Osk Kimia 2022
Osk Kimia 2022
DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
SOAL SELEKSI
KOMPETISI SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2022
Bidang Kimia
23 –1
Bilangan Avogadro NA = 6,022∙10 partikel.mol
R = 0,08205 L·atm/mol·K
= 8,3145 L·kPa/mol·K
7
= 8,3145 x10 erg/mol·K
Tetapan gas universal, R
= 8,3145 J/mol·K
1 atm = 101,32 kPa
( )
Temperatur dan Tetapan kesetimbangan
Tetapan Faraday F = 96500 C/mol elektron
19
Muatan elektron 1,6022 x 10 C
Ampere (A) dan Coulomb (C) A =C/det
Soal KSN-K 2022 – No. 1
uatu ion X memiliki bilangan oksidasi +4, dengan 2 elektron pada n = 1, 8 elektron pada
n = 2, dan 10 elektron pada n = 3. Unsur X adalah ….
A. Argon
B. Vanadium
C. Kromium
D. Titanium
E. Mangan
Jika ke dalam larutan ditambahkan senyawa asam hingga pH < 2, maka peptida
tersebut menjadi bermuatan….
A. +6
B. +5
C. +4
D. +3
E. +2
Unsur X, suatu padatan berwarna abu-abu, bereaksi dengan unsur Z, suatu gas tak
berwarna, membentuk suatu senyawa di mana jumlah atom X lebih banyak dua kali dari
jumlah atom Z. Manakah diantara pernyataan berikut mengenai konfigurasi elektron
pada keadaan dasar untuk atom-atom tersebut yang paling benar…
Senyawa dengan jumlah atom X lebih banyak dua kali dari jumlah atom Z memiliki
rumus kimia X2Z. Oleh karena itu, X kemungkinan besar adalah logam yang mempunyai
valensi 1 (stabil dengan melepas elektron valensi sehingga membentuk ion X +) dan Z
adalah non-logam valensi 6 (stabil dengan menerima sebanyak 2 elektron sehingga
membentuk Z2–).
A. 1,3-sikloheksadiena
B. Benzena
C. Naftalena
D. Tetrasena
E. Antrasena
Energi kisi suatu senyawa ionik adalah energi yang dihasilkan saat pembentukan 1 mol
padatan kristal senyawa ion dari ion-ion penyusunan pada fase gas. Persamaan
termokimia-nya dapat dituliskan aMb+ (g) + bXa– (g) ⟶ MaXb (s) + Energi kisi
Energi kisi bergantung pada muatan ion-ion, ukuran ion-ion, dan jarak antara ion-ion
tersebut.
Muatan dan ukuran ion merupakan faktor penting yang menentukan besarnya energi
kisi. Energi kisi berkaitan dengan energi potensial dari dua muatan yang berinteraksi
yang diberikan dalam persamaan matematika; E = k.(Q 1×Q2)/d
Q1 dan Q2 adalah besar muatan pada partikel dalam satuan coulomb dan d adalah jarak
antara jari–jari dalam satuan meter.
Semakin besar jarak jari-jari kation-anion, nilai d semakin besar maka energi kisi
semakin kecil.
Semakin kecil jarak jari-jari kation-anion, nilai d semakin kecil maka energi kisi semakin
besar.
Semakin besar hasil kali jumlah muatan kation-anion maka semakin besar energi
kisinya.
Semakin kecil hasil kali jumlah muatan kation-anion maka semakin kecil energi kisinya.
i. Orbital hibrida untuk atom pusat pada struktur ion F 2ClO2+ adalah sp3d2
ii. Muatan formal untuk atom F, O, dan Cl masing-masing adalah 0, 0, dan +1
iii. Jumlah masing-masing ikatan s dan p pada struktur ion F 2ClO2+ adalah 4
iv. Ion F2ClO2+ bersifat polar
i. Orbital hibrida untuk atom pusat pada struktur ion F 2ClO2+ adalah sp3, ada 4
domain elektron (2 ikatan rangkap, 2 ikatan tunggal, bukan sp 3d2.
ii. Muatan formal untuk atom F adalah 0, atom O adalah 0, dan atom Cl adalah +1.
Total muatan formal pada ion F2ClO2+ adalah +1.
Cara menghitung muatan formal atom , selisih jumlah elektron valensi atom
dikurangi (elektron bebas ditambah jumlah ikatan yang dimiliki atom tersebut).
iii. Struktur ion F2ClO2+ mempunyai 4 ikatan σ dan 2 ikatan π, jadi total ikatan σ π
adalah 6, bukan 4. Ingat tiap ikatan tunggal hanya ada 1 ikatan σ dan tiap ikatan
rangkap ada 1 ikatan σ dan 1 ikatan π.
iv. Ion F2ClO2+ bersifat polar karena ia memiliki momen dipol yang tidak sama
dengan nol. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan polar antara fluorin dan klorin,
serta ikatan rangkap antara oksigen dan klorin serta adanya muatan.
Oksigen terlarut dalam air memiliki nilai konstanta Henry pada suhu 25 oC = 1,267 × 10–
3
M/atm. Jika tekanan parsial oksigen di udara adalah 0,30 atm, konsentrasi oksigen
terlarut dalam air yang berkesetimbangan dengan udara pada suhu 25 oC adalah ….
(mol/L). Diketahui Hukum Henry C = k.P)
A. 4,6 × 10–6
B. 7,2 × 10–6
C. 2,6 × 10–4
D. 5,4 × 10–4
E. 3,8 × 10–4
Berdasarkan Hukum Henry dapat dihitung konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang
berkesetimbangan dengan udara:
C = k.P
Dengan C adalah konsentrasi oksigen terlarut dalam air (dalam mol/L), k adalah
konstanta Henry pada suhu 25 oC, P adalah tekanan parsial oksigen di udara (dalam
atm).
C = k × P
C = (1,267 . 10–3 M/atm) × (0,30 atm)
C = 3,801 × 10–4 M
Jadi, konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang berkesetimbangan dengan udara pada
suhu 25 oC adalah sekitar 3,801 × 10–4 M.
Tabel berikut menunjukkan data laju awal untuk reaksi (C 2H5)2(NH2)2 + I2 → (C2H5)2N2 +
2HI
A. 0 dan 1
B. 0 dan 2
C. 2 dan 0
D. 1 dan 1
E. 3 dan –1
4 = (2) x × (2)y
22 = 2 (x+y)
2=x+y
x=2–y
2 = (3) x × (2/3)y
2 = (32)/(3)y × (2/3)y
2 = (32)/(3)y × (2)y/(3)y
21/(32) = (2)y/(3)2y
21 = (2)y → y = 1
(32) = (3)2y → 2y = 2 → y = 1
Suatu basa lemah dengan konsentrasi 0,120 M (pK b = 4,20) dititrasi dengan larutan
asam klorida 0,300 M. Titik ekuivalen tercapat setelah penambahan 20 mL larutan titran.
pH pada titik ekuivalen adalah ….
A. 8,4
B. 7,0
C. 6,3
D. 5,4
E. 3,7
Pada saat pH pada titik ekivalen, baik basa lemah dan asam klorida (asam kuat) tepat
habis bereaksi, maka terbentuk garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dan
asam kuat.
V total campuran = 20 mL + 50 mL = 70 mL
Produk kondensasi aldol yang terbentuk dari 3-pentanon dalam suasana basa memiliki
nama IUPAC…
A. 5-etil-4-metil-5-hepten-3-on
B. 4-metil-4-nonen-3,7-dion
C. 5-etil-4-metil-4-hepten-3-on
D. 3-etil-4-metil-3-hepten-5-on
E. 3-etil-4-metil-2-hepten-5-on
Dua ekuivalen molekul 3-pentanon (H₃C 一 CH₂ 一 CO 一 CH₂ 一 CH₃) bereaksi dengan
adanya basa (NaOH) akan menghasilkan pembentukan β-hidroksiketon kemudian diikuti
dengan pelepasan molekul H₂O yang menghasilkan H₃C 一 CH₂ 一 CO 一 C(CH₃)=
C(CH₂CH₃)一 CH₂ 一 CH₃
Urutan besarnya nilai konstanta laju (k) untuk tiga temperatur reaksi (T1, T2, T3) yang
tepat adalah ….
Untuk reaksi kimia pada suhu yang berbeda, nilai konstanta laju (k) biasanya akan
berbeda. Secara umum, kita dapat menentukan urutan besarnya nilai konstanta laju (k)
untuk tiga temperatur reaksi jika T1 < T2 < T3 dengan menggunakan Persamaan
Arrhenius:
k = A . e (-Ea/RT)
Keterangan: k adalah konstanta laju reaksi, A adalah faktor frekuensi, Ea adalah energi
aktivasi, R adalah konstanta gas (8,314 J/(mol.K)), dan T adalah suhu absolut dalam
kelvin.
Dari persamaan ini, kita dapat melihat bahwa nilai konstanta laju reaksi (k) akan
berbanding terbalik dengan nilai energi aktivasi (Ea). Semakin tinggi suhu, semakin
banyak molekul yang memiliki energi kinetik yang cukup untuk mengatasi energi aktivasi
dan berpartisipasi dalam reaksi. Oleh karena itu, nilai konstanta laju reaksi (k) akan
meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
Dengan demikian, urutan besarnya nilai konstanta laju (k) untuk tiga temperatur reaksi
jika T1 < T2 < T3 adalah: k(T1) < k(T2) < k(T3). Artinya, nilai k akan semakin besar
seiring dengan peningkatan suhu reaksi.
A. 113,9 nm
B. 121,6 nm
C. 128,8 nm
D. 164,1 nm
E. 273,5 nm
Oleh karena itu, garis B dalam spektrum sesuai dengan transisi dari n = 5 ke n = 3
(perbedaan energi terendah kedua).
Persamaan Rydberg untuk panjang gelombang dalam sistem satu elektron adalah:
1/λ = R.Z2(1/nf2−1/1/ni2)
Oleh karena itu, dengan menggunakan panjang gelombang garis B, nilai z untuk ion
satu elektron dapat dihitung sebagai:
Z2 = 8,996
Z = √8.996
Z = 2.999 ≈ 3
Oleh karena itu, nilai Z untuk ion satu elektron adalah 3 , dan ion tersebut adalah litium.
Karena A adalah baris ketiga, ini akan sesuai dengan transisi dari n = 6 ke n = 3.
Oleh karena itu, panjang gelombang transisi dalam lithium-ion dapat dihitung sebagai
berikut:
1/λ = 8,228×106m−1
λ = 121,53 nm
(1) C–H
(2) O–H
(3) C=O
(4) C≡C
Jadi urutan yang tepat bilangan gelombang dari terendah ke tertinggi: (3) < (4) < (1) <
(2).
Jawaban yang tepat B
A. 58, 71
B. 52,02
C. 54,95
D. 47,95
E. 55,85
Dalam kasus ini, unsur X bereaksi dengan Si untuk membentuk senyawa X 3Si4. Oleh
karena itu, perbandingan antara massa unsur X dan Si dalam senyawa tersebut adalah
3:4 atau dapat dimaknai dalam senyawa X 3Si4 terdapat 3 mol X dan 4 mol S.
Jari Ar S = 51,986 atau jawaban yang paling mendekati adalah 52,02
Soal KSN-K 2022 – No. 15
Di antara molekul di bawah ini yang memiliki ikatan antara C–O yang paling panjang
adalah ….
A. CO
B. CO2
C. CO32–
D. OCN–
E. CH3OH
Dari ke-5 molekul/ion tersebut, yang memiliki ikatan antara C dan O paling panjang
adalah CH3OH karena C–O di molekul ini berikatan tunggal. Sementara dalam
CO32– terdapat struktur resonansi sehingga panjang ikatan C–O relatif lebih pendek
dibanding C–O dalam CH3OH.
Urutan dari panjang ikatan yang terpendek ke yang terpanjang dari molekul/ion:
CO < CO2 < OCN– < CO32– < CH3OH
A. 1,23 V
B. 0,70 V
C. 1,12 V
D. 2,24 V
E. 1,52 V
Diketahui isotop 82Br memiliki waktu paruh 1000 menit. Jika anda memerlukan 82Br
sebanyak 1,0 g sedangkan waktu pengiriman sampel selama 2 hari, maka
massa 23Na82Br minimum yang harus anda pesan adalah ….
A. 2,0 g
B. 5,8 g
C. 7,4 g
D. 11,8 g
E. 9,4 g
Waktu paruh peluruhan radioaktif adalah waktu yang diperlukan oleh inti radioaktif untuk
meluruh hingga aktivitasnya menjadi setengah aktivitas mula-mula.
Keterangan :
Nt = jumlah zat radioaktif tersisa
N0 = jumlah zat radioaktif mula-mula
t=waktu peluruhan
t1/2= waktu paruh
m (23Na82Br) = 9,4208 g
A. CH3CH2CH(CH3)CH2C≡CH
B. CH3CH2CH2CH2CH2C≡CH
C. (CH3)2CHCH2CH2C≡CH
D. CH3CH2CH(CH3)C≡CCH3
E. CH2=CHCH(CH3)CH2C≡CH
Senyawa optis aktif Y yang memberikan hasil positif (warna ungu menjadi bening) ketika
direaksikan dengan KMnO4 encer dingin menunjukkan adanya ikatan rangkap atau
ikatan triple. Senyawa optis aktif Y dengan rumus molekul yang memberikan
peregangan IR pada 3300 cm–1 menunjukkan bahwa senyawa tersebut
mengandung gugus alkuna. Senyawa ini pada hidrogenasi katalitik menghasilkan
senyawa Z dengan rumus molekul C7H16. Produk terhidrogenasi menambahkan empat
hidrogen ke senyawa Y. Hal ini menegaskan bahwa senyawa tersebut mengandung
gugus alkuna yang pada hidrogenasi membutuhkan dua mol molekul hidrogen dan
menghasilkan alkana sebagai produk aktif optik. Reaksi ditunjukkan di bawah ini.
Sebanyak 4,500 gram sampel dilarutkan di dalam labu takar 100 mL. Larutan ini dibagi
dua, masing-masing sekitar 50 mL, ke dalam dua buah gelas kimia yang diberi label A
dan B. Larutan dari gelas kimia A diencerkan dengan aqua dm hingga volumenya
menjadi 250 mL. Kemudian larutan ini dipipet 10,0 mL dan diencerkan dalam labu takar
100,0 mL dan ditandabataskan.
Sebanyak 25,0 mL larutan terakhir ini dianalisis dan ditemukan bahwa larutan ini
mengandung tembaga dengan konsentrasi 1,8 ppm. Kadar tembaga (dalam %b/b) yang
ada dalam sampel adalah ….
A. 8,00%
B. 0,20%
C. 0,50%
D. 0,05%
E. 1,80%
Berikut merupakan inti atom yang dikategorikan sebagai NMR aktif, atau dapat dideteksi
oleh NMR, kecuali…
A. 13C
B. 1H
C. 15N
D. 12C
E. 19F
Inti atom yang dikategorigan sebagai NMR aktif biasanya memiliki jumlah proton/neutron
genap.
Berikut ini beberapa aturan umum yang berlaku untuk kasus tertentu spin:
1) Genap/Genap.
Inti yang mengandung proton dan neutron yang berjumlah genap memiliki spin = 0 dan
oleh karena itu ia tidak memiliki momen magnetik sehingga tidak dapat dideteksi oleh
NMR.
Contohnya termasuk 4He, 12C, 16O dan 32S.
2) Ganjil/Ganjil.
Inti yang mengandung jumlah proton maupun neutron ganjil memiliki spin yang bilangan
bulat positif. Contohnya termasuk 14N (spin = 1), 2H (deuterium, spin = 1), dan 10B (spin =
3).
3) Lainnya .
Inti yang mengandung jumlah proton/neutron ganjil/genap atau genap/ganjil semuanya
memiliki putaran x per dua (faktor per-dua).
Contohnya termasuk 1H (spin = 1/2), 17O (spin = 5/2), 19F (spin = 1/2), 23Na (spin = 3/2),
dan 31P (spin = 1/2).
Karena inti atom 12C spin = 0, tidak memiliki momen magnetik sehingga tidak dapat
dideteksi oleh NMR. Namun, inti atom 13C, 1H, 15N, dan 19F memiliki momen magnetik
sehingga dapat dideteksi oleh NMR.
Jadi inti atom yang tidak dapat dideteksi oleh NMR adalah 12C.
Menghitung ∆P
∆P = P0 pelarut × X C3H8O3
∆P = 92,5 torr × X 0,024352
∆P = 2,25257 torr
Menghitung P larutan
P larutan = P0 pelarut × X H2O
P larutan = 92,5 torr × (1 – 0,024352)
P larutan = 92,5 torr × 0,975647908
P larutan = 90,24743 torr
Untuk menghasilkan larutan bufer dengan pH 4, massa NaF yang harus ditambahkan ke
dalam 2,0 L larutan HF 0,10 M adalah… (pKa HF = 3,1, mM Na = 23 g/mol dan F = 19
g/mol)
A. 1,79
B. 11,13
C. 33,35
D. 53,33
E. 66,69
Komponen dalam larutan terdiri NaF dan HF , ini merupakan larutan penyangga asam.
Berlaku:
A. 8,4
B. 7,0
C. 6,3
D. 5,4
E. 3,7
Pada titik ekuivalen terbentuk garam terhidrolisis. Komponen garam yang dapat
bereaksi dengan air adalah kation dari basa lemah sehingga larutan akan bersifat asam.
Menghitung V HCl
n HCl = V HCl × [HCl]
12 mmol = V HCl × 0,30 M
V HCl = 12 mmol / 0,30 M
V HCl = 40 mL
Boron monoksida merupakan salah satu oksida boron yang berwujud gas.
Berikut adalah reaksi pembentukan gas BO:
B(s) + ½ O2(g) ⇌ BO(g) Kp = 5,025 pada 25 °C
A. 0,29 g
B. 5,23 g
C. 8,34 g
D. 1,66 g
E. 0,88 g
Skenario penyelesaian:
1. Menghitung n B awal
2. Menghitung tekanan parsial dari O2 saat bereaksi
3. Menghitung n O2 saat bereaksi
4. Menghitung n B saat bereaksi
5. Menghitung sisa n B saat kesetimbangan tercapai.
n B = (m B) / (mM B)
n B = (10 g) / (11 g/mol)
n B = 0,91 mol
PV = nRT
n O2 = PV / RT
n O2 = (5,39288 atm x 2 L) / (0,08206 L atm K –1 mol–1 x 298 K)
n O2 = 0,44112 mol (hasil pembulatan)
A. 3-metilheksanal
B. 4-metil-1-heksanol
C. 4,10-dimetildodekan-6,7-dion
D. 4-metilheksanal
E. 4,10-dimetildodekan-6,7-diol
Reaksi i) merupakan reaksi adisi pada alkuna dengan menggunakan logam Li terlarut
dalan NH3 menghasilkan trans-alkena.
Reaksi ii) merupakan reaksi ozonolisis alkena yang diikuti oleh penataan ulang.
Karenanya secara keseluruhan dalam ozonolisis, ozon bereaksi dengan alkena (hasil
reaksi pertama) membentuk ozonoida primer.
Reaksi iii) Ozonida primer ditata ulang menjadi ozonida sekunder, yang membentuk
senyawa karbonil dengan Zn dalam asam asetat.
Soal KSN-K 2022 – No. 26
Dinding eritrosit (sel darah merah) bersifat permeabel terhadap air. Dalam larutan
garam, eritrosit akan berkerut jika konsentrasi garamnya tinggi dan mengembang jika
konsentrasi garamnya rendah. Percobaan menggunakan larutan garam NaCl dengan
titik beku –0,046 °C menunjukkan eritrosit tidak mengembang maupun mengkerut. Jika
densitas larutan garam pada suhu tersebut 997,77 kg/m 3, tekanan osmosis larutan di
dalam eritrosit adalah… (Diketahui Kf air = 1,86 °C/m)
A. 114,2 torr
B. 228,5 torr
C. 456,8 torr
D. 512,5 torr
E. 371,6 torr
Tekanan osmotik adalah tekanan minimum yang perlu diterapkan pada larutan untuk
mencegah aliran masuk pelarut murni melintasi membran semipermeabel.
Skenario penyelesaian:
∆Tf = i. Kf . m
0,046 oC = 2. 1,86 °C/molal . m
0,046 oC = 3,72 °C/molal . m
m = 0,046 / 3,72 molal
m = 0,012365591 molal (hasil pembulatan)
m = 0,012365591 mol/kg
π = i.(n/V).R.T
π = 2×( 0,012338016 mol/L)×0,08205 atm.L.mol –1.K–1×298 K
π = 0,603351197 atm × 760 torr/atm
π = 458,5469098 torr
Senyawa Z dengan rumus molekul C10H13Cl memberikan sinyal pada spektrum 1H NMR
sebagai berikut: singlet (d 1,6 ppm); singlet (d 3,1 ppm); multiplet (d 7,2 ppm (5H));
Berdasarkan data tersebut, di antara struktur berikut yang paling tepat untuk senyawa Z
adalah ….
A. I
B. II
C. III
D. IV
E. V
Suatu campuran yang mengandung 1 g boron, sejumlah gas oksigen dan boron
monoksida 1 L dan tekanan total 1 atm kesetimbangan pada T = 25 °C menurut reaksi:
B(s) + ½ O2(g) ⇌ BO(g) Kp = 5,025 pada 25 °C
Jika volume wadah dikurangi setengahnya pada suhu tetap, pernyataan yang benar
saat kesetimbangan baru tercapai adalah…
Volume atau tekanan akan berpengaruh pada kesetimbangan untuk zat yang berwujud
gas. Bila volume dikurangi maka kesetimbangan akan menuju ke ruas yang total
koefisien gasnya lebih kecil. Dalam soal ini kesetimbangan bergeser ke kiri, namun
karena nilai Kp relatif besar maka reaksi tetap lebih mendukung pembentukan BO,
jumlahnya akan meningkat ketika kesetimbangan terbentuk kembali dalam wadah
volume yang dikurangi. Oleh karena itu, pilihan C benar.
Bila suhu tetap maka nilai tetapan kesetimbangan juga tetap, tetapi derajat disosiasi zat-
zatnya akan berubah dan oleh karena itu tekanan parsial gas akan mengalami
perubahan. Walau demikian tekanan total dalam wadah tidak berubah.
Bila dalam sistem campuran tidak ada massa zat yang diubah maka massa campuran
tidak berubah, tetap, tidak bertambah.
Jika diketahui:
A. –988,80 kJ/mol
B. –205,87 kJ/mol
C. –247,20 kJ/mol
D. –418,74 kJ/mol
E. –494,40 kJ/mol
A. 4-bromoasetanilida
B. 1-bromo-4-klorobenzena
C. 1-bromo-2-klorobenzena
D. 1-bromo-3-klorobenzena
E. 3-bromoasetanilida
Karena ada reaktan klorobenzena dan asetanilida, maka perlu lebih dahulu
dibandingkan reaktivitasnya. Urutan umum reaktivitas terhadap reaksi substitusi
elektrofilik:
anilin > fenol > anisol > asetanilida > toluena > klorobenzena > fluorobenzena > asam
benzoat > benzaldehida > nitrobenzena.
Oleh karena itu reaksi kompetitif ini yang paling mungkin bereaksi adalah asetinilida.
A. Polietilena
B. Etilen-propilen kopolimer
C. Polivinil klorida
D. Poliester
E. Polipropilen
Larutan asam lemah dengan konsentrasi 0,05 M memiliki pH yang sama dengan larutan
asam nitrat 0,01 M, Ka asam lemah tersebut adalah….
A. 1,43 x 10–3
B. 1,67 x 10–3
C. 2,67 x 10–3
D. 2,50 x 10–3
E. 2,00 x 10–3
[H+] = [HNO3]
[H+] = 0,01 M
[H+] = 10–2 M
Suatu sampel etanol diketahui telah teroksidasi sebagian menjadi asam asetat.
Sebanyak 24,24 g sampel tersebut dibakar secara sempurna dan menghasilkan kalor
sebesar 595,37 kJ. Persen massa asam asetat dalam sampel tersebut adalah ….
Diketahui:
∆Hc° C2H5OH = –1366,6 kJ/mol;
∆Hc° CH3COOH = –872,4 kJ/mol.
A. 33,95%
B. 86,71%
C. 57,88%
D. 15,62%
E. 29,73%
mMEt = 46 g/mol
Karena pembakaran sempurna, maka jumlah kalor yang dihasilkan oleh etanol dan
asam asetat adalah sama dengan jumlah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran total
sampel (595,37 kJ):
595,37 x 46,07 x 60,05 = (-1366,6) x (24,24 - mAa) x 60,05 + (-872,4) x mAa x 46,07
Waktu yang diperlukan untuk memanaskan 100 g es dengan suhu awal –10 °C hingga
mencapai suhu kamar (25 °C) dalam microwave dengan daya 600 W adalah…
(∆Hfus = 6 kJ/mol, cp es = 37,62 J mol–1 K–1, cp air = 75,31 J mol–1 K–1)
A. 1,33 menit
B. 1,27 menit
C. 1,22 menit
D. 0,93 menit
E. 0,41 menit
Energi yang diperlukan untuk memanaskan air dari 0 °C hingga suhu kamar 25 °C:
Q3 = n . cair . ΔT
Q3 = 5,56 mol × 75,31 J mol–1 K–1 × (25 °C – 0 °C)
Q3 = 10.468,09 J
Jadi, total energi (Qtotal) yang diperlukan:
Qtotal = Q1 + Q2 + Q3
Qtotal = 2.091,67 J + 33.360 J + 10.468,09 J
Qtotal = 45.919,76 J
Qtotal = P . t → t = Qtotal / P
t = Qtotal / P
t = 45.919,76 J / 600 W
t = 76,53 detik
t = 76,53 detik × 1 menit/60 detik
t = 1,2755 menit
Jawaban yang tepat B.
Berikut diberikan data perubahan konsentrasi reaktan A seiring berjalannya waktu akibat
terjadinya reaksi 2A → 2B + C
A. Laju rata-rata penguraian A selama 40 menit reaksi adalah 0,044 mol L –1 menit–1
B. laju sesaat bernilai konstan sepanjang waktu reaksi
C. laju reaksi rata-rata selama sepuluh menit pertama adalah empat kali lebih
lambat dari laju reaksi rata-rata selama sepuluh menit keempat
D. laju rata-rata pembentukan C selama 40 menit reaksi adalah 0,011 mol L –1 menit–
1
B. Dari tabel hasil hitung laju sesaat tampak bahwa laju reaksi sesaat berubah-ubah,
tidak konstan. Karena konsentrasi reaktan A terus berkurang seiring berjalannya waktu,
dan konsentrasi produk B dan C meningkat, maka laju reaksi tidak konstan selama
waktu reaksi.
Pernyataan B tidak tepat.
E. Pernyataan yang menyatakan bahwa laju reaksi mencapai maksimum saat [A] = [B]
tidak benar karena laju reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan, dan laju reaksi
akan terus melambat seiring berkurangnya konsentrasi reaktan.
Pernyataan E tidak tepat.
Rasio kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M terhadap kelarutan SrF2 dalam air murni adalah
….
(Ksp SrF2 = 2,5 × 10–9 dan pKa HF = 3,18)
A. 28,4
B. 2,4
C. 12,03
D. 15,93
E. 21,1
S = (Ksp/4)1/3
H+ + F– ⇌ HF
10–2,18 . x = 2S – x
0,0066 x = 2S – x
1,0066 x = 2S
x = 2S/1,0066
Ksp SrF2 = [Sr2+ ][F–]2
S = (1,45 × 10–5)1/3
Jadi kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M = 2,44 × 10–2 M dan kelarutan SrF2 dalam air
murni = 8,55 × 10–4M
Oleh karena itu rasio kelarutannya = 2,44 × 10–2 M : 8,55 × 10–4 M = 28,5
A. II dan III
B. II
C. I
D. III
E. I dan II
Suatu enzim memiliki tiga residu katalitik, yaitu asam aspartat (Asp), histidin (His), dan
serin (Ser). Mekanisme reaksi yang dikatilisis oleh enzim tersebut ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini.
Gambar di bawah ini menunjukkan struktur tripeptida yang dilarutkan dalam air.
A. oksidoreduktase
B. ligase
C. hidrolase
D. transferase
E. isomerase
Mekanisme reaksi yang dilakukan oleh enzim tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Es krim dapat membeku pada temperatur kurang dari –3°C. Es batu yang digunakan
untuk mendinginkan es krim memiliki suhu –12°C akan tetapi kontak dengan es krim
membuat es batu meleleh pada suhu 0°C (tidak cukup dingin untuk membuat es krim
membeku). Agar es batu tidak cepat meleleh, air untuk membuat es batu ditambahkan
NaCl. Jika titik beku es batu –6,50 °C. Perbandingan garam dan air yang digunakan
untuk membuat es batu dan biaya yang dibutuhkan untuk membeli garam jika digunakan
4,5 kg es batu adalah… (1 kg garam = Rp. 40.000; nilai Kf air = 1,86 °C/m)
Untuk mencari perbandingan garam dan air yang digunakan untuk membuat es batu,
pertama-tama kita harus menghitung molalitas larutan NaCl yang dibutuhkan
menggunakan rumus:
ΔTb = Kf × m × i
Maka,
m = ΔTb / (Kf × i)
m = 6,5 / (1,86 × 2)
m = 1,7 mol/kg
Jumlah mol NaCl yang dibutuhkan untuk membuat 4,5 kg larutan NaCl dengan molalitas
1,7 mol/kg adalah:
mol NaCl = molalitas × massa pelarut (kg)
mol NaCl = 1,7 mol/kg × 4,5 kg
mol NaCl = 7,65 mol
Asumsi harga garam adalah Rp. 40.000/kg, maka biaya yang dibutuhkan untuk membeli
garam adalah:
biaya = harga x massa = Rp. 40.000/kg × 0,450 kg = Rp. 18.000
Jadi, perbandingan garam dan air yang digunakan untuk membuat es batu 1: 10 dan
harga garam yang dibutuhkan Rp. 18.000.
Tekanan uap jenuh air pada T = 25 oC adalah 3,1690 kPa dan entalpi penguapan molar
air adalah 40,65 kJ/mol. Sebanyak 100 mL air dimasukkan ke dalam wadah vakum
dengan volume 10 L pada suhu 60 oC. Massa uap air saat kesetimbangan tercapai
adalah …. (Asumsikan bahwa volume cairan dapat diabaikan)
A. 0,231 g
B. 0,274 g
C. 1,157 g
D. 0,207 g
E. 1,294 g
dengan:
P1 = tekanan uap jenuh pada suhu T1 = 3,169 kPa
T1 = 25 °C = 298 K
T2 = 60 °C = 333 K
∆Hvap = entalpi penguapan molar air = 40,65 kJ/mol = 40.650 J/mol
R = konstanta gas umum = 8,314 J/(mol·K)
Substitusi nilai:
Ketika air ditempatkan di dalam wadah vakum, tekanan total pada kesetimbangan akan
sama dengan tekanan uap air pada suhu 60 °C. Oleh karena itu, tekanan total dalam
wadah adalah 17,777 kPa.
PV = nRT
dengan:
P = tekanan total = 17,78 kPa
V = volume gas = 10 L
n = jumlah mol gas uap air
R = konstanta gas umum = 8,314 J/(mol·K)
T = suhu = 60 °C = 333 K
Jadi, massa uap air yang terbentuk pada kesetimbangan adalah 1,156 g.
Karbon monoksida (mM = 28,01 g/mL) dalam darah dapat ditentukan dengan
menempatkan sampel darah yang sudah encer dan diasamkan dalam kamar Conway.
Dalam sistem ini CO berdifusi ke dalam PdCl 2. Reaksi yang terjadi adalah:
Dalam reaksi tersebut, H3O+ dihasilkan dari reaksi antara Pd2+, H2O, dan CO. Oleh
karena itu, jumlah H3O+ yang dihasilkan setara dengan jumlah CO yang bereaksi.
Dapat dihitung jumlah mol H3O+ dari larutan NaOH yang digunakan untuk menetralkan
asam yang dihasilkan dari reaksi tersebut.
Hitung jumlah mol NaOH yang digunakan untuk menetralkan H 3O+ yang dihasilkan dari
1,5 mL sampel:
Jumlah mol NaOH = 0,0230 M x 0,74 mL = 0,0172 mmol
Hitung jumlah mol NaOH yang digunakan untuk menetralkan H 3O+ dari blanko:
Jumlah mol NaOH = 0,0230 M x 0,52 mL = 0,01196 mmol
Hitung jumlah mol H3O+ yang dihasilkan dari reaksi tersebut juga setara dengan jumlah
mol NaOH maka jumlah mol H3O+ yang dihasilkan adalah 0,00506 mmol.
Jadi, persentase volume CO dalam darah adalah 0,113344 %, jawaban yang paling
mendekati hasil hitung adalah 0,12 %
A. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya spontan pada semua rentang
temperatur
B. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya tidak spontan hanya pada
temperatur tinggi
C. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya tidak spontan pada semua
rentang temperatur
D. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya spontan hanya pada temperatur
tinggi
E. Reaksi pembentukan O3(g) berlangsung sangat lambat
Diketahui nilai ∆Hf° O3(g) = 142,2 kJ/mol. Reaksi pembentukan derajat ketidakteraturan
(∆S) bernilai – atau dengan kata lain derajat keteraturannya +.
Pada reaksi ini ∆H bernilai + dan ∆S bernilai – maka hasil hitung ∆G akan bernilai +
sehingga pada suhu/temperatur berapapun reaksinya bersifat tidak spontan.
Konsentrasi ion Cu2+ di dalam larutan dapat ditentukan titrasi iodometri. Pada titrasi
iodometri, larutan tiosulfat dibakukan dengan larutan standar dikromat. Dari pembakuan
Na2S2O3, diperoleh konsentrasi Na2S2O3 sebesar 0,1021 M.
Untuk penentuan kadar tembaga dalam sampel, sebanyak 0,6300 gram sampel
tembaga dilarutkan ke dalam labu takar 100,0 mL. Kemudian 25,00 mL larutan ini
dipipet dan ditambahkan 10 mL KI 10% dan 5 mL H 2SO4 2M.
Cu2+ akan mengalami reduksi menjadi CuI dan I– akan teroksidasi menjadi I2.
Selanjutnya, campuran tersebut dititrasi dengan larutan Na 2S2O3 yang telah dibakukan,
di dalam labu titrasi sampai warna coklat I 2 hampir hilang kemudian ditambahkan 2 mL
amilum 0,2%.
Titrasi dilanjutkan sampai terlihat endapan putih susu dan titrasi dilakukan duplo. Dari
titrasi ini, diperoleh volume titrasi 1 dan 2 berturut-turut 22,4 dan 22,6 mL.
A. 91,34%
B. 90,55%
C. 92,62%
D. 94,69%
E. 89,22%
Pembahasan Soal KSN-K 2022 – No. 43
Reaksi utama yang terjadi pada titrasi iodometri dalam soal ini:
2CuI2 → 2CuI + I2
Reaksi net:
Dari reaksi ini nampak bahwa jumlah ekuivalen Na 2S2O3 = jumlah ekuivalen
Cu2+. Artinya jumlah Cu2+ yang bereaksi sama dengan jumlah mol Na2S2O3 yang
digunakan.
n Cu2+ = n Na2S2O3
n Cu2+ = 0,00229725 mol