Anda di halaman 1dari 13

GIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMEKARAN DAERAH DI WILAYAH

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF COST AND BENEFIT

1Julizar Idris, 2Jumanah, 3Iwan Setiawan, 4Anita Tina, 5Ficka Yulia B, 6Sri
Wahyuningsih

1
Julizar Idris (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten); idrisjulizar@gmail.com
2
Jumanah (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten); jumanah1011@gmail.com
3
Iwan Setiawan (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten); kakiwanseta@gmail.com
4
Anita Tina(Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten); anitatina98@gmail.com
5
Ficka Yulia B(Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten); fickabadariyahbadariyah@gmail.com
6
Sri Wahyuningsih (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten); srindwhyu08923@gmail.com

Abstract
Cost and Benefit A thorough cost and benefit analysis is carried out to assess whether the costs associated with
financing a feasibility study outweigh the potential benefits. Cost refers to the financial resources used in
conducting the study, while benefits cover possible risks of project failure, including opportunity costs, start-up
costs, and capital costs. A comprehensive evaluation is carried out to determine whether the costs associated
with funding the feasibility study outweigh the potential benefits. This research approach uses a qualitative
approach, where the method focuses on research by describing the phenomena that occur. The type of research
used is descriptive. Data collection with biometric mapping was carried out on the VOSViewer application, then,
in the text format of the data, which was inputted and analyzed with VOSViewer, the results of research
developments in the implementation of the smart city program obtained the conclusion. Saile stated that regional
division is a challenging issue because it leads to the emergence of new problems such as determining regional
boundaries and managing expanded areas. All of Indonesia's existing territories have carried out regional
autonomy or regional expansion because Indonesia has established Article 18 of the 1945 Constitution
(hereinafter referred to as the 1945 Constitution) as the legal basis for local government in Indonesia. The
establishment of a new autonomous region is one part of efforts to organize administrative areas which aim,
among other things, to facilitate the provision of public services, shorten the span of control, provide space for
local communities to develop their potential more optimally, and create service effectiveness. The results of the
expansion of the regions revealed the gloomy situation of the government's performance and the development of
the public in the 70 regions resulting from the expansion. In addition, the process of regional expansion is the
strengthening of ethnic and religious identity politics and the rise of narrow regional insights. Regional
expansion is the best solution for every problem that occurs in the region. The creation of justice and equity
between the central and regional governments. The formation of new autonomous regions (expansion of regions)
is expected to bring services closer to the community, the implementation of an effective and efficient government
wheel and democratization at the regional level.
Keywords: Costs, Benefits, Expansion, Region

Pendahuluan
Pemekaran daerah dalam tatanan filosofis dimaksudkan untukmeningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Secara historis, The Founding Fathers, telah menetapkan Pasal 18 Undang-
Undang Dasar Tahun 1945(selanjutnya disebut UUD 1945) sebagai dasar hukum
pemerintahan daerah di Indonesia. Pembentukan daerah otonom baru salah satu bagian dari
upaya penataan wilayah administratif yang bertujuan antara lain memudahkan pemberian
pelayanan publik memperpendek rentang kendali, memberi ruangbagi masyarakat setempat
untuk mengembangkan potensi secara lebih optimal, menciptakan efektivitas pelayanan.
Berkaitan dengan pembentukan daerah otonom, maka menafsirkan UUD 1945 tidak cukup
dengan hanya terfokus pada Pasal 18 UUD 1945 saja, melainkan harus sitematis dengan
Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yangberbentuk Republik, yang dimana wilayah NKRI akan dibagi-bagi kedalam
bentuk daerah-daerah. Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 18 UUD 1945 yang menentukan
1
NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintahan
sendiri yang diatur dengan Undang-Undang.Dengan adanya penataan dibagi atas, maka
hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota)
bersifat Hierarki-vertikal. Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UUD 1945 yang telah diubah,
memperjelas bahwa NKRI akan dibagi-bagi meliputi daerah provinsi,kabupaten, dan kota,
dan juga adanya perubahan sistim. yang manasebelumnya sentralistik kemudian menjadi
desentralisasi, di mana pemerintah memberikan keleluasaan kepada daerah
untukmenyelenggarakan otonomi daerah.
Pasal 18 Ayat (5) menentukan bahwa pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat. Penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan secara jelas
didalam UUD 1945, ditujukan untuk menata sistem pemerintahan daerah dalam kerangka
NKRI. Pelaksanaan dilakukan dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di tingkat daerah.
Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah
secara proporsional. Artinya pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan
pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan
keuangan pusat.
Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (selanjutnya disebut UU No. 32
Tahun 2004) menentukan bahwa pembentukan daerah otonom dapat berupa penggabungan
beberapa daerah atau bagian daerah yang bersanding/pemekaran dari satu daerah menjadi dua
daerah atau lebih.Sedangkan Pasal 1 Angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun
2007Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah (selanjutnya
disebut PP No. 78 Tahun 2007) menentukan Bahwa pembentukan daerah adalah pemberian
status pada wilayah tertentu sebagai daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota.
Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (selanjutnya disebut UU No. 23
Tahun 2014) menentukan bahwa pembentukan daerah berupa pemekaran daerah dan
penggabungan daerah. berkaitan dengan pemekaran daerah, Pasal 33 Ayat (1) UU No. 23
Tahun 2014 menentukan bahwa pemekaran daerah adalah pemecahan daerah provinsi atau
daerahkabupaten/kota menjadi dua atau lebih daerah baru atau penggabungan bagian daerah
dari daerah yang bersanding dalam satu daerah provinsimenjadi satu daerah baru.Berkaitan
dengan pemekaran daerah, secarafilosofis, bahwa tujuan pemekaran daerah ada dua
kepentingan, yakni pendekatan pelayanan umum pemerintahan kepada masyarakat, dan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, serta memperpendek rentang kendali
pemerintahan.
Indonesia juga mengubah gaya pemerintahannya, dari sentralistik menjadi desentralisasi.
Kedua kecenderungan ini terjadi bersamaan dengan globalisasi yang mendorong arus modal
global yang secara langsung meningkatkan tekanan terhadap lingkungan Indonesia. Makalah
ini mengevaluasi desentralisasi program pengelolaan lingkungan di Indonesia dan berfokus
pada implikasi dari perubahan tersebut (Setiawan & Hadi, 2007).
Sebelumnya, tata cara pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah diatur dalam
PP No 129 Tahun 2000 diganti dengan PP No. 78 Tahun 2007. Dalam perkembangannya
banyak daerah hasil pemekaran belum atau kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
bahkan berpotensi menimbulkan permasalahan baru, sehingga selajutnyamenimbulkan
pertanyaan bagaimana daerah-daerah yang telah dimekarkannamun belum mencapai tujuan
dari pemekaran daerah itu sendiri?.Berdasarkan pemaparan di atas tersebut, maka penulis
tertarik melakukanpengkajian mendalam terhadap Prosedur pemekaran daerah otonom
dalamwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-UndangNomor 23
2
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Serta solusi pengaturan bagi daerah otonom yang
baru dimekarkan tetapi dinyatakan gagal dalam melaksanakan otonomi daerah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Bauw, 2018).
Indonesia juga mengubah gaya pemerintahannya, dari sentralistik menjadi desentralisasi.
Kedua kecenderungan ini terjadi bersamaan dengan globalisasi yang mendorong arus modal
global yang secara langsung meningkatkan tekanan terhadap lingkungan Indonesia. Makalah
ini mengevaluasi desentralisasi program pengelolaan lingkungan di Indonesia dan berfokus
pada implikasi dari perubahan tersebut (Setiawan & Hadi, 2007).
Pemekaran wilayah mengacu pada pembagian provinsi, wilayah, kabupaten, dan wilayah
perkotaan menjadi beberapa wilayah. Indonesia baru-baru ini membentuk wilayah
administrasi baru di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten. Hal ini dimungkinkan oleh UU
No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana UUD 1945 tidak secara
khusus mengatur tentang pembentukan atau pemekaran daerah. Namun, Pasal 18B ayat (1)
mengakui satuan-satuan pemerintahan daerah khusus yang diatur dengan undang-undang.
Tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, demokrasi, ekonomi, pengelolaan potensi daerah, keamanan, dan
hubungan pusat dan daerah. Tujuan pemekaran ini adalah untuk meningkatkan sumber daya
yang berkelanjutan, mendorong keharmonisan dan pembangunan antar sektor, serta
memperkuat integrasi nasional. Pencapaian tujuan tersebut diperlukan peningkatan kualitas
sumber daya di segala bidang, terutama sumber daya manusia, untuk meningkatkan kinerja
organisasi dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sekaligus
mendukung pembangunan daerah
Tujuan utama menciptakan atau memperluas suatu wilayah adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, termasuk aspek-aspek seperti budaya, politik,
dan ekonomi. Meskipun pembentukan daerah otonom baru dapat mengakibatkan pengeluaran
pemerintah yang lebih tinggi, Pasal 2 UU No. 129 Tahun 2000 bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan melakukan langkah-langkah seperti pembentukan,
pemekaran, penghapusan, atau penggabungan daerah (Hukum, 2018).

Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana metode yang
memfokuskan penelitian dengan memaparkan fenomena yangn terjadi. Tipe penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Pengumpulan data dengan pemetaan biometrik lakukan
pada aplikasi VOSViewer, kemudian,format teks data, yang diinput dan dianalisis
dengan VOSViewer, perkembangan hasil penelitian bidang implementasi program smart
city diperoleh hasil kesimpulannya (Jumanah et al., 2023).

Hasil dan Pembahasan


 Pemekaran Daerah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti daerah pemekaran adalah daerah atau wilayah
yang diproses untuk diperluas (diperlebar dan sebagainya). Saile mengemukakan bahwa pemekaran
wilayah merupakan isu yang menantang karena mengarah pada munculnya masalah baru seperti
penentuan batas wilayah dan pengelolaan wilayah yang diperluas. Selain itu, pemekaran yang sering
mengakibatkan perubahan lahan dan batas antar daerah menjadi sulit untuk ditangani baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Menampung aspirasi masyarakat secara adil dan
menyeluruh merupakan tugas yang kompleks, yang seringkali menimbulkan sengketa tata batas,
ketegangan, konflik, bentrok, dan tawuran antarwarga. Istilah "pemekaran daerah" digunakan sebagai

3
eufemisme untuk menggambarkan proses pembentukan satuan pemerintahan daerah baru dengan cara
pemekaran suatu daerah. Ini dilihat sebagai cara yang lebih positif untuk mendeskripsikan proses,
karena istilah "pemisahan" atau "pembelahan" memiliki konotasi negatif. Istilah "pemekaran" justru
digunakan untuk menyebut munculnya daerah otonom baru di Indonesia, karena dianggap lebih cocok
dan sejalan dengan filosofi kerukunan. Istilah pemekaran daerah kadang silih berganti dipakai untuk
menggantikan istilah pembentukan daerah. Hal ini dikarenakan kedua istilah tersebut memilikd
pengertian yang hampir sama meskipun sebenarnya istilah pembentukan daerah memiliki makna
berbeda dengan pemekaran daerah. Ada beberapa makna yang terkandung di dalam istilah pembentukan
daerah:
 Istilah pembentukan daerah lebih tepat dipakai untuk menyebut proses penetapan sebuah daerah bekas
satuan administrasi lokal, misalnya penetapan Kabupaten dan Kotapraja di Jawa tahun 1945 1950
menjadi pemerintahan lokal negara baru Indonesia.
 Istilah Pembentukan Daerah juga dipakai untuk daerah-daerah yang sudah disepakati sebagai wilayah
negara RI, tetapi pasca Perang Dunia 11 diserahkan tentara sekutu kepada kekuasaan Belanda.Istilah
Pembentukan Daerah dipakai untuk menyebut satuan pemerintahan daerah RI yang wilayahnya
tergabung setelah puluhan tahun berikutnya seperti masuknya Irian Barat dan Timor Timur ke dalam
NKRI (Hernawati, 2011).
Adapun hasil penelitian ini juga seperti disampaaikan oleh Tryatmoko (2016) Rencana Indonesia untuk
memperluas daerah telah menimbulkan masalah bagi peme rintah baik di tingkat nasional maupun daerah.
Anggaran untuk daerah semakin besar dan semakin sulit bagi pemerintah pusat untuk mengontrolnya. Korupsi
dan masalah lain juga muncul. Di tingkat lokal, ada masalah dengan politik, hukum, dan manajemen. Ekspansi
telah menyebabkan lebih banyak kekuatan untuk kelompok tertentu, melemahkan institusi, dan mempersulit
demokrasi untuk bekerja. Beberapa pemerintah daerah berjuang untuk mengelola.
Penelitian kebijakan pemekaran daerah telah dilakukan pada tahun 2019. Adapun hasil penelitian yang
dismpaikan oleh Aminah et al. (2019) menemukan bahwa ketika daerah-daerah baru diciptakan di Indonesia,
seringkali tidak dilakukan dengan tujuan membantu masyarakat. Meskipun pemerintah telah melakukan ini
selama hampir 20 tahun, itu tidak benar-benar membuat keadaan menjadi lebih baik bagi orang-orang yang
tinggal di sana. Studi ini juga menemukan bahwa tidak semua keputusan untuk menciptakan kawasan baru
adalah keputusan yang baik. Hampir semua daerah baru yang dibuat tidak memiliki kondisi kehidupan yang
sangat baik. Studi tersebut merekomendasikan agar setiap orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
harus memikirkan apa yang terbaik bagi orang-orang yang tinggal di sana, bukan hanya memikirkan apa yang
mereka inginkan. Studi ini juga mengatakan bahwa mereka harus menggunakan cara berbeda untuk mengukur
seberapa baik segala sesuatunya berjalan, sehingga mereka bisa mendapatkan ide yang lebih baik tentang
bagaimana membuat sesuatu menjadi lebih baik.
Meskipun pemerintah telah melakukan ini selama hampir 20 tahun, itu tidak benar-benar membuat keadaan
menjadi lebih baik bagi orang-orang yang tinggal di sana. Studi ini juga menemukan bahwa tidak semua
keputusan untuk menciptakan kawasan baru adalah keputusan yang baik. Hampir semua daerah baru yang
dibuat tidak memiliki kondisi kehidupan yang sangat baik. Studi tersebut merekomendasikan agar setiap orang
yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus memikirkan apa yang terbaik bagi orang-orang yang tinggal
di sana, bukan hanya memikirkan apa yang mereka inginkan. Studi ini juga mengatakan bahwa mereka harus
menggunakan cara berbeda untuk mengukur seberapa baik segala sesuatunya berjalan, sehingga mereka bisa
mendapatkan ide yang lebih baik tentang bagaimana membuat sesuatu menjadi lebih baik.

Pemetaan Bibliometrik
Berdasarkan pemetaan bibliometrik yang penulis lakukan pada aplikasi VOSViewer, maka didapatkan hasil
sebanyak 644 dokumen yang dibagi ke dalam 6 kluster. Berdasarkan format teks data, yang diinput dan
dianalisis dengan VOSViewer, perkembangan hasil penelitian bidang implementasi program smart city
diperoleh hasil sebagai berikut:
 Visualisasi network new peta co-word
Hasil visualisasi network peta co-word perkembangan penelitian bidang Analisis cost and
benefit implementasi pemekaran daerah di Indonesia terbagi menjadi 4 kluster seperti pada Gambar 1
berikut:

4
Gambar 1. visualisasi network peta co-word

Sumber: Data diolah melelalui VosViwer, 2023


Menurut Tupan, (2019) menyatakan The cluster density view, merupakan item (label) yang ditandai sama
dengan item yang terlihat. Setiap titik item memiliki warna yang tergantung pada kepadatan item
pada saat itu. Hal tersebut mengidentifi kasikan bahwa warna titik di peta tergantung pada jumlah item
yang terkait dengan item lain. Bagian ini sangat berguna untuk memperoleh gambaran dari struktur umum
peta bibliometrik dengan memperhatikan bagian item yang dianggap penting untuk dianalisis. Melalui
lembar kerja ini, kita dapat menafsirkan keywords yang paling banyakdigunakan dalam suatu publikasi
(Jumanah et al., 2023).
Gambar 2. Overlay Fisualization

Sumber: Data diolah melelalui VosViwer, 2023

 verlay Fisualization

5
Pada gambar 2. menunjukkan Overlay visualization yang memetakan jejak historis author dalam
penelitian di bidang arsitektur informasi, pemetaan ini ditandai dengan adanya node yang memiliki
warna variatif serta edge yang menghubungkan satupeneliti dengan peneliti lain. Warna gelap pada node
menunjukkan penelitian yangtelah dilakukan di waktu yang lampau dari kurun waktu yang telah
ditentukan (Zakiyyah et al., 2022).

Gambar 3. Visualisasi DensityPeta Co-word

Sumber: Data diolah melelalui VosViwer, 2023

 Visualisasi DensityPeta Co-word


Gambar 3 di atas menunjukkan peta densitas yang merupakan hasil analisis dengan
menggunakan seluruh artikel perkembangan penelitian pada Analisis cost and benefit implementasi
kebijakan pemekaran daerah di indonesia dalam mendukung pemekaran daerah di Indonesia. Dalam
gambar tersebut akan ada 6 kluster jika disortasi berdasarkan kata kuncinya.

a) Cost and Benefit Pemekaran Daerah


Analisis biaya dan manfaat secara menyeluruh dilakukan untuk menilai apakah biaya yang terkait dengan
pembiayaan studi kelayakan lebih besar daripada potensi keuntungannya. Biaya mengacu pada sumber daya
keuangan yang digunakan dalam melakukan studi, sedangkan manfaat mencakup kemungkinan risiko kegagalan
proyek, termasuk biaya peluang, biaya awal, dan biaya modal. Evaluasi komprehensif dilakukan untuk
menentukan apakah biaya yang terkait dengan pendanaan studi kelayakan melampaui keuntungan potensial.
Biaya memerlukan aset moneter yang digunakan dalam pelaksanaan studi, sedangkan keuntungan mencakup
kemungkinan bahaya kegagalan proyek, seperti hilangnya peluang, biaya awal, dan pengeluaran modal. Penilaian
yang cermat ini akan memberikan wawasan yang berharga untuk membuat keputusan yang tepat. Dengan
melakukan analisis biaya dan manfaat yang cermat, seseorang dapat secara efektif menentukan apakah biaya
yang diperlukan untuk membiayai studi kelayakan lebih besar daripada potensi keuntungannya. Pengeluaran atau
biaya ini adalah investasi keuangan yang dilakukan untuk melaksanakan studi kelayakan, sementara keuntungan
potensial termasuk kemungkinan kegagalan proyek dan biaya peluang terkait, biaya awal, dan biaya modal
(Handayani, 2010).
Adapun beberapa daerah yang sudah berhasil melaksanakan pemekaran daerah salah satunya Kabupaten Siak
Provinsi Riau sebagaimana hasil kajian tersebut yang memengaruhi keberhasilan pemekaran dari aspek
perekonomian ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi (lebih tinggi dari kabupaten Induk),
pertumbuhan PDRB per Kapita yang tinggi (lebih tinggi darikabupaten induk), pertumbuhan kontribusi PDRB
per kapita kabupaten terhadap PDRB provinsi yang tinggi dan angka kemiskinan yang rendah pada daerah
otonom baru. Beberapa faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemekaran suatu daerah yaitu: Angka
kemiskinan suatu daerah menjadi faktor yang cukup berpengaruh terhadap keberhasilan pemekaran suatu daerah.
6
Meskipun PDRB per kapita suatu daerah cukup tinggi tetapi jika angka kemiskinannya juga tinggi, maka daerah
tersebut belum termasuk berhasil. Seperti Kabupaten Pelalawan yang memiliki PDRB per kapita yang cukup
tinggi, lebih tinggi dari Kabupaten Induknya, dan juga lebih tinggi dari Kabupaten Siak sebagai daerah yang
dikategorikan berhasil, namun angka kemiskinan Kabupaten Pelalawan juga tinggi sehingga hal tersebut
memengaruhi nilai indeks kinerja ekonomi Kabupaten Pelalawan yang secara umum mencerminkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, meski Kabupaten Pelalawan memiliki PDRB yang tinggi, namun hal
tersebut tidak membawa Kabupaten Pelalawan menjadi daerah otonom baru yang berhasil, terutama ditinjau dari
aspek perekonomian daerahnya (Saputri, 2016).
Beberapa catatan yang harus diketahui bahwa pemekaran daerah memiliki dampak umum sebagai berikut :
 Dampak pemekaran kultural; membawa implikasi positif dalam bentuk pengakuan sosial, politik dan
kultural masyarakat daerah. Namun demikian dapat juga memicu koflik yang pada gilirannya
menimbulkan masalah horizontal dan vertikal dalam masayarakat. Sengketa antara pemerintah daerah
induk dengan pemerintah daerah pemekaran dalam hal pengalihan aset dan batas wilayah. Pelayanan
Publik; mampu memperpendek jarak geografis antara pemukiman penduduk dengan sentra pelayanan,
juga mempersempit rentang kendali antara pemerintah daerah dengan unit pemerintahan di bawahnya.
Disamping itu, memungkinkan untuk menghadirkan jenis-jenis pelayanan baru, seperti pelayanan listrik,
telepon, serta fasilitas urban lainnya, terutama di wilayah ibukota daerah pemekaran. Tetapi, pemekaran
juga menimbulkan implikasi negatif bagi pelayanan publik, terutama pada skala nasional, terkait dengan
alokasi anggaran untuk pelayanan publik yang berkurang. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan belanja
aparat dan infrastruktur pemerintahan lainnya yang bertambah dalam jumlah yang signifikan sejalan
dengan pembentukan DPRD dan birokrasi di daerah hasil pemekaran.
 Pembangunan ekonomi; terdapat peluang yang besar bagi akselerasi pembangunan ekonomi di wilayah
yang baru. Bukan hanya infrastruktur pemerintahan yang terbangun, tetapi juga infrastruktur fisik dan
infrastruktur kebijakan pembangunan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah otonomi baru.
Namun akselerasi juga memungkinkan pembangunan harus dengan besarnya anggaran yang dikeluarkan
untuk membiayai belanja pegawai dan belanja operasional pemerintahan daerah. Dari sisi teoritik,
belanja ini bisa diminimalisir melalui kebijakan pembangunan ekonomi yang menjangkau seluruh
wilayah, sehingga akselerasi pembangunan ekonomi tetap dimungkinkan dengan harga yang murah.
 Dampak bagi Pertahanan, Keamanan, dan Integrasi Nasional; pemekaran daerah otonomi baru, bagi
beberapa masyarakat pedalaman dan masyarakat di wilayah perbatasan merupakan isu polotik nasional
yang penting. Bagi masyarakat tersebut, mereka tidak pernah melihat dan merasakan kehadiran
‘Indonesia’, baik dalam bentuk simbol pemerintahan, politisi, birokrasi dan bahkan kantor
pemerintahan. Pemekaran daerah otonom, oleh karenanya, dapat memperbaiki kenangan politik nasional
di daerah melalui peningkatan dukungan terhadap pemerintah nasional dan menghadirkan pemerintah
pada level yang lebih bawah. Akan tetapi, ongkos politik untuk menghadirkan pemerintahan daerah
otonom baru ini seringkali juga dapat sangat mahal, apabila pengelolaan politik selama proses dan
sesudah pemekaran tidak dapat dilakukan dengan baik (A’yunin & Saputra, 2017).
Pembentukan kebijakan oleh pemerintah pasti juga didasarkan pada adanya dampak positif yang akan di rasakan
baik oleh masyarakat maupun pemerintahanitu sendiri, termasuk kebijakan mengenai pemekaran wilayah. Berikut
ini beberapa dampak positif dari adanya pemekaran wilayah: (Kartasasmita. 2007:46)
1) Pemekaran wilayah atau yang disebut juga dengan otonomi dapat membantu kontrol pemerintah pusat
terhadap keadaan suatu daerah, karena melaluipemekaran wilayah berarti adanya perluasan dan
pelimpahan kekuasaanpemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Oleh sebab
itupemerintah pusat tidak perlu repot-repot memeriksa keadaan daerah satupersatu.
2) Pelimpahan kekuasaan dari pemerintahan pusat kepada pemerintah daerahmelalui pemekaran wilayah
berdampak pada pembangunan daerah barutersebut. Dimana pemerintah daerah dapat membangun
daerahnya sendiridengan lebih baik didasarkan pada potensi yang ada yang telah diserahkanoleh
pemerintah pusat. Kondisi tersebut dapat membantu upaya pemerintahdalam pemerataan pembangunan.
3) Dengan adanya pemekaran wilayah maka akan berdampak pada peningkatanpelayanan pemerintah
menjadi lebih mudah untuk di jangkau, serta adanyapengembangan wilayah distrik dan kampung juga
dapat memperpendekjangkauan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat.
4) Meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah yang lebih maju sebagaisalah satu upaya dalam
pemerataan pembangunan daerah.
5) Pemekaran wilayah juga berdampak pada semakin menurunnya tingkatpengangguran, kemiskinan, dan
gizi buruk karena pelayanan serta kontrol danfokus pemerintah meningkat pada daerah otonomi baru,
sehingga berdampakpula pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah danmenurunnya
segala bentuk-bentuk ketimpangan sosial di masyarakat.
6) Peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah, dan peningkatan permintaanbarang dan jasa sebagai upaya
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat daerah.

Sedangkan disisi lain kerugian yang ditimbulkan dari pemekaran daerah yakni sebagaimana disamapaikan oleh
7
Tului (2019) Dalam Pemekaran Wilayah Kabupaten Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Datah Bilang
Baru Kecamatan Long Hubung Kabupaten Mahakam Ulu sebagai berikut:
1. Pemekaran wilayah dapat memicu keinginan untuk melepaskan diri, sehingga dapat mengancam keutuhan
serta stabilitas keamanan daerah maupun wilayah secara keseluruhan sebagai suatu negara.
2. Pemekaran wilayah akan berdampak pada keadaan pemerintahan pusat yang terabaikan, karena
pemerintah daerah akan sibuk bersaing dalam upaya memajukan serta pengembangan potensi daerah
masing-masing.
3. Adanya pemekaran wilayah juga dapat memicu munculnya bentuk-bentuk konflik sosial dan berbagai
macam contoh masalah sosial dalam masyarakat semakin tinggi, karena adanya suatu perbedaan suku,
budaya, asal daerah. Yang mana masing-masing juga berkemungkinan untuk berusaha berdominan satu
sama lain.
4. Memicu persaingan elit politik di daerah semakin tinggi bahkan berkemungkinan berjalan tidak sehat,
serta menambah peluang korupsi, kolusi, dan nepotisme.
5. Pemekaran wilayah juga berdampak pada lebih dominan nya kepentingan pemerintah daerah yang baru,
seperti upaya menyelaraskan dengan pemerintahan daerah lainnya dibanding mementingkan kepentingan
kesejahteraan masyarakat lokal.

b) Pemekaran Daerah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti daerah pemekaran adalah daerah atau wilayah yang
diproses untuk diperluas (diperlebar dan sebagainya). Saile mengemukakan bahwa pemekaran wilayah
merupakan isu yang menantang karena mengarah pada munculnya masalah baru seperti penentuan batas wilayah
dan pengelolaan wilayah yang diperluas. Selain itu, pemekaran yang sering mengakibatkan perubahan lahan dan
batas antar daerah menjadi sulit untuk ditangani baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Menampung aspirasi masyarakat secara adil dan menyeluruh merupakan tugas yang kompleks, yang seringkali
menimbulkan sengketa tata batas, ketegangan, konflik, bentrok, dan tawuran antarwarga. Istilah "pemekaran
daerah" digunakan sebagai eufemisme untuk menggambarkan proses pembentukan satuan pemerintahan daerah
baru dengan cara pemekaran suatu daerah. Ini dilihat sebagai cara yang lebih positif untuk mendeskripsikan
proses, karena istilah "pemisahan" atau "pembelahan" memiliki konotasi negatif. Istilah "pemekaran" justru
digunakan untuk menyebut munculnya daerah otonom baru di Indonesia, karena dianggap lebih cocok dan
sejalan dengan filosofi kerukunan. Istilah pemekaran daerah kadang silih berganti dipakai untuk menggantikan
istilah pembentukan daerah. Hal ini dikarenakan kedua istilah tersebut memilikd pengertian yang hampir sama
meskipun sebenarnya istilah pembentukan daerah memiliki makna berbeda dengan pemekaran daerah. Ada
beberapa makna yang terkandung di dalam istilah pembentukan daerah:
 Istilah pembentukan daerah lebih tepat dipakai untuk menyebut proses penetapan sebuah daerah bekas
satuan administrasi lokal, misalnya penetapan Kabupaten dan Kotapraja di Jawa tahun 1945 1950
menjadi pemerintahan lokal negara baru Indonesia.
 Istilah Pembentukan Daerah juga dipakai untuk daerah-daerah yang sudah disepakati sebagai wilayah
negara RI, tetapi pasca Perang Dunia 11 diserahkan tentara sekutu kepada kekuasaan Belanda.Istilah
Pembentukan Daerah dipakai untuk menyebut satuan pemerintahan daerah RI yang wilayahnya
tergabung setelah puluhan tahun berikutnya seperti masuknya Irian Barat dan Timor Timur ke dalam
NKRI (Hernawati, 2011).

8
Bebrapa pemekaran yang terjadi salah satunya di Provinsi Jawa barat. Di provinsi Jawa Barat ada 3 kabupaten
yang memekarkan daerahnya, adapun data ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 4
Pemekaran Tiga Daerah di Jawa Barat

Sumber : PRFM News (2023)

DPRD Jabar menyebutkan Pemerintah Provinsi Jabar telah mengantongi tiga daerah yang akan dimekarkan. Tiga
daerah ini kedepan akan diusulkan menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB). Bahwa ketiga daerah tersebut kemudian
akan diusulkan ke pemerintah pusat. Daerah yang akan menjadi DOB diantaranya : Kabupaten Sukabumi Utara,
Kabupaten Bogor Barat, Kabupaten Garut Selatan

DPRD Jawa Barat akan memberikan persetujuan dan diusulkan kepada pemerintah pusat. Pemekaran wilayah atau
pembentukan daerah otonom baru (DOB) ini adalah hal yang positif bagi pemerataan pelayanan dan pembangunan
di Jawa Barat.

Di Jawa Barat bertambah maka diharapkan bantuan pemerintah pusat ke Jawa Barat akan lebih tinggi karena
banyaknya jumlah kabupaten/kota. Selain itu, masyarakat yang saat ini kesulitan mencapai pusat pemerintahan pun
akan menjadi lebih mudah aksesnya jika ada pemekaran wilayah karena pusat pemerintahan akan menjadi lebih
dekat.

Di Jawa Barat, kabupaten Sukabumi terdiri dari 47 kecamatan di mana antara pusat pemerintahan dengan paling
ujung itu bisa berjam-jam (Agussalim, 2020).

Adapun ke 3 kabupaten yang telah sukses dalam pemekaran daerah salah satunya adalah kabupaten sukabumi
utara yang terdiri 47 kecamatan.
c) Dampak adanya pemekaran daerah
Beberapa catatan yang harus diketahui bahwa pemekaran daerah memiliki dampak :

9
 Dampak pemekaran kultural; membawa implikasi positif dalam bentuk pengakuan sosial, politik dan
kultural masyarakat daerah. Namun demikian dapat juga memicu koflik yang pada gilirannya
menimbulkan masalah horizontal dan vertikal dalam masayarakat. Sengketa antara pemerintah daerah
induk dengan pemerintah daerah pemekaran dalam hal pengalihan aset dan batas wilayah.
Pelayanan Publik; mampu memperpendek jarak geografis antara pemukiman penduduk dengan sentra
pelayanan, juga mempersempit rentang kendali antara pemerintah daerah dengan unit pemerintahan di
bawahnya. Disamping itu, memungkinkan untuk menghadirkan jenis-jenis pelayanan baru, seperti
pelayanan listrik, telepon, serta fasilitas urban lainnya, terutama di wilayah ibukota daerah pemekaran.
Tetapi, pemekaran juga menimbulkan implikasi negatif bagi pelayanan publik, terutama pada skala nasional,
terkait dengan alokasi anggaran untuk pelayanan publik yang berkurang. Hal ini disebabkan adanya
kebutuhan belanja aparat dan infrastruktur pemerintahan lainnya yang bertambah dalam jumlah yang
signifikan sejalan dengan pembentukan DPRD dan birokrasi di daerah hasil pemekaran.
 Pembangunan ekonomi; terdapat peluang yang besar bagi akselerasi pembangunan ekonomi di wilayah
yang baru. Bukan hanya infrastruktur pemerintahan yang terbangun, tetapi juga infrastruktur fisik dan
infrastruktur kebijakan pembangunan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah otonomi baru.
Namun akselerasi juga memungkinkan pembangunan harus dengan besarnya anggaran yang dikeluarkan
untuk membiayai belanja pegawai dan belanja operasional pemerintahan daerah. Dari sisi teoritik,
belanja ini bisa diminimalisir melalui kebijakan pembangunan ekonomi yang menjangkau seluruh
wilayah, sehingga akselerasi pembangunan ekonomi tetap dimungkinkan dengan harga yang murah.
 Dampak bagi Pertahanan, Keamanan, dan Integrasi Nasional; pemekaran daerah otonomi baru, bagi
beberapa masyarakat pedalaman dan masyarakat di wilayah perbatasan merupakan isu polotik nasional
yang penting. Bagi masyarakat tersebut, mereka tidak pernah melihat dan merasakan kehadiran
‘Indonesia’, baik dalam bentuk simbol pemerintahan, politisi, birokrasi dan bahkan kantor
pemerintahan. Pemekaran daerah otonom, oleh karenanya, dapat memperbaiki kenangan politik nasional
di daerah melalui peningkatan dukungan terhadap pemerintah nasional dan menghadirkan pemerintah
pada level yang lebih bawah. Akan tetapi, ongkos politik untuk menghadirkan pemerintahan daerah
otonom baru ini seringkali juga dapat sangat mahal, apabila pengelolaan politik selama proses dan
sesudah pemekaran tidak dapat dilakukan dengan baik (A’yunin & Saputra, 2017).

d) Urgensi pemekaran daerah


Pemekaran daerah sejak 1999 boleh dikata sebagai political wellpemerintah secara nasional sebagaimana di
amanatkan di dalam undang-undang pemerintahan daerah yang memperkuat fase baru otonomi daerah pasca
kekuasaan orde baru yang sentralistik. Tidak sekadar aturan undang-undang, secara konstitusional memang
langkah itu sangat sah untuk dilakukan terkait bunyi pasal 18 UUD 1945 yang intinya menyangkut pembagian
daerah provinsi, kabupaten dan kota. Masing-masing mempunyai pemerintahan sendiri (otonomi daerah).Alasan
utama untuk mewujudkan pemekaran daerah sebagaimana yang digembor-gemborkan adalah demi
menghadirkan pelayanan publik yang lebih baik dan lebih dekat kepada unit-unit administrasi pemerintahan
paling bawah. Para elit lokal yang berkepentingan dengan pemekaran, atas alasan sendiri-sendiri kemudian
mengekspos, bahkan tak jarang sampai mengeksplorsai, segenap keluhan pelayanan publik dan pembangunan
daerah, yang intinya membeberkan tidak efektif satu wilayah tertentu dilayani oleh unit pemerintahan yang sudah
ada. Berdasarkan keluhan atau alasan itulah diargumentasikan perlunya pemekaran daerah.Alasan
menghadirakan pelayanan publik yang lebih dekat, lebih terjangkau dan diasumsikan otomatis akan lebih efektif
dan efisien menjadi tujuan yang semestinya dari pemekaran daerah. Selama ini,umumnya pemekaran daerah
diukur dari berjalannya fungsi pemerintahan daerah hasil pemekaran, terutama menyangkut pelayanan kepada
masyarakat. Rakyat di daerah hasil pemekaran sekaradar akan membandingkan situasi kondisi pra didaerah induk
dan situasi kondisi pasca didaerah otonom baru. Sayangnya, evaluasi hasil pemekaran membeberkan situasi yang
muram dari kinerja pemerintahan dan pembagunan terhadap publik di 70 daerah hasil pemekaran. Di samping
itu, proses pemekaran daerah adalah menguatnya politik identitas etnik dan religi sertamaraknya wawasan
kedaerahan sempit. Sebagian besar masyarakat berharap pemekaran daerah menjadi solusi terbaik atas setiap
persoalan yang terjadi didaerah. Terciptanya keadilan dan pemerataan antara pemerintah pusat dan daerah.
Pembentukkan daerah otonom baru (pemekaran daerah) diharapkan bisa mendekatkan pelayanan bagi
masyarakat, terselenggaranya roda pemerintahan yang efektif dan efisien serta demokratisasi ditingkat daerah
(Suaib, 2020).

Simpulan
Pembentukan daerah otonom baru salah satu bagian dari upaya penataan wilayah
administratif yang bertujuan antara lain memudahkan pemberian pelayanan publik

1
0
memperpendek rentang kendali, memberi ruangbagi masyarakat setempat untuk
mengembangkan potensi secara lebih optimal, menciptakan efektivitas pelayanan. Hasil
pemekaran daerah membeberkan situasi yang muram dari kinerja pemerintahan dan
pembagunan terhadap publik di 70 daerah hasil pemekaran. Di samping itu, proses
pemekaran daerah adalah menguatnya politik identitas etnik dan religi serta maraknya
wawasan kedaerahan sempit. Pemekaran daerah menjadi solusi terbaik atas setiap persoalan
yang terjadi didaerah. Terciptanya keadilan dan pemerataan antara pemerintah pusat dan
daerah. Pembentukkan daerah otonom baru (pemekaran daerah) diharapkan bisa
mendekatkan pelayanan bagi masyarakat, terselenggaranya roda pemerintahan yang efektif
dan efisien serta demokratisasi ditingkat daerah.

Referensi

R. (2012). Implementasi Kebijakan Pemekaran Daerah dalam Mendukung Integrasi Nasional


Di Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 1(1), 23.
https://doi.org/10.26858/jiap.v1i1.206
Andyani, F. D. (n.d.). Implementasi Kebijakan Publik (Studi Pada Kartu Sehat Bekasi Tahun
2017 Dan 2018). Repository.Uinjkt.Ac.Id.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/55570
Bauw, A. (2018). Prosedur Pemekaran Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Legal Pluralism: Journal of Law Science, 8(1), 1–14.
Zakiyyah, F. N., Winoto, Y., & Rohanda, R. (2022). Pemetaan bibliometrik terhadap
perkembangan penelitian arsitektur informasi pada Google Scholar menggunakan
VOSviewer. Informatio: Journal of ….
http://jurnal.unpad.ac.id/informatio/article/view/37766
Hamid, A. (2016). Dinamika Integrasi Nasional Bangsa Indonesia. ISTIQRA.
https://jurnal.iainpalu.ac.id/index.php/ist/article/view/141
Nurdiansyah, E., & Dhita, A. N. (2020). Perwujudan integrasi nasional pada masyarakat Kota
Palembang. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/7165
Safitri, W., Yunitasari, D., & Komariyah, S. (2020). Pengaruh pemekaran wilayah terhadap
pertumbuhan ekonomian daerah (studi kasus tujuh provinsi hasil pemekaran wilayah di
indonesia). repository.unej.ac.id. https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/103221
A’yunin, N. A. Q., & Saputra, D. F. (2017). Integrasi slims perpustakaan badan PPSDM
kesehatan menuju KINK (katalog induk nasional kesehatan) Kemenkes RI dan Indonesia
one search. VISI PUSTAKA: Buletin …. https://ejournal.perpusnas.go.id/vp/article/view/70
Handayani, T. (2010). Analisa Biaya Dan Manfaat. repository.unikom.ac.id.
https://repository.unikom.ac.id/34011/1/pertemuan III
Hernawati, N. R. (2011). Pemekaran daerah di Indonesia. In POLITIKA-Jurnal Ilmu Politik.
eprints.undip.ac.id.
http://eprints.undip.ac.id/34799/1/PEMEKARAN_DAERAH_DI_INDONESIA.pdf
Hukum, P. I. (2018). Mahasiswa Fakultas Syari ’ ah Dan Hukum UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM-BANDA ACEH 1439 H / 2018 M.
Aminah, Lindrianasari, Evana, E., Tarmizi, R., & Khairudin. (2019). Efektivitas 20 Tahun
Implementasi Pemekaran Daerah Di Indonesia. Asian Journal of Innovation and
Entreprneurship, 04(03), 2477–3824.
Jumanah, Nurauliana, R., Fadilah, S., Diana, S., Tinggi, S., Adminstrasi, I., Cerdas, K., & City,
1
1
S. (2023). PERBANDINGAN IMPLEMENTASI PROGRAM SMART CITY DI PULAU
JAWA DAN SUMATERA Comparison of the Implementation of Smart City Programs on
the Islands of Java and Sumatra. 1–12.
Suaib, R. (2020). Urgensi Pemekaran Daerah di Indonesia. Jurnal Government of Archipelago
(JGOA), 1(1), 34–44. file:///C:/Users/Personal/Downloads/KINERJA PANITIA KHUSUS
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.pdf
Tryatmoko, M. W. (2016). Menata Ulang Kebijakan Pemekaran Daerah Di Indonesia.
Masyarakat Indonesia, 191–209.
http://jmi.ipsk.lipi.go.id/index.php/jmiipsk/article/view/117
Zakiyyah, F. N., Winoto, Y., & Rohanda, R. (2022). Pemetaan bibliometrik terhadap
perkembangan penelitian arsitektur informasi pada Google Scholar menggunakan
VOSviewer. Informatio: Journal of ….
http://jurnal.unpad.ac.id/informatio/article/view/37766
Agussalim, R. (2020, November). Pemekaran Tiga Daerah di Jawa Barat Semakin Dekat, Cek
Lokasi Anda Termasuk? PRFM News. https://potensibisnis.pikiran-rakyat.com/news/pr-
69916768/pemekaran-tiga-daerah-di-jawa-barat-semakin-dekat-cek-lokasi-anda-termasuk?
page=2
Saputri, R. A. (2016). Analisis keberhasilan pemekaran daerah. Jurnal Demokrasi & Otonomi
Daerah, 14(3), 157–236.
Setiawan, B., & Hadi, S. P. (2007). Regional autonomy and local resource management in
Indonesia. Asia Pacific Viewpoint, 48(1), 72–84. https://doi.org/10.1111/j.1467-
8373.2007.00331.x
Tului, T. B. (2019). Dampak Pemekaran Wilayah Kabupaten Terhadap Kabupaten Mahakam
Ulu. EJoournal Ilmu Pemerintahan, 7(3), 1183–1194. https://ejournal.ip.fisip-
unmul.ac.id/site/?p=3224

https://kbbi.lektur.id/daerah-pemekaran#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa
%20Indonesia%20%28KBBI%29%2C%20arti%20daerah,wilayah%20yang%20diproses
%20untuk%20diperluas%20%28diperlebar%20dan%20sebagainya%29.

1
2
1
3

Anda mungkin juga menyukai