Anda di halaman 1dari 40

1

EFEKTIFITAS TERAPI QUR’ANIC HEALING TERHADAP


HALUSINASI PENDENGARAN PADA SKIZOFRENIA DI
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

RAHMAD JULIANTO, S.Kep


22.50.10.60

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2023
i

EFEKTIFITAS TERAPI QUR’ANIC HEALING TERHADAP


HALUSINASI PENDENGARAN PADA SKIZOFRENIA DI
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU

KIAN

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh


Gelar Ners STIKes Payung Negeri Pekanbaru

RAHMAD JULIANTO, S.Kep


22.50.10.60

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2023

i
ii

HALAMAN PERNYATAAN ORIENSILITAS

Saya yang bertandatangandibawahini :


Nama : RAHMAD JULIANTO, S.Kep
NIM : 22.50.10.60
Program Studi : Ners STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Judul skripsi : Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

Menyatakan bahwa yang sebenarnya Karta Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang
saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apa bila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan KIAN ini
merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertangung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi atas perbuatan yang tidak terpuji tersebut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan sama sekali.

Pekanbaru, Juni 2023


Yang membuat pernyataan

Rahmad Julianto, S.Kep

ii
iii

NIM 22501060

iii
iv

HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIFITAS TERAPI QUR’ANIC HEALING TERHADAP


HALUSINASI PENDENGARAN PADA SKIZOFRENIA DI
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

RAHMAD JULIANTO, S.Kep


22.50.10.60

KIAN ini Telah Disetujui


Tanggal, Juni 2023

Pembimbing

Ns. Yeni Devita, M.Kep


NIDN. 1028068601

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIkes Payung Negeri
Pekanbaru

Ns. Rizka Febtrina, M.Kep, Sp.Kep.MB


NIDN.1028028503

iv
v

HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIFITAS TERAPI QUR’ANIC HEALING TERHADAP


HALUSINASI PENDENGARAN PADA SKIZOFRENIA DI
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU

RAHMAD JULIANTO, S.Kep


22.50.10.60

Pekanbaru, Juni 2023


Pembimbing Penguji I Penguji II

Ns. Yeni Devita, M.Kep Ns. Emulyani, M. Kep Ns. Syaparuddin Daud, S. Kep, M.M
NIDN. 1028068601 NIDN. 1003087601

Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru
Ketua,

Dr. Hj. Deswinda, S.Kep, Ns, M.Kes


NIDN. 1024027001

v
vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang
telah dilimpahkannya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan KIAN ini, yang
diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Profesi Ners STIKes Payung Negeri dengan judul “Efektifitas Terapi
Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru”. Dalam menyelesaikan KIAN ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Rizka Febtrina, M.Kep, Sp. Kep. MB, selaku ketua Prodi Profesi Ners
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Yeni Devita, M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan KIAN ini.
4. Ibu Ns. Emulyani, M. Kep, selaku dosen penguji satu dan bapak Ns.
Syaparuddin Daud, S. Kep, M.M selaku penguji dua yang telah meluangkan
waktu dan pikirannnya untuk membimbing penulis.
5. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta karena selalu
memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan program studi Profesi Ners dengan sebaik-
baiknya.
6. Teman-teman seperbimbingan, juga semua sahabat dan teman-teman yang
telah menjadi rekan selama di STIKes Payung Negeri, khususnya teman-teman
angkatan 2023 Profesi Ners yang telah banyak memberikan dorongan dalam
penyusunan KIAN ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis,

vi
vii

Aamiin ya rabbal „alamin. Harapan penulis semoga pembaca dapat


memberikan kritikan yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya
KIAN ini. Akhir kata semoga KIAN ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Pekanbaru, Juni 2023

Rahmad Julianto
22501060

vii
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv
ABSTRAK..........................................................................................................v
ABSTRACT......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................4
D. Manfaat..................................................................................................5
E. Keaslian Penulisan................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7
BAB III GAMBARAN KASUS......................................................................11
BAB IV PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN...................14
BAB V PEMBAHASAN..................................................................................22
A. Analisis Dan Diskusi Hasil.................................................................22
B. Keterbatasan Penelitian.......................................................................26
BAB VI PENUTUP..........................................................................................27
A. Kesimpulan..........................................................................................27
B. Saran....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan mental adalah kondisi sejahtera yang memungkinkan
individu untuk memenuhi potensi mereka, mampu memecahkan
permasalahan hidup,mampu melakukan pekerjaan secara efektif, dan
bermanfaat bagi masyarakat. Kesehatan mental merupakan
komponenutama dalam kesehatan dan sangat bagi kemampuan individu
maupun kolektif sebagai manusia agar dapat berpikir, berinteraksi baik
satu sama lain, mencari nafkah, dan menikmati kehidupan (WHO, 2018).
Gangguan jiwa merupakan kondisi di mana individu mengalami stres yang
tinggi dan tidak mampu dalam mengatasi masalah, baik masalah sosial,
rendahnya harga diri, rendahnya kompetensi, dan masalah dalam
berinteraksi (Fitriani et al., 2020).
Skizofrenia adalah gangguan jiwa serius yang diperkirakan
mempengaruhi 20 juta orang di semesta. Psikosis termasuk dalam
skizofrenia yang memiliki ciri distorsi dalam pemikiran, emosi, perasaan,
dan perilaku. Pengalaman psikosis yang umum terjadi seperti halusinasi
(merasakan, mendengarkan, ataupun melihat hal-hal yang tidak nyata) dan
delusi (kecurigaan dan kepercayaan yang salah). Akibat jika mengalami
gangguan tersebut dapat mempersulit orang dalam bekerja atau
berkegiatan secara normal. Selain itu, orang yang memiliki psikosis
beresiko mendapat pelanggaran hak asasi manusia seperti dikucilkan atau
kurungan jangka panjang oleh masyarakat (WHO, 2019).
Studi Kesehatan Dasar (2018) mengungkapkan bahwa di Indonesia
kasus gangguan jiwa mengalami kenaikan. Kenaikan ini ditandai dengan
peningkatan prevalensi menjadi 7 per seribu rumah tangga yang berarti 7
dari 1000 rumah tangga mengalami ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa), diperkirakan sekitar 450.000 jiwa mengalami ODGJ berat.
Skizofrenia adalah jenis penyakit mental yang sangat umum ditemui pada
era sekarang. Skizofrenia dapat dipahami sebagai gangguan kesehatan
2

mental yang tergolong gangguan psikologis berat karena menyebabkan


penurunan kemampuan individu untuk melakukan aktivitas lain dalam
kehidupan sehari-hari (Emulyani & Herlambang, 2020).
Prevalensi kejadian skizofrenia terjadi peningkatan setiap tahun.
Tahun 2013 tercatat angka skizofrenia sebanyak 2,1 juta jiwa dan
meningkat di tahun 2018 menjadi 2,3 juta jiwa dari total jumlah penduduk
dunia 7,5 miliar (WHO 2018). Indonesia juga mengalami peningkatan
jumlah skizofrenia dilaporkan sekitar 1-2% setiap tahunnya. Peningkatan
jumlah gangguan jiwa di Jawa Barat sebanyak 63% pada tahun 2018
dengan klasifikasi gangguan jiwa ringan hingga berat (Riskesdas 2018).
Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan gangguan dalam berpikir, perasaan, berpendapat, bahasa,
kesadaran diri, dan pengalaman abnormal. Awal terjadi skizofrenia antara
usia 15 dan 35 tahun, dan terdapat dua indikasi yaitu positif dan negatif.
Indikasi positif seperti halusinasi, perilaku aneh, dan gagasan yang tidak
terkontrol. Sedangkan gejala negatif seperti menjauhkan diri dari
lingkungan dan tidak adanya motivasi atau kehilangan dorongan.
Berdasarkan gejala tersebut halusinasi merupakan gejala primer pada
orang dengan skizofrenia di mana halusinasi dapat melibatkan panca
indera dan persepsi pada tubuh. Terdapat 74,13 % halusinasi pendengaran
terjadi pada orang dengan skizofrenia. Penyebab dominan pada halusinasi
yaitu stres berat sebesar 56,89% dan yang umum ketika penderita
skizofrenia sedang menyendiri sebesar 87,93% (Suryani, 2013).
Berdasarkan penelitian seseorang yang mengalami halusinasi
pendengaran dapat merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Selain itu, halusinasi akan memengaruhi fungsi-fungsi sehingga
menyebabkan masalah pada aspek biologis, sosial, dan spiritual.
Keseriusan masalah disebabkan oleh isi halusinasi pendengaran yang
dialami terkadang memberikan perintah untuk melakukan kekerasan pada
orang lain, hingga melakukan percobaan bunuh diri (Dellazizzo et al.
2018; TandonR., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E.,
3

Heckers, S., ... & Van Os 2013). Di Indonesia isi halusinasi pendengaran
kuat dikaitkan dengan pengaruh dari hal mistis seperti jin, setan dan
mahluk halus lainnya (Suryani 2013).
Terdapat 2 jenis terapi yang diberikan kepada pasien skizofrenia
yaitu terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi seperti
pemberian obat Clozaphine untuk mengatasi skizofrenia, akan tetapi
kisaran 40-60% penderita tidak mempunyai reaksi yang memuaskan
(Zainuddin & Hashari, 2019). Untuk terapi nonfarmakologi salah satunya
adalah dengan terapi aktivitas. Semacam membersihkan piring, mencuci
baju, menjemur baju, mandi, dan olahraga. Selain itu, terdapat terapi
komplementer yang bisa dijadikan alternatif terapi aktivitas yang sudah
biasa diterapkan yaitu dengan melakukan terapi Qur’anic Healing. Terapi
Qur’anic Healing ini bisa bermanfaat dalam merangsang otak, ketika
individu mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dapat memberikan respon
damai, nyaman, dan tenang (Zainuddin & Hashari, 2019).
Terapi yang dilakukan untuk mengontrol gejala halusinasi
pendengaran sudah banyak dilakukan penelitian, diantaranya: metode
EFT, Hypnoterapi, CBT, dan menunjukkan adanya penurunan yang
signifikan pada gejala halusinasi. Menurut penelitian melihat karakter
latar belakang budaya menggambarkan isi halusinasi di Indonesia
berisikan suara-suara hal gaib/ mistis maka pendekatan secara spiritual
dianggap lebih efektif mengatasi gejala halusinasi pendengaran (Gasril,
Suryani, and Sasmita 2020; Suryani 2013).
Terapi spiritual yaitu dengan Terapi Qur’anic Healing, yaitu terapi
yang diberikan dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur,an dan
memiliki niat serta keyakinan (Sumarni 2020). Terapi keagamaan
(psikoreligius) terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai
manfaat (Rahmalia 2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien
yang diberikan terapi psikoreligius dapat mengurangi gejala klinis pada
skizofrenia sehingga gejala positif lebih cepat terkontrol, lama perawatan
4

(long stay hospitalization) lebih pendek, hendaya (impairment) lebih cepat


tertatasi dan kemampuan beradaptasi lebih cepat (Rosyanti et al. 2018).
Qur’anic Healing dapat dilakukan dengan Metode Terapi Murottal
yaitu terapi bacaan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau
bahkan beberapa jam sehingga memberikan dampak positif bagi tubuh
seseorang (Rosyanti et al. 2018). Terapi Murottal dapat memberikan
stimulan yang baik terhadap otak. Ketika seseorang mendengarkan ayat
suci Al-Qur’an dapat memberikan respons rileks, tenang, dan rasa
nyaman. Terapi dengan alunan bacaan Al-Qur’an dapat dijadikan alternatif
terapi baru sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan
terapi audio lainnya karena stimulan Al-Qur’an dapat memunculkan
gelombang delta sebesar 63,11% (Abdurrachman & Andhika, 2008) dalam
(Zainuddin and Hashari 2019).
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 28
Maret 2023 di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, mendapatkan
informasi bahwa asuhan keperawatan terhadap pasien halusinasi adalah
mengidentifikasi halusinasi ke RSJ Pekanbaru, melakukan kontrol rutin
dan melakukan kegiatan kerohanian (pengajian buat Muslim dan
Kerohanian non- muslim), olahraga, senam bersama, mencuci baju,
mencuci piring, dan terapi ruqyah, adapun terapi Murottal Al-Qur’an
belum pernah dilakukan.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi Qur’anic Healing
Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Pekanbaru.
B. Rumusan masalah
Salah satu terapi nonfarmakologi salah satunya adalah dengan terapi
aktivitas. Semacam membersihkan piring, mencuci baju, menjemur baju,
mandi, dan olahraga. Selain itu, terdapat terapi komplementer yang bisa
dijadikan alternatif terapi aktivitas yang sudah biasa diterapkan yaitu
dengan melakukan terapi Qur’anic Healing. Terapi Qur’anic Healing ini
5

bisa bermanfaat dalam merangsang otak, ketika individu mendengarkan


ayat-ayat Al-Qur’an dapat memberikan respon damai, nyaman, dan
tenang. Berdasarkan fenomena diatas maka rumusan masalah dalam
penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah bagaimana Asuhan
Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap
Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menjelaskan Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi
Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.

2. Tujuan khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
b. Memaparkan hasil analisa data Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Pekanbaru.
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
f. Memaparkan hasil analisis keperawatan (sebelum dan sesudah
tindakan) Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap
6

Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa


Tampan Pekanbaru.

D. Manfaat
a. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi bagi
perkembangan ilmu keperawatan, diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi Profesi Keperawatan khususnya
dalam penerapan Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi
Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
b. Bagi tempat penelitian
Asuhan Keperawatan ini diharapkan bisa digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mencegah dan menurunkan
gejala halusinasi dengan melakukan Efektifitas Terapi Qur’anic
Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
c. Bagi pasien
Sebagai tambahan informasi serta pengetahuan tentang cara
mencegah dan menurunkan gejala perilaku kekerasan dengan
teknik nonfarmakologi, sehingga dapat dilakukan secara mandiri
jika gejala dirasakan.

E. Keaslian Panulisan
Berdasarkan pengetahuan penulis sebagai Karya Ilmiah Akhir Ners
dengan judul “Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi Qur’anic
Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru”. Penulis yakin tidak ada penelitian yang
memiliki judul KIAN yang sama dengan penulis. Mungkin ada penelitian
serupa dengan penulis yang ditulis oleh penelitian sebelumnya, seperti:
1. Pengaruh Terapi Audio Murottal Al Qur'an (Surah Al Fatihah)
Terhadap Skor Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia
7

Penelitian ini memiliki kesamaan variabel terkait murottal Al qur'an


terhadap halusinasi pada pasien skizofrenia , tetapi ada perbedaan
pada lokasi, sampel, metode dan waktu penelitian yang berbeda.
2. Efektivitas Terapi Spiritual Qur’anic Emotional Freedom Technique
(SQEFT) Terhadap Perubahan Skor Brief Psychiatric Rating Scale
(BPRS) Pada Orang Dengan Skizofrenia
Penelitian ini memiliki kesamaan variabel terkait murottal Al qur'an
terhadap halusinasi pada pasien skizofrenia , tetapi ada perbedaan
pada lokasi, sampel, metode dan waktu penelitian yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. State of Art
Pada state of art ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu
sebagai panduan penulis untuk penelitian yang akan dilakukan, yang
kemudian akan menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan
penelitian ini. Dalam state of art ini akan terdapat beberapa jurnal.
Berdasarkan jurnal ilmiah yang ditemukan hasil penelitian terkait dengan
penerapan Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi Qur’anic
Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru telah dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan antara lain :

No Peneliti Judul Tahun Metode Hasil


Terbit
1 Latifah, Pengaruh Terapi 2022 Metode penelitian Hasil penelitian didapatkan
dkk Audio Murottal menggunakan rerata, sebelum diberikan
Al-Qur'an (Surah One - group pre terapi audio murottal Al -
Al-Fatihah) and post Qur’an (Surah Al- Fatihah)
Terhadap test. sebesar 23,00 dan sesudah
Skor Halusinasi diberikan terapi rerata
Pada Pasien sebesar 19,80. Hasil uji
Skizofrenia statistik Paired sample t
test didapatkan nilai p value
= 0,003 < α 0,05.
Kesimpulan Ada pengaruh
terapi audio murottal Al -
Qur'an (Surah Al - Fatihah)
terhadap skor halusinasi
pada pasien skizofrenia di
Yayasan Mitra Mulia
Husada Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2022.

2 Shella Efektifitas Terapi 2021 Metode Quasi Hasil penelitian terdapat


Febrita Qur’anic Healing Eksperimen perbedaan antara kelompok
Puteri Terhadap Pretest- Posttest kontrol dan intervensi
Utomo, Halusinasi with Control sebelum dan setelah
dkk Pendengaran Pada Design pemberian terapi dengan
Skizofrenia nilai p-value= 0,000. Dapat
8

disimpulkan Terapi
Qur’anic Healing efektif
diberikan pada pasien
halusinasi pada skizofrenia.
3 Lika Efektivitas Terapi 2021 Metode penelitian Hasil pengujian
Hanifa, Spiritual Qur’anic yang digunakan menggunakan Wilcoxon
dkk Emotional adalah quasi pada kelompok eksperimen
Freedom eksperimen didapatkan nilai p- value
Technique dengan desain 0,001 < 0,05 yang artinya
(SQEFT) pretest- posttest terdapat pengaruh yang
Terhadap control group signifikan terapi Spiritual
Perubahan Skor design Qur'anic Emotional Free
Brief Psychiatric dom Technique (SQEFT)
Rating Scale terhadap perubahan Brief
(BPRS) Pada Psychiatric Rating Scale
Orang Dengan Skor (BPRS).
Skizofrenia

B. Konsep Halusinasi
1. Defenisi halusinasi
Halusinasi dapat diartikan sebagai terhalangnya pemahaman
pada sensori suatu individu dikarenakan tidak adanya stimulus pada
orang tersebut (Sekartini, 2019). Tipe-tipe halusinasi yang sering
muncul adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan,
halusinasi penciuman, dan halusinasi pengecapan. Tandanya pasien
dapat merasakan sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain
dan sebenarnya hal tersebut tidak ada, pasien melihat ada bayangan
hitam besar yang menakutkan padahal hal tersebut tidak ada, pasien
mendengarkan ada suara padahal tidak ada sumber suara, pasien
mencium ada bau-bauan padahal orang lain tidak merasakannya,
pasien mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun, dan
pasien juga merasakan ada sensasi rabaan padahal tidak terdapat
stimulus apapun di kulit.
2. Faktor penyebab halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi adalah faktor resiko yang sudah ada pada diri
individu yang dapat menimbulkan adanya gangguan jiwa.
9

1) Faktor Perkembangan
Seseorang yang memiliki tekanan sejak kecil karena
rendahnya kehangatan dalam keluarga sehingga klien tidak
dapat melakukan aktivitas secara mandiri, tidak adanya
kepercayaan diri, rentan dalam mengalami stress, dan mudah
frustasi.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungannya
sejak ia lahir, merasa asing, tersingkirkan, kesepian, dan tidak
memiliki kepercayaan pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Tidak seimbangnya antara acetylcholine dan dopamine
yang disebabkan oleh stres berlebihan pada seseorang yang
dapat menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,
sehingga tubuh dapat menghasilkan zat halusinogenik
neurokimia seperti Buffenon dan Dimetytranferase (DPM).
4) Faktor Psikologis
Memiliki kepribadian tidak bertanggung jawab dan lemah
membuat seseorang terjerumus pada tindakan yang
membahayakan dirinya sendiri seperti penyalahgunaan zat
adiktif. Hal ini akan berdampak pada ketidakmampuan orang
itu dalam mengambil suatu keputusan, lebih memilih pada
kesenangan semu seperti alam khayalnya daripada alam nyata.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Orangtua yang terkena skizofrenia dalam mengasuh
anaknya yang sehat, maka anak tersebut cenderung juga akan
mengalami skizofrenia. Berdasarkan hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga dapat berpengaruh pada penyakit ini.
10

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor resiko yang dipersepsikan oleh
individu sebagai ancaman atau tantangan yang membutuhkan
energi lebih dalam menanganinya.
1) Fisik
Adanya kelelahan pada tubuh, mengalami kecemasan
sedang hingga berat, dan adanya penolakan diri sendiri
mengakibatkan terjadinya halusinasi.
2) Lingkungan
Memiliki lingkungan yang gaduh dan klien melakukan
isolasi sosial dengan cara menarik diri untuk bersosialisasi,
akan memicu klien untuk melakukan komunikasi interpersonal.
3) Perilaku
Klien memiliki respon curiga, merasa terancam, ketakutan,
mencelakai diri sendiri, kurang memperhatikan, tidak memiliki
kemampuan dalam mengambil keputusan dan tidak
mampu membedakan antara yang nyata dan tidak.

3. Dimensi-Dimensi Halusinasi
a. Dimensi Fisik
Kondisi fisik dapat menimbulkan halusinasi, seperti kelelahan
yang hebat dengan demam sampai tingkat kesadaran delirium,
intoksisasi alkohol serta kesulitan tidur dalam kurun waktu yang
lama.
b. Dimensi Emosional
Penyebab halusinasi itu terjadi sebab adanya rasa takut berlebih
akibat pasien tidak bisa menemukan solusi dalam suatu masalah.
Halusinasi tersebut memerintahkan pasien untuk berbuat sesuatu
terhadap dirinya termasuk sesuatu yang mengancam nyawanya.
11

c. Dimensi Intelektual
Dimensi ini menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami
halusinasi akan mengalami penurunan pada kegunaan ego.
Mulanya, halusinasi ini adalah upaya ego dalam mencegah
dorongan yang menindas, tetapi juga menghasilkan gairah yang
dapat mengatur semua kepedulian pasien dan sering mengontrol
perilaku pasien secara global.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan dalam berinteraksi dan kurangnya
kenyamanan dengan lingkungan sosialnya dikarenakan klien
merasa bahwa bersosialisasi sangat membahayakan. Klien sudah
merasakan kesenangan dengan dunia halusinasinya, seolah-olah
halusinasi tersebut merupakan tempat ternyaman dalam
berinteraksi sosial dan mengontrol diri yang tidak akan didapatkan
di dunia nyata. Jika halusinasi tersebut berupa sebuah ancaman
yang dapat melukai klien atau orang lain, maka penting sekali
dalam memberikan intervensi keperawatan yaitu dengan cara
mengupayakan klien untuk berinteraksi sosial di dunia nyata
dengan orang-orang dan memberikan pengalaman yang
menyenangkan untuk klien, serta tidak membiarkan klien untuk
menyendiri dan selalu berinteraksi dengan orang lain.
e. Dimensi Spiritual
Klien mulai merasakan kekosongan dalam hidup, tidak ada
gairah dalam aktivitas ibadah, dan jarang mendekatkan diri secara
spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering mengalami susah
tidur dan jika bangun sudah menunjukkan waktu siang hari. Klien
sering menyalahkan takdir dan cenderung menyalahkan orang lain
mengenai keadaannya yang memburuk.
12

4. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi ini merupakan halusinasi yang paling tidak jarang
ditemui, halusinasi pendengaran bisa berbentuk suara mendengung
yang tidak memiliki makna. Namun, ini tidak jarang terjadi pada
penderita halusinasi pendengaran sebagai kalimat yang tak
bermakna. Akibat adanya suara tersebut, pasien sering berselisih
dan bertarung terhadap ucapan-ucapan itu.
b. Halusinasi Penglihatan
Delirium menjadi salah satu penyebab timbulnya halusinasi
ini. Umumnya, halusinasi ini kerap hadir bebarengan dengan
turunnya tingkat sadar yang dialami pasien yang menimbulkan rasa
takut karena adanya gambar yang menakutkan. Di mana hanya
pasien saja yang melihat gambar tersebut, sedangkan orang lain
tidak dapat melihatnya.
c. Halusinasi Penciuman
Halusinasi ini seperti merasa merasakan adanya bau-bau
sesuatu yang kurang enak dan pada kenyataannya tidak ada bau
tersebut. Pasien dapat mencium bau tersebut sedangkan orang lain
tidak dapat mencium nya.
d. Halusinasi Pengecapan
Halusinasi ini merupakan halusinasi yang jarang terjadi.
Halusinasi ini menyebabkan pasien merasakan sedang mengecap
sesuatu padahal sebenarnya tidak terdapat makanan yang sedang
dikunyah.
e. Halusinasi Perabaan
Halusinasi ini menyebabkan pasien merasa sedang disentuh,
diraba, dan ditiup seperti ada hewan yang bergerak di kulit.
13

f. Halusinasi Kinestetik
Halusinasi ini menyebabkan pasien merasa jika badannya
bergerak-gerak padahal tidak sama sekali. Ia merasa bahwa
anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya dan bergerak sendiri.
g. Halusinasi Viseral
Halusinasi ini biasanya menyebabkan pasien memiliki
perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

C. Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan mental psikotik yang memiliki


indikasi positif, negatif, dan kognitif seperti musnahnya emosi afektif atau
respon emosional dan menghindari diri dari lingkungan, sering kali juga
diikuti dengan keyakinan yang salah dan halusinasi (Zainuddin & Hashari,
2019). Menurut Sekartini (2019) skizofrenia adalah suatu penyakit
neurologis yang terjadi pada seseorang bisa memengaruhi persepsi,
bahasa, emosi, cara berpikir, dan berperilaku sosial di masyarakat.
Menurut DSM 5 skizofrenia merupakan sekumpulan gejala yang terjadi
secara berulang- ulang minimal 6 bulan dengan ciri-ciri seperti adanya
gejala negatif (pengagungan, alogia, afektif yang datar), kemrosotan dalam
hubungan sosial, hubungan interpersonal, pekerjaan, delusi, dan
halusinasi. Skizofrenia adalah gangguan psikotik parah yang memiliki ciri
dengan adanya perubahan pada berpikir, afektif, emosi, dan tindakan
penderitanya (Rosyanti, Hadju, et al., 2018).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diambil kesimpulan yaitu


skizofrenia adalah sebuah gangguan mental yang dapat mempengaruhi
persepsi, bahasa, emosi, cara berpikir, dan berperilaku sosial di kehidupan
masyarakat.

D. Konsep Qur’anic Healing


Qur’anic Healing merupakan terapi nonfarmakologi yang dapat
diberikan pada pasien gangguan jiwa. Terapi ini bagian dari terapi
14

modalitas yaitu psikoreligius (Gasril, Suryani, and Sasmita 2020).


Berdasarkan kajian literatur ditemukan psikoreligius efektif dapat
menurunkan gejala positif pada gangguan jiwa skizofrenia (Devina 2020).
Qur’anic Healing dengan mendengarkan Murottal Surat Ar- Rahman
dapat memberikan dampak positif bagi tubuh dan menumbuhakan rasa
ketenangan dan nyaman. Pada pasien yang mengalami halusinasi, terjadi
ketidakseimbangan hormon dopamin sehingga timbulnya persepsi yang
salah meskipun tidak ada stimulus dari luar (Zainuddin and Hashari 2019).
Berdarkan hasil penelitian Terapi Qur’anic healing dengan
mendengarkan Murotal Surat Ar-Rahman dapat merangsang otak untuk
menurunkan hormon stres, dan mengaktifkan pengeluaran hormon
endrofin alami yaitu serotonin sehingga dampak yang di rasakan oleh
tubuh yaitu rasa ketenangan, lebih fokus, hilangnya perasaan cemas dan
tegang (Al-Kaheel 2013). Individu yang teratur mendengarkan ayat suci
al- quran dapat menurunkan tingkat depresi (Ahmad, 2010). Quranic
healing terbukti efektif dapat menurunkan frekuensi gejala halusinasi pada
pasien skizofrenia. Membaca dan mendengarkan lantunan ayat suci Al
Qur’an menstabilkan getaran neuron dan menurunkan hormon kortisol
sehingga muncul rasa ketenangan. Hal ini dapat memberikan efek pada
responden sehingga mampu mengontrol halusinasinya (Wahid and
Nashori 2021).
Pengukuran dilakukan di pagi hari setelah responden melakukan
kegiatan makan, mandi, dan minum obat dengan mendengarkan lantunan
ayat suci Al-Quran Surat Ar-Rahman sekitar 15 menit selama 6 hari.
Terapi ini dilakukan di ruangan perawatan, terpisah dengan pasien lainnya
dengan suasana yang tenang dan kondusif. Pengukuran dilakukan dua kali
sebelum dilakukan dan setelah dilakukan terapi pada kelompok intervensi.
Pengukuran kelompok kontrol juga dilakukan dua kali tanpa memberikan
intervensi.
BAB III
GAMBARAN KASUS

A. Gambaran Kasus 1
Seorang laki- laki berinisial Tn. S 36 tahun, datang ker RSJ
Tampan melalui IGD pada tanggal 1 Maret 2023. Tn. S merupakan
gelandangan karena bercerai dengan istrinya. Tn. S mengatakan
mendengar suara bisikan orang yang dikenal, Tn. S juga mengatakan
peraturan diindonesia tidak sama, Tn. S mengatakan hal tersebut ingin
disamakan. Tn. S mengatakan tengkuknya terasa sakit. Tn. S pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan pengobatanya berhasil di
Rumah Sakit Sunalingkar Medan. Keluarga Tn. S tidak memiliki riwayat
gangguan jiwa hubungan baik dan tidak ada masalah. Tn. S mengatakan
hal yang tidak menyenangkan dimasa lalu adalah bercerai dengan istrinya
pada tahun 2017.
Hasil pemeriksaan fisik TD : 140/95, N : 95, S : 36,7, RR : 21,
TB : 167, BB : 64 Kg, kepala terasa pusing dan tengkuk terasa sakit. Tn. S
memiliki 3 saudara dan Tn. S merupakan anak kedua. Tn. S mengatakan
merasa malu karena jelek. Tn. S mengatakan orang yang paling berarti
adalah anak. Pembicaraan cepat tidak mampu memulai pembicaraan,
tampak gelisah dan sesekali menutup telinga dan mendengar suara yang
dikenal, perasaan sedih karena tidak tau informasi kapan pulang, afek
tampak datar. Persepsi pendengaran, isi pikir ide yang terkait. Tampak
bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang. Memori mengalami
gangguan daya ingat jangka pendek. Tingkat konsentarsi mudah beralih
dan Tn. S mengingkari penyakit yang di derita.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 01 Maret
2023 diagnosa keperawatan yang diangkat dengan menggunakan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
12

1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran


Data subjektif
a. Pasien mengatakan medengar suara yang seperti dikenal
Data objektif
a. Tampak gelisah
b. Sesekali menutup telinga
2. Harga Diri Rendah Kronik
Data subjektif
b. Pasien mengatakan merasa malu karena jelek
Data objektif
c. Tampak gelisah
d. Sulit berkonsentrasi

B. Gambaran Kasus 2
Seorang laki- laki berinisial Tn. S 32 tahun, datang ker RSJ
Tampan melalui IGD pada tanggal 2 Maret 2023. Tn. S masuk melalui
IGD dibawa oleh kakeknya. Kakeknya mengatakan Tn. S mengamuk dan
memukul orang kecuali sama tetangga dan temannya. Tn. S mengatakan
mendengar bisikan suara pada saat malam hari sebelum tidur. Sebelumnya
Tn. S pernah bertengkar dengan pasien lainnya, Tn. S mengatakan bisikan
balas dendam. Bisikan tersebut datang selama 15 menit dan menutup
telinganya dan Tn. S sudah pernah dirawat selama 3 bulan. Tn. S pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu pengobatan sebelumnya tidak
berhasil, mengalami trauma aniaya fisik menjadi korban kekerasan dalam
keluarga. Anggota juga memiliki riwayat gangguan jiwa yaitu abang
iparnya. Tn. S mengatakan pernah dipukul oleh abang kandungnya dan
ayah karena bertengkar dengan ibunya.
Hasil pemeriksaan fisik TD : 127/85, N : 95, S : 36,7, RR : 21,
TB : 165, BB : 60 Kg. Tn. S memiliki 5 bersaudara. Tn. S merasa malu
karena kulit tampak hitam. Tampilan rapi dan bersih. Pembicaraan cepat,
tampak lesu, ketakutan, afek datar, mengalami persepsi pendengaran,
13

proses pikir pengulangan pembicaraan, mengalami fobia dan tampak


bingung, disorientasi orang, mengalami gangguan daya ingat saat ini,
tingkat konsentrasi mudah beralih, menyalahkan hal-hal diluar dirinya Tn.
S menyalahkan kakek yang marah- marah terus.
1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
Data subjektif
a. Pasien mengatakan medengar suara mengatakan mendengar
bisikan suara pada saat malam hari sebelum tidur
b. Pasien mengatakan medengar suara balas dendam
Data objektif
a. Tampak gelisah
b. Sesekali menutup telinga
2. Harga Diri Rendah Kronik
Data subjektif
a. Pasien mengatakan merasa malu karena kulit hitam
Data objektif
c. Tampak gelisah
d. Sulit berkonsentrasi
3. Risiko Perilaku Kekerasan
Data subjektif
a. Pasien mengatakan sering di pukul oleh abang dan ayahnya
karena bertengkar dengan ibunya
b. Pasien mengatakan pernah bertengkar dengan pasien lainnya
Data objektif
a. Pembicaraan cepat
b. Ketakutan
c. Menyalahkan orang lain dan mengamuk
BAB IV
PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada bab ini penulis menjelaskan intervensi keperawatan yang akan
diterapkan dengan evidence based yaitu penerapan Asuhan Keperawatan Dalam
Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen Pretest- Posttest
with Control Design. Jumlah pasien yang diambil sebanyak 2 orang pasien.
Pengukuran dilakukan di pagi hari setelah responden melakukan kegiatan makan,
mandi, dan minum obat dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran Surat
Ar-Rahman sekitar 15 menit selama 6 hari. Terapi ini dilakukan di ruangan
perawatan, terpisah dengan pasien lainnya dengan suasana yang tenang dan
kondusif. Pengukuran dilakukan dua kali sebelum dilakukan dan setelah
dilakukan terapi pada kelompok intervensi. Pengukuran kelompok kontrol juga
dilakukan dua kali tanpa memberikan intervensi. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur halusinasi yaitu AHRS terdiri dari 11 item pertanyaan yang di
kembangkan oleh Hoffman et al., 2003).
Selain itu, prinsip dan etika dilakukan melalui persamaan persepsi pada
enumerator pengambilan data. Terapi yang diberikan selama 6 hari dilakukan di
pagi hari setelah klien makan dan minum obat, dengan durasi waktu 30 menit
setiap sesi. Pengambilan data dilakukan saat awal dan akhir dari sesi yang
dilakukan pada kelompok kontrol dan intervensi.
Dilakukan intervensi dengan memberiakan terapi quranic healing surat Ar –
Rahman pada kelompok intervensi sebanyak 2 orang dengan skizofrenia diagnosa
keperawatan halusinasi pendengaran. Intervensi dilakukan selama 6 hari dengan
durasi waktu selama 30 menit setiap sesi di pagi hari atau setelah responden
makan dan minum obat. Hasil penelitian menunjukan terdapat penurunan skor
halusinasi. Sebelum dilakukan intervensi rata- rata skor halusinasi berada pada
21,50 setelah diberikan intervensi terjadi penurunan skor menjadi 10,06. Qur’anic
Healing merupakan terapi nonfarmakologi yang dapat diberikan pada pasien
gangguan jiwa. Terapi ini bagian dari terapi modalitas yaitu psikoreligius (Gasril,
15

Suryani, and Sasmita 2020). Berdasarkan kajian literatur ditemukan psikoreligius


efektif dapat menurunkan gejala positif pada gangguan jiwa skizofrenia (Devina
2020). Qur’anic Healing dengan mendengarkan Murottal Surat Ar- Rahman dapat
memberikan dampak positif bagi tubuh dan menumbuhakan rasa ketenangan dan
nyaman. Pada pasien yang mengalami halusinasi, terjadi ketidakseimbangan
hormon dopamin sehingga timbulnya persepsi yang salah meskipun tidak ada
stimulus dari luar (Zainuddin and Hashari 2019).
Diberikan Intervensi terapi Murotal Al- Qur’an pada pasien skizofrenia
dengan halusinasi pendengaran responden pada kelompok intervensi menunjukan
gejala terkadang berbicara sendiri, seperti sedang berkomunikasi dengan orang
lain secara berbisik- bisik, dan rerata skor yang dihasilkan adalah 21,5.
Berdasarkan gejala dan skor berada pada fase condemning. Apabila dinilai
menggunakan skor rufa responden pada kelompok intervensi berada pada kondisi
RUFA 3 (21-30). Setelah diberikan terapi kelompok intervensi menunjukkan
terjadi penurunan rerata skor halusinasi pendengaran menjadi 10,6.
Gejala yang ditunjukan yaitu responden lebih tenang, tidak tampak
berbicara sendiri, konsentrasi lebih fokus. Berbeda dengan kelompok kontrol yang
tidak diberikan terapi selama 6 kali dalam 6 hari, rerata skor halusinasi pada awal
pengkajian adalah 20,11 dan setelah 6 hari dikaji kembali rerata skor halusinasi
pendegaran menjadi 15,72 yaitu terjadi penurunan skor halusinasi, namun tidak
sebesar kelompok intervensi Hal ini terbukti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap skor hausinasi pendengaran pada pasien skizofrenia dengan
pemberian Terapi Murotal Surat Ar- Rahman. Mendengarkan Murotal Surat Ar-
Rahman pada seorang individu dapat memberikan rangsangan otak karena
terdapat gelombang suara yang mengalir.
Menurut penelitian apabila dilihat menggunakan suatu alat EEG
electrochephalograph akan terlihat bagaimana perubahan reaksi otak berupa
frekuensi beta, yaitu suatu gelombang yang melebihi dari 12 – 20 Hz menjadi alfa
8 – 12 Hz. Perubahan gelombang inilah yang dapat memberikan rasa nyaman,
rileks dan tenang akibat dari pengeluaran hormon penurun stres. Apabila
diberikan dalam waktu yang lama, dan teratur maka perubahan gelombang akan
16

mencapai gelombang delta yaitu 0,5- 4 HZ kondisi ini akan memberikan tingkat
rileks yang lebih dalam sehingga terjadi perubahan skor halusinasi dan penurunan
rasa depresi. Gelombang delta merupakan suatu gelombang utama yang berperan
untuk mengatur aktivitas istrahat individu dan dapat mempengaruhi perubahan
perilaku sehingga terjadi penurunan skor halusinasi.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis dan Diskusi Hasil


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber yang mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
pasien (Potter dan Perry, 2015).
Pada saat melakukan pengkajian Tn. S pembicaraan cepat tidak
mampu memulai pembicaraan, tampak gelisah dan sesekali menutup
telinga dan mendengar suara yang dikenal, perasaan sedih karena tidak
tau informasi kapan pulang, afek tampak datar. Persepsi pendengaran
tampak bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang. Memori
mengalami gangguan daya ingat jangka pendek. Tingkat konsentarsi
mudah beralih dan Tn. S mengingkari penyakit yang di derita. Tn. S
mengatakan mendengar bisikan suara pada saat malam hari sebelum
tidur.
Halusinasi dapat diartikan sebagai terhalangnya pemahaman pada
sensori suatu individu dikarenakan tidak adanya stimulus pada orang
tersebut (Sekartini, 2019). Skizofrenia adalah gangguan mental psikotik
yang memiliki indikasi positif, negatif, dan kognitif seperti musnahnya
emosi afektif atau respon emosional dan menghindari diri dari
lingkungan, sering kali juga diikuti dengan keyakinan yang salah dan
halusinasi (Zainuddin & Hashari, 2019).
Berdasarkan data diatas kesimpulan antara teori dan kasus tidak
ada kesenjangan karena didapatkan data dari kasus sama dengan teori
baik dari faktor penyebab, pencetus dan tanda gejala yang sama.
23

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah langkah kedua dari proses
keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap masalah
klien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan. Pada diagnosa keperawatan secara teori terdapat 8
diagnosa yaitu, risiko tinggi mencederai orang lain, Perilaku kekerasan,
Gangguan harga diri kronis, Isolasi sosial, Perubahan persepsi sensori
halusinasi, Koping individu tidak efektif, infektif proses terapi, berduka
disfungsional (Arisandy, W., & Juniarti, 2020).
Berdasarkan teori dan tinjauan teoritis terdapat beberapa ,masalah
keperawatan pada pasien Tn. S dan Tn. S Sesuai dengan data subjektif
dan data objektif maka dapat dirumuskan masalah keperawatan
a. Halusinasi pendengaran
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronik
Diagnosa prioritas yang diangkat berdasarkan core problem
pada pohon masalah dari kedua pasien adalah halusinasi pendengaran
yang ditandai dengan respon subjektif klien pembicaraan cepat tidak
mampu memulai pembicaraan, tampak gelisah dan sesekali menutup
telinga dan mendengar suara yang dikenal, perasaan sedih karena tidak
tau informasi kapan pulang, afek tampak datar. Persepsi pendengaran
tampak bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang. Memori
mengalami gangguan daya ingat jangka pendek. Tingkat konsentarsi
mudah beralih penyebab dari halusinasi pada kasus ini yaitu harga diri
rendah, dibuktikan dengan adanya pengalaman penganiayaan dimasa
lalu. Selain itu, adanya riwayat masuk rumah sakit jiwa membuat klien
malu karena gangguan jiwanya, klien malu. Menurut (Batubara, 2021)
bahwa yang menjadi etiologi dari halusinasi menyebabkan terjadinya
resiko perilaku kekerasan yaitu harga diri rendah. Harga diri rendah
dapat menjadikan individu menganggap dirinya negatif, tidak sempurna
24

dan berbeda dengan orang lain. Hal tersebut berdampak pada resiko
mencederai diri, orang lain maupun lingkungan. Menurut penulis ada
kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena pada kasus nyata yang
terdapat pada pasien hanya 3 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
keadaan pasien saat ini.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Intervensi (perencanaan) adalah katagori
dalam perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada pasien
dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry,
2015). Intervensi keperawatan halusinasi sebagai berikut kegiatan
mengenal halusinasi, mengajarkan pasien bercakap- cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktifitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi.
Qur’anic Healing merupakan terapi nonfarmakologi yang dapat
diberikan pada pasien gangguan jiwa. Terapi ini bagian dari terapi
modalitas yaitu psikoreligius (Gasril, Suryani, and Sasmita 2020).
Berdasarkan kajian literatur ditemukan psikoreligius efektif dapat
menurunkan gejala positif pada gangguan jiwa skizofrenia (Devina
2020). Qur’anic Healing dengan mendengarkan Murottal Surat Ar-
Rahman dapat memberikan dampak positif bagi tubuh dan
menumbuhakan rasa ketenangan dan nyaman. Pada pasien yang
mengalami halusinasi, terjadi ketidakseimbangan hormon dopamin
sehingga timbulnya persepsi yang salah meskipun tidak ada stimulus
dari luar (Zainuddin and Hashari 2019).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap perawat memulai kegiatan dan
melakukan tindakan-tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
pada pasien berdasarkan intervensi yang telah direncanakan (Yosep,
2016). Pelaksanaan implementasi yang dapat dilakukan pada pasien
25

dengan resiko perilaku kekerasan ialah dengan melakukan strategi


pelaksanaan dan dilanjutkan dengan Qur’anic Healing.
Pengukuran dilakukan di pagi hari setelah responden melakukan
kegiatan makan, mandi, dan minum obat dengan mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Quran Surat Ar-Rahman sekitar 15 menit selama
6 hari. Terapi ini dilakukan di ruangan perawatan, terpisah dengan
pasien lainnya dengan suasana yang tenang dan kondusif. Pengukuran
dilakukan dua kali sebelum dilakukan dan setelah dilakukan terapi pada
kelompok intervensi. Pengukuran kelompok kontrol juga dilakukan dua
kali tanpa memberikan intervensi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan yang sudah berhasil dicapai.
Pengukuran dilakukan di pagi hari setelah responden melakukan
kegiatan makan, mandi, dan minum obat dengan mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Quran Surat Ar-Rahman sekitar 15 menit selama
6 hari. Terapi ini dilakukan di ruangan perawatan, terpisah dengan
pasien lainnya dengan suasana yang tenang dan kondusif. Pengukuran
dilakukan dua kali sebelum dilakukan dan setelah dilakukan terapi pada
kelompok intervensi. Pengukuran kelompok kontrol juga dilakukan dua
kali tanpa memberikan intervensi.
Menurut penelitian apabila dilihat menggunakan suatu alat EEG
electrochephalograph akan terlihat bagaimana perubahan reaksi otak
berupa frekuensi beta, yaitu suatu gelombang yang melebihi dari 12 –
20 Hz menjadi alfa 8 – 12 Hz. Perubahan gelombang inilah yang dapat
memberikan rasa nyaman, rileks dan tenang akibat dari pengeluaran
hormon penurun stres. Apabila diberikan dalam waktu yang lama, dan
teratur maka perubahan gelombang akan mencapai gelombang delta
yaitu 0,5- 4 HZ kondisi ini akan memberikan tingkat rileks yang lebih
dalam sehingga terjadi perubahan skor halusinasi dan penurunan rasa
26

depresi. Gelombang delta merupakan suatu gelombang utama yang


berperan untuk mengatur aktivitas istrahat individu dan dapat
mempengaruhi perubahan perilaku sehingga terjadi penurunan skor
halusinasi.

B. Keterbatasan Pelaksanaan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah mahasiswa sulit dalam
penerapan intervensi dikarenakan untuk mengatur posisi yang di lakukan
secara manual dan menenangkan pasien agar tetap fokus dengan apa yang
mereka dengarkan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada saat melakukan pengkajian Tn. S pembicaraan cepat tidak
mampu memulai pembicaraan, tampak gelisah dan sesekali menutup
telinga dan mendengar suara yang dikenal, perasaan sedih karena tidak tau
informasi kapan pulang, afek tampak datar. Persepsi pendengaran tampak
bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang. Memori mengalami
gangguan daya ingat jangka pendek. Tingkat konsentarsi mudah beralih
dan Tn. S mengingkari penyakit yang di derita. Tn. S mengatakan
mendengar bisikan suara pada saat malam hari sebelum tidur.
Halusinasi dapat diartikan sebagai terhalangnya pemahaman pada
sensori suatu individu dikarenakan tidak adanya stimulus pada orang
tersebut (Sekartini, 2019). Skizofrenia adalah gangguan mental psikotik
yang memiliki indikasi positif, negatif, dan kognitif seperti musnahnya
emosi afektif atau respon emosional dan menghindari diri dari lingkungan,
sering kali juga diikuti dengan keyakinan yang salah dan halusinasi
(Zainuddin & Hashari, 2019).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut hasil pengkajian didapatkan diagnosis keperawatan yang
muncul pada pasien yaitu:
a. Halusinasi pendengaran
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronik
3. Intervensi Keperawatan
Qur’anic Healing dengan mendengarkan Murottal Surat Ar-
Rahman dapat memberikan dampak positif bagi tubuh dan menumbuhakan
rasa ketenangan dan nyaman. Pada pasien yang mengalami halusinasi,
terjadi ketidakseimbangan hormon dopamin sehingga timbulnya persepsi
28

yang salah meskipun tidak ada stimulus dari luar (Zainuddin and Hashari
2019).
4. Implementasi Keperawatan
Pengukuran dilakukan di pagi hari setelah responden melakukan
kegiatan makan, mandi, dan minum obat dengan mendengarkan lantunan
ayat suci Al-Quran Surat Ar-Rahman sekitar 15 menit selama 6 hari.
Terapi ini dilakukan di ruangan perawatan, terpisah dengan pasien lainnya
dengan suasana yang tenang dan kondusif. Pengukuran dilakukan dua kali
sebelum dilakukan dan setelah dilakukan terapi pada kelompok intervensi.
Pengukuran kelompok kontrol juga dilakukan dua kali tanpa memberikan
intervensi.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut penelitian apabila dilihat menggunakan suatu alat EEG
electrochephalograph akan terlihat bagaimana perubahan reaksi otak
berupa frekuensi beta, yaitu suatu gelombang yang melebihi dari 12 – 20
Hz menjadi alfa 8 – 12 Hz. Perubahan gelombang inilah yang dapat
memberikan rasa nyaman, rileks dan tenang akibat dari pengeluaran
hormon penurun stres. Apabila diberikan dalam waktu yang lama, dan
teratur maka perubahan gelombang akan mencapai gelombang delta yaitu
0,5- 4 HZ kondisi ini akan memberikan tingkat rileks yang lebih dalam
sehingga terjadi perubahan skor halusinasi dan penurunan rasa depresi.
Gelombang delta merupakan suatu gelombang utama yang berperan untuk
mengatur aktivitas istrahat individu dan dapat mempengaruhi perubahan
perilaku sehingga terjadi penurunan skor halusinasi.

B. Saran
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti dalam mengetahui bagaimana
Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran
Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
29

2. Bagi Penelitian Selanjutnya


Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya, dana dapat memberikan informasi dalam
mengamati dan menganalisa kondisi dan fenomena yang terjadi
terutama yang berkaitan pada bagaimana untuk meningkatkan
Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran
Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru
3. Bagi Institusi Pendidikan
Saran peneliti adalah agar penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam
keperawatan jiwa terutama meningkatkan Efektifitas Terapi Qur’anic
Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
DAFTAR PUSTAKAS

Al-Kaheel, Abdel Daem. 2013. Pengobatan Qur’ani, Manjurnya Berobat Dengan


Al- Qur’an. 2nd ed. Jakarta: Amzah.
Costas, J., Carrera, N., Domínguez, E., Vilella, E., Martorell, L., Valero, J., ... &
Carracedo, Á. 2009. “A Common Haplotype of DRD3 Affected by Recent
Positive Selection Is Associated with Protection from Schizophrenia.”
124(6): 607–13.
Dellazizzo, Laura et al. 2018. “Avatar Therapy for Persistent Auditory Verbal
Hallucinations in an Ultra-Resistant Schizophrenia Patient: A Case Report.”
Frontiers in Psychiatry 9(APR)
Devina, Yeni. 2020. “Terapi Al- Quran Dalam Mengontrol Halusinasi Pada
Pasien Skizofrenia.” jurnal kesehatan 11(111– 114).
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. 1st ed.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Gasril, Pratiwi, Suryani Suryani, and Heppi Sasmita. 2020. “Pengaruh Terapi
Psikoreligious: Dzikir Dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada
Pasien Skizofrenia Yang Muslim Di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
Riau.” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 20(3): 821.
Mardiati, Elita, Sabrian. 2017. “Pengaruh Terapi Psikoreligius : Membaca Al
Fatihahterhadap Skor Stuart (2012 ) Mendefinisikan Halusinasi Sebagai
Distorsipersepsipalsu Yang Terjadipadarespon Neurobiology Yang
Maladaptive . Lanjutan Oleh Perawat Jiwa Untuk Melaksanakan Terapi
Yang Diguna.” Jurnal Kesehatan 8(1).
Nurya, Kumala. 2019. “Jenis Halusinasi Yang Dominan Pada Klien Dengan
Skizofrenia Hebefrenik Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya 1.” Jurnal
Kesehatan XII(1): 7–11.
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Rahmalia, Indah Dewanti. 2020. “Efektivitas Terapi Mendengarkan Murottal Al-
Qur’an Surat Ar-Rahman Untuk Meningkatkan Ketenangan Jiwa Pada
Informal Caregiver Skizofrenia.” Jurnal Universtas Islam Indonesia.
Riskesdas. 2018. “Laporan Nasional 2018.”
Rosyanti, Lilin, Veny Hadju, Indriono Hadi, and Syahrianti Syahrianti. 2018.
“Pendekatan Terapi Spiritual Al-Quranic Pada Pasien Skizoprenia Tinjauan
Sistematis.” Health Information : Jurnal Penelitian 10(1): 39–52.
https://myjurnal.poltekkes-kdi. ac.id/index.php/HIJP/article/view/103.
Stuart, GW. 2016. Prinsip Dan Praktek Keperawatan Jiwa Stuart. elsivier.
Sumarni, Sumarni. 2020. “Proses Penyembuhan Gejala Kejiwaan Berbasis
Islamic Intervention Of Psychology.” NALAR: Jurnal Peradaban dan
Pemikiran Islam 3(2): 134–47.
Suryani, Suryani. 2013. “Pengalaman Penderita Skizofrenia Tentang Proses
Terjadinya Halusinasi Suryani.” Jurnal Keperawatan Padjadjaran v1(n1):
1–9
TandonR., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E., Heckers, S., ... &
Van Os, J. 2013. “Definition and Description of Schizophrenia in the DSM
5.” Schizophrenia research 150(1): 3–10.
Wahid, Abdi Winarni, and Fuad Nashori. 2021. “The Effectiveness of Al-Quran
Surah Ar-Rahman Murottal Listening Therapy for Improving Positive
Emotions on Informal Caregivers of Schizophrenia.” Proceedings of the
International Conference on Psychological Studies (ICPSYCHE 2020)
530(Icpsyche 2020): 264–71.S
WHO. 2018. “The World Health Report: 2018: Mental Health.”
Zainuddin, Ricky, and Rahmiyanti Hashari. 2019. “Efektifitas Murotal Terapi
Terhadap Kemandirian Mengontrol Halusinasi Pendengaran.” jurnal
keperawatan
Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai