Sosiologi Komunikasi
Sosiologi Komunikasi
1. Definisi
a. Ruben dan Steward (1998): Komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pesan (message) atau pernyataan (statement) oleh seseorang kepada orang
lain.
c. Pawito dan Sardjono (1994): Komunikasi sebagai suatu proses dengan mana
suatu pesan dipindahkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada
penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan,
sikap dan atau perilaku lainnya. Sekurang-kurangnya didapati 4 (empat) unsur
utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the
message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver)
a. Dimensi Fisik
b. Dimensi Sosial-Psikologis
meliputi, tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran dan
permainan yang dijalankan orang, serta aturan budaya: masyarakat di mana
mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa
persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau
senda-gurau.
4. Proses Komunikasi
Proses merupakan suatu kegiatan atau aktivitas secara terus-menerus yang dilakukan
dalam kurun waktu tertentu. Setiap langkah yang dimulai dari saat menciptakan
informasi sampai saat informasi itu dipahami, merupakan proses-proses di dalam
rangka proses komunikasi.
a. Proses Komunikasi secara Primer
Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan
pesan nonverbal (gestur, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang
secara langsung dapat atau mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
Itu berarti ia menafsirkan simbol yang mengandung pikiran dan atau perasaan
komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Yang penting dalam proses
penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan
dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Bahasa dapat dibayangkan sebagai kode, atau sistem simbol, yang kita
gunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kita. Kita dapat mendefinisikan
bahasa sebagai sistem produktif yang dapat dialihkan dan terdiri atas
simbol-simbol yang cepat lenyap (rapidly fading), bermakna bebas (arbitrary)
serta dipancarkan secara kultural.
(Perbedaan lebih lanjut antara manusia dan hewan ada di PPT Konsep
Sosiologi Komunikasi.)
b. Proses Komunikasi secara Sekunder
5. Fungsi Komunikasi
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para
ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Effendy (1994), berpendapat
bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi. Di sisi lain, Harold D Lasswell menunjukkan
fungsi komunikasi sebagai berikut.
Kata Kunci dalam Komunikasi adalah “simbol”. Pemaknaan yang sama terhadap
simbol menjadikan komunikasi dapat berlangsung dengan baik, tanpa ada
permasalahan. Simbol yang dimaksudkan merupakan simbol arbitrer atau simbol
konseptual.
b. Komunikasi Interpersonal
13. Pengaruh Kecemasan Sosial dalam Memproses Informasi Sosial melalui Video
Mediated Communication (VMC)
a. Videophone
Perbedaan mendasar antara komunikasi tatap muka yang biasa kita lakukan
dan komunikasi tatap muka di masa depan adalah ketidakhadiran secara fisik.
Dalam konteks ini, interaksi visual, aktor dipisahkan oleh jarak dan
komunikasi dilakukan melalui webcam dan komputer atau telepon genggam.
b. Pentingnya Kehadiran
Dua aspek krusial dari kehadiran adalah (1) kesadaran satu sama lain dan
kapasitas untuk berhubungan dengan mereka, yang merupakan kehadiran
fisik; dan (2) makna sosial yang diberikan dari situasi yang terkait, yang
terkadang tetapi tidak harus dideskripsikan dalam term yang positif, yang
membutuhkan kehadiran sosial.
15. Gestur Visual: Perwujudan dan Perilaku Non-Verbal dalam Computer Mediated
Communication (CMC)
a. Modelling
i. Mengamati gerakan
b. Discourse
i. Melambaikan tangan
c. Dialog
i. Kontak mata
ii. Anggukan kepala
d. Sosio-Emosional
i. Persepsi
ii. Evaluasi
a. Sejarah Media
i. Masa Kolonial
1. Awal Kemerdekaan
2. Tahun 1950-an
1. Group Kompas-Media
Dari segi internal, para wartawan muda ini menilai bahwa Tempo tidak
independen atau mandiri. Namun, sesungguhnya ada juga keinginan
mereka untuk mendirikan sebuah majalah baru. Tuntutan wartawan
terhadap kebebasan menulis dijawab oleh suatu kebebasan lain, yang
lebih kuat dan yang dapat menekan, yaitu kebebasan untuk menjual
keahlian mereka dalam transmisi pengetahuan kepada pihak lain.
Sosok yang menjawab tuntutan ini adalah Bank Panin sebagai pihak
penyedia dana bagi Editor sekaligus berperan memperlancar terjadinya
eksodus para wartawan ini dari majalah Tempo.
Kasus Tempo ini ditanggapi secara berbeda oleh Menteri tenaga Kerja,
Laksamana Soedomo. Menurut Soedomo, kasus ini terjadi karena
kegagalan dalam manajemen organisasi karyawan. Solusinya, menurut
beliau, para wartawan perlu membuat suatu organisasi buruh yang
mewadahi profesi kewartawanan.
Dari ketiga konflik diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Kedua, dilihat dari perspektif ekonomi politik, ketiga konflik tersebut di atas
justru menjadi konflik yang besar karena melibatkan intervensi negara
terutama melalui Deppen.
Ketiga, meskipun kasus-kasus yang muncul dalam ketiga konflik itu berbeda,
namun ketiga konflik itu mengungkapkan intervensi yang begitu luas dari
negara dalam industri media, dan hakikat dari intervensi itu pada dasarnya
bersifat manipulatif.
c. Bentuk-Bentuk Intervensi Negara dalam Media
i. Pembinaan Ideal
Ideologi itu tidak hanya mengacu pada seperangkat ide atau nilai-nilai,
tetapi mengacu juga pada proses realisasi atau materialisasi dari ide-ide
itu sendiri. Peran ideologis Departemen Penerangan selaku aparatur
negara terwujud dalam bentuk kebijakan politik ekonomi kertas koran.
Jika dilacak secara historis, kebijakan menyangkut kertas koran
sebenarnya mulai timbul sejak setahun sebelum penyerahan kedaulatan
RI pada tahun 1949. Karena faktor kelangkaan, Pemerintah kolonial
Belanda memutuskan untuk melarang penjualan kertas koran pada
pasar umum.
i. Fungsi Pengawasan
Teori ini berasal dari sosiolog Everest M Roger, sebagai tokoh difusi. Difusi
adalah proses komunikasi yang menetapkan titik-titik tertentu dalam
penyebaran informasi melalui ruang dan waktu, dari satu agen ke agen yang
lain. Salah satu saluran komunikasi yang penting adalah media massa, karena
itu model difusi mengasumsikan bahwa media massa mempunyai efek yang
berbeda-beda pada waktu yang berlainan, mulai dari menimbulkan tahu
sampai mempengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan dan penolakan).
a. Latar Belakang
Kehadiran televisi yang masif dan berbau kapitalistik yang kental, secara
langsung maupun tidak telah berpengaruh pada perilaku dan pola pikir
masyarakat Indonesia. Apalagi dalam deretan media informasi, televisi
merupakan media yang memiliki penetrasi paling tinggi dibanding media
lainnya. Karena itu, banyak tudingan diarahkan pada televisi sebagai penyebab
maraknya gaya hidup konsumeristik-hedonistik. Sadar atau tidak, televisi kini
hadir di ruang belajar, kamar tidur dan ruang kerja, maka, media televisi
dengan sangat mudah menyebarkan pengaruh psikologis-nya untuk
mengendalikan pola pikir, emosi atau bahkan kebudayaan masyarakat.
Menurut sosiolog asal Perancis, Gabriel Tarde, manusia itu pada dasarnya
individualistis. Berkat kemampuan untuk meniru (imitasi), mereka
membentuk jalinan interaksi sosial dan pada gilirannya tersusun kehidupan
sosial. Imitasi yang dilakukan atas suatu objek peniruan akan menghasilkan
kepribadian kedua yang mungkin berbeda dengan watak bawaan individu.
Manusia mengimitasi segala hal yang mungkin dapat ditiru. Proses imitasi ini
tidak bersifat serta-merta. Proses imitasi ini menghendaki tiga syarat, Syarat
pertama adalah adanya minat atau perhatian yang cukup besar terhadap apa
yang akan diimitasi. Kedua, adanya sikap menjunjung tinggi atau mengagumi
apa yang akan diimitasi. Ketiga, tergantung pada pengertian, tingkat
perkembangan, dan tingkat pengetahuan individu yang akan mengimitasi.
Pada era komunikasi digital, Konstruksi budaya terjadi akibat hadirnya banyak
informasi tersebut yang melakukan penetrasi terhadap nilai-nilai lama
kebudayaan. Masifnya penetrasi tersebut, kebudayaan lama tak mampu
membendung terjadinya konstruksi budaya baru dengan nilai-nilai baru
melalui media komunikasi yang ada.
Konstruksi budaya seperti ini memiliki dua kemungkinan, yaitu bersifat positif
dan negatif. Bersifat positif ketika konstruksi budaya itu dapat meruntuhkan
nilai-nilai lama yang memang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan
kontekstual zaman sekarang. Bersifat negatif ketika konstruksi budaya
tersebut malah menghancurkan nilai-nilai yang memang telah memiliki nilai
kebenaran dan kebaikan di masyarakat.
c. Televisi yang Mengkonstruksi Budaya Massa
Televisi dapat dipandang sebagai hasil dari sebuah kebudayaan yang sudah
tidak asing dalam masyarakat. Televisi ini mempengaruhi aspek-aspek
kehidupan masyarakat yang termasuk budaya sehingga dengan mudah
diterima dan mempengaruhi masyarakat tersebut. Televisi sangat memiliki
daya tarik kuat yang disebabkan oleh unsur-unsur kata, musik dan sound effect
serta memiliki unsur visual yang dinamis.
Dalam model komunikasi dari Stuart Hall, sirkulasi makna dalam wacana
media televisi melewati tiga momen yang berbeda, yakni sebagai berikut.
Pertama, Para profesional media yang terlibat di dalamnya menentukan
bagaimana realitas sosial di-encoding dalam wacana. Kedua, Suatu pesan kini
terbuka bagi interpretasi. Ketiga, momen decoding yang dilakukan khalayak
(pemirsa). Seorang pemirsa tidak dihadapkan dengan realitas sosial, melainkan
dengan terjemahan diskursif realitas tersebut. Melalui sirkulasi wacana,
produksi menjadi reproduksi untuk menjadi produksi lagi.
Pemirsa disuguhkan oleh berbagai tanda yang muncul dari dalam televisi.
Prose penafsiran (encoding) dari tanda akan berbeda-beda pada setiap orang.
Hal tersebut diakibatkan perbedaan field of experience dan frame of reference.
Proses decoding memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
konstruksi budaya karena pemirsa menerima berbagai macam makna yang
kemudian ditafsir. Penafsiran ini merupakan sebuah proses seleksi yang
dilakukan oleh pemirsa. Jika sesuai, mungkin individu tersebut akan
menerimanya sebagai bagian dari pola hidup dirinya. Jika tidak, mungkin
individu tersebut akan melakukan penolakan atas tanda tersebut.
Kemungkinan lainnya, tanda yang muncul dari televisi merupakan sebuah
tanda yang belum pernah khalayak temui sebelumnya.
Menurut teori feminis, Perspektif feminis fokus dengan bagaimana media dan
masyarakat mengonstruksi pandangan-pandangan tentang perempuan,
terutama pada berbagai implikasi bagi sosialisasi melalui gender.
Unsur isi pernyataan umum atau pesan yang dapat berupa ide,
informasi, opini, sikap, pendapat, serta sangat erat kaitannya dengan
masalah analisis pesan.
i. Teori Langkah
a. Pengetahuan
b. Persuasi
c. Keputusan
d. Konfirmasi
Teori difusi inovasi melibatkan adanya opinion leader -> pemuka
pendapat -> agen perubahan
1. Innovator
2. Adaptor Awal
3. Mayoritas Awal
4. Mayoritas Akhir
i. Hambatan Psikologis
Terlihat pada perilaku individu dan masyarakat. Efek dari komunikasi dapat
mencangkup efek ekonomis, efek sosial, efek kegiatan sehari-hari, efek pada
penghilangan atau penyaluran perasan, dan efek perasaan terhadap media.
e. Efek Pesan Media
i. Efek Kognitif
a. Definisi
i. Sifat Komunikator
v. Sifat Efek
Tidak semua konsekuensi dari suatu aktivitas memiliki nilai positif untuk
semua sistem sosial (masyarakat). Akibat dari konsekuensi dapat menjadi
fungsional dan disfungsional
e. Teori-Teori Komunikasi
Teori ini beranggapan bahwa terdapat kategori sosial yang luas dalam
masyarakat kota industri. Kategori sosial didasarkan pada usia, seks,
tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa-kota),
ataupun agama. Asumsi dasar teori kategori sosial adalah teori
sosiologi. Yang berhubungan dengan kemajemukan masyarakat
modern, yang mana masyarakat memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu
dan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan.
iii. Teori Hubungan Sosial
Teori ini menyatakan bahwa orang lebih banyak memperoleh pesan itu
melalui hubungan atau kontrak dengan orang lain daripada menerima
langsung dari media massa. Informasi bergerak dari media kepada
individu-individu yang relatif “well informed”, pada umumnya
memperoleh informasi langsung. informasi tersebut kemudian
bergerak melalui saluran komunikasi antarpribadi kepada
individu-individu yang kurang memiliki hubungan langsung dengan
media dan ketergantungan mereka akan informasi pada orang lain
sangat besar (Two Step-Flow Communication).