Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS FALSAFAH HUMA BETANG SEBAGAI SARANA REKONSTRUKSI

PERDAMAIAN PASCA KONFLIK SUKU DAYAK - MADURA DI KALIMANTAN


TENGAH

ANALYSIS OF THE FALSAFAH HUMA BETANG AS A MODEL FOR


RECONSTRUCTION OF PEACE IN THE DAYAK - MADURA TRIBE CONFLICT IN
CENTRAL KALIMANTAN

Endri Ahmadi1, Anang Puji Utama2, I Nengah Putra Apriyanto3

PRODI DAMAI DAN RESOLUSI KONFLIK


FAKULTAS KEAMANAN NASIONAL
UNIVERSITAS PERTAHANAN
(thedomlank@gmail.com, anangpu19@yahoo.com, nengah9627@yahoo.com)

Abstrak – Artikel ini bertujuan untuk menganalisis Falsafah Huma Betang sebagai sarana
rekonstruksi perdamaian pasca konflik antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah.
Falsafah Huma Betang merupakan salah satu kekayaan intelektual lokal asli Suku Dayak di
Kalimantan Tengah yang terinspirasi dari rumah adat. Falsafah Huma Betang memiliki nilai luhur
seperti kesetaraan sesama manusia, kebersamaan, kekeluargaan/ persaudaraan, persatuan dan
taat pada hukum. Dalam menganalisis Falsafah Huma Betang, konstruksi teori transformasi konflik,
teori manajemen strategi, konsep pembangunan perdamaian dan konsep keamanan nasional
digunakan untuk melihat pembangunan perdamaian pasca konflik secara lebih mendalam dan
berkelanjutan. Penelitian mengunakan pendekatan kualitatif dengan konstruksi deskirptif. Data
dikumpulkan dengan mengunakan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian akan
menunjukkan sejauh mana Falsafah Huma Betang dapat dipakai sebagai rekonstruksi perdamaian
pasca konflik suku Madura dan Dayak di Kalimantan Tengah. Selain itu Huma Betang juga
selayaknya ditempatkan sebagai pedoman hidup dan menjadi bagian dalam upaya penyelasaian
konflik secara non ligitatif serta pembangunan perdamaian yang positif dan berkelanjutan.

Kata Kunci: Falsafah Huma Betang, Perdamaian, Trasformasi Konflik, Dayak, Madura.

Abstract – This article aims to provide an analysis related to the philosophy of Huma Betang as a means
of reconstructing post-conflict peace between the Dayak and Madurese tribes in Central Kalimantan.
The philosophy of Huma Betang is one of the original local intellectual property of the Dayak tribe in
Central Kalimantan which is inspired by traditional houses. The philosophy of Huma Betang has noble
values such as equality among humans, togetherness, brotherhood, unity, and obedience to the law.
In analyzing the Huma Betang philosophy, the construction of conflict transformation theory,
strategic management theory, the concept of peacebuilding, and the concept of national security are
used to see post-conflict peace development more profoundly and sustainably. This research uses a
qualitative approach with descriptive construction. Data were collected using in-depth interviews and
literature studies. The results of the research will show the extent to which the Huma Betang
philosophy can be used as a reconstruction of peace after the conflict between the Madurese and
Dayak tribes in Central Kalimantan. Besides, Huma Betang should also be placed as a life guide and be
part of efforts to resolve conflicts non-litigatively and build positive and sustainable peace.

Keywords: Huma Betang philosophy, Peace, Conflict Transformation, Dayak, Madura.

Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 77
Pendahuluan budaya, dan agama, sehingga isu SARA
Indonesia telah mengalami merupakan hal yang sensitif dan patut
berbagai peristiwa dan permasalahan selalu diperhatikan oleh pemerintah.
sosial budaya yang telah mengarah (Trijono, 2009) menyebutkan
kepada pelemahan kedaulatan negara bahwa beberapa kasus konflik horizontal
seperti permasalahan konflik horizontal di Indonesia menunjukkan bahwa tidak
yang terjadi di beberapa daerah ada satupun penyelesaian konflik yang
disebabkan sentimen isu Suku, Agama berhasil menjadi perdamaian positif
dan Ras (SARA). Indonesia sebagai (positif peace) melainkan hanya mencapai
negara yang dibangun dengan perdamaian negatif (negative peace) yang
menjunjung tinggi perbedaan, ternyata artinya perdamaian konflik yang masih
Indonesia masih rentan dengan ancaman menyisakan permasalahan yang
terjadinya kerusuhan yang disebabkan dikemudian hari dapat menjadi konfik
oleh konflik SARA. kembali apabila tidak diantisipasi dan
Rangkaian konflik yang terjadi di dikelola dengan baik sehingga
Indonesia, terutama di era reformasi, dibutuhkan pendekatan dan strategi
perlu menjadi perhatian dari aparat, pembangunan perdamaian
akademis, dan pemangku kepentingan berkelanjutan.
lainnya. Adanya peningkatan tren yang Di Indonesia pernah terjadi konflik
meningkat secara signifikan kekerasan antar suku Dayak (lokal)
dibandingkan dua era sebelumnya dengan suku Madura (pendatang)
menunjukan bahwa kondisi keamanan tepatnya di Sampit, Kabupaten
Indonesia harus diberikan perhatian yang Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan
lebih serius (Suratman, 2017). Artinya, Tengah pada bulan Februari 2001 yang
eskalasi konflik di Indonesia yang terus dampaknya menyebarluas sampai di
meningkat, sangat terbuka beberapa kabupaten di Provinsi
kemungkinannya dikarenakan pengaruh Kalimantan Tengah. Dalam peristiwa itu
dari aktor-aktor luar, terutama ketika ribuan nyawa warga Madura dan warga
mereka melihat banyaknya perbedaan- lokal dari Suku Dayak menjadi korban,
perbedaan pendapat di masyarakat sipil dari anak-anak sampai dengan orang
Indonesia sendiri. Indonesia merupakan dewasa, serta ratusan rumah yang
negara yang memiliki beragam suku, terbakar.

78 | Jurnal Damai dan Resolusi Konflik | Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022


Peristiwa itu hingga saat ini dapat mencapai perdamaian yang positif
menimbulkan trauma yang sangat sehingga potensi konflik tersebut tidak
mendalam tidak hanya bagi warga yang terjadi lagi.
terlibat konflik tetapi seluruh warga yang Provinsi Kalimantan Tengah dengan
ada di Kalimantan Tengah. Konflik ini penduduk lokal suku Dayak memiliki
terjadi karena mulai memudarnya rasa banyak nilai kearifan lokal salah satunya
saling menghormati dan menghargai falsafah Huma Betang yang dimunculkan
diantara penduduk asli dan pendatang. kembali pada saat penanganan konflik
Konflik seperti ini jelas akan mengganggu Dayak – Madura. Falsafah Huma Betang
persatuan dan kesatuan bangsa merupakan salah satu budaya yang
Indonesia. tumbuh dan berkembang pada
Perdamaian suku Dayak – Madura masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.
sendiri masih bersifat perdamaian negatif Falsafah Huma Betang tersebut telah
karena tidak ada proses rekonsiliasi memberikan pemahaman kepada warga
konflik dalam bentuk perjanjian yang Dayak dan Madura untuk kembali hidup
mengikat antara kedua belah pihak rukun dan damai pasca konflik antara
meskipun konflik kekerasan telah suku Dayak dan Madura di Provinsi
berhenti (Susanto, 2017). Sehingga, Kalimantan Tengah.
potensi konflik bisa saja terjadi kembali Untuk membangun perdamaian
apabila adanya pemicu (triger) konflik yang positif dan berkelanjutan pasca
yang baru. Potensi konflik bisa kembali Konflik di Kalteng, Peneliti akan
muncul karena masih adanya rasa trauma menggunakan kearifan lokal Falsafah
atas konflik yang telah terjadi seingga Huma Betang diadopsi dari rapat damai
tercipta ketidaksadaran kolektif dimana Tumbang Anoi 1894 yang berhasil
setiap orang suku dayak dan madura menghentikan kekerasan dan
telah mewarisi memori leluhurnya bahwa pembunuhan antar suku dayak. Dalam
pernah terjadi pembunuhan antara suku praktiknya, prinsip Huma Betang memiliki
dayak dan madura. Untuk mengantisipasi nilai-nilai perdamaian yang bisa
hal tersebut, maka peneliti menilai perlu menyelesaikan konflik 2001 dan bisa
adanya pembangunan perdamaian menjadi pedoman masyarakat dalam
(peace building) yang berkelanjutan agar hidup damai. Namun belum semua
Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 79
masyarakat maupun pemerintah paham yang dapat menjadi modal dasar
akan nilai-nilai Huma Betang sehingga kekuatan ketika menghadapi konflik yang
perlu adanya strategi mungkin terjadi, maupun yang terkait
membumikan/melestarikan. dengan peran para aktor dalam
Untuk itu, penelitian ini dilakukan merekontruksi perdamaian dengan
dalam memenuhi beberapa tujuan yaitu menggali dan menganalisis berbagai
untuk Identifkasi dan analisis kekuatan informasi secara mendetail dari pihak-
nilai-nilai falsafah Huma Betang sebagai pihak terkait dengan topik penelitian.
sarana reskonstruksi perdamaian pasca Pengumpulan data penulisan artikel
konflik suku Dayak dan Madura di Provinsi ini menggunakan wawancara mendalam
Kalimantan Tengah. Selain itu, untuk dengan informan kunci yakni Aparat
menganalisis strategi dalam Pemerintahan, Aparat
memaksimalkan falsafah Huma Betang Pertahanan/Keamanan, Tokoh
untuk mengatasi konflik di masa yang Agama/Adat/Masyarakat, dan
akan datang. Akademisi/LSM. Adapun teknik yang
digunakan dalam pemilihan narasumber
Metode Penelitian adalah teknik pengambilan sampel
Metode yang digunakan dalam bertujuan (purposive random sampling),
penulisan artikel ini menggunakan yaitu mereka yang diasumsikan
metode kualitatif deskriptif. Menurut mempunyai informasi yang dibutuhkan.
Bogdan dan Taylor, prosedur penelitian Selain itu, target wawancara juga dapat
kualitatif menghasilkan data deskriptif dikembangkan melalui teknik bola salju
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari (Sugiyono, 2012).
orang-orang dan perilaku yang dapat Hasil dari informasi di lapangan
dipahami (Moleong, 2006). kemudian didukung oleh data sekunder
Metode kualitatif bertujuan untuk berupa penelusuran kepustakaan terkait
memberikan deskripsi tentang kekuatan bidang pemasyarakatan, pemerintah
falsafah Huma Betang pada masyarakat daerah, dan keamanan nasional. Data
Provinsi Kalimantan Tengah yang dihayati yang sudah terkumpul, maka data analisis
dalam menjaga, mengantisipasi serta menggunakan Analisis Data Interaktif dari
merekontruksi perdamaian pasca konflik Miles dan Huberman dalam bukunya
Dayak – Madura. Falsafah Huma Betang Qualitative Data Analysis: An Expended

80 | Jurnal Damai dan Resolusi Konflik | Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022


Sourcebook 3rded yang meliputi (46,62%), Jawa (21,67%) dan Banjar
kondensasi data, penyajian data, (21,03%) serta Madura sekitar 1,5% (BPS
penarikan, dan verifikasi kesimpulan Kalimantan Tengah, 2019).
seperti dalam Gambar 1. Kalimantan Tengah memiliki 4 sub
suku yang besar, terdiri 145 anak suku
atau apabila dijumlahkan terdapat 405
suku dayak. Secara umum, kondisi
perdamaian pasca konflik Dayak –
Madura saat ini di Kalteng berjalan aman
dan kondusif, dimana antara suku Dayak
Gambar 1. Model Interaktif Analisis Data
dan Madura juga sudah berbaur. Namun,
Sumber: Miles, et.al. (2014)
masih menyimpan stereotip etnik/
Pembahasan budaya, rasa trauma dan potensi konflik
Provinsi Kalimantan Tengah apabila tidak dikelola dengan baik.
memiliki Luas wilayah mencapai 153.564 Dalam menjaga perdamaian,
km² atau hampir sama dengan satu masyarakat Kalimantan Tengah memilki
setengah kali Pulau Jawa, terdiri dari 1 kearifan lokal yang telah lama diyakini
kota dan 13 kabupeten, 136 Kecamatan, masyarakat Kalteng yaitu Falsafah Huma
138 Kelurahan, dan 1434 Desa, dengan Betang yang dapat diartikan secara
jumlah penduduk sebnayak 2.769.156 sederhana Rumah bersar yang dihuni
jiwa. banyak orang dengan beragam agama
dan kepercayaan tetapi tetap rukun nan
damai.

Gambar 2. Peta Kalimantan Tengah


Sumber: BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan
Tengah (2020)
Gambar 3. Rumah Betang atau Huma Betang
Adapun Tiga etnis dominan di Sumber: Direktorat Jenderal Kebudayaan
Republik Indonesia (2018)
Kalimantan Tengah yaitu etnis Dayak
Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 81
Nilai—Nilai Perdamaian Falsafah Huma 1. Kesetaraan Sesama Manusia
Betang
Huma Betang yang terbukti mampu
Munculnya nilai-nilai perdamaian
mengikat emosi komunitas yang memiliki
pada Falsafah Huma Betang
kararkter yang berbeda menempatkan
dilatarbelakangi oleh Perjanjian Rapat
setiap komunitas Betang dan semua
Damai Tumbang Anoi diselenggarakan di
manusia sebagai mahluk tuhan yang
rumah Betang Tumbang Anoi kabupaten
memiliki derajat kemanusiaan yang sama.
Gunung Mas pada 22-24 Mei 1894 telah
Hal ini secara eksplisit diungkapkan dalam
menghasilkan tiga kesepakatan pokok,
inti budaya dan filosofi Huma Betang
yaitu Pertama, perdamaian : penghentian
“berdiri sama tinggi duduk sama rendah
perang antar suku, ngayau dan balas
dimana kaki dipijak disitu langit
dendam. Kedua, penghentian sistem
dijunjung”. Arti perdamaian pada filosofi
budak. Ketiga, hukum adat :
ini bahwa jumlah penghuni yang berbeda
penyeragaman hukum adat dalam
baik suku, kulit, sifat, karakter, bahasa
tatacara kehidupan suku Dayak
memiliki agama yang menggambarkan
Rapat Damai Tumbang Anoi juga
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
menghasilkan 8 keputusan perdamaian
masyarakat setempat. Sehingga
sekaligus menghasilkan pedoman hukum
penghuni di Betang tidak dibeda-bedakan
adat Dayak yang disebut Saililah kodex
dalam kehidupan kesehariannya beserta
atau Undang-Undang Saililah yang terdiri
sanksi hukum adat apabila melanggar.
atas 96 pasal. Melaui peristiwa perjanjian
2. Kebersamaan
Damai Tumbang Anoi sekaligus Huma
Secara normatif ikatan nilai Huma
Betang menjadi tempat perjanjian
Betang lebih mencerminkan kehidupan
perdamaian antar suku dayak maka
komunitas Huma Betang yang saling
diperoleh Falsafah Huma Betang yang
menguatkan satu sama lain yang di
memiliki nilai-nilai perdamaian berasal
metamorforakan dengan bangunan
dari peristiwa Perjanjian Tumbang Anoi
kokoh yang terdiri dari berbagai
tersebut.
komponen yang berbeda namun saling
Adapun nilai-nilai perdamaian dari
menopang. Dalam konteks yang lain nilai
kearifan lokal Falsafah Huma Betang
filosofi Huma Betang mengandung
berdasarkan hasil wawancara dan studi
pengertian membangun bersama,
pustaka yaitu :
mendiami bersama, menjaga bersama

82 | Jurnal Damai dan Resolusi Konflik | Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022


kebersamaan lebih penting dari menjadi tradisi atau adat yang
keberbedaan sehingga didalamnya berkembang sejak rapat damai Tumbang
terdapat nilai yang dianut yang bersifat Anoi tahun 1984 yang diselenggarakan
egaliter, komunal, solider, tolong secara mufakat untuk menyelesaikan
menolong dan berbela rasa serta rumah segala permasalahan suku Dayak.
bersama bagi semua suku dan agama. 4. Persatuan
3. Kekeluargaan/Persaudaraan Falsafah Huma Betang memiliki nilai-
Nilai kekeluargaan ini sangat mendasar nilai persatuan yang sangat penting untuk
sehingga tanpa adanya falsafah kerukunan dalam kehidupan masyarakat
kekeluargaan, ikatan emosional dan karena sebenarnya Huma Betang
perasaan sebagai satu keluarga, merupakan makna kecil dari persatuan
kehidupan kolektif dalam masyarakat NKRI seperti makna Bhineka Tunggal Ika.
sulit terwujud secara baik. Kehidupan Masyarakat Dayak juga dikenal sebagai
kolektif yang penuh dengan kedamaian, masyarakat asli Kalimantan Tengah yang
keharmonisan dan kerukunan dalam bersifat egaliter, artinya ada sebuah
suatu wadah Huma Betang hanya dapat persamaan pada pandangan hidup dan
berlangsung dengan baik jika dilandasi tidak ada strata sosial yang mengikat,
oleh ikatan emosional dan rasa sehingga juga menghargai adat dan
sepaguyuban secara baik pula. menjunjung tinggi adat, termasuk juga
Dalam pengambilan keputusan dan Utus Itah atau Harga Diri Kita. Falsafah
penyelesaian suatu urusan atau Huma Betang ini sudah ada sejak dahulu
permasalahan kekeluargaan, bahkan yang dipadukan “dimana bumi dipijak
urusan yang lebih luas, yang menyangkut disitu langit dijunjung” dengan arti bahwa
kehidupan sosial, keagamaan dilakukan masyarakat Kalimantan Tengah
berdasarkan asas hapakat basara menerima pendatang secara terbuka
(musyawarah mufakat). Pengambilan namun harus tetap menujunjung tinggi
keputusan berdasarkan suara bersama adat istiadat Kalimantan Tengah sehingga
atau hapakat basara (musyawarah tercipta suasana yang Harmonis.
mufakat) merupakan nilai tradisi yang (Suprayitno, et al., 2019).
telah dikembangkan jauh sebelumnya Nilai persatuan ini menghayati
oleh nenek moyang mereka. Nilai ini telah perbedaan nilai-nilai kebudayaan yang
Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 83
berbeda akibat kodratnya masing-masing Falsafah hidup dari Madura yaitu
dapat membuka saling hubungan dan ‘Kampong Meiji’ dan ‘Taneyan Lanjeng’
persaudaraan yang intim. Provinsi yang artinya hidup berdampingan,
Kalimatnan Tengah memiliki suku dayak dengan turunan nilai ‘rampak naong
yang beragam serta suku lainnya yang beringin Korong’ hidup berdampingan
berbeda-beda tetapi tetap satu naungan dalam suasana rukun damai dan harmonis
Huma Betang. Nilai ini menanamkan atau ‘Oreng Deddhi Taretan’ orang jadi
semangat kesatuan, maka semakin kokoh saudara.
persatuan dan sadarlah sebagai satu Sedangkan turunan dari falsafah
pohon yaitu satu bangsa. Huma Betang, masyarakat Dayak
5. Taat Pada Hukum memegang prinsip ‘’Dimana Bumi Di Pijak
Nilai perdamaian yang terkandung Di Situ Langit Di Junjung” menerima
dalam Falsafah Huma Betang adalah taat pendatang untuk hidup berdampingan
pada hukum (hukum negara, hukum adat dan damai. Hal tersebut menunjukkan
dan hukum alam). Secara langsung bahwa Warga Madura menerima falsafah
penghuni Betang harus taat kepada ke Huma Betang dan menjunjung tinggi
empat nilai-nilai sebelumnya dalam semangat perdamaian dan siap hidup
menjalankan kehiudpan bermasyarakat. berdampingan secara damai dengan
Nilai taat pada hukum tersebut, juga masyarakat Dayak. Warga Madura juga
diadopsi dari Rapat besar Tumbang Anoi mengakui bahwa Falsafah Huma Betang
1894 yang tidak saja mengokohkan sistem itu adil dan bagus karena mengayomi
adat istiadat dan tata krama serta sikap masyarakat. Sehingga dalam hal ini
moral tapi juga melalui rapat damai itu sebenarnya telah tercipta adaptasi
telah memperkuat politik identitas yang budaya oleh suku Madura terhadap suku
ditandai dengan disepakatinya 96 pasal dayak
hukum adat yang menjadi pedoman bagi
para damang (kepala adat) suku dayak di Kekuatan Huma Betang Dalam
Mendamaikan Konflik Dayak – Madura
seluruh Kalimantan.
Tahun 2001
Peneliti menemukan fakta bahwa
Persamaan Falsafah Perdamaian Suku hukum positif tidak bisa menyelesaikan
Dayak dan Madura
konflik Dayak-madura tahun 2001 lalu.
Konflik tersebut dapat berakhir dan

84 | Jurnal Damai dan Resolusi Konflik | Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022


berdamai karena masyarakat suku Dayak dan kembalinya rasa kekeluargaan dari
sadar dan kembali pada Falsafah Huma pihak yang bertikai. Mereka bukan lagi
Betang. Sehingga dalam berbagai musuh tetapi keluarga yang berlandaskan
penyelesaian konflik pada tahun 2001 bisa nilai perdamaian Huma Betang, yang
tercapai menggunakan prinsip Falsafah diakhiri ritual adat perdamaian. Dengan
Huma Betang yang mengedepankan nilai sidang perdamaian adat tersebut, telah
perdamaian musyarawarah yang tercapai tujuan dari nilai Falsafah Huma
dilakukan masyarakat dayak itu sendiri. Betang yaitu musyawarah, kekeluargaan
dan taat pada hukum serta tercipta
Sidang dan Upacara Perdamaian Adat kesepakatan bersama atau win-win
Dalam Falsafah Huma Betang
solution.
Falsafah Huma Betang memiliki nilai
Sebagai contoh adanya
perdamaian yaitu musyawarah dan taat
penyelesaian konflik perorangan melalui
pada hukum, sehingga setiap
sidang perdamaian adat Dayak antara Dr.
permasalahan maupun konflik bisa
Andrie Ellia Embang (Ketua Harian DAD
diselesaikan dengan sidang dan upacara
Kalimantan Tengah) dengan Dimas M
perdamaian adat. Adapun actor yang
Hartono (Direktur Eksekutif Walhi
terlibat dalam pedamaian adat
Kalimantan Tengah) yang dilaksanakan
diantaranya Damang atau Mandit yang
pada 14 November 2020. Konflik bermula
berwenang menegakkan hukum adat
adanya pencemaran nama baik Ketua
Dayak, kemudian pelapor, terlapor, DAD
Harian DAD oleh Direktur Walhi Kalteng.
dalam hal ini sebagai pengawas dan
Pada proses penyelesaian masalah, kedua
BATAMAD (badan pertahanan
pihak menjalani beberapa prosesi adat
masyarakat adat Dayak) dalam hal
dimana kedua pihak saling sepakat untuk
menjaga kondusifitas jalannya sidang
berdamai kemudian dilanjutkan dengan
adat.
ritual/upacara perdamaian adat.
Intinya dalam sidang adat ini
menghasilkan suatu perjanjian tertulis
yang disebut sebagai perjanjian
perdamaian Hasil dari sidang perdamaian
adat adalah terwujudnya perdamaian,

Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 85
dapat menjadi jalan tengah bagi
masyarakat dalam menyelesaikan
berbagi bentuk sengketa dan konflik
sosial. Titik ukur utama adalah bagaimana
putusan dari hukum adat dapat menjadi
solusi yang adil dan tidak adanya

Gambar 4. Sidang Perdamaian Adat Dayak keberpihakan serta tidak menimbulkan


antara Ketua Harian DAD Kalimantan Tengah
dendam antara kedua belah pihak.
dengan Direktur Walhi Kalimantan Tengah
Sumber: diolah peneliti, 2020

Hasil Nilai-nilai Perdamaian dan


Pada kasus lainnya, yaitu Sidang Kekuatan Falsafah Huma Betang Menjadi
Perdamaian Adat terkait penganiayaan Modal Rekontruksi Perdamaian Pasca
Konflik
oleh delapan oknum anggota Dari uraian hasil penelitian
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) sebelumnya tersebut, untuk
terhadap warga Suku Dayak di Sampit mengidentifikasi nilai-nilai perdamaian
Kabupaten Kotawaringin Timur (tempat pada Falsafah Huma Betang sesuai
terjadi kerusuhan pada 2001) pada 26 dengan konsep Fajarini yang menyatakan
September 2020. Adapun hasil penerapan kearifan lokal dinilai menjadi salah satu
Huma Betang berhasil menyelesaikan unsur yang penting dalam melakkukan
konflik dengan adanya sanksi adat dan berbagai macam intervensi sosial, salah
perdamaian. satunya membangun perdamaian
(Fajarani, 2014). Sehingga dalam Falsafah
Huma Betang, peneliti telah menemukan
nilai-nilai perdamaian dalam falsafah
tersebut diantaranya Kesetaraan Sesama
Manusia, Kebersamaan,
Gambar 5. Sidang Perdamaian Adat PSHT Kekeluargaan/Persaudaraan, Persatuan
Kotawaringin Timur
Sumber : Observasi Peneliti, 2020 dan Taat Pada Hukum. Falsafah Huma
Betang memiliki nilai yang bisa

Dari penyelesaian kasus konflik menciptakan perdamaian positif pada

tersebut, memperkuat gambaran pihak yang sedang berkonflik dengan

bagaimana Huma Betang sebagai falsafah cara winwin solution yang artinya ketika

86 | Jurnal Damai dan Resolusi Konflik | Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022


terjadi konflik diselesaikan dengan nilai menjadi landasan utama dalam melakuan
kekeluargaan sehingga terciptanya transformasi konflik.
kondusifitas keamanan di wilayah 1. Dimensi personal
Kalteng. Penanaman nilai Falsafah Huma
Untuk menganalisis kekuatan Betang dan diterapkan oleh individu
Falsafah Huma Betang yang dapat secara mandiri dapat meminimalisir
menjadi nilai dasar dalam melakukan kemungkinan terburuk akibat
transformasi suatu konflik termasuk pergejolakan subjektifitas emosi yang
Dayak – Madura di Kalimantan Tengah, dipicu oleh konflik yang ada.
Peneliti menggunakan teori transormasi 2. Dimensi Relasional
konflik Lederach J. P yang menjelaskan Falsafah Huma Betang dapat
bahwa transformasi konflik merupakan meminimalisir gesekan antar
upaya untuk memberikan respon pada masyarakat Dayak dan Madura, dan
pasang surut konflik dan gelombang mencoba untuk membangun
konflik sosial sebagai kesempatan untuk hubungan tanpa adanya rasa takut dan
menciptakan perubahan pada proses prasangka yang berlebihan serta saling
sosial yang bersifat konstruktif dengan menjunjung harapan bersama.
tujuan untuk mengurangi kekerasan, 3. Dimensi Struktural
meningkatkan keadilan didalam Menggunakan Nilai perdamaian
hubungan sosial masyarakat (J.P, 2012). kekeluargaan yang mengandung
Lederach telah mengantarkan demokratis pada Falsafah Huma
kepada gambaran awal bagaimana Betang sebagai upaya
konflik dapat ditransformasi menjadi mempromosikan bentuk mekanisme
perdamian yang postif. Lebih lanjut, penyelesaikan konflik dengan prinsip
Lederach menjelaskan bagaimana anti kekerasan, saling
Tranformasi ini dapat bekerja melalui berkesinambungan dan yang terutama
implementasi pada dimensi Personal, partisipatif masyarakat.
Relasional, Struktural dan Budaya. Hal 4. Dimensi Budaya
tersebut dapat diterapkan pada pasca Nilai budaya unik Huma Betang
konflik sosial di Kalimantan Tengah akan menjadi sumber daya dan sebuah
dimana Falsafah Huma Betang dapat mekanisme peacebuilding dalam
Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 87
menyelesaikan konflik yang ada. masyarakat maupun pemerintah belum
Adanya persamaan budaya Madura paham nilai-nilai perdamaian Huma
dan Dayak yang telah peneliti jelaskan Betang. Untuk itu, diperlukan konsep
sebelumnya, menjadikan transformasi manajemen strategi Pearce dan Robinson
konflik melalui dimensi budaya bisa untuk memaksimalkan Falsafah Huma
tercapai. Betang, dimana secara sederhana
Transformasi konflik melalui upaya pelaksanaan manajemen strategi
penerapan dan implementasi Falsafah digambarkan oleh Pearce dan Robinson
Huma Betang merupakan sebuah (2000) seperti sebuah bagan yang dimulai
mekanisme peacebuilding di mana dengan adanya perencanaan, simulasi, uji
pembentukan perdamaian tertuju pada coba, perumusan, pelaksanaan, dan
implementasi praktis perubahan sosial terakhir evaluasi (Robinson, 2008).
secara damai melalui rekonstruksi dan
pembangunan politik, sosial dan ekonomi
ditengah masyarakat sesuai dengan Perencanan Simulasi Perumusan

konsep Peacebuilding (Galtung, 2010).


Sedangkan, terkait keamanan
Gambar 6. Pelaksanaan Manajemen Strategi
nasional dalam implementasinya Falsafah Sumber: Pearce dan Robinson (2000)
Huma Betang bisa sebagai sebuah fungsi
Adapun strategi dalam menerapkan
yaitu menciptakan kondisi aman, tenang,
Falsafah Huma Betang yaitu pada tahap
dan damai. Selain itu juga sebuah kondisi
perencanaan membuat sebuah
yang aman dan damai, seperti yang
mekanisme formal dan melakukan proses
diharapkan oleh banyak orang di suatu
pembakuan nilai-nilai perdamaian yang
negara (Darmono, 2010).
terdapat pada Falsafah Huma Betang
yang disusun oleh pemangku adat tanpa
Strategi Dalam Memaksimalkan Falsafah
adanya intervensi politik. Kemudian,
Huma Betang Untuk Mengantasi Konflik
Peneliti menemukan bahwa dilanjutkan dengan simulasi yang
penerapan Falsafah Huma Betang saat ini menghasilkan sebuah model konstruktif
di Kalimantan Tengah yaitu masih atau gambaran awal mengenai
kurangnya sosialisasi, belum adanya bagaimana nilai-nilai yang sudah
pembakuan tetnang Huma Betang, serta dibakukan akan bekerja ditengah

88 | Jurnal Damai dan Resolusi Konflik | Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022


masyarakat. Kemdudian, membuat Kesimpulan, Rekomendasi dan
Pembatasan
perumusan untuk menyempurnakan
Kesimpulan
kembali pembakuan nilai-nilai 1. Falsafah Huma Betang memiliki nilai -
perdamaian pada Falsfah Huma Betang. nilai positif dan perdamaian yang telah
Dan terakhir tahap pelaksanaan, dipedomani oleh masyarakat
menerapkan Falsafah Huma Betang Kalimantan Tengah diantaranya nilai
dalam setiap sendi kehidupan masyarakat kesetaraan sesama manusia,
Kalteng. Sehingga terciptanya kebersamaan, kekeluargaan/
internaliasai nilai, dimana Huma Betang persaudaraan, persatuan dan taat
ini diterima oleh masyarakat. pada hukum (hukum negara, hukum
Pada akhirnya, penerapan falsafah adat dan hukum alam) sehingga bisa
huma betang, bisa menciptakan dijadikan sarana rekonstruksi
rekonstruksi perdamaian yang positif dan perdamaian pasca konflik di
berkelanjutan di Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah. Falsafah Huma
Sehingga tercipta inkulturasi nilai, dimana Betang memiliki nilai yang bisa
masyarakat mengakui Huma Betang menciptakan perdamaian positif pada
dalam menciptakan keamanan nasional di pihak yang sedang berkonflik dengan
wilayah Kalimantan Tengah. Pada cara win-win solution yang artinya
praktiknya, proses pelaksaan ini nantinya ketika terjadi konflik dapat
dapat membumikan Falsafah Huma diselesaikan dengan nilai-nilai
Betang melalui berbagai kegiatan seperti perdamaian yang terkandung dalam
aktifitas sosialisasi, kegiatan kesukuan, falsafah Huma Betang sehingga
kegiatan keagamaan, Focus Group terciptanya keamanan di wilayah
Discussion dan aktifitas Formal dan Non Kalimantan Tengah.
Formal lainya. Pada akhirnya bisa 2. Pasca konflik Dayak-Madura di
disisipkan melalui aturan bahwa Kalimantan Tengah, Falsafah Huma
bagaimana Huma Betang dibumikan Betang dinilai perlu diterapkan dalam
sebagai dasar kehidupan perdamaian kehidupan sehari-hari oleh masyarakat
yang ada di Kalimantan Tengah melalui mengingat adanya kekuatan nilai-nilai
berbagai program pemerintahan dalam perdamaian yang bisa menjadikan
konteks membumikan Huma Betang.
Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 89
kehidupan masyarakat Kalimantan a. Melakukan penggalian secara
Tengah hidup berdampingan, damai mendalam menegani nilai filosofis
dan harmonis. Namun, perlu membuat Huma Betang yang berakar pada
strategi dalam menerapkan Falsafah pada masyarakat dalam kerangka
Huma Betang seperti membuat empiris dan antropologis. Hal ini
sebuah mekanisme formal dan dapat dilakukan dengan jalan riset
melakukan proses pembakuan nilai- yang masif dan bekerja sama
nilai perdamaian yang terdapat pada dengan berbagai pihak baik
Falsafah Huma Betang. perguruan tinggi maupun lembaga
non pemerintah, serta pemerhati
Rekomendasi budaya.
1. Perlu adanya pembiasaan upaya b. Melakukan Perencanaan matang
penanaman nilai Falsafah Huma serta melakukan proses pembakuan
Betang setiap hari, sehingga falsafah nilai-nilai filosofis Huma Betang
Huma Betang sepenuhnya menjadi sebagai nilai luhur pada bentuk
bagian kehidupan masyarakat, dan lapisan dan kelompok masyarakat,
juga akan dapat menjadi spontanitas baik melalui pengaplikasian pada
prilaku di berbagai interaksi sosial keseharian, hingga perumusan pada
masyarakat, termasuk dalam upaya kurikulum pendidikan di Kalimantan
meresolusi konflik yang terjadi di Tengah.
tengah masyarakat Kalimantan c. Melakukan sosialisasi nilai-nilai
Tengah. Huma Betang sampai kelapis bawah
2. Dari serangkaian mekanisme masyarakat kalimantan tengah.
penelitian empiris yang telah Sosialisasi dapat dilakukan secara
dilakukan, peneliti memberikan organik dari masyarakat maupun
beberapa rekomendasi yang patut anorganik atas inisiatif dari
untuk dipertimbangkan oleh berbagai pemerintah. Salah satu instrumen
pihak dalam upaya menciptakan yang tepat adalah dengan
Perdamaian postif ditengah mengagendakan upacara adat
masyarakat Kalimantan Tengah pasca Dayak secara rutin.
konflik suku Dayak-Madura. Beberapa d. Menyisipkan melalui peraturan
rekomendasi tersebut diantaranya: daerah bahwa Huma Betang

90 | Jurnal Damai dan Resolusi Konflik | Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022


disosialisaikan sebagai dasar of The Guiding Principles By A
Pioneer In The Field. Google Book.
kehidupan perdamaian yang ada di
Kalimantan Tengah melalui Moleong, L. (2006). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
berbagai program pemerintahan Rosdakarya.
dalam konteks membumikan Huma
Robinson, J. P. (2008). Manajemen
Betang. Strategis: Formulasi, Implementasi,
dan Pengendalian. Jakarta:
Salemba Empat.
Pembatasan
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pembatasan penelitian dengan
Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
kerangka Falsafah Huma Betang,
Suratman, Y. (2017). Taksonomi Konflik-
konstruksi teori transformasi konflik, Konflik Internak Di Indonesia
teori manajemen strategi, konsep Sebagai Potensi Perang Proxy.
Jurnal Pertahanan dan Bela Negara.
pembangunan perdamaian dan konsep
keamanan nasional digunakan untuk Susanto, D. (2017). Interaksi dan
Perubahan Sosial Budaya Pasca
melihat pembangunan perdamaian pasca Konflik Antar Suku. Semarang:
konflik secara lebih mendalam dan Universitas Negeri Semarang.

berkelanjutan. Trijono, L. (2009). Pembangunan


Pedamaian Pasca-Konflik di
Indonesia: Kaitan Perdamaian,
Daftar Pustaka Pembangunan dan Demokrasi
Dalam Pengembangan
Darmono, B. (2010). Konsep dan Sistem
Kelembagaan Pasca-Konflik.
Keamanan Nasional Indonesia.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Jurnal Ketahanan Nasional, 1-42.
13 (1), 48-70.
Fajarani, U. (2014). Peranan Kearifan
Lokal Dalam Pendidikan Karakter.
Jurnal SOSIO-DIDAKTIKA: Social
Science Education Journal, 1(2), 123-
130.

Galtung, J. (2010). Peace Studies and


Conflict Resolution: The Need for
Transdisciplinarity. Transtructural
Psychiatry, 47(1), 20-32.

J.P, L. (2012). Little Book of Conflict


Transformation: Clear Articulation

Analisis Falsafah Huma Betang Sebagai Sarana Rekonstruksi Perdamaian Pasca Konflik Suku
Dayak - Madura Di Kalimantan Tengah | Endri Ahmadi, Anang Puji Utama, I Nengah Putra
Apriyanto | 91

Anda mungkin juga menyukai