Anda di halaman 1dari 4

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No.

Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print) 1

Analisis Pengaruh Penambahan Fluks NaCl-KCl


Terhadap Hasil Pengecoran Aluminium
Ary S. Martuadi, Yabes B. Hutajulu, Hafizh B. Rizqullah, dan Bayu I. Putra
Departemen Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: yabesbolas@gmail.com

Abstrak—Pengecoran merupakan metode penting dalam Penambahan fluks dengan jumlah yang berbeda dapat
industri manufaktur untuk membentuk benda padat dengan memberikan hasil produk yang bervariasi. Pada percobaan
menggunakan logam cair yang dituangkan ke dalam cetakan. ini, variasi jumlah fluks yang digunakan adalah 0%, 10%, dan
Penambahan flux dalam proses pengecoran telah diketahui
20%. Hasil dari produk pengecoran selanjutnya akan
dapat meningkatkan kualitas pengecoran, terutama dalam hal
struktur mikrologam. Oleh karena itu, percobaan ini dirancang dianalisa dengan menggunakan uji metalografi. Produk yang
untuk memahami perubahan struktur mikrologam yang sudah jadi akan dipreparasikan dan diamati di bawah
disebabkan oleh penambahan flux. mikroskop untuk mengungkapkan struktur logam yang dapat
Metode penelitian melibatkan persiapan sampel logam yang memberikan informasi material. Hasil dari percobaan ini
dicor dengan menggunakan logam dasar dan penambahan flux diharapkan dapat mengetahui lebih jelas tentang bagaimana
dengan variasi konsentrasi yang ditentukan. Logam dasar dan penambahan fluks dapat mempengaruhi kualitas pengecoran.
flux dicampurkan sesuai perbandingan yang telah ditetapkan
dan dipanaskan menggunakan tungku induksi. Campuran
logam cair kemudian dituangkan ke dalam cetakan yang telah II. METODE PENELITIAN
dipersiapkan. Setelah proses pengecoran selesai, benda cor
didinginkan dan diekstraksi dari cetakan. Sampel-sampel ini A. Bahan dan Peralatan
kemudian dipreparasi untuk analisis metalografi melalui Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen ini yaitu
langkah-langkah preparasi yang relevan, seperti cutting, logam aluminium, cetakan logam, kertas amplas 80-2000,
grinding, polishing, dan etching. Struktur mikrologam dari
masing-masing sampel kemudian diamati dengan
cairan polishing Autosol, NaCl, KCl, H2O, HNO3, HCl, dan
menggunakan mikroskop untuk menganalisis perubahan yang HF. Peralatan-peralatan yang digunakan yaitu Electric
terjadi. Melting Furnace Carlo de Giorgi untuk melelehkan logam,
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari ketiga Mechanical Stirrer Krisbow untuk mengaduk logam cair,
variasi konsentrasi fluks pengecoran, variasi pengecoran tanpa Electric Oven Mitseda untuk memanaskan cetakan logam,
penambahan fluks menghasilkan produk cor dengan tingkat Timbangan SF-400 untuk mengukur berat logam dan fluks,
porositas yang paling sedikit. Penambahan fluks
mengakibatkan peningkatan porositas pada logam aluminium.
thermogun untuk mengukur temperatur oven, tachometer
untuk mengukur kecepatan rotasi mechanical stirrer,
grinding and polishing machine untuk melakukan proses
Kata Kunci—Fluks, Mikrostruktur, Porositas grinding dan polishing pada logam. dan mikroskop untuk
mengamati struktur mikro logam. Bahan dan peralatan
eksperimen ditunjukkan pada Gambar 1.
I. PENDAHULUAN B. Prosedur Eksperimen
Dalam eksperimen ini, terdapat beberapa prosedur dalam
P engecoran Logam merupakan suatu proses manufaktur
yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk
menghasilkan bentuk yang mendekati geometri produk akhir.
melakukan pengecoran. Pertama, electric melting furnace
dipanaskan hingga mencapai suhu 700°C. Kemudian berat
Logam cair dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang logam alumnium dan variasi konsentrasi fluks ditimbang
memiliki rongga cetak sesuai dengan desain yang diinginkan. sesuai perbandingan yang ditetapkan. Setelah furnace
Logam cair dibiarkan mendingin dan mengeras sesuai bentuk mencapai suhu 700°C, logam aluminium dimasukkan ke
cetakan dan kemudian dikeluarkan dari cetakan dengan cara dalam furnace hingga meleleh selama 30 menit. Pada saat
memecahkan atau memisahkan cetakan. logam aluminium dimasukkan ke dalam furnace, cetakan
Dalam proses pengecoran, kualitas hasil pengecoran logam dipanaskan di dalam oven dengan suhu 150°C selama
sangat penting, karena dapat mempengaruhi kualitas produk 15 menit. Setelah logam aluminium meleleh, fluks
akhir. Untuk mempengaruhi hasil akhir pengecoran, dimasukkan ke dalam logam cair dan diaduk dengan
penambahan fluks pada logam cair dapat dilakukan. Fluks menggunakan mechanical stirrer dengan kecepatan 200 rpm
adalah zat yang digunakan untuk menghilangkan kontaminan selama 15 menit. Setelah itu, campuran logam cair dan fluks
dari logam cair sehingga memungkinkan logam mengalir dituang ke dalam cetakan yang telah dipanaskan di dalam
lebih baik dan menghasilkan produk pengecoran yang oven. Logam cair dibiarkan mengeras dan kemudian
berkualitas.Penambahan fluks bertujuan meningkatkan dikeluarkan dari dalam cetakan.
kualitas hasil pengecoran. Fluks yang ditambahkan dapat Setelah pengecoran selesai dilakukan, struktur dan mikro
berguna untuk membantu mengikat pengotor pada logam cair logam diamati dengan melakukan pengujian metalografi.
sehingga mengurangi terjadinya cacat pada produk cor. Tahap-tahap dalam pengujian metalografi sebagai berikut.
Pertama, spesimen logam aluminium dipotong (sectioning).
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No. Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print) 2

Kemudian dilakukan framing (mounting) terhadap spesimen Pada variasi pengecoran tanpa penambahan fluks, terlihat
dengan larutan polyesther. Setelah itu, spesimen digerinda bahwa tidak terdapat porositas pada logam. Pada variasi
dengan kertas amplas dari kekasaran 80-2000. Setelah pengecoran dengan penambahan fluks 10%, terlihat bahwa
digerinda, dilakukan polish pada spesimen dengan cairan terdapat sedikit porositas pada bagian tengah logam. Pada
polishing Autosol. Kemudian spesimen dietsa dengan variasi pengecoran dengan penambahan fluks 20%, terlihat
menggunakan campuran larutan H2O 190 ml, HNO3 5 ml, bahwa porositas dengan ukuran yang cukup besar pada
HCl 3 ml, dan HF 2 ml. Setelah itu, struktur mikro spesimen bagian tengah atas logam.
diamati dengan menggunakan mikroskop. Penambahan tingkat porositas diakibatkan oleh turunnya
tegangan permukaan aluminium cair. Sehingga membuat
permukaan luar dari aluminium cair lebih encer dan
terbentuknya lapisan oksida pada aluminium cair. Hal
tersebut mengakibatkan gas hidrogen lebih mudah masuk ke
dalam aluminium cair. Selain itu, peningkatan jumlah
porositas juga diakibatkan oleh kondisi pengecoran yang
tidak terkontrol di mana terjadi banyak kontak langsung
antara aluminium cair dengan udara luar terutama pada saat
penambahan fluks.
Selain disebabkan oleh gas hidrogen, porositas juga dapat
disebabkan oleh microshrinkage yang terjadi pada daerah
interdendritic. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari
morfologi bentuknya. Pada umumnya, microporosity yang
disebabkan oleh gas berbentuk bulat (round), sedangkan yang
disebabkan oleh shrinkage berbentuk tidak beraturan.
Penambahan fluks pada aluminium dapat membantu
mencegah terjadinya oksidasi pada unsur logam penting yang
dikandungnya. Selain itu, penambahan fluks juga membantu
mengikat unsur-unsur pengotor dari aluminium lalu dibuang
melalui terak cor. Tetapi di sisi lain, penambahan fluks yang
terlalu banyak akan memberi pengaruh yang tidak baik yaitu
membuat unsur-unsur logam penting aluminium akan ikut
terikat lalu terbuang dan dapat mempengaruhi ketangguhan
aluminium itu sendiri.
Dalam penelitian ini, hasil pengecoran dengan porositas
terendah didapatkan pada variasi tanpa penambahan fluks.
Sedangkan porositas tertinggi diperoleh pada variasi
Gambar 1. Bahan dan peralatan eksperimen penambahan fluks 20%.

C. Variabel Eksperimen
Variabel bebas yang digunakan dalam eksperimen ini
adalah konsentrasi campuran fluks NaCl dan KCl dengan
perbandingan 1:1. Variasi konsentrasi fluks yaitu 0%, 10%,
dan 20% dari berat logam aluminium yang digunakan.
Variabel tetap dalam eksperimen ini adalah berat logam
aluminium sebesar 100 gr, suhu pengecoran sebesar 700°C,
suhu cetakan sebesar 150°C, waktu pemanasan cetakan
selama 15 menit, dan kecepatan mechanical stirrer sebesar
200 rpm. Variabel respon dalam eksperimen ini yaitu kualitas
pengecoran dan sturktur makro dan mikro logam.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengamatan Makro Hasil Pengecoran
Hasil pengecoran dengan variasi tanpa penambahan fluks,
penambahan fluks 10%, dan penambahan fluks 20%
ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan distribusi porositas melalui
pengamatan visual pada logam aluminium sebelum dan
setelah dilakukan penambahan fluks. Cacat shrinkage dan
porosity disebabkan oleh adanya titik panas (hot spot) pada
produk cor yang tidak terisi logam cair. Gambar 2. Hasil pengecoran dengan variasi (a) Tanpa penambahan fluks (b)
Penambahan fluks 10% (c) Penambahan fluks 20%.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No. Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print) 3

B. Pengamatan Mikro Hasil Pengecoran


Pada pengecoran tanpa penambahan fluks, porositas
muncul pada bagian interdendritic sehingga pertumbuhan
porositas dipengaruhi bentuk dendrit dan fasa eutektik. Pada
komposisi normal, pertumbuhan sel eutektik terjadi pada
daerah antarmuka solid-liquid yang tidak beraturan sehingga
porositas yang terbentuk mengikuti permukaan sel eutektik
menjadi irregular dan bercabang.
Pada variasi penambahan fluks, pertumbuhan porositas
yang berbentuk bulat dimulai sebelum solidifikasi eutektik.
Kemudian, fasa eutektik akan tumbuh bukan pada bagian
interdendritic dengan antarmuka solid-liquid yang halus.
Porositas akan tumbuh dengan mengikuti permukaan yang
halus tersebut. Porositas bulat terus bernukleasi pada bagian
intercellular menghasilkan porositas yang berbentuk bulat
dan sebagian irregular.

Gambar 4. Hasil struktur mikro pengecoran dengan perbesaran 20x (a)


Tanpa penambahan fluks (b) Dengan penambahan fluks 10% (c) Dengan
penambahan fluks 20%.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari hasil eksperimen, didapatkan kesimpulan bahwa dari
ketiga variasi konsentrasi fluks, pengecoran tanpa
penambahan fluks menghasilkan produk cor dengan tingkat
porositas yang paling sedikit. Penambahan fluks
mengakibatkan peningkatan porositas pada logam
aluminium.

DAFTAR PUSTAKA
[1] W. D. Callister, Materials science and engineering : an introduction,
7th ed. New York: John Wiley & Sons, 2007. W.-K. Chen, Linear
Networks and Systems (Book style). Belmont, CA: Wadsworth
(1993) 123–135.
[2] Zhu, J.D., Cockcroft, S.L. & Maijer, D.M. Modeling of microporosity
formation in A356 aluminum alloy casting. Metall Mater Trans A 37,
1075–1085 (2006).
[3] Achamyeleh A Kassie, Samuel B Assfaw and Maty (2013),
Gambar 3. Hasil struktur mikro pengecoran dengan perbesaran 10x (a) “Minimization of Casting Defects,” IOSR Journal of Engineering,
Tanpa penambahan fluks (b) Dengan penambahan fluks 10% (c) Dengan Vol.3, 31-38.
penambahan fluks 20%. [4] Çetin, Arda & Kalkanli, Ali. (2009). Investigation of microporosity
formation mechanisms in A356 aluminium alloy castings. International
Journal of Microstructure and Materials Properties
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No. Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print) 4

Anda mungkin juga menyukai