KIAN - Rahmad Julianto 1-6
KIAN - Rahmad Julianto 1-6
KIAN
i
ii
Menyatakan bahwa yang sebenarnya Karta Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang
saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apa bila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan KIAN ini
merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertangung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi atas perbuatan yang tidak terpuji tersebut.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan sama sekali.
ii
iii
NIM 22501060
iii
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIkes Payung Negeri
Pekanbaru
iv
v
HALAMAN PENGESAHAN
Ns. Yeni Devita, M.Kep Ns. Emulyani, M. Kep Ns. Syaparuddin Daud, S. Kep, M.M
NIDN. 1028068601 NIDN. 1003087601
Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru
Ketua,
v
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang
telah dilimpahkannya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan KIAN ini, yang
diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Profesi Ners STIKes Payung Negeri dengan judul “Efektifitas Terapi
Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru”. Dalam menyelesaikan KIAN ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Rizka Febtrina, M.Kep, Sp. Kep. MB, selaku ketua Prodi Profesi Ners
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Yeni Devita, M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan KIAN ini.
4. Ibu Ns. Emulyani, M. Kep, selaku dosen penguji satu dan bapak Ns.
Syaparuddin Daud, S. Kep, M.M selaku penguji dua yang telah meluangkan
waktu dan pikirannnya untuk membimbing penulis.
5. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta karena selalu
memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan program studi Profesi Ners dengan sebaik-
baiknya.
6. Teman-teman seperbimbingan, juga semua sahabat dan teman-teman yang
telah menjadi rekan selama di STIKes Payung Negeri, khususnya teman-teman
angkatan 2023 Profesi Ners yang telah banyak memberikan dorongan dalam
penyusunan KIAN ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis,
vi
vii
Rahmad Julianto
22501060
vii
viii
DAFTAR ISI
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan mental adalah kondisi sejahtera yang memungkinkan
individu untuk memenuhi potensi mereka, mampu memecahkan
permasalahan hidup,mampu melakukan pekerjaan secara efektif, dan
bermanfaat bagi masyarakat. Kesehatan mental merupakan
komponenutama dalam kesehatan dan sangat bagi kemampuan individu
maupun kolektif sebagai manusia agar dapat berpikir, berinteraksi baik
satu sama lain, mencari nafkah, dan menikmati kehidupan (WHO, 2018).
Gangguan jiwa merupakan kondisi di mana individu mengalami stres yang
tinggi dan tidak mampu dalam mengatasi masalah, baik masalah sosial,
rendahnya harga diri, rendahnya kompetensi, dan masalah dalam
berinteraksi (Fitriani et al., 2020).
Skizofrenia adalah gangguan jiwa serius yang diperkirakan
mempengaruhi 20 juta orang di semesta. Psikosis termasuk dalam
skizofrenia yang memiliki ciri distorsi dalam pemikiran, emosi, perasaan,
dan perilaku. Pengalaman psikosis yang umum terjadi seperti halusinasi
(merasakan, mendengarkan, ataupun melihat hal-hal yang tidak nyata) dan
delusi (kecurigaan dan kepercayaan yang salah). Akibat jika mengalami
gangguan tersebut dapat mempersulit orang dalam bekerja atau
berkegiatan secara normal. Selain itu, orang yang memiliki psikosis
beresiko mendapat pelanggaran hak asasi manusia seperti dikucilkan atau
kurungan jangka panjang oleh masyarakat (WHO, 2019).
Studi Kesehatan Dasar (2018) mengungkapkan bahwa di Indonesia
kasus gangguan jiwa mengalami kenaikan. Kenaikan ini ditandai dengan
peningkatan prevalensi menjadi 7 per seribu rumah tangga yang berarti 7
dari 1000 rumah tangga mengalami ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa), diperkirakan sekitar 450.000 jiwa mengalami ODGJ berat.
Skizofrenia adalah jenis penyakit mental yang sangat umum ditemui pada
era sekarang. Skizofrenia dapat dipahami sebagai gangguan kesehatan
2
Heckers, S., ... & Van Os 2013). Di Indonesia isi halusinasi pendengaran
kuat dikaitkan dengan pengaruh dari hal mistis seperti jin, setan dan
mahluk halus lainnya (Suryani 2013).
Terdapat 2 jenis terapi yang diberikan kepada pasien skizofrenia
yaitu terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi seperti
pemberian obat Clozaphine untuk mengatasi skizofrenia, akan tetapi
kisaran 40-60% penderita tidak mempunyai reaksi yang memuaskan
(Zainuddin & Hashari, 2019). Untuk terapi nonfarmakologi salah satunya
adalah dengan terapi aktivitas. Semacam membersihkan piring, mencuci
baju, menjemur baju, mandi, dan olahraga. Selain itu, terdapat terapi
komplementer yang bisa dijadikan alternatif terapi aktivitas yang sudah
biasa diterapkan yaitu dengan melakukan terapi Qur’anic Healing. Terapi
Qur’anic Healing ini bisa bermanfaat dalam merangsang otak, ketika
individu mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dapat memberikan respon
damai, nyaman, dan tenang (Zainuddin & Hashari, 2019).
Terapi yang dilakukan untuk mengontrol gejala halusinasi
pendengaran sudah banyak dilakukan penelitian, diantaranya: metode
EFT, Hypnoterapi, CBT, dan menunjukkan adanya penurunan yang
signifikan pada gejala halusinasi. Menurut penelitian melihat karakter
latar belakang budaya menggambarkan isi halusinasi di Indonesia
berisikan suara-suara hal gaib/ mistis maka pendekatan secara spiritual
dianggap lebih efektif mengatasi gejala halusinasi pendengaran (Gasril,
Suryani, and Sasmita 2020; Suryani 2013).
Terapi spiritual yaitu dengan Terapi Qur’anic Healing, yaitu terapi
yang diberikan dengan mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur,an dan
memiliki niat serta keyakinan (Sumarni 2020). Terapi keagamaan
(psikoreligius) terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai
manfaat (Rahmalia 2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien
yang diberikan terapi psikoreligius dapat mengurangi gejala klinis pada
skizofrenia sehingga gejala positif lebih cepat terkontrol, lama perawatan
4
2. Tujuan khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
b. Memaparkan hasil analisa data Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Pekanbaru.
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru.
f. Memaparkan hasil analisis keperawatan (sebelum dan sesudah
tindakan) Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap
6
D. Manfaat
a. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi bagi
perkembangan ilmu keperawatan, diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi Profesi Keperawatan khususnya
dalam penerapan Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi
Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
b. Bagi tempat penelitian
Asuhan Keperawatan ini diharapkan bisa digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mencegah dan menurunkan
gejala halusinasi dengan melakukan Efektifitas Terapi Qur’anic
Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
c. Bagi pasien
Sebagai tambahan informasi serta pengetahuan tentang cara
mencegah dan menurunkan gejala perilaku kekerasan dengan
teknik nonfarmakologi, sehingga dapat dilakukan secara mandiri
jika gejala dirasakan.
E. Keaslian Panulisan
Berdasarkan pengetahuan penulis sebagai Karya Ilmiah Akhir Ners
dengan judul “Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi Qur’anic
Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru”. Penulis yakin tidak ada penelitian yang
memiliki judul KIAN yang sama dengan penulis. Mungkin ada penelitian
serupa dengan penulis yang ditulis oleh penelitian sebelumnya, seperti:
1. Pengaruh Terapi Audio Murottal Al Qur'an (Surah Al Fatihah)
Terhadap Skor Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia
7
A. State of Art
Pada state of art ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu
sebagai panduan penulis untuk penelitian yang akan dilakukan, yang
kemudian akan menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan
penelitian ini. Dalam state of art ini akan terdapat beberapa jurnal.
Berdasarkan jurnal ilmiah yang ditemukan hasil penelitian terkait dengan
penerapan Asuhan Keperawatan Dalam Efektifitas Terapi Qur’anic
Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru telah dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan antara lain :
disimpulkan Terapi
Qur’anic Healing efektif
diberikan pada pasien
halusinasi pada skizofrenia.
3 Lika Efektivitas Terapi 2021 Metode penelitian Hasil pengujian
Hanifa, Spiritual Qur’anic yang digunakan menggunakan Wilcoxon
dkk Emotional adalah quasi pada kelompok eksperimen
Freedom eksperimen didapatkan nilai p- value
Technique dengan desain 0,001 < 0,05 yang artinya
(SQEFT) pretest- posttest terdapat pengaruh yang
Terhadap control group signifikan terapi Spiritual
Perubahan Skor design Qur'anic Emotional Free
Brief Psychiatric dom Technique (SQEFT)
Rating Scale terhadap perubahan Brief
(BPRS) Pada Psychiatric Rating Scale
Orang Dengan Skor (BPRS).
Skizofrenia
B. Konsep Halusinasi
1. Defenisi halusinasi
Halusinasi dapat diartikan sebagai terhalangnya pemahaman
pada sensori suatu individu dikarenakan tidak adanya stimulus pada
orang tersebut (Sekartini, 2019). Tipe-tipe halusinasi yang sering
muncul adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan,
halusinasi penciuman, dan halusinasi pengecapan. Tandanya pasien
dapat merasakan sesuatu yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain
dan sebenarnya hal tersebut tidak ada, pasien melihat ada bayangan
hitam besar yang menakutkan padahal hal tersebut tidak ada, pasien
mendengarkan ada suara padahal tidak ada sumber suara, pasien
mencium ada bau-bauan padahal orang lain tidak merasakannya,
pasien mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun, dan
pasien juga merasakan ada sensasi rabaan padahal tidak terdapat
stimulus apapun di kulit.
2. Faktor penyebab halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi adalah faktor resiko yang sudah ada pada diri
individu yang dapat menimbulkan adanya gangguan jiwa.
9
1) Faktor Perkembangan
Seseorang yang memiliki tekanan sejak kecil karena
rendahnya kehangatan dalam keluarga sehingga klien tidak
dapat melakukan aktivitas secara mandiri, tidak adanya
kepercayaan diri, rentan dalam mengalami stress, dan mudah
frustasi.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungannya
sejak ia lahir, merasa asing, tersingkirkan, kesepian, dan tidak
memiliki kepercayaan pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Tidak seimbangnya antara acetylcholine dan dopamine
yang disebabkan oleh stres berlebihan pada seseorang yang
dapat menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,
sehingga tubuh dapat menghasilkan zat halusinogenik
neurokimia seperti Buffenon dan Dimetytranferase (DPM).
4) Faktor Psikologis
Memiliki kepribadian tidak bertanggung jawab dan lemah
membuat seseorang terjerumus pada tindakan yang
membahayakan dirinya sendiri seperti penyalahgunaan zat
adiktif. Hal ini akan berdampak pada ketidakmampuan orang
itu dalam mengambil suatu keputusan, lebih memilih pada
kesenangan semu seperti alam khayalnya daripada alam nyata.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Orangtua yang terkena skizofrenia dalam mengasuh
anaknya yang sehat, maka anak tersebut cenderung juga akan
mengalami skizofrenia. Berdasarkan hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga dapat berpengaruh pada penyakit ini.
10
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor resiko yang dipersepsikan oleh
individu sebagai ancaman atau tantangan yang membutuhkan
energi lebih dalam menanganinya.
1) Fisik
Adanya kelelahan pada tubuh, mengalami kecemasan
sedang hingga berat, dan adanya penolakan diri sendiri
mengakibatkan terjadinya halusinasi.
2) Lingkungan
Memiliki lingkungan yang gaduh dan klien melakukan
isolasi sosial dengan cara menarik diri untuk bersosialisasi,
akan memicu klien untuk melakukan komunikasi interpersonal.
3) Perilaku
Klien memiliki respon curiga, merasa terancam, ketakutan,
mencelakai diri sendiri, kurang memperhatikan, tidak memiliki
kemampuan dalam mengambil keputusan dan tidak
mampu membedakan antara yang nyata dan tidak.
3. Dimensi-Dimensi Halusinasi
a. Dimensi Fisik
Kondisi fisik dapat menimbulkan halusinasi, seperti kelelahan
yang hebat dengan demam sampai tingkat kesadaran delirium,
intoksisasi alkohol serta kesulitan tidur dalam kurun waktu yang
lama.
b. Dimensi Emosional
Penyebab halusinasi itu terjadi sebab adanya rasa takut berlebih
akibat pasien tidak bisa menemukan solusi dalam suatu masalah.
Halusinasi tersebut memerintahkan pasien untuk berbuat sesuatu
terhadap dirinya termasuk sesuatu yang mengancam nyawanya.
11
c. Dimensi Intelektual
Dimensi ini menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami
halusinasi akan mengalami penurunan pada kegunaan ego.
Mulanya, halusinasi ini adalah upaya ego dalam mencegah
dorongan yang menindas, tetapi juga menghasilkan gairah yang
dapat mengatur semua kepedulian pasien dan sering mengontrol
perilaku pasien secara global.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan dalam berinteraksi dan kurangnya
kenyamanan dengan lingkungan sosialnya dikarenakan klien
merasa bahwa bersosialisasi sangat membahayakan. Klien sudah
merasakan kesenangan dengan dunia halusinasinya, seolah-olah
halusinasi tersebut merupakan tempat ternyaman dalam
berinteraksi sosial dan mengontrol diri yang tidak akan didapatkan
di dunia nyata. Jika halusinasi tersebut berupa sebuah ancaman
yang dapat melukai klien atau orang lain, maka penting sekali
dalam memberikan intervensi keperawatan yaitu dengan cara
mengupayakan klien untuk berinteraksi sosial di dunia nyata
dengan orang-orang dan memberikan pengalaman yang
menyenangkan untuk klien, serta tidak membiarkan klien untuk
menyendiri dan selalu berinteraksi dengan orang lain.
e. Dimensi Spiritual
Klien mulai merasakan kekosongan dalam hidup, tidak ada
gairah dalam aktivitas ibadah, dan jarang mendekatkan diri secara
spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering mengalami susah
tidur dan jika bangun sudah menunjukkan waktu siang hari. Klien
sering menyalahkan takdir dan cenderung menyalahkan orang lain
mengenai keadaannya yang memburuk.
12
4. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi ini merupakan halusinasi yang paling tidak jarang
ditemui, halusinasi pendengaran bisa berbentuk suara mendengung
yang tidak memiliki makna. Namun, ini tidak jarang terjadi pada
penderita halusinasi pendengaran sebagai kalimat yang tak
bermakna. Akibat adanya suara tersebut, pasien sering berselisih
dan bertarung terhadap ucapan-ucapan itu.
b. Halusinasi Penglihatan
Delirium menjadi salah satu penyebab timbulnya halusinasi
ini. Umumnya, halusinasi ini kerap hadir bebarengan dengan
turunnya tingkat sadar yang dialami pasien yang menimbulkan rasa
takut karena adanya gambar yang menakutkan. Di mana hanya
pasien saja yang melihat gambar tersebut, sedangkan orang lain
tidak dapat melihatnya.
c. Halusinasi Penciuman
Halusinasi ini seperti merasa merasakan adanya bau-bau
sesuatu yang kurang enak dan pada kenyataannya tidak ada bau
tersebut. Pasien dapat mencium bau tersebut sedangkan orang lain
tidak dapat mencium nya.
d. Halusinasi Pengecapan
Halusinasi ini merupakan halusinasi yang jarang terjadi.
Halusinasi ini menyebabkan pasien merasakan sedang mengecap
sesuatu padahal sebenarnya tidak terdapat makanan yang sedang
dikunyah.
e. Halusinasi Perabaan
Halusinasi ini menyebabkan pasien merasa sedang disentuh,
diraba, dan ditiup seperti ada hewan yang bergerak di kulit.
13
f. Halusinasi Kinestetik
Halusinasi ini menyebabkan pasien merasa jika badannya
bergerak-gerak padahal tidak sama sekali. Ia merasa bahwa
anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya dan bergerak sendiri.
g. Halusinasi Viseral
Halusinasi ini biasanya menyebabkan pasien memiliki
perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
C. Skizofrenia
A. Gambaran Kasus 1
Seorang laki- laki berinisial Tn. S 36 tahun, datang ker RSJ
Tampan melalui IGD pada tanggal 1 Maret 2023. Tn. S merupakan
gelandangan karena bercerai dengan istrinya. Tn. S mengatakan
mendengar suara bisikan orang yang dikenal, Tn. S juga mengatakan
peraturan diindonesia tidak sama, Tn. S mengatakan hal tersebut ingin
disamakan. Tn. S mengatakan tengkuknya terasa sakit. Tn. S pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan pengobatanya berhasil di
Rumah Sakit Sunalingkar Medan. Keluarga Tn. S tidak memiliki riwayat
gangguan jiwa hubungan baik dan tidak ada masalah. Tn. S mengatakan
hal yang tidak menyenangkan dimasa lalu adalah bercerai dengan istrinya
pada tahun 2017.
Hasil pemeriksaan fisik TD : 140/95, N : 95, S : 36,7, RR : 21,
TB : 167, BB : 64 Kg, kepala terasa pusing dan tengkuk terasa sakit. Tn. S
memiliki 3 saudara dan Tn. S merupakan anak kedua. Tn. S mengatakan
merasa malu karena jelek. Tn. S mengatakan orang yang paling berarti
adalah anak. Pembicaraan cepat tidak mampu memulai pembicaraan,
tampak gelisah dan sesekali menutup telinga dan mendengar suara yang
dikenal, perasaan sedih karena tidak tau informasi kapan pulang, afek
tampak datar. Persepsi pendengaran, isi pikir ide yang terkait. Tampak
bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang. Memori mengalami
gangguan daya ingat jangka pendek. Tingkat konsentarsi mudah beralih
dan Tn. S mengingkari penyakit yang di derita.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 01 Maret
2023 diagnosa keperawatan yang diangkat dengan menggunakan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
12
B. Gambaran Kasus 2
Seorang laki- laki berinisial Tn. S 32 tahun, datang ker RSJ
Tampan melalui IGD pada tanggal 2 Maret 2023. Tn. S masuk melalui
IGD dibawa oleh kakeknya. Kakeknya mengatakan Tn. S mengamuk dan
memukul orang kecuali sama tetangga dan temannya. Tn. S mengatakan
mendengar bisikan suara pada saat malam hari sebelum tidur. Sebelumnya
Tn. S pernah bertengkar dengan pasien lainnya, Tn. S mengatakan bisikan
balas dendam. Bisikan tersebut datang selama 15 menit dan menutup
telinganya dan Tn. S sudah pernah dirawat selama 3 bulan. Tn. S pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu pengobatan sebelumnya tidak
berhasil, mengalami trauma aniaya fisik menjadi korban kekerasan dalam
keluarga. Anggota juga memiliki riwayat gangguan jiwa yaitu abang
iparnya. Tn. S mengatakan pernah dipukul oleh abang kandungnya dan
ayah karena bertengkar dengan ibunya.
Hasil pemeriksaan fisik TD : 127/85, N : 95, S : 36,7, RR : 21,
TB : 165, BB : 60 Kg. Tn. S memiliki 5 bersaudara. Tn. S merasa malu
karena kulit tampak hitam. Tampilan rapi dan bersih. Pembicaraan cepat,
tampak lesu, ketakutan, afek datar, mengalami persepsi pendengaran,
13
mencapai gelombang delta yaitu 0,5- 4 HZ kondisi ini akan memberikan tingkat
rileks yang lebih dalam sehingga terjadi perubahan skor halusinasi dan penurunan
rasa depresi. Gelombang delta merupakan suatu gelombang utama yang berperan
untuk mengatur aktivitas istrahat individu dan dapat mempengaruhi perubahan
perilaku sehingga terjadi penurunan skor halusinasi.
BAB V
PEMBAHASAN
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah langkah kedua dari proses
keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap masalah
klien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan. Pada diagnosa keperawatan secara teori terdapat 8
diagnosa yaitu, risiko tinggi mencederai orang lain, Perilaku kekerasan,
Gangguan harga diri kronis, Isolasi sosial, Perubahan persepsi sensori
halusinasi, Koping individu tidak efektif, infektif proses terapi, berduka
disfungsional (Arisandy, W., & Juniarti, 2020).
Berdasarkan teori dan tinjauan teoritis terdapat beberapa ,masalah
keperawatan pada pasien Tn. S dan Tn. S Sesuai dengan data subjektif
dan data objektif maka dapat dirumuskan masalah keperawatan
a. Halusinasi pendengaran
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronik
Diagnosa prioritas yang diangkat berdasarkan core problem
pada pohon masalah dari kedua pasien adalah halusinasi pendengaran
yang ditandai dengan respon subjektif klien pembicaraan cepat tidak
mampu memulai pembicaraan, tampak gelisah dan sesekali menutup
telinga dan mendengar suara yang dikenal, perasaan sedih karena tidak
tau informasi kapan pulang, afek tampak datar. Persepsi pendengaran
tampak bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang. Memori
mengalami gangguan daya ingat jangka pendek. Tingkat konsentarsi
mudah beralih penyebab dari halusinasi pada kasus ini yaitu harga diri
rendah, dibuktikan dengan adanya pengalaman penganiayaan dimasa
lalu. Selain itu, adanya riwayat masuk rumah sakit jiwa membuat klien
malu karena gangguan jiwanya, klien malu. Menurut (Batubara, 2021)
bahwa yang menjadi etiologi dari halusinasi menyebabkan terjadinya
resiko perilaku kekerasan yaitu harga diri rendah. Harga diri rendah
dapat menjadikan individu menganggap dirinya negatif, tidak sempurna
24
dan berbeda dengan orang lain. Hal tersebut berdampak pada resiko
mencederai diri, orang lain maupun lingkungan. Menurut penulis ada
kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena pada kasus nyata yang
terdapat pada pasien hanya 3 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
keadaan pasien saat ini.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Intervensi (perencanaan) adalah katagori
dalam perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada pasien
dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry,
2015). Intervensi keperawatan halusinasi sebagai berikut kegiatan
mengenal halusinasi, mengajarkan pasien bercakap- cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktifitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi.
Qur’anic Healing merupakan terapi nonfarmakologi yang dapat
diberikan pada pasien gangguan jiwa. Terapi ini bagian dari terapi
modalitas yaitu psikoreligius (Gasril, Suryani, and Sasmita 2020).
Berdasarkan kajian literatur ditemukan psikoreligius efektif dapat
menurunkan gejala positif pada gangguan jiwa skizofrenia (Devina
2020). Qur’anic Healing dengan mendengarkan Murottal Surat Ar-
Rahman dapat memberikan dampak positif bagi tubuh dan
menumbuhakan rasa ketenangan dan nyaman. Pada pasien yang
mengalami halusinasi, terjadi ketidakseimbangan hormon dopamin
sehingga timbulnya persepsi yang salah meskipun tidak ada stimulus
dari luar (Zainuddin and Hashari 2019).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap perawat memulai kegiatan dan
melakukan tindakan-tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
pada pasien berdasarkan intervensi yang telah direncanakan (Yosep,
2016). Pelaksanaan implementasi yang dapat dilakukan pada pasien
25
B. Keterbatasan Pelaksanaan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah mahasiswa sulit dalam
penerapan intervensi dikarenakan untuk mengatur posisi yang di lakukan
secara manual dan menenangkan pasien agar tetap fokus dengan apa yang
mereka dengarkan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada saat melakukan pengkajian Tn. S pembicaraan cepat tidak
mampu memulai pembicaraan, tampak gelisah dan sesekali menutup
telinga dan mendengar suara yang dikenal, perasaan sedih karena tidak tau
informasi kapan pulang, afek tampak datar. Persepsi pendengaran tampak
bingung, disorientasi waktu, tempat, dan orang. Memori mengalami
gangguan daya ingat jangka pendek. Tingkat konsentarsi mudah beralih
dan Tn. S mengingkari penyakit yang di derita. Tn. S mengatakan
mendengar bisikan suara pada saat malam hari sebelum tidur.
Halusinasi dapat diartikan sebagai terhalangnya pemahaman pada
sensori suatu individu dikarenakan tidak adanya stimulus pada orang
tersebut (Sekartini, 2019). Skizofrenia adalah gangguan mental psikotik
yang memiliki indikasi positif, negatif, dan kognitif seperti musnahnya
emosi afektif atau respon emosional dan menghindari diri dari lingkungan,
sering kali juga diikuti dengan keyakinan yang salah dan halusinasi
(Zainuddin & Hashari, 2019).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut hasil pengkajian didapatkan diagnosis keperawatan yang
muncul pada pasien yaitu:
a. Halusinasi pendengaran
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronik
3. Intervensi Keperawatan
Qur’anic Healing dengan mendengarkan Murottal Surat Ar-
Rahman dapat memberikan dampak positif bagi tubuh dan menumbuhakan
rasa ketenangan dan nyaman. Pada pasien yang mengalami halusinasi,
terjadi ketidakseimbangan hormon dopamin sehingga timbulnya persepsi
28
yang salah meskipun tidak ada stimulus dari luar (Zainuddin and Hashari
2019).
4. Implementasi Keperawatan
Pengukuran dilakukan di pagi hari setelah responden melakukan
kegiatan makan, mandi, dan minum obat dengan mendengarkan lantunan
ayat suci Al-Quran Surat Ar-Rahman sekitar 15 menit selama 6 hari.
Terapi ini dilakukan di ruangan perawatan, terpisah dengan pasien lainnya
dengan suasana yang tenang dan kondusif. Pengukuran dilakukan dua kali
sebelum dilakukan dan setelah dilakukan terapi pada kelompok intervensi.
Pengukuran kelompok kontrol juga dilakukan dua kali tanpa memberikan
intervensi.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut penelitian apabila dilihat menggunakan suatu alat EEG
electrochephalograph akan terlihat bagaimana perubahan reaksi otak
berupa frekuensi beta, yaitu suatu gelombang yang melebihi dari 12 – 20
Hz menjadi alfa 8 – 12 Hz. Perubahan gelombang inilah yang dapat
memberikan rasa nyaman, rileks dan tenang akibat dari pengeluaran
hormon penurun stres. Apabila diberikan dalam waktu yang lama, dan
teratur maka perubahan gelombang akan mencapai gelombang delta yaitu
0,5- 4 HZ kondisi ini akan memberikan tingkat rileks yang lebih dalam
sehingga terjadi perubahan skor halusinasi dan penurunan rasa depresi.
Gelombang delta merupakan suatu gelombang utama yang berperan untuk
mengatur aktivitas istrahat individu dan dapat mempengaruhi perubahan
perilaku sehingga terjadi penurunan skor halusinasi.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti dalam mengetahui bagaimana
Efektifitas Terapi Qur’anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran
Pada Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
29