Implementasi 1,6
Implementasi 1,6
ROSSYDAH, S.Kep
21501065
ROSSYDAH, S.Kep
21501065
i
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ROSSYDAH
NIM : 21501065
Program Studi : Profesi Ners
Nama Pembimbing : Ns. Yeni Devita, M.Kep
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners yang saya tulis
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa penelitian ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.
ROSSYDAH
21501065
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI
DENGAN PENERAPAN TERAPI DZIKIR DI RUANG
AL BAKHI RS LANCANG KUNING
KOTA PEKANBARU
ROSSYDAH, S. Kep
21501065
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Payung Negeri Pekanbaru
HALAMAN PENGESAHAN
iii
Rossydah, S.Kep
21501065
Pekanbaru, Juni 2022
Mengesahkan,
Yeni Devita, M. Kep
NIDN. 1028068601
Rossydah
21501056
ABSTRAK
iv
halusinasi adalah penerapan terapi dzikir.Tujuan dari karya ilmiah akhir ners ini
menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien Halusinasi dengan Penerapan terapi dzikir
diruang Al Balkhi Rs Lancang Kuning Kota Pekanbaru. Desain penelitian ini adalah studi
kasus, intervensi ini dilakukan sekali sehari selama 5 hari dan dilakukan secara individu.
Dari intervensi yang dilakukan selama 5 hari didapatkan bahwa terapi Dzikir dapat
mengontrol halusinasi pedengaran,dengan skor halusinasi hari sebelum dilakukan terapi
yaitu 22 (halusinasi sedang), dan setelah dilakukan terapi dengan skor (halusinasi ringan).
Saran diharapkan perawat selalu berusaha untuk menerapkan terapi dzikir pada pasien
halusinasi pedengaran, karena berdzikir dapat meningkatkan ketenangan hati sehingga
gejala-gejala halusinasi dapat teratasi.
NERS PROGRAM
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
Rossydah
21501065
Hallucinations are distorted or false sensory experiences that are perceived as real in the
absence of a stimulus. Hallucinations can occur because of the individual's inability to
deal with stressors and lack of ability to control hallucinations. One of the interventions
that can be performed on patients with hallucinations is the application of dhikr. The
purpose of this final scientific paper is to explain Nursing Care for Hallucinating Patients
with the Application of dhikr in the Al Balkhi room of Lancang Kuning Hospital,
Pekanbaru City. The design of this study is a case study, this intervention was carried out
once a day for 5 days. From the intervention carried out for 5 days, it was found that
Dhikr therapy can control auditory hallucinations, with a score of 22 hallucinations the
day before therapy (moderate hallucinations), and after therapy with a score (mild
hallucinations). Suggestions are expected that nurses always try to apply dhikr therapy to
auditory hallucinations patients, because dhikr can increase peace of mind so that the
symptoms of hallucinations can be resolved.
v
Keywords : Therapy Dhikr Sensory Perception Disorders: Auditory
Hallucinations
References : 13 References (2015-2022)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah
dilimpahkannya Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan kian ini, yang
diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Profesi Ners STIKes Payung Negeri dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Halusinasi pendengaran dengan Penerapan Terapi
Dzikir di Ruang Al-Balkhi RS Lancang Kuning Kota Pekanbaru”. Dalam
menyelesaikan kian ini, penulis tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang
senantiasa memberikan bantuan, bimbingan, dukungan, serta doa sehingga
penulisan kian ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Deswinda, S.Kep, Ns, M.Kes, Selaku Ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Rizka Febtrina, M.Kep, Sp. Kep. MB Selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Yeni Devita, M.Kep Selaku Pembimbing telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan masukan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini.
vi
4. Ketua penguji I Ibu Ns. Emulyani, M.Kep dan Penguji II Bapak Ns. Bayu
Azhar, M.Kep yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
5. Seluruh Staf dosen beserta karyawan dan karyawati STIKes Payung Negeri
Pekanbaru yang telah banyak memberi pengetahuan dan bimbingan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
6. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Sulaiman.Ys dan Ibunda Zaidah karena selalu memberikan dukungan,
motivasi dan semangat dan juga kepada abang dan kakak saya selaku saudara
kandung saya yang selalu memberikan semangat yang tak pernah henti yaitu
kakak Isfihani dan Icha Martina, dan abang Edi Pardani, dan untuk keponaan
saya Isfia Reni
7. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Ners khususnya
angkatan tahun 2021
8. Terimakasih kepada Yusril Mahendra yang selalu memotivasi dan memberi
semangat serta membantu dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
9. Tidak lupa pula terimakasih untuk Sahabat OSCAR Santika Oktaviany, Tari
Oktaviany, Sri Mariaty dan Monisa Oktareza yang selalu memberikan
semangat tiada henti.
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis,
Amin ya rabbal „alamin. Harapan penulis semoga pembaca dapat memberikan
kritikan yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya Karya Ilmiah Akhir
Ners ini.
Akhir kata semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.
vii
Penulis
DAFTAR ISI
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
6 BAB III GAMBARAN KASUS ..........................................................................
19 BAB IV PELAKSANAAN INTERVENSI
KEPERAWATAN ........................ 21 BAB V
PEMBAHASAN ...................................................................................... 26
A. Analisis dan Diskusi Hasil .........................................................................
26
B. Keterbatasan Pelaksanaan ..........................................................................
31
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................
32
A. Kesimpulan ................................................................................................ 32
B. Saran ...........................................................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
34
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesehatan jiwa individu bisa dilihat melalui beberapa hal, seperti individu
berada dalam kondisi fisik, sosial dan mental yang terbebas dari gangguan
(penyakit) sehingga memungkinkan individu untuk mampu melakukan
hubungan sosial yang memuaskan dan hidup sebagai manusia yang produktif
(Nurhalimah, 2016). Jiwa yang tidak memenuhi gambaran diatas, akan disebut
jiwa yang terganggu atau gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah kondisi jiwa yang terganggu yang biasanya ditandai
dengan tidak memiliki hubungan harmonis dengan individu lain, bermusuhan
dan mengancam serta sering kali tidak produktif di masyarakat bahkan
cenderung merugikan (Yosep & Sutini, 2016). Gangguan jiwa merupakan
manifestasi atau perwujudan bentuk penyimpangan perilaku yang terjadi pada
seseorang akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukanya ketidakwajaran
dalam bertingkah laku (Wahyudi & Fibrian, A, 2016).
Masalah gangguan jiwa di dunia mencapai 13% dari penyakit secara
keseluruhan dan kemungkinan akan bertambah luas menjadi 25% pada tahun
2030 (WHO, 2019). Data di Indonesia menunjukkan penduduk yang
mengalami gangguan jiwa sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga, yang artinya
dari 1000 rumah tangga terdapat 6,7 (Riskesdas, 2018). Pada tahun 2018,
Provinsi Riau menduduki peringkat ke 24 dari 34 provinsi di Indonesia dengan
masalah gangguan jiwa berat dengan prevalensi 6,2/1000.
Dari beberapa jenis halusinasi, halusinasi pendengaran merupakan
fenomena yang mayoritas dijumpai pada pasien skizofrenia. Diperkuat dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suryani, (2015), diperoleh hasil
bahwa karakteristik halusinasi dari penderita skizofrenia yaitu jenis halusinasi
terbanyak yang dialami penderita adalah halusinasi pendengaran (74,13%).
Berdasarkan Stuart, (2016) menyatakan 70% pasien skizofrenia mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan dan 10%
mengalami halusinasi lainnya.
2
Menurut penelitian yang dilakukan Gasril & Sasmita (2020) terapi psikoreligius
dzikir memiliki pengaruh dalam mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi
pendengaran, dengan adanya perbedaan rata-rata antara sebelum dilakukanya
dzikir dan sesudah dilakukan dzikir. Hal ini menujukkan bahwa terapi
psikoreligius dzikir efektif dalam mengontrol halusinasi pasien dengan
halusinasi pendengaran.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis mengenai
terapi religius dzikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi di RS Lancang Kuning Pekanbaru
menunjukkan bahwa pasien halusinasi sebelum diberikan terapi religius dzikir
dalam kategori Halusinasi sedang, sedangkan pasien halusinasi yang sudah
diberikan terapi religius dzikir dalam kategori halusinasi ringan.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Dengan Penerapan Terapi
Dzikir Di Ruang Al Bakhi Rs Lancang Kuning Provinsi Riau”.
B.Rumusan Masalah
Salah satu cara untuk mengontrol pasiendengan halusinasi adalah melakukan
terapispiritual dengan penerapan religius dzikir.Penerapan religius dzikir pada
pasienhalusinasi bertujuan untuk mengontrolhalusinasi, karena aspek ini
ditujukan untukmemaksimalkan manfaat dari pengalaman,pengobatan dan
perasaan damai bagi pasien,sehingga perlu disediakan sarana ibadahseperti
bacaan dzikir, kitab suci dansebagainya (Wahyudi & Fibrian, 2016). Terapi
Dzikir ini dapat memusatkan perhatian yang sempurna (khusyu) dapat
memberikan dampak saat halusinasinya muncul pasien bisa menghilangkan
suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukkan diri dengan
melakukan terapi dzikir
Rumusan masalah dalam karya ilmiah akhir ners ini adalah bagaimana
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Dengan Penerapan Terapi
Dzikir Di Ruang Al Bakhi Rs Lancang Kuning Kota Pekanbaru?”
C.Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi dengan
4
3. Bagi Pasien
Sebagai tambahan informasi serta pengetahuan tentang cara mencegah
dan menurunkan gejala halusinasi dengan teknik non-farmakologi,
sehingga dapat dilakukan secara mandiri jika gejala dirasakan.
E.Keaslian Penulisan
Berdasarkan pengetahuan penulis sebagai penulis Karya Ilmiah Akhir
5
Pada state of art ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu sebagai
panduan penulis untuk penelitian yang akan dilakukan, yang kemudian akan
menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian ini. Dalam state of
art ini akan terdapat beberapa jurnal. Berdasarkan jurnal ilmiah yang ditemukan
hasil penelitian terkait dengan Terapi Dzikir terhadap pasien Halusinasi telah
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan antara lain :
No Peneliti Judul Tahun Metode Hasil
Terbit
6
7
diamati/observasi agar
responden dapat
melaksanakan sesuai
tahapan yang
direncanakan
3 M.Aldi Penerapan 2019 Karya Tulis Ilmiah Ini hasil penerapan yang
Aulia menggunakan desain studi dilakukan 2 subjek
Terapi
dapat disimpulkan
Akbar Psikorelegius kasus (case study). bahwa terapi
Dzikir Pada Dirumah sakit jiwa
8
KONSEP DASAR
9
1.Konsep Halusinasi
A.Pengertian Halusinasi
Halusinasi dapat di definisikan sebagai suatu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi merasakan
sensasi palsi berupa penglihatan, pengecapan, perabaan, penghinduan, atau
pendengaran (Yaqin, 2019). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan ransangan internal (pikiran) dan
ransangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau ransangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak
ada orang yang berbicara
Halusinasi merupakan persepsi yang salah (false perception)
tanpa adanya objek luar. Tentu saja persepsi yang dihasilkan tidak seperti
persepsi yang normal, ada objek -luar pembentuk persepsi. Selain itu
halusinasi hanya dimiliki oleh individu tersebut, sedangkan orang lain
tidak memilikinya. Halusinasi dapat diperngaruhi oleh imajinasi mental
yang kemudian diproyeksikan keluar sehingga seolah-olah datangya
dari luar dirinya (Yaqin, 2019).
B.Etiologi
Menurut Stuart 2013 dalam (Irwan et al., 2021) faktor-faktor yang
menyebabkan pasien jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
2. Faktor predisposisi
a) Faktor Biologis
Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi menunjukkan peran genetik. Kembar identik yang
dibesarkan secara terpisah angka kejadian Schizoprenia lebih
tinggi dari pada saudara sekandung yang dibesarkan secara
terpisah
b) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan
stress dan kecemasan yang berakhir dengan gangguan orientasi
realita
c) Faktor sosial budaya
10
merasa seperti
tersengat listrik
D.Penatalaksanaan Halusinasi
a. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi,
pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi. Untuk membantu pasien
12
E.Tahapan Dzikir
Penerapan zikir pada tahapan khusus dilakukan melalui dua cara, yaitu
zikir bi al-jama’ah dan zikir bi al-nafs.
a) Zikir bi al- jama’ah
Zikir bi al-jama‟ah adalah zikir yang dilakukan secara bersama-sama
atau dilakukan dalam suatu kelompok. Zikir bi al-jama‟ah
diselenggarakan dalam rangka membantu klien mengatasi
permasalahan yang dihadapinya. Dalam hal ini, klien terdiri dari
beberapa orang yang memiliki permasalahan yang sama.
Adapun langkah-langkahnya berupa :
1) Diniatkan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah
dengan tujuan mencari ridho, cinta dan ma‟rifatnya.
2) Dilakukan dalam keadaan memiliki wudhu. Karena wudhu
menyiratkan penyucian diri dari hadast sebagaimana dilakukan
ketika hendak melaksanakan ibadah shalat.
3) Melakukan shalat sunah 2 rakaat secara berjamaah dan ini tidak
menjadi kewajiban.
15
19
pasien dapat berbicara baik dengan orang lain dan kooperatif. Pasien didiagnosa
skizofrenia tak terinci f.03. terapi medikasi yang diberikan kepada pasien ialah
Chlorpromazine (CPZ) 100 MG 1x1 dan Halloperidol 5 mg 2x1.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 01 Juni 2022
peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang diangkat dengan menggunakan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan persepsi sensori (halusinasi pendengaran)
Data subjektif
a. Pasien mengatakan sering mendengarkan suara suara seperti
pecahan kaca
b. Pasien mengatakan mendengarkan suara menyuruh untuk mondar
mandir
c. Pasien mengatakan mendengarkan suara tersebut pada siang dan
malam hari
Data objektif
a. Pasien tampak gelisah
b. Kontak mata kurang
c. Pasien tampak mondar mandir
d. Pasien tampak melamun
2. Deficit perawatan diri
Data subjektif
a. Pasien mengatakan jarang mandi
b. Pasien mengatakan mandi jika disuruh oleh perawat
Data objektif
a. Pasien tampak kurang bersih
b. Gigi tampak kotor
c. Kuku tampak panjang dan kotor
BAB IV
PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada bab ini penulis menjelaskan intervensi keperawatan yang telah dipilih
dengan berbasis evidence based yaitu terapi psikoreligi (dzikir) pada pasien
halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru dengan
pelaksanaan intervensi sesuai SOP yang telah dibuat. Intervensi dilakukan selama
5 hari saat sift dinas kepada 1 pasien yang mengalami masalah keperawatan utama
halusinasi pendengaran, dan tidak memiliki masalah fisik atau penyakit penyerta
(retardasi mental), pasien beragama islam yang mau dan kooperatif untuk
diberikan terapi. Sebelum dilakukan terapi dzikir penulis akan menilai tanda dan
gejala halusinasi secara subjektif dan objektif yang terjadi pada pasien dan
melakukan observasi pada setiap harinya dengan lembar observasi yang telah
digunakan juga pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Psikoreligius:
Dzikir dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia yang
Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau” (Putri et al., 2021),
kemudian pada hari, peneliti melakukan evaluasi kembali dan
membandingkannya dengan hasil observasi sebelum dilakukan terapi terkait tanda
dan gejala halusinasi yang terjadi pada pasien (Gasril, P., & Sasmita, 2020).
Penulis melakukan intervensi penerapan terapi dzikir dengan cara sebagai
berikut:
a. Menganjurkan pasien untuk memilih posisi nyaman untuk duduk, baik itu
diatas lantai dengan bersila atau pun diatas kursi
b. Menganjurkan pasien untuk tenangkan diri sampai nyaman (rileks)
c. Lalu menganjurkan pasien untuk menyebutkan kata atau kalimat dengan
tenang dan perlahan
d. Menganjurkan Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan kalimat
Bismillahirahmannirahim sebanyak 5 kali. Astaghfirullaahaladhim
sebanyak 5 kali, dan Subhanallah 5 kali. Bacaan tersebut diucapkan secara
berulang-ulang.
e. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran kembali.
f. Terapi dzikir dilakukan selama 10 menit.
21
g. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dulu dan beristirahat,
buka pikiran kembali, barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali
22
Pemerian terapi dzikir ini dilakukan sesuai dengan SOP (Nurdiana, 2020)
A.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dalam studi kasus ini yang berfocus pada diagnosa
pertama dengan halusinasi pendengaran pada pasien dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada klien selama 3x24 jam diharapkan
masalah halusinasi teratasi dengan kriteria hasil: pasien mampu
mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi dan mampu menghardik
halusinasi, pasien mampu bercakap – cakap, pasien mampu melakukan
aktivitas sehari – hari, pasien mampu minum obat sesuai dengan jadwal.
B.Implementasi Keperawatan
Setelah dirumuskan intervensi maka dilakukan implementasi keperawatan
dimulai tanggal 30 Mei 2022 sampai 03 Juni 2022. Implementasi pertama
dilakukan pada tanggal 30 mei 2022 pagi hari jam 09.00 Implementasi
pertama yang dilakukan dengan membina hubungan saling percaya dengan
cara: mengidentifikasi jenis halusinasi pasien, mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien, mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien cara pertama
menghardik halusinasi, memberikan terapi spiritual: dzikir Menganjurkan
pasien untuk memasukkan cara menghardik dan terapi dzikir kedalam
kegiatan harian.
Implementasi kedua dilakukan pada tanggal 31 Mei 2022 jam 10.30 wib,
sebelum diberikan implemntasi mengevaluasi kembali pasien bagaimana cari
menghardik dan melakukan terapi dzikir. Setelah itu memberikan
Implementasi yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum
obat, dan memberikan terapi spiritual dzikir, masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik dan minum obat dan terapi dzikir.
Implementasi ketiga dilakukan pada tanggal 01 Juni 2022 jam 09.30 wib.
sebelum diberikan implemntasi mengevaluasi kembali pasien bagaimana cari
menghardik dan melakukan terapi dzikir. Setelah itu memberikan
23
C.Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan selanjutnya akan dilakukan
evaluasi tindakan keperawatan, sebagai berikut:
Evaluasi hasil pelaksanaan terapi dzikir pada pasien halusinasi pendengaran
No AHRS H1 H2 H3 H4 H5
pre post Pre post pre post pre post pre post
1. Frekuensi suara 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
terdengar sekali satu
jam
2. durasi suara 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
berlangsung beberapa
menit
3. lokasi suara dekat 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
dengan telinga
4. kekuatan suara lebih 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
tenang dari suara
sendiri seperti bisikan
5. Asal suara dari luar 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
6. Isi suara negatif 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
memerintah untuk
pergi
7. Suara sering dengan isi 2 2 2 2 2 2 2 1 1 0
negatif (orang itu jahat
pergi dari sana)
8. Suara itu sesekali 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
menyusahkan
9. Suara menyusahkan 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
memerintah untuk
kabur
10. Gangguan suara masih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bisa empertahankan
aktivitas
11. Kontrol suara bisa 4 3 3 3 3 3 3 2 2 1
dilkukan hanya sekali
Jumlah 22 20 20 17 17 16 16 13 13 11
Keterangan
a) Skala 0= Tidak Ada
b) Skala 1-11= Halusinasi Ringan
25
26
Berdasarkan hal tersebut penulis berasumsi bahwa penulis
menemukan beberapa tanda dan gejala yang muncul sesuai dengan teori
bahwa pasien mengalami gangguan halusinasi pendengaran.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah langkah kedua dari proses
keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap masalah klien
yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan. Pada diagnosa keperawatan secara teori terdapat 8 diagnosa
yaitu, risiko tinggi mencederai orang lain, Perilaku kekerasan, Gangguan
harga diri kronis, Isolasi sosial, Perubahan persepsi sensori halusinasi,
Koping individu tidak efektif, infektif proses terapi, berduka disfungsional
(Arisandy, W.,& Juniarti, 2020).
Diagnosa prioritas yang diangkat berdasarkan core problem pada
pohon masalah yaitu Gangguan Persepsi Senseori: Halusinasi Pendengaran
ditandai dengan respon subjektif klen yaitu Tn.R mengatakan sering
mendengarkan suara suara seperti pecahan kaca, pasien mengatakan
mendengarkan suara menyuruh untuk mondar mandir, pasien mengatakan
mendengarkan suara tersebut pada siang dan malam hari. Sedangkan untuk
data objektif Tn. R tampak gelisah kontak mata kurang, pasien tampak
mondar mandir, pasien tampak melamun.
Berdasarkan hasil penelitian (Rianingsih & Sholikah, 2018) Pada
pohon masalah juga dijelaskan bahwa yang menjadi masalah utamanya
(core problem) yakni gangguan persepsi sensori dengan halusinasi
pendengaran, yang disebabkan (cause) karena isolasi sosial dengan
perilaku menarik diri, dan berdampak (effect) menjadi risiko perilaku
kekerasan dengan mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari klien baik secara subjektif
dan objektif yakni terdapat kesesuaian data secara teori yang ada, oleh
karena itu penulis menegakkan diagnosa gangguan persepsi sensori
halusinasi (pendengaran) sebagai diagnosa prioritas.
29
3.Intervensi Keperawatan
Menurut (Dinarti & Mulyanti, 2017) perencanaan keperawatan
merupakan suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah
pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan
dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis data
dan diagnosa keperawatan.
Intervensi atau rencana keperawatan pada Tn. R yang disusun
setelah menetapkan diagnosa gangguan persepsi sensori dengan halusinasi
pendengaran sebagai masalah keperawatan prioritas. Sesuai dengan teori
dan hasil pengkajian yang sudah dilakukan, kemudian penulis
merumuskan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu
pemberian terapi psikoreligius dzikir dalam waktu pemberian selama 5
hari berturut-turut, dengan pemerian terapi psikoreligius dzikir yang
dilakukan dalam waktu 15 menit.
Sejalan dengan penelitian Rianingsih (2018) pemberian terapi
psikoreligius dzikir dalam waktu pemberian selama 5 hari
berturutturut, dengan pemberian terapi psikoreligius dzikir yang dilakukan
dalamwaktu 15 menit setelah pelaksanaan sholat wajib.
4.Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien saat ini. Dan jika tindakan keperawatan sesuai
maka implementasi keperawatan dapat segera dilakukan, sebelumnya
perawat harus membuat kontrak dengan klien serta menjelaskan apa yang
akan dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan, kemudian
mendokumentasikan yang sudah dilaksanakan (Rianingsih & Sholikah,
2018)
Dalam pengimplementasian salah satu jenis standar operasional
prosedur (SOP) yang digunakan untuk menangani orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) yaitu menggunakan strategi pelaksanaan (SP). Secara
keseluruhan implementasi dari hari pertama sampai ke lima penulis
mengimplementasikan rencana tindakan dengan pemberian terapi generalis
SP 1 sampai 4 yang dikombinasikan dengan terapi psikoreligius dzikir.
30
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rosyanti (2018)
yang menyatakan bahwa salah satu pendekatan terapi bagi penderita
skizofrenia adalah terapi psikoreligius karena terapi psikoreligius dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan opitimisme yang penting untuk
penyembuhan suatu penyakit dan meningkatkan fungsi kognitif. Namun
dengan penggunaan terapi psikoreligius tidak berarti mengabaikan terapi
medis maupun terapi generalis begitu saja, maka dalam studi kasus ini
dilakukan tindakan kombinasi antara terapi generalis individu atau SP 1
sampai 4 dengan terapi psikoreligius dzikir yang diharapkan dapat
mengefisiensikan dan mengefektifkan tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan jiwa.
Implementasi yang sudah disusun di hari pertama yakni menjalin
bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan klien kemudian
menanyakan karakteristik halusinasi klien meliputi isi, waktu, frekuensi,
dan durasi. Kemudian mengajarkan klien SP 1 cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik. Setelah diajarkan terapi individu generalis lalu
diajarkan dengan pemberian terapi psikoreligius dzikir. Didapatkan hasil
klien pasien mampu mendemontrasikan cara menghardik, masih sering
mendengar suarasuara yang muncul dan terdengar terus menerus.
Hari kedua setelah dilakukan terapi generalis dengan pendekatan
strategi pelaksanaan 2 cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat dan terapi psikoreligius dzikir didapatkan hasil suarasuara masih
sering terdengar dan dengan melakukan dzikir merasa lebih tenang dan
nyaman.
Hari ketiga melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakapcakap dan melakukan terapi psikoreligius dzikir didapatkan hasil
bahwa pasien mampu mengikuti latihan bercakap-cakap dengan baik dan
tampak melakukan dzikir dengan benar dan sesuai dengan prosedur yang
diajarkan.
Hari ke empat dengan melatih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas harian (merapikan tempat tidur) dan terapi
psikoreligius dzikir didapatkan hasil suara-suara yang didengarnya pasien
sudah berkurang dan jarang muncul, dengan waktu yang tidak terlalu
sering, tetapi respon kepala ketika mendengar suara-suara tersebut masih
31
pusing. Dan dengan rutin melakukan dzikir dengan baik juga sesuai
prosedur, membuat klien menjadi lebih nyaman dan rileks. Dan hari ke
lima dilakukan evaluasi seluruh kegiatan yang sudah diajarkan dengan
tujuan untuk mengevaluasi ulang, didapatkan hasil suara-suara yang
menggangu sudah sangat jarang terdengar, mampu melakukan berbagai
kegiatan yang sudah diajarkan terutama dengan beribadah dan berdzikir
merasa dirinya lebih nyaman dan lebih rileks.
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tindakan yang berkelanjutan dan dilakukan
secara terus menerus dengan tujuan untuk menilai perubahan dari tindakan
keperawatan yang sudah dilaksanakan pada klien (Yosep & Sutini, 2016).
Penulisan evaluasi berdasarkan pada SOAP, S (subjektif data), O (Objektif
data), A (Analisis data), dan P (Planning atau rencana asuhan
keperawatan). Setelah melakukan pengkajian, merumuskan masalah,
merencanakan tindakan dan mengimplementasikan tindakan pada klien
penulis juga telah melakukan evaluasi pada tanggal 30 Mei-03 Juni 2022
dengan hasil ada pengaruh terapi Dzikir terhadap pasien halusinasi
pendengaran di Rs Lancang Kuning pekanbaru dengan skor halusinasi hari
pertama sebelum dilakukan terapi yaitu 22 (halusinasi sedang), dan sudah
dilakukan terapi 20 (halusinasi sedang), skor halusinasi hari kedua
sebelum dilakukan terapi yaitu 20 (halusinasi sedang), dan sudah
dilakukan terapi 17 (halusinasi sedang), skor halusinasi hari ketiga
sebelum dilakukan terapi yaitu 17(halusinasi sedang), dan sesudah
dilakukan terapi 16 (halusinasi sedang), skor halusinasi hari keempat
sebelum dilakukan terapi yaitu 16 (halusinasi sedang), dan sesudah
dilakukan terapi 13(halusinasi sedang), skor halusinasi hari kelima
sebelum dilakukan terapi yaitu 13 (halusinasi sedang), dan sesudah
dilakukan terapi 11 (halusinasi ringan).
B.Keterbatasan Pelaksanaan
Adapun hambatan dan keterbatasan yang dialami penulis dalam pemberian
terapi ini adalah karena penulis melakukan terapi di dalam ruang rawat inap
yang pasiennya cenderung ramai dengan Teknik terapi Dzikiryang
membutuhkan lingkungan yang kondusif. Dan pasien yang diberikan terapi
hanya satu orang sehingga tidak dapat membandingkan hasil dari terapi Dzikir
32
BAB VI
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang penerapan terapi Dzikir pada
pasien Halusinasi (pendengaran)Di Ruang Al Bakhi Rs Lancang Kuning
Provinsi Riau dapat disimpulkan:
1.Pengkajian Keperawatan
Pada saat melakukan pengkajian keperawatan didapatkan adanya
data gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran yang ditandai
dengan respon subjektif Tn.R mengatakan sering mendengarkan suara
suara seperti pecahan kaca, pasien mengatakan mendengarkan suara
menyuruh untuk mondar mandir, pasien mengatakan mendengarkan suara
tersebut pada siang dan malam hari. Sedangkan untuk data objektif Tn. R
tampak gelisah kontak mata kurang, pasien tampak mondar mandir, pasien
tampak melamun.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Tn.
R yaitu: gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3.Intervensi Keperawatan
Rencana asuahan keperawatan disusun berdasarkan diagnose yang
muncul dan dibuat berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara
teoritis. Rencana tindakan yang dilakukan pada Tn. R yaitu: mengajarkan
individu pelaksanaan Sp1- Sp4 halusinasi untuk mengontrol halusinasi
pendengaran, dan mengajarkan kepada pasien penerapan terapi spiritual
dzikir dalam mengontrol halusinasi pendengaran.
4.Implementasi Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan Tn.R dengan halusinasi pendengaran
telah disesuikan dengan intervensi yang dibuat oleh penulis. Penulis
melaksanakan Sp1-Sp4 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, 6 benar obat, bercakap-cakap, dan kegiatan harian terjadwal
dengan melakukan penerapan terapi spiritual:dzikir.
32
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari
diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan dan implementasi yang telah
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan didapatkan hasil
yang dicantumkan dalam evaluasi sebagai berikut: setelah dilakukan terapi
Dzikir pada tanggal 30 Mei-03 Juni 2022 dengan hasil ada pengaruh terapi
Dzikir terhadap pasien halusinasi pendengarn di Rs Lancang Kuning
pekanbaru dengan skor halusinasi hari pertama sebelum dilakukan terapi
yaitu 22 (halusinasi sedang), dan sudah dilakukan terapi 20 (halusinasi
sedang), skor halusinasi hari kedua sebelum dilakukan terapi yaitu 20
(halusinasi sedang), dan sudah dilakukan terapi 17 (halusinasi sedang),
skor halusinasi hari ketiga sebelum dilakukan terapi yaitu 17(halusinasi
sedang), dan sesudah dilakukan terapi 16 (halusinasi sedang), skor
halusinasi hari keempat sebelum dilakukan terapi yaitu 16 (halusinasi
sedang), dan sesudah dilakukan terapi 13 (halusinasi sedang), skor
halusinasi hari kelima sebelum dilakukan terapi yaitu 13 (halusinasi
sedang), dan sesudah dilakukan terapi 11 (halusinasi ringan).
B.Saran 1.Bagi Rumah Sakit Lancang Kuning
Penelitian ini dapat diterapkan untuk pasien-pasien halusinasi
pendengaran dan sebagai referensi.
2.Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai sumber referensi bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun
rencana keperawatan dan asuhan keperawatan yang sistematis pada
pasien Halusinasi pendengaran.
3.Bagi Keilmuan
Hendaknya terapi ini dapat juga di jadikan referensi dalam keperawatan
jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Arisandy, W., & Juniarti, A. (2020). Penerapan Strategi Pelaksana Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan. Babul Ilmi Jurnal
Ilmiah Multi Science Kesehatan, 12(2).
35
34
Yaqin, M. A. (2019). Efektifitas Terapi Dzikir Terhadap Peningkatan Harga Diri
(Self Esteem) Pada Wanita Tuna Susila Di UPT Rehabilitasi Sosial Bina
Karya Wanita Kediri. Sereal Untuk, 51(1), 51.
Yosep & Sutini. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. PT.Refika Aditama.
Zainudin, A., & Kunci, K. (2017). Pengaruh Terapi Psikoreligius : Dzikir Pada
Pasien Halusinasi Pendengaran The Influence Of Psychoreligious Therapy :
Dhikr For Auditory Hallucinations ’ Patients In RSJD dr . Arif Zainudin
Surakarta. 1(15), 70–74.
35
JADWAL KEGIATAN HARIAN PASIEN
Nama pasien : Tn. R Ruang Rawat : Al-
Balkhi
No TANGGAL PELAKSANAAN
WAKTU KEGIATAN
30/05 31/05 01/06 02/06 03/06 04/06
1. 06.00-06.30 Bangun tidur dan mandi M M M M M M
2. 06.30-07.00 Merapikan tempat tidur M M M M M M
3. 07.00-07.30
4. 07.30-08.00 Menyapu M M M M M M
5. 08.00-08.30
6. 08.30-09.00
7. 09.00-09.30
8. 09.30-10.00
9. 10.00-10.30 Mengontrol halusinasi dengan T B M M M M
cara menghardik dan dengan
berdzikir.
10. 10.30-11.00
11. 11.00-11.30 Mengontrol halusinasi degan T B M M M M
bercakap-cakap dan dengan
berdzikir
12. 11.30-12.00
13. 12.00-12.30 Mengontrol halusinasi dengan B B B B B B
cara 6 benar minum obat dan
dengan berdzikir
37
14. 12.30-13.00
15. 13.00-13.30
16. 13.30-14.00
17. 14.00-14.30
18. 14.30-15.00
19. 15.00-15.30 Mengontrol halusinasi dengan B B M M M M
berdzikir
20. 15.30-16.00
21. 16.00-16.30
22. 16.30-17.00
23. 17.00-17.30
24. 17.30-18.00
25. 18.00-18.30
26. 18.30-19.00
27. 19.00-19.30 Mengontrol halusinasi dengan
berdzikir
28. 19.30-20.00
29. 20.00-20.30
30. 20.30-21.00 Mengontrol halusinasi dengan
berdzikir
38
39
LAMPIRAN
A.Intervensi Keperawatan
sehari hari
k. Pasien mampu minum
obat sesuai dengan
jadwal
B.Catatan perkembangan FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Rahmad julianto
Ruangan : Kuantan NIM : 22501060
1. Hari Ke -1 SP 1 Subjektif :
• Membina hubungan • Pasien mengatakan “nama
28 Mei saling percaya saya S, saya sukanya
2022 • Mengidentifikasi jenis dipanggil S”
(shif pagi) halusinasi pasien • Pasien mengatakan masih
09.00 wib • Mengidentifikasi mendengar suara suara
frekuensi halusinasi yang tidak berwujud nyata
pasien • Objektif :
• Mengidentifikasi situasi • Pasien mau menjawab dan
yang menimbulkan menyebutkan nama perawat
09.10 wib halusinasi dan membalas salam, mau
• Menjelaskan cara berjabat tangan
mengontrol halusinasi • Pasien mampu mengenal
• Mengajarkan pasien cara jenis (pendengaran ), isi
09.30 wib
pertama menghardik (suara suara menyuruh
halusinasi untuk membalas dendam
• Memberikan terapi pada kawan nya), waktu
Qur’anic healing (malam), frekuensi (1x
C.SOP Intervensi
Standar Operasional Prosedur Melakukan Terapi Spiritual: Dzikir
TUJUAN 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar setan,
karena dzikir bagaikan benteng yang sangat kokoh yang
mampu melindungi seorang hamba dari serangan musuh-
musuhnya.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan
depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan, kebahagiaan dan
kelapangan hidup. Karena dzikir mengandung psikoterapeutik
yang mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme yang kuat
dalam diri orang yang berdzikir.
3. Dzikir dapat menghidupkan hati.
4. Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya dari
adzab Allah, karena dengan berdzikir dosa akan
PROSEDUR 1. Pilih posisi yang nyaman untuk duduk, baik itu diatas lantai
dengan bersila atau pun di atas kursi.
2. Tenangkan diri sampai nyaman (rileks).
3. Lalu mulailah menyebut kata atau kalimat dengan tenang dan
perlahan.
4. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan kalimat
(Bismillahirrahmanirrahim) sebanyak 5 kali.
Astaghfirullaahaladhim (Saya mohon ampun kepada allah yang
maha besar) sebanyak 5 kali, dan Subhanallah (maha suci
allah) 5 kali. Bacaan tersebut diucapkan secara berulang-ulang.
5. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan
pikiran kembali.
6. Terapi dzikir dilakukan selama 15 menit.
7. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dan
beristirahat, buka pikiran kembali, barulah berdiri dan
melakukan kegiatan kembali.
3. Hari ketiga
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 2 1
Lokasi 1 1
Kekuatan suara 1 1
Keyakinan asal suara 2 2
Jumlah isi suara negative 1 1
Intensitas suara negative 2 2
Jumlah suara yang menekan 1 1
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 3 3
Skor sebelum terapi: 17
Skor setelah terapi: 16
4. Hari keempat
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 1 1
Lokasi 1 1
Kekuatan suara 1 1
Keyakinan asal suara 2 1
Jumlah isi suara negative 1 1
Intensitas suara negative 2 1
Jumlah suara yang menekan 1 1
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 3 2
Skor sebelum terapi: 16
Skor setelah terapi: 13
5. Hari kelima
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 1 1
Lokasi 1 1
Kekuatan suara 1 1
Keyakinan asal suara 1 1
Jumlah isi suara negative 1 1
Intensitas suara negative 1 0
Jumlah suara yang menekan 1 1
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 2 1
Skor sebelum terapi: 13
Skor setelah terapi: 11
1) skor halusinasi hari pertama sebelum dilakukan terapi yaitu 22, dan sudah
dilakukan terapi 20
2) skor halusinasi hari kedua sebelum dilakukan terapi yaitu 20, dan sudah
dilakukan terapi 17
3) skor halusinasi hari ketiga sebelum dilakukan terapi yaitu 17, dan sesudah
dilakukan terapi 16
4) skor halusinasi hari keempat sebelum dilakukan terapi yaitu 16, dan
sesudah dilakukan terapi 13
5) skor halusinasi hari kelima sebelum dilakukan terapi yaitu 13, dan sesudah
dilakukan terapi 11
a. Frekuensi
Seberapa sering Anda mengalami suara? misalnya setiap hari, sepanjang
hari dll
0. = Jika suara tidak hadir atau hadir kurang dari sekali seminggu
(tentukan frekuensi jika ada).
1. = jika suara terdengar setidaknya sekali seminggu
2. = Jika suara terdengar setidaknya sekali sehari.
3. = Jika suara terdengar setidaknya sekali satu jam.
4. = Jika suara terdengar terus menerus atau hampir setiap saat dan
berhenti hanya untuk beberapa detik atau menit.
b. Durasi
Ketika Anda mendengar suara Anda, berapa lama suara muncul, missal
dalm beberapa detik, menit, jam, sepanjang hari?
0. = suara tidak hadir
1. = Suara berlangsung selama beberapa detik, suara sekilas.
2. = Suara berlangsung selama beberapa menit.
3. = Suara berlangsung selama setidaknya satu jam.
4. = Suara berlangsung selama berjam-jam pada suatu waktu.
c. Lokasi
Ketika Anda mendengar suara Anda dari mana suara itu berasal? Di dalam
kepala Anda dan / atau di luar kepala Anda?
0. = Suara tidak hadir
1. = Jika suara berasal dalam kepala saja
2. = Jika suara berasal dari luar kepala, tapi dekat dengan telinga atau
kepala.
3. = Jika suara berasal dari dalam atau dekat dengan telinga dan di luar
kepala jauh dari telinga.
4. = Jika suara berasal dari ruang angkasa luar, jauh sekali dari kepala.
d. Kekuatan suara
Seberapa keras suara-suaraitu terdengar?
Apakah suara itu lebih keras dari suara Anda sendiri, atau sama kerasnya,
atau seperti sebuah bisikan?
0. = Suara tidak hadir.
1. = lebih tenang dari suara sendiri seperti bisikan.
2. = sama kuatnya dengan suara sendiri
3. = lebih keras dari suara sendiri
4. = Sangat keras seperti berteriak.
e. Keyakinan asal suara
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar suara itu?
- Apakah suara yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan diri sendiri atau semata-mata karena faktor orang
lain?
Jika pasien mengungkapkan faktor eksternal:
- Berapa banyak yang Anda percaya bahwa suara itu disebabkan oleh
(sesuai
pengakuan pasien ) dimana, pada skala 0-100 : 100 adalah bahwa
Anda benar-benar yakin, 50 : ragu- ragu dan 0 adalah bahwa anda
tidak yakni 0.= Suara tidak hadir.
1. = Percaya suara itu semata-mata dihasilkan secara internal (dari
dalam diri) dan berhubungan dengan diri.
2. = kurang dari 50 % yakin bahwa suara itu berasal dari penyebab
eksternal (luar).
3. = Lebih dari 50% (tapi kurang dari 100%) yakin bahwa suara itu
berasal dari penyebab eksternal.
4. = Percaya suaraitu semata-mata karena penyebab eksternal
(100% keyakinan)
f. Jumlah isi suara negative
a) Apakah suara Anda mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan atau
negatif?
b) Dapatkah Anda memberi saya beberapa contoh dari apa suara katakan?
(memerintah untuk membunuh, melukai orang lain atau mengatakan
keburukan diri anda)
c) Berapa banyak suara negatif itu terdengar?
0. = Tidak ada isi suara yang menyenangkan.
1. = suara itu terdengar menyenangkan Sesekali.
2. = Minoritas isi suara tidak menyenangkan atau negatif (kurang dari
50%)
3. = Mayoritas isi suara tidak menyenangkan atau negatif (lebih dari
50%)
4. = Semua isi suara tidak menyenangkan atau negatif.
g. Intensitas suara negative
Menggunakan kriteria skala, meminta pasien untuk detail lebih jika
diperlukan
0. = Tidak menyenangkan atau negatif.
1. = Seberapa sering isi suara negatif terdengar, tapi suara itu yang
berkata tidak berkaitan dengan diri sendiri atau keluarga misalnya
bersumpah dengan kata-kata kasar atau hinaan tidak diarahkan untuk
diri sendiri, misalnya "Orang itu jahat".
2. = pelecehan verbal yang ditujukan kepada Anda, mengomentari
perilaku Anda missal : "Seharusnya melakukan itu, atau mengatakan
bahwa…".
3. = Pelecehan verbal yang ditujukan kepada Anda tapi berkaitan dengan
konsep diri misal "Anda malas, jelek, gila, sesat, tidak berguna dll..”
4. = Ancaman yang ditujukan kepada Anda misal mengancam diri Anda
untuk menyakiti diri atau keluarga, perintah untuk menyakiti diri
sendiri atau orang lain dan pelecehan verbal pribadi no (3).
h. Jumlah suara yang menekan
Apakah suara itu terdengar menekan anda?
Berapa banyak?
0. =Suara itu tidak menyusahkan sama sekali.
1. = suara itu sesekali menyusahkan, mayoritas tidak menyusahkan.
2. = Sama jumlah suara menyusahkann dan tudak menyusahkan.
3. =Mayoritas suara menyusahkan, minoritas tidak menyusahkan.
4. = Jika suara itu selalu menyusahkan.
i. Intensitas suara yang menekan kapan suara itu menekan anda, seberapa
menyusahkan suara itu? Apakah suara itu menyebabkan Anda sedikit
tertekan atau tertekan sedang dan berat?
Apakah suara itu yang paling menyusahkan anda?
0. = Suara tidak menyusahkan
1. = Jika suara sedikit menyusahkan/ menekan
2. =Jika suara terasa menekan untuk tingkat sedang
3. =Jika suara itu menekan anda, meskipun subjek bisa merasa lebih
buruk.
4. =Jika suara sangat menekan Anda, Anda merasa buruk mendengar
suara itu.
j. Gangguan akibat suara
Berapa banyak gangguan yang disebabkan suara-suara itu dalam hidup
Anda?
Apakah suara menghentikan Anda dari bekerja atau aktivitas lainnya?
Apakah mereka mengganggu hubungan Anda dengan teman-teman dan /
atau keluarga?
Apakah mereka mencegah Anda merawat diri sendiri, misalnya mandi
mengganti pakaian dll
0. =Tidak ada gangguan terhadap kehidupan, mampu mempertahankan
hidup mandiri tanpa masalah dalam keterampilan hidup sehari-hari.
Mampu mempertahankan hubungan sosial dan keluarga (jika ada).
1. = Jika suara menyebabkan sedikit menganggu kehidupan Anda misal
mengganggu konsentrasi meski tetap mampu mempertahankan
aktivitas siang hari dan hubungan sosial dan keluarga dan dapat
mempertahankan hidup mandiri tanpa dukungan.
2. = Jika suara cukup menganggu kehidupan anda misalnya
menyebabkan gangguan beberapa aktivitas siang hari dan/atau
keluarga atau kegiatan sosial. pasien tidak di rumah sakit meskipun
mungkin aktivitasnya dibantu orang terdekat atau menerima bantuan
tambahan dengan keterampilan hidup seharihari.
3. = Jika suara menyebabkan gangguan parah pada kehidupan sehingga
rawat inap diperlukan. Pasien mampu mempertahankan beberapa
kegiatan sehari-hari, perawatan diri dan hubungan sementara dengan
beberapa orang di rumah sakit. Pasien juga mungkin mengalami
gangguan berat dalam hal kegiatan keterampilan hidup sehari-hari
dan / atau hubungan.
4. = Jika suara menyebabkan gangguan hidup yang lengkap sehingga
mengharuskan untuk dirawat inap. Pasien masih mampu
mempertahankan kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial tetapi
Perawatan diri sangat terganggu.biasanya
k. Control terhadap suara
Apakah Anda pikir Anda bisa mengontrol diri ketika suara itu muncul?
Dapatkah Anda mengabaikan suara itu?
0. =Pasien percaya dapat memiliki kontrol atas suara itu sehingga bisa
menghentikannya
1. =Pasien percaya dapat memiliki kontrol atas suara-suara di sebagian
besar kesempatan.
2. =Pasien percaya dapat memiliki beberapa kontrol atas suara itu di
beberapa kesempatan.
3. =Pasien percaya dapat memiliki beberapa kontrol atas suara itu tapi
hanya sesekali. Sebagian besar , suara itu tak terkendali.
4. =Pasien tidak memiliki kontrol atas suara itu ketika suara itu muncul
dan tidak dapat mengabaikan atau menghentikan suara itu sama sekali.
E.LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KIAN
Nama : Rossydah
NIM : 21501065
Judul KIAN : “Asuhan Keperawatan pada pasien
Halusinasi pendengaran dengan penerapan terapi
Dzikir di Ruang Al-Balkhi RS
Lancang Kuning Pekanbaru”