Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BESAR PSIKOLOGI INDUSTRI

PELANGGARAN ETIKA PROFESI (STUDI KASUS:


PT ALPEN FOOD INDUSTRY)

DOSEN PENGAMPU:

Sahria, ST, M.Si

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
Fajri Zuli Martin (11950214825)
Ferdi Gusman Hidayat (11950214830)
Gusti Ayu Puspita Sari (11950220062)
Habi Burrahman (11950211642)
Ilham Hadi Lubis (11950214840)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat, karunia serta hidayahnya, sehingga Tugas Besar ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW Tugas
Besar ini disusun sebagai syarat menyelesaikan mata kuliah Psikologi Industri di
program studi Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUSKA Riau.
Banyak orang-orang yang telah membantu penyusun dalam menyusun
tugas besar ini, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
2. Dr. Hartono, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
3. Ibu Misra Hartati, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Bapak Anwardi, ST., MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri UIN
SUSKA RIAU.
5. Ibu Sahria, ST, M.Si, selaku Dosen Pengampu Psikologi Industri Jurusan
Teknik Industri UIN SUSKA RIAU.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri UIN SUSKA RIAU, yang
telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk
berkonsultasi guna menyelesaikan tugas besar ini.
7. Orang tua yang selalu memberikan semangat, dorongan dan doanya kepada
penyusun untuk selalu berusaha dengan baik dalam menyelesaikan laporan
ini dengan baik dan benar.

ii
Penulis menyadari dalam penulisan laporan praktikum ini masih banyak
terdapat kekurangan serta kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan adanya
masukan berupa kritik maupun saran dari berbagai pihak untuk kesempurnaan
tugas ini. Akhirnya penulis mengharap semoga laporan ini dapat berguna bagi kita
semua. Dan kepada semua yang telah memberikan dorongan dan bantuan,
penyusun hanya dapat mengucapkan terima kasih, semoga bantuan bimbingan
dan dukungan yang diberikan diberikan balasan dari Allah SWT. Amin.

Pekanbaru, Desember 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER .................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. I-1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... I-2
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................... I-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Etika Profesi ................................................................................... II-1
2.2 Peran Etika Profesi Dalam Bidang Teknik Industri ...................... II-1
2.3 UU Keinsinyuran Indonesia Beserta Perbandingannya ................. II-2
2.4 Acreditation Board for Enginering and Technologi (ABET) ........ II-3

BAB III STUDI KASUS


3.1 Pelanggaran dan Permasalahan Etika Profesi ............................ III-1
3.1.1 Landasan Hukum .......................................................... III-3
3.2 Penyelesaian Etika Profesi ......................................................... III-3

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................. IV-1
4.2 Saran ............................................................................................ IV-1

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan terikat dalam etika perusahaan
dan melibatkan hal mengenai hak asasi manusia, standar tenaga kerja, dan
hubungan dengan lingkungan perusahaan. Peranan pekerja dalam perusahaan
sangat di butuhkan mengingat pekerja dan perusahaan merupakan dua aset yang
tidak bisa dipisahkan. Idealnya corporate ethics juga menempatkan pekerja
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial untuk merepresentasikan sehat
atau tidaknya sebuah perusahaan dari gambaran kesejahteraan pekerjanya. Namun
perdebatan global sejauh ini tentang etika perusahaan membutuhkan beberapa
aturan keterlibatan yang lebih tajam lagi. Titik awal yang jelas adalah bahwa
perusahaan harus mematuhi hukum negara tempat mereka berbisnis. Namun
seringkali undang-undang sering terlalu lemah untuk melindungi pekerja dan
lingkungan, dan kelemahan ini membuka pintu untuk sengketa yang sah atas
interpretasi dan penegakan hokum (Sari, 2019).
Hal Inilah yang kemudian pernah terjadi pada praktik bisnis PT Alpen
Food Industry (AFI), anak perusahaan Aice Group Holdings Pte.Ltd Singapura
yang terkenal memproduksi es krim murah merek Aice. Jika dilihat dari peta
bisnis hingga saat ini, kiprah bisnis PT Alpen Food Industry yang juga menjadi
sponsor Asian Games 2018 tumbuh secara pesat di Indonesia. Es krim ini juga
merambah ke desa-desa seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Flores. Tidak
hanya memasarkan pada kios atau toko kelontong, Aice mulai memasarkan
produknya ke Transmart Carrefour, dan juga menggandeng selebritas sebagai
buzzer es krim Aice via akun Instagram (Sari, 2019).
Langkah bisnis ini berlipat-lipat maju berbanding terbalik dengan
pemenuhan hak-hak dasar buruhnya. PT AFI ternyata melakukan tindakan
eksploitasi terhadap pekerja dan juga memberikan upah yang tidak sesuai dengan
beban pekerjaan yang diberikan kepada para karyawannya. Fakta mencengangkan
selanjutnya muncul setelah beberapa buruh yang bekerja di bagian produksi
mengalami kecelakaan kerja, beberapa pingsan karena menghirup gas amonia,
kemudian jarinya terpotong karena mesin pemotong yang bermasalah. Sementara
PT AFI tidak memberikan pertolongan termasuk memberikan izin pulang bahkan
BPJS Kesehatan. PT AFI bahkan tak menyediakan kotak Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K). Para buruh biasanya patungan Rp5 ribu per orang tiap
bulan untuk menyediakan isi kotak P3K (Sari, 2019).
Berdasarkan permasalahan di atas, laporan ini akan mendiskusikan tentang
pelanggaran etika profesi dalam praktik bisnis PT Alpen Food Industry yang
memasarkan produk es krim beremerek Aice di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah pada tugas
besar ini adalah “Bagaimana pelanggaran etika profesi terjadi pada PT Alpen
Food Industry dan penyelesaiannya?”

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan pada tugas besar ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelanggaran etika profesi yang terjadi di PT Alpen Food
Industry.
2. Untuk mengetahui landasan hokum tentang pelanggaran etika profesi di
industri.
3. Untuk mengetahui penyelesaian pelanggaran etika profesi di PT Alpen Food
Industry.

I-2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika Profesi


Etika dari bahasa Yunani dari kata Ethos yang berarti “karakter”. Nama
lainnya adalah moralitas yang berasal dari bahasa latin yaitu kata mor es berarti
“kebiasaan”. Moralitas berfokus pada perilaku manusia yang “benar” dan “salah”.
Etika berhubungan dengan bagaimana seseorang bertindak terhadap orang
lainnya. Etika Profesional lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut
mencakup prinsip perilaku untuk orang-orang profesional yang dirancang baik
untuk tujuan idealistis. Etika secara umum didefiniskan sebagai nilai-nilai tingkah
laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu
golongan tertentu atau individu. Menurut Siti Rahayu (2010:49). Etika profesi
merupakan kode etik untuk profesi tertentu dan karenanya harus dimengerti
selayaknya, bukan sebagai etika absolut. Untuk mempermudah harus dijelaskan
bagaimana masalah hukum dan etika berkaitan walaupun berbeda.

2.2 Peran Etika Profesi Dalam Bidang Teknik Industri


Etika menjadi atribut pembeda yang membedakan antara manusia dengan
mahluk hidup yang lainnya. Manusia dikatakan sebagai mahluk yang memiliki
sebuah derajat yang tinggi di dunia ini, salah satunya karena adanya etika. Berikut
ini adalah salah satu contoh etika yang telah disepakati oleh suatu organisasi yaitu
tentang kode etik seorang sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri.
Semoga menjadi contoh untuk kita semua. Untuk lebih menghayati Kode Etik
Profesi Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri Indonesia dalam
operasionalisasi sesuai bidang masing-masing, dan sadar sepenuhnya akan
tanggung jawab sebagai warga negara maupun sebagai sarjana, akan panggilan
pertumbuhan dan pengembangan pembangunan di Indonesia maka kami Sarjana
Teknik Industri dan Manajemen Industri bersepakat untuk lebih mempertinggi
pengabdian kepada Bangsa, Negara dan Masyarakat. Selaras dengan dasar negara
yaitu “PANCASILA” maka disusunlah kode etik profesi berikut ini yang harus
dipegang dengan keyakinan bahwa penyimpangan darinya merupakan
pencemaran kehormatan dan martabat Sarjana Teknik dan Manajemen Industri
Indonesia.

2.3 UU Keinsiyuran Indonesia Beserta Perbandingannya


Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang
Keinsinyuran disebutkan bahwa Keinsinyuran adalah kegiatan teknik dengan
menggunakan kepakaran dan keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara
berkelanjutan dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Praktik Keinsinyuran
adalah penyelenggaraan kegiatan Keinsinyuran. Dan Insinyur adalah seseorang
yang mempunyai gelar profesi di bidang Keinsinyuran.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran disahkan
Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 22 Maret 2014 di
Jakarta. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran
diundangkan oleh Menkumham Amir Syamsudin pada tanggal 24 Maret 2014 di
Jakarta. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran
diundangkan dan ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 61. Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang
Keinsinyuran diundangkan dan ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5520. agar setiap orang mengetahuinya.
Lingkup pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang
Keinsinyuran mencakup aturan tentang Keinsinyuran, standar Keinsinyuran,
Program Profesi Insinyur, Registrasi Insinyur, Insinyur Asing, Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan, hak dan kewajiban, kelembagaan Insinyur, organisasi
profesi Insinyur, dan pembinaan Keinsinyuran. Undang-Undang Nomor 11 tahun
2014 tentang Keinsinyuran mengatur bahwa Keinsinyuran mencakup disiplin
teknik Keinsinyuran dan bidang Keinsinyuran. Sementara itu, untuk menjamin
mutu kompetensi dan profesionalitas layanan profesi Insinyur, dikembangkan
standar profesi Keinsinyuran yang terdiri atas standar layanan Insinyur, standar

II-2
kompetensi Insinyur, dan standar Program Profesi Insinyur. Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran bertujuan untuk meningkatkan daya
saing bangsa dan negara dalam menggali dan memberikan nilai tambah atas
berbagai potensi yang dimiliki tanah air, menjawab kebutuhan mengatasi segala
kendala dan masalah dari perubahan global yang dihadapi dan selanjutnya dapat
menyumbang banyak bagi kemajuan dan kemandirian bangsa.

2.4 Acreditation Board for Engineering and Technologi (ABET)


ABET adalah badan akreditasi di Amerika Serikat yang melakukan
akreditasi program studi di bidang rekayasa dan teknik. ABET didirikan pada
tahun 1932 oleh asosiasi profesi dan asosiasi teknis. Sat ini ada 35 asosiasi profesi
dan teknik yang tergabung dengan ABET. ABET merupakan salah satu badan
akreditasi yang memelopori Washington Accord, yaitu perjanjian internasional
untuk kesetaraan kualitas program studi di bidang pendidikan rekayasa dan teknik.
ABET mengakreditasi program studi sarjana dan magister untuk bidang rekayasa,
teknik, computing dan applied sciences. Saat ini ABET memiliki 4 komisi, yaitu:
a. Applied and Natural Sciences Accreditation Commission (ANSAC)
b. Computing Acreditation Commission (CAC)
c. Engineering Accreditation Commission (EAC)
d. Engineering Technology Accreditation Commission (ETAC)
Adapun beberapa hal penting terkait akreditasi ABET bisa diperhatikan
sebagai berikut:
a. ABET mengakreditasi program studi, bukan jurusan/departemen, fakultas
atau institusi
b. Program studi adalah program akademik yang berujung pada pemberian gelar
bagi lulusan yang telah memenuhi persyaratan akademik
c. Program studi mempunyai tujuan program studi, capaian lulusan, kurikulum,
staf pengajar dan fasilitas untuk proses pembelajaran
d. ABET mengakreditasi program studi dari suatu lembaga pendidikan tinggi
yang dapat memberikan gelar akademik dan diakui oleh otoritas pemerintah,
baik secara nasional maupun regional

II-3
e. Program studi yang mengajukan akreditasi awal, harus memiliki setidaknya
satu orang lulusan sebelum tahun akademik ketika asesmen lapangan
dilakukan
f. Program studi diakreditasi oleh setidaknya salah satu komisi akreditasi ABET
g. ABET memerlukan Self-Study Report awal dari seluruh program studi yang
mengajukan akreditasi awal, jika perguruan tinggi yang menaungi program
studi tersebut tidak memiliki program studi yang saat ini terakreditasi ABET
dalam komisi yang sama.

II-4
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Pelanggaran dan Permasalahan Etika Profesi


PT AFI (Alpen Food Industry) yang memproduksi ice cream pendatang
baru yang terkenal murah, Aice, tersandung masalah tenaga kerja. PT.AFI
melakukan eksploitasi SDM (tenaga kerja) yang berlebihan melanggar kode etik
bisnis dan UU Ketenagakerjaan. Melakukan pemangkasan biaya produksi dengan
bertindak tidak etis terhadap karyawan. Banyak korban akibat perlakuaan tidak
mengenakaan PT AFI, mulai dari karyawan yang jarinya terpotong, karyawan
terkena penyakit bronkitis saat produksi, hingga gangguan pernafasan akibat
kebocoran pipa gas. Selain karena quality control yang mengecewakan, PT AFI
juga bertindak sepihak dalam urusan upah. Dikabarkan PT AFI membayar gaji
karyawan buruh dibawah UMR dan memberikan bonus lembur tidak sesuai yang
dijanjikan. Selain itu, PT AFI juga punya masalah ketenagakerjaan mengenai
kontrak buruh yang harusnya berubah dari buruh kontrak menjadi buruh tetap.
Beberapa pelanggaran etika profesi yang dilakukan PT. AFI terhadap
karyawan yaitu sebagai berikut:
1. Penurunan Upah
Pada tahun 2014-2016, PT AFI menggunakan KBLI 1520 (makan terbuat dari
susu) yang diubah menjadi KBLI es krim pada tahun 2017, sehingga nilai
upah buruh mengalami penurunan dari upah sektor II menjadi upah minimum
kabupaten (UMK). Jika mengacu pada upah minimum tahun 2019, maka
buruh kehilangan upah sebesar Rp280 ribuan. Oleh karena itu, sejak tahun
2018, buruh telah memperjuangkan agar perusahaan memberikan tambahan
upah, namun setiap tahun perusahaan hanya menaikkan upah sebesar
Rp.5.000 saja. Pada tahun 2019, upah yang berlaku di PT AFI adalah UMK +
Rp10.000. Tambahan upah berupa uang makan (karena perusahaan tidak
menyediakan catering) sebesar Rp.15 ribu per hari dan uang transport sebesar
Rp. 5.000 per hari. Tunjangan kehadiran sebesar Rp.200 ribu per bulan yang
hanya dapat diambil apabila tingkat kehadiran mencapai 100 persen tanpa
sakit, izin apalagi alpa. Hal ini sangat sulit dicapai oleh buruh operator biasa
yang bekerja di bawah tekanan target, sistem rolling dan kondisi kerja yang
tidak memadai.
2. Mutasi, Demosi dan Sanksi yang Tidak Proporsional
Pemindahan ini dilakukan secara sepihak dan seringkali ditempatkan di posisi
yang lebih berat, yakni ke bagian produksi. Ada juga yang didemosi setelah
ikut mogok sehingga upah dan tunjangannya diturunkan. Pengusaha tidak
peduli buruh memiliki penyakit tertentu. Surat peringatan (SP) yang terlalu
mudah diberikan kepada pekerja tanpa pembinaan terlebih dahulu.
3. Pekerja sulit Mengambil Cuti
Perusahaan mengharuskan buruh mengurus sendiri formulir cuti dengan
prosedur sebagai berikut:
- Mengambil formulir di office dan menandatangani permohonan cuti.
- Meminta tanda tangan leader atau leader grup.
- Meminta tanda tangan supervisor.
- Meminta tanda tangan manajer produksi atau asisten/penerjemahnya.
- Meminta tanda tangan HRD
- Menyerahkan kembali ke office.
Bisa dibayangkan prosedur ini sangat menyulitkan. Seringkali orang-orang
yang harus dimintai tanda tangan tidak berada satu lokasi dengan pekerja.
Ditambah lagi, buruh kerap dicecar pertanyaan, khususnya saat berhadapan
dengan asisten dan translator. Bagi yang dalam kondisi sakit, tentu lebih sulit.
Kondisi baru saja pulih dan masih harus direpotkan dengan prosedur
mengurus cuti sakit.
4. Buruh Perempuan Hamil Dipekerjakan pada Malam Hari
Total kasus keguguran yang kami terdata sebanyak 21 kasus. Bahwa
pekerja/buruh perempuan yang bermaksud untuk meminta cuti haid karena
merasakan sakit diharuskan diperiksa di klinik terlebih dahulu oleh dokter
perusahaan dan hanya diberikan obat pereda nyeri, serta permohonan izin cuti
biasanya tidak diberikan oleh pihak pengusaha. Bahwa pekerja/buruh
perempuan hamil masih dikenakan target produksi seperti biasa dan tidak

III-2
mendapatkan keringanan atau pembebasan target meskipun kehamilan telah
dilaporkan kepada atasan/pihak pengusaha. Bahwa pekerja/buruh perempuan
hamil masih dikenakan pekerjaan yang tergolong, di antaranya dengan posisi
kerja berdiri dan mengangkat beban berat. Buruh perempuan hamil juga tidak
dapat mengambil kerja non shift karena dipersulit dengan syarat harus ada
keterangan dari dokter spesialis kandungan dan harus ada kelainan
kandungan. Sebelum mengambil cuti melahirkan, buruh dimintai membuat
pernyataan ditulis tangan dengan materai yang salah satu isinya adalah tidak
akan menuntut kepada perusahaan di kemudian hari terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.
5. Bonus Dibayarkan dengan Cek Kosong
Perjanjian bersama pada 4 Januari 2019 yang isinya bonus sebesar Rp.600
juta untuk 600 orang akan dibayarkan dengan cek yang dapat dicairkan
setelah satu tahun sebesar Rp300 juta dan sisanya dicairkan dengan cara
dicicil yakni sebesar Rp25 juta per bulan. Ternyata saat berusaha mencairkan
pada 5 Januari 2020, cek tersebut tidak terdaftar resinya dan saat berusaha
mengonfirmasi kepada pihak perusahaan, dia mengatakan perusahaan
pembayar sudah tutup.
6. Pencemaran Lingkungan
Pada 2018, PT. AFI dilaporkan oleh banyak pihak dari persekutuan buruh
Indonesia karena limbah pabriknya disebut mengandung zat kimia berbahaya,
beracun dan berbau (B3). Bau yang tidak sedap merupakan bukti pengelolaan
limbah B3 PT. AFI sangat buruk dan juga zat amonia dari limbah
membahayakan karyawan karena bisa menyebabkan gangguan pernafasan
dan kesehatan. Sering terjadinya kebocoran gas dalam pipa pendingin
menyebabkan iritasi dan gangguan kesehatan khususnya gangguan
pernapasan pada karyawan pabrik.

3.1.1 Landasan Hukum

III-3
Tindakan pelanggaran etika profesi yang dilakukan oleh PT. AFI tentunya
tidak sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku. Landasan
hukum yang dilanggar oleh PT. AFI adalah sebagai berikut:
1. Pasal 88 Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor. 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Pasal 79 ayat 2 Undang- undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
5. Pasal 77 dan pasal 78 Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
6. Pasal 76 ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.
7. Pasal 81 ayat 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
8. Pasal 70 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3.2 Penyelesaian Etika Profesi


Pada awalnya PT Alpen Food Industry belum memiliki itikad baik untuk
menyelesaikan permasalahan ini, sehingga membuat para karyawan geram dan
mengajukan tuntutan ke beberapa lembaga sebagai berikut:
1. Telah melakukan perundingan bipartit sebanyak 5 (lima) kali.
2. Telah dilaporkan pada kepada Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah
II Jawa Barat pada November 2019.
3. Telah melaporkan masalah ini ke KOMNAS HAM yang akan
menindaklanjuti dengan mediasi.

III-4
4. Telah melaporkan kepada Polres Bekasi Kabupaten mengenai dugaan pidana
mempekerjakan ibu hamil pada malam hari dengan dasar hukum Perda
Ketenagakerjaan.
Beberapa tuntutan dari karyawan sudah dipenuhi oleh PT Alpen Food
Industry. Beberapa tuntutan yang diberitakan dapat di selesaikan yaitu pemberian
upah yang layak, pencairan bonus. Untuk permasalahan jam kerja ibu hamil dan
pencemaran lingkungan, PT Alpen Food Industry masih bersikukuh bahwa
mereka sudah menjalankan regulasi yang sesuai dengan undang-undang. Beberapa
masalah lainnya seperti sanksi yang tidak sesuai dan sulitnya pekerja mengambil
cuti masih belum ada penyelesaian dan menghilang begitu saja.

III-5
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tindakan PT AFI sangat menyalahi etika bisnis dan kode etik. Pihak
mereka bertindak sewenang wenang terhadap bawahan (buruh) demi terpenuhi
target produksi serta menurunkan biaya produksi. Beberapa tuntutan dapat
diselesaikan oleh PT AFI, akan tetapi untuk tuntutan lain PT AFI masih keras
kepala mempertahankan pendapat mereka, dan beberapa sisanya menghilang
begitu saja tanpa ada kelanjutan.

4.2 Saran
Tindakan yang harus dilakukan PT AFI adalah mendengarkan jeritan para
buruh dan menyelesaikan dengan jantan semua tuntutan yang dipinta. Solusi
lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan adanya pengawasan ketat dari pihak
pemerintah sebagai pembuat regulator yang harus ditaati karyawan mulai dari
lingkungan, limbah hingga hak karyawan. Tak hanya itu, adanya sanksi tegas dan
juga pengawasan berlanjut untuk perusahaan yang telah melanggar hukum yang
berlaku, sehingga ke depannya memperbaiki diri dan tidak melanggar hukum
adalah hal yang tidak kalah penting. Pemerintah sebagai pihak yang harusnya
mensejahterakan rakyat tidak boleh tutup mata dengan keadaan para warganya
yang direbut hak asasi manusianya oleh para pebisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, M. B., & Rizkina, M. Z. H. (2014). Etika Profesi, Profesionalisme, Dan


Kualitas Audit. STAR-Study and Accounting Research, XI (2), 1-9.
Ismuanandar. (2018). Buku Pedoman Roadmap Akreditasi/Sertifikasi
Internasional Program Studi di Perguruan Tinggi Indonesia. Direktorat
Penjaminan Mutu Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Jogloabang. (2019). UU 11 Tahun 2004 Tentang Keinsinyuran.
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-11-2014-keinsinyuran.
Sari, R. F. (2019). Seluk-Beluk Corporate Ethics Pada PT. Alpen Food
Industry. Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan, 23(2),
67-78.

Anda mungkin juga menyukai