Anda di halaman 1dari 8

AKHIR KEPENDUDUKAN

JEPANG
Hirohito akhirnya menyingkirkan tekanan dari para jenderal yang ingin Jepang meneruskan perang
sampai titik darah penghabisan. Hirohito memilih damai. “Untuk berjuang demi kemakmuran dan
kebahagiaan bersama semua bangsa, serta keamanan dan kesejahteraan rakyat kita, adalah kewajiban
serius yang telah diwariskan oleh nenek moyang kekaisaran dan yang dekat dengan hati kita.” Hirohito
menambahkan bahwa Sekutu telah menggunakan bom baru sekaligus yang paling kejam, sampai-sampai
mampu menyeret korban jiwa dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya. “Jika kita terus berjuang, yang
terjadi bukan hanya keruntuhan bangsa Jepang, tetapi juga kepunahan total peradaban

manusia.”
Pada saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu tahun 1945 akibat dari kekalahan dari
sekutu tersebut menimbulkan suatu gejala konflik yang terjadi di intern negara, pada keadaan ekonomi
sudah sangat terpuruk. Pada bulan Agustus 1945 produksi industri merosot sangat tajam, jumlahnya
hanya merupakan persentase yang kecil jika dibandingkan dengan tingkat produksi di tahun sebelumnya.

Produksi pangan yang sebelumnya dapat dipertahankan pada tingkat yang relatif tinggi, tetapi pada tahun
1945 turun sekitar 30%.Akibatnya pada akhir tahun 1945 terjadi krisis pangan yang berlangsung sampai
awal tahun 1946.Kondisi tersebut diperparah dengan lumpuhnya aparat pemerintah dalam mengumpulkan
dan mendistribusikan barang berdasarkan harga yang telah ditentukan.Kekalahan perang ini
menghilangkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah dan menciptakan keadaan yang hampir mengarah
pada anarki.

Pemboman sekutu telah menghancurkan sekitar 25% kekayaan nasional Jepang. Pemboman tersebut
antara lain menyebabkan terjadinya kekurangan perumahan yang sangat luas di kota-kota besar Jepang.
Lepasnya daerah-daerah jajahan menyebabkan hilangnya sumber-sumber alam yang sebelumnya dapat
diperoleh Jepang untuk kepentingan dalam negerinya.Kondisi awal pasca PD II yang dialami Jepang
dipersulit dengan pendudukan yang dilakukan pihak sekutu di negeri tersebut.Pihak sekutu menerapkan
kebijakan non responsibility terhadap keadaan yang dialami Jepang pada awal pasca PD II.

Sekutu memberlakukan pelucutan senjata, liberalisasi, unifikasi wilayah dan desentralisasi ekonomi di
Jepang. Sekutu yang dimotori oleh Amerika Serikat, menginginkan kemakmuran dan kekuatan ekonomi
di Jepang saat itu tidak terkonsentrasi, tetapi harus lebih disebarluaskan (desentralisasi) dan dijadikan
perusahaan publik dalam kerangka demokrasi.

Periode tersebut jepang tidak begitu terlihat seperti membuka kertas baru melainkan seperti mengalami
perubahan arah. Kebangkitan jepang dari kehancuran bukan karena keajaiban semangat juang yang
tinggi , disiplin ketat , dan kerja keras yang di sertai nilai-nilai luhur, rakyat- rakyat jepang tidak terus-
terusan jatuh pada keterpurukan akan tetapi mereka bangkit dan mulai mencari peluang kerja baru untuk
menhasilkan produk yang bermutu caranya mereka mendatang para ahli dari amerika serikat dan hasilnya
di olah kembali oleh para tenaga ahli di jepang agar sesuai dengan aspek budaya mereka.kemudian
dengan mengimpor berbagai buku dari barat yang kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa jepang,
kemudian mengirim beberapa tim pengusaha jepang ke amerika dan belajar beragam disiplin ilmu,
setelah ilmu di serap mereka meniru ciptaan barat dan berusaha memperbaikinya sehingga menjadi
barang yang lebih baik, bermutu tinggi dan sesuai dengan kebutuhan hidup orang asia Saat itu di Jepang
ada 4 konglomerat-keluarga (zaibatsu) yang dikenal dengan “the big four”, dan 14 yang lebih kecil.
Mitsubishi yang merupakan “the big four” pada saat itu harus tunduk pula pada aturan sekutu.Kemudian
aset Mitsubishi dibagikan ke seluruh pekerja dan penduduk lokal dalam bentuk saham, sehingga pada
tahun 1946 Mitsubishi berubah menjadi perusahaan independent.

Pada kenyataannya perusahaan yang terdesentralisasi mengalami banyak kesulitan dalam permodalan,
produksi, dan pendistribusian hasil produksinya, sehingga akhirnya mereka saling menggabungkan saham
mereka dan membentuk group (keiretsu), menjadi Mitsubishi keiretsu atau Mitsubishi group.

Jadi secara historis, zaibatsu (konglomerat keluarga) yang muncul di era Edo dan berkembang di era
Meiji, pada tahun 1946 harus berubah menjadi perusahaan publik yang pada perkembangannya berubah
menjadi keiretsu (perhimpunan antara para pemegang saham). Perkembangan selanjutnya antara keiretsu
ini saling bergabung dan menjadi komposisi perusahaan seperti yang ada di Jepang saat ini.Jadi bisa
dikatakan bangsa Jepang memang telah memiliki skill tinggi sejak jaman Edo (1600-1867).

Pasca Perang Dunia II ini juga Jepang terjadi perubahan politik yang sangat signifikan, dengan
munculnya beberapa partai politik. Penetrasi ideology melalui system perpolitikan dijadikan sebagai jalan
masuk untuk menambil simpati rakyat yang trauma dengan system perpolitikan sebelumnya yang harus
dibayar dengan jutaan nyawa yang harus mati di medan perang.

Beberapa partai politik bermunculan, diantaranya partai sosialis, demokratis dan liberal.Pada awal
masuknya Jepang menjadi Negara industry di bagian politik terjadi kemajuan dalam kebijaksanaan partai
politik.System politik tahun 1955 dan system politik 1960.Sebelum kedua system politik tersebut Yoshida
Shigeru menggunakan kekuatan di bawah Amerika dan ikatan perjanjian San Fransisco.Namun kebijakan
tersebut mendapat tantangan dari para oposisi yang mulai melakukan pergerakan untuk kembalinya ke
politik internasional sehingga berimplikasi terbentuknya partai Demokrasi Jepang tahun 1954 yang
dipimpin oleh Hatiyama Ichiro.

Antara partai liberal dan demokrasi memiliki sedikit perbedaan, terutama permasalahan kebijaksanaan di
bidang internasional,UUD keamanan Jepang Amerika. Sedangkan kesamaan dari kedua partai tersebut
dapat terlihat dalam kebijakan pemerintah dan politik, yaitu :

1)      Secara ekonomi menjaga kebebasan

2)      Setelah perang berahir mempertahankan adat dan budaya serta kebiasaan para leluhur dengan
menghargai nilai-nilai yang ada.

3)      Memegang teguh perjanjian antara Jepang dan Amerika untuk membangun kembali kekuatan
militer.

Namun pada ahirnya partai demokrasi dan liberal menjadi satu partai.

Pemulihan ekonomi sudah berjalan cukup jauh sehingga memungkinkan industrinya memasok banyak
peralatann selain dari senjata.Ekonomi dunia sedang berada di periode pertumbuhan yang cepat.Jepang
yang memiliki pasar dalam negeri yang berkembang pesat, pemerintah yang siap mengucurkan modal dan
penduduk yang memiliki kecenderungan menabung uang yang tinggi berada pada posisi untuk meraih
manfaat dari perekonomian dunia tersebut. Pada tahun 1960 laju ekonomi Jepang mencapai 13,2 persen,
laju pertumbuhan ini terus dipertahankan selama sepuluh tahun berikutnya selain itu juga bermunculuan
beberapa partai politk.[6]
            Selain itu jepang juga mengusahakan bantuan melalui diplomasi luar negerinya untuk mendapat
simpati ataupun dukungan dari Negara lain. Ozawa Ichiro menyatakan bahwa setelah Perang Dunia II
Jepang Menetapkan Lima pokok garis besar politik Luar negerinya sebagai upaya menstabilkan hubungan
internasional yang berlangsung antar Negara-negara di seluruh kawasan internasional, adapun lima pokok
garis besar tersebut adalah;

1)      Mempertahankan kepentingan nasionalnya, yaitu menjadikan tujuan dasar dari politik luar negeri
Jepang adalah untuk kepentingan negeri Jepang sendiri.

2)      Partisipasi global, artinya sebagai Negara maju Jepang memiliki tanggung jawab untuk ikut serta
membangun kerjasama internasional yang tidak sebatas pada permasalahan ekonomi saja tetapi juga
politik.

3)      Tujuan-tujuan diplomatic, yaitu menjadikan Jepang sebagai Negara yang kuat dan memiliki tujuan
diplomasi yang mapan dengan cara mengembangkan kemampuan strategi untuk mencapainya.

4)      Aliansi Amerika Serikat-Jepang, yaitu Jepang harus kembali mempertahankan hubungannya dengan
AS sebagai tonggak untuk mewujudkan keamanan dan kemampuan strategi untuk mencapainya.

5)      Kawasan Asia-Pasifik, yaitu Jepang harus mengakui arti penting kawasan Asia Pasifik. Dimana hal
tersebut merupakan bentuk diplomasi “pilar kembar” Jepang sebagai anggota dalam komunitas Asia-
Pasifik dan juga kelompok Negara-negara demokrasi maju.

B.                 Hubungan Amerika dan Jepang Serta Pengaruh Amerika Sebagai Negara Adikuasa Dalam
Perkembangan Ekonomi Jepang Pasca PD II

Pada perkembangan selanjutnya tahun 1946 pihak sekutu merubah kebijaksanaan yang sebelumnya
bersifat non responsibility menjadi sikap mendorong perekonomian Jepang.Perubahan tersebut dapat
terjadi karena Amerika Serikat yang pada dasarnya menentukan kebijaksanaan pendudukan sekutu di
Jepang memiliki pandangan yang positif terhadap peranan Jepang di Asia pasca PD II.

Dengan adanya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang merupakan perang pengaruh
ideologi.Menyebabkan hubungan Amerika Serikat dengan Jepang semakin membaik, hal tersebut
dikarenakan Amerika Serikat memiliki suatu keinginan bahwa Jepang dapat menjadi negara yang mampu
menjadi kekuatan pengimbang terhadap komunisme di Asia.

Setelah sekutu mengakhiri pendudukannya di Jepang, hubungan antara Amerika Serikat dan Jepang
masih terjalin dengan baik.Hubungan yang terjalin dengan baik tersebut dibuktikan dengan adanya sistem
Bretton Woods.Salah satu bagian dari sistem baru tersebut adalah General Agreement on Tariff and Trade
(GATT) yang dibentuk berdasarkan anggapan bahwa perdagangan bebas adalah sarana terbaik untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.Bagi Jepang yang pembangunan ekonominya sangat tergantung pada
perdagangan luar negeri, sistem ekonomi baru tersebut sangat bermanfaat dan berharga.Sistem tersebut
tidak hanya memungkinkan Jepang meningkatkan volume perdagangan dan memperoleh manfaat yang
lebih besar, tetapi juga meningkatkan efisiensi dengan ditempatkanya perusahaan-perusahaan Jepang ke
dalam ajang persaingan Internasional dan memperluas pasar.Tetapi perusahaan yang berorientasi dalam
negeri pun harus mengalami persaingan dengan adanya sistem tersebut, karena terjadinya liberalisasi
impor dan pengurangan tarif impor.Namun Jepang dapat bersaing dalam hal tersebut dimana ekspor
semakin dapat ditingkatkan dan impor dapat ditanggulangi dengan baik. Hal tersebut karena Jepang
didukukng oleh SDM dan hasil produksi yang sangat berkualitas dan dapat bersaing dengan negara lain.

C.                Faktor-Faktor Pendukung Pembangunan Ekonomi Jepang

Selain adanya dukungan dari Amerika serikat dalam perkembangan pembangunan ekonomi di negara
jepang , ada beberapa factor pendukung lainnya yang muncul dari berbagai aspek. Bangsa Jepang dari
segi budaya menerapkan sistem kerja kolektif dan bukan merupakan bangsa yang senang meniru. Mereka
selalu berusaha belajar dari kemajuan dan kesalahan bangsa lain tanpa harus mencontoh seutuhnya.
Seorang ilmuan di Jepang benar-benar memiliki andil yang sangat besar dalam proses pembangunan
bangsa. Ketika para ilmuan jepang belajar teknologi maupun perekonomian di Amerika maupun negara
Eropa, saat studi tersebut selesai, mereka akan dengan bangga kembali ke tanah airnya dan menerapkan
apa yang didapat dengan beberapa modifikasi keunikan sistem sosial dan sistem budaya yang mereka
miliki.

Bangsa Jepang memiliki rakyat yang cukup nasionalis.Ekonomi modern berkembang secara simultan
dengan identitas budaya nasionalnya.Banyak pengamat Barat menyebut bahwa identitas kebudayaan dan
institusi sosial adalah embrio kapitalisme Jepang.Ilmuwan barat menjuluki kebangkitan perekonomian
Jepang sebagai sebuah pengecualian menyimpang (anomaly) dan paradoksal.

Bagi ilmuwan Jepang teori ekonomi barat hanya dianggap sebagai “bahan baku.” dan bukan alat yang
langsung bisa dipakai.Para perencana ekonomi Jepang tidak pernah percaya bahwa untuk menjadi negara
maju, nilai-nilai tradisional harus dipinggirkan seperti yang terjadi di Barat.Mereka sangat percaya bahwa
nilai nilai tradisional justru harus dipertahankan sebagai penyeimbang.Itulah kenapa bangsa jepang dapat
tumbuh pesat secara perekonomian namun masih dengan ciri negara Timur yang khas. Life-time
employment, seniority based system, dan traditional family system adalah contoh-contoh nilai dan
institusi tradisionil Jepang yang dipertahankan.

Dengan adanya industrialisasi pada dasarnya tidak sesuai dengan masyarakat tradisional, karena
industrialisasi memerlukan lembaga dan nilai-nilai baru.Tetapi industrialisasi yang terjadi di Jepang tidak
menghilangkan nilai-nilai tradisional yang telah ada.Bahkan nilai-nilai tradisional yang telah ada tersebut
tetap dipertahankan selama berlangsungnya kemajuan industri.

Keluarga tradisional memberikan dasar untuk lembaga ekonomi baru yang diperlukan oleh industrialisasi,
sehingga perusahaan-perusahaan Jepang mencerminkan keluarga tradisional. Sebagaimana halnya anak-
anak di dalam sebuah keluarga, maka para karyawan tetap bekerja di dalam satu perusahaan sampai
mencapai usia pensiun. Bagi pimpinan perusahaan sulit memecat mereka seperti seorang ayah yang sulit
menolak mengakui anaknya sendiri. Seperti halnya usia menentukan kedudukan seseorang dalam
keluarga, usia itu pun memainkan peranan penting dalam menentukan kedudukan seseorang pada hirarki
persusahaan. Hubungan ayah-anak ini diterjemahkan kedalam suatu bentuk hubungan kekeluargaan yang
fiktif disebut sebagai oyabun-kobun.Dalam pabrik, mandor adalah oyabun dan bawahannya kobun. Tugas
utama seorang oyabun adalah melatih dan mengawasi kobun, tetapi oyabun juga memiliki tugas yang
sama pentingnya yaitu untuk memberikan perhatian terhadap keperluan emosional dan keperluan sosial
kobun.
Dari tinjauan mikro, salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun
sumberdaya manusia pasca perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” (Team
work).Yaitu suatu sistem dimana para insinyur Jepang dikirim ke Barat untuk belajar harus kembali ke
Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi.Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka
bawa harus diajarkan kepada semua anggota kelompoknya.

Sedangakan dilihat dari aspek makro pembangunan, Jepang memprioritaskan kebijakan pemerataan
pembangunan.Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat pemerataan
hasil-hasil pembangunannya.Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik
seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain.Rakyat jepang masa sekarang sudah
menikmati fasilitas - fasilitas tersebut.Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka
mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-
kota besar lainnya.

Untuk sumber daya pembangunan, jepang memang berbeda dengan negara - negara maju lainnya.Bangsa
Jepang sangat sedikit menggunakan sumberdaya yang berasal dari hutang luar negeri terutama pada
dekade awal pembangunan industri.

 KEMUNDURAN BANGA JEPANG KEMBALI KE NEGARANYA

Menyerahnya Jepang pada bulan Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II.
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tidak ada sejak Agustus 1945,
sementara invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal waktu. Walaupun keinginan untuk melawan
hingga titik penghabisan dinyatakan secara terbuka, pemimpin Jepang dari Dewan Penasihat
Militer Jepang secara pribadi memohon Uni Soviet untuk berperan sebagai mediator dalam
perjanjian damai dengan syarat-syarat yang menguntungkan Jepang. Sementara itu, Uni
Soviet juga bersiap-siap untuk menyerang Jepang dalam usaha memenuhi janji kepada
Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta.
Pada 6 Agustus dan 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki. Pada 9 Agustus, Uni Soviet melancarkan penyerbuan mendadak ke koloni
Jepang di Manchuria (Manchukuo) yang melanggar Pakta Netralitas Soviet–Jepang. Kaisar
Hirohito campur tangan setelah terjadi dua peristiwa mengejutkan tersebut, dan
memerintahkan Dewan Penasihat Militer untuk menerima syarat-syarat yang ditawarkan
Sekutu dalam Deklarasi Potsdam. Setelah berlangsung perundingan di balik layar selama
beberapa hari, dan kudeta yang gagal, Kaisar Hirohito menyampaikan pidato radio di
hadapan rakyat pada 15 Agustus 1945. Dalam pidato radio yang disebutGyokuon-hōsō
(Siaran Suara Kaisar), Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi,
sekaligus mengumumkan kepada rakyat bahwa Jepang telah menyerah.Pendudukan Jepang
oleh Komando Tertinggi Sekutudimulai pada 28 Agustus. Upacara kapitulasi diadakan pada 2
September 1945 di atas kapal tempur Amerika Serikat Missouri. Dokumen Kapitulasi
Jepangyang ditandatangani hari itu oleh pejabat pemerintah Jepang secara resmi mengakhiri
Perang Dunia II. Penduduk sipil dan anggota militer di negara-negara Sekutu merayakan Hari
Kemenangan atas Jepang (V-J Day). Walaupun demikian, sebagian pos komando terpencil
dan personel militer dari kesatuan di pelosok-pelosok Asia menolak untuk menyerah selama
berbulan-bulan bahkan hingga bertahun-tahun setelah Jepang menyerah. Sejak kapitulasi
Jepang, sejarawan terus berdebat tentang etika penggunaan bom atom

SERANGAN DIMULAI
Serangan dibagi menjadi tiga gelombang, gelombang I, gelombang II, dan gelombang III
(tidak dilaksanakan)
Gelombang I
Berangkat pukul 06.10 pagi, Dipimpin oleh Letkol Mitsuo Fuchida, terdiri dari 183
pesawat berbagai jenis. Dibagi menjadi tiga grup, grup pertama terdiri dari pembom multirole
Nakajima B5N2 Kate, menyerang kapal perang dan kapal induk. Grup 2 terdiri dari pembom
Aichi D3A1 Val, menyerang Ford Island dan lapangan udara Wheeler. Grup 3 terdiri dari
Mitsubishi A6M Zero/Zeke, menyerang pesawat2 yang ada di lapangan udara.

Gelombang II
berangkat satu jam setelah gelombang pertama, terdiri dari 167 pesawat berbagai jenis. Dibagi
menjadi tiga grup, grup I menyerang pulau Ford dari arah timur, grup II menyerang lapangan
udara Hickam dari arah selatan, dan yang ketiga menyerang Kaneohe, lalu melanjutkan serangan
ke lapangan Bellow.
Gelombang III
Gelombang ketiga tidak jadi dilaksanakan dengan alasan :
a. Efek kejutan sudah hilang, Pertahanan di Pearl harbour semakin meningkat, dapat dilihat dua
pertiga korban di pihak jepang ada di gelombang kedua yang mengalami lebih banyak kesulitan
daripada gelombang pertama. Nagumo khawatir bila gelombang ketiga dilaksanakan cuma akan
menambah korban di pihak jepang saja.
b. Lokasi kapal induk Amerika belum ditemukan, Nagumo juga tidak mengetahui berapa banyak
pesawat Amerika yang masih mampu melakukan serangan balasan.
c. Gelombang ketiga memerlukan persiapan substansial, karena setelah serangan selesai mereka
akan kembali ke armada pada malam hari. dan pilot2 jepang tidak terlatih dalam menerbangkan
dan mendarat di kapal induk pada malam hari.
d. Persediaan bahan bakar armada mulai menipis, akan sangat berisiko jika membiarkan mereka
terus berada di tengah laut.
e. Nagumo yakin bahwa serangan sebelumnya sudah menghancurkan dan melumpuhkan armada
Amerika, sehingga tidak perlu lanjutan gelombang ketiga.
*Admiral Yamamoto sangat menyesali keputusan Nagumo, sebab ada beberapa sasaran yang
belum disentuh antara lain kilang2 minyak, pelabuhan vital dan Depohar utama. Mengabaikan
sasaran ini akan membuat Amerika bisa dengan cepat membangun kembali kekuatannya di
Pasifik. Yamamoto menganggap keputusan ini merupakan kesalahan besar

Anda mungkin juga menyukai