Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK

(Study kasus di Pon-Pes Hidayatul Muhtadin Desa Sukomangli Kecamatan


Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah)

Proposal Penelitian
Diajukan sebagai syarat melakukan penelitian untuk penyusunan
Skripsi pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Islam Kendal

Oleh :
CHOLIL
NIM :
NIRM :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL
2022
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING PROPOSAL

Nama : Cholil
NIM :
NIRM :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Judul : IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK (Study kasus
di Pon-Pes Hidayatul Muhtadin Desa Sukomangli Kecamatan
Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah)

DOSEN PEMBIMBING PROPOSAL

TANDA
NO NAMA JABATAN
TANGAN

1 Dr. H. Ahmad Tantowi, M.Si, M.Pd Pembimbing I 1.

2 H. Ahmad Munadirin, M. Pd. I Pembimbing II 2.

Kendal, 31 Oktober 2022


Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

H. Ahmad Munadirin, M. Pd. I


NIDN. 992101973

ii
PENGESAHAN

Proposal Penelitian berjudul :


IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK
(Study kasus di Pon-Pes Hidayatul Muhtadin Desa Sukomangli Kecamatan
Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah)

Nama : Cholil
NIM :
NIRM :
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Telah disahkan di depan forum seminar proposal skripsi Prodi Pendidikan Agama
Islam pada tanggal 31 Oktober 2022 dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk
diterima sidang Dewan Seminar Proposal Skripsi.

DOSEN PENGUJI PROPOSAL

TANDA
NO NAMA JABATAN
TANGAN

1 Dr. H. Ahmad Tantowi, M.Si, M.Pd Penguji I 1.

2 H. Ahmad Munadirin, M. Pd. I Pembimbing II 2.

Kendal, 31 Oktober 2022


Mengetahui,
Ketua ProgramStudiPendidikan Agama
Islam

H. Ahmad Munadirin, M. Pd. I

iii
NIDN. 992101973

iv
PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK

(Study kasus di Pon-Pes Hidayatul Muhtadin Desa Sukomangli Kecamatan


Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah)

A. Latar Belakang Masalah

Suatu hal yang menarik bahwa dalam kehidupan sehari-hari remaja

selalu menjadi sorotan.Baik itu di sekolah, di masyarakat maupun dalam

keluarga.Terlebih lagi para remaja itu sebagian besar anak-anak yang terdidik.

Maka banyak pihak yang kaget dan heran ketika mendengar seorang remaja

usia 17 tahunan memperkosa gadis di bawah umur.1

Dewasa ini muncul problem sosial yang dilakukan oleh anak remaja;

perbuatan kekerasan seperti perkelahian maupun penganiayaan yang sangat

meresahkan masyarakat. Timbul asumsi kuat bahwa di beberapa kota sering

terjadi perkelahian antar pelajar baik secara perorangan maupun kelompok.

Gejala yang lebih meresahkan adalah terjadinya penganiayaan dan

pembunuhan yang dilakukan oleh anak remaja dengan keragaman dalih dan

motivasi.Dalam ajaran Islam perbuatan tersebut berarti melanggar larangan

agama; perbuatan dosa.Jika ditinjau dari aspek religius maupun etik

perbuatan-perbuatan kekerasan tersebut sangat tercela; perbuatan-perbuatan

qabihah itu memusnahkan nilai-nilai ar-rahmah, ihsan dan hilm. Di dalam

1
Paulus Mujiran, Pernik-pernik Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002),
hlm. 47.

5
keluarga pun muncul problem, sebab secara intern anak-anak delinkuen

merusak ketenteraman hidup keluarga.2

Problema kenakalan dan kerusakan moral remaja tersebut menjadi

perhatian yang tidak pernah terhenti dari para orang tua, masyarakat dan

emerintah.Berbagai upaya diusahakan untuk menanggulangi dan memberantas

kenakalan, kejahatan dan kerusakan moral remaja.Akan tetapi, segala upaya

yang telah dilakukan oleh orang tua, masyarakat, dan pemerintah ternyata

tidak membawa hasil yang diharapkan bahkan semakin menunjukkan gejala-

gejala kegagalan total.3 Di sisi lain memang para remaja juga banyak yang

memiliki prestasi tinggi, berakhlak mulia, dan keberagamaan tangguh, namun

di sisi lain kejahatan-kejahatan kaum remaja jika dilihat secara subyektif

memang sangat memprihatinkan; sehingga banyak kalangan yang

menganggap bahwa fenomena tersebut disebabkan karena kegagalan orang

tua, sekolah, masyarakat maupun negara dalam mengarhkan mereka.

Secarfa fenomenologis tampak bahwa gejala kenakalan remaja timbul

dalam masa pubertas/pancaroba, di mana jiwa dalam keadaan labil, sehingga

mudah terseret oleh lingkungan.4 Sebagaimana menurut Ary M. Gunawan,

bahwa seorang remaja tiba-tiba menjadi nakal setelah dibentuk oleh

lingkungannya; yaitu:

2
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta,
1993),hlm.111-112.
3
Muhammad Thalib, 20 Problematika Remaja Dalam Beragama, (Yogyakarta: Menara
Kudus, 2003), hlm. 10.
4
Ary. H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 930

6
a. Lingkungan keluarga yang pecah, kurang perhatian, kurang kasih

sayang, karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-

sendiri (termasuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari).

b. Situasi (rumah tangga, sekolah, lingkungan) yang menjemukan dan

membosankan, padahal tempat-tempat tersebut mestinya

merupakan faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi remaja.

c. Lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prosfek

kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh

spekulasi, gosif, isu-isu negatif, perbedaan terlalu mencolok antara

sikaya dan simiskin dan sebagainya.5

Untuk mencegah kenakalan remaja perlu adanya pendidikan akhlak

bagi remaja. Dengan pendidikan akhlak diharapkan akan mewujudkan

manusia yang ideal; remaja yang bertakwa kepada Allah dan cerdas. Dengan

teori-teori akhlak yang dapat dipraktekan diharapkan mampu

menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan ajaran Islam dan taat

beribadah serta sanggup hidup bermasyarakat dengan baik.6

Pendidikan akhlak dititikberatkan kepada pembentukan mental remaja

agar tidak mengalami penyimpangan. Dengan demikian akan mencegah

“juvenile delinquency” sebab dengan pendidikan akhlak, remaja dituntun

untuk memiliki rasa tanggung jawab.7Pembentukan mental yang positif dan

5
Ibid, hlm. 93.
6
Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Jogja,
1999), hlm. 155.
7
Ibid, hlm. 155.

7
berorientasi pada akhlakul karimah sesuai dengan tuntunan agama dan nilai

positif di masyarakat.

Kegunaan lain yang dapat dipetik dari pendidikan akhlak adalah

terhindarnya anak remaja dari tabiat-tabiat tercela. Dengan demikian

pendidikan akhlak dapat memberikan sumbangan yang positif bagi

ketenteraman dan keamanan masyarakat dari kejahatan pada umumya,

terutama gangguan dari kenakalan remaja.Sebab pada hakikatnya penjahat

yang sudah dewasa merupakan perkembangan lebih lanjut dari kebiasan

melakukan kejahatan di waktu kecil; pada masa-masa perkembangan mental,

yakni masa remaja.

Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam kehidupan remaja,

sehingga misi (risalah) Rasulullah saw itu sendiri keseluruhannya adalah

untuk memperbaiki akhlak yang mulia. Dengan akhlak yang agung dan mulia

Rasulallah saw dijadikan suri tauladan atau contoh yang baik bagi umatnya.

Firman Allah:

ِ
ْ ‫لََق ْد َكا َنلَ ُكمْف َىر ُس ْواِل لل ِه‬
)21 :‫(األحزاب‬...ٌ‫ُأس َوةٌ َح َسنَة‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul itu suri tauladan

yang baik” (Q.S Al-Ahzab: 21 ).8

8
Hasbi Ash. Shiddiqy, et, al, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra,
1989), hlm.670.

8
Demikian pentingnya pendidikan akhlak bagi remaja dalam kehidupan

bermasyarakat, sehingga pendidikan akhlak itu harus diberikan sedini mugkin.

Dan pendidikan akhlak pada remaja merupakan tanggung jawab kita bersama.

Adapun salah satu lembaga yang berperan dalam melaksanakan

pendidikan akhlak pada remaja adalah lembaga pesantren. Pesantren

Hidayatul Muhtadin mempunyai perhatian yang besar terhadap pendidikan

akhlak pada remaja, tepatnya yaitu remaja Desa Sukomangli Kecamatan

Reban KabupatenBatang Provinsi Jawa Tengah. Pesantren ini sangat berperan

besar dalam pengembangan akhlak dan mental remaja yaitu untuk

menghasilkan manusia yang berbudi tinggi, tahu nilai-nilai yang berhubungan

dengan manusia, alam dan Tuhan yang merupakan tujuan akhir hidup dan

kehidupan.9

Pendidikan pesantren sangat menekankan pentingnya tegaknya Islam

ditengah-tengah kehidupan sebagai sumber utama moral atau akhlak mulia,

dan akhlak mulia ini merupakan kunci rahasia keberhasilan hidup

bermasyarakat.10

Dengan kehadiran dan eksistensi lembaga semacam Pesantren

Hidayatul Muhtadin tersebut diharapkan diharapkan mampu membentuk

remaja yang berakhlak mulia sehingga menciptakan tatanan masyarakat yang

adil, makmur dan sejahtera baik moril maupun spirituil.

9
Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat, (Jakarta: Gema Insani Pres, 1998),
Cet I, hlm 118.
10
Mastuhu, Dianamika Sistem Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994), hlm. 68.

9
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka

penulis tertarik untuk meneliti “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN

AKHLAK (Study kasus di Pon-Pes Hidayatul Muhtadin Desa

Sukomangli Kecamatan Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa

Tengah)

B. Penegsan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi

ini, maka penulis perlu menjelaskan maksud serta batasan dari berbagai istilah

yang dianggap perlu, diantaranya sebagai berikut:

1. Implementasi

Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia, implementasi berarti

pelaksanaan, penerapan, implemen.11 Implemen berarti alat, aparat,

perkakas (rumah), perabot atau peralatan. Sedangkan yang dimaksud

implementasi di sini adalah penerapan. Artinya dalam skripsi ini lebih

difokuskan pada proses pentahapan dalam penerapan pendidikan akhlak di

Pon-Pes Hidayatul Muhtadin di Desa Sukomangli Kecamatan Reban

Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah terhadap peningkatan akhlak.

2. Pendidikan akhlak

Pendidikan menurut Jhon Dawey sebagimana yang dikutip oleh

Pof. Dr Made Pidarta adalah the general theory of education (teori umum

11
M. Dahlan al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Arkola, 1994),
hlm. 215

10
pendidikan).12 Pengertian akhlak secara bahasa yaitu tabiat, perangai atau

adat istiadat. Sedangkan secar istilah yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan prilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan diri

sendiri, sesamanya dan dengan Tuhannya.13Akhlak adalah suatu daya yang

telah bersemi dalam jiwa seseorang sehingga dapat menimbulkan

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa difikir dan direnungkan lagi.14

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

akhlak adalah teori umum atau sebuah konsep pendidikan yang

berhubungan dengan sifat, perilaku dan sifat-sifat manusia dalam

berinteraksi dengan diri sendiri, sesamanya dan dengan Tuhannya.

3. Pesantren Hidayatul Muhtadin

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe- di

depan dan akhiran –an yang berarti tempat tinggal para santri. 15 Sedangkan

secara terminologi, pesantren adalah institusi pendidikan dan pengajaran

agama Islam, umumnya dengan cara klasikal dimana seorang kyai

mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya berdasarkan kitab-

kitab klasik yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan,

dan para santri biasanya tinggal di pondok dalam pesantren tersebut. 16

Adapun pesantren yang dibahas dalam penelitian ini adalah pesantren

12
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Stimulus Pendidikan Bercorak Indonesia
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997) hlm. 4
13
Depag RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia,(Jakarta: Depag RI, 1993) hlm. 104
14
M. Sukanda Sadeli, Bimbingan Akhlak yang Mulia, (Bandung:Yayasan Pendidikan
Islam Amal Shaleh, tt), hlm, 6
15
Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, tt), hlm. 18.
16
Imam Bawani,Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya Al-Ikhlas, tt), hlm.
89.

11
Hidayatul Muhtadin yang berada di Ds. Sukomangli Kec. Reban Kab.

Batang Provinsi Jawa Tengah.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka dapatlah disusun rumusan masalah berikut:

1. Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak di Pon-Pes Hidayatul Muhtadin

di Desa Sukomangli Kecamatan Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa

Tengah?

2. Bagaimanakah implementasi pendidikan akhlak di Pon-Pes Hidayatul

Muhtadin di Desa Sukomangli Kecamatan Reban Kabupaten Batang

Provinsi Jawa Tengah terhadap peningkatan akhlak?

3. Apa Faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan

pendidikan akhlak di Pon-Pes Hidayatul Muhtadin di Desa Sukomangli

Kecamatan Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi

yang kemudian dianalisis dan disusun secara sistematis dalam rangka

menyajikan gambaran yang maksimal tentang pendidikan akhlak yang

dilakukan oleh Pesantren Hidayatul Muhtadin di Desa Sukomangli Kecamatan

Reban Kabupaten Batang .

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahuikonsep pendidikan akhlak

12
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan akhlak oleh pesantren

Hidayatul Muhtadin Sukomangli Kecamatan Reban Kabupaten Batang

Provinsi Jawa Tengah

3. Untuk Faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan

pendidikan akhlak oleh Pesantren Hidayatul Muhtadinterhadap

peningkatan akhlak

F. Kajian Pustaka

Dengan adanya telaah pustaka adalah sebagai bahan perbandingan

terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan maupun

kelebihannya.

Sebelum penulis memperlebar pembahasan tentang pendidikan kahlak

oleh Pesantren Raudahatul Mubtadi'in, maka penulis akan mencoba menelaah

buku-buku yang telah ada untuk dijadikan sebagai perbandingan dan acuan

dalam penulisan skripsi ini.

1. Sulistianingsih, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002,

dengan judul Konsepsi Al-Qur'an Tentang Pendidikan Akhlak (Study Hak-

Kewajiban Anak dan Orang Tua). Skripsi ini berisikan tentang hak-

kewajiban anak dan orang tua yang terdapat dalam Al-Qur'an. Al-Qur’an

adalah sebuah kitab yang mengandung khazanah kebudayaan dan

pendidikan umat manusia yang besar.Pendidikan akhlak dalam Al-Qur'an

dapat membimbing manusia memperoleh kebaikan, kebenaran dan

kebahagiaan yang semua itu merupakan pancaran kehendak Allah.

13
2. Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta,

1993. Buku ini membahas tentang kenakalan remaja yakni perbuatan jahat

dan buruk yang dilakukan oleh anak remaja dan bersifat melawan hukum,

anti sosial, anti susila, serta menyalahi norma-norma agama. Dalam buku

ini juga dijelaskan sebab-sebab kenakalan remaja, problem-problem yang

dialami remaja, pandangan Islam terhadap kenalan remaja, serta solusi

yang ditawarkan oleh pemikir Islam (Ibnu Maskawaih) dalam upaya

menangulangi kenakalan remaja dengan jalan memberikan pendidikan

akhlak pada remaja.

3. Muhammad Thalib, 20 Problematika Remaja Dalam Beragama, Menara

Kudus Jogja, Jogjakarta, 2003. Buku ini membahas tentang problematika

remaja dalam upaya melaksanakan ajaran agama secara benar.Dalam

upaya tersebut banyak sekali rintangan yang harus dihadapi, baik berasal

dari keluarga, teman, maupun lingkungan. Buku ini juga menerangkan

cara penanggulangan problem kenakalan, kejahatan, dan kerusakan moral

remaja dimana solusinya bersumber langsung dari Al-Qur'an dan Hadits.

Sehingga dengan menunjukan keterangan Al-Qur'an dan Hadits Nabi

diharapkan manusia menyadari bahwa Islam benar-benar telah memiliki

perangkat yang lengkap dalam membimbing manusia di dalam segala

aspek kehidupannya dan untuk menangulangi segala macam problem

kehidupan dengan mudah dan baik.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan

14
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini mempunyai ciri khas yang

terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan kebutuhan khusus dengan

memahami makna dan gejala. Dengan pengertian lain pendekatan

kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang

melandaskan pada perwujudan dan satuan-satuan gejala yang muncul

dalam kehidupan manusia.17Oleh karena itu sasaran penelitian ini adalah

pola-pola yang berlaku dan mencolok berdasarkan atas perwujudan dan

gejala-gejala yang ada pada kehidupan manusia.Jadi pendekatan ini

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara

holistik (menyeluruh).18

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dipergunakan untuk memperoleh data

yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun

data yang dihasilkan dari data empiris. Mengenai sumber empirik, penulis

menggunakan beberapa metode, diantaranya yaitu:

a. Observasi (pengamatan), yaitu metode pengumpulan data dengan

mengulas dan mencatat secara sistematis kejadian atau fenomena yang

17
Parsidi Suparlan, Pengantar Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, dalam majalah
Media Edisi 14 tahun III, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1993), hlm. 19.
18
Lexy. J.M. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2001), Cet. XIV, hlm. 3.

15
sedang diteliti.19Pengamatan dilakukan pertama kali pada masyarakat

Ds. Sukomangli Kec.Reban Kab.Batang Provinsi Jawa Tengah dan

Pondok Pesantren Raudhatul Mubtadi’in.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan

pedoman berupa pertanyaan yang diajukan langsung kepada subyek

untuk mendapatkan respon secara langsung,20 di mana interaksi yang

terjadi antara pewancara dan subyek penelitian ini menggunakan

interview bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang lebih luas

dan mendalam.21 Wawancara di sini adalah dengan masyarakat Desa

Sukomangli Kec. Reban Kab.Batang Provinsi Jawa Tengah serta

pihak Pondok Pesantren Hidayatul Muhtadin seperti: kyai, ustadz, dan

santri.

c. Dokumentasi, yaitu metode untuk mencari data mengenai hal atau

variabel yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk melengkapi

data-data penulis, baik data primer maupun sekunder.

3. Teknik analisis data

19
Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Pembahasan Kualitatif dalam Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 125.
20
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, 1998),
Cet. VIII, hlm. 104.
21
Lihat Lexy, op.cit., hlm. 137.

16
Analisis data merupakan proses pencandraan (descripton) dan

penyusunan trankrip interviu serta material lain yang telah terkumpul.22

Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan oleh peneliti

adalah dengan menggunakan anlisis interaktif yang komponennya meliputi

reduksi data, sajian data, penggambaran kesimpulan dan pengumpulan

data sebagai suatu proses siklus.23

Siklus interaktif ini digunakan dalam rangka untuk memahami atau

atau mendapatkan pengertian yang mendalam, komprehensif, dan rinci

mengenai suatu masalah, sehingga dapat melahirkan kesimpulan-

kesimpulan induktif.24

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian.Supaya

lebih rinci penulis uraikan isi kandungan tulisan ini, yaitu:

Bagian Awal

Bagian ini berisi: halaman judul, Abstrak penelitian, persetujuan

komisi pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar

isi, daftar tabel, dafar gambar, dan daftar lampiran.

Bagian Inti, berisi:

BAB I :PENDAHULUAN

22
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.
209.
23
Sanafiah Faisal, Format-format Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),
hlm. 256
24
Ibid, hlm. 257.

17
Dalam bab ini dikemukakan latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI

Dalam bab II ini akan dibagi menjadi dua sub bab.Pertama

Gambaran Umum Tentang Remaja, yang terdiri dari: pengertian

remaja, akhlak remaja dan problem remaja serta solusi

pemecahannya.KeduaKonsep Pendidikan, meliputi: definisi

pendidikan akhlak, dasar pendidikan akhlak, tujuan pendidikan

akhlak bagi remaja, dan materi pendidikan akhlak bagi remaja.

BAB III: METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini dibagi menjadi tiga sub

bab.PertamaKondisi Umum Pesantren Raudhatul Mubtadi’in,

terdiri dari: sejarah perkembangan, letak geografis, kondisi

masyarakat sekitar pesantren, visi, misi dan tujuan pesantren.

KeduaSistem Pendidikan Pesantren Raudhatul Mubtadi’in, terdiri

dari: keadaan pengurus dan pengajar, keadaan santri, sarana dan

fasilitas, sistem pengajaran pesantren, kurikulum, tujuan

pendidikan.Ketiga Pelaksanaan Pendidikan Akhlak oleh Pesantren

Hidayatul Muhtadin

BAB IV:HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

18
Dalam bab IV ini akan dibagi menjadi tiga sub

bab.Pertama,Analisis terhadap pelaksanaan pendidikan akhlak

pada remaja oleh Pesantren Raudahatul Mubtadi'in.Kedua,

Relevansi pendidikan akhlak oleh pesantren Raudahatul

Mubtadi'interhadap peningkatan akhlak remaja Sukomangli.Ketiga,

peningkatan yang dihasilkan dari pendidikan akhlak oleh pesantren

Raudahatul Mubtadi'in.

BAB V : PENUTUP

Bab V ini berisi: Simpulan dan Saran-saran.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dhofier Zamakhsari, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, tt), hlm. 18.

Danim Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002),


hlm. 209.

Hajar Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Pembahasan Kualitatif dalam Pendidikan,


(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 125.

Mastuhu, Dianamika Sistem Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994), hlm. 68

Muhadjir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih,


1998), Cet. VIII, hlm. 104.
.
Mujiran Paulus, Pernik-pernik Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2002), hlm. 47

Sadeli . Sukanda M, Bimbingan Akhlak yang Mulia, (Bandung:Yayasan


Pendidikan Islam Amal Shaleh, tt), hlm, 6

Sasono Adi, Solusi Islam atas Problematika Umat, (Jakarta: Gema Insani Pres,
1998), Cet I, hlm 118.

SM Ismail, Huda Nurul, (Ed), Dinamika Pesantren Dan Madrasah, (Yogyakarta:


Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan Pustaka Pelajar
Offset, 2002), hlm. 44.

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta,


1993),hlm.111-112.

Suparlan Parsidi, Pengantar Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, dalam


majalah Media Edisi 14 tahun III, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 1993), hlm. 19.

Panuju Panut, Umami Ida, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Jogja, 1999), hlm. 155.

Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Stimulus Pendidikan Bercorak Indonesia


(Jakarta: Rineka Cipta, 1997) hlm. 4

20

Anda mungkin juga menyukai