Anda di halaman 1dari 10

KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DALAM PENGENCER AIR KELAPA

MERAH DENGAN PENAMBAHAN KUNING TELUR PADA KONSENTRASI


BERBEDA

Wihatri Pratiwi 1) dan Muhammad Nur Ihsan 2)

1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
2)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Email : wihatrip@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui motilitas, viabilitas dan


abnormalitas semen menggunakan pengencer air kelapa merah dengan penambahan kuning
telur pada konsentrasi berbeda pada penyimpanan dingin. Metode penelitian yang
digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok, P0 (Tris Aminomethan +
20% Kuning Telur), P1 (Air Kelapa Merah + 10% Kuning Telur) dan P2 (Air Kelapa
Merah + 20% Kuning Telur) yang setiap perlakuan menggunakan 10 ulangan. Variabel
yang diamati adalah persentase motilitas, persentase viabilitas dan persentase abnormalitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari ke-2 persentase motilitas berbeda sangat
nyata (P<0,01), viabilitas berbeda nyata (P<0,05), dan abnormalitas berbeda sangat nyata
(P<0,01). Disimpulkan bahwa P1 lebih baik dari P2, P1 (Air Kelapa Merah + 10% Kuning
Telur) dapat digunakan sampai hari ke-1 dengan motilitas 43,00±3,50%, viabilitas
75,20±4,02% dan abnormalitas 8,70±0,67%.

Kata kunci : Sapi Limousin, Kuning Telur, Air Kelapa Merah

ABSTRACT

The purpose of this research was to evaluate quality of Limousin bull semen during
chilled preservation using red coconut water with different egg yolk concentration as a
diluter. The methods used for this research was laboratory experimental using Randomized
Complete Block Design with three treatments, P0 (Tris Aminomethane + 20% Egg Yolk),
P1 (Red Coconut Water + 10% Egg Yolk) and P2 (Red Coconut Water + 20% Egg Yolk)
which each treatment using 10 repetitions. The observed variables were percentage of
motility, percentage of viability and percentage of abnormality. The result showed that on
the 2nd day the percentage of motility had a highly significant difference (P<0.01), viability
had a significant difference (P<0.05), and abnormality had a highly significant difference
(P<0.01). The conclusion was P1 better than P2, P1 (Red Coconut Water + 10% Egg Yolk)
could be used until day 1 with 43.00±3.50% motility, 75.20±4.02% viability and
8.70±0.67% abnormality.

Keywords : Limousin Bull, Egg Yolk, Red Coconut Water


PENDAHULUAN spermatozoa dengan kandungan gula
berupa sukrosa, glukosa, fruktosa dan
Rendahnya angka kelahiran dan sorbitol (Hayati, 2009). Air kelapa saja
produktivitas ternak merupakan masalah tidak cukup karena tidak dapat
yang masih sering dijumpai di Indonesia melindungi spermatozoa dari cold shock,
khususnya di pedesaan. Cara untuk sehingga harus ditambahkan dengan telur
menanggulanginya adalah dengan atau zat lain. Kuning telur dapat
Inseminasi Buatan. Inseminasi buatan melindungi spermatozoa dari cold shock
(IB) adalah salah satu teknologi karena mengandung lipoprotein dan
reproduksi yang mampu dan telah lesitin. Kuning telur mengandung glukosa
berhasil untuk meningkatkan perbaikan yang lebih efektif digunakan oleh
mutu genetik ternak, sehingga dalam spermatozoa, protein, dan memiliki
waktu pendek dapat menghasilkan anak viskositas yang menguntungkan
dengan kualitas baik dan jumlah besar spermatozoa (Dwatmadji, Kadarsih,
dengan memanfaatkan pejantan unggul Sutrisno dan Fisniarsih, 2007). Bahan
sebanyak-banyaknya (Susilawati, 2011). yang dapat digunakan sebagai pengencer
Permasalahan semen dalam bentuk adalah Tris Amenomethan kuning telur.
beku adalah karena banyaknya Pengencer ini memiliki bahan atau zat
spermatozoa yang rusak saat pembekuan yang dibutuhkan spermatozoa antara lain
dan proses thawing. Penyimpanan semen fruktosa, laktosa, rafinosa, asam-asam
pada temperatur rendah dapat merusak amino, dan vitamin dalam kuning telur,
sperma. Kerusakan sperma karena cold sehingga spermatozoa dapat memperoleh
shock dapat dikurangi dengan sumber energi dalam jumlah yang cukup
menggunakan pengencer yang untuk motilitasnya (Susilawati, 2011).
mengandung lesitin dan lipoprotein Tujuan dari penelitian ini adalah
(Toelihere, 1981). Keuntungan untuk mengetahui kualitas semen sapi
menggunakan semen cair adalah limousin terbaik dengan menggunakan
keberhasilan lebih tinggi dari semen beku pengencer yang berbeda yaitu P0, P1, dan
karena tidak mengalami kerusakan P2.
membran pada spermatozoa selama
proses penyimpanan, tidak membutuhkan MATERI DAN METODE
nitrogen cair hanya refrigerator, dan Lokasi dan Waktu Penelitian
sesuai untuk peternakan yang memiliki Penelitian dilaksanakan pada
pejantan unggul dan laboratorium sendiri tanggal 26 November 2018 sampai 6
(Susilawati, 2013). Februari 2019 di Laboratorium Balai
Penelitian untuk mencari pengencer Besar Inseminasi Buatan Singosari Desa
semen dari bahan alami sekarang sudah Toyomarto, Singosari, Malang.
mulai banyak dilakukan, salah satu bahan
alami yang dapat digunakan adalah air Materi Penelitian
kelapa merah. Air kelapa merupakan Materi yang digunakan adalah sapi
salah satu bahan yang cukup murah, Limousin umur 2-14 tahun dengan ciri-
memiliki beragam jenis dan melimpah di ciri tubuh besar dan kepala berbentuk
Indonesia, selain itu air kelapa juga persegi yang dipelihara secara intensif di
mampu menyediakan sumber nutrisi bagi Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
yang ditampung menggunakan metode Hasil Pemeriksaan Semen Segar
vagina buatan. Semen dengan motilitas Hasil dari pemeriksaan semen
45-50%. Kuning telur yang digunakan segar dapat dapat dillihat pada Tabel 1.
adalah telur ayam ras yang berumur
kurang dari 3 hari. Kelapa merah muda Parameter Rataan±SD
berumur 5-8 bulan dengan ciri-ciri warna Makroskopis
kulit berwarna hijau muda dan warna Volume (ml) 4,12±1,81
serabut merah muda yang didapatkan dari Warna Putih Susu
pH 6,5±0,22
pedagang kelapa di Singosari.
Konsistensi Sedang
Mikroskopis
Metode Penelitian Motilitas Individu 46,73±4,91
Metode penelitian yang digunakan (%)
adalah percobaan eksperimental Viabilitas (%) 79,53±4,35
laboratorium dengan menggunakan Abnormalitas (%) 6,84±1,09
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Konsentrasi (106) 1061,4±425,66
dengan 3 perlakuan dan 10 kelompok.
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat
Pemeriksaan makroskopis segera
bahwa rataan volume yang didapat adalah
dilakukan setelah semen diperoleh,
4,12±1,8 ml, warna semen putih susu pH
pengenceran semen dengan perlakuan P0, semen 6,5±0,22, konsistensi sedang,
P1 dan P2 serta dilakukan pemeriksaan motilitas individu 46,73±4,91%,
mikroskopis setelah pengenceran. viabilitas 79,53±4,35%, abnormalitas
Perlakuan yang dilakukan adalah : 6,84±1,09%, dan konsentrasi
P0:Tris Aminomethan + kuning telur 1061,4±425,66 x 10 . Pemeriksaan semen
6

20% segar berguna untuk mengetahui


P1:Air kelapa merah + kuning telur 10% spermatozoa dapat digunakan untuk
P2:Air kelapa merah + kuning telur 20% penelitian atau tidak, serta untuk
mengetahui penurunan kualitas setelah
Variabel Pengamatan diencerkan. Pemeriksaan yang dilakukan
Variabel yang diamati meliputi : meliputi volume, warna, konsistensi,
1.Pemeriksaan semen segar secara motilitas individu, viabilitas,
makroskopis dan mikroskopis abnormalitas, dan konsentrasi
spermatozoa. Didukung pendapat
2.Pemeriksaan secara makroskopis dan
Muhammad, Susilawati dan
mikroskopis setelah semen diencerkan
Wahjuningsih (2016), evaluasi kualitas
semen segar perlu dilakukan untuk
Analisis Data mengetahui kualitas spermatozoa yang
Data yang didapat dianalisis digunakan, serta sebagai acuan untuk
dengan Rancangan Acak Kelompok mengetahui perubahan kualitas
(RAK) dan apabila terdapat perlakuan spermatozoa setelah pengenceran
yang menunjukkan perbedaan pengaruh mengalami penurunan.
yang nyata atau sangat nyata maka akan Rataan volume semen segar adalah
dilakukan dengan Uji Jarak Berganda 4,12±1,81 ml dengan volume
Duncan (Duncan’s Multiple Range Test). penampungan berkisar 1-6,4 ml. Kategori
semen yang digunakan dalam penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN ini termasuk normal. Menurut Garner and
Hafez (2008), volume semen bervariasi perlakuan pengencer pada penyimpanan
setiap penampungan antara 1-15 mililiter dingin dapat dilihat pada Tabel 2.
per ejakulasi. Warna semen yang
digunakan dalam penelitian adalah putih Tabel 2. Rataan Persentase Motilitas
susu, hal ini juga termasuk normal. Spermatozoa dengan Perlakuan
Susilawati (2011) berpendapat, semen Pengencer pada Penyimpanan Dingin (%)
warna normal yaitu berwarna putih Pengamatan P0 P1 P2
kekuningan atau putih susu. Kategori Hari ke-1 43,50±3,37 43,00±3,50 43,00±3,50
untuk pH dan konsistensi juga masih Hari ke-2 39,00±3,94b 34,00±3,94a 36,00±3,16ab
tergolong normal. Sesuai dengan Hari ke-3 32,50±5,40b 27,50±7,17a 30,50±6,85ab
pendapat Ismaya (2014), semen sapi Hari ke-4 26,00±6,58b 22,00±5,87a 24,00±4,59ab
mempunyai pH 6,2-6,8 dengan Hari ke-5 17,50±3,54b 13,50±3,37a 15,50±2,84ab
konsistensi atau tingkat kekentalan semen Hari ke-6 15,50±2,84b 11,00±4,59a 13,50±3,37b
berkisar mulai dari kental hingga encer.
Keterangan :
Susilawati (2011), konsistensi semen
Notasi yang berbeda pada baris yang
berkorelasi positif dengan konsentrasi
spermatozoa. sama menunjukkan perbedaan yang nyata
Semen yang digunakan termasuk (P<0,05) *Hari ke-5
berkualitas rendah namun masih dapat Notasi yang berbeda pada baris yang
digunakan untuk penelitian. Menurut sama menunjukkan perbedaan yang
Toelihere (1993), persentase motilitas sangat nyata (P<0,01) *Hari ke-2, 3, 4, dan 6
spermatozoa di bawah 40% menunjukkan
semen yang kurang baik dan Berdasarkan Tabel 2. dapat
berhubungan dengan infertilitas. dijelaskan bahwa motilitas individu pada
Viabilitas dan abnormalitas semen segar hari ke-5 menunjukkan perbedaan nyata
juga tergolong normal dan dapat dan motilitas pada hari ke-2, 3, 4, dan 6
digunakan untuk penelitian. Ducha dkk. menunjukkan perbedaan yang sangat
(2013), semen segar yang akan diproses nyata (P<0,01). Perlakuan terbaik untuk
harus mengandung spermatozoa yang motilitas berdasarkan rataan dan uji lanjut
hidup minimal 70%. Ismaya (2014),
adalah pada perlakuan P0 (Tris
kualitas semen termasuk rendah apabila
Aminomethan + 20% Kuning Telur),
persentase abnormalitasnya lebih dari
diikuti P2 (Air Kelapa Merah + 20%
20%.
Kuning Telur), dan terakhir adalah P1
Motilitas Spermatozoa (Air Kelapa Merah + 10% Kuning Telur).
Motilitas merupakan pergerakan Persentase motilitas dari perlakuan P0, P1
maju spermatozoa yang menjadi tolak dan P2 yang dapat digunakan untuk
ukur yang penting karena motilitas inseminasi buatan sesuai dengan SNI
berkaitan dengan kemampuan (motilitas ≥ 40%) adalah penyimpanan
spermatozoa untuk membuahi sel telur. pada hari 1, dengan P0 sebesar
Aziz dkk. (2018), daya gerak maju ini 43,50±3,37%, P2 sebesar 43,00±3,50%,
sangat dibutuhkan pada saat spermatozoa dan P1 dengan rataan sebesar
bergerak dalam saluran reproduksi betina 43,00±3,50%.
untuk mencapai tempat fertilisasi. Rataan Spermatozoa dapat bertahan lebih
persentase motilitas spermatozoa dalam lama pada pengencer Tris Aminomethan
+ 20% kuning telur karena dapat
memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh Agustian dkk. (2014), spermatozoa
spermatozoa dan dapat menjaga memerlukan proses adaptasi akibat dari
spermatozoa dari cold shock. Sesuai lingkungan dan suasana baru. Susilawati
dengan pendapat Wiratri dkk. (2014), (2011), dalam proses adaptasi
spermatozoa dapat bertahan lebih lama spermatozoa terhadap bahan pengencer
pada pengencer Tris Aminomethan dapat mengakibatkan gangguan
karena mampu menjaga spermatozoa dari permeabilitas membran, menurunkan
efek cold shock, selain itu Tris aktivitas metabolisme, kerusakan sel dan
Aminomethan + 20% kuning telur lebih lanjut dapat menurunkan motilitas
mampu memberikan nutrisi bagi spermatozoa.
metabolisme spermatozoa dan mampu
melindungi spermatozoa lebih lama dari Berdasarkan Tabel 2. dapat
pengencer lainnya. Persentase motilitas dijelaskan bahwa motilitas individu pada
lebih tinggi pada air kelapa yang hari ke-5 menunjukkan perbedaan nyata
mengandung 20% kuning telur dan motilitas pada hari ke-2, 3, 4, dan 6
dibandingkan dengan 10% kuning telur, menunjukkan perbedaan yang sangat
hal ini dikarenakan air kelapa tidak nyata (P<0,01). Perlakuan terbaik untuk
mampu melindungi spermatozoa dari motilitas berdasarkan rataan dan uji lanjut
temperatur rendah sehingga dilakukan adalah pada perlakuan P0 (Tris
penambahan kuning telur, semakin Aminomethan + 20% Kuning Telur),
rendah konsentrasi kuning telur maka diikuti P2 (Air Kelapa Merah + 20%
semakin rendah juga kemampuan Kuning Telur), dan terakhir adalah P1
pengencer tersebut untuk melindungi (Air Kelapa Merah + 10% Kuning Telur).
spermatozoa dari cold shock. Hal ini Persentase motilitas dari perlakuan P0, P1
sesuai dengan penelitian terdahulu yaitu dan P2 yang dapat digunakan untuk
Dwatmadji dkk. (2007) yang memiliki inseminasi buatan sesuai dengan SNI
hasil penelitian bahwa pengencer air (motilitas ≥ 40%) adalah penyimpanan
kelapa rubescens-kuning telur 20% pada hari 1, dengan P0 sebesar
menunjukkan persentase motilitas lebih 43,50±3,37%, P2 sebesar 43,00±3,50%,
tinggi dibanding pengencer air kelapa dan P1 dengan rataan sebesar
rubescens dengan penambahan kuning 43,00±3,50%.
telur 17% dan 14%. Didukung pendapat Spermatozoa dapat bertahan lebih
Toelihere (1981), kadar kuning telur yang lama pada pengencer Tris Aminomethan
dianjurkan untuk pengenceran semen + 20% kuning telur karena dapat
tidak kurang dari 20% pada suhu 5oC memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh
untuk menjamin daya membuahi spermatozoa dan dapat menjaga
spermatozoa yang optimal. Ditambah spermatozoa dari cold shock. Sesuai
pendapat Ismaya (2014), kuning telur dengan pendapat Wiratri dkk. (2014),
bisa digunakan sebagai bahan spermatozoa dapat bertahan lebih lama
makromolekul dalam pengencer karena pada pengencer Tris Aminomethan
mampu melindungi kesempurnaan koloid karena mampu menjaga spermatozoa dari
pelindung spermatozoa. Motilitas yang efek cold shock, selain itu Tris
terus menurun terjadi karena lama Aminomethan + 20% kuning telur
penyimpanan dan suhu yang dingin. mampu memberikan nutrisi bagi
metabolisme spermatozoa dan mampu
melindungi spermatozoa lebih lama dari Viabilitas Spermatozoa
pengencer lainnya. Persentase motilitas Viabilitas adalah persentase hidup
lebih tinggi pada air kelapa yang dan spermatozoa, hidup dan matinya
mengandung 20% kuning telur spermatozoa dapat diamati melalui
dibandingkan dengan 10% kuning telur, reaksinya menggunakan eosin dan
hal ini dikarenakan air kelapa tidak negrosin. Spermatozoa yang hidup dan
mampu melindungi spermatozoa dari mati dapat dibedakan ketika spermatozoa
temperatur rendah sehingga dilakukan tersebut menyerap warna atau tidak, saat
penambahan kuning telur, semakin spermatozoa menyerap warna merah
rendah konsentrasi kuning telur maka maka spermatozoa mati dan jika tidak
semakin rendah juga kemampuan menyerap warna spermatozoa hidup.
pengencer tersebut untuk melindungi Rataan persentase viabilitas dalam
spermatozoa dari cold shock. Hal ini perlakuan pengencer pada penyimpanan
sesuai dengan penelitian terdahulu yaitu dingin dapat dilihat pada Tabel 3.
Dwatmadji dkk. (2007) yang memiliki
hasil penelitian bahwa pengencer air Tabel 3. Rataan Persentase Viabilitas
kelapa rubescens-kuning telur 20% Spermatozoa dengan Perlakuan
menunjukkan persentase motilitas lebih Pengencer pada Penyimpanan Dingin (%)
tinggi dibanding pengencer air kelapa Pengamatan P0 P1 P2
rubescens dengan penambahan kuning Hari ke-1 77,20±4,39b 75,20±4,02ab 74,50±3,06a
Hari ke-2 64,30±4,24 61,50±7,52 62,80±6,73
telur 17% dan 14%. Didukung pendapat
Hari ke-3 60,40±5,91 55,90±9,02 60,40±8,18
Toelihere (1981), kadar kuning telur yang Hari ke-4 56,70±7,07 50,40±11,56 53,60±10,67
dianjurkan untuk pengenceran semen Hari ke-5 51,50±8,90b 43,40±11,71a 49,20±11,30ab
tidak kurang dari 20% pada suhu 5oC Hari ke-6 42,80±8,19 34,40±8,36 37,90±9,36
untuk menjamin daya membuahi Keterangan : Notasi yang berbeda pada
spermatozoa yang optimal. Ditambah baris yang sama menunjukkan perbedaan
pendapat Ismaya (2014), kuning telur yang nyata(P<0,05)
bisa digunakan sebagai bahan
makromolekul dalam pengencer karena Berdasarkan Tabel 3. dapat
mampu melindungi kesempurnaan koloid dijelaskan viabilitas spermatozoa pada
pelindung spermatozoa. Motilitas yang hari ke-1 dan 5 menunjukkan perbedaan
terus menurun terjadi karena lama yang nyata (P<0,05). Penurunan
penyimpanan dan suhu yang dingin. viabilitas yang drastis terlihat pada hari
Agustian dkk. (2014), spermatozoa ke-6. Perlakuan terbaik untuk
memerlukan proses adaptasi akibat dari mempertahankan viabilitas berdasarkan
lingkungan dan suasana baru. Susilawati data tersebut adalah P0 (Tris
(2011), dalam proses adaptasi Aminomethan + Kuning Telur 20%), P2
spermatozoa terhadap bahan pengencer (Air Kelapa Merah + 20% Kuning Telur),
dapat mengakibatkan gangguan dan P1 (Air Kelapa Merah + 10% Kuning
permeabilitas membran, menurunkan Telur). Persentase viabilitas dari
aktivitas metabolisme, kerusakan sel dan perlakuan P0, P1 dan P2 yang dapat
lebih lanjut dapat menurunkan motilitas digunakan untuk inseminasi buatan sesuai
spermatozoa. dengan Ax et al. (2008) yaitu viabilitas
minimum 50% adalah P0 sampai kematian. Susilawati (2011)
penyimpanan hari ke-5 dengan rataan menambahkan, membran merupakan
51,50±8,90%, diikuti P2 sampai bagian terluar spermatozoa yang
penyimpanan hari ke-4 dengan rataan berfungsi untuk melindungi spermatozoa,
53,60±10,67%, dan terakhir P1 sampai sehingga apabila membran rusak maka
penyimpanan hari ke-4 dengan rataan spermatozoa akan mati, dan hanya
50,40±11,56%. spermatozoa yang memiliki membran
Faktor yang menyebabkan utuh yang akan mampu melakukan
kematian spermatozoa adalah fertilisasi.
ketersediaan energi yang semakin Abnormalitas Spermatozoa
berkurang dari pengencer dan karena Abnormalitas adalah presentase
adanya asam laktat dari sisa metabolisme spermatozoa yang tidak normal.
sel yang membuat medium menjadi asam Abnormalitas yang diamati ada 2 yaitu
yang membuat spermatozoa mati. abnormalitas primer dan abnormalitas
Didukung oleh Hafez and Hafez (2000), sekunder. Rataan abnormalitas dapat
menurunnya persentase spermatozoa dilihat pada Tabel 4.
hidup pada semua kelompok perlakuan
setelah pendinginan disebabkan semakin Tabel 4. Rataan Persentase Abnormal
berkurangnya ketersediaan energi dalam Spermatozoa dengan Perlakuan
media pengencer. Ditambah pendapat Pengencer pada Penyimpanan Dingin (%)
Sugiarti dkk. (2004), penyimpanan dingin Pengamat P0 P1 P2
dalam jangka waktu lama menyebabkan an
Hari ke-1 7,50±0,5 8,70±0,6 8,20±0,42
kondisi medium menjadi semakin asam.
3a 7b ab

Sisa metabolisme dapat bersifat racun Hari ke-2 7,90±2,0 6,80±1,5 7,60±1,26
bagi spermatozoa yang akhirnya 8 5
menyebabkan kematian pada Hari ke-3 7,20±0,6 7,70±0,6 7,50±0,97
spermatozoa. 3 7
Hari ke-4 8,50±0,7 8,60±1,1 8,70±0,48
Penurunan persentase viabilitas
1 7
spermatozoa juga dapat terjadi karena Hari ke-5 8,20±0,9 8,20±1,0 8,90±0,32
spermatozoa mengalami cold shock yang 2 3
menyebabkan membran plasma menjadi Hari ke-6 8,40±0,5 9,10±0,8 8,60±0,70
rusak. Kerusakan membran plasma dapat 2a 8b a

menyebabkan spermatozoa melemah dan Keterangan : Notasi yang berbeda pada


mati karena membran adalah bagian baris yang sama menunjukkan perbedaan
terluar yang berfungsi untuk melindungi yang nyata (P<0,05) Hari ke-6
spermatozoa. Hal ini sesuai dengan Notasi yang berbeda pada baris yang
pendapat Lestari, Ihsan dan Isnaini sama menunjukkan perbedaan yang
(2014), penurunan viabilitas terjadi sangat nyata (P<0,01) *Hari ke-1
karena adanya kerusakan membran sel
sehingga terjadi kematian sel. Kerusakan Berdasarkan Tabel 4. dapat
membran spermatozoa akan dijelaskan abnormalitas spermatozoa
menyebabkan terganggunya metabolisme pada hari ke-1 menunjukkan perbedaan
intraseluler sehingga spermatozoa akan yang sangat nyata (P<0,01) dan
melemah dan bahkan bisa mengalami abnormalitas pada hari k-6 menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05). di dalam epididimis, sedangkan
Perlakuan terbaik untuk mencegah abnormalitas sekunder disebabkan oleh
kenaikan abnormalitas berdasarkan data kerusakan pada saat penampungan dan
tersebut adalah P0 (Tris Aminomethan + evaluasi semen. Abnormalitas primer
Kuning Telur 20%), P2 (Air Kelapa umumnya seperti kelainan kepala (terlalu
Merah + 20% Kuning Telur), dan P1 (Air besar, kecil, kepala lebih dari satu) atau
Kelapa Merah + 10% Kuning Telur). kelainan ekor (memiliki ekor lebih dari
Pengencer perlakuan P0, P1 dan P2 yang satu). Sementara abnormalitas sekunder
dapat digunakan untuk inseminasi sesuai lebih banyak berupa terpisahnya ekor dari
dengan Ax et al. (2008) yaitu kepala akibat kesalahan pembuatan
abnormalitas tidak lebih dari 20% adalah preparat.
dari hari ke-1 sampai hari ke-6, karena
dari semua perlakuan tidak ada KESIMPULAN DAN SARAN
abnormalitas yang lebih dari 20%. Kesimpulan
Abnormalitas yang sering ditemui Kualitas semen terbaik didapatkan
adalah kepala tanpa ekor dan ekor pada P1 : Air Kelapa Merah + 10%
melingkar atau patah yang disebabkan Kuning Telur pada penyimpanan hari ke-
terlalu banyak tekanan saat pembuatan 1 dengan motilitas 43,00±3,50%,
preparat. Abnormalitas juga dapat terjadi viabilitas 75,20±4,02%, dan abnormalitas
karena spermatozoa mengalami cold 8,70±0,67% karena penambahan 10%
shock. Dwatmadji dkk. (2007), Kuning Telur dapat mempertahankan
peningkatan abnormalitas spermatozoa kualitas spermatozoa seperti pada
dapat disebabkan oleh efek cold shock penambahan 20% Kuning Telur.
dan ketidakseimbangan nutrisi selain itu
dapat juga disebabkan oleh penambahan Saran
derajat pH karena lama waktu Penelitian lebih lanjut disarankan
penyimpanan. Ditambah pendapat menggunakan semen dengan kualitas
Yulianti (2006), peningkatan jumlah lebih dari 70%
spermatozoa yang mengalami
abnormalitas diakibatkan oleh pengaruh DAFTAR PUSTAKA
fisik pada saat perlakuan di mana Agustian, M. F., M. N. Ihsan dan N.
spermatozoa saling bergesekan satu sama Isnaini. 2014. Pengaruh lama simpan
lain sehingga menyebabkan abnormalitas semen dengan pengencer tris
aminomethan kuning telur pada suhu
sekaligus kematian. Menurut Toelihere
ruang terhadap kualitas spermatozoa
(1993) abnormalitas spermatozoa dapat kambing boer. J. Ternak Tropika. 15
terjadi karena tekanan yang keras, (2) : 1-6.
pemanasan yang berlebihan, pendinginan
yang cepat dan kontaminasi dengan air, Ax, R. L., M. R. Dally, B. A. Didion, R.
urine atau kuman dan bahan antiseptik. W. Lenz, C. C. Love, D. D. Varner, B.
Rizal dan Herdis (2008), Hafez and M. E. Bellin. 2008. Semen
abnormalitas primer disebabkan oleh Evaluation. Reproductive in Farm
Animals. 8th Edition. Edited by Hafez
ketidaksempurnaan proses produksi
and Hafez. Lea and Febiger.
spermatozoa (spermatogenesis) di dalam
tubuli seminiferi dan proses pematangan
Aziz, A. F., M. A. Salim, N. Isnaini, A.
P. A. Yekti dan T. Susilawati. 2018. Lestari, T. P. S., M. N. Ihsan dan N.
Pengaruh pengencer air kelapa tua Isnaini. 2014. Pengaruh waktu simpan
yang berbeda varietas terhadap semen segar dengan pengencer
kualitas semen cair kambing boer pada andromed pada suhu ruang terhadap
penyimpanan 3-50C. J. Ilmu – Ilmu kualitas semen kambing boer. J.
Peternakan 28 (2) : 112-120. Ternak Tropika. 15 (1) : 43-50.

BSN. 2005. Semen Beku Sapi. Badan Muhammad, D., T. Susilawati dan S.
Standarisasi Nasional. SNI 01-4869. Wahjuningsih. 2016. Pengaruh
1-2005. BSN. Jakarta. penggunaan CEP-2 dengan
suplementasi kuning telur terhadap
Ducha, N., T. Susilawati, Aulanni’am, kualitas spermatozoa sapi FH (Frisian
dan S. Wahjuningsih. 2013. Motilitas holstein) kualitas rendah selama
dan viabilitas spermatozoa sapi penyimpanan suhu 4-5oC. J. Ternak
limousin selama penyimpanan pada Tropika. 17 (1) : 66-76.
refrigerator dalam pengencer CEP-2
dengan suplementasi kuning telur. Rizal, M., dan Herdis. 2008. Inseminasi
Jurnal Kedokteran Hewan. 7 (1): 5-8. Buatan pada Domba. Rineka Cipta.
Jakarta.
Dwatmadji, S. Kadarsih, E. Sutrisno dan
Y. Fisniarsih. 2007. Pengaruh Sugiarti, T., E. Triwulaningsih, P.
pengencer kuning telur dengan air Situmorang, R. G. Sianturi dan D. A.
kelapa dan lama penyimpanan Kusumaningrum. 2004. Penggunaan
terhadap kualitas semen kambing katalase dalam produksi semen dingin
nubian. J. Sain Peternakan Indonesia 2 sapi. Prosiding Nasional Teknologi
(2) : 65-71. Peternakan dan Veteriner : 215 : 220.

Garner, D. L. and E. S. E. Hafez. 2008. Susilawati, T. 2011. Spermatology.


Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Universitas Brawijaya (UB) Press.
Reproduction in Farm Animals. Edited Malang.
by E. S. E. Hafez. 7th Edition.
Lippincott Williams and Wilkins: _____________ 2013. Pedoman
Maryland. USA. Inseminasi Buatan. Universitas
brawijaya (UB) Press. Malang. ISBN:
Hafez, E. S. E. and B. Hafez. 2000. 978-602-203-458-2.
Reproduction in Farm Animals. 7th
Edition. Lippincott Williams and Toelihere, M. R. 1981. Inseminasi Buatan
Wilkins. Baltimore. New York. pada Ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung
Hayati, R. 2009. Perbandingan susunan
dan kandungan asam lemak kelapa _____________ 1993. Inseminasi Buatan
muda dan kelapa tua (Cocos Nucifera pada Ternak. Cetakan 3. Penerbit
L.) dengan metode gas kromatografi. Angkasa. Bandung
J. Floratek 4 (1) : 18-28.
Wiratri, V. D. B., T. Susilawati dan S.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Wahjuningsih. 2013. Kualitas semen
Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah sapi limousin pada pengencer yang
Mada University Press. Yogyakarta. berbeda selama pendinginan. J. Ternak
ISBN 979-420-848-5. Tropika. 15 (1) : 13-20.
Yulianti. 2006. Pengaruh beberapa
pengencer dengan waktu equilibrasi
yang berbeda terhadap kualitas semen
kambing boer sebelum pembekuan.
Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Universitas
Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai

  • 25 66 1 PB
    25 66 1 PB
    Dokumen10 halaman
    25 66 1 PB
    Wihatri Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Wihatri Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab I Ta
    Bab I Ta
    Dokumen2 halaman
    Bab I Ta
    Wihatri Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • BAB II Revisi
    BAB II Revisi
    Dokumen8 halaman
    BAB II Revisi
    Wihatri Pratiwi
    Belum ada peringkat