Anda di halaman 1dari 6

Naskah: Renita Yulistiana

PROJECT KOMPILASI KEMERDEKAAN


KADO UNTUK INDONESIA: CERITA DARI RELAWAN
NASKAH YOUTUBE (VIDEO)

[Narator 1]
(bernyanyi) “17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita.” Halo adik-adik Indonesia,
kalian bahagia gak sih kalau dapat kado? Pastinya bahagia ya, apalagi kalau kadonya itu hal
yang baik atau disukai.

[Narator 2]
Dalam rangka peringati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-76, bersama para kakak relawan
dari berbagai daerah—Gerakan Suka Baca akan membuat cerita sebagai kado untuk Indonesia,
yang bisa dijadikan pembelajaran bagi adik-adik semua.

[Narator 3]
Selamat datang di Project Kompilasi Kemerdekaan bersama Gerakan Suka Baca dalam serial
“Kado Untuk Indonesia: Cerita dari Relawan”. Pada video kali ini, Gerakan Suka Baca akan
membawakan cerita dalam beberapa bagian, yaitu: Sejarah Kemerdekaan Indonesia, Dongeng
Permainan Tradisional, dan Bhineka Tunggal Ika. Selamat menyaksikan 😊

Bagian Sejarah Kemerdekaan Indonesia


[Dialog 1 – Indonesia]
Aku adalah Indonesia. Aku adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Aku memiliki lebih dari
17.000 pulau. Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatra dan Papua merupakan pulau utamaku.
Selain itu, Aku juga memiliki pulau-pulau kecil seperti Bali, Karimunjawa, Gili dan Lombok
yang merupakan tujuan wisata lokal maupun internasional. Ibukotaku adalah Jakarta, yang
terletak di Pulau Jawa. Sebelum merdeka, aku pernah dijajah oleh Belanda, Jepang, dan Inggris
dalam waktu yang lama. Inilah, kisah detik-detik menuju kemerdekaanku.

[Dialog 2 – Radjiman]
Perkenalkan, Aku Radjiman Wedyodiningrat. Sebagai upaya persiapan kemerdekaan, pada 1
Maret 1945—aku membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang bisa juga disebut Dokuritsu Junbi Cosakai.
Tujuannya untuk menyelidiki hal yang berkaitan dengan pembentukan negara Indonesia
merdeka.
Naskah: Renita Yulistiana

[Narator 4]
Sebagai persiapan, BPUPKI melakukan dua kali sidang. Sidang pertama dilakukan pada 29
Mei-1 Juni 1945. Sidang ini bertujuan untuk menentukan rumusan dasar negara. Dan
terpilihlah rumusan dasar negara yang diajukan oleh Soekarno, yang kita kenal sebagai
Pancasila. Itulah mengapa tiap 1 Juni, kita peringati sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

[Narator 5]
Sebagai tindak lanjut, pada 22 Juni 1945, dibentuklah Panitia Sembilan yang menghasilkan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Pada piagam ini, termuat rumusan dasar negara yang telah
menjadi Pancasila, seperti yang kita kenal hari ini. Sidang kedua dilakukan pada 10-14 Juli
1945 dan menghasilkan rumusan Undang-Undang Dasar lengkap dengan pembukaannya
(preambule). Hingga pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang
karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya.

[Dialog 3 – Soekarno]
Perkenalkan, Aku Soekarno. Dikarenakan BPUPKI dibubarkan, aku melanjutkannya dengan
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 12 Agustus 1945. Dalam
Bahasa Jepang bisa juga disebut Dokuritsu Junbi Inkai. Aku memiliki 21 anggota. Panitia ini
dibentuk bertujuan membahas hal praktis, mulai dari penetapan dasar negara hingga
pembentukan lambang negara.

[Narator 6]
Di penghujung Perang Dunia II, terjadi suatu peristiwa yang sangat memukul Jepang,
yaitu pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Peristiwa ini
akhirnya mendorong Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus
1945. Berita tentang kekalahan Jepang menyebar dengan cepat lewat radio dan didengar oleh
tokoh-tokoh muda Indonesia. Akhirnya, Moh. Hatta dan golongan muda mengadakan rapat di
Pegangsaan Timur.

[Narator 7]
Rapat dipimpin oleh Chaerul Saleh untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan. Salah satu hasilnya, mereka mendesak Soekarno dan Moh. Hatta untuk
mendeklarasikan kemerdekaan saat itu juga, atau paling lambat pada 16 Agustus 1945.

[Narator 8]
Sayangnya, Soekarno menolak permintaan tersebut karena masih menunggu keputusan dari
pihak Jepang. Ia harus berunding dengan tokoh golongan tua lainnya. Golongan tua merupakan
orang-orang yang kooperatif kepada Jepang, karena Jepang sebenarnya telah berjanji untuk
memerdekakan Indonesia pada 27 Agustus 1945. Golongan tua tidak ingin ada pertumpahan
darah kembali.
Naskah: Renita Yulistiana

[Narator 9]
Tapi, golongan muda menganggap Indonesia sudah cukup kuat untuk menyatakan
kemerdekaannya. Namun, setelah beberapa kali rapat—golongan tua tetap memutuskan untuk
menunda proklamasi. Akhirnya, golongan muda membawa Soekarno ke Rengasdengklok agar
tidak mendapat pengaruh dari Jepang.

[Narator 10]
Ahmad Soebardjo pada saat itu mencari keberadaan Soekarno dan Moh. Hatta. Lalu, ia pun
berkunjung ke Rengasdengklok untuk bertemu dan berunding dengan mereka. Akhirnya
Soebardjo berjanji dengan jaminan nyawa kepada golongan muda bahwa proklamasi
kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan harinya selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.
Dengan jaminan itu, akhirnya Soekarno dan Moh. Hatta dibawa kembali ke Jakarta.

[Narator 11]
Sebelum merumuskan naskah proklamasi, Soekarno dan Moh. Hatta menemui Mayor Jenderal
Nishimura untuk menanyakan sikapnya mengenai proklamasi kemerdekaan. Sayangnya, tidak
ada kesepakatan dalam pertemuan tersebut karena Jepang sudah menyerah kepada Sekutu,
sehingga mereka tidak dibolehkan untuk mengubah keadaan politik di Indonesia sampai
kedatangan Sekutu. Akhirnya, Soekarno dan Moh. Hatta memutuskan untuk melanjutkan
pembuatan naskah proklamasi.

[Narator 12]
Oiya adik-adik, ternyata naskah proklamasi adalah sumbangan beberapa tokoh loh. Kata
“Proklamasi” adalah sumbangan pemikiran Soekarno. Kalimat pertama adalah sumbangan
pemikiran Ahmad Soebardjo, dan kalimat terakhir merupakan sumbangan pemikiran Hatta.
Teks itu kemudian diberi saran dan sedikit perubahan oleh Sukarni, lalu diketik oleh Sayuti
Melik. Wah, panjang juga ya prosesnya.

[Narator 13]
Tapi, perjuangan tidak sia-sia. Akhirnya, proklamasi dibacakan pada jam 10.00 WIB di rumah
Soekarno dan Indonesia berhasil merdeka dengan melakukan upacara dan pengibaran bendera
merah putih yang dijahit oleh Fatmawati.

Bagian Dongeng Permainan Tradisional


[Narator 14]
Indonesia sudah merdeka, namun ada beberapa hal yang kini terlupa. Salah satunya, permainan
tradisional yang sudah jarang dimainkan anak-anak Indonesia. Mari kita dengar kembali cerita
dari Petak Umpet, Engklek, Gobak Sodor, dan Congklak. Sebagai cara menghargai sekaligus
mengenang masa kecil yang menyenangkan! Merdeka!
Naskah: Renita Yulistiana

[Dialog 4 - Petak Umpet]


Aku sudah ada sejak abad ke-2. Model permainan serupaku juga ditemukan dalam manuskrip
Yunani kuno karya Julius Pollux dengan sebutan 'Apodidraskinda'. Dulu yang memainkanku
ramai sekali, biasanya mereka bermain sepulang sekolah di sore hari. Walaupun para pemain
Lelah dan berkeringat, tapi seruan kata “Hong” sangat kurindukan sekarang.

[Dialog 5 – Engklek]
Aku juga bisa disebut Sunda Manda, berasal dari bahasa Belanda. Orang-orang zaman dahulu
mempercayaiku sebagai adaptasi dari "Zondag Maandag", bermakna Minggu-Senin dalam
Bahasa Belanda. Aku dipercaya sebagai hiburan untuk mengawali pekan yang baru setelah
mendapat hari libur. Dulu, anak-anak ramai memainkanku. Mereka membeli kapur dan hobi
menggambar lintasan di tanah lapang. Kini, tanah lapang sudah berubah menjadi perumahan.
Lantas, ke manakah anak-anak itu?

[Dialog 6 - Gobak Sodor]


Aku merupakan awal dari kisah-kisah nenek moyang yang diwariskan dari mulut ke mulut.
Konon, aku sebagai ajang latihan para prajurit di masa lampau. Kata 'gobak' sendiri bermakna
bergerak bebas, sementara 'sodor' adalah tombak. Aku bisa disebut juga sebagai Galah Asin
atau Galasin. Jumlah pemainku harus genap, kemudian dibagi menjadi dua tim. Satu berjaga
dan satunya lagi berpindah dari kotak ke kotak. Kini, aku merasa kembali dalam sebuah kisah
nenek moyang—yang hanya menjadi rumor dari mulut ke mulut saja.

[Dialog 7 – Congklak]
Aku dipercaya orang-orang zaman dahulu sebagai permainan rakyat jelata yang diajarkan oleh
pedagang Arab dan Afrika. Beberapa negara di Asia Tenggara yang merupakan jalur
perdagangan barat sama-sama mengenal congklak yaitu Malaysia dan Filiphina. Cara
memainkanku adalah dengan menggali lubang-lubang kecil dan memanfaatkan biji-biji
tumbuhan atau batu untuk dikelilingi ke setiap lubang. Kini, banyak anak yang tidak
memainkanku lagi. Tapi, aku senang karena perkembangan teknologi membuat diriku ada versi
digitalnya. Setidaknya, anak-anak Indonesia masih bisa mengenaliku.

Bagian Bhineka Tunggal Ika


[Narator Tambahan – Ghaby]
Mengenang permainan tradisional, berarti mengenal Indonesia. Terdapat 1.340 suku dan
ribuan bahasa daerah di Indonesia. Namun, Indonesia bisa bersatu karena Bhineka Tunggal Ika
[Talent merekam seperempat badan sambil senyum dan lantang mengatakan dialog]
Saya Muslim [Kak Siti Fatimah]
Saya Nasrani [Kak Monica]
Saya Buddha dan Tionghoa [Kak Meilinda]
Saya Indonesia [Kak Alexandra]
Naskah: Renita Yulistiana

[Narator 15 – Rekam dengan Bahasa Daerahmu]


Inilah ibu pertiwi. Ibu dari sebuah bangsa yang besar, kuat, beradab, majemuk, dan penuh
dengan keragaman, yang semestinya kita cintai.
Negeri yang elok dan rupawan. Menyimpan sejuta kaya akan keindahan dan keramah tamahan.
Sudahi keributan, saatnya abadikan persatuan dan saling mempertahankan.

[Narator 16 – Rekam dengan Bahasa Daerahmu]


Dengan perjuangan para pahlawan, harusnya kita meneruskan.
Orasi dan semangat, sebuah kemerdekaan.
Negeri ini sedang penuh dengan kemarahan dan kekecewaan.
Emosi kala pandemi, yang sulit dihindarkan. Namun, kita dapat berbuat hal baik, untuk
mengurangi kecemasan.

[Narator 17 – Rekam dengan Bahasa Daerahmu]


Saling membantu, saling membahu. Ribuan tekad, mari wujudkan satu per satu. Ayo
merangkul, mencipta sebuah simpul rekat yang baru.
Ini bukan saatnya lagi saling menghakimi. Meskipun semua, sedang sulit lalui situasi. Kamu,
tidak sendiri. Jadilah kita, untuk saling melengkapi.
Alangkah indahnya jika Bhineka Tunggal Ika diresapi dengan hati dan penuh makna. Inilah
kado kami: Menjadi Relawan Untuk Indonesia.

Referensi Data:
https://www.ruangguru.com/blog/detik-detik-menuju-proklamasi-kemerdekaan-ri
https://www.indonesia-frankfurt.de/pendidikan-budaya/sekilas-tentang-budaya-indonesia/
https://www.idntimes.com/life/inspiration/dian-arthasalina/mengenal-sejarah-6-permainan-
anak-tradisional-pernah-coba-yang-mana/6
https://www.youtube.com/watch?v=pHj8AkLqKD0
Naskah: Renita Yulistiana

Petunjuk Pengerjaan:
• Talent akan merekam 2 jenis video: Video Sesuai Naskah dan Video Teaser
• Untuk Video Teaser, talent merekam perkenalan diri dan satu kalimat untuk Indonesia
**Full Body. Contoh template: “Saya (sebut nama) berasal dari (sebut domisili),
Indonesia bagi saya… (silakan improve, boleh gunakan bahasa daerah)
• Rekam kedua video dalam format landscape 16:9 **jangan portrait ya hehe (gunakan
properti kemerdekaan jika ada: baju merah putih, bendera, hiasan pipi, dan sejenisnya)
• Suara terdengar jelas **tidak ada suara motor, kipas angin, kondusif pokoknya dan
usahakan background polos (agar memudahkan jika GSB ingin menambahkan animasi)
• Jika Video Sesuai Naskah sudah selesai direkam, harap di submit melalui link gdrive:
https://drive.google.com/drive/folders/1ui8klNXD0BKntJrlYfKriSgbW9pMzDT5?us
p=sharing
• Jika Video Teaser sudah selesai direkam, harap di submit melalui link gdrive:
https://drive.google.com/drive/folders/1C9z-
SJHqbVfkM8v4BjHePCx2cEqwY8zV?usp=sharing
• Penamaan file Video Naskah: No. Naskah_Nama Relawan
Contoh: Narator 1_Renita
• Penamaan file Video Teaser: Nama Relawan_Domisili
Contoh: Renita_Depok
• Deadline pengumpulan adalah tanggal 20 Agustus 2021 jam 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai