Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

P.A.I
SEBAB DAN AKIBAT
PERANG UHUD
KELAS 7H

Disusun Oleh:

Gya Indhriyana / 12

SMP NEGERI 1 KARANGPLOSO


TAHUN AJARAN
2021-2022
KABUPATEN MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perang Uhud adalah perang kedua setelah perang Badar yang dimenangkan
oleh kaum Muslim. Dengan banyaknya tokoh Quraisy yang meninggal dalam
perang Badar mengakibatkan tersulutnya dendam dari kaum Quraisy terhadap
kaum muslim. Perang Uhud terjadi pada tahun ke-3 H. Pertempuran ini terjadi di
Madinah. Selain adanya dendam dari kaum Quraisy terhadap kaum Muslim, ada
banyak hal yang menyebabkan terpecahnya peperangan ini. Diantaranya adalah
hasrat kaum Quraisy untuk menghancurkan islam dan membunuh Rasulullah
SAW. Kedua, adanya provokasi dari Ka’ab ibn Asyraf, seorang Yahudi yang
menghasut para pemimpin Quraisy untuk menyerang umat islam di Madinah.
Dan yang terakhir adalah agar terbuka kembali jalur perdagangan bagi kaum
Quraisy menuju Syam yang harus melalui kota Madinah.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Perang Uhud terjadi di Madinah, lebih
tepatnya perang Uhud terjadi di dekat gunung Uhud. bukit ini terletak di sebelah
utara Madinah dengan jarak 5,5 km dari Masjid Nabawi. Dari sinilah sejarah

kemudian mencatat
peperangan itu terjadi
didekat bukit Uhud itu
dinamakan sebagai
Perang Uhud.
Dalam peperangan ini
kaum Quraisy tercatat
beranggotakan 3000
tentara, 700 invantri, dan
200 ekor kuda. Selain itu
juga diikutsertakan
beberapa kaum wanita
dalam angkatan perang
ini kira – kira berjumlah
15 orang.
Sedangkan pasukan kaum muslim hanya terdiri atas 1000 tentara pada awalnya
yang kemudian karena suatu hal menjadi sejumlah 700 tentara. Peperangan ini
dipimpin oleh Abu Sofyan dalam kubu kaum Quraisy sedangkan kaum Muslim
sendiri dipimpin oleh Rasulullah.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup dan tentara dengan jumlah besar,
kau Quraisy mulai berangkat menuju Madinah. Namun hal itu diketahui oleh Nabi
secara mendadak, yang kemudian dikumpulkannyalah beberapa perwira –
perwira, para sahabat, dan orang – orang berpengalaman lainnya untuk
bermusyawarah menyusun strategi untuk menghadapi lawan. Turut hadir pula
Abdullah bin Ubai, salah soeorang munafik dari Madinah. Yang menyarankan
untuk melakukan strategi bertahan.
Pada awalnya kaum muslim sudah akan memenangkan pertempuran tersebut,
namun dikarenakan ada diantara mereka tergoda oleh Ghonimah dan wanita
kaum Quraisy maka pertahanan mereka pun menjadi lemah. Itulah salah satu
penyebab kalahnya kaum Muslim terhadap kaum Quraisy.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi terjadinya Perang Uhud?
2. Apa siasat atau strategi Nabi Muhammad melawan Kaum Qurays dalam
Perang Uhud?
3. Siapa yang memenangkan Perang Uhud tersebut?
4. Apa saja dampak yang terjadi setelah berakhirnya Perang Uhud?

C. Tujuan
1. Agar kita menjadi tahu bagaimana kronologis terjadinya Perang Uhud
mulai dari latar belakang terjadinya perang sampai berakhirnya perang.
2. Agar kita menjadi tahu strategi atau siasat yang apa yang digunakan
Nabi Muhammad dalam melawan Kaum Qurays
3. Agar kita tahu siapakah yang akan memenangkan peperangan. Nabi
Muhammah atau Kaum Qurays, jika kita melihat dari jumlah pasukan
yang dimiliki Nabi Muhammad tiga banding satu dari pasukan Kaum
Qurays.
4. Agar kita tahu akibat yang ditimbulkan setelah berakhirnya Perang Uhud
dan peristiwa – peristiwa apa saja yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pecahnya Perang Uhud

1. Persiapan Perang Uhud


Pemimpin kaum Quraisy segera mempersiapkan banyak pasukannya untuk
melawan Nabi Muhammad SAW dan pasukan kaum muslim kembali setelah
kalah dalam perang Badar. Dalam perang kali ini pasukan Quraisy menyiapkan
sejumlah 3000 tentara, diantaranya terdapat 200 pasukan berkuda dengan
persenjataan lengkap dan pasukan berkendaraan unta serta memakai baju
besi. Pasukan perang kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan. Budak – budak
Quraisy disuruh oleh majikannya masing – masing untuk ikut serta menjadi
anggota pasukan perang yang dipimpin oleh Abu Amir ar-Rahib. Kaum wanita
juga diikutsertakan untuk menyulut api peperangan, diantaranya adalah Hindun
(istri Abu Sofyan). Ummu Hakim (Istri Ikhrimah), Barzah binti Munabbih (Istri
Amr bin Asb), dengan Himdun sebagai pemimpinnya. Dalam hal ini Hindun
memiliki seorang budak bernama Wahsyi. Disini Washyi diperintahkan untuk
membunuh Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW). Dengan imbalan apabila
dia berhasil akan diberi hak kemerdekaan. Mengapa Hindun menyuruh Washyi
membunuh Hamzah, dikarenakan sebuah dendam karena Hamzah telah
membunuh Utbah (ayah Hindun) pada saat perang Badar (Moenawar Chalil,
2011: 101).
Sementara itu kaum muslim di Madinah tidak sedikitpun mengetahui persiapan
yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Nabi Muhamad baru menerima berita
tersebut tiga hari sebelum pasukan Quraisy Mekkah tiba di Uhud. Nabi
mendengar berita tersebut dari pamannya yang memeluk islam namun masih
tinggal di Mekkah pada saat itu. Setelah menerima berita tersebut, Nabi segera
mengirim beberapa utusan mata – mata yaitu Anas, Munis, dan Hubab untuk
mencari informasi tentang pasukan Quraisy Mekkah. Akhirnya diperoleh
informasi bahwa pasukan Quraisy sudah berada didekat Uhud. Pada hari
Jumat 13 Syawal 3 H, Nabi Muhammad SAW, Nabi mengadakan musyawarah
untuk membahas situasi tersebut dengan para sahabat. Sejumlah sahabat
sebaiknya tetap tinggal di Madinah. Nabi Muhammad SAW setuju untuk
bertahan di Madinah karena Madinah dikelilingi oleh gunung – gunung dan
bukit yang dapat dijadikan sebagai benteng pertahanan sehingga kaum
Quraisy akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyerangan terhadap
kota Madinah. Akan tetapi sejumlah pemuda tidak setuju dengan pendapat
tersebut, mereka berpendapat untuk pergi keluar kota Madinah dan
mengadakan perang terbuka dengan Quraisy. Adanya desakan dari kelompok
pemuda tersebut membuat Nabi Muhammad SAW berubah pendirian dan
mengikuti pendapat para pemuda untuk mengikuti perang terbuka dengan
Quraisy. Setelah memperoleh keputusan Nabi Muhammad SAW segera
mengenakan baju perang dengan senjata lengka. Setelah selesai solat Jumat,
NAbi Muhammad SAW bergerak menuju bukit Uhud dengan memimpin 1000
pasukan untuk menghadapi 3000 pasukan tentara Quraisy yang bersenjata
lengkap dan yang telah merusak tanaman dan padang rumput kaum muslimin.
Pasukan Nabi Muhammad SAW bermalam tidak jauh dari kota Madinah, agar
esoknya dapat melanjutkan kembali perjalanan menuju bukit Uhud. Di tengah
perjalanan menuju Uhud, pasukan munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin
Ubay melakukan desersi (membelot) dengan membawa 300 pasukan,
sehingga pasukan Nabi yangsemula berjumlah 1000 pasukan menjadi 700
pasukan saja. Hal itu membuat geram kaum muslimin yang menyaksikan pada
waktu itu. Menyikapi sikap orang –orang munafik tersebut kaum muslim
terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama berpendapat bahwa
orang – orang munafik tersebut harus diperangi dan dibunuh karena
merekamemang pantas untuk dibunuh. Sedangkan kelompok kedua yang
mayoritas dipimpin oleh Nabi Muhammad memilih untuk tidak memerangi dan
membunuh kaum munafik itu. Sikap Nabi tersebut merupakan sikap yang
bijaksana, cerdas, dan visioner karena sangatlah tidak mungkin untuk
memerangi kaum munafik tersebut ditengah kondisi yang kritis, selain itu hal itu
juga tidak memberi keuntungan kaum muslim sendiri.

2. Jalannya Perang Uhud


Setelah menghadapi persoalan penarikan diri AbdulllahbinUbay dan kaum
munafik. Nabi Muhammad beserta pasukan muslimin melanjutkan perjalanan
menuju Uhud. Nabi Muhammad SAW meminta ditunjukan suatu jalan yang
tidak dilalui oleh kaum Quraisy. Khaistamah menunjukan jalan yang dekat dan
yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah perjalanan dilanjutkan
tibalah rombongan Nabi disebuah jalan kecil milik Marba’ bin Qaizhi yang buta
matanya. Ketika Nabi Muhammad SAW berjalan didepan rumah Marba’ bin
Qaizhi, tiba – tiba Marba’ bin Qaizhi menaburkan debu kearah muka Nabi
sambil berkata, “Kalau engkau itu pesuruh Allah, aku tidak akan menghalalkan
kau jalan di jalanku ini”. Dengan cepat Sa’ad bin Zaid memukul Marba hingga
terluka parah.sahabat – sahabat Nabi Muhammad SAW hendak membunuh
Marba’ bin Qaizhi, tetapi Nabi Muhammad SAW mencegahnya (Moenawar
Chalil, 2001: 110).
Perjalanan kemudian dilanjutkan hingga sampailah kaum muslimin di suatu
tempat di bawah kaki Gunung Uhud. di sinilah Nabi Muhammad beserta
pasukannya berhenti karena melihat tentara musuh sudah beramai –ramai
menduduki tempat – tempat dekat Gunung Uhud. Pasukan kaum Quraisy
memiliki pasukan empat kali lipat dari pasukan muslim. Selain itu pasukan
musuh juga memiliki persenjataan yang lebih lengkap, selain itu juga sebagian
kaum Quraisy telah meiliki keahlian dalam berperang. Nabi Muhammad SAW
segera mengumpulkan para tentaranya lalu memilih dan menduduki tempat
yang cukup strategis letaknya. Akan tetapi, karena sebaian tempat tersebut
udah dikuasai oleh kaum Quraisy, jadi tempat yang diduduki oleh Nabi
Muhammad SAW adalah tempat yang dibelakangnya terdapat suatu jalan yang
terbuka yang dapat dipergunakan oleh musuh untuk menyerang pasukan
Muslimin dari arah belakang. Walaupun demikian, sebagai seorang pemimpin
yang bijaksana. Nabi Muhammad tetap menempatkan pasukan yang memiliki
keahlian memanah dalam tempat tersebut sejumlah 50 orang pemanah yang
dipimpin oleh Abdullah bin Jubair. Sedangkan kaum Quraisy menempatkan
pasukannya pada sayap kanan ditempatkan berupa pasukan berkuda yang
dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri barisan berkuda yang dipimpin oleh
Ikhrimah bin Abu Jahal, dan barisan tengah dipimpin oleh Shafwan bin
Umayyah beserta pahlawan Quraisy lainnya. Semuanya telah bersiap- siap di
tempat – tempat yang tidak mudah ditempuh oleh tentara kaum Muslim.
Bendera perang kaum Quraisy dipegang oleh Abu Thalhah (Menawar Chalil,
2001: 111). Nabi Muhammad juga mulai mengatur barisan pasukan muslim.
Nabi Muhammad SAW menempatkan Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khatab,
Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Abu Dujanah Sammak bin Kharsyah,
Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, Usaid bin Hudhair, dan Habbab bin
al-Mundzir dibarisan pertama. Kemudian Nabi Muhammad SAW
menginstruksikan kepada pasukan Muslimin yang telah berada pada posisi
mereka masing – masing agar tidak melakukan peperangan sebelum Nabi
Muhammad SAW mengijinkan mereka untuk berperang dan memerintahkan
pasukan pemanah agar tidak meninggalkan posisi mereka dalam kondisi
apapun (Abu FAris, 1998: 229). Berkaitan dengan penempatan posisi pasukan
Muslimin dan perintah Nabi kepada pasukan pemanah,telah dijelaskan di
dalam Tafsir Al – Azhar Q.S Ali Imran ayat 121 (Hamka, 1983: 95).
Setelah kedua pasukan saling berhadapan dan siap bertempur, dimulailah
dengan perang tanding. Abu Thalhah al-‘Abdari keluar dengan membawa panji
kaum Quraisy lalu menantang perang tanding beberapa kali tetapi tidak
seorang pun pasukan dari kaum Muslimin yang berani maju untuk
melawannya. Kemudian Abu Talhah berkata kepada pasukan Muslimin:
“Wahai para sahabat Muhammad, kalian mengaku bahwa Allah akan
menyegerakan kami dengan pedang kalian ke neraka dan menyegerakan
kalian dengan pedang kami kesurga, tetapi adakah diantara kalian seorang
yang mampu menyegerakan aku dengan pedangnya ke neraka atau aku aka
menyegerakannya dengan pedangku kesurga. Kalian dusta demi Lata dan
Uzza, seandainya kalian mengetahui hal itu benar niscaya ada orang yang
keluar menyambutku” (Abu Faris, 1988: 233). Setelah mendengar perkataan
tersebut, akhirnya Ali Bin Abi Thalib maju ke medan pertempuran kemudian
berhasil memukul Abu Thalhah hingga patah kakinya dan tergeletak di tanah.
Kemudian Ali bin Abu Thalib mundur kembali kebarisan Nabi Muhammad.
Setelah Abu Thalah tewas tewas, pemegang panji perang dipegang oleh
saudaranya, Utsman bin Abu Thalhah yang akan berhadapan dengan Hamzah,
dan berhasil dibunuhnya. Setelah Utsman bi Abu Thalhah tewas, panji
kemudian diambil oleh saudaranya Abu Sa’id bin Abu Thalhah yang
berjadapan dengan Sa’ad bin Abi Waqash, dan berhasil dibunuhnya juga
dengan panahan. Selanjutnya panji perang diambil oleh Musafi’ bin Thalhah
bin Abu Thalhah dan berhasil dibunuh oleh Ashim bin Tsabit bin Abu Alfah.
Setelah Musafi’ tewas, panji kemudian diambil alih oleh Abdu Dar yang behasil
dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib. Hingga akhirnya panji tergeletak kotor di tanah
hingga diambil alih oleh Amrah binti Alqamah al-Haritsiyah lalu mengangkatnya
kepada pasukan Quraisy dan mereka mengerumuninya. Demikianlah para
pahlawan kaum Muslimin berhasil menumbangkan para tokoh dan pembawa
panji Quraisy dan tidak ada lagi yang sanggup membawa panji tersebut hingga
dipungut oleh seorang wanita. Setelah para pembawa panji tersebut terbunuh
kemudian kaum Quraisy terpecah belah, semangat mereka merosot dan
kekuatan mereka pun hancur. Hal tesebut menunjukan kepiawaian Nabi
Muhammad SAW dalam bidang militer karena mampu melemahkan
kemampuan perang pasukan Quraisy sehingga mendesak pasukan Quraisy
mundur dan lai meninggalkan harta dan wanita-wanita Quraisy (Abu Faris,
1998: 233-234).
Para pemanah yang menyaksikan hal tersebut dari atas bukit mereka mengira
bahwa pertempuran sudah usai. Mereka bergegas mengumpulkan harta yang
ditinggalkan oleh kaum Quraisy. Menyaksikan hal tersebut Abdullah bij Jubair
mengingatkan akan perintah Nabi agar tidak meninggalkan bukit dalam kondisi
apapun. Sebagaian kecil pasukan mentaati perintah Nabi, namun sebagian
pasukan yang berjumlah kira – kira 40 orang mengabaikan perintah Nabi
Muhammad SAW. Tentara berkuda dari sayap kanan yang dipimpin oleh
Khalid bin Walid menyaksikan jelas bahwa sebagian besar pasukan pemanah
Musliminyang berjaga dibukit Uhud sudah meniggalkan posisi. Oleh karena itu
secara diam – diam Khalid binWalid mengarahkan pasukannya untuk
menyerang kaum Muslimin yang sedang sibuk mengumpulkan harta
rampasan. Pasukan muslim yan dikejutkan oleh serangkaian serangan pedang
dananak panah dari arah belakang membuat terbunuhnya sebagian dari
mereka. Serangan secara mendadak itu membuat kaum muslimin terguncang
dan ketakutan, sehungga membuat mereka terpencar dan tercerai – berai.
Setelah Nabi Muhammad SAW melihat keadaan yang semakin kacau, Nabi
menyadari bahwa tentaranya sedang terancam oleh bahaya yang besar dari
pihak musuh. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW segera memilih salah
satu dari dua alternative yaitu melindungi diri sendiri ditempat yang
tersembunyi atau maju berperang ditengah medan pertempuran yang sedang
berkobar untuk membela barisan tentara yang sedang berantakan yang
terkepung oleh pihak musuh. Seketika itu juga Nabi mengambil keputusan
yaitu untuk sementara Nabi menyembunyikan diri sambil berseru memanggik
sebagian tentaranya agar segera lari mengelilingi tempat Nabi bersembunyi.
Mush’ab bin Umair yang saat itu memegang bendera tentara islam, selalu
melindungi Nabi Muhammad SAW dari ancaman tentara kaum Quraisy yang
menginginkan Nabi untuk dibunuh. Samapi suatu hal, karena ingin sekali
melindungi Nabi Muhammad SAW Mush’ab terbunuh oleh Ibnu Qam’ah karena
disangkanya adalah Nabi Muhammad. Dikarenakan Mush’ab bin Umair
memeilikiwajah yang mirip dengan Nabi Muhammad. Ibnu Qam’ah berteriak
metainkan bahwa Nabi Muhammad telah terbunuh. Hal itu membuat pasukan
Muslimin terpecah menjadi tiga golongan, yaitu sebagian melarikan dirimenuju
tempat dekat Madinah, tetapi tidak berani pulang ke Madinah dikarenakan
malu. Diantara pasukan muslim yang melarikan diri adalah Utsman bin Affan,
Waid bin Uqbah, Kharijah bin Zaid, dan Rifa’ah bin Ma’la (Moenawar Chali,
2001: 122)
Sedangkan golongan kedua tetap bertempur dengan pantang menyerah
karena mereka telah mendengarucapan Nabi Muhammad SAW telah terbunuh.
Salah seorang tentara Muslimin, Tsabit bin Dahdah, memperingatkan kawan-
kawannya,”Hai para kawanku Anshar! Jika benar Nabi Muhammad SAW telah
mati terbunuh biarlah ia mati, karena hanya Allah yang tidak mati selama –
lamanya karena itu, berpeganglah kamu kepada agamamu dengan kokoh dan
kuat! Allah sendirilah yang akan menolong dan memberikan kemenangan
kepadamu!”. Dari situlah kemudian pasukan muslimin mneyerahkan diri hanya
pada Allah dan terus berjuang tanpa rasa takut. Dan yang terakhiradalah
golongan ketiga sebanyak 14 orang mengelilingi Nabi Muhammad SAW dan
mereka berusaha melindungi Nabi Muhammad SAW dari serangan kaum
Quraisy. Mereka terdiri dari 7 sahabat Anshar dan 7 sahabat Muhajirin
.Sampai pada suatu waktu Ka’ab bin Malik berteriak bahwa Nabi Muhammad
masih hidup. Pasukan kaumQuraisy semakin mendesak untuk menerobos
pertahanan para sahabat NAbi Muhammad SAW. Terlebih ketika mengetahui
yang bertahan hanya sekitar 30 orang saja. Tentara Quraisy semakin
mendesak pertahanan sahabat Nabi sambil melepaskan anak panah kepada
30 orang yang sedang melindungi Nadi tetap bertahan dan menangkis
serangan dari pasukan Quraisy. Pasukan Quraisy berusaha mencari celah
untuk menerjang dan menerobos pertahanan mereka. Akan tetapi pasukan
kaum Quraisy tidak berhasil menerobos karena ketatnya pertahanan yang
dibuat oleh para sahabat Nabi. Ketika serangan kaum Quraisy semakin hebat,
Nabi Muhammad SAW terkena lemparan batu dari pihak musuh yang membuat
Nabi terluka. Pada saat itu juga Hamzah bi Abdul Muthalib juga terbunuth di
tengah – tengan pertempuran oleh seorang tentara musuh, yaitu Wahsyi salah
sorang budak dari Hindun dengan menggunakan tombak. Hamzah gugur
setelah berhasil membunuh 31 orang dari pihak musuh. Mendengar berita
tersebut Nabi Muhammad SAW merasa sangat sedi, karena Hamzah adalah
paman Nabi yang memiliki jasa yang sangat besar kepada Nabi Muhammad
SAW. Pasukan kaum Quraisy merasa tidak puas apabila belum membunuh
Nabi Muhammad pada saat perang Uhud. Pasukan kaum Quraisy
beranggapan dengan membunuh Nabi Muhammad maka kaum Mulsim akan
hancur (Moenawar Chalil, 2001: 124).
Selain terkena lemparan batu, Nabi Muhammad juga terkena lemparan
potongan bisi dan lemparan batu. Hal itu membuat Nabi Muhammad terluka
pada dahi, dan gigi. Selain itu Nabi juga terkena lempaan berupa potongan
besi lagi dari Abu Qam’ah yang menembus kebagian dalam pipi Nabi
Muhammad SAW. Melihat keadan demikian Malik bin Sinan membersihkan
darah yang mengalir di muka Nabi Muhammad SAW. Dalam keadaan seperti
itu serangan kaum Quraisy masih terus dilancarkan dengan gencar terhadap
Nabi Muhammad SAW. Kemudian datang Ubay bin Khalaf dari kaum Quraisy
dengan menunggangi kuda yang bernama Ud menuju pertahanan Nabi
Muhammad SAW dengan berniat membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun
pada akhirnya Ubay bin Khalaf dapat dibunuh juga oleh Nabi Muhammad SAW
dengan menggunakan sebilah tombak Saat ingin berjalan menuju tempat Nabi
berada Nabi Muhammad SAW terperosok jatuh kesebuah lubang yang digali
oleh pihak musuh, yaitu Amir ar –Rahib. Akibatnya kedua lutut Nabi
Muhammad terluka. Kondisi tersebut membuat Nabi Muhammad SAW semakin
tidak bertenaga dan akhirnya pingsan, yang kemudian ditoleong oleh Ali bin
ABi Thalib dan Thalhah bin Ubaidillah.

3. Akhir Perang Uhud

Semangat para kaum Muslim masih tetap menggelora dalam menumpas kaum
Quraisy. Meskipun kaum Muslim banyak mengalami penderitaan yang sangat
berat. Ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tengah beristirahat
di atas bukit sambil mengobati luka – luka, tiba – tiba Khalid bin Walid dan
pasukannya datang untuk kembali menyerang kaum Muslimin. Umar Ibnu
Khathab menghadang pasukan tersebut, dan akhirnya membuat Khalid bin
Walid mengurungkan niatnya untuk menyerang kaum Muslimin. Dengan
pertimbangan itu, Khalid bin Walid mulai mengatur pasukannya untuk mudur.
Mundurnya pasukannya Khalid bin Walid menandai bahwa perang Uhud telah
berakhir. Meskipun perang Uhud telah berakhir, tetapi Nabi Muhammad SAW
masih merasa curiga dengan mundurnya kaum Quraisy. Oleh karena itu Nabi
Muhammad SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menyelidiki dan
mengawasi gerak – gerik kaum Quraisy. Ali segera menghadap Nabi
Muhammad SAW dan melaporkan hasil penyelidikan bahwa pasukan Quraisy
sedang menuju arah selatan. Nabi Muhammad yakin bahwa mereka akan
kembali ke Mekkah. Sebelum kaum Quraisy kembali ke Mekah, mereka
terlebih dahulu menguburkan teman-temannya yang tewas dalam perang
Uhud. Oleh karena itu, pasukan Quraisy belum bisa dikatakan menang dalam
perang Uhud.

B. Dampak Perang Uhud Terhadap Perkembangan Ajaran Islam di Jazirah Arab


Perang Uhud telah memberikan banyak pelajaran bagi kaum Muslimin. Melalui
kekalahan kaum Muslimin dalam perang Uhud, Allah ingin menguji keimanan
mereka. Perang Uhud telah memberikan pelajaran agar tidak meninggalkan
perintah Nabi Muhammad dalam situasi apapun (Majid ‘Ali Khan, 1985: 153-
154). Selain itu, perang Uhud juga merupakan pembeda antara orang Kafir.
Setelah perang Uhud Nabi Muhammad SAW banyak melakukan berbagai
pembaharuan. Nabi Muhammad berhasil membentuk suatu pemerintahan
kesatuan yang berpusat di Madinah. Sperti yang kita ketahui bahwa pada saat
itu Bangsa Arab masih mengalami krisis kepercayaan. Banyak diantara mereka
yang masih menyembah berhala dan meyakini segala macam tahayul. Dengan
hadirnya Nabi Muhammad SAW berhasillah menghapuskan seluruh bentuk
kesesatan yang berkembang kala itu. Bangsa Arab mulai meninggalkan
kesesatan dan mulai menyembah Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dapat
mengubah kekafiran dan kemusyrikan bangsa Arab menjadi bangsa yang
religious sesuai ajran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Upaya pembaharuan lainnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
adalah penghapusan kasta sosial. Nabi Muhammad SAW menghilangkan
jurang pemisah antara sesama anggota masyarakat yang hanya didasarkan
pada harta kekayaan, jabatan, bahkan keturunan, dan warna kulit. Nabi
mengajarkan kita bahwa sesungguhnya kedudukan manusia itu sama. Nabi
Muhammad SAW juga menghapuskan system perbudakan yang merupakan
bagian integral dari system peradaban Arab, Aspek lain berkaitan dengan
kedudukan sosial wanita. Sebelum islam tumbuh di Jazirah Arab, wanita
diperlakukan secara hina. Diseluruh penjuru dunia, wanita hanya dijadikan
sebagai pelayan bagi kaum laki – laki. Bahkan dalam bangsa Athena (Yunani),
bangsa kuno yang paling berbudaya, seorang istri diperlakukan sperti budak.
Melihat kondisi demikian Islam mulai menetapkan sejunlah hak dan
keistimewaan bagi wanita. Dalam ajaran Islam, wanita memiliki kedudukan
yang sama dengan laki – laki.

BAB III
Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan berupa:


1. Perang Uhud diawali oleh adanya keinginan kaum quraisy untuk melakukan
balas dendam terhadap Nabi Muhammad SAW beserta kaumnyadi
Madinah. Perang Uhud terjadi pada tanggal 15 Syawal tahu 3H atau 625M.
pihak Quraisy mempersiapkan 3000 pasukan tentara, yang terdiri atas 700
pasukan infantry, 200 pasukan berkuda, dan 17 wanita. Salah seorang
wanita yang ikut berperang adalah Hindun bin Utbah, istri Abu Sufyan.
Hindun turut serta dalam perang karena ingin membalas dendam kematian
ayahnnya Uthbah yang tewas dalm perang Badar dibunuh oleh Hamzah,
paman Nabi Muhammad SAW.
2. Kekalahan yang dialami oleh kaum muslimin banyak sekali memberikan
pelajaran berharga bagi kaum muslimin bahwa setiap perkataan dan
perintah Nabi Muhammad SAW merupakan suatu kebenaran yang harus
dipatuhi. Setelah perang Uhud, Nabi Muhammad SAW mulai melakukan
berbagai pembaharuan. Diantaranya membentuk suatu pemerintahan yang
berpusat di Madinah, menghapuskan system budak dan system kasta, dan
yang paling utama adalah berhasil mengubah kekafiran dan kemusyrikan
bangsa Arab menjadi bangsa yang relisius sesuai dengan ajaran Islam yang
di bawa oleh Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moenawar, Chalil. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 2.
Jakarta: Gema Insani Press.
2. Majid, ‘Ali Khan. 1985. Muhammad SAW Rasul Terakhir. Bandung:
Pustaka
3. Abu Faris. 1988. Analisis Aktual Perang Badar dan Uhud di Bawah
Naungan Sirah Nabawiyah. Jakarta: Robbani Press.

Anda mungkin juga menyukai