Anda di halaman 1dari 7

2015

LSP PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN

SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI


PENYULUH PERTANIAN FASILITATOR
Disusun oleh Komite Skema Sertifikasi atas dasar permintaan otoritas kompeten bidang Penyuluhan
Pertanian untuk memelihara dan memastikan kompetensi Fasilitator Penyuluh Pertanian dalam
instansi/perusahaan. Dan skema ini dapat digunakan dalam sertifikasi profesi Penyuluh Pertanian baik
pemerintah maupun swasta.

Ditetapkan tanggal: Juli 2015 Disyahkan tanggal : Juli 2015


Oleh: oleh:

Dr.Ir. Bambang Gatut Nuryanto, M.Si Ir. Heri Suliyanto, MBA


Ketua Komite Skema Kepala LSP Pertanian

Nomor Dokumen : SS-FASILITATOR-PP-2015


Nomor Salinan : 1
Status Distribusi :
√ Terkendali
Tak Terkendali
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI KOMPETENSI
FASILITATOR PENYULUH PERTANIAN

1. LATAR BELAKANG
1.1. Menyikapi kondisi pertanian di Indonesia, saat ini diperlukan tenaga kerja yang profesional di bidang Penyuluhan
Pertanian yang memiliki sertifkat terlisensi. Seiring dengan kebutuhan tersebut, LSP PERTANIAN memfasilitasi
sertfikasi kompetensi dengan memperhatikan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang
Penyuluhan Pertanian.
1.2. Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia pertanian, khususnya pemberdayaan masyarakat tani yang
berada di wilayah pedesaan. Melalui kegiatan penyuluhan, dapat dikembangkan kemampuan dan kemandirian
petani dan keluarganya, agar mampu mengelola usahataninya secara produktif, efektif dan efisien, sehingga
mempunyai daya saing tinggi yang dicirikan dengan tingginya produktivitas, mutu dan efisiensi usaha.
1.3. Salah satu komponen esensial dalam sistem penyuluhan pertanian adalah Penyuluh Pertanian. Fungsi dan
peran Penyuluh Pertanian dalam sistem penyuluhan pertanian, yaitu: (1) memfasilitasi proses pemberdayaan
pelaku utama dan pelaku usaha, (2) mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke
sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya, (3)
meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha, (4)
membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan, (5)
membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi
pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha, (6) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku
usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan, dan (7) melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian
yang maju dan modern bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berkelanjutan. Untuk melaksanakan fungsi
dan peran tersebut, perlu peningkatan kompetensi Penyuluh Pertanian agar menjadi Penyuluh Pertanian yang
profesional.
1.4. Penyuluh Pertanian Profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi sesuai standar kompetensi kerja
untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian. Dalam rangka mendukung profesionalisme penyuluh
pertanianl untuk dapat bersaing baik di dalam maupun di luar negeri, LSP Pertanian Kementerian Pertanian
melaksanakan Sertifikasi kompetensi ruang lingkup Penyuluhan Pertanian.

2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI


2.1. Pedoman ini berisi prinsip dan persyaratan umum skema sertifikasi Fasilitator Penyuluh Pertanian, suatu paket
kompetensi yang mencakup kemampuan kerja setiap individu dalam bidang dunia usaha Pertanian pemerintah
maupun swasta yang sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang pertanian.
2.2. Penjenjangan kualifikasi kompetensi kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dunia kerja dalam profesi
Fasilitator Penyuluh Pertanian di bidang Pertanian.

3. TUJUAN SERTIFIKASI
3.1. Memastikan dan memelihara kompetensi Fasilitator Penyuluh Pertanian di bidang Pertanian sehingga kompeten
dan mampu menjalankan tugasnya dengan professional.
3.2. Menjadi acuan bagi LSP dan Asesor Kompetensi untuk melakukan Asesment.

2
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI KOMPETENSI
FASILITATOR PENYULUH PERTANIAN

4. ACUAN NORMATIF
4.1. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4.2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4.3. Keppres No. 8 Tahun 2012 tentang KKNI
4.4. PP 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional
4.5. Permenakertrans No 8 Tahun 2012 Tata cara penetapan SKKNI
4.6. Permenakertrans No. 5 tahun 2012 tenang Standar Kompetensi Kerja Nasional.
4.7. ISO 17024: Rev. 2012. General requirement for bodies operating certification systems of persons.
4.8. SKKNI No. KEP.43 Tahun 2013 Tentang Penetapan SKKNI Sektor Pertanian Golongan Penyuluhan Sub
Golongan Penyuluh Pertanian.
4.9. Pedoman BNSP 210 tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi

5. KEMASAN / PAKET KOMPETENSI


5.1. Jenis Kemasan :KKNI/Okupasi/Klaster
5.2. Rincian Unit Kompetensi atau Uraian Tugas
Fasilitator Penyuluh Pertanian

N0 KODE UNIT UNIT KOMPETENSI

1. M.074909.001.02 Menyusun Programa Penyuluhan Pertanian


2. M.074909.002.02 Menyiapkan Materi Penyuluhan Pertanian
3. M.074909.003.02 Menerapkan Media Penyuluhan Pertanian
4. M.074909.004.02 Menerapkan Metode Penyuluhan Pertanian
5. M.074909.005.02 Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

6. PERSYARATAN DASAR PEMOHON SERTIFIKASI


6.1. Penyuluh Pertanian PNS
6.1.1. Memiliki ijasah SMA/SMK yang memiliki sertifikat diklat dasar penyuluh pertanian
6.1.2. Memiliki SK jabatan penyuluh aktif yang dikeluarkan oleh pimpinan kelembagaan
6.1.3. Memiliki Penetapan Angka Kredit (PAK) terakhir yang dilegalisir
6.2. Penyuluh Pertanian Swadaya/Swasta
6.2.1. Memiliki ijasah SMK/SMK dan berpengalaman dibidang Penyuluhan
6.2.2. Memiliki surat keputusan sebagai Penyuluh Pertanian Swadaya/Swasta dari Lembaga/ Instansi
Pemerintah yang menangani Penyuluhan Pertanian
6.2.3. Surat Penugasan dari pimpinan Lembaga/ Instansi/ Organisasi Profesi/ Perusahaan tempat kerja
Penyuluh Pertanian Swadaya/Swasta;

7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT


7.1. Hak Pemohon
7.1.1. Menyampaikan keluhan, complain, dan permintaan penyelesaian perselisihan kepada LSP.

3
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI KOMPETENSI
FASILITATOR PENYULUH PERTANIAN

7.1.2. Mendapatkan informasi yang diperlukan untuk setiap perubahan persyaratan sertifikasi Fasilitator Penyuluh
Pertanian.
7.1.3. Mendapatkan penjelasan dan informasi tambahan tentang program-program LSP, khususnya menyangkut
dengan persyaratan, perubahan persyaratan, jadwal sertifikasi dan lain-lain.
7.1.4. Menggunakan sebutan/logo LSP.
7.1.5. Mendapatkan sertifikat kompetensi jika dinyatakan kompeten.

7.2. Kewajiban Pemegang Sertifikat


7.2.1. Menandatangani surat persetujuan pemegang sertifikat Fasilitator Penyuluh Pertanian sesuai dengan
ketentuan LSP.
7.2.2. Mematuhi semua persyaratan sertifikasi dari LSP.
7.2.3. Memberikan pelayanan kepada klien atau bekerja ditempat kerja berdasarkan aturan dan kriteria sertifikasi,
memelihara serta menjaga kredibilitas aktivitas sertifikasi profesi.
7.2.4. Pemegang sertifikat Fasilitator Penyuluh Pertanian LSP dapat menggunakan dokumen, brosur, atau iklan
seperti :
a. Memiliki sertifikasi Fasilitator Penyuluh Pertanian dan dapat menggunakan sertifikatnya untuk
keperluan profesinya.
b. Terdaftar dalam direktori pemegang sertifikat Fasilitator Penyuluh Pertanian pada buku direktori yang
akan diterbitkan oleh LSP.
7.2.5. Pemegang sertifikat Fasilitator Penyuluh Pertanian harus menjalankan profesinya secara professional dan
memenuhi kaedah-kaedah sertifikasi.
7.2.6. Jika diperlukan dalam hal tertentu dan diminta oleh LSP pemegang sertifikat harus memberikan rekaman
keluhan, sanggahan, dan perselisihan serta tindakan koreksinya.

8. BIAYA SERTIFIKASI
LSP PERTANIAN menetapkan biaya sertifikasi sesuai dengan standar pembiayaan yang berlaku.

9. PROSES SERTIFIKASI
9.1. Persyaratan Pendaftaran
9.1.1. Pemohon memahami proses asesmen jabatan Fasilitator Penyuluh Pertanian yang mencakup persyaratan
dan ruang lingkup sertifikasi ,penjelasan proses penilaian hak pemohon, biaya sertifikasi dan kewajiban
pemegang sertifikat.
9.1.2. Pemohon mengajukan permohonan demganmengisi formulir permohonan (APL-01) dan dilengkapi dengan
bukti berupa Fc KTP, Fc Ijasah terakhir, dll
9.1.3. Pemohon mengisi Formulir asesmen mandiri (APL-02) yang dilengkapi dengan bukti berupa portofolio.
9.1.4. Pemohon menyatakan setuju dengan semua persyaratan yang berlaku.

9.2. Proses Asesmen

4
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI KOMPETENSI
FASILITATOR PENYULUH PERTANIAN

9.2.1. Asesmen jabatan Fasilitator Penyuluh Pertanian direncanakan dan disusun dengan cara yang menjamin
bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi telah dilakukan secara obyektif dan sistematis dengan bukti
terdokumentasi untuk memastikan kompetensi.
9.2.2. Metoda asesmen dan perangkat asesmen Fasilitator Penyuluh Pertanian dipilih dinterpretasikan untuk
mengkonfirmasikan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana bukti tersebut akan dikumpulkan
9.2.3. Rincian mengenai rencana asesmen dan proses asesmen dijelaskan, dibahas dan diklarifikasi dengan
peserta sertifikasi
9.2.4. Prinsip asesmen dan aturan bukti diterapkan sesuai dengan persyaratan dasar peserta untuk
mengumpulkan bukti yang berkualitas.
9.2.5. Bukti yang dikumpulkan dari portofolio yang merupakan lampiran dari APL-02 diperiksa dan dievaluasi
untuk memastikan bahwa bukti tersebut mencerminkan bukti yang diperlukan untuk memperlihatkan
kompetensi telah memenuhi aturan bukti
9.2.6. Hasil proses asesmen yang memenuhi aturan bukti direkomendasikan kompeten dan yang belum
memenuhi aturan bukti direkomendasikan untuk mengikuti ke proses lanjut uji kompetensi

9.3. Proses Uji Kompetensi


9.3.1. Uji kompetensi Fasilitator Penyuluh Pertanian dirancang untuk menilai kompetensi secara tertulis, lisan,
praktek, pengamatan atau cara lain yang andal dan objektif,
9.3.2. Peralatan teknis yang digunakan dalam proses pengujian untuk Fasilitator Penyuluh Pertanian diverifikasi
dan dikalibrasi secara tepat
9.3.3. Prinsip asesmen dan aturan bukti diterapkan sesuai dengan persyaratan dasar peserta untuk
mengumpulkan bukti yang berkualitas.
9.3.4. Bukti yang dikumpulkan dari Uji praktek, uji tulis, uji lisan yang diperiksa dan dievaluasi untuk memastikan
bahwa bukti tersebut mencerminkan bukti yang diperlukan untuk memperlihatkan kompetensi telah
memenuhi aturan bukti
9.3.5. Hasil proses asesmen yang memenuhi aturan bukti direkomendasikan kompeten dan yang belum
memenuhi aturan bukti direkomendasikan belum kompeten

9.4. Keputusan Sertifikasi


9.4.1. LSP menjamin bahwa informasi yang dikumpulkan selama proses sertifikasi mencukupi untuk:
a. mengambil keputusan sertifikasi;
b. melakukan penelusuran apabila terjadi, misalnya, banding atau keluhan
9.4.2. LSP membatasi keputusan sertifikasi sesuai persyaratan dalam skema sertifikasi yang digunakan.
9.4.4. Keputusan sertifikasi terhadap peserta hanya dilakukan oleh LSP berdasarkan informasi yang dikumpulkan
selama proses sertifikasi. Personil yang membuat keputusan sertifikasi tidak ikut serta dalam pelaksanaan
uji kompetensi atau pelatihan peserta sertifikasi.
9.4.5. Personil yang membuat keputusan sertifikasi harus memiliki pengetahuan yang cukup dan pengalaman
dengan proses sertifikasi untuk menentukan apakah persyaratan sertifikasi telah dipenuhi.
9.4.6. Sertifikat tidak diserahkan sebelum seluruh persyaratan sertifikasi dipenuhi.

5
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI KOMPETENSI
FASILITATOR PENYULUH PERTANIAN

9.4.7. Sertifikat Fasilitator Penyuluh Pertanian berlaku selama 4 tahun terhitung sejak ditetapkan
9.4.8. LSP memerbitkan sertifikat kompetensi kepada semua yang berhak menerima dalam bentuk surat dan dari
atau kartu yang ditandatangani dan disyahkan oleh personil yang ditunjuk oleh LSP
9.4.9 Sertifikat kompetensi LSP sesuai pedoman BNSP, dan dirancang untuk mengurangi risiko pemalsuan.

9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat


9.5.1. LSP mempunyai kebijakan dan prosedur terdokumentasi untuk pembekuan dan pencabutan sertifikasi,
penambahan dan pengurangan ruang lingkup sertifikasi, yang juga menjelaskan tindak lanjut oleh LSP.
9.5.2. Kegagalan dalam menyelesaikan masalah yang mengakibatkan pembekuan sertifikat, dalam waktu yang
ditetapkan oleh LSP, akan mengakibatkan pencabutan sertifikasi atau pengurangan ruang lingkup
sertifikasi.
9.5.3. LSP membuat perjanjian yang mengikat dengan pemegang sertifikat kompetensi untuk memastikan
bahwa, selama pembekuan sertifikasi, pemegang sertifikat tidak diperkenankan melakukan promosi terkait
dengan sertifikasi yang dibekukan.
9.5.4. LSP membuat perjanjian yang mengikat dengan pemegang sertifikat kompetensi untuk memastikan
bahwa setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak diperkenankan menggunakan sertifikatnya
sebagai bahan rujukan untuk kegiatannya.

9.6. Proses Sertifikasi Ulang


9.6.1. LSP menetapkan kebijakan dan prosedur terdokumentasi untuk proses sertifikasi ulang, sesuai dengan
persyaratan skema sertifikasi.
9.6.2. LSP menjamin selama proses sertifikasi ulang, proses tersebut memastikan kompetensi pemegang
sertifikat terpelihara, dan pemegang sertifikat masih mematuhi persyaratan skema sertifikasi terkini.
9.6.3. Pemilik sertifikat dalam hal mengajukan perpanjangan harus mengajukan permohonan dengan mengisi
formulir APL-01 dan APL-02 lengkap dengan bukti
9.6.4. Prinsip asesmen dan aturan bukti diterapkan sesuai dengan persyaratan dasar peserta untuk
mengumpulkan bukti yang berkualitas.
9.6.1. Bukti yang dikumpulkan berupa dokumen prtofolio atau log book diperiksa dan dievaluasi untuk
memastikan bahwa bukti tersebut mencerminkan bukti yang diperlukan untuk memperlihatkan kompetensi
telah memenuhi aturan bukti
9.6.2. Hasil proses asesmen yang memenuhi aturan bukti direkomendasikan kompeten dan yang belum
memenuhi aturan bukti direkomendasikan belum kompeten
9.6.4. Kegiatan sertifikasi ulang yang ditetapkan LSP menjamin bahwa dalam memastikan terpeliharanya
kompetensi pemegang sertifikat dilakukan melalui asesmen yang tidak memihak.
9.6.5. Sertifikasi ulang yang ditetapkan LSP disesuaikan dengan skema sertifikasi, minimum mempertimbangkan
beberapa hal berikut:
a. asesmen di tempat kerja;
b. pengembangan profesional;
c. wawancara terstruktur;

6
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI KOMPETENSI
FASILITATOR PENYULUH PERTANIAN

d. konfirmasi kinerja yang memuaskan secara konsisten dan catatan pengalaman kerja;
e. uji kompetensi;
f. pemeriksaan kemampuan fisik terkait tuntutan kompetensi.

9.7. Penggunaan Sertifikat


9.7.1. LSP mengatur dan mendokumentasikan persyaratan penggunaan logo atau penanda sertifikasi
kompetensi.
9.7.2. LSP mensyaratkan pemegang sertifikat kompetensi untuk menandatangani perjanjian dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. untuk mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema sertifikasi;
b. untuk membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang
telah diberikan;
c. untuk tidak menggunakan sertifikasi yang dapat mencemarkan LSP, dan tidak membuat pernyataan
terkait sertifikasi yang oleh LSP dianggap menyesatkan atau tidak dapat dipertanggung jawabkan;
d. menghentikan penggunaan semua pengakuan atas sertifikasi yang merujuk pada LSP atau sertifikasi
LSP apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan mengembalikan sertifikat yang diterbitkan LSP;
e. tidak menggunakan sertifikat dengan cara yang menyesatkan.
9.7.3 LSP menetapkan prosedur tentang tindakan perbaikan untuk setiap penyalahgunaan sertifikat, termasuk
penyalahgunaan logo dan atau penanda.

9.8. Banding
9.8.1 LSP menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan kajian, dan membuat keputusan terhadap
banding. Proses penanganan banding mencakup setidaknya unsur-unsur dan metoda berikut:
a. proses untuk menerima, melakukan validasi dan menyelidiki banding, dan untuk memutuskan tindakan
apa yang diambil dalam menanggapinya, dengan mempertimbangkan hasil banding sebelumnya yang
serupa;
b. penelusuran dan perekaman banding, termasuk tindakan-tindakan untuk mengatasinya;
c. memastikan bahwa, jika berlaku, perbaikan yang tepat dan tindakan perbaikan dilakukan.
9.8.2 LSP membuat kebijakan dan prosedur yang menjamin bahwa semua banding ditangani secara
konstruktif, tidak berpihak, dan tepat waktu.
9.8.3 Penjelasan mengenai proses penanganan banding dapat diketahui publik tanpa diminta.
9.8.4 LSP bertanggung jawab atas semua keputusan di semua tingkat proses penanganan banding. LSP
menjamin bahwa personil yang terlibat dalam pengambilan keputusan proses penanganan banding
berbeda dari mereka yang terlibat dalam keputusan yang menyebabkan banding.
9.8.5 Penyerahan, investigasi dan pengambilan keputusan atas banding tidak akan mengakibatkan tindakan
diskriminatif terhadap pemohon banding.
9.8.6 LSP menerima banding, dan memberikan laporan kemajuan serta hasil penanganannya kepada pemohon
banding.
9.8.7 LSP memberitahukan secara resmi kepada pemohon banding pada akhir proses penanganan banding.

Anda mungkin juga menyukai