Anda di halaman 1dari 7

ACROPORA P-ISSN: 2622-5476

Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua E-ISSN: 2685-1865


Vol. 3, No.Kerentanan
Analisis 2, Hal. 36-42Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Depapre DOI:Paulangan,
10.31957/acr.v3i2.1516
et al., 2020
Desember 2020 http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/ACR

Analisis Kerentanan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir


Teluk Depapre, Jayapura, Papua
Yunus Pajanjan Paulangan1,2*, Muh. Arsyad Al Amin3, Barnabas Barapadang2,4, Yudi
Wahyudin3,5, dan Taryono3,6
1Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih
2Pusat Studi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Universitas Cenderawasih
3Peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor
4Program Studi Ilmu Perikanan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih
5Dosen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda
6Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

*e-mail korespondensi: ypaulangan@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT


Diterima : 15 November 2020 Understanding the vulnerability of livelihoods is very important in identifying and
Disetujui : 20 Desember 2020 developing alternative livelihoods for communities to achieve their welfare.
Terbit Online : 30 Desember 2020 Alternative livelihoods are intended so that people do not depend their livelihoods
entirely on the use of natural resources. Thus, the exploitation pressure on natural
Keywords: resources, especially the coast and the sea can be minimized. The purpose of this
Vulnerability study is to analyze the level of livelihood vulnerability of the people in Depapre Bay
Livelihood using the Livelihood Vulnerability Matrix method. The results of the analysis showed
Coastal Community that the level of vulnerability of people's livelihoods is in the vulnerable category
Exploitation Pressure (2.44), where the variable value is still low in terms of disaster disruption, social
Natural Resources networks, savings, means of production, production costs, and fulfillment of basic
Teluk Depapre needs.
Papua
Copyright © 2020 Universitas Cenderawasih

PENDAHULUAN pencaharian (livelihood) masyarakat. Perubahan ini


Inisiasi kegiatan mata pencaharian alternatif akan menjadi dampak yang mengalir melalui
adalah pentingnya pemahaman yang menyeluruh ekosistem, yang pada akhirnya mempengaruhi
mengenai kondisi sosial ekonomi dan budaya kemampuan alam untuk menyediakan barang dan
masyarakat di wilayah pesisir (Noveria dan layanan di mana masyarakat bergantung atau mata
Mallamassam, 2015), termasuk pemahaman pencaharian masyarakat.
tentang kerentanan mata pencaharian. Kerentanan Sistem dan sektor sosial yang bergantung
mata pencaharian sangat penting dalam pada sumberdaya laut harus beradaptasi dengan
mengidentifikasi dan mengembangkan mata cara ikut berubah mengikuti perubahan yang
pencaharian alternatif masyarakat untuk mencapai sepelan mungkin termasuk perubahan pada
kesejahteraan. Identifikasi dan pengembangan distribusi dan produktivitas spesies perikanan
mata pencaharian alternatif dimaksudkan agar yang penting, potensi kerugian dalam nilai
masyarakat tidak menggantungkan mata pariwisata (rekreasi dan estetika) dari ekosistem
pencaharian sepenuhnya terhadap pemanfaatan laut yang penting seperti terumbu karang dan
sumberdaya alam. Dengan demikian maka tekanan pantai, dan mengurangi efektivitas pelindung fitur
pemanfaatan terhadap sumberdaya alam, seperti karang penghalang dan hutan mangrove.
khususnya pesisir dan laut dapat diminimalisir. Perubahan lingkungan dan dampaknya juga akan
Dalam Paulangan et al. (2019a), komunitas yang lebih besar efeknya terhadap kualitas hidup sosial
bergantung pada sumberdaya alam sangat rentan dan budaya di masyarakat. Penyesuaian atau
terhadap perubahan lingkungan dan keterkejutan adaptasi akan dibutuhkan sebagai cara mengatasi
(shock), yang berpengaruh terhadap sistem alam. dampak langsung dari perubahan lingkungan.
Lebih lanjut disebutkan bahwa untuk sistem pesisir Dalam FAO (2013) dijelaskan bahwa memahami
dan laut, dampak langsung dari perubahan- dan memetakan keterkaitan antara sistem sosial
perubahan lingkungan seperti kerusakan dan ekologi memang rumit, tetapi dengan
ekosistem, abrasi dan perubahan iklim yang memahami dasar tentang kerentanan sosial dan
ditandai peningkatan suhu laut, naiknya akar penyebabnya dapat secara substantif
permukaan laut, pergeseran kekuatan dan waktu menginformasikan masa depan perencanaan untuk
arus lautan, peningkatan frekuensi badai tropis mengelola wilayah pesisir dan sumberdaya laut.
yang parah, dan keasaman laut yang lebih tinggi Penilaian kerentanan konvensional telah
akan memberikan dampak pula terhadap mata difokuskan terutama pada aspek biologis, fisik, dan

36
Analisis Kerentanan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Depapre Paulangan, et al., 2020

lingkungan. Tetapi hubungan manusia yang deskriptif dengan melihat: 1) paparan (exposure)-
terkena dampak lingkungan fisik dan ekosistem sifat dan derajat dimana sistem masyarakat terkena
dan kapasitas mereka untuk mengatasi dan dampak terkait perubahan-perubahan yang terjadi;
menyesuaikan diri dengan situasi baru memainkan 2) sensitivitas (sensitivity) - sejauh mana sistem
peran penting dalam tingkat kerentanan terhadap masyarakat terkena dampak dari perubahan dan
perubahan. Dengan kata lain, masyarakat dengan shock; dan 3) kapasitas adaptif (adaptive capacity),
berbagai kapasitas berbeda untuk menanggapi yakni kemampuan masyarakat untuk menerima
perubahan kemungkinan akan menghasilkan perubahan dan mengantisipasi dengan
tingkat kerentanan yang berbeda. Oleh karena itu menyiapkan strategi adaptasi dan atau mitigasinya.
penting sekali memahamai kerentanan sosial Analisis deskriptif didefinisikan sebagai metode
dengan cara melakukan penilaian biofisik dan yang dirancang untuk menggambarkan informasi
sosial ekonomi secara terintegrasi dan saling tentang keadaan yang nyata sekarang atau
melengkapi satu sama lain. sementara berlangsung (Sevilla, 1993). Kerentanan
didefinikan sebagai kondisi yang dipengaruhi oleh
BAHAN DAN METODE proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
Waktu dan Lokasi Penelitian dapat meningkatkan resiko terhadap dampak
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bahaya (Herawati dan Santoso, 2007).
tahun 2018 di 4 (empat) kampung di Distrik Analisis kerentanan mata pencaharian
Depapre, yakni Kampung Waiya, Kendate, masyarakat di Teluk Depapre (Tabel 1) dengan
Tablanusu dan Tablasufa. Pemilihan kampung mengembangkan matrik Livelihood Vulnerability
sasaran dengan pertimbangkan merupakan Index yang diadaptasi dari Wongbusarakum et al.
kampung yang telah lama ditinggali, (2011), Duy Can et al. (2013), FAO (2013) dan
mempresentasikan keberadaan suku di kawasan Marzieh et al. (2017). Masing-masing indikator
Teluk Depapre yang terkait dengan hak ulayat serta akan nilai dengan panduan sebuah kuisioner, dan
memiliki peluang terdampak/terkait langsung akan disusun dalam matriks dan ditabulasi
dengan keberadaan ekosistem pesisir dan laut. berdasarkan jawaban masing-masing responden.
Nilai masing-masing indikator akan diberi skor 0-5,
Jenis dan Sumber Data dimana nilai 0 paling buruk dan nilai 5 paling bagus.
Data dalam penelitian ini berupa data primer Nilai akhir dari kerentanan akan terkategori
dan sekunder. Data primer diperoleh dari menjadi 3 kategori yakni: 1) 0-1,66 (sangat
wawancara langsung di lapangan terhadap rentan/very vulnerable); 2). 1,67-3,33
responden kunci, sedangkan data sekunder (rentan/vulnerable); dan 3) >3,34 (tidak rentan/
diperoleh dari literatur yang terkait dengan kajian invulnerable).
seperti jurnal dan laporan-laporan ilmiah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Hasil analisis kerentanan terhadap beberapa
Penelitian ini menggunakan kombinasi 3 variabel indikator pada Tabel 1 didapatkan bahwa
(tiga) pendekatan, yakni studi literatur, observasi tingkat kerentanan (vulnerability) masyarakat
dan survey dengan metode Participatory Rural Teluk Depapre termasuk kategori rentan, dengan
Appraisal (PRA). Studi literatur diperlukan untuk nilai 2,44 (<3,34 sebagai ambang batas bawah
menhimpun data awal sebagai referensi yang kondisi yang tidak rentan.
diperlukan. Metode survey digunakan untuk Aspek yang dengan nilai terendah adalah
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada aspek sosial dengan nilai 1,52, sementara aspek
dan mencari informasi secara faktual, baik fisik yang tertinggi (kuat) dengan nilai 2,65 dengan
mengenai institusi, sosial budaya, ekonomi maupun grafik radar Indeks Kerentanan Mata Pencaharian
politik (Nazir, 1998). Informan Penelitian ini dipilih sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.
dengan menggunakan teknik purposive sampling Berdasarkan variable kerentanan, variable
berdasarkan karakteristik yang dikembangkan yang sudah cukup tinggi nilainya adalah pada
oleh Bungin (2003) yaitu informan merupakan variable sumberdaya lahan, pangan/konsumsi,
orang yang menguasai dan memahami data, kesehatan dan penguasaan asset, dengan nilai
informasi, ataupun fakta dari suatu objek yang indeks di atas 3, meskipun masih cukup rentan
diteliti. karena nilainya masih di bawah 3,34. Di Teluk
Depapre, luas lahan yang belum dimanfaatkan
Analisis Data masih cukup potensial baik yang didarat maupun di
Analisis Kerentanan Mata Pencaharaian perairan. Lahan budidaya di perairan khususnya
(Livelihood Vulnerability Analysis) dilakukan untuk masih sangat potensial dikembangkan (Paulangan,
membangun matriks Indeks Kerentanan Mata 2019). Diketahui bahwa kegiatan budidaya laut di
Pencaharian masyarakat yang dibahas secara Teluk Depapre belum berkembang. Hal ini

37
Analisis Kerentanan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Depapre Paulangan, et al., 2020

Tabel 1. Hasil analisis Coastal Community Livelihood Indexes Teluk Depapre


Aspek Variabel Indikator Nilai Nilai Nilai
Livelihood Indikator Variabel Aspek
(1-5)
Penguasaan Presentase asset yang produktif dibanding luas KKPD 2.30 3.13 2.05
asset Status dan luas kepemilikan lahan dan alat produksi 3.00
Apakah ada sharing lahan dan alat produksi dengan 4.10
pihak lain ( lahan common property)
Alat produksi Kelengkapan alat produksi per kegiatan 2.10 2.07
Kepemilikan alat produksi (jumlah, harga dsb) 2.00
Jumlah Produksi yang diperoleh 2.10
Biaya Sumber modal/biaya produksi mandiri atau 2.20 1.90
produksi tergantung orang lain
Insentif / subsidi yang diperoleh dari pemerintah per 2.30
tahun
Adanya sumber pembiayaan produksi dari 1.20
Aspek ekonomi

lembaga/pihak lain
Pendapatan Jenis pekerjaan utama yang dijalankan sebagai 4.10 2.57
sumber pendapatan
Ada tidaknya pekerjaan sambilan 3.00
Ada alternatif kegiatan masyarakat yang dapat 2.20
menjadi sumber pendapatan, jika pekerjaan utama
terganggu
Pendapatan per kapita dalam keluarga >= UMR 3.20
Rasio pendapatan : pengeluaran 2.40
Anggota rumah tangga lain yang menjalankan 3.10
pekerjaan
Pasar Adanya pasar hasil produksi yang jelas 1.30 2.65
Harga produk 4.00
Tabungan/ Adanya tabungan/Saving yang dapat dilakukan setiap 2.10 1.55
simpanan masa produksi/waktu
Jika keadaan daurat ada alternatif memperoleh dana 1.00
Pemenuhan Kondisi pemukiman 3.00 1.94 1.52
kebutuhan Tingkat pendidikan 3.00
dasar
Program peningkatan kapasitas yang diperoleh 0.50
Kemampuan yang dimiliki terkait perolehan 2.00
Aspek Sosial

pendapatan keluarga
Ada kejadian konflik pemanfaatan lahan/asset 1.20
produksi
Jaringan Adanya simpan pinjam antar masyarakat 0.40 1.10
sosial Adanya jaring pengaman sosial (Iuran Warga atau 0.90
dana Desa dll)
Solidaritas/kerjasama untuk saling bekerja 2.00
mengatasai masalah
Kelembagaan Ada kelompok bersama yang terdiri profesi sama 3.00 2.36 2.36
masyarakat (kelompok nelayan mis)
Masyarakat Bergabung dengan organisasi sosial 4.00
Kelembagaan

Kepemimpinan lokal 4.20


Ada Lembaga keuangan (bank atau non bank) 3.00
Ada lembaga pendamping dari pemerintah atau non 1.40
pemerintah
Ada lembaga penyuluhan dan pembinaan 0.50
Kembaga pemasaran yang terstruktur untuk menjual 0.40
hasil produksi masyarakat
Sumberaya Luas/banyaknya sumberdaya yang potensial 5.00 3.10 2.65
Ekologi/

Lahan dimanfaatkan
fisik

Luas areal/lahan/perairan yang dapat berproduksi 5.00


sepanjang masa(musiman)

38
Analisis Kerentanan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Depapre Paulangan, et al., 2020

Aspek Variabel Indikator Nilai Nilai Nilai


Livelihood Indikator Variabel Aspek
(1-5)
Produktifitas lahan per luasan lahan 2.00
Areal/lahan/perairan terjamin dapat dimanfaatkan 2.00
Perubahan fungsi lahan untuk peruntukan lain misal 4.00
konservasi, kawasan ekonomi khusus
Rencana merubah lahan produksi oleh masyarakat 0.60
Pangan/ Ketersediaan pangan sepanjang waktu untuk 4.00 3.14
konsumsi masyarakat
Ketersediaan bahan pokok makanan utama sepanjang 3.50
tahun
Kejadian Kelangkaan sembilan bahan pokok 0.50
(sembako)
Adanya bahan pangan lokal sebagai alternatif pangan 5.00
utama
Rata-rata konsumsi (jumlah makan/hari) atau per 3.00
kapita
Konsumsi pangan keluarga 4 sehat lima sempurna 2.00
Kemudahan akses ke sumber air bersih 4.00
Kesehatan Adanya fasilitas perawatan kesehatan dan jarak ke 5.00 3.17
rumah
Usia harapan hidup keluarga 4.00
Tingkat kematian per 100.000 kelahiran 2.00
Penyakit yang rutin terjadi berulang atau kronis dan 2.00
mewabah
Jumlah Rumah permanen bersanitasi baik 3.00
Rumah tangga dengan MCK 3.00
Gangguan / Kejadian Kegagalan panen/tangkapan tidak 1.50 1.21
bencana memenuhi target
(Disaster Jenis kejadian gangguan /bencana alam yang 1.75
Risk) mengancam masyarakat
Jumlah hari yang bebas gangguan alam 4.00
Ketersediaan Alat keselamatan kerja di laut atau di 0.00
darat
Masyarakat mengetahui cara/teknik untuk 0.00
penyelamatan dari bencana
Emergency plan/evacuation plan 0.00
Nilai Tingkat Kerentanan Rata-rata 2.44

disebabkan oleh berbagai permasalahan, Kondisi laut di Teluk Depapre sangat beresiko,
diantaranya terbatasnya pengetahuan dan terutama dari gangguan gelombang tinggi karena
teknologi masyarakat dalam hal budidaya, sumber posisinya yang berhadapan langsung dengan
bibit, etos kerja masyarakat, modal, dan akses pasar Samudera Pasifik terutama pada musim barat
yang terbatas. Dalam Paulangan et al. (2019b), terjadi. Selain itu, Teluk Depapre sering terdampak
aspek dan dimensi sosial ekonomi masyarakat di gelombang tsunami. Variabel lain yang masih
Teluk Depapre masih kurang berlanjut. Hal ini sangat rendah di masyarakat Teluk Depapre, yakni
menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi sistem jaringan sosial yang masih rendah, biaya
masyarakatbelum cukup baik. Sementara variable produksi terutama modal yang terbatas yang hanya
lain masih sangat rendah, diantaranya pada mengandalkan modal dari orang lain atau dari
variable gangguan bencana, jaringan sosial, pemerintah, serta variabel pemenuhan kebutuhan
tabungan/saving, biaya produksi dan alat produksi, dasar seperti terbatasnya program peningkatan
dan pemenuhan kebutuhan dasar yang nilai kapasitas yang diperoleh, konflik pemanfaatan
indeksnya lebih kecil atau sama 2. Variabel lahan dan rendahnya kemampuan yang dimiliki
gangguan bencana disebabkan oleh untuk meningatkan pendapatan keluarga.
ketidaktersediaan alat-alat keselamatan di laut Pembandingan indeks setiap variable
maupun di darat, serta pengetahuan penyelamatan kerentanan (Gambar 2). Dengan hasil tersebut,
dari bencana dan emergency/evacuation plan. maka variabel-variabel yang masih sangat rentan

39
Analisis Kerentanan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Depapre Paulangan, et al., 2020

insentif/subsidi usaha produktif dan


aspek ekonomi mendorong pendirian lembaga pembiayaan
produktif;
3

2.5

2 2.05
3. Pemenuhan kebutuhan dasar, diantaranya
1.5
program penataan pemukiman sehat dan
1
layak huni, peningkatan akses pendidikan
0.5
masyarakat minimal SMU dengan skema
aspek ekologi/fisik 2.65 0 1.52 aspek sosial beasiswa dan subsidi, Program peningkatan
kapasitas berorientasi skill/teknis dan
manajemen, pendampingan dan penyuluhan
teknis dan manajemen untuk mata
pencaharian yang ada, dan manajemen konflik
pemanfaatan lahan tanah ulayat ssebagai
2.36 asset produksi dengan harmonisasi para tetua
aspek kelembagan
adat;
Gambar 1. Grafik Radar Indeks Kerentanan Mata 4. Jaringan sosial, diantaranya penggalakkan
Pencaharian Masyarakat Teluk Depapre jejaring pengamanan sosial berbasis kearifan
Indeks Kerentanan Livelihood Berdasar variable lokal seperti simpan pinjam antar
masyarakat, dan program
Penguasaan asset
solidaritas/kerjasama untuk lingkungan kecil
Gangguan / bencana 3.5
Alat produksi
misal Dasawisma atau suku;
(Disaster Risk) 3
Pengurangan risiko gangguan / bencana
2.5
Kesehatan 2 Biaya produksi (disaster Risk), diantaranya antisipasi kegagalan
1.5 panen dan atau hasil tangkapan dengan
penggunaan teknologi antisipasi/prediksi,
1

Pangan/konsumsi 0.5 Pendapatan


0 pemahaman pengenalan risiko bencana
masyarakat dengan penyuluhan mitigasi bencana,
Sumberaya Lahan Pasar Pembentukan kelompok kerja masyarakat Siaga
Bencana (terdidik dan terampil), penyediaan alat
Kelembagaan
masyarakat
Tabungan/simpanan keselamatan kerja terutama di laut (pelampung,
Jaringan sosial
Pemenuhan kebutuhan GPS dan emergency), Penyuluhan masyarakat
dasar
tentang antisipasi dan tanggap bencana dan
Gambar 2. Grafik radar indeks kerentanan setiap Pemetaan daerah rawan bencana dan pembuatan
variable livelihood emergency plan/evacuation plan, khususnya yang
terkait dengan masyarakat nelayan (yang
atas kerentanan livelihood di Teluk Depapre yaitu mendiami pinggir pantai).
pada aspek: (a) gangguan bencana, (b) jaringan
sosial, (c) tabungan/saving, (d) biaya produksi, (e) KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
alat produksi, dan (f) pemenuhan kebutuhan dasar, Berdasarkan analisis kerentanan mata
perlu diperkuat sebagai prioritas dalam intervensi pencaharian bahwa variabel-variable yang masih
program-program pembangunan dan pengelolaan. sangat rentan atas kerentanan livelihood di Teluk
Beberapa variable yang lemah, terkait dengan Depapre yaitu pada aspek: (a) gangguan bencana,
belum memadainya indikator mata pencaharian di (b) jaringan sosial, (c) tabungan/saving, (d) biaya
dalamnya, yang perlu diprioritaskan untuk di atasi produksi, (e) alat produksi, dan (f) pemenuhan
dengan intervensi program disajikan pada Tabel 2. kebutuhan dasar, maka faktor-faktor tersebut perlu
Intervensi indikator yang dilakukan untuk diperkuat sebagai prioritas dalam intervensi
memperbaiki tingkat kerentanan masyarkat di
program-program pembangunan dan pengelolaan.
Teluk Depapre, yakni:
Beberapa variable terkait dengan belum
1. Alat produksi, diantaranya melengkapi alat
produksi pada setiap rumah tangga, memadainya indikator mata pencaharian di
Pemenuhan kepemilikan alat produksi, dan dalamnya, yang perlu di dorong agar menjadi tidak
peningkatan produktiftas usaha dengan rentan dan menjadi kuat serta perlu diprioritaskan
peningkatan teknologi dan peningkatan untuk diatasi dengan intervensi program, yakni
kapasitas pelaku usah; memperbaiki beberapa indikator dari variabel alat
2. Biaya produksi, diantaranya Penyediaan produksi, biaya produksi, pemenuhan kebutuhan
skema pembiayaan usaha dengan skema akses dasar, penguatan jaringan sosial, dan pengurangan
modal/biaya yang mudah, peningkatan risiko gangguan/bencana (disaster risk).

40
Analisis Kerentanan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Depapre Paulangan, et al., 2020

Tabel 2. Indikator Kerentanan yang masih lemah di Teluk Depapre

Indikator Kerentanan Indikator yang masih lemah


Kelengkapan alat produksi yang minim

Alat produksi Kepemilikan alat produksi rendah


Jumlah Produksi yang diperoleh belum optimal
Sumber modal/biaya sulit diakses

Biaya produksi Insentif / subsidi yang diperoleh minim

Sumber pembiayaan produksi dari lembaga/pihak lain minim


Kondisi pemukiman umumnya kurang layak
Tingkat pendidikan masih rendah

Pemenuhan kebutuhan dasar Program peningkatan kapasitas masih sangat kurang


Kemampuan teknis dan manajemen untuk peningkatan mata pencaharian
rendah
Masih ada kejadian konflik pemanfaatan lahan/asset produksi
Simpan pinjam antar masyarakat tidak berjalan

Jaringan sosial Jaminan jaringan pengaman sosial tidak berjalan


Solidaritas/kerjasama untuk saling bekerja mengatasai masalah minim
(solidaritas rendah)
Banyak kejadian kegagalan panen/tangkapan tidak memenuhi target
Jenis kejadian gangguan /bencana alam yang mengancam masyarakat sering
terjadi
Jumlah hari yang bebas gangguan alam masih banyak, terkait ketidakpastian
Gangguan / bencana (Disaster cuaca di laut
Risk)
Ketersediaan Alat keselamatan kerja di laut atau di darat minim
Masyarakat belum tahu dan belum memiliki cara/teknik untuk penyelamatan
jika terjadi bencana
Emergency plan/evacuation plan belum ada
Sumber: Analisis, 2018

UCAPAN TERIMA KASIH Food and Agriculture Organization (FAO). 2013.


Penelitian ini didanai oleh Indonesia Marine Vulnerability Assessment Methodologies: An
Fellows Program - MFP Riset Ekonomi Terapan Annotated Bibliography for Climate Change
dalam Pengelolaan Perikanan dan Konservasi and the Fisheries and Aquaculture Sector.
Kelautan, Conservation Strategy Fund Food and Agriculture Organization of the
Indonesia/CSF Indonesia kerjasama dengan FPIK United Nations. Rome
IPB Tahun 2017. Penulis menyampaikan terima Herawaty, H., dan Santoso, H. 2007. Pengarus-
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu Utamaan Adaptasi Perubahan Iklim Ke Dalam
dalam keseluruhan penelitian ini, terutama kepada Agenda Pembangunan: Tantangan Kebijakan
TIM MFP Riset Ekonomi Terapan dalam dan Pembangunan. Adaptasi Terhadap 16
Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Kelautan. Bahaya Gerakan Tanah Di Masa yang Akan
Datang Akibat Pengaruh Perubahan Iklim.
DAFTAR PUSTAKA Laporan pertemuan dialog pertama gerakan
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. tanah dan perubahan iklim. Bogor, tanggal 7-
Jakarta: Radja Grafindo Persada. 8 Desember 2006. Cifor. Bogor, Indonesia.
Duy Can, N., Tu, V.H., and Hoanh, C.H. 2013. Marzieh, K., Maleksaeidib, H., and Karamic, E. 2017.
Application of livelihood vulnerability index to Livelihood vulnerability to drought: A case of
assess risks from flood vulnerability and rural Iran. International Journal of Disaster
climate variability—A case study in the Risk Reduction, 21:223–230.
Mekong Delta of Vietnam. Journal of Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Graha
Environmental Science and Engineering A, Indonesia.
2(2013), 476–486. Noveria, M., dan Malamassam, M.A. 2015.
Penciptaan mata pencaharian alternatif:

41
Analisis Kerentanan Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Depapre Paulangan, et al., 2020

Strategi pengurangan kemiskinan dan sustainability management of coral reef


perlindungan sumber daya laut (studi kasus ecosystem based on local communities in
Kota Batam dan Kabupaten Pangkajene dan Teluk Tanah Merah (Depapre), Jayapura,
Kepulauan). Jurnal Kependudukan Indonesia, Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and
10(2), 139–150. Environmental Science, 241(2019), 012034.
Paulangan, Y.P. 2019. Pengembangan dan Sevilla, C.G., et al. 1993. Pengantar Metode
Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang Penelitian. Penerjemah; Alimudin Tuwu dan
Berbasis Tiaitiki di Teluk Depapre Jayapura. Alam Syah. Jakarta: UI Press.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Wongbusarakum, S., and Loper, C. 2011. Indicators
Pertanian Bogor. to assess community‐level social vulnerability
Paulangan, Y.P., Al-Amin, M.A., dan Wahydin, Y. to climate change: An addendum to SocMon
2019a. Identifikasi dan Strategi Pembangunan and SEM‐Pasifika regional socioeconomic
Mata Pencaharian Alternatif Masyarakat Lokal monitoring guidelines. April 2011 published
di Calon Kawasan Konservasi Perairan Teluk Secretariat for the Pacific Environment
Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua. Laporan Programme through the Coral Reef InitiativeS
Akhir. Conservation Strategy Fund Indonesia/ for the Pacific (CRISP) and IUCN. Supported by
CSF Indonesia Kerjasama FPIK IPB. Bogor. by The Nature Conservancy, CRISP, SPREP
Paulangan, Y.P., Fahrudin, A., Sutrisno, D., Bengen, POE, SOCMON, and the NOAA Coral Reef
D.G., Al-Amin, M.A., Taryono, and Wahyudin, Y. Conservation Program.
2019b. Socio-economic and institutional

42

Anda mungkin juga menyukai