdasarkan tarif pajaknya, maka objek PPh pasal 23
1. Objek pajak yang dikenakan tarif 15% dari jumlah bruto. Objek pajak yang
a. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
pengembalian utang.
c. Royalti
2. Objek pajak yang dikenakan tarif 2 % dari jumlah bruto, tidak termasuk pajak
pertambahan nilai (PPN). Objek pajak yang dikenakan tarif ini terdiri dari:
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah
jasa konsultan dan jasa lain, selain jasa yang telah dipotong pajak
❖ Jasa penilai.
❖ Jasa aktuaris.
dan gas bumi, kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap
(BUT).
selain migas.
oleh KSEI.
❖ Jasa maklon.
❖ Jasa pengepakan.
memiki nomor pokok wajib pajak (NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah
Berikut ini adalah penghasilan yang dikecualikan dari PPh pasal 23 baik untuk PPh
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan
syarat:
❖ Bagi perseroan terbatas serta BUMN dan BUMD yang menerima deviden
❖ Sisa hasil usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya dan bunga simpanan yang tidak melebihi sebesar Rp. 240.000
❖ Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan atas pelaporan SPT Masa adalah tanggal
20 bulan berikutnya.
Contoh:
Pak Adi memotong PPh Ps 23 atas hadiah pada tanggal 10 Maret 2023, maka
Pak Adi paling lambat harus menyetorkan pemotongan atas PPh Ps 23 tersebut
tanggal 10 April 2023. Untuk pelaporan SPT Masa paling lambat adalah tanggal 20
Bukti potong atas PPh Ps 23 saat ini dapat dibuat menggunakan interne/online
G. Tata Cara Membuat Bukti Potong Pph Pasal 23 Dengan E-Bupot Unifikasi
1. Masuk ke laman djp online, masukan NPWP, kata sandi dan juga keamanan
2. Setelah masuk ke laman djp, klik “Lapor” dan “Pra Pelaporan” dan pilih “e-
Bupot Unifikasi”
5. Isi tahun pajak, masa pajak dan jenis identitas. Jika memilih NPWP,
masukan nomor NPWP nanti nama WP yang dipotong akan keluar secara
Ps 23 kode objek pajaknya biasanya dimulai dengan angka ‘24’. Tarif akan
terisi otomatis setelah kita memilih jenis “Kode Objek Pajak”. Masukan
mendapatkan fasilitas PPh, silahkan pilih jenis fasilitas dan isi nomor surat
7. Pada bagian ini, kita harus membuat dokumen dasar pemotongan. Cara
tanggal dokumen.
9. Jika sudah selesai mengisi, dokumen dasar pemotongan akan muncul seperti
bahwa data yang diisi dengan benar. Lalu klik “Simpan” pada bagian
bawah.
11. Setelah selesai, akan muncul pop-up bahwa bukti potong sudah berhasil
disimpan. Jika sudah selesai pilih “Tidak”, jika masih ingin membuat bukti
2. Setelah itu masukan tahun pajak dan masa pajak yang ingin di laporkan,
Bukti Penyetoran” dan masukkan tahun pajak dan masa pajak kemudian
pilih “Cek”. Nanti akan muncul list Bukti potong yang sebelumnya
sudah berhasil diposting. Langkah selanjutnya adalah membuat e-billing
otomatis.
6. Setelah itu akan muncul pop-up notifikasi bahwa kode billing berhasil
1. Klik “SPT Masa” dan pilih “Perekaman Bukti Penyetoran”. Setelah itu pilih
2. Setelah itu akan ada list bukti setor dengan klik “Tambah”
3. Pilih jenis bukti penyetoran “SSP”dan isi NTPN sesuai dengan NTPN pada
bukti penyetoran dan pilih tahun pajak. Dan klik “Cek SSP”
4. Sistem akan mengecek bukti setoran. Jika bukti setoran ditemukan akan
jenis pajak, jenis setoran, jumlah setoran dan tanggal pajak di setorkan.
6. Jika bukti setor berhasil diinput, maka akan muncul daftar bukti setor
7. Langkah selanjutnya adalah penyiapan SPT Masa PPh Unifikasi
10. Maka akan terlihat draft dari SPT yang akan dilaporkan
11. Setelah itu, klik “Penandatangan”
14. Jika sudah berhasil menginput, tampilan SPT Masa PPh Unifikasi adalah
16. Isi bagian ‘Passphrase’ dan upload sertifikat elektronik kemudian klik
“Kirim SPT”
Bahar, A.Aulidya. 2013. Analisis pajak penghasilan pasal 23 atas jasa Freight
https://www.youtube.com/watch?v=FE6xiwm5x90
https://youtu.be/jl7Wv7MWkEg
Pajak penghasilan
Setiadi, Moch D., and Iman Akhadi. "Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan dan
Karawang." Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol. 19, no. 1a, 2017, pp. 218-225,
doi:10.34208/jba.v19i1a-3.289.
Pamulang.