Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI

DENGAN PENERAPAN TERAPI DZIKIR DI RUANG


AL BAKHI RS LANCANG KUNING
KOTA PEKANBARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ROSSYDAH, S.Kep
21501065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI
DENGAN PENERAPAN TERAPI DZIKIR DI RUANG
AL BAKHI RS LANCANG KUNING KOTA
PEKANBARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh gelar Ners

ROSSYDAH, S.Kep
21501065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2022
HALAMAN PENYATAAN ORISINALITAS

i
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ROSSYDAH
NIM : 21501065
Program Studi : Profesi Ners
Nama Pembimbing : Ns. Yeni Devita, M.Kep
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners yang saya tulis
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa penelitian ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Pekanbaru, Juni 2022


Yang membuat Pernyataan

ROSSYDAH
21501065

HALAMAN PERSETUJUAN

ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI
DENGAN PENERAPAN TERAPI DZIKIR DI RUANG
AL BAKHI RS LANCANG KUNING
KOTA PEKANBARU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ROSSYDAH, S. Kep
21501065

Karya Ilmiah Akhir Ners ini Telah Disetujui Pada :


Juni 2022

Pembimbing

Ns. Yeni Devita, M.Kep


NIDN. 1028068601

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Ns. Rizka Febtrina, M. Kep, Sp. Kep. MB


NIDN. 1028028503

HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI


DENGAN PENERAPAN TERAPI DZIKIR DI RUANG
AL BAKHI RS LANCANG KUNING
KIAN ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program
KOTA
Profesi Ners STIKesPEKANBARU
Payung Negeri Pekanbaru

iii
Rossydah, S.Kep
21501065
Pekanbaru, Juni 2022

Pembimbing Penguji I Penguji II

Ns. Ns. Emulyani, M.Kep Ns.Bayu Azhar, M.Kep


NIDN. 1003087601 NIDN. 1015059102

Mengesahkan,
Yeni Devita, M. Kep
NIDN. 1028068601

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru

Dr. Deswinda, S.Kep, Ns, M.Kes


NIDN.1024027001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

KIAN, Juni 2022

Rossydah
21501056

V + 30 Halaman + 2 Tabel + 5 Lampiran

Asuhan Keperawatan pada Pasien Halusinasi dengan Penerapan


Terapi Dzikir di Ruang Al Balkhi RS Lancang Kuning Kota
Pekanbaru

ABSTRAK

Halusinasi merupakan pengalaman sensori yang menyimpang atau salah yang


dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata tanpa adanya stimulus. Halusinasi dapat terjadi
karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan
dalam mengontrol halusinasi. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan pada pasien

iv
halusinasi adalah penerapan terapi dzikir.Tujuan dari karya ilmiah akhir ners ini
menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien Halusinasi dengan Penerapan terapi dzikir
diruang Al Balkhi Rs Lancang Kuning Kota Pekanbaru. Desain penelitian ini adalah studi
kasus, intervensi ini dilakukan sekali sehari selama 5 hari dan dilakukan secara individu.
Dari intervensi yang dilakukan selama 5 hari didapatkan bahwa terapi Dzikir dapat
mengontrol halusinasi pedengaran,dengan skor halusinasi hari sebelum dilakukan terapi
yaitu 22 (halusinasi sedang), dan setelah dilakukan terapi dengan skor (halusinasi ringan).
Saran diharapkan perawat selalu berusaha untuk menerapkan terapi dzikir pada pasien
halusinasi pedengaran, karena berdzikir dapat meningkatkan ketenangan hati sehingga
gejala-gejala halusinasi dapat teratasi.

Kata Kunci :Terapi Dzikir, Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


pendengaran
Referensi : 13 Referensi (2015-2022)

NERS PROGRAM
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

KIAN, Juny 2022

Rossydah
21501065

Nursing Care For Hallucination Patients With The Application Of


Zikir Therapy In The Al Balkhi Room Lancang Kuning
Hospital Pekanbaru

Hallucinations are distorted or false sensory experiences that are perceived as real in the
absence of a stimulus. Hallucinations can occur because of the individual's inability to
deal with stressors and lack of ability to control hallucinations. One of the interventions
that can be performed on patients with hallucinations is the application of dhikr. The
purpose of this final scientific paper is to explain Nursing Care for Hallucinating Patients
with the Application of dhikr in the Al Balkhi room of Lancang Kuning Hospital,
Pekanbaru City. The design of this study is a case study, this intervention was carried out
once a day for 5 days. From the intervention carried out for 5 days, it was found that
Dhikr therapy can control auditory hallucinations, with a score of 22 hallucinations the
day before therapy (moderate hallucinations), and after therapy with a score (mild
hallucinations). Suggestions are expected that nurses always try to apply dhikr therapy to
auditory hallucinations patients, because dhikr can increase peace of mind so that the
symptoms of hallucinations can be resolved.

v
Keywords : Therapy Dhikr Sensory Perception Disorders: Auditory
Hallucinations
References : 13 References (2015-2022)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah
dilimpahkannya Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan kian ini, yang
diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Profesi Ners STIKes Payung Negeri dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Halusinasi pendengaran dengan Penerapan Terapi
Dzikir di Ruang Al-Balkhi RS Lancang Kuning Kota Pekanbaru”. Dalam
menyelesaikan kian ini, penulis tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang
senantiasa memberikan bantuan, bimbingan, dukungan, serta doa sehingga
penulisan kian ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Deswinda, S.Kep, Ns, M.Kes, Selaku Ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Rizka Febtrina, M.Kep, Sp. Kep. MB Selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Yeni Devita, M.Kep Selaku Pembimbing telah banyak memberikan
bimbingan, arahan dan masukan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini.

vi
4. Ketua penguji I Ibu Ns. Emulyani, M.Kep dan Penguji II Bapak Ns. Bayu
Azhar, M.Kep yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
5. Seluruh Staf dosen beserta karyawan dan karyawati STIKes Payung Negeri
Pekanbaru yang telah banyak memberi pengetahuan dan bimbingan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
6. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Sulaiman.Ys dan Ibunda Zaidah karena selalu memberikan dukungan,
motivasi dan semangat dan juga kepada abang dan kakak saya selaku saudara
kandung saya yang selalu memberikan semangat yang tak pernah henti yaitu
kakak Isfihani dan Icha Martina, dan abang Edi Pardani, dan untuk keponaan
saya Isfia Reni
7. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Ners khususnya
angkatan tahun 2021
8. Terimakasih kepada Yusril Mahendra yang selalu memotivasi dan memberi
semangat serta membantu dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
9. Tidak lupa pula terimakasih untuk Sahabat OSCAR Santika Oktaviany, Tari
Oktaviany, Sri Mariaty dan Monisa Oktareza yang selalu memberikan
semangat tiada henti.
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis,
Amin ya rabbal „alamin. Harapan penulis semoga pembaca dapat memberikan
kritikan yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya Karya Ilmiah Akhir
Ners ini.
Akhir kata semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Pekanbaru, Juni 2022

vii
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................


i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................
ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
iii HALAMAN
PENGESAHAN .............................................................................. iv ABSTRAK
INDONESIA ....................................................................................... v
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vii DAFTAR
ISI ......................................................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................
4
1. Tujuan
Umum ........................................................................................ 4
2. Tujuan
Khusus ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................
4
E. Keaslian Penulisan .......................................................................................
5

viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
6 BAB III GAMBARAN KASUS ..........................................................................
19 BAB IV PELAKSANAAN INTERVENSI
KEPERAWATAN ........................ 21 BAB V
PEMBAHASAN ...................................................................................... 26
A. Analisis dan Diskusi Hasil .........................................................................
26
B. Keterbatasan Pelaksanaan ..........................................................................
31
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................
32
A. Kesimpulan ................................................................................................ 32
B. Saran ...........................................................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
34
LAMPIRAN

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kesehatan jiwa individu bisa dilihat melalui beberapa hal, seperti individu
berada dalam kondisi fisik, sosial dan mental yang terbebas dari gangguan
(penyakit) sehingga memungkinkan individu untuk mampu melakukan
hubungan sosial yang memuaskan dan hidup sebagai manusia yang produktif
(Nurhalimah, 2016). Jiwa yang tidak memenuhi gambaran diatas, akan disebut
jiwa yang terganggu atau gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah kondisi jiwa yang terganggu yang biasanya ditandai
dengan tidak memiliki hubungan harmonis dengan individu lain, bermusuhan
dan mengancam serta sering kali tidak produktif di masyarakat bahkan
cenderung merugikan (Yosep & Sutini, 2016). Gangguan jiwa merupakan
manifestasi atau perwujudan bentuk penyimpangan perilaku yang terjadi pada
seseorang akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukanya ketidakwajaran
dalam bertingkah laku (Wahyudi & Fibrian, A, 2016).
Masalah gangguan jiwa di dunia mencapai 13% dari penyakit secara
keseluruhan dan kemungkinan akan bertambah luas menjadi 25% pada tahun
2030 (WHO, 2019). Data di Indonesia menunjukkan penduduk yang
mengalami gangguan jiwa sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga, yang artinya
dari 1000 rumah tangga terdapat 6,7 (Riskesdas, 2018). Pada tahun 2018,
Provinsi Riau menduduki peringkat ke 24 dari 34 provinsi di Indonesia dengan
masalah gangguan jiwa berat dengan prevalensi 6,2/1000.
Dari beberapa jenis halusinasi, halusinasi pendengaran merupakan
fenomena yang mayoritas dijumpai pada pasien skizofrenia. Diperkuat dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suryani, (2015), diperoleh hasil
bahwa karakteristik halusinasi dari penderita skizofrenia yaitu jenis halusinasi
terbanyak yang dialami penderita adalah halusinasi pendengaran (74,13%).
Berdasarkan Stuart, (2016) menyatakan 70% pasien skizofrenia mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan dan 10%
mengalami halusinasi lainnya.
2

Halusinasi merupakan pengalaman sensori yang menyimpang atau salah yang


dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata tanpa adanya stimulus (Gasril &
Sasmita, 2020). Halusinasi dapat terjadi karena ketidakmampuan individu
dalam menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan dalam mengontrol
halusinasi (Zainudin, 2017). Halusinasi yang tidak ditangani secara baik dapat
menimbulkan resiko terhadap keamanan diri pasien sendiri, orang lain dan juga
lingkungan sekitar, oleh sebab itu halusinasi harus diatasi dengan
sungguhsungguh. Dari data rekam medis di ruangan Al Balkhi RS Lancang
Kuning Pekanbaru pasien halusinasi dalam 3 bulan terakhir berjumlah 16 orang
(20%), dan pasien yang mengalami halusinasi pada tahun 2021 berjumlah 42
orang
(52%) dari total pasien keseluruhan berjumlah 80 orang (100%)
Salah satu cara untuk menangani pasiendengan halusinasi adalah medis
maupun psikoterapi. Pemberian terapi medis yakni meliputi antipsikotik atau
yang dikenal sebagai obat-obatan neuroleptic, sedangkan psikoterapi yang
dapat dilakukan pada pasien halusinasi adalah sosial sklis training congnitive
remediation, cognitive adaptation training, cognitive behavior therapy, group
therapy, family therapy dan psikorelegius therapy. Salah satu terapi yang
direkomendasikan dalam upaya untuk mengatasi halusinasi adalah terapi
psikoreligius: dzikir. Terapi ini merupakan salah satau bentuk psikoterapi yang
bertujuan meningkatkan mekansime koping atau untuk mengatasi masalah yang
dialami (Gasril & Sasmita, 2020).
Terapi dzikir dapat membuat pikiran menjadi tenang, tubuh menjadi rileks dan
membuat pasien menjadi nyaman, sehingga menstimulasi pelepasan hormone
endorfhin keseluruh tubuh. Efek dari pelepasan hormone endofrin akan
meningkatkan perasaan damai, tenang, mengurangi stress, dan pada akhirnya
akan membuat perasaan menjadi senang dan tenang.Terapi dzikir merupakan
terapi yang bertujuan untuk mengagungkan nama Allah, mensucikan hati dan
jiwa, mengagungkan Allah selaku hamba yang bersyukur, dzikir dapat
menyehatkan tubuh, dapat mengobati penyakit, mencegah manusia dari bahaya
nafsu juga dapat membangkitkan harapan dan percaya diri pasien (Dermawan,
2017).
3

Menurut penelitian yang dilakukan Gasril & Sasmita (2020) terapi psikoreligius
dzikir memiliki pengaruh dalam mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi
pendengaran, dengan adanya perbedaan rata-rata antara sebelum dilakukanya
dzikir dan sesudah dilakukan dzikir. Hal ini menujukkan bahwa terapi
psikoreligius dzikir efektif dalam mengontrol halusinasi pasien dengan
halusinasi pendengaran.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis mengenai
terapi religius dzikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi di RS Lancang Kuning Pekanbaru
menunjukkan bahwa pasien halusinasi sebelum diberikan terapi religius dzikir
dalam kategori Halusinasi sedang, sedangkan pasien halusinasi yang sudah
diberikan terapi religius dzikir dalam kategori halusinasi ringan.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Dengan Penerapan Terapi
Dzikir Di Ruang Al Bakhi Rs Lancang Kuning Provinsi Riau”.
B.Rumusan Masalah
Salah satu cara untuk mengontrol pasiendengan halusinasi adalah melakukan
terapispiritual dengan penerapan religius dzikir.Penerapan religius dzikir pada
pasienhalusinasi bertujuan untuk mengontrolhalusinasi, karena aspek ini
ditujukan untukmemaksimalkan manfaat dari pengalaman,pengobatan dan
perasaan damai bagi pasien,sehingga perlu disediakan sarana ibadahseperti
bacaan dzikir, kitab suci dansebagainya (Wahyudi & Fibrian, 2016). Terapi
Dzikir ini dapat memusatkan perhatian yang sempurna (khusyu) dapat
memberikan dampak saat halusinasinya muncul pasien bisa menghilangkan
suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukkan diri dengan
melakukan terapi dzikir
Rumusan masalah dalam karya ilmiah akhir ners ini adalah bagaimana
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Dengan Penerapan Terapi
Dzikir Di Ruang Al Bakhi Rs Lancang Kuning Kota Pekanbaru?”

C.Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi dengan
4

Penerapan Terapi Dzikir Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru


2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada Pasien Halusinasi dengan
Penerapan Terapi Dzikir Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru
b. Memaparkan hasil analisa data pada Pasien Halusinasi dengan
Penerapan Terapi Dzikir Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru
c. Memaparkan hasil implementasi pada Pasien Halusinasi dengan
Penerapan Terapi Dzikir Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru
d. Memaparkan hasil evaluasi Pasien Pasien Halusinasi dengan
Penerapan Terapi Dzikir Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru
e. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan (sebelum dan
sesudah tindakan) Pasien Pasien Halusinasi dengan Penerapan
Terapi Dzikir Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru
D.Manfaat
1. Bagi Keilmuan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat dijadikan sebagai kontribusi bagi
perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa tentang
upaya mencegah dan menurunkan gejala halusinasi sehingga menambah
pengetahuan dan meningkatkan kualitas di Institusi Pendidikan.
2. Bagi Rumah Sakit Lancang Kuning
Karya ilmiah akhir ners ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mencegah dan menurunkan gejala halusinasi berdasarkan kepada
pembuktian Evidence Based Nursing Practice (EBNP) untuk
memberikan asuhan keperawatan yang lebih luas sehingga dapat
meningkatkan kepuasan pasien dan kualitas pelayanan rumah sakit.

3. Bagi Pasien
Sebagai tambahan informasi serta pengetahuan tentang cara mencegah
dan menurunkan gejala halusinasi dengan teknik non-farmakologi,
sehingga dapat dilakukan secara mandiri jika gejala dirasakan.
E.Keaslian Penulisan
Berdasarkan pengetahuan penulis sebagai penulis Karya Ilmiah Akhir
5

Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi dengan


Penerapan Terapi Dzikir Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru”, penulis yakin
tidak ada yang memiliki judul KIAN yang sama dengan penulis. Mungkin ada
penelitian serupa dengan penulis yang ditulis oleh penelitian sebelumnya,
seperti:
1. Emulyani, Herlambang, (2020). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap
Penurunan Tanda dan Gejala Halusinasi Pada Pasien Halusinasi di RSJ
Tampan Provinsi Riau. Terbit pada jurnal Healtcare: Jurnal Kesehatan
9 (1) Juni 2020.
2. Pratiwi Gasril, Suryani, Heppi Sasmita, (2020). Pengaruh Terapi
Psikoreligious: Dzikir dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran pada
Pasien Skizofrenia yang Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
Riau. Terbit pada Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20 (3),
Oktober 2020
3. M.Aldi Aulia Akbar, Uswatun Hasanah, Indhit Tri Utami, (2022).
Penerapan Terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran. Terbit pada Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomor 4,
Desember 2022
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada state of art ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu sebagai
panduan penulis untuk penelitian yang akan dilakukan, yang kemudian akan
menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian ini. Dalam state of
art ini akan terdapat beberapa jurnal. Berdasarkan jurnal ilmiah yang ditemukan
hasil penelitian terkait dengan Terapi Dzikir terhadap pasien Halusinasi telah
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan antara lain :
No Peneliti Judul Tahun Metode Hasil
Terbit

1 Emulya Pengaruh 2020 Penelitian ini merupakan bahwa nilai rata-rata


penelitian kuantitatif keberhasilan kontrol
ni, E., Terapi Zikir
dengan design kuasi
Terhadap eksperimen tanpa control, halusinasi pada pasien
Penurunan dimana jumlah responden halusinasi sebelum
sebanyak 21 orang
Tanda Dan terapi dzikir adalah
menggunakan purposive
Gejala sampling, menggunakan 16,90 dan setelah terapi
analisis statistic uji T zikir adalah 5,48
Halusinasi
dependent Yaitu dengan
Pada Pasien dengan nilai p = 0,000
membangdingkan hasil
Halusinasi sebelum dan sesudah <0,05.
dilakukannya terapi zikir
terhadap gejala dan tanda
halusinasi. Pelaksanaan
terapi selama 7 hari
dibimbing dan diarahkan
serta

6
7

diamati/observasi agar
responden dapat
melaksanakan sesuai
tahapan yang
direncanakan

2 Pratiwi Pengaruh 2022 Jenis penelitian yang Hasil penelitian


Gasril Terapi digunakan dalam menunjukkan bahwa
Psikoreligiou penelitian ini adalah terdapat pengaruh
s: Dzikir penelitian kuantitatif. terapi psikoreligious:
dalam Desain penelitian adalah dzikir dalam
Mengontrol quasy expriemental mengontrol
Halusinasi dengan rancangan One halusinasi pada pasien
Pendengaran Group pretest-posttest skizofrenia (p value =

Pada Pasien dimana rancangan yang 0,000), Hasil penelitian

Skizofrenia tidak ada kelompok ini dapat dijadikan

yang Muslim pembanding (kontrol). terapi tambahan dalam

di Rumah Pengumpulan data pada mengontrol

Sakit Jiwa penelitian ini dilakukan halusinasi pada pasien


Tampan dengan menggunakan dengan halusinasi
Provinsi Riau modul dan lembar evaluasi pendengaran.
yang dikembangkan oleh
Haddock (2009) yang
berupa Auditory
Hallucinations Reating
Scale (AHRS).

3 M.Aldi Penerapan 2019 Karya Tulis Ilmiah Ini hasil penerapan yang
Aulia menggunakan desain studi dilakukan 2 subjek
Terapi
dapat disimpulkan
Akbar Psikorelegius kasus (case study). bahwa terapi
Dzikir Pada Dirumah sakit jiwa
8

Pasien daerah provinsi lampung psikoreligius dzikir


dan dilakukan 2x berdampak positif bagi
Halusinasi
penerapan pada waktu
pagi dan siang. Subjektif pasien dengan
yang digunakan dalam halusinasi
studi kasus yaitu dua
pendengaran yang
orang dengan memiliki
gangguan jiwa halusinasi. sebelumnya
Instrument yang mendapatkan hasil
digunakan dalam
pengumpulan data yaitu tanda gejala dan 9 dari
lembar observasi yang 11 tanda gejala setelah
berisi tanda gejala
dilakukan
halusinasi pendengaran.
Pengisian observasi selama 3 hari
dilakukan dengan penerapan tanda
memberikan tanda ceklis.
gejala muncul hanya 3
dan 4. Sehingga
menurut
peneltian
penerapan psikorelifius
dzikir sangat
efesien
untukmengurangi tanda
gejala pada pasien
halusinasi
pendengaran.

KONSEP DASAR
9

1.Konsep Halusinasi
A.Pengertian Halusinasi
Halusinasi dapat di definisikan sebagai suatu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi merasakan
sensasi palsi berupa penglihatan, pengecapan, perabaan, penghinduan, atau
pendengaran (Yaqin, 2019). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan ransangan internal (pikiran) dan
ransangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau ransangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak
ada orang yang berbicara
Halusinasi merupakan persepsi yang salah (false perception)
tanpa adanya objek luar. Tentu saja persepsi yang dihasilkan tidak seperti
persepsi yang normal, ada objek -luar pembentuk persepsi. Selain itu
halusinasi hanya dimiliki oleh individu tersebut, sedangkan orang lain
tidak memilikinya. Halusinasi dapat diperngaruhi oleh imajinasi mental
yang kemudian diproyeksikan keluar sehingga seolah-olah datangya
dari luar dirinya (Yaqin, 2019).
B.Etiologi
Menurut Stuart 2013 dalam (Irwan et al., 2021) faktor-faktor yang
menyebabkan pasien jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
2. Faktor predisposisi
a) Faktor Biologis
Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi menunjukkan peran genetik. Kembar identik yang
dibesarkan secara terpisah angka kejadian Schizoprenia lebih
tinggi dari pada saudara sekandung yang dibesarkan secara
terpisah
b) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan
stress dan kecemasan yang berakhir dengan gangguan orientasi
realita
c) Faktor sosial budaya
10

Stress yang menumpuk schizophrenia dan gangguan psikotik lain,


terapi tidak diyakini sebagai enyebab utama gangguan.
3. Faktor presipitasi
a) Biologis
Stressor biologis yang berhubunga dengan respon neurobiologis
maladaptif adalah gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan
balik otak dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak, yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus
b) Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku
c) Stres sosial/budaya
Stres dan kecemasan akan meningkatkan apabila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, terpisahnya dengan orang terpenting atau
disingkirkan dari kelompok
d) Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah dapat menimbulkan
perkembangan gangguan sensori persepsi halusinasi.

C.Tanda dan gejala Halusinasi


No Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
11

1. Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri, Mendengar suara-


dengar/suara marah-marah tanpa sebab, suara atau
mengarahkan telinga kearah kegaduhan, mendengar
tertentu, menutup telinga suara-
suara yang mengajak
bercakap-cakap,
mendengar suara
menyuruh untuk
melakukan sesuatu
berbahaya

2. Halusinasi Menunjuk-nunjuk kearah Melihat bayangan,


penglihatan tertentu, ketakutan pada sinar, bentuk
sesuatu yang tidak jelas, geometris, bentuk
kartun, melihat hantu
atau monster

3. Halusinasi Mencium seperti sedang Membaui bauan seperti


penghidu membaui bauan tertentu, bau darah, urine, feses
menutup hidung dan kadang-kadang
bau itu menyenangkan

4. Halusinasi Sering meludah, muntah Merasa rasa seperti


pengecapan darah, urine, atau feses

5. Halusinasi Mengaruk-garuk permukaan Mengatakan ada


perabaan kulit serangga dipermukaan
kulit,

merasa seperti
tersengat listrik

D.Penatalaksanaan Halusinasi
a. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi,
pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi. Untuk membantu pasien
12

mengenali halusinasi sapat melakukannya dengan cara berdiskusi


dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul
b. Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara
mendapat obat/berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip
6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
c. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi (bercakap-cakap
dengan orang lain)
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi ditraksi: focus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain. Sehingga salah satu cara
yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain
d. Melakukan aktivitas terjadwal
Menjelasakan pentingnya aktivitas teratur, mendiskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan oleh pasien,melatih melakukan aktivitas,
menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan jawal yang telah
dilatih, memantau pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement.
2.Konsep Terapi Dzikir
A.Pengertian terapi dzikir
Terapi dzikir adalah pengobatan psikologis dengan mengingat Allah
dengan cara membaca lafal tertentu dan disertai dengan perenungan
terhadap petunjuk yang Allah tampakkan (Yaqin, 2019)
B.Macam-macam dzikir
Dzikir kepada Allah secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat
bentuk atau jenis, hal ini berdasarkan pada aktivitas yang digunakan untuk
mengingatkan Allah, yaitu sebagai berikut:a.Dzikir pikir
b. Dzikir dengan lisan atau ucapan
c. Dzikir dengan qalbu
13

d. Dzikir dengan amal perbuatan


C.Lafal Dzikir
Ada beberapa lafal dzikir yang bersumber dari Al-Quran maupun Hadist
Nabi, diantaranya sebagai berikut:
a. Tahmid, yaitu mengucapkan al-hamdulillah (segala puji bagi Allah)
Bacaan ini mengandung makna penengasan kepada diri kita untuk tidak
saja menepis pikiran tentang Allah, namun sebaiknya hanya berfikir
positif tentang dia.
b. Takbir, yaitu mengucapkan Allahuakbar (Allah Maha Besar) Lafazh
takbir mengandung makna bahwa manusia adalah makhluk yang kecil,
tiada yang besar selain Allah semata. Kalimat Allahu Akbar banyak
digunakan ketika seseorang melaksanakan sholat. Intinya adalah untuk
merendahkan dan mengecilkan diri kita sekecilkecilnya di hadapan dzat
yang maha besar.
c. Tasbih, yaitu mengucapkan Subhanallah (Maha suci Allah) Kalimat
Subhanallah fokusnya adalah memuji Allah. Disinilah kita baru memulai
Dzikir sesungguhnya, dan inilah makna dzikir yang sebenarnya, yaitu
ingat Zat Allah dengan segala sifat Maha-Nya. Menurut tafsir meningat
Allah diwaktu berdiri, duduk dan ketika berbaring, berarti mengingat
Allah dalam keadaan bagaimanapun juga. Sedang menurut Ibnu Abbas,
maksudnya adalah mengerjakan sholat dalam keadaan tersebut sesuai
dengan kemampuan. Pernyataan ini menegaskan bahwa aktivitas
manusia selalu berada pada tiga posisi di atas, yakni berdiri, duduk dan
berbaring. Dan mengingat Allah dengan meningat kekuasaanNya serta
dengan ketaatan adalah kewajiban manusia dalam menalani setiap
aktivitasnya.
d. Tahlil, yaitu mengucapkan Laa ilahailla Alla (Tiada Tuhan selain Allah)
Adalah untuk melenyapkan segala-galanya dari kesadaran kita kecuali
Allah semata.
e. Basmallah, yaitu mengucapkan Bismillahirrahmani ar-rahim (dengan
nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang)
f. Istigfar, yaitu mengucapkan astagfirullah (aku memohon ampun kepada
Allah)
14

Istighfar adalah upaya membersihkan sekaligus merendahkan diri di


hadapan Allah.
D.Manfaat Dzikir
Menurut (Yaqin, 2019) dzikir bermanfaat mengontrol perilaku. Pengaruh
yang ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol perilaku
sesorang dalam kehidupan sehari-hari. Sesorang yang melupakan zikir
atau lupa kepada tuhan. Terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat,
namun mana kala ingat kepada Tuhan kesadaranakan
dirinyasebagaihamba Tuhan akan muncul kembali. Manfaat terapi zkiri
sebagai berikut:
a. Dzikir menetapkan iman
b. Dzikir dapat menghindarkan dari bahaya
c. Dzikir sebagai terapi jiwa
d. Dzikir menumbuhkan energy akhlak

E.Tahapan Dzikir
Penerapan zikir pada tahapan khusus dilakukan melalui dua cara, yaitu
zikir bi al-jama’ah dan zikir bi al-nafs.
a) Zikir bi al- jama’ah
Zikir bi al-jama‟ah adalah zikir yang dilakukan secara bersama-sama
atau dilakukan dalam suatu kelompok. Zikir bi al-jama‟ah
diselenggarakan dalam rangka membantu klien mengatasi
permasalahan yang dihadapinya. Dalam hal ini, klien terdiri dari
beberapa orang yang memiliki permasalahan yang sama.
Adapun langkah-langkahnya berupa :
1) Diniatkan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah
dengan tujuan mencari ridho, cinta dan ma‟rifatnya.
2) Dilakukan dalam keadaan memiliki wudhu. Karena wudhu
menyiratkan penyucian diri dari hadast sebagaimana dilakukan
ketika hendak melaksanakan ibadah shalat.
3) Melakukan shalat sunah 2 rakaat secara berjamaah dan ini tidak
menjadi kewajiban.
15

4) Selanjutnya, Konselor memulai terapi dengan membentuk


lingkaran seperti halnya kelompok, dan Konselor bertindak
sebagai pembimbing yang akan memberikan terapi terhadap
klien.
5) Kemudian klien diminta mengungkapkan semua permasalahan
yang menganggu pikiran dan perasaannya, dalam pandangan
tasawuf dikenal dengan istilah takhalli, di mana hal ini dilakukan
dalam rangka penyucian mental, jiwa, akal, pikiran, qalbu dan
moral.
6) Setelah klien mengungkapkan semua apa yang dipikirkan dan
dirasakan, selanjutnya memulai zikir sebagai terapi dalam
mengatasi pikiran dan perasaan yang menganggu tadi, zikir ini
dimulai dengan bacaan istighfar dan dilakukan dengan kesadaran
dalam rangka menghapus memori di masa lalu yang mengotori
jiwa.
7) Dilanjutkan dengan membaca shalawat dan mengenal Allah
(ma’rifatullah), kemudian berzikir mengingat Allah dengan
berbagai bacaan seperti tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Dalam
tasawuf, dikenal dengan istilah tahalli, yakni pengisian diri
dengan ibadah dan ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak yang
terpuji.
8) Setelah mengucapkan beberapa bacaan di atas selesai,
pelaksanaan terapi zikir diakhiri dengan memanjatkan beberapa
doa dengan tujuan terapi yang dilakukan mendapat berkah dan
klien terbebas dari masalah yang dialaminya.
9) Setelah itu, Konselor mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap pikiran dan perasaan klien dengan menanyakan kepada
klien bagaimana pikiran dan perasaannya saat ini.
10) Dilanjutkan dengan memberikan pemahaman kepada klien bahwa
zikir dapat diamalkan oleh klien di mana saja dan kapan saja,
karena zikir tidak terbatas baik ruang maupun waktu.
b) Zikir bi al-nafz
Zikir bi al-nafs adalah zikir yang dilakukan secara perorangan oleh
klien yang mengalami permasalahan berupa gangguan pada pikiran
16

dan perasaannya yang mengakibatkan terganggunya aktivitas kerja


mental. Secara teknis pelaksanaan zikir bi al-nafs hampir sama
dengan zikir bi al-jama‟ah, perbedaannya hanya pada waktu yang
digunakan untuk menyelenggarakan terapi. Zikir bi al-nafs lebih
banyak waktu yang tersedia karena hanya satu orang yang diberi
terapi. Dalam arti ketika proses konseling berlangsung, waktu yang
digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami klien sangat
banyak dibandingkan dengan kelompok. Adapun langkah-langkahnya
berupa :
1) Diniatkan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah
dengan tujuan mencari ridho, cinta dan ma‟rifatnya.
2) Dilakukan dalam keadaan memiliki wudhu. Karena wudhu
menyiratkan penyucian diri dari hadast sebagaimana dilakukan
ketika hendak melaksanakan ibadah shalat.
3) Melakukan shalat sunah 2 rakaat secara perorangan dan ini tidak
menjadi kewajiban.
4) Selanjutnya, Konselor mengadakan wawancara konseling
terhadap klien.
5) Klien diminta mengungkapkan semua permasalahan yang
menganggu pikiran dan perasaannya, dalam pandangan tasawuf
dikenal dengan istilah takhalli, di mana hal ini dilakukan dalam
rangka penyucian mental, jiwa, akal, pikiran, qalbu dan moral.
6) Setelah klien mengungkapkan semua apa yang dipikirkan dan
dirasakan, selanjutnya memulai zikir sebagai terapi dalam
mengatasi pikiran dan perasaan yang menganggu tadi, zikir ini
dimulai dengan bacaan istighfar dan dilakukan dengan kesadaran
dalam rangka menghapus memori di masa lalu yang mengotori
jiwa.
7) Dilanjutkan dengan membaca shalawat dan mengenal Allah
(ma’rifatullah), kemudian berzikir mengingat Allah dengan
berbagai bacaan seperti tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Dalam
tasawuf, dikenal dengan istilah tahalli, yakni pengisian diri
dengan ibadah dan ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak yang
terpuji.
17

8) Setelah mengucapkan beberapa bacaan di atas selesai,


pelaksanaan terapi zikir diakhiri dengan memanjatkan beberapa
doa dengan tujuan terapi yang dilakukan mendapat berkah dan
klien terbebas dari masalah yang dialaminya.
9) Setelah itu, Konselor mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap pikiran dan perasaan klien dengan menanyakan kepada
klien bagaimana pikiran dan perasaannya saat ini.
10) Dilanjutkan dengan memberikan pemahaman kepada klien bahwa
zikir dapat diamalkan oleh klien di mana saja dan kapan saja,
karena zikir tidak terbatas baik ruang maupun waktu.
Dari gambaran pelaksanaan terapi di atas, dapat di pahami bahwa,
berbagai permasalahan yang mengganggu ketenangan seseorang, baik
pada pikiran, perasaan, perbuatan hingga pada kesehatannya dapat
dibantu mengatasinya melalui pendekatan psikoreligius yakni terapi
zikir. Karena zikir dapat memberikan ketenangan, kedamaian dan
ketenteraman dalam hati. Seseorang yang merasa tenang, damai dan
tentram adalah seseorang yang sehat secara fisik maupun psikis.
(Rafiqah, 2016)
18
BAB III
GAMBARAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke IGD RSLK diantar oleh
keluarga pada tanggal 18 April 2021 pukul 10:00 WIB karena mengamuk
dirumah, dan sampai membanting barang barang yang ada diruma, tertawa
sendiri, pasien mengatakan hal tersebut dilakukan karena ada yang menyuruhnya
untuk membanting barang. Pada saat dilakukan pengkajian tangga 30 Mei 2022
pukul 09:30 WIB, pasien mengatakan sering mendengarkan suara suara seperti
pecahan kaca, suara menyuruh untuk mondar mandir, pasien mengatakan jika dia
mendengarkan suara bisikan tersebut dia langsung mengikuti perintah dari suara
tersebut, pasien mengatakan mendengarkan suara pada siang dan malam hari,
pasien tampak gelisah. Pasien mengatakan jarang mandi, mandi jika disuruh
perawat, pasien tampak kurang bersih, gigi tampak kotor, kuku tampak panjang
dan kotor. Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
tahun 2019 dan balik lagi ke RS karena tidak mengkonsumsi obat secara rutin.
Pasien dahulu adalah seorang pekerja buruh. Pasien mengatakan tidak ada
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pasien pernah dirawat di RSJ tampan
selama 8 bulan. Hubungan pasien dengan keluarga baik.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/90 mmHg, Nadi: 87x/m, RR:
20 x/m, suhu: 36,7˚C, kesadaran composmentis dengan nilai GCS: E4 M6 V5,
TB: 169, BB: 50 Kg. pasien mengatakan suka dengan bentuk tubuhnya saat ini,
pasien anak ke 2 dari 4 bersaudara, tidak memiliki riwayat gangguan jiwa didalam
keluarganya. Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, pasien menyadari
tentang sakitnya saat ini, pasien ingin pulang tapi pasien tidak tahu mau pulang
kemana. Pasien menganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti
dalam hidupnya terutama orang tuanya. pasien beragama islam dan kadang
kadang melakukan sholat. Pasien berpenampilan kurang rapi, pasien berbicara
lambat mampu menjawab pertanyaan perawat. Pasien merasa sedih karena tidak
pernah dijenguk oleh keluarganya, pasien merasa khawatir tentang keadaannya
saat ini. Pasien tidak mampu mengeskpresikan perasaannya sesuai dengan
kondisinya. Afek tumpul. Pasien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu
20

19
pasien dapat berbicara baik dengan orang lain dan kooperatif. Pasien didiagnosa
skizofrenia tak terinci f.03. terapi medikasi yang diberikan kepada pasien ialah
Chlorpromazine (CPZ) 100 MG 1x1 dan Halloperidol 5 mg 2x1.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 01 Juni 2022
peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang diangkat dengan menggunakan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan persepsi sensori (halusinasi pendengaran)
Data subjektif
a. Pasien mengatakan sering mendengarkan suara suara seperti
pecahan kaca
b. Pasien mengatakan mendengarkan suara menyuruh untuk mondar
mandir
c. Pasien mengatakan mendengarkan suara tersebut pada siang dan
malam hari
Data objektif
a. Pasien tampak gelisah
b. Kontak mata kurang
c. Pasien tampak mondar mandir
d. Pasien tampak melamun
2. Deficit perawatan diri
Data subjektif
a. Pasien mengatakan jarang mandi
b. Pasien mengatakan mandi jika disuruh oleh perawat
Data objektif
a. Pasien tampak kurang bersih
b. Gigi tampak kotor
c. Kuku tampak panjang dan kotor
BAB IV
PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada bab ini penulis menjelaskan intervensi keperawatan yang telah dipilih
dengan berbasis evidence based yaitu terapi psikoreligi (dzikir) pada pasien
halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru dengan
pelaksanaan intervensi sesuai SOP yang telah dibuat. Intervensi dilakukan selama
5 hari saat sift dinas kepada 1 pasien yang mengalami masalah keperawatan utama
halusinasi pendengaran, dan tidak memiliki masalah fisik atau penyakit penyerta
(retardasi mental), pasien beragama islam yang mau dan kooperatif untuk
diberikan terapi. Sebelum dilakukan terapi dzikir penulis akan menilai tanda dan
gejala halusinasi secara subjektif dan objektif yang terjadi pada pasien dan
melakukan observasi pada setiap harinya dengan lembar observasi yang telah
digunakan juga pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Psikoreligius:
Dzikir dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia yang
Muslim di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau” (Putri et al., 2021),
kemudian pada hari, peneliti melakukan evaluasi kembali dan
membandingkannya dengan hasil observasi sebelum dilakukan terapi terkait tanda
dan gejala halusinasi yang terjadi pada pasien (Gasril, P., & Sasmita, 2020).
Penulis melakukan intervensi penerapan terapi dzikir dengan cara sebagai
berikut:
a. Menganjurkan pasien untuk memilih posisi nyaman untuk duduk, baik itu
diatas lantai dengan bersila atau pun diatas kursi
b. Menganjurkan pasien untuk tenangkan diri sampai nyaman (rileks)
c. Lalu menganjurkan pasien untuk menyebutkan kata atau kalimat dengan
tenang dan perlahan
d. Menganjurkan Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan kalimat
Bismillahirahmannirahim sebanyak 5 kali. Astaghfirullaahaladhim
sebanyak 5 kali, dan Subhanallah 5 kali. Bacaan tersebut diucapkan secara
berulang-ulang.
e. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran kembali.
f. Terapi dzikir dilakukan selama 10 menit.

21
g. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dulu dan beristirahat,
buka pikiran kembali, barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali
22

Pemerian terapi dzikir ini dilakukan sesuai dengan SOP (Nurdiana, 2020)
A.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dalam studi kasus ini yang berfocus pada diagnosa
pertama dengan halusinasi pendengaran pada pasien dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada klien selama 3x24 jam diharapkan
masalah halusinasi teratasi dengan kriteria hasil: pasien mampu
mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi dan mampu menghardik
halusinasi, pasien mampu bercakap – cakap, pasien mampu melakukan
aktivitas sehari – hari, pasien mampu minum obat sesuai dengan jadwal.
B.Implementasi Keperawatan
Setelah dirumuskan intervensi maka dilakukan implementasi keperawatan
dimulai tanggal 30 Mei 2022 sampai 03 Juni 2022. Implementasi pertama
dilakukan pada tanggal 30 mei 2022 pagi hari jam 09.00 Implementasi
pertama yang dilakukan dengan membina hubungan saling percaya dengan
cara: mengidentifikasi jenis halusinasi pasien, mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien, mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi,
menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien cara pertama
menghardik halusinasi, memberikan terapi spiritual: dzikir Menganjurkan
pasien untuk memasukkan cara menghardik dan terapi dzikir kedalam
kegiatan harian.
Implementasi kedua dilakukan pada tanggal 31 Mei 2022 jam 10.30 wib,
sebelum diberikan implemntasi mengevaluasi kembali pasien bagaimana cari
menghardik dan melakukan terapi dzikir. Setelah itu memberikan
Implementasi yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum
obat, dan memberikan terapi spiritual dzikir, masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik dan minum obat dan terapi dzikir.
Implementasi ketiga dilakukan pada tanggal 01 Juni 2022 jam 09.30 wib.
sebelum diberikan implemntasi mengevaluasi kembali pasien bagaimana cari
menghardik dan melakukan terapi dzikir. Setelah itu memberikan
23

Implementasi yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum


obat, dan memberikan terapi spiritual dzikir, masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik dan minum obat dan terapi dzikir.
Implementasi hari keempat dilakukan pada tanggal 02 Juni 2022 jam
16.00 wib. Sebelum melakukan implemntasi mengevaluasi kembali
bagaimana cari mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan dengan 6
benar minum obat, dan melakukan terapi dzikir, setelah itu memberikan
implemntasi mengajarkan mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan teman sekamar/orang lain, memberikan terapi spiritual: dzikir,
menganjurkan pasien memasukkan aktivitas kedalam jadwal harian.
Implementasi hari kelima dilakukan pada tanggal 03 Juni 2022 jam 15.00
wib. Sebelumnya melakukan implemntasi mengevaluasi kembali bagaimana
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, 6 benar minum obat dan
bercakap-cakap dengan teman kamar, dan melakukan terapi dzikir. Setelah itu
memberikan implentasi cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan yang
telah terjadwal dan cara mengontrol halusinasi denganterapi dzikir,
Menganjurkan pasien memasukkan aktivitas kedalam jadwal harian.
24

C.Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan selanjutnya akan dilakukan
evaluasi tindakan keperawatan, sebagai berikut:
Evaluasi hasil pelaksanaan terapi dzikir pada pasien halusinasi pendengaran

No AHRS H1 H2 H3 H4 H5
pre post Pre post pre post pre post pre post

1. Frekuensi suara 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
terdengar sekali satu
jam
2. durasi suara 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
berlangsung beberapa
menit
3. lokasi suara dekat 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
dengan telinga
4. kekuatan suara lebih 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
tenang dari suara
sendiri seperti bisikan
5. Asal suara dari luar 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
6. Isi suara negatif 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
memerintah untuk
pergi
7. Suara sering dengan isi 2 2 2 2 2 2 2 1 1 0
negatif (orang itu jahat
pergi dari sana)
8. Suara itu sesekali 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
menyusahkan
9. Suara menyusahkan 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
memerintah untuk
kabur
10. Gangguan suara masih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bisa empertahankan
aktivitas
11. Kontrol suara bisa 4 3 3 3 3 3 3 2 2 1
dilkukan hanya sekali
Jumlah 22 20 20 17 17 16 16 13 13 11

Keterangan
a) Skala 0= Tidak Ada
b) Skala 1-11= Halusinasi Ringan
25

c) Skala 12-22= Halusinasi Sedang


d) Skala 23-33= Halusinasi Berat
e) Skala 34-44= Halusinasi Sangat Berat
Evaluasi hari pertama pada tangga 30 Mei 2022. Dengan hasil hari pertama
observasi yaitu: sebelum melakukan terapi skor 22 (halusinasi sedang, setelah
dilakukan terapi dzikir skor 20 (halusinasi sedang). Evaluasi hari kedua pada
tanggal 31 Mei 2022. Didapatkan hasil observasi sebelum dilakukan terapi skor
20 (halusinasi sedang) setelah dilakukan terapi dzikir skor 17 (halusinasi
sedang). Evaluasi hari ketiga pada tangga 01 Juni 2022. Hari ketiga observasi
yaitu sebelum melakukan terapi skor 17 (halusinasi sedang), sebelum dilakukan
terapi skor 16 (halusinasi sedang). Evaluasi hari keempat pada tangga 02 Juni
2022. Hari keempat observasi yaitu sebelum melakukan terapi skor 16
(halusinasi sedang), sebelum melakukan terapi skor 13 (halusinasi sedang).
Evaluasi hari kelima pada tangga 03 Juni 2022. Hari kelima observasi yaitu:
sebelum melakukan terapi skor 13 (halusinasi sedang), sebelum dilakukan terapi
skor 11 (halusinasi ringan).
26
BAB V
PEMBAHASAN
A.Analisis dan Diskusi Hasil 1.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Budiono & Pertami, 2015).
Hasil pengkajian yang didapatkan adanya data gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran yang ditandai dengan respon subjektif
Tn.R mengatakan sering mendengarkan suara suara seperti pecahan kaca,
pasien mengatakan mendengarkan suara menyuruh untuk mondar mandir,
pasien mengatakan mendengarkan suara tersebut pada siang dan malam
hari. Sedangkan untuk data objektif Tn. R tampak gelisah kontak mata
kurang, pasien tampak mondar mandir, pasien tampak melamun.
Berdasarkan hasil peneltian (Rianingsih & Sholikah, 2018)
halusinasi pendengaran ditandai dengan adanya kesesuai tanda mayor dan
minor. Data mayor secara subjektif yaitu meliputi mendengar suara orang
bicara tanpa ada orangnya dan secara objektif pasien tampak bicara
sendiri, tertawa sendiri, mengarahkan telinga kea rah tertentu, diam sambil
menikmati halusinasinya. Sedangkan data minor secara subjektif meliputi
sulit tidur, khawatir dan takut. Secara objektif pasien konsentrasi buruk,
sikap curiga, menyendiri, melamun, mondar-mandir, dan kurang mampu
merawat diri.
Sedangkan menurut Nurhalimah, (2016)Pasien dengan halusinasi
pendengaran cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara
sendiri, secara tiba-tiba menjadi marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan
dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa didengar dan
dirasakan.
28

26
Berdasarkan hal tersebut penulis berasumsi bahwa penulis
menemukan beberapa tanda dan gejala yang muncul sesuai dengan teori
bahwa pasien mengalami gangguan halusinasi pendengaran.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah langkah kedua dari proses
keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap masalah klien
yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan. Pada diagnosa keperawatan secara teori terdapat 8 diagnosa
yaitu, risiko tinggi mencederai orang lain, Perilaku kekerasan, Gangguan
harga diri kronis, Isolasi sosial, Perubahan persepsi sensori halusinasi,
Koping individu tidak efektif, infektif proses terapi, berduka disfungsional
(Arisandy, W.,& Juniarti, 2020).
Diagnosa prioritas yang diangkat berdasarkan core problem pada
pohon masalah yaitu Gangguan Persepsi Senseori: Halusinasi Pendengaran
ditandai dengan respon subjektif klen yaitu Tn.R mengatakan sering
mendengarkan suara suara seperti pecahan kaca, pasien mengatakan
mendengarkan suara menyuruh untuk mondar mandir, pasien mengatakan
mendengarkan suara tersebut pada siang dan malam hari. Sedangkan untuk
data objektif Tn. R tampak gelisah kontak mata kurang, pasien tampak
mondar mandir, pasien tampak melamun.
Berdasarkan hasil penelitian (Rianingsih & Sholikah, 2018) Pada
pohon masalah juga dijelaskan bahwa yang menjadi masalah utamanya
(core problem) yakni gangguan persepsi sensori dengan halusinasi
pendengaran, yang disebabkan (cause) karena isolasi sosial dengan
perilaku menarik diri, dan berdampak (effect) menjadi risiko perilaku
kekerasan dengan mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari klien baik secara subjektif
dan objektif yakni terdapat kesesuaian data secara teori yang ada, oleh
karena itu penulis menegakkan diagnosa gangguan persepsi sensori
halusinasi (pendengaran) sebagai diagnosa prioritas.
29

3.Intervensi Keperawatan
Menurut (Dinarti & Mulyanti, 2017) perencanaan keperawatan
merupakan suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah
pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan
dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis data
dan diagnosa keperawatan.
Intervensi atau rencana keperawatan pada Tn. R yang disusun
setelah menetapkan diagnosa gangguan persepsi sensori dengan halusinasi
pendengaran sebagai masalah keperawatan prioritas. Sesuai dengan teori
dan hasil pengkajian yang sudah dilakukan, kemudian penulis
merumuskan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu
pemberian terapi psikoreligius dzikir dalam waktu pemberian selama 5
hari berturut-turut, dengan pemerian terapi psikoreligius dzikir yang
dilakukan dalam waktu 15 menit.
Sejalan dengan penelitian Rianingsih (2018) pemberian terapi
psikoreligius dzikir dalam waktu pemberian selama 5 hari
berturutturut, dengan pemberian terapi psikoreligius dzikir yang dilakukan
dalamwaktu 15 menit setelah pelaksanaan sholat wajib.
4.Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien saat ini. Dan jika tindakan keperawatan sesuai
maka implementasi keperawatan dapat segera dilakukan, sebelumnya
perawat harus membuat kontrak dengan klien serta menjelaskan apa yang
akan dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan, kemudian
mendokumentasikan yang sudah dilaksanakan (Rianingsih & Sholikah,
2018)
Dalam pengimplementasian salah satu jenis standar operasional
prosedur (SOP) yang digunakan untuk menangani orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) yaitu menggunakan strategi pelaksanaan (SP). Secara
keseluruhan implementasi dari hari pertama sampai ke lima penulis
mengimplementasikan rencana tindakan dengan pemberian terapi generalis
SP 1 sampai 4 yang dikombinasikan dengan terapi psikoreligius dzikir.
30

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rosyanti (2018)
yang menyatakan bahwa salah satu pendekatan terapi bagi penderita
skizofrenia adalah terapi psikoreligius karena terapi psikoreligius dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan opitimisme yang penting untuk
penyembuhan suatu penyakit dan meningkatkan fungsi kognitif. Namun
dengan penggunaan terapi psikoreligius tidak berarti mengabaikan terapi
medis maupun terapi generalis begitu saja, maka dalam studi kasus ini
dilakukan tindakan kombinasi antara terapi generalis individu atau SP 1
sampai 4 dengan terapi psikoreligius dzikir yang diharapkan dapat
mengefisiensikan dan mengefektifkan tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan jiwa.
Implementasi yang sudah disusun di hari pertama yakni menjalin
bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan klien kemudian
menanyakan karakteristik halusinasi klien meliputi isi, waktu, frekuensi,
dan durasi. Kemudian mengajarkan klien SP 1 cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik. Setelah diajarkan terapi individu generalis lalu
diajarkan dengan pemberian terapi psikoreligius dzikir. Didapatkan hasil
klien pasien mampu mendemontrasikan cara menghardik, masih sering
mendengar suarasuara yang muncul dan terdengar terus menerus.
Hari kedua setelah dilakukan terapi generalis dengan pendekatan
strategi pelaksanaan 2 cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat dan terapi psikoreligius dzikir didapatkan hasil suarasuara masih
sering terdengar dan dengan melakukan dzikir merasa lebih tenang dan
nyaman.
Hari ketiga melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakapcakap dan melakukan terapi psikoreligius dzikir didapatkan hasil
bahwa pasien mampu mengikuti latihan bercakap-cakap dengan baik dan
tampak melakukan dzikir dengan benar dan sesuai dengan prosedur yang
diajarkan.
Hari ke empat dengan melatih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas harian (merapikan tempat tidur) dan terapi
psikoreligius dzikir didapatkan hasil suara-suara yang didengarnya pasien
sudah berkurang dan jarang muncul, dengan waktu yang tidak terlalu
sering, tetapi respon kepala ketika mendengar suara-suara tersebut masih
31

pusing. Dan dengan rutin melakukan dzikir dengan baik juga sesuai
prosedur, membuat klien menjadi lebih nyaman dan rileks. Dan hari ke
lima dilakukan evaluasi seluruh kegiatan yang sudah diajarkan dengan
tujuan untuk mengevaluasi ulang, didapatkan hasil suara-suara yang
menggangu sudah sangat jarang terdengar, mampu melakukan berbagai
kegiatan yang sudah diajarkan terutama dengan beribadah dan berdzikir
merasa dirinya lebih nyaman dan lebih rileks.
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tindakan yang berkelanjutan dan dilakukan
secara terus menerus dengan tujuan untuk menilai perubahan dari tindakan
keperawatan yang sudah dilaksanakan pada klien (Yosep & Sutini, 2016).
Penulisan evaluasi berdasarkan pada SOAP, S (subjektif data), O (Objektif
data), A (Analisis data), dan P (Planning atau rencana asuhan
keperawatan). Setelah melakukan pengkajian, merumuskan masalah,
merencanakan tindakan dan mengimplementasikan tindakan pada klien
penulis juga telah melakukan evaluasi pada tanggal 30 Mei-03 Juni 2022
dengan hasil ada pengaruh terapi Dzikir terhadap pasien halusinasi
pendengaran di Rs Lancang Kuning pekanbaru dengan skor halusinasi hari
pertama sebelum dilakukan terapi yaitu 22 (halusinasi sedang), dan sudah
dilakukan terapi 20 (halusinasi sedang), skor halusinasi hari kedua
sebelum dilakukan terapi yaitu 20 (halusinasi sedang), dan sudah
dilakukan terapi 17 (halusinasi sedang), skor halusinasi hari ketiga
sebelum dilakukan terapi yaitu 17(halusinasi sedang), dan sesudah
dilakukan terapi 16 (halusinasi sedang), skor halusinasi hari keempat
sebelum dilakukan terapi yaitu 16 (halusinasi sedang), dan sesudah
dilakukan terapi 13(halusinasi sedang), skor halusinasi hari kelima
sebelum dilakukan terapi yaitu 13 (halusinasi sedang), dan sesudah
dilakukan terapi 11 (halusinasi ringan).
B.Keterbatasan Pelaksanaan
Adapun hambatan dan keterbatasan yang dialami penulis dalam pemberian
terapi ini adalah karena penulis melakukan terapi di dalam ruang rawat inap
yang pasiennya cenderung ramai dengan Teknik terapi Dzikiryang
membutuhkan lingkungan yang kondusif. Dan pasien yang diberikan terapi
hanya satu orang sehingga tidak dapat membandingkan hasil dari terapi Dzikir
32
BAB VI
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang penerapan terapi Dzikir pada
pasien Halusinasi (pendengaran)Di Ruang Al Bakhi Rs Lancang Kuning
Provinsi Riau dapat disimpulkan:
1.Pengkajian Keperawatan
Pada saat melakukan pengkajian keperawatan didapatkan adanya
data gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran yang ditandai
dengan respon subjektif Tn.R mengatakan sering mendengarkan suara
suara seperti pecahan kaca, pasien mengatakan mendengarkan suara
menyuruh untuk mondar mandir, pasien mengatakan mendengarkan suara
tersebut pada siang dan malam hari. Sedangkan untuk data objektif Tn. R
tampak gelisah kontak mata kurang, pasien tampak mondar mandir, pasien
tampak melamun.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Tn.
R yaitu: gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
3.Intervensi Keperawatan
Rencana asuahan keperawatan disusun berdasarkan diagnose yang
muncul dan dibuat berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara
teoritis. Rencana tindakan yang dilakukan pada Tn. R yaitu: mengajarkan
individu pelaksanaan Sp1- Sp4 halusinasi untuk mengontrol halusinasi
pendengaran, dan mengajarkan kepada pasien penerapan terapi spiritual
dzikir dalam mengontrol halusinasi pendengaran.
4.Implementasi Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan Tn.R dengan halusinasi pendengaran
telah disesuikan dengan intervensi yang dibuat oleh penulis. Penulis
melaksanakan Sp1-Sp4 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, 6 benar obat, bercakap-cakap, dan kegiatan harian terjadwal
dengan melakukan penerapan terapi spiritual:dzikir.
32
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari
diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan dan implementasi yang telah
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan didapatkan hasil
yang dicantumkan dalam evaluasi sebagai berikut: setelah dilakukan terapi
Dzikir pada tanggal 30 Mei-03 Juni 2022 dengan hasil ada pengaruh terapi
Dzikir terhadap pasien halusinasi pendengarn di Rs Lancang Kuning
pekanbaru dengan skor halusinasi hari pertama sebelum dilakukan terapi
yaitu 22 (halusinasi sedang), dan sudah dilakukan terapi 20 (halusinasi
sedang), skor halusinasi hari kedua sebelum dilakukan terapi yaitu 20
(halusinasi sedang), dan sudah dilakukan terapi 17 (halusinasi sedang),
skor halusinasi hari ketiga sebelum dilakukan terapi yaitu 17(halusinasi
sedang), dan sesudah dilakukan terapi 16 (halusinasi sedang), skor
halusinasi hari keempat sebelum dilakukan terapi yaitu 16 (halusinasi
sedang), dan sesudah dilakukan terapi 13 (halusinasi sedang), skor
halusinasi hari kelima sebelum dilakukan terapi yaitu 13 (halusinasi
sedang), dan sesudah dilakukan terapi 11 (halusinasi ringan).
B.Saran 1.Bagi Rumah Sakit Lancang Kuning
Penelitian ini dapat diterapkan untuk pasien-pasien halusinasi
pendengaran dan sebagai referensi.
2.Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai sumber referensi bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun
rencana keperawatan dan asuhan keperawatan yang sistematis pada
pasien Halusinasi pendengaran.
3.Bagi Keilmuan
Hendaknya terapi ini dapat juga di jadikan referensi dalam keperawatan
jiwa

DAFTAR PUSTAKA
Arisandy, W., & Juniarti, A. (2020). Penerapan Strategi Pelaksana Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan. Babul Ilmi Jurnal
Ilmiah Multi Science Kesehatan, 12(2).
35

Budiono & Pertami. (2015). konsep dasar keperawatan. Bumi Medika.


Dinarti dan Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan (1st ed.).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Gasril, P., & Sasmita, H. (2020). Pengaruh Terapi Psikoreligious: Dzikir dalam
Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia yang Muslim
di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.3, 821–826.
https://doi.org/https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i3.1063
Irwan, F., Efendi Putra Hulu, Manalu, L. W., Romintan Sitanggang, & Waruwu,
J. F. P. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Halusinasi. 1–
47.
Nurdiana. (2020). Penerapan terapi spiritual: dzikir terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran. 1–133.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Putri, I. M., Hasanah, U., & Inayati, A. (2021). Penerapan Terapi Psikoreligius
Dzikir Untuk Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Gsp : Halusinasi
Pendengaran. Jurnal Cendikia Muda, 1(2), ISSN : 2807–3649.
Rafiqah, T. (2016). Upaya Mengatasi Gangguan Mental Melalui Terapi Zikir.
Jurnal Dimensi, 4(3), 1–22. https://doi.org/10.33373/dms.v4i3.48
Rianingsih & Sholikah. (2018). asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta.
02(02), 493–496.
Stuart. (2016). Buku saku keperawatan jiwa.
Suryani. (2015). Living with hallucinations: Indonesia people’s experiences.
Wahyudi, A & Fibrian, A, I. (2016). Faktor Resiko Terjadinya Skizofrenia.
Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

34
Yaqin, M. A. (2019). Efektifitas Terapi Dzikir Terhadap Peningkatan Harga Diri
(Self Esteem) Pada Wanita Tuna Susila Di UPT Rehabilitasi Sosial Bina
Karya Wanita Kediri. Sereal Untuk, 51(1), 51.
Yosep & Sutini. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. PT.Refika Aditama.
Zainudin, A., & Kunci, K. (2017). Pengaruh Terapi Psikoreligius : Dzikir Pada
Pasien Halusinasi Pendengaran The Influence Of Psychoreligious Therapy :
Dhikr For Auditory Hallucinations ’ Patients In RSJD dr . Arif Zainudin
Surakarta. 1(15), 70–74.

35
JADWAL KEGIATAN HARIAN PASIEN
Nama pasien : Tn. R Ruang Rawat : Al-
Balkhi
No TANGGAL PELAKSANAAN
WAKTU KEGIATAN
30/05 31/05 01/06 02/06 03/06 04/06
1. 06.00-06.30 Bangun tidur dan mandi M M M M M M
2. 06.30-07.00 Merapikan tempat tidur M M M M M M
3. 07.00-07.30
4. 07.30-08.00 Menyapu M M M M M M
5. 08.00-08.30
6. 08.30-09.00
7. 09.00-09.30
8. 09.30-10.00
9. 10.00-10.30 Mengontrol halusinasi dengan T B M M M M
cara menghardik dan dengan
berdzikir.
10. 10.30-11.00
11. 11.00-11.30 Mengontrol halusinasi degan T B M M M M
bercakap-cakap dan dengan
berdzikir
12. 11.30-12.00
13. 12.00-12.30 Mengontrol halusinasi dengan B B B B B B
cara 6 benar minum obat dan
dengan berdzikir

37
14. 12.30-13.00
15. 13.00-13.30
16. 13.30-14.00
17. 14.00-14.30
18. 14.30-15.00
19. 15.00-15.30 Mengontrol halusinasi dengan B B M M M M
berdzikir
20. 15.30-16.00
21. 16.00-16.30
22. 16.30-17.00
23. 17.00-17.30
24. 17.30-18.00
25. 18.00-18.30
26. 18.30-19.00
27. 19.00-19.30 Mengontrol halusinasi dengan
berdzikir
28. 19.30-20.00
29. 20.00-20.30
30. 20.30-21.00 Mengontrol halusinasi dengan
berdzikir

38
39
LAMPIRAN
A.Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi keperawatan

Gangguan persepsi Tujuan: setelah dilakukan Sp1:


sensori (halusinasi tindakan keperawatan Mengenal halusinasi
pendengaran)
3x24 jam diharapkan yang dialaminya: isi,
masalah gangguan waktu terjadi, situasi
persepsi sensori pencetus, perasaan,
(halusinasi pendengaran) respond an mengontrol
teratasi dengan Kriteria halusinasi dengan
hasil: menghardik Sp 2:
h. Pasien mampu Mengontrol halusisnasi
mengidentifikasi dengan cara
tanda dan gejala menggunakan obat Sp
halusianasi dan mampu 3:
menghardik Mengontrol halusinasi
halusinasi dengan cara
i. Pasien mampu bercakapcakap Sp 4:
bercakap-cakap Mengontrol halusinasi

j. Pasien mampu dengan melakukan

melakukan aktivitas aktivitas

sehari hari
k. Pasien mampu minum
obat sesuai dengan
jadwal
B.Catatan perkembangan FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Rahmad julianto
Ruangan : Kuantan NIM : 22501060

No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf


DX

1. Hari Ke -1 SP 1 Subjektif :
• Membina hubungan • Pasien mengatakan “nama
28 Mei saling percaya saya S, saya sukanya
2022 • Mengidentifikasi jenis dipanggil S”
(shif pagi) halusinasi pasien • Pasien mengatakan masih
09.00 wib • Mengidentifikasi mendengar suara suara
frekuensi halusinasi yang tidak berwujud nyata
pasien • Objektif :
• Mengidentifikasi situasi • Pasien mau menjawab dan
yang menimbulkan menyebutkan nama perawat
09.10 wib halusinasi dan membalas salam, mau
• Menjelaskan cara berjabat tangan
mengontrol halusinasi • Pasien mampu mengenal
• Mengajarkan pasien cara jenis (pendengaran ), isi
09.30 wib
pertama menghardik (suara suara menyuruh
halusinasi untuk membalas dendam
• Memberikan terapi pada kawan nya), waktu
Qur’anic healing (malam), frekuensi (1x

• Menganjurkan pasien dalam 1 hari), situasi


untuk memasukkan cara (halusinasi muncul saat
menghardik kedalam
pasien sedang sendiri dan
kegiatan harian
saat malam hari)
• Pasien tampak mengikuti
perawat cara menghardik
halusinasi dengan menutup
telinga dan mengatakan “pergi
jangan ganggu saya, kamu tidak
nyata”
• Pasien mengetahui cara
membaca alqur’an
• Pasien tampak mengikuti
perawat cara mndengarkan terapi
qur’anic healing
• Masalah teratasi (halusinasi
terkontrol) Planing :
• Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi cara mengontrol
halusinasi pertama dengan cara
menghardik
2. Lanjukan SP 2
3. Evaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
4. Latih mengontrol halusinasi
dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang
6 benar minum obat (benar
jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara dan kontiunitas minum
obat)
5. Anjurkan pasien untuk
mendegarkan alqur’an
6. Anjurkan pasien memasukan
kedalam jadwal kegiatan
harian
halusinasi dengan bercakapcakap
dengan teman sekamar
Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan untuk mengendalikan
halusinasi kedalam jadwal kegiatan

Hari Ke -4 SP 3 Subjektif : Rossy


• Menanyakan kembali pada • Pasien mengatakan ingat dengan
02 Juni pasien apakah masih ingat nama perawat
2022 nama perawat • Pasien mengatakan perasaannya
(shif siang) • Menanyakan perasaan lebih baik
pasien • Pasien mengatakan masih ingat
• Mengevaluasi kembali cara cara menghardik halusinasi
mengontrol halusinasi • Pasien mengatakan minum obat
dengan cara menghardik dengan 6 benar
14:45 dan dengan • Pasien mengatakan ketika
6 benar minum obat mendengarkan suara-suara yang
• Mengajarkan mengontrol tidak berwujud pasien akan
halusinasi dengan cara berdzikir
16:00 bercakap-cakap dengan Objektif :
teman sekamar/orang lain • Pasien tampak mengerti cara
• Memberikan terapi mengontrol halusinasi dengan
spiritual: dzikir bercakap-cakap dengan
• Menganjurkan pasien temanteman
memasukkan aktivitas • Pasien tampak bercakap-cakap
kedalam jadwal harian dengan teman seruangan
• Pasien tampak mampu berdzikir
secara mandiri Analisa :
• Masalah teratasi Planing :
• Lanjutkan intervensi
• Evaluasi cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap
• Evaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
• Lanjutkan SP 4
• Latihan cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan yang telah
terjadwal
• Anjurkan pasien untuk berdzikir

Hari Ke -6 • Menanyakan kembali pada Subjektif : Rossy


pasien apakah masih ingat • Pasien mengatakan ingat dengan
03 juni nama perawat nama perawat
2023 • Menanyakan perasaan • Pasien mengatakan perasaannya
(shif pagi) pasien lebih baik
• Mengevaluasi kembali • Pasien mengatakan masih ingat
cara mengontrol halusinasi cara menghardik halusinasi
dengan cara menghardik, 6 • Pasien mengatakan minum obat
benar minum obat dan dengan 6 benar
15:00 bercakap-cakap dengan
• Pasien mengatakan ketika
teman kamar
mendengarkan suara-suara yang
• Melatih cara mengontrol tidak berwujud pasien akan
halusinasi dengan
melakukan terapi alqur’an helaling
16:30 Objektif :
• Pasien tampak tenang dan
kegiatan yang telah kooperatif
terjadwal • Pasien tampak mampu menyusun
• Memberikan pujian atas jadwal kegiatan bersama perawat
keberhasilan tindakan yang • Pasien tampak mampu melakukan
dilakukan pasien cara mengontrol halusisnasi
• Memberikan terapi dengan kegiatan yang telah
spiritual: dzikir disusun bersama perawat yang
• Menganjurkan pasien membersihkan tempat tidur dan
memasukkan aktivitas membersihkan ruangan
kedalam jadwal harian
• Pasien tampak sudah tenang secara
mandiri Analisa :
• Masalah teratasi Planing :
• Evaluasi dan motivasi kembali
pasien untuk menerapkan cara
mengendalikan halusinasi yang
telah diajarkan perawat

C.SOP Intervensi
Standar Operasional Prosedur Melakukan Terapi Spiritual: Dzikir
TUJUAN 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar setan,
karena dzikir bagaikan benteng yang sangat kokoh yang
mampu melindungi seorang hamba dari serangan musuh-
musuhnya.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan
depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan, kebahagiaan dan
kelapangan hidup. Karena dzikir mengandung psikoterapeutik
yang mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme yang kuat
dalam diri orang yang berdzikir.
3. Dzikir dapat menghidupkan hati.
4. Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya dari
adzab Allah, karena dengan berdzikir dosa akan

MANFAAT 1. Mengurangi tingkat gejolak fisiologis individu


2. Membawa individu ke keadaan yang lebih tenang baik secara
fisik maupun psikologis.

PROSEDUR 1. Pilih posisi yang nyaman untuk duduk, baik itu diatas lantai
dengan bersila atau pun di atas kursi.
2. Tenangkan diri sampai nyaman (rileks).
3. Lalu mulailah menyebut kata atau kalimat dengan tenang dan
perlahan.
4. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan kalimat
(Bismillahirrahmanirrahim) sebanyak 5 kali.
Astaghfirullaahaladhim (Saya mohon ampun kepada allah yang
maha besar) sebanyak 5 kali, dan Subhanallah (maha suci
allah) 5 kali. Bacaan tersebut diucapkan secara berulang-ulang.
5. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan
pikiran kembali.
6. Terapi dzikir dilakukan selama 15 menit.
7. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dan
beristirahat, buka pikiran kembali, barulah berdiri dan
melakukan kegiatan kembali.

EVALUASI E. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual:dzikir


menggunakan catatan aktivitas terapi yang telah dilakukan.
F. Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat
keefektifan terapi.
G. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat dapat
mengetahui progres teknik yang dilakukan klien dalam
mengembangkan sesi
D.HALUSINASI PENDENGARAN: LEMBAR SKOR SEBELUM DAN
SESUDAH DIBERIKAN TERAPI DZIKIR

Nama : Tn. R Usia : 45 Tahun


1. Hari pertama
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 2 2
Lokasi 2 2
Kekuatan suara 2 1
Keyakinan asal suara 2 2
Jumlah isi suara negative 2 2
Intensitas suara negative 2 2
Jumlah suara yang menekan 2 2
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 4 3
Skor sebelum terapi: 22
Skor setelah terapi: 20
2. Hari kedua
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 2 2
Lokasi 2 1
Kekuatan suara 1 1
Keyakinan asal suara 2 2
Jumlah isi suara negative 2 1
Intensitas suara negative 2 2
Jumlah suara yang menekan 2 1
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 3 3
Skor sebelum terapi: 20
Skor setelah terapi: 17

3. Hari ketiga
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 2 1
Lokasi 1 1
Kekuatan suara 1 1
Keyakinan asal suara 2 2
Jumlah isi suara negative 1 1
Intensitas suara negative 2 2
Jumlah suara yang menekan 1 1
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 3 3
Skor sebelum terapi: 17
Skor setelah terapi: 16

4. Hari keempat
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 1 1
Lokasi 1 1
Kekuatan suara 1 1
Keyakinan asal suara 2 1
Jumlah isi suara negative 1 1
Intensitas suara negative 2 1
Jumlah suara yang menekan 1 1
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 3 2
Skor sebelum terapi: 16
Skor setelah terapi: 13

5. Hari kelima
Pertanyaan Skor Sebelum Skor Sesudah
terapi terapi
Frekuensi 2 2
Durasi 1 1
Lokasi 1 1
Kekuatan suara 1 1
Keyakinan asal suara 1 1
Jumlah isi suara negative 1 1
Intensitas suara negative 1 0
Jumlah suara yang menekan 1 1
Intensitas suara yang menekan 1 1
Gangguan akibat suara 1 1
Control terhadap suara 2 1
Skor sebelum terapi: 13
Skor setelah terapi: 11

1) skor halusinasi hari pertama sebelum dilakukan terapi yaitu 22, dan sudah
dilakukan terapi 20
2) skor halusinasi hari kedua sebelum dilakukan terapi yaitu 20, dan sudah
dilakukan terapi 17
3) skor halusinasi hari ketiga sebelum dilakukan terapi yaitu 17, dan sesudah
dilakukan terapi 16
4) skor halusinasi hari keempat sebelum dilakukan terapi yaitu 16, dan
sesudah dilakukan terapi 13
5) skor halusinasi hari kelima sebelum dilakukan terapi yaitu 13, dan sesudah
dilakukan terapi 11

Keterangan 1.Skala 0= Tidak Ada 2.Skala 1-11= Halusinasi Ringan


3.Skala 12-22= Halusinasi Sedang 4.Skala 23-33= Halusinasi Berat
5.Skala 34-44= Halusinasi Sangat Berat

a. Frekuensi
Seberapa sering Anda mengalami suara? misalnya setiap hari, sepanjang
hari dll
0. = Jika suara tidak hadir atau hadir kurang dari sekali seminggu
(tentukan frekuensi jika ada).
1. = jika suara terdengar setidaknya sekali seminggu
2. = Jika suara terdengar setidaknya sekali sehari.
3. = Jika suara terdengar setidaknya sekali satu jam.
4. = Jika suara terdengar terus menerus atau hampir setiap saat dan
berhenti hanya untuk beberapa detik atau menit.
b. Durasi
Ketika Anda mendengar suara Anda, berapa lama suara muncul, missal
dalm beberapa detik, menit, jam, sepanjang hari?
0. = suara tidak hadir
1. = Suara berlangsung selama beberapa detik, suara sekilas.
2. = Suara berlangsung selama beberapa menit.
3. = Suara berlangsung selama setidaknya satu jam.
4. = Suara berlangsung selama berjam-jam pada suatu waktu.
c. Lokasi
Ketika Anda mendengar suara Anda dari mana suara itu berasal? Di dalam
kepala Anda dan / atau di luar kepala Anda?
0. = Suara tidak hadir
1. = Jika suara berasal dalam kepala saja
2. = Jika suara berasal dari luar kepala, tapi dekat dengan telinga atau
kepala.
3. = Jika suara berasal dari dalam atau dekat dengan telinga dan di luar
kepala jauh dari telinga.
4. = Jika suara berasal dari ruang angkasa luar, jauh sekali dari kepala.
d. Kekuatan suara
Seberapa keras suara-suaraitu terdengar?
Apakah suara itu lebih keras dari suara Anda sendiri, atau sama kerasnya,
atau seperti sebuah bisikan?
0. = Suara tidak hadir.
1. = lebih tenang dari suara sendiri seperti bisikan.
2. = sama kuatnya dengan suara sendiri
3. = lebih keras dari suara sendiri
4. = Sangat keras seperti berteriak.
e. Keyakinan asal suara
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar suara itu?
- Apakah suara yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan diri sendiri atau semata-mata karena faktor orang
lain?
Jika pasien mengungkapkan faktor eksternal:
- Berapa banyak yang Anda percaya bahwa suara itu disebabkan oleh
(sesuai
pengakuan pasien ) dimana, pada skala 0-100 : 100 adalah bahwa
Anda benar-benar yakin, 50 : ragu- ragu dan 0 adalah bahwa anda
tidak yakni 0.= Suara tidak hadir.
1. = Percaya suara itu semata-mata dihasilkan secara internal (dari
dalam diri) dan berhubungan dengan diri.
2. = kurang dari 50 % yakin bahwa suara itu berasal dari penyebab
eksternal (luar).
3. = Lebih dari 50% (tapi kurang dari 100%) yakin bahwa suara itu
berasal dari penyebab eksternal.
4. = Percaya suaraitu semata-mata karena penyebab eksternal
(100% keyakinan)
f. Jumlah isi suara negative
a) Apakah suara Anda mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan atau
negatif?
b) Dapatkah Anda memberi saya beberapa contoh dari apa suara katakan?
(memerintah untuk membunuh, melukai orang lain atau mengatakan
keburukan diri anda)
c) Berapa banyak suara negatif itu terdengar?
0. = Tidak ada isi suara yang menyenangkan.
1. = suara itu terdengar menyenangkan Sesekali.
2. = Minoritas isi suara tidak menyenangkan atau negatif (kurang dari
50%)
3. = Mayoritas isi suara tidak menyenangkan atau negatif (lebih dari
50%)
4. = Semua isi suara tidak menyenangkan atau negatif.
g. Intensitas suara negative
Menggunakan kriteria skala, meminta pasien untuk detail lebih jika
diperlukan
0. = Tidak menyenangkan atau negatif.
1. = Seberapa sering isi suara negatif terdengar, tapi suara itu yang
berkata tidak berkaitan dengan diri sendiri atau keluarga misalnya
bersumpah dengan kata-kata kasar atau hinaan tidak diarahkan untuk
diri sendiri, misalnya "Orang itu jahat".
2. = pelecehan verbal yang ditujukan kepada Anda, mengomentari
perilaku Anda missal : "Seharusnya melakukan itu, atau mengatakan
bahwa…".
3. = Pelecehan verbal yang ditujukan kepada Anda tapi berkaitan dengan
konsep diri misal "Anda malas, jelek, gila, sesat, tidak berguna dll..”
4. = Ancaman yang ditujukan kepada Anda misal mengancam diri Anda
untuk menyakiti diri atau keluarga, perintah untuk menyakiti diri
sendiri atau orang lain dan pelecehan verbal pribadi no (3).
h. Jumlah suara yang menekan
Apakah suara itu terdengar menekan anda?
Berapa banyak?
0. =Suara itu tidak menyusahkan sama sekali.
1. = suara itu sesekali menyusahkan, mayoritas tidak menyusahkan.
2. = Sama jumlah suara menyusahkann dan tudak menyusahkan.
3. =Mayoritas suara menyusahkan, minoritas tidak menyusahkan.
4. = Jika suara itu selalu menyusahkan.
i. Intensitas suara yang menekan kapan suara itu menekan anda, seberapa
menyusahkan suara itu? Apakah suara itu menyebabkan Anda sedikit
tertekan atau tertekan sedang dan berat?
Apakah suara itu yang paling menyusahkan anda?
0. = Suara tidak menyusahkan
1. = Jika suara sedikit menyusahkan/ menekan
2. =Jika suara terasa menekan untuk tingkat sedang
3. =Jika suara itu menekan anda, meskipun subjek bisa merasa lebih
buruk.
4. =Jika suara sangat menekan Anda, Anda merasa buruk mendengar
suara itu.
j. Gangguan akibat suara
Berapa banyak gangguan yang disebabkan suara-suara itu dalam hidup
Anda?
Apakah suara menghentikan Anda dari bekerja atau aktivitas lainnya?
Apakah mereka mengganggu hubungan Anda dengan teman-teman dan /
atau keluarga?
Apakah mereka mencegah Anda merawat diri sendiri, misalnya mandi
mengganti pakaian dll
0. =Tidak ada gangguan terhadap kehidupan, mampu mempertahankan
hidup mandiri tanpa masalah dalam keterampilan hidup sehari-hari.
Mampu mempertahankan hubungan sosial dan keluarga (jika ada).
1. = Jika suara menyebabkan sedikit menganggu kehidupan Anda misal
mengganggu konsentrasi meski tetap mampu mempertahankan
aktivitas siang hari dan hubungan sosial dan keluarga dan dapat
mempertahankan hidup mandiri tanpa dukungan.
2. = Jika suara cukup menganggu kehidupan anda misalnya
menyebabkan gangguan beberapa aktivitas siang hari dan/atau
keluarga atau kegiatan sosial. pasien tidak di rumah sakit meskipun
mungkin aktivitasnya dibantu orang terdekat atau menerima bantuan
tambahan dengan keterampilan hidup seharihari.
3. = Jika suara menyebabkan gangguan parah pada kehidupan sehingga
rawat inap diperlukan. Pasien mampu mempertahankan beberapa
kegiatan sehari-hari, perawatan diri dan hubungan sementara dengan
beberapa orang di rumah sakit. Pasien juga mungkin mengalami
gangguan berat dalam hal kegiatan keterampilan hidup sehari-hari
dan / atau hubungan.
4. = Jika suara menyebabkan gangguan hidup yang lengkap sehingga
mengharuskan untuk dirawat inap. Pasien masih mampu
mempertahankan kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial tetapi
Perawatan diri sangat terganggu.biasanya
k. Control terhadap suara
Apakah Anda pikir Anda bisa mengontrol diri ketika suara itu muncul?
Dapatkah Anda mengabaikan suara itu?
0. =Pasien percaya dapat memiliki kontrol atas suara itu sehingga bisa
menghentikannya
1. =Pasien percaya dapat memiliki kontrol atas suara-suara di sebagian
besar kesempatan.
2. =Pasien percaya dapat memiliki beberapa kontrol atas suara itu di
beberapa kesempatan.
3. =Pasien percaya dapat memiliki beberapa kontrol atas suara itu tapi
hanya sesekali. Sebagian besar , suara itu tak terkendali.
4. =Pasien tidak memiliki kontrol atas suara itu ketika suara itu muncul
dan tidak dapat mengabaikan atau menghentikan suara itu sama sekali.
E.LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KIAN

Nama : Rossydah
NIM : 21501065
Judul KIAN : “Asuhan Keperawatan pada pasien
Halusinasi pendengaran dengan penerapan terapi
Dzikir di Ruang Al-Balkhi RS
Lancang Kuning Pekanbaru”

No Tanggal Materi Bimbingan TTD TTD


Pembimbing Mahasiswa

1 22 Maret 2022 ACC judul dengan dosen


pembimbing

2 27 Maret 2022 Revisi Bab 1-2


3 21 Juni 2022 Revisi Bab 2-6

4 23 Juni 2022 Revisi Bab 4, 5, dan 6

5 24 Juni 2022 Revisi Bab 5 dan 6

6 27 Juni 2022 ACC Karya Ilmiah Akhir


Ners

Anda mungkin juga menyukai