Buku Industri Kimia Indonesia UNY
Buku Industri Kimia Indonesia UNY
net/publication/343961159
CITATIONS READS
0 3,424
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mahfud Mahfud on 29 August 2020.
Industri kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam produksi
zat kimia. Industri ini mencakup petrokimia, agrokimia, farmasi, polimer,
cat, dan oleokimia. Industri ini menggunakan proses kimia, termasuk reaksi
kimia untuk membentuk zat baru, pemisahan berdasarkan sifat seperti
kelarutan, titik didih, kesetimbangan, pengaruh panas, serta metode-
metode lain. Industri kimia berhubungan dengan pemrosesan bahan
mentah yang diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-
sumber lain, menjadi material, zat kimia, serta senyawa kimia yang dapat
berupa produk antara yang akan digunakan di industri lain atau produk
akhir yang siap dikonsumsi masyarakat
a. Komoditas kimia
Industri kimia umumnya didasarkan pada bahan kimia anorganik dasar
(Basic Inorganic Chemicals) dan bahan kimia organik dasar (Basic Organic
Chemicals) dan produk antara (intermediet). Karena mereka diproduksi
langsung dari sumber daya alam atau turunan langsung dari sumber daya
alam, mereka diproduksi dalam jumlah besar.
Dalam kategori ini adalah bahan kimia yang disebut kinerja yang
merupakan produk bernilai tinggi diproduksi dalam volume rendah dan
digunakan dalam jumlah yang sangat rendah. Mereka dihakimi oleh kinerja
dan efisiensi. Enzim dan pewarna adalah bahan kimia kinerja. Contoh lain
bahan kimia khusus termasuk bahan kimia obat, agrokimia, pigmen, rasa
dan wewangian, produk perawatan pribadi, surfaktan, dan perekat. Bahan
kimia khusus terutama digunakan dalam bentuk formulasi. Kemurnian
adalah sangat penting dalam formulasi mereka. Ini panggilan untuk sintesis
organik dari bahan kimia murni sangat dihargai dikenal sebagai bahan
kimia
Pada awal tahun 1990an, industri kimia berkembang pesat hingga di atas
10 persen, namun melorot akibat krisis moneter yang terjadi tahun 1998.
Tentunya harapan kita agar industri kimia akan terus membaik mengingat
dampak positif yang signifikan, baik dalam pengembangan industri
manufaktur maupun pengembangan ekonomi nasional – yang selama ini
diindikasikan melalui perolehan devisa, substitusi impor, dan penyerapan
tenaga kerja. Hal ini memperlihatkan betapa pentingnya peranan industri
kimia dalam pembangunan nasional secara berkesinambungan.
Saat ini, telah eksis 3 sentra produksi industri petrokimia nasional yaitu
Pusat Olefin di Banten, Bontang, dan Pusat Aromatik di Tuban. Keberadaan
ketiga sentra industri petrokimia tersebut perlu ditopang oleh jaminan
pasokan bahan baku dalam jangka panjang. Kementerian Perindustrian
terus mengupayakan adanya pembangunan unit-unit kilang minyak yang
dapat memproduksi nafta dan kondensat sebagai bahan dasar petrokimia.
Hal ini tentunya memerlukan dukungan ketersediaan minyak dan gas,
investasi yang besar serta ketersediaan lahan yang memadai. Beberapa
investor baik dari dalam negeri maupun asing telah menunjukkan
keseriusan untuk membangun industri petrokimia hulu berupa
pembangunan unit “naphtha cracker” maupun refinery, dan hal ini perlu
didukung oleh kebijakan iklim investasi yang kondusif.
Sebuah proses kimia terdiri dari kombinasi reaksi kimia seperti sintesis,
kalsinasi, pertukaran ion, elektrolisis, oksidasi, hidrasi, dan operasi
berdasarkan fenomena fisik seperti penguapan, destilasi kristalisasi, dan
ekstraksi. Oleh karena itu sebuah proses kimia dapat berupa satu unit
proses atau kombinasi dari beberapa unit proses yang digunakan untuk
konversi bahan baku melalui kombinasi proses kimia dan pengolahan fisik
(unit operasi) menjadi produk jadi, seperti ditunjukkan secara skematis
pada Gambar 2.2.
b. Unit Operasi
Susunan beberapa rangakaian proses kimia akan membentuk pabrik kimia
secara utuh. Namun, masing-masing dapat dipecah menjadi serangkaian
unit-unit yang disebut unit operasi dan unit proses. Unit operasi ini
merupakan pengolahan atau pemisahan secara fisik, yang diperlukan
untuk:
• menghantarkan bahan baku dalam bentuk atau keadaan yang
siap untuk bereaksi secara kimia
• memurnikan produk dalam bentuk yang sesuai (memenuhi
spesifikasi) untuk kebutuhan pasar
Pada Table 2.2, beberapa unit operasi yang umum dijumpai di industri
kimia. Dalam susunan atau urutan unit operasi ditambah dengan berbagai
H2S
CO2 Uap Air
Air Steam
CO2
Umpan Product
Boiler Drum
NH3
Purification Product
Gas Feed
Reformer
Alam Treating Methanation
Unit
Uap Reformer
Syn Gas Syn Loop
Air
Compres &
sor Refriger
Udara ant
H.R.
U
Gambar 2.3 Contoh blok diagram suatu pabrik Amoniak
10 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Sebuah diagram alir adalah peta jalan proses, yang memberikan banyak
informasi dalam ruang yang kecil. Insinyur kimia menggunakannya untuk
menunjukkan urutan peralatan dan unit operasi dalam proses keseluruhan,
untuk menggambarkan prosedur pembuatan secara sederhana dan untuk
menunjukkan kuantitas materi dan energi yang dipindahkan. Sebuah
diagram alir bukanlah gambar yang berskala tetapi Gambar yang
menunjukkan tahapan proses kimia dengan urutan yang logis, beserta
rincian yang memadai agar interpretasi secara mekanik dapat dilakukan.
Dua jenis diagram alir yang umum digunakan, yaitu, diagram blok (block
diagram) dan diagram proses aliran (process flow diagaram).
a. Diagram Blok
Gambar 2.3 adalah contoh suatu diagram blok dari pabrik amoniak.
Diagram blok merupakan suatu diagram skematik, yang menunjukkan:
• Gambaran suatu proses yang berlangsung, yang terdiri dari
rangkaian beberapa unit operasi dan unit proses.
• Aliran material digambar dengan menggunakan garis dan panah.
• Unit operasi dan unit proses digambar dalam bentuk persegi panjang
atau lingkaran
• Bahan baku, produk antara dan produk akhir
11 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
sesungguhnya yang digunakan di pabrik. Untuk kebutuhan dokumen
tender atau bosur perusahaan, gambar sesungguhnya yang berskala
kadangkala digunakan, tetapi yang lebih umum dalam penyajian yang lebih
sederhana.
Gambar 2.4 Contoh diagram alir proses (PFD) poses pembuatan semen
12 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
a. Polimerisasi
Istilah Polimer berasal dari dua kata Yunani: "polys" yang berarti "banyak"
dan "meros" yang berarti "bagian-bagian". Maka uatu polimer berarti zat
yang memiliki ratusan atau ribuan banyak bagian kecil identik yang dikenal
sebagai monomer, yang terikat secara kovalen dalam proses kimia, yang
dikenal sebagai proses polimerisasi. Reaksi yang menghasilkan polimer
dengan rantai panjang (polimer tinggi), maka monomer semestinya berupa
:
o Suatu polifungsional, misalnya mengandung setidaknya dua gugus
reaktif
o Tidak memberikan produk siklik dengan penutupan cincin
intramolekul karena ini akan menghentikan polimerisasi.
Polimerisasi radikal bebas : Salah satu reaksi yang paling umum dan
berguna untuk membuat polimer adalah polimerisasi radikal bebas. Hal ini
digunakan untuk membuat polimer dari monomer vinil, yaitu dari molekul
kecil yang mengandung karbon-karbon ikatan ganda. Polimer yang dibuat
oleh polimerisasi radikal bebas termasuk polystyrene, polimetilmetakrilat,
polivinil asetat dan polietilen bercabang. Polimerisasi radikal bebas melalui
tahapan Inisiasi, propagasi dan terminasi.
13 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
polimer, seperti alkohol polivinil tertentu atau selulosa hidroksietil, juga
dapat digunakan untuk bertindak sebagai pengemulsi / stabilisator. Emulsi
polimerisasi digunakan untuk memproduksi polimer komersial penting.
b. Alkilasi
Alkilasi adalah proses memasukkan gugus alkil dengan mensubstitusi atau
penambahan kedalam senyawa organik. Misalnya, penggabungan dari
olefin kedalam hidrokarbon merupakan reaksi alkilasi. Dengan adanya
katalis asam seperti fluorida hidrogen atau asam sulfat, reaksi ini
digunakan untuk konversi gas hidrokarbon ke gasoline (bensin). Proses
biasanya eksotermik dan mirip dengan polimerisasi. Contoh lain adalah
pembentukan 2,2-dimetilbutan dari etilena dan isobutana.
c. Hidrolisis
Didalam hidrolisis baik organik atau anorganik, senyawa air dan senyawa
lain mengalami penguraian ganda untuk membentuk dua produk. Hidrogen
dari air berikatan ke satu produk sementara hidroksil menuju ke produk
lainnya seperti digambarkan dalam persamaan berikut:
XY + H2O HY + XOH
Jika XY adalah senyawa anorganik, ini akan menjadi kebalikan dari
netralisasi. Namun dalam kimia organik, hidrolisis memiliki lingkup yang
lebih luas, yang meliputi: Inversi gula, menghancurkan protein,
penyabunan lemak dan minyak. Reaksi-reaksi ini dapat dilakukan dengan
air saja. Namun, ada zat yang mempercepat atau mengkatalisasi hidrolisis,
misalnya senyawa basa, asam atau Enzim.
14 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
d. Unit proses yang lain
Beberapa unit proses dan contoh aplikasinya di Industri adalah sbb :
Sulfonasi : Sebuah proses kimia yang melibatkan masuknya asam
sulfonat kelompok (SO2OH) atau garam yang sesuai atau sulphonyl
halida (= SO2Cl) menjadi molekul organik. Reagen sulphonasi adalah
asam sulfat (98%), sulfur trioksida dalam air (oleum) dan asam sulfat
berasap. Contoh : bahan antara (Intermediet) dalam pembuatan fenol,
xylene deterjen, dodesil benzena sulfonat asam, polystyrene, turunan
naftalena dan senyawa alifatik sulfonasi.
15 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
16 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Bab 3
Industri Kimia Sederhana
a. Bahan baku
Kedelai (putih atau hitam)
Ragi tempe
Rempah : daun salam, daun jeruk Sereh, laos
Gula merah
Garam dapur
b. Proses Pembuatan
Cuci kedelai dan rendam dalam 3 liter air selama satu malam. Kemudian
rebus sampai kulit kedelai menjadi lunak, lalu tiriskan di atas tampah dan
dinginkan;Beri jamur tempe pada kedelai yang didinginkan. Aduk hingga
rata dan simpan pada suhu ruang (25 ~30 oC) selama 3~5 hari;Setelah
17 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
kedelai ditumbuhi jamur yang berwarna putih merata, tambahkanlarutan
garam.
Tempatkan dalam suatu wadah dan biarkan selama 3-4 minggu pada suhu
kamar (25 ~30 oC). Batas maksimum proses penggaraman adalah dua
bulan;Segera tuangkan air bersih, masak hingga mendidih lalu
saring;Masukkan kembali hasil saringan, tambah gula dan bumbu-bumbu.
Kecap asin : tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 ½ ons gula merah.
Setelah semua bumbu dicampurkan ke dalam hasil s Bumbu ini (kecuali
daun salam, daun jeruk dan sereh) disangrai terlebih dahulu kemudian
digiling halus dan campur hingga rata. Penambahan gula bagi Kecap manis
: tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 kg gula merah. Dan Kecap asin :
tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 ½ ons gula merah.
Bungkil
Produk
KECAP Ampas
18 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
3.2 Pembuatan gula merah (gula jawa)
Proses pembuatan gula tradisional (gula merah atau gula jawa)
ditunjukkan pada diagram blok di gambar 5.1. Tebu segar dipanen di pagi
hari dan segera diproses menggunakan mesin pengepres sederhana. Mesin
dioperasikan menggunakan kerbau. Untuk batch pertama tebu segar
ditekan sampai sekitar sari tebu diperoleh. Jumlah cairan yang didapat
kemudian dibagi menjadi dua wajan. Kedua wajan kemudian dipanaskan
secara bersamaan pada api yang kuat selama dua jam. Ketika cairan
mendidih, busa dan kotoran naik ke atas dan kemudian secara berkala
diambil dengan sendok kayu. Untuk mencegah limpahan busa selama
mendidih, bambu silinder, diameter 40 cm, direndam dalam wajan.
Penggilingan
(mesin press)
Nira
PemasakanMentah
(selama 2-3 jam, diaduk)
Pencetakan
Produk
Gula
Gambar 3.2 Diagram alir proses pembuatan gula merah dari tebu
Setelah 2 jam, cairan mulai menebal dan berwarna coklat gelap. Pada tahap
ini, jus tebu perlu diaduk terus-menerus untuk mencegah cairan agar tidak
gosong. Ketika ketebalan cairan yang dikehendaki diperoleh, wajan
diangkat dan cairan dipindahkan ke cetakan. Cairan itu kemudian
dibiarkan dingin dan mengeras, membentuk blok gula tebu. Blok gula tebu
kemudian dibawa keluar dari cetakan. Gula tebu ini sekarang sudah siap
untuk dipasarkan. Seluruh proses ini diulangi untuk batch berikutnya.
19 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
3.3 Pembuatan Es kering (dry ice)
Es kering adalah bentuk padat dari karbon dioksida yang biasanya
digunakan sebagai pendingin. Keuntungan dari es kering adalah suhunya
lebih rendah daripada es dari air dan tidak meninggalkan sisa apapun. Es
kering biasanya digunakan untuk menjaga agar makanan beku tetap
terjaga dinginnya di tempat yang tidak tersedia mesin pendingin.
Untuk memproduksi es kering (dry ice), CO2 cair yang telah dihasilkan
sebelumnya diubah menjadi salju CO2 padat yang ditekan dengan alat press
sehingga membentuk silinder berukuran panjang 34 cm dengan
penampang garis tengah 15 cm dan temperatur minus 78,8 derajat Celcius.
Gas
Holder
Compressor Dryer Refrigeration Liquifier
Pure
CO2 Revert Dry Ice Press Liquid storage
Compressor
Dry Ice
Product
20 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
3.4 Pengambilan minyak atsiri
Indonesia mempunyai sumber daya alam hayati yang sangat banyak dan
beragam. Di antara keanekaragaman hayati yang sangat banyak dan
beragam itu terdapat tanaman penghasil minyak atsiri yang sampai
sekarang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia
menghasilkan 40–50 jenis tanaman penghasil minyak atsiri dari 80 jenis
minyak atsiri yang diperdagangkan di dunia dan baru sebagian dari jenis
minyak atsiri tersebut yang memasuki pasar dunia, diantaranya nilam,
sereh wangi, cengkeh, melati, kenanga, kayu putih, cendana, dan akar
wangi. Meskipun Indonesia merupakan salah satu pemasok minyak atsiri
dunia, tetapi kenyataannya ada sejumlah minyak atsiri yang juga di impor.
Padahal minyak atsiri yang di impor tersebut dapat diproduksi oleh
Indonesia sebagai contoh, orange, lemon, lime, citrus, geranium, jasmine,
lavender, peppermint, cornmint, dan vetiver
a. Minyak Nilam
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50%
dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman
nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan sekitar
40 ribuan kepala keluarga petani.
b. Minyak Cengkeh
Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L) merupakan salah satu
penghasil minyak atsiri yang memiliki potensi besar di Indonesia, antara
lain minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil),
dan minyak daun cengkeh (clove leaf oil). Kecamatan Sawahan merupakan
salah satu sentra penyulingan minyak daun cengkeh terbesar di Kabupaten
Nganjuk.
Daun cengkeh merupakan hasil dari pohon cengkeh yang belum banyak
dimanfaatkan oleh petani dibandingkan dengan bunga atau tangkai
cengkeh yang banyak digunakan untuk industri rokok dan makanan.
21 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Tanaman cengkeh yang berumur lebih dari 20 tahun, setiap minggunya
dapat terkumpul daun kering sebanyak rata-rata 1 kg/pohon, sedangkan
tanaman yang berumur kurang dari 20 tahun dapat terkumpul sebanyak
0,5 kg/pohon). Daun cengkeh yang mengandung minyak 1 – 4 %, sehingga
dapat ekstraksi menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomis tinggi. Isolasi
minyak atsiri dari daun cengkeh dapat menggunakan beberapa metode
yaitu ekstraksi, penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan
penyulingan uap dan air yang masingmasing metode memiliki kelebihan
dan kelemahannya.
Karena penggunaannya yang luas tersebut, mutu minyak kayu putih yang
dijual di pasaran perlu mendapat perhatian. Untuk memenuhi tuntutan
mutu tersebut, lahirlah standar nasional kayu putih yang diusulkan oleh
PT. Perhutani (persero) melalui Pantek 55S Kayu, bukan kayu dan produk
kehutanan, yaitu SNI 06-3954-2001. Standar tersebut menetapkan istilah
dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan minyak
kayu putih yang digunakan sebagai pedoman pengujian minyak kayu putih
yang diproduksi di Indonesia.
Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama
(U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu
senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam
minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U mempunyai
kadar cineol ≥ 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%.
Secara umum, kayu putih dikatakan bermutu apabila mempunyai bau khas
minyak kayu putih, memiliki berat jenis yang diukur pada suhu 15 oC
sebesar 0,90 – 0,93, memiliki indeks bias pada suhu 20 oC berkisar antara
1,46 – 1,47 dan putaran optiknya pada suhu 27,5 oC sebesar (-4)o – 0o.
Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus
sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud
putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat.
22 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu akan tetap jernih bila
dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam perbandingan 1 :
1, 1 : 2, dan seterusnya s.d. 1 : 10. Dalam minyak kayu putih tidak
diperkenankan adanya minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak
merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti
lemak sapi dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan
pencampur dalam minyak kayu putih. Demikian juga minyak pelican yang
merupakan golongan minyak bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan
bensin, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut.
Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan untuk tujuan
ekspor yang penerapan standarnya bersifat wajib. Selain minyak kayu
putih, produk kehutanan yang penerapan standarnya diwajibkan oleh
Pemerintah adalah produk kayu lapis dan gambir.
d. Minyak Kenanga
Di pasar dunia minyak kenanga dari Indonesia dikenal dengan istilah Java
Cananga Oil (Cananga odorata f. Macrophylla. Pada saat ini daerah yang
memproduksi bunga kenanga / minyak atsiri kenanga ada di daerah Jawa
Timur yaitu Blitar dan Purwodadi, sedangkan di Jawa Tengah terdapat di
daerah Boyolali. Sejak tahun 1950, kabupaten Blitar telah mengembangkan
usaha minyak kenanga.
23 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Minyak kenanga mengandung lebih banyak sesquiterpen dan sesquiterpen
alkohol, tetapi kandungan esternya lebih sedikit. Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah -
caryophyllene, -terpineol, benzil asetat dan benzil alkohol.
1"
15 cm
Pressure 20 cm
gage
Spiral
Condenser
80 cm
Air pendingin keluar
KETEL (menuju kolam pendingin)
SULING
0.5"
Cerobong 120 cm
asap
100 cm
kaca pengamat
level air
AIR
80 cm
100 cm
Ruang
pembakaran
Pengambilan abu
pembakaran
24 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Ciri khas dari metode ini adalah kontak langsung antara bahan dengan air
mendidih. Proses penyulingan dengan air ini dapat disekemakan seperti
pada gambar 3.4. Pada gambar tersebut terdiri dari bejana untuk
memanaskan (merebus) bahan dengan air (distiller), uap yang keluar
akan melalui kondensor sehingga diperoleh cairan campuran minyak
dengan air yang ditampung dan dipisahkan dibotol pemisah.
Beberapa jenis bahan (misalnya bunga kenanga, bunga mawar, dan kayu
gaharu) harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup
dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan
metode uap langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan
besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi kedalam
bahan. Kelemahan dari proses ini adalah : Sangat sulit untuk menjaga
pemanasan, sehingga dapat dipastikan laju pemanasan akan selalu
bervariasi, sangat mudah untuk terbakar karena pemanasan yang terlalu
tinggi pada bejana, sehingga akan merusak komposisi minyak yang
diinginkan.
25 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Proses penyulingan dengan uap ini disekemakan seperti pada gambar 3.5.
Pada gambar tersebut terdiri dari alat pembuat steam (boiler), yang
dialirkan ke bejana untuk tempat bahan yang akan didistilasi (distiller),
uap yang keluar akan melalui kondensor sehingga diperoleh cairan
campuran minyak dengan air yang ditampung dan dipisahkan dibotol
pemisah. Ciri khas dari proses ini adalah sebagai berkut:
Uap selalu dalam keadaan basah atau jenuh (saturated vapour)
Bahan yang disuling hanya kontak dengan uap dan tidak dengan air
panas.
Beberapa jenis bahan (misalnya daun nilam, daun cengkeh, dan daun kayu
putih) cocok disuling dengan metode ini, karena dapat menghasilkan
minyak dengan kualitas yang tinggi. Jika disuling dengan air (direbus),
terdapat banyak komponen lain (yang tidak dikehendaki) larut dalam air
dan terikut bersama minyak.
26 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Di Indonesia terdapat sekitar 12 pabrik gondorukem dan terpentin yang
diolah Perhutani maupun swasta, diantaranya yaitu : Rejowinanung
(Trenggalek), Garahan (Jember), Sukun (Ponorogo), Sapuran (Wonosobo),
Cimanggu (Purwokerto), Winduaji (Brebes), Paniggaran (Pekalongan),
Kongsi (Pekalongan), Nagrek (Bandung), PT Manuha Karya (Sumedang),
PT.Inhutani (Pekan Baru)
a. Bahan baku
Getah dari pohon pinus (Pinus Merkusii)
Terpentine (untuk melarutkan getah)
b. Proses pembuatan
Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin,
dihasilkan dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang
dikumpulkan dan diterima di Pabrik berupa cairan kental yang bercampur
dengan kristal, air, serpihan kayu, daun pinus, kembang pinus, dan
kotoran-kotoran lain
Decanter
Melter Strainer Washer Distiler
Air
Air
GUM
Product
Steam
27 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Didalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem &
Terpentin, melalui beberapa tahapan :
1. Penerimaan dan penampungan getah
2. Pemanasan awal & Pengenceran
3. Pencucian & Penyaringan
4. Pemanasan/pemasakan getah
5. Penampungan getah & Pemisahan terpentine
6. Pengujian& Pengemasan
Getah pinus ini ditampung dalam suatu tempat yang disebut dengan bak
getah.. Dalam bak getah ada beberapa peralatan yaitu close steam yang
berfungsi untuk mengencerkan getah, open steam yang berfungsi untuk
mengencerkan getah yang mengkristal, stayner yang berfungsi untuk
menyaring kotoran dan kran pengeluaran getah.
28 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Kotoran air yang terendap dibuang atau dialirkan ke bak penampungan
limbah sampai habis melalui pipa pembuangan. Getah yang ada kemudian
dialirkan ke filter press untuk difiltrasi menggunakan steam. Setelah getah
difiltrasi, getah dipindahkan ke tangki settler sampai habis. Adapun fungsi
dari melter adalah untuk melarutkan getah dan terpentin, menyaring
kotoran yang terbawa dalam getah dan mencairkan getah yang
mengkristal.
Pemasakan Getah
Pemasakan getah dimaksudkan untuk mematangkan getah dan
mengeluarkan air serta komponen lainnya yang terdapat dalam getah
dengan menggunakan energi panas yang dihasilkan oleh boiler. Dengan
29 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
pemasakan maka sifat–sifat getah akan lebih stabil serta memiliki daya
tahan yang lama. Pemasakan ini dilakukan dalam suatu ketel pemasak
khusus yang mempunyai ketahanan terhadap suhu dan tekanan. Tangki
pemasak dirancang untuk bekerja pada tekanan yang dilengkapi dengan
coil pemanas, closed steam, open steam, kaca pengamat, dan kran untuk
pengeluaran terpentin.
Prosesnya, getah yang sudah bersih dan siap dimasak dalam tangki
penampung dimasukkan ke dalam tangki ketel pemasak lalu dilakukan
pemanasan hingga mencapai suhu 160-170oC. Ketika awal pemasakan pada
suhu 130-140 oC uap air dan uap terpentin menguap dan masuk ke
condensor yang ditarik oleh pompa vakum untuk diembunkan atau
dicairkan. Untuk itu didalam menangani tangki pemasakan ini diperlukan
ketelitian dan kecermatan operator didalam melakukan pemasakan
maupun mengenal peralatan yang ditangani Pada proses pemasakan yang
perlu diperhatikan antara lain :
- Pemanasan harus bertahap
- Tekanan vakum
- Tekanan uap (Open steam) tidak terlalu besar
- Suhu pemanasan
30 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Pengujian& Pengemasan
Dari hasil akhir proses pada tangki pemurnian dapat diketahui hasil
gondorukem dan terpentin yang baik atau tidak. Pada proses tangki
pemurnian ini pula sangat ditentukan perlakuan yang cermat dan trampil,
karena meskipun dari hasil proses pencucian berhasil sempurna namun
tanpa ada dukungan dari proses pemasakan yang baik maka hasil dari
gondorukem pun jadi bermutu rendah, misalnya titik lunak terlalu rendah,
browning/hangus, atau berkristal.
31 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
32 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Bab 4
Industri Pupuk
Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga
mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan
organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk mengandung unsur-unsur
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti
unsur Nitrogren (N), Phospor (P), Kalium (K), Sulfur (S) dll. Selain itu ke
dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah
bahan tambahan (suplemen), seperti hormon tumbuhan untuk membantu
kelancaran proses metabolisme.
Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. Sedangkan pupuk mineral
adalah pupuk buatan yang diproduksi dalam skala yang besar pada pabrik-
pabrik pupuk kimia. Diantara pupuk kimia yang diproduksi di Indonesia
adalah Pupuk UREA, Pupuk Ammonium Sulfat (ZA), Pupuk Triple Super
Phosphate (TSP) atau Super Phospate (SP-36), Pupuk majemuk yang
mengandung unsur utama Nitrogen, Phospor dan Kalium (NPK). Pada bab
ini akan dibahas tentang Industri pupuk di Indonesia, bahan baku pupuk
dan proses pembuatan pupuk kimia (UREA, ZA, TSP, SP-36 dan NPK)
beserta bahan-bahan kimia yang menjadi bahan perantara untuk membuat
pupuk tersebut diantaranya Amoniak, Asam Phospat, Asam sulfat.
33 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
1.140.000 ton per tahun. PT Pupuk Kaltim mempunyai kapasitas produksi
sebesar 2.980.000 ton per tahun, dan merupakan produsen terbesar pupuk
Urea di Indonesia. Kapasitas produksi pupuk relatif tidak berkembang,
karena kebutuhan pupuk masih sangat tergantung pada kebijakan
pemerintah yang menentukan jumlah pupuk yang akan digunakan untuk
kegiatan pertanian dan perkebunan, hal ini terutama terkait dengan jumlah
subsidi pupuk yang akan diberikan
Urea yang merupakan pupuk utama dalam sektor pertanian, dari tahun
2003 hingga 2007 produksinya masih didominasi oleh PT Pusri dan Pupuk
Kaltim, dengan produksi yang relatif stabil setiap tahunnya. Produksi PT
Pusri mencapai 2.020.760 ton pada tahun 2007 dan relatif tidak mengalami
perubahan berarti dari produksi tahun 2003 yang mencapai 2.053.410 ton.
Penambahan produksi Urea sebagian besar berasal dari produksi PT Pupuk
Kujang yang sejak tahun 2006 bertambah produksinya sejak adanya
penambahan kapasitas produksi baru dari pabrik pupuk Kujang 1B pada
tahun 2005.
Selain itu untuk memperbaiki pola pemupukan agar tercipta efisiensi serta
produktivitas yang optimal, pemerintah menggalakan penggunaan pupuk
majemuk (NPK), yang meskipun harganya lebih mahal, tetapi secara teknis
mampu memberikan hasil produksi yang lebih baik yang berdampak pada
biaya produksi yang lebih rendah. Untuk mendukung program tersebut
pada tahun 2005 juga terdapat penambahan kapasitas produksi pupuk
NPK sebesar 100.000 ton pada pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik,
kemudian kapasitas produksi NPK PT PKG meningkat kembali hingga total
kapasitas produksi NPK nya menjadi 910.000 ton per tahun.
34 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa
metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia
dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral.
Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan
kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan
isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat
memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara
efektif. Sedangkan pupuk kimia kandungan kimia secara kuantitatif sangat
jelas. Diantara pupuk kimia yang diproduksi di Indonesia adalah Pupuk
UREA, Pupuk ZA, Pupuk TSP atau SP-36, Pupuk NPK.
35 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
4.4 Pabrik Asam Fosfat
Asam phosphat diproduksi untuk digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk Triple Super Phosphat (TSP) atau super phospat (SP 36).
Proses yang digunakan dalam unit produksi asam fosfat diklasifikasi
kedalam kategori proses hemihydrate dan dihydrate.
a. Bahan Baku :
Batuan Phosphate (Phosphate Rock)
Asam Sulfat
Phosphate Heated
H2SO4
Rock Air
Grinding
Unit
Water
Reaction
Unit
Concentrator Filtration
Unit Unit
Phospho Fluosilic
H3PO4 Gypsum Acid
Product
36 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
b. Proses pembuatan Asam Phosphat
Proses pembuatan Asam Phosphat ditunjukkan melalui Blok Diagram pada
gambar 4.1. Mula-mula batuan fosfat (phosphate rock) dihancurkan dalam
grinder, kemudian direaksikan dalam reaktor dengan asam sulfat,
membentuk asam fosfat dan kalsium sulfat (gypsum) yang berupa endapan
dengan reaksi :
Ca3(PO4)2 + H2SO4 H3PO4 + CaSO4.2H2O
Batuan fosfat Asam sulfat Asam fosfat gypsum
a. Bahan Baku :
Belerang padat
Udara (oksigen)
37 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Absorber : SO3 + H2SO4 H2SO4.SO3 (oleum)
Storage : H2SO4.SO3 + H2O 2H2SO4
H2SO4
Sulfur
Sulfur SO3
Furnace Converter
Handling Absorber
Air
H2SO4
Product
38 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Selanjutnya gas dialirkan ke Secondary Reformer dengan penambahan
Udara dimana H2 dioksidasi menjadi H2O dan Methan sisa diubah menjadi
CO2, kemudian gas masuk Shift Converter untuk mengubah CO menjadi CO2.
Keluar dari Converter terjadi proses penjerapan CO2 dalam Absorber
kemudian sisa CO dan CO2 yang masih ada diubah menjadi CH4 kembali
dalam Methanator.
Natural
Gas Desulfurizer
Air
Refrigerant Ammonia
System Converter Metanator CO2
Removal
NH3 CO2
Product Product
Gas CH4 dan Ar dianggap sebagai impuritis. Selanjutnya gas masuk kedalam
Amonia Converter dimana terjadi sintesa Ammonia. Amoniak diproduksi
dengan mereaksikan gas Hydrogen (H2) dan Nitrogen (N2) dengan rasio H2
: N2 = 3 : 1. Gas Ammonia yang terbentuk dikondensasikan dalam
Refrigerator hingga menjadi Produk NH3 cair. Reaksi-reaksi kimia yang
terjadi di masing-masing unit adalah :
Desulfurizer : S + H2 H2 S
H2S + ZnO ZnS +H2O
Primary Reformer : CH4 + H2O CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2
Secondary Reformer : H2 + ½ O2 H 2O
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2
Shift Converter : CO + H2O CO2 + H2
39 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Absorber : K2CO3 + CO2 + H2O 2KHCO3
Methanator : CO + 3H2 CH4 + H2O
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
Syntetic Converter : N2 + 3H2 2NH3
40 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Condenser Absorber PC. Treatment
NH3 Process
NH3 Condensat
CO2 CO2
e
NH3
Cair
Urea Prilling
CO2
Gas Produ Tower
ct
NH3 cair dipompa ke Reaktor lalu dikontakkan CO2 yang masuk melalui
Stripper dan keluar lewat bagian atas Stripper menuju Reaktor. Reaksi
keduanya membentuk Ammonium Carbamate (NH2COONH4). Selanjutnya
NH2COONH4 terhidrasi menjadi Larutan Urea (NH2CONH2) dan dialirkan ke
Stripper yang lalu dialirkan lewat bawah Stripper menuju Decomposer
untuk memurnikan dari sisa Carbamate dengan menguraikannya menjadi
CO2 dan NH3. Selanjutnya larutan Urea dipekatkan menuju kedalam
Concentrator untuk membentuk Molten Urea yang kemudian dispraykan
kedalam Prilling Tower untuk membentuk butiran Urea sekaligus
mendinginkannya dengan mengontakkan terhadap udara, sehingga
dihasilkan produk Urea butiran (prill). Produk Urea dikirim ke Bulk Storage
dengan Belt Conveyor.
41 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
4.8 Pabrik pupuk ZA atau (NH4)2SO4
Amonium Sulfat atau yang biasa disebut ZA (Zwavelzure Amoniak) atau
Ammonium Sulfat merupakan salah satu jenis pupuk buatan yang berguna
bagi tanaman. Pupuk ZA adalah pupuk yang sekaligus mengandung 2 (dua)
unsur hara yaitu Nitrogen (N2) dan unsur hara Sulfur (S).
Saat ini pabrik yang memproduksi pupuk ini baru ada satu yaitu PT.
Petrokimia Gresik, sedangkan pertumbuhan konsumsi kebutuhan akan
pupuk ini terus meningkat. Untuk mengatasi peningkatan kebutuhan akan
pupuk ZA dan mengurangi kebutuhan impor ZA serta mengurangi
ketergantungan terhadap negara lain disamping membuka lapangan kerja
baru dalam rangka turut memberikan kesempatan kerja sehingga jelaslah
bahwa pendirian pabrik ZA di Indonesia perlu dilakukan. Hal ini jika dilihat
dari perkembangan jenis industri pengkonsumsinya yang kian beragam,
dari hanya sebagai pupuk untuk lahan pertanian, meningkat menjadi
katalis untuk membuat makanan menjadi berwarna gelap coklat
kemerahan, electroplating dan lain-lain.
42 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
NH3
Gas
H2SO4
Mother liquor Air heated
Keluar saturator berupa campuran kristal dan cairan (50 : 50) yang
selanjutnya akan dipisahkan di centrifuge. Hasil yang keluar dari centrifuge
berupa cairan (mother liquor) direcycle kembali ke saturator sebagai titik
kristal, dan produk berwujud kristal selanjutnya dikeringkan dalam rotary
dryer dengan penambahan zat anti gumpal agar tidak menggumpal. Kristal
ZA keluar dryer setelah didinginkan selanjutnya masuk proses
pengantongan.
NH3 CaSO4.2H2O
Reaction CaCO3
CO2 Carbonation Filtration
& Gas
Scrub
H2O
Anti Cacking H2SO4
Netrali-
ZA Drying & Evaporator zation
Product & Crystal
cooling
43 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Gambar 4.6 menyajikan blok diagram proses pembuatan pupuk ZA dengan
proses II. Gas CO2 dan amoniak cair dicampur di dalam carbonator untuk
menghasilkan amonium karbonat atau Carbonat Liquor. Kemudian
amonium karbonat direaksikan dengan fosfo gypsum (CaSO4.2H2O) di
dalam reaktor yang kemudian dilakukan proses filtrasi untuk memisahkan
larutan ZA dengan padatan kapur. Untuk menetralisir kelebihan amoniak
diberikan asam sulfat dalam netralizer
Setelah itu dilakukan kristalisasi dalam cristalizer, di mana kristal yang
diperoleh dipisahkan dalam separator. Kristal yang didinginkan kemudian
dikeringkan dalam dryer dan selanjutnya dilakukan pengantongan.
a.Bahan baku :
Batuan fosfat
Asam sulfat
Asam fosfat
44 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
b. Proses pembuatan
Proses pembuatan pupuk phosphat pada prinsipnya adalah mengubah
tricalcium phosphate menjadi garam yang mudah larut dalam air
(monocalcium phosphate). Gambar 4.7 menyajikan blok diagram
sederhana proses pembuatan pupuk phosphat (TSP atau SP-36).
Mula-muala Asam Sulfat dan Asam Fosfat dicampur dalam Mixing Tank
hingga kadar P2O5-nya + 50%. Phosphate Rock yang telah dihaluskan
sampai 200 mesh, direaksikan dengan campuran Asam dalam Cone Mixer
Reaktor.
Asam
Sulfat
Mixing Unit
Asam
Fosfat Water
Heated
Air Steam
Crusshing
Unit
TSP/ Cooling
SP Screening
Unit Unit Drying
Produ
ct Unit
45 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Fosfat. Reaksi yang terjadi pada pembuatan Single Super Phosphate (SP-
36) :
Ca3(PO4)2 + 2H2SO4 + H2O 2CaSO4 + CaH4(PO4)2.H2O
Ca3(PO4)2 + H2SO4 + 2H2O CaSO4 + 2Ca(H2PO4)2.2H2O
46 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
kemudian dilakukan pemilahan dengan ukuran mesh 2 - 4 mm di dalam
Screen. Hasil yang sudah di Screen dimasukkan ke dalam Polishing screen
untuk memilah-milah produk dari granul halus kemudian didinginkan
dengan Cooler. Hasil yang sudah dingin discrubbing dalam Scrubber tank
kemudian dilakukan coating agar produk tidak terjadi cracking. Hasil dari
coating siap untuk dibagging dan dipasarkan.
47 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
a. Bahan baku :
Potassium Chloride (KCl)
Asam Sulfat
b. Proses Prembuatan ZK dengan bahan baku KCl dan CaSO4
Ada 3 tahapan utama dalam metode proses ini, yaitu:
1. Pelarutan gypsum
2. Konversi satu tahap (T = 25ºC)
3. Siklus amoniak dalam proses
Diagram alir proses produksi ZK dengan dekomposisi KCl dengan CaSO4 dit
unjukkan pada gambar 4.8.
Potassium
Chloride Water Tail
Sulfuric Acid
Gas
Fuel
Reaction Scrubber / By Product
Unit absorber Unit HCl 32 %
Fume
Air
Crude Screening
Cooling
SOP Unit
Neutralization Unit
Crushing
Unit
ZK Bagging
Product Unit
48 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Reaksi yang terjadi dalam proses ini antara lain:
CaSO4.2H2O + (NH4)2CO3 (NH4)2SO4 + CaCO3
2KCl + (NH4)2CO3 K2SO4 + 2NH4Cl
Karakter dasar dari proses ini ialah adanya sistem recovery multistage
untuk gas amoniak dan KCl, juga produk ZK yang dihasilka akan selalu
mengandung amonium sulfat yang sangat dipengaruhi oleh komposisi
mother liquor.
49 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
50 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Bab 5
Industri Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam
bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa
menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana,
seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis
asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun
demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.
Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga
menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa.
Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan)
diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
Lain halnya dengan bit, gula bit diproduksi di tempat dengan iklim yang
lebih sejuk, Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang utara, dan beberapa
daerah di Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada
pemanenannya di bulan September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut
sampai Maret di beberapa kasus. Lamanya pemanen dan pemrosesan
dipengaruhi dari ketersediaan tumbuhan, dan cuaca. Bit yang telah dipanen
dapat disimpan untuk di proses lebih lanjut, namum bit yang membeku
tidak bisa lagi diproses.
51 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
5.1 Industri Gula di Indonesia
Masa lalu Indonesia sebagai salah satu negara koloni Belanda tentu tidak
bisa dipisahkan dari sejarah tentang perkebunan dan pemanfaatan hasil
bumi. Salah satu primadona dari perkebunan indonesia yang sempat
mendunia adalah industri perkebunan tebu sebagai bahan baku pembuatan
gula. Walau asal-usul gula sudah lama dikenal namun gula kristal yang
berasal dari tebu masih merupakan barang yang mewah pada awal abad
ke-17. Sejarah mencatat bahwa Indonesia, pada saat itu masih Hindia
Belanda, pernah menjadi bangsa pengekspor gula terbesar di dunia setelah
Cuba pada kisaran tahun 1930 – 1940. Puncak kegemilangan perkebunan
tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik
pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun. Penurunan harga
gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade
hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun.
Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi
1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an
menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto.
Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat
meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali
menjadi importir gula.
52 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Dua tanaman gula yang paling penting adalah tebu (Saccharum spp.) dan
bit (Beta vulgaris), dengan kadar gula bisa mencapai 12% - 20% dari berat
kering tanaman. Tebu (Saccharum) merupakan genus yang terdiri dari 6-
37 spesies (tergantung dari pengertian taksonominya) dari rerumputan
tinggi (famili Poaceae), berasal dari kawasan bersuhu hangat hingga tropis
di Dunia Tua (sebagian Eropa, Asia dan Afrika) dan Pasifik. Tanaman ini
memiliki batang berserat yang kuat dan beruas dengan ketinggian 2-6 m
dan mengandung cairan yang kaya dengan gula. Seluruh spesies saling
berkawinan, dan varietas komersial yang paling banyak ditemui adalah
jenis hibrida kompleks terutama dari varietas Saccharum officinarum, S.
spontaneum, S. barberi dan S. sinense.
Selain gula natural yang berasal dari tumbuhan yang mengandung gula,
terdapat gula sintetis, yaitu gula yang bahan baku bukan dari tanaman.
Gula sintesis umumnya disebut pemanis (sweetener). Gula jenis ini,
53 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
kalorinya rendah. Rasa manisnya tinggi, bisa 15 kali sampai 4000 kali lebih
besar dari sukrosa seperti ditunjukkan pada tabel 5.2.
Secara umum proses pembuatan gula dapat melalui tahapan berikut ini :
a. Penggilingan tebu (Stasiun Gilingan)
b. Pemurnian nira (Stasiun Pemurnian)
c. Penguapan nira (Stasiun Penguapan)
d. Kristalisasi (Stasiun Masakan)
e. Pemisahan (Stasiun Puteran)
f. Penyelesaian (Pengeringan dan Pengemasan)
Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih
berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran
kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di
dalam gula. Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula
dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula.
Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut
sebagai “abu”.
54 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Gambar 5.2 Diagram alir proses pembuatan krista gula putih dari tebu
Hasil perahan (perasan) atau sadap dari batang tebu, atau bunga kelapa
ataupun umbi biet atau buah yang berasa manis disebut NIRA (JUICE). Nira
tebu secara umum mempunyai komposisi berikut :
Air : 75 - 90 %
Sukrosa : 8 - 21 %
Gula reduksi : 0,3 - 3,0 %
Senyawa organik : 0,5 - 1,0 %
Senyawa an organik : 0,2 - 0,6 %
55 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula
sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar
(rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat
dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis.
Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses. Proses
pemurnian ini disebut proses defekasi.
NIRA
+ Ca(OH)2 +SO2
pH 7,2
NIRA NIRA
KOTOR + Ca(OH)2 JERNIH
pH 5,5 pH 7,2
NIRA
+ Ca(OH)2 + CO2
pH 10,5
Perbandingan ketiga macam proses ini ditunjukkan oleh gambar 5.3. Pada
proses defekasi pemurnian hanya menggunakan tambahan susu kapur
Ca(OH)2. Sedang proses Sulfitasi dengan penambahan susu kapur Ca(OH) 2
diikuti penambahan sulfit atau gas SO2. Dan proses pemurnian karbonatasi
dengan penambahan susu kapur Ca(OH)2 yang diikuti dengan penambahan
gas CO2. Selain itu masih ada macam-macam proses hasil kombinasi dari 3
macam proses tersebut, misalnya proses sulfitasi karbonatasi, proses single
sulfitasi, proses double sulfitasi, dan sebagainya
56 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
b. Proses sulfitasi
(1) 2PO43- + 3Ca2+ Ca3(PO4)2
(2) SO42- + Ca2+ CaSO4
(3) SO2+H2O H2SO3
H2SO3 2H+ + SO32-
Ca2+ + SO32- CaSO3
(4) Fe3+ + SO42- Fe2+ + SO42-
c. Proses karbonatasi
(1) 2PO43- + 3Ca2+ Ca3(PO4)2
(2) SO42- + Ca2+ CaSO4
(3) CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 2H+ + CO32-
Ca2+ + CO32- CaCO3
(4) tak ada reaksi
Jadi pada proses defikasi ada 2 macam reaksi. Dan pada proses sulfikasi
ada 4 macam reaksi. Sedangkan pada proses karbonatasi ada 3 macam
proses (reaksi).
57 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
c. Penguapan (Stasiun Penguapan)
Setelah mengalami proses pemurnian nira, proses evaporasi dilakukan
untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air
menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi
lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya
pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15%
gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam
proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam
‘evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan
dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan
kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
58 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
dibedakan ada 2 macam gula SHS standard yaitu SHS I : sangat putih dan
SHS II : putih
Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya,
maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses.
Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke
industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol). Belakangan ini molases
dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan
kandungan etanol sampai 99,5%.
a. Proses affinasi
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran (warna) atau bukan
gula pada lapisan luar dari kristal raw sugar dan , sistem pemisahan
dengan cara pembilasan, dengan memperhatikan konsentrasi bahan
pelarut dengan bahan yang akan dilarutkan (raw sugar). Percampuran
bahan ini dikenal dengan nama magma mingler. Magma mingler dari
proses ini kemudian dilakukan proses pemisahan (sentrifugasi) sehingga
didapatkan gula affinasi (affinated sugar) dan molasses affinasi (affinated
mol), gula affinasi selanjutnya diremelt pada alat dengan nama melter,
sebagai bahan untuk proses selanjutnya (proses karbonatasi),sedangkan
59 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
molasses affinasi digunakan kembali untuk bahan pembilas. Umumnya
penghilangan warna (color removal) affinasi 50% - 60%
b. Proses pemurnian(karbonatasi)
Pada proses ini bertujuan untuk memurnikan larutan gula dari proses
affinasi, proses ini menggunakan prinsip adsorbsi dengan metode
karbonatasi.
CaO + CO2 CaCO3 (endapan)
Affination
syrup
Raw Liquor
CO2
Dekolorisasi Filtrasi Karbonatasi
Fine Liquor
Sugar Gula
Evaporasi Kristalisasi Pengeringan
Liquor Rafinasi
Saturated
steam Tetes Gula
Rafinasi
Gambar 5.4 Blok diagram pengolahan gula rafinasi berbasis raw sugar
60 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
c. Proses filtrasi
Proses ini merupakan proses penyaringan/penapisan yaitu memisahkan
antara filtrat atau larutan gula jernih dengan endapan CaCO 3 dari proses
karbonatasi (carbonated liquor). Proses penyaringan ini dilakukan dengan
2 tingkat. Tingkat pertama menyaring liquor terkarbonatasi dan tingkat
kedua adalah menyaring filtrat dari hasil filtrasi pertama.
e. Proses penguapan
Prinsip dasar proses penguapan adalah meningkatkan konsentrasi dengan
cara menguapkan airnya. Proses penguapan ini umumnya dilakukan secara
bertingkan agar terjadi penghematan uap pemanas. Umumnya tingkatan
penguapan pada industri rafinasi menggunakan 2 tingkat (evaporator
double effect) tidak jarang pula menggunakan 3 tingkat (triple effect).
Produk hasil proses ini biasa disebut dengan thick liquor.
61 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
atau dengan kata lain untuk meningkatkan pemerahan gula. Produk hasil
proses ini biasa disebut dengan massecuite atau masakan.
g. Proses pemisahan(sentrifugasi)
Prinsip dasar proses ini adalah memisahkan antara kristal gula dengan
sirupnya (molasses) dengan gaya sentrifugal atau diputar sehingga kristal
gula akan tertahan di saringan sedangkan sirup atau molassesnya
menembus saringan. Gula produk dari proses ini kemudian dikirim ke
proses drying - cooling.
62 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Bab 6
Industri Semen
Semen adalah material yang dapat mengeras apabila dicampur dengan air,
karena reaksi kimia (hidrasi), dan setelah mengeras akan mempertahankan
kekuatan dan stabilitasnya meskipun terendam di dalam air. Sehingga
semen digunakan sebagai pengikat bahan bangunan (batu, pasir, batu bata,
keramik) untuk pembuatan beton dan konstruksi bangunan seperti
dinding, lantai, dll.
Kata semen diadopsi dari bahasa ingris cement. Sedangkan istilah “cement”
berasal dari orang Romawi yang menggunakan sebutan “opus
caementitium” untuk menggambarkan bangunan batu yang menyerupai
beton dan dibuat dari batu yang dihancurkan dengan kapur yang dibakar
sebagai pengikat. Debu vulkanis dan bubuk batu bata yang ditambahkan
pada batu kapur yang dibakar untuk membentuk pengikat hidrolik
kemudian disebut sebagai cementum, cimentum, cäment and cement.
Bahan sejenis semen digunakan oleh orang-orang Mesir Kuno pada abad
ke-5 untuk membangun piramida dimana batu batanya satu sama lain
terikat kuat dan tahan terhadap cuaca selama berabad-abad. Bahan
pengikat ini ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka
membuat api di gua-gua dan bila api kena atap gua maka akan rontok
berbentuk serbuk. Serbuk ini bila kena hujan menjadi keras dan mengikat
batu-batuan disekitarnya dan dikenal orang sebagai batu Masonry (Duda,
1985).
63 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
tetapi Semen Andalas sejak terkena bencana Tsunami sampai sekarang
tidak beroperasi. Kapasitas produsen semen nasional yang ada di Sumatra
(termasuk Semen Andalas) berkontribusi terhadap 17,54 %. Produsen
semen lainnya ada di pulau Sulawesi ( Semen Tonasa dan Semen Bosowa
Maros) dan dan Nusa Tenggara Timur (Semen Kupang) dengan prosentase
relatif kecil.
Pabrik mulai berproduksi pada tahun 1913 dengan kapasitas 22.900 ton
pertahun, dan pernah mencapai produksi sebesar 170.000 ton pada tahun
1939 yang merupakan produksi tertinggi pada waktu itu. Pabrik berlokasi
di Indarung, Padang, Sumatra Barat, Indonesia sekitar 200 meter diatas
permukaan laut (dpl) dan kurang lebih 13 kilometer dari pelabuhan Teluk
Bayur, Padang. PT. Semen Padang saat ini memiliki lima pabrik dengan
total kapasitas 5.7 juta ton per tahun.
64 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Semen Gresik adalah pabrik semen yang terbesar di Indonesia, yang
diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI
pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Saat ini
kapasitas terpasang 8,2 juta ton yang, belum termasuk Pabrik baru yang
sedang dibangun dengan kapasitas 3 juta ton.
Pabrik Semen Tonasa Unit I dibangun sejak tahun 1960 dan diresmikan
pada 2 November 1968. Pabrik ini menggunakan proses basah dengan
kapasitas terpasang 110.000 ton semen/tahun. Pada 1984 pabrik Semen
Tonasa Unit I dihentikan pengoperasiannya karena dianggap tidak
ekonomis lagi. Kemudian dibangun Pabrik Tonasa Unit II dan III dengan
Proses Kering. Saat ini PT. Semen Tonasa memiliki 3 pabrik semen,
kapasitas terpasang 3,48 juta ton semen per tahun, berlokasi di Pangkep,
Sulawesi Selatan. Dan sedang dibangun pabrik Baru Tonasa 4 dengan
kapasitas 3 juta ton.
65 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
2. Semen Putih : Semen yang warnanya putih, yang dapat diperoleh
dengan mengurangi kandungan oksida silika pada semen portland
sampai menjadi 0,4 %, sehingga warna semen portland berubah
menjadi putih.
3. Semen Pozzolan : Semen ini mengandung senyawa silika dan alumina
dimana bahan pozzolona sendiri tidak memiliki sifat seperti semen,
akan tetapi bentuk halusnya dan dengan adanya air, senyawa-senyawa
tersebut membentuk kalsium aluminat hidrat yang bersifat hidraulis.
Bahan pozzolan tersusun atas 45-72 % SiO2, 10-18 % Al2O3, 1-6 %
Fe2O3, 0,5-3 % MgO, 0,3-1,6 % SO3.
4. Semen Alumina Tinggi : Semen yang memiliki kandugan Alumina
tinggi. Dimana perbandingan antara kapur dan alumina adalah sama.
Semen ini dibuat dengan mencampur kapur, silika, dan oksida silika
yang dibakar hingga meleleh dan kemudian hasilnya didinginkan lalu
digiling hingga halus. Ciri dari semen ini memiliki ketahanan terhadap
air yang mengandung sulfat dan air laut cukup tinggi.
5. Semen Sumur Minyak : Semen ini digunakan pada temperatur dan
tekanan tinggi, sering dijumpai pada penggunaan pengeboran minyak
atau digunakan untuk pengeboran air tanah artesis. Semen ini
merupakan semen portland yang dicampur dengan retarder untuk
memperlambat pengerasan semen seperti lignin, asam borat, casein,
dan gula.
6. Semen Slag : Semen yang sebagian bahan bakunya berasal dari sisa
pengolahan besi (slag) Semen slag ini dikenal 2 macam tipe, yaitu :
Eisen portland cement : semen yang dihasilkan dari penggilingan
campuran 60% terak portland dan 40 % butir-butir slag tanur
tinggi.
Hogh Ofen Cement : Semen yang dihasilkan dari penggilingan
campuran yang mengandung 15 – 19 % terak portland cement dan
41 – 85 % butir –butir slag dengan penambahan CaSO4.
7. Semen Masonry : Semen yang dibuat dengan menggiling campuran
terak semen portland dengan batu kapur, batu pasir, atau slag dengan
perbandingan 1 : 1.
8. Semen Trass : Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran
antara 60 %– 80 % trass atau tanah yang berasal dari debu gunung
berapi yang serupa dengan pozzolona dengan menambahkan gypsum
(CaSO4).
9. Semen Alami : Semen alam ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang
mengandung tanah liat seperti komposisi semen di alam. Material ini
dibakar sampai suhu pelelehannya hingga menghasilkan terak.
Kemudian terak tersebut digiling menjadi semen yang halus. Dalam
pemakaiannya dicampur dengan semen portland.
66 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Semen yang diproduksi olen Pabrik semen harus mengikuti standard. Ada
dua standar utama yang sering digunakan, yaitu ASTM C150 dan EN 197. Di
Indonesia menggunakan Standard SNI.
Tipe IV (Low Heat Portland Cement) : Semen tipe ini digunakan pada
bangunan dengan tingkat panas hidrasi yang rendah misalnya pada
bangunan beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk mencegah
keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan C 3S dan
C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini
tersusun dari 6,5 % MgO, 2,3 % SO3, dan 7 % C3A.
67 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Tabel 6.2 Jenis-jenis semen di Indonesia (SNI)
No. SNI Jenis Semen
SNI15-0129-2004 Semen portland putih
SNI15-0302-2004 Semen portland pozzolan (PPC)
68 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
6.4. Macam-macam proses pembuatan Semen
Menurut Austin (1985), dalam proses produksi semen, saat ini dikenal 4
(empat) macam proses pembuatan semen yaitu:
a. Proses Basah
b. Proses Semi Basah
c. Proses Semi Kering
d. Proses Kering.
Di Indonesia hanya terdapat Proses Basah dan Proses Kering yang
dioperasikan. Saat ini semua pabrik semen di Indonesian dan hampir
semua pabrik semen didunia menggunakan proses kering karena lebih
efisien dalam penggunaan energinya.
Saat ini proses basah sudah tidak digunakan lagi, karena boros bahan
bakar, kapasitas produksinya rendah,biaya produksinya tinggi sehingga
secara ekonomis dianggap tidak menguntungkan. Menurut Duda,1983,
pada proses ini bahan baku dihancurkan dalam raw mill kemudian digiling
dengan ditambah air dalam jumlah tertentu. Hasilnya berupa slurry,
dengan kadar air 25 – 40 %, yang digunakan sebagai kiln feed (umpan
tanur). Pada umumnya menggunakan tanus putar panjang (long rotary
kiln) untuk menghasilkan terak. Terak tersebut kemudian didinginkan dan
dicampur dengan gypsum untuk selanjutnya digiling dalam finish mill
hingga terbentuk semen.
69 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah
mencampur dan mengoreksinya.
Kerugian Proses Basah adalah :
Pemakaian bahan bakar lebih banyak dibandingkan proses lain
karena kebutuhan panas selama pembakaran tinggi, 1500 – 1900
kcal untuk setiap kilogram terak.
Tanur putar yang digunakan ukurannya lebih panjang
dibandingkan tanur putar pada proses kering
Memerlukan banyak air proses untuk membentuk material menjadi
luluhan
Kapasitas produksi lebih kecil dibandingkan dengan proses lain.
Apabila menggunakan peralatan dengan ukuran yang sama, maka
akan didapatkan hasil yang lebih sedikit, karena pencampuran
bahan dengan air pada proses penggilingan.
Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling dan dikeringkan, dengan
jalan mengalirkan udara panas ke dalam raw mill sampai diperoleh tepung
baku dengan kadar air 0,5 - 1%. Selanjutnya tepung baku yang telah
homogen ini diumpankan ke dalam suspension preheater sebagai
pemanasan awal. Perpindahan panas terjadi melalui kontak langsung
antara gas panas dengan material dengan arah berlawanan (counter
current). Adanya sistem suspension preheater akan menghilangkan kadar
air dan mengurangi beban panas pada kiln.
Material yang telah keluar dari suspension preheater siap menjadi umpan
kiln dan diproses menjadi terak. Terak tersebut kemudian didinginkan
secara mendadak agar terbentuk kristal yang bentuknya tidak beraturan
(amorf) agar mudah digiling. Selanjutnya dilakukan penggilingan di dalam
finish mill dan dicampur dengan gypsum dengan perbandingan sekitar 96 :
4 sehingga menjadi semen.
70 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Keuntungan Proses Kering antara lain :
Rotary kiln yang digunakan relatif pendek.
Heat compsumtion rendah yaitu sekitar 800 – 1000 kcal untuk setiap
kilogram terak sehingga bahan bakar yang digunakan lebih sedikit.
Kapasitas produksi besar dan biaya operasi rendah.
Batu Penggilingan
Bara
Batu bara
Finish
Gypsum Grinding
Mill
Semen
Produk
71 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
6.5 Proses pembuatan Semen (Proses Kering)
Secara keseluruhan proses produksi semen meliputi 5 tahap sebagai
berikut:
1. Raw Material preparation: raw material crushing, raw material
storage (dengan atau tanpa preblending).
2. Raw Material Grinding : raw material reclaiming, raw material bins and
feeding system, raw mill, EP, homogenizing silo and aeration system
3. Clinker Burning : kiln feeding system, preheater and precalciner,
rotary kiln, clinker cooler and crusher, clinker storage.
4. Cement Grinding : gypsum storage, clinker, gypsum and other
component bins and feeding system, cement mill, cement storage and
aeration system, bulk cement loader.
5. Cement Packing : vibrating cement screen and cement bin, cement
packing, bagged cement weigher and cleaner, truck loader.
Secara rinci dari masing-masing tahapan ini akan diuraikan berikut ini.
a. Raw Material Preparation
Pada unit ini bertugas menyiapkan bahan baku utama dalam terdiri dari :
Limestone Crusher and Storage, Clay Crusher and Storage, Silica Sand and
Iron Sand Storage
Batu kapur dibawa dari quarry dengan menggunakan dump truck dan
ditumpahkan ke dalam hopper crusher. Kemudian batu kapur diumpankan
ke dalan crusher dengan menggunakan wobbler feeder. Di dalam hammer
crusher, batu kapur mengalami size reduction (pengecilan ukuran),
bongkahan besar dengan diameter maksimal 1,2 m akan dihancurkan
dengan hammer crusher menjadi crushed limestone yang berukuran 0 – 18
cm. Sedangkan sisanya berupa material halus berukuran 0 – 9 cm akan
jatuh lewat wobler feeder. Keduanya akan jatuh dan bercampur didalam
belt conveyor. Selanjutnya crushed limestone akan bawa dengan belt
conveyor disimpan di crushed limestone storage. Penumpukan dilakukan
secara chevron style dalam 2 tumpukan (pile). Dalam pengoperasian satu
tumpukan diisi denagn menggunakan side stacker, sedangkan satu
tumpukan diambil untuk digunakan dengan menggunakan bridge side
scraper.
Tanah liat dibawa dari clay pit (penambangan tanah liat) dengan dump
truck dan dimasukkan ke dalam raw clay storage. Tanah liat dari storage
berdiameter maksimal 0,5 m dan kadar air 25 % diambil dengan font
loader atau dump truck dibawa ke clay hopper dan kemudian diumpankan
ke clay crusher dengan menggunakan apron conveyor. Di sini tanah liat
72 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
mengalami size reduction dalam clay crusher dari ukuran 0,5 m menjadi 9
cm. Kemudian crushed clay akan turun ke ke belt conveyor dan dibawa dan
disimpan di crusher clay storage. Penumpukan dilakukan dalam 2
tumpukan (pile). Dalam pengoperasian satu tumpukan diisi denagn
menggunakan side stacker, sedangkan satu tumpukan diambil untuk
digunakan dengan menggunakan bucket scraper.
Pasir silika (silica sand) dan pasir besi (iron sand) yang dibeli dari luar
diangkut dengan dump truck ke dalam plant site dan disimpan dalam satu
covered storage yang digunakan untuk menyimpan keduanya pada
tumpukan yang terpisah. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan
front loader.
73 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
maka batu kapur dan tanah liat menjadi lebih homogen. Hasil pengambilan
reclaimer tersebut akan dibawa oleh belt conveyor untuk masing-masing
dimasukkan ke dalam limestone bin dan clay bin. Pasir silika dan pasir besi
dari silica sand & iron sand storage akan dibawa oleh dump truck menuju ke
hopper secara bergantian. Pengeluaran pasir silika dan pasir besi diatur
oleh Apron Feeder. Material tersebut kemudian akan dibawa belt conveyor
menuju bin pasir silika dan bin pasir besi.
Batu kapur, tanah liat, pasir silika dan pasir besi dengan proporsi tertentu,
sesuai ketentuan dari pengendali proses, diumpankan ke dalam raw mill. Di
dalam raw mill material-material tersebut dikeringkan dan digiling untuk
memperoleh komposisi raw meal yang sesuai dengan standar umpan kiln.
Seluruh transportasi raw material tersebut diatas dilakukan dengan belt
conveyor dan dimasukkan kedalam raw mill, jenis vertical roller mill,
melalui triple gate. Di dalam raw mill material akan mengalami size
reduction dan pengeringan. Untuk pengeringan raw material yang digiling
di dalam raw mill system menggunakan sisa udara panas dari preheater
dan clinker cooler. Selain itu raw mill system dilengkapi pula dengan hot air
generator, yang akan digunakan bila udara panas dari preheater dan clinker
cooler tidak mencukupi atau kondisi kiln dalam keadaan down (tidak
beroperasi).
Produk dari raw mill dengan kehalusan 90 % lolos ayakan 90 micron dan
kadar air maksimal 1 %, akan dibawa aliran udara ke dalam cyclone,
karena tarikan mill fan. Sekitar 93 % dari material akan terpisahkan dari
aliran gas. Sedangkan sisa yang lebih halus sekitar 7 % akan keluar
terbawa aliran gas keluar dari cyclone. Sisa produk akan ditangkap oleh
Electrostatis Precipitator (EP), sedangkan gas yang telah bersih akan
dibuang keudara bebas melalui stack (cerobong). Bila raw mill beroperasi
raw meal dari cyclone dibawa oleh air slide digabungkan dengan raw meal
dari EP yang dibawa melalui screw conveyor selanjutnya denagan bucket
elevator dan air slide dimasukkan kedalam homogenizing silo. Bila raw mill
tidak beroperasi debu dari EP akan digabung dengan debu dari
conditioning tower akan dibawa oleh screw conveyor, kemudian ditransport
kedalam dust bin, kemudian dikirim ke Kiln Feed Bin.
Bila raw mill tidak beroperasi gas panas dari preheater dan clinker cooler
dialirkan lewat conditioning tower yang dilengkapi dengan water spray
74 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
system untuk menurunkan temperatur gas panas sampai sekitar 150
derajat Celcius, agar EP dapat bekerja dengan efektif/baik. Sedangkan pada
kondisi normal (saat raw mill beroperasi) suhu gas yang keluar dari
preheater dan clinker cooler 330C dan 397C akan mengalami penurunan
menjadi 90 derajat Celcius, sehingga dapat langsung dialirkan ke EP. Reject
dari raw mill dikembalikan ke system lewat belt conveyor dan bucket
elevator, kemudian bersama-sama dengan umpan baru masuk kedalam
Raw Mill.
Produk dari Raw Mill yang disebut tepung baku (raw meal) di transport
menuju blending silo (homogenizing silo). Type Blending Silo yang
digunakan adalah continous blending silo, yang berfungsi sebagai mixing
chamber dan juga sebagai storage silo. Blending silo ini beroperasi secara
continous flow. Prinsip dari proses pencampuran material berdasarkan atas
pembentukan layer secara horizontal, pada saat pengisian silo. Kemudian
terjadi pencampuran (blending) pada saat material dikeluarkan dari silo
secara vertikal. Proses blending akan berjalan dengan baik, bila terbentuk
banyak layer dari material yang berbeda komposisi. Layer terbentuk
dengan cara pengisian material ke dalam kedua silo lewat air slide feed
system secara bergantian. Pengaturan bergantian tersebut dilakukan
dengan timer dan diatur lewat distribution cone dan kemudian dilewatkan
melalui air slide menuju silo I dan silo II. Untuk memperoleh hasil
pencampuran yang baik, ketebalan layer diatur agar tidak lebih dari 1
meter dan isi silo harus dijaga agar minimal berisi setengah dari kapasitas
silo, isi silo yang kurang dari setengah akan mengakibatkan proses
pencampuran material menjadi kurang efektif.
75 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
waktu yang telah ditentukan. Pada tiap blending silo dilengkapi dengan 2
(dua) buah blower atau 4 (empat) blower untuk kedua blending silo. Blower
tersebut digunakan untuk aerasi pada airslide yang berada didalam kedua
blending silo .
Material yang keluar dari kedua silo merupakan umpan kiln (kiln feed),
dilewatkan melalui air slide dikirim ke kiln feed bin. Selanjutnya kiln feed
dikeluarkan melalui air slide, masuk kedalam junction box, kemudian
diangkat dengan bucket elevator dan air slide masuk ke kiln feed bin. Dari
kiln feed bin kiln feed dibagi ke dalam calibration bin I dan calibration bin II.
Kemudian dari kedua calibration bin kiln feed dikeluarkan dan
diumpankan kedalam suspension preheater melalui flow meter dan
selanjutnya melalui air slide dan air lift.
Proses pemanasan kiln feed pada stage I sampai stage III terjadi karena
adanya perpindahan panas antara gas panas yang keluar dari kiln dan
calsiner dengan kiln feed yang masih dingin. Suhu kiln feed masuk riser duct
dari stage I sekitar 50 – 60C. Kiln feed yang masih dingin masuk kedalam
riser duct ini, kemudian bercampur dengan aliran gas panas ikut masuk
kedalam cyclone. Di dalam cyclone kiln feed dipisahkan dari campuran
antara gas dan material. Campuran antara kiln feed dan gas panas masuk
kedalam cyclone dengan arah tangensial, sehingga akan terjadi pusaran.
Pusaran tersebut mengakibatkan terjadinya gaya sentrifugal, gaya gravitasi
dan gaya angkat gas didalam cyclone. Untuk material kasar, gaya gravitasi
dan gaya sentrifugal lebih dominan. Gaya sentrifugal menyebabkan
material menumbuk dinding cyclone sehingga akan jatuh ke down pipe
karena gaya gravitasi. Untuk material halus gaya angkat gas sangat
dominan, sehingga material akan terangkat gas keluar dari cyclone.
76 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Tabel 6.3 Profil suhu material dan gas dalam kiln
Stage Suhu Material Suhu Gas
I 310 330oC 355 – 365oC
II 500 – 550oC 540 – 560oC
III 650 – 690oC 690 – 710oC
IV 780 – 800oC 820 – 840oC
Calciner 900 – 930oC 830 – 870oC
Kiln feed masuk ke down pipe cyclone stage II, kemudian mengalami proses
seperti pada stage I. Hal yang sama terjadi pada stage III dan stage IV.
Material yang keluar dari stage III akan masuk ke dalam ILC dan SLC
calciner dan mengalami kalsinasi minimal sampai 90%. Kemudian material
akan terbawa aliran gas masuk kedalam cyclone stage IV dan keluar
melewati riser duct dan selanjutmya akan diumpankan ke dalam kiln.
2. Penguapan air hidrat yang terkandung dalam tanah liat pada suhu 500
– 600C.
Al2O3xH2O(s) Al2O3(s) + xH2O(g)
T=500 – 600oC
77 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Rotary Kiln digunakan untuk membakar umpan kiln menjadi clinker.
Sumber panas dalam rotary kiln dihasilkan dari pembakaran batu bara.
Untuk melindungi dinding rotary kiln dari panas yang terjadi, maka
dipasang fire brick (batu tahan api) pada bagian dalam rotary kiln.
Rotary kiln dibagi menjadi 4 zone, sesuai dengan reaksi yang terjadi pada
suhu dimana reaksi tersebut berlangsung, sbb:
Zone Kalsinasi, pada kondisi suhu 900 – 1100C
Zone Transisi, pada kondisi suhu 1100 – 1200C
Zone Clinkerisasi, pada kondisi suhu 1250 – 1450C
Zone Pendinginan, pada kondisi suhu 1450 – 1300C
Material keluar dari preheater bersuhu 800C masuk ke dalam rotary kiln,
umpan kiln tersebut mengalami pemanasan oleh gas panas dari
pembakaran batu bara. Pemanasan berlangsung secara counter current,
sehingga kontak antara gas panas dan umpan kiln lebih efisien. Akibat
kontak antar partikel maka akan terjadi perpindahan panas dari gas panas
menuju ke umpan kiln. Umpan kiln terus terbakar dan meleleh hingga
akhirnya akan terbentuk senyawa-senyawa semen yang disebut clinker.
Senyawa tersebut adalah : C2S, C3S, C4AF dan C3A.
Berikut adalah reaksi yang terjadi di setiap zone pada rotary kiln :
Zone kalsinasi lanjutan : Pada zone ini material akan mengalami proses
kalsinasi lanjutan yang sebelumnya telah terjadi suspension preheater.
Kalsinasi yang telah mencapai 90 % di suspension preheater, dilanjutkan
dari dalam kiln sampai 100 % (sempurna) dan pembentukan komponen
C2S (Dicalsium Silikat). Reaksinya adalah sebagai berikut :
CaCO3 (s CaO(s) + CO2 (g)
T = 900 – 1100oC
78 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
2CaO(l) + CaO.Al2O3(l) 3CaO.Al2O3(l) atau C3A
T = 1100 – 1250C
Pendinginan dilakukan sampai suhu clinker menjadi 82C saat keluar dari
clinker cooler, dibawa oleh drag conveyor dan dimasukkan ke dalam clinker
storage silo. Dalam clinker cooler, grate-grate bergerak maju-mundur,
sehingga clinker akan terdorong menuju outlet cooler. Pada bagian ini
79 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
clinker cooler dilengkapi dengan clinker breaker/crusher yang berfungsi
menghancurkan clinker yang berukuran besar.
d. Cement Grinding
Unit penggilingan semen (cement grinding) terdiri dari : Clinker Handling
dan Gypsum Crushing dan Finish Mill
Clinker yang keluar dari cooler dibawa dengan drag conveyor menuju ke
clinker storage silo. Low burn clinker (terak mentah) dibawa ke low burrn
clinker bin untuk disimpan sementara waktu. Low burn clinker dapat
dikeluarkan melalui loadout spout system untuk dimuat ke atas dump truck.
Selanjutnya low burn clinker dibawa dengan dump truck untuk diumpankan
ke hooper dan dibawa dengan belt conveyor untuk dicampur dengan
clinker (baik) dari clinker storage silo.
80 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
mm menjadi crushed gypsum berdiameter 0 – 2,5 mm. Kemudian crushed
gypsum dibawa dengan belt conveyor, bucket elevator dan belt conveyor
lainnya gypsum bin.
Clinker dan gypsum keluar dari masing-masing bin ditimbang dahulu oleh
weight feeder, kemudian ditansfer ke belt conveyor. Selanjutnya kedua
material tersebut ditransfer ke bucket elevator, kemudian belt conveyor
dan dimasukkan ke dalam surge bin. Dari surge bin clinker/gypsum mix
dikeluarkan dan diumpankan ke hidraulic roller crusher, yang berfungsi
sebagai pre-crushing, lewat gate, sebelum digiling di dalam ball mill,
sebagai finish mill. Sebagian material yang telah di-crushed disirkulasi
kembali ke hydraulic roller crusher menggunakan belt conveyor dan
kembali ke surge bin, untuk menjaga head dari material diatas hydraulic
roller crusher. Dan sebagian lain dari crushed material masuk kedalam
finish mill. Produk dari pre-crushing, berukuran 0 – 90 micron ini, dalam
finish mill akan digiling dan mengalami size reduction.
Suhu produk semen yang keluar ball mill dikendalikan dengan water
spraying system, dfimana air disemprotkan dengan udara tekan
(compressed air) di dalam penggiling (mill). Alat ini menjaga agar
temperatur semen yang keluar mill konstan, yaitu 107C. Pendinginan
lanjut dilakukan selama pemisahan di dalam separator, sehingga suhu
akhir semen menjadi 96C.
e. Cement Packing
Unit pengantongan semen (cement packinging) terdiri dari : Plant Site
Packer dan Harbour Packer. Semen dikeluarkan dari cement silo
menggunakan aeration system dan air slide, selanjutnya ditransport
menggunakan serangkaian bucket elevator dan air slide untuk dimasukkan
ke dalam cement bin. Sebelum masuk ke dalan cement bin, semen diayak
81 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
menggunakan vibrating screen, untuk memisahkan semen dengan kotoran
yang mengganggu.
Dari cement bin semen yang berukuran 325 mesh ditransport ke rotary
packer bin yang didalamnya dilengkapi dengan spout tube, yaitu semacam
suntikan untuk memasukkan semen ke dalam kantong semen. Rotary
packer akan mengisi kantong semen dengan semen sampai berat yang
diinginkan. Bila berat tersebut telah tercapai, maka semen dalam kantong
(bagged cement) akan jatuh ke belt conveyor.
82 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
BAB 7
Industri Minyak Bumi
Minyak Bumi (petroleum) berasal dari bahasa latin ”petrus” berarti karang
dan ”oleum” artinya minyak, dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah
cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar,
yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak Bumi
terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar
seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan
kemurniannya.
83 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
adanya Indische Mijnwet, produk undang-undang pertambangan pertama,
yang baru dibuat oleh Belanda pada tahun 1899.
84 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
1936 Konsesi yang bernama "Kontrak 5A" untuk daerah di Sumatera Tengah
diberikan kepada CALTEX. (termasuk lapangan MINAS).
1941 Pecah perang di Asia Tenggara, penghancuran dan penutupan sumur
minyak bumi.
1944 Tentara pendudukan Jepang yang berusaha membangun kembali instalasi
minyak menemukan MINAS.
1945 Lapangan minyak sekitar P. Brandan (ex konsesi BPM) diserahkan pihak
Jepang atas nama sekutu kepada Bangsa Indonesia. Perusahaan ini diberi nama
PTMNRI.
1946/ 1947 Jepang mundur, sejak pertengahan tahun 1946 sampai Agustus
1947 lapangan-lapangan minyak STANVAC dikuasai PERMIRI.
1948 STANVAC kembali mencapai tingkat produksi tertinggi sebelum perang.
1949 CALTEX kembali mengusahakan lapangan minyak di Sumatera Tengah.
Konsesi BPM Cepu yang dikuasai PTMN dikembalikan kepada BPM akibat KMB,
PTMN dibubarkan.
1951 PTMRI diakui sah oleh pemerintah RI dan diganti menjadi P.N PERMIGAN.
1952 CALTEX mulai mengekspor minyak dari lapangan MINAS.
1954 Pemerintah RI mengangkat seorang koordinator untuk Tambang Minyak
Sumut dan PTMNRI dirubah menjadi TMSU.
1957 Awal Oktober 1957 K.S.A.D (pelaksana SOB) menunjuk KO. Dr. Ibnu
Sutowo untuk membentuk sebuah perusahaan minyak yang berstatus hukum.
Tanggal 10 Desember 1957 P.T. PERMINA didirikan, dan disahkan dengan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman RI No. J.A. 5/32/11 tanggal 3 April 1958.
1958 Bulan Juni PT PERMINA mengekspor minyak mentah untuk pertama kali,
dan disusul yang kedua pada Agustus berikutnya. PT PERMINA mengadakan
perjanjian kerjasama dengan perusahaan minyak Jepang NOSODECO. Kredit
diangsur kembali dalam bentuk minyak mentah. PT PERMINA membuka
perwakilan di Tokyo.
1959 NIAM menjadi PN PERMINDO. BPM/SHELL memulai proyek Tanjung di
Kalimantan.
1960 BPM di Indonesia dilikuidasi dan sebagai ganti dibentuk PT SHELL
INDONESIA. Dengan diundangkannya UU Minyak dan Gas Bumi No. 44 tahun
1960, tanggal 26 Oktober 1960, seluruh pengusahaan minyak di Indonesia
dilaksanakan oleh Negara. Permindo mulai dengan organisasi perniagaan sendiri
sesuai sifat perusahaan Semi Pemerintah, walaupun administrasi perniagaan
masih diatur SHELL.
1961 Pemerintah RI mengambil alih saham SHELL dalam PERMINDO.
PERMINDO dilIkuidasi dan dibentuk PN Pertambangan Minyak Indonesia
disingkat PERTAMIN. Dengan PP No. 198 tahun 1961 didirikan Perusahaan
Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak Nasional, disingkat PN PERMINA
dan PT PERMINA dilebur ke dalamnya.
1962 Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC
1964 Pemerintah RI/PN PERMINA mengambil alih semua aktivitas NNGPM
dengan membeli perusahaan tersebut.
85 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
1965 Tanggal 31 Desember 1965 Pemerintah RI membeli PT SHELL INDONESIA
dengan harga US$ 110 juta. Unit-unit ex SHELL dimasukkan dalam organisasi PN
PERMINA.
1966 Dengan Surat Keputusan Menteri Pertambangan No. 124/M/MIGAS
tanggal 24 Maret 1966 organisasi PERMINA dibagi dalam 5 unit Operasi Daerah
Produksi dengan kantor pusat di Jakarta.
1967 Konsep Kontrak Production Sharing (KPS) mulai diperkenalkan.
1968 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1968 tanggal 20 Agustus
1968 PN PERMINA dan PN PERTAMIN dilebur menjadi satu Perusahaan Negara
dengan nama PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional, disingkat PN
Pertamina.
86 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
ditetapkan menjadi PERTAMINA. Berdasarkan undang-undang No. 22
Tahun 2001 tanggal 23 November 2001 tentang minyak dan gas bumi,
PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT. PERTAMINA (Persero)
pada tanggal 17 September 2003. Sejak tanggal 9 Oktober 2008 PT.
PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan berganti menjadi PT. PERTAMINA
(Persero) Refinery Unit. Saat ini PT. PERTAMINA (Persero) telah memiliki 6
Refinery Unit (RU). Yang tersebar di sebagian wilayah Indonesia, yaitu:
RU I : Pangkalan Brandan (telah ditutup sejak tahun 2007)
RU II : Dumai (Riau) Kapasitas : 170 MBSD
RU III : Plaju (Sumatera selatan) Kapasitas : 145,6 MBSD
RU IV : Cilacap (Jawa Tengah) Kapasitas : 348 MBSD
RU V : Balikpapan (Kaltim) Kapasitas : 260 MBSD
RU VI : Balongan (Jawa Barat) Kapasitas : 125 MBSD
RU VII : Sorong (Papua barat) Kapasitas : 10 MBSD
a. Komponen Hidrokarbon
Minyak bumi merupakan senyawa organik yang terdiri dari karbon dan
hidrogen sehingga disebut sebagai hidrokarbon. Perbandingan unsur –
unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan
atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
87 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Karbon : 83,0 – 87,0 %
Hidrogen : 10,0 – 14,0 %
Nitrogen : 0,1 – 2,0 %
Oksigen : 0,05 – 1,5 %
Sulfur : 0,05 – 6,0 %
88 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
C7H16 = heptana C60 H122 = heksakontana
C8H18 = oktana C61 H124 = doheksakontana
89 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
e. Senyawa Golongan Aromatik
Hidrokarbon bergolongan aromatik sering disebut dengan benzen (C 6H6).
Senyawa golongan aromatik merupakan senyawa dengan jumlah ketiga
terbanyak pada minyak bumi mentah. Senyawa ini adalah senyawa
hidrokarbon tak jenuh karena memiliki ikatan rangkap pada rantainya.
Senyawa hidrokarbon ini bersifat aktif dan dapat membentuk asam organik
bila teroksidasi. Senyawa ini sengaja dibentuk melalui proses reformasi
katalitik untuk meningkatkan kualitas knocking pada gasolin. Senyawa
aromatik biasanya tidak reaktif, memiliki bau yang khas, pelarut yang baik,
dan memiliki bilangan oktan yang tinggi. Ciri khas dari senyawa ini adalah
rantai 6 karbon yang memiliki 3 ikatan rangkap atau disebut nuclear.
Dalam minyak bumi juga terdapat senyawa aromatik berukuran besar
(polynuclear), misalnya pyrene dan chrysene.
Contoh rumus molekul dari senyawa hidrokarbon aromatik adalah :
C6H6 = benzena H
C8H10 = naftalena H C H
C C
C6H5CH3 = metil benzena C C
H C H
C6H5CH2CH3 = etil benzena H
g. Garam
Unsur ini berbentuk senyawa klorida yang selalu menimbulkan kesulitan
pada kolom fraksionasi. Garam dapat terurai secara kimiawi menjadi asam
yang menyebabkan korosi terutama pada dinding atas kolom. Garam ini
juga sering menimbulkan terjadinya penyumbatan pada tray fraksionator
dan alat penukar panas (heat exchanger).
h. Sulfur
Senyawa sulfur ini merupakan komponen pengotor terbesar dalam minyak
bumi. Konsentrasi senyawa sulfur bervariasi antar jenis minyak bumi.
Minyak mentah tergolong asam jika mengandung sulfur lebih dari 0,05
90 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
cu.ft. per seratus galon minyak. Minyak bumi dengan densitas lebih tinggi
mengandung belerang semakin tinggi. Senyawa sulfur dalam minyak
biasanya tidak stabil terhadap panas. Senyawa sulfur dalam senyawa yang
tidak bersifat asam dapat dihilangkan dengan proses hydrotreating.
Kehadiran senyawa sulfur pada minyak bumi dapat menimbulkan masalah
berupa korosi pada kilang. Jumlah dan tipe senyawa sulfur yang terdapat
dalam minyak bumi sangat beragam. Senyawa sulfur yang paling ringan
ialah hidrogen sulfida yang berwujud gas dan bersifat sangat korosif.
Contoh senyawa sulfur yang lain adalah mercaptan (R-SH). Senyawa
sulfur dapat menurunkan kinerja TEL untuk meningkatkan bilangan oktan
pada gasolin dan menurunkan aktivitas kerja katalis.
i. Senyawa Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam hampir semua minyak mentah biasanya kurang
dari 0,1% berat. Ada beberapa tipe utama senyawa hidrokarbon-nitrogen
dan mempunyai struktur lebih kompleks dibandingkan dengan senyawa
hidrokarbon-sulfur. Senyawa nitrogen stabil terhadap panas sehingga
kandungan nitrogen dalam fraksi ringan sangat rendah. Senyawa nitrogen
yang terkandung pada minyak bumi dapat diklasifikasi menurut sifat basa
atau tidak. Senyawa nitrogen yang terkandung dalam minyak bumi dapat
menjadi racun katalis pada proses katalitik. Oleh karena itu, sebelum
memasuki proses katalitik dilakukan proses hydrotreating untuk
menurunkan kandungan nitrogen pada umpan proses katalitik.
j. Senyawa Oksigen
Senyawa oksigen dalam minyak mentah biasanya berupa asam karboksilat,
fenol, amida, keton, dan bezofuran. Senyawa oksigen akan mudah terpisah
dari minyak mentah karena sifatnya yang asam. Kandungan oksigen pada
minyak mentah sangat bervariasi dari 0.03% (Irak dan Mesir) sampai 3%
(California). Asam naftenat yang memberikan keasaman dalam minyak
mentah adalah senyawa yang penting untuk produksi petrokimia. Senyawa
oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa sulfur
dan nitrogen pada proses katalitik.
k. Logam-logam
Logam-logam yang umum terdapat dalam minyak bumi adalah logam
arsenik, timbal, nikel, dan besi. Sebagian logam-logam ini akan mengendap
sebagai produk bawah pada kolom distilasi vakum. Arsenik dan timbal
merupakan “racun“ bagi katalis pada catalytic reforming sedangkan
91 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
vanadium, nikel dan besi merupakan racun bagi katalis yang digunakan
dalam proses perengkahan katalitik (catalytic cracking).
a. Bahan bakar
Jenis produk paling umum dari penyulingan minyak Bumi adalah bahan
bakar. Jenis-jenis bahan bakar itu antara lain (dilihat dari titik didihnya)
seperti ditunjukkan pada tabel 7.1
92 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Tabel 7.1 Hasil penyulingan minyak Bumi
Nama bahan bakar Titik didih oC
Elpiji (LPG) -40
Butana -12 sampai -1
Bensin -1 sampai 180
Bahan bakar jet 150 sampai 205
Minyak tanah 205 sampai 260
Minyak bakar 205 sampai 290
Diesel 260 sampai 315
93 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Semakin panjang rantai hidrokarbon maka trayek didih dan densitasnya
semakin besar. Maka, sifat fisika inilah yang kemudian menjadi dasar
dalam Proses Primer. Jumlah atom karbon dalam rantai hidrokarbon
bervariasi. Untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bakar maka
dikelompokkan menjadi beberapa fraksi atau tingkatan dengan urutan
sederhana seperti pada tabel 7.2.
94 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
LPG
Bensin
Minyak
Tanah
C.D.U
Crude Minyak
Tungku Distillation Diesel
Unit
Minyak
Bakar
Minyak
Mentah Pelumas
Lilin
Aspal
Gambar 7.1 Destilasi bertingkat minyak bumi (kilang sederhana)
Pada Proses Primer, Minyak bumi atau minyak mentah sebelum masuk
kedalam kolom fraksinasi (kolom pemisah) terlebih dahulu dipanaskan
dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 350°C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam
kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada
sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air
panas dan bertekanan tinggi).
95 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Tabel 7. 3 Hasil destilasi bertingkat minyak bumi
Fraksi Kandungan karbon Rentang titik didih (oC)
Destilat ringan
Bensin C6–C8 60 – 100
Nepthane C8–C11 100 – 200
Bahan bakar jet C6 –C13 80 – 230
Kerosin C12 –C16 200 – 300
Minyak pemanas ringan C11–C18 200 – 300
Destilat intermediet
Minyak gas 250 – 400
Minyak mesin berat C16 – C18 274 – 400
Minyak diesel C15 – C18 280 – 380
Destilat berat
Minyak pelumas C16 – C18 >300
Lilin >C18 Destilasi vakum
Residu
Gemuk, vaselin C18 –C20 >300
Lilin parafin C20 –C30
Aspal C30 –C40
Arang petroleum
Vaselin C18 –C22 ›380
Kokas › C30
Parafin C20 – C30 T1. 50 – 60
96 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
T. P
B.P
Minyak C.D.U Pengo- Produk
lahan Pencam
Mentah Distilasi Minyak
-puran
Pada kenyataannya minyak bumi tidak pernah ada yang sama, bahkan
untuk sumur minyak yang berdekatan sekalipun. Kenyataannya banyak
sumur minyak yang menghasilkan minyak bumi dengan densitas (specific
gravity) yang lebih berat, terutama untuk sumur minyak yang sudah udzur
atau memang jenis minyak dalam sumur tersebut adalah jenis minyak
berat. Pada pemompaan minyak dari dalam sumur (reservoir) biasanya
yang akan terpompakan pada awal-awal produksi adalah bagian yang
ringannya. Sehingga pada usia akhir sumur yang dipompakan adalah
minyak beratnya.
Untuk pengolahan minyak berat jenis ini maka bisa dipastikan produk yang
dihasilkan akan lebih banyak fraksi beratnya daripada fraksi ringannya.
Jadi, jika yang dimasak oleh proses primer adalah minyak bumi jenis
minyak berat maka hasilnya akan lebih banyak fraksi beratnya (solar,
minyak berat dan residu) daripada fraksi ringannya. Sementara tuntutan
pasar lebih banyak produk dari fraksi ringan dibandingkan fraksi beratnya.
Maka untuk menyiasatinya adalah dengan melakukan perubahan struktur
kimia dari produk fraksi berat.
97 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Gambar 7.3 Contoh kilang komplek (Pertamina Balikpapan)
98 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
yang terdapat pada minyak mentah, produk tengah dan produk akhir.
Selain itu proses treating dapat dikatakan sebagai pemisahan atau
peniadaan sebagian hidrokarbon yang tidak diinginkan dengan maksud
menaikkan kadar hidrokarbon yang diinginkan untuk menaikkan kualitas
produk. Pengotor dapat berupa logam (besi, logam berat), senyawa non-
logam (fosfor, natrium), senyawa organik naftenik, asam, dan lain-lain.
Senyawa yang tidak diinginkan berasal dari tiga sumber yaitu :
Senyawa-senyawa maupun unsur yang berasal dari minyak mentah
dan tidak mengalami perubahan selama proses primer. Contohnya :
belerang, fenol, logam dan lain-lain.
Senyawa-senyawa maupun unsur yang terbawa oleh minyak mentah
dari sumbernya dan berubah secara kimiawi selama proses primer.
Contoh : HCl, merkaptan, hidrokarbon tak jenuh dan lain-lain.
Bahan kimia yang ditambahkan selama proses. Contohnya : NaOH, SO 2
dan lain-lain
Bila pengotor-pengotor ini tidak dikenakan proses treating dapat
menurunkan kualitas produk, menurunkan harga jual dan mengganggu
operasi selanjutnya.
a. Distilasi Atmosferik
Distilasi atmosferik merupakan tahap pemisahan yang sangat penting.
Operasi pemisahan ini didasarkan atas volatilitas dan perbedaan titik didih
komponen-komponennya penyusun minyak bumi. Batasan operasi distilasi
minyak mentah adalah temperatur karena temperatur yang tinggi dapat
menyebabkan degradasi stok yang berharga seperti stok dasar minyak
pelumas dan pipa-pipa tanur akan mengalami pengkokasan dengan cepat.
Temperatur yang maksimum yang dapat digunakan pada kestabilan
minyak mentah, produk yang diinginkan dan rancangan peralatan distilasi.
99 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Produk-produk yang dihasilkan oleh suatu unit distilasi atmosferik pada
proses pengilangan minyak bumi adalah sebagai berikut :
Gas, yang dapat digunakan langsung untuk bahan bakar kilang.
Straight Run Naphta, yang dapat dipisahkan untuk menghasilkan LPG
dan bahan untuk premium.
Kerosin.
Light Gas Oil (LGO) dan Heavy Gas Oil (HGO), yang keduanya
merupakan bahan campuran pembuatan Automotive Diesel Oil (ADO)
yang sering disebut Solar.
Long residue, yang dapat dipisahkan lebih lanjut pada unit distilasi
vakum menjadi fraksi yang lebih berharga.
b. Distilasi Vakum
Distilasi vakum digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi
yang memiliki titik didih di atas 350 oC keluaran dari distilasi atmosferik.
Pada tekanan atmosfer pemisahan fraksi minyak berat (long residue) hanya
dapat dilakukan pada temperatur tinggi karena long residue tersebut
memiliki titik didih yang tinggi. Tekanan vakum bertujuan untuk
menurunkan titik didih umpan karena pada temperatur tinggi sebagian
fraksi minyak bumi mengalami perengkahan. Tekanan vakum yang
digunakan adalah berkisar antara 30-80 mmHg absolut.yang dihasilkan
oleh sistem ejektor yang menggunakan steam sebagai media penurun
tekanan.
Distilasi vakum menghasilkan produk berupa LVGO (Light Vacuum Gas Oil),
HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil ), MVGO (Medium Vacuum Gas Oil) dan vakum
residu. HVGO selanjutnya masuk ke unit perengkahan dengan injeksi
hidrogen (Hydrocracking). LVGO dapat langsung digunakan sebagai bahan
campuran ADO (Automotive Diesel Oil) dan IDO (Industrial Diesel Oil).
Sedangkan vakum residu dapat diolah lebih lanjut melalui unit
perengkahan katalitik.
c. Ekstraksi
Ekstraksi dengan pelarut merupakan salah satu proses yang tertua dalam
pengilangan minyak bumi. Ekstraksi menggunakan prinsip perbedaan
kelarutan antara dua senyawa atau zat yang lain. Pada proses ekstraksi,
kenaikan temperatur akan mengurangi kemampuan melarutkan tetapi
meningkatkan selektifitas. Pada awalnya, ekstraksi digunakan untuk
meningkatkan kualitas kerosin, akan tetapi pada perkembangannya proses
ini lebih banyak digunakan untuk peningkatan kualitas minyak pelumas.
Penerapan yang lebih mutakhir dan terus berkembang dari proses
100 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
ekstraksi adalah pada peningkatan stok umpan perengkahan katalitis dan
pemisahan aromatik ringan dari gasolin.
d.Adsorpsi
Adsorpsi ialah suatu proses yang digunakan untuk menghilangkan gas-gas
yang tidak dikehendaki dengan mengontakkannya pada bahan padat.
Padatan harus memiliki luas kontak yang cukup besar sehingga dapat
mengkonsentrasikan gas pada permukaannya. Molecular sieves, silicagel,
dan alumina merupakan adsorben padat yang umum digunakan pada
industri pengolahan minyak bumi.
e. Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan campuran uap dengan menyerapnya
dan melarutkannya ke dalam cairan. Komponen dengan tekanan uap lebih
rendah akan mudah melarut sehingga komponen yang lebih berat dapat
dipisahkan dari campuran gas dan dikonsentrasikan sebagai suatu
adsorbat yang melarut dalam lean oil. Pelarut atau lean oil yang digunakan
biasanya merupakan fraksi gasolin atau kerosin yang memiliki titik didih
tinggi. Lean oil parafinik lebih dipilih untuk menyerap uap hidrokarbon
101 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
parafinik.Pada proses pengolahan minyak, proses adsorbsi digunakan
untuk membebaskan gas-gas petroleum dalam jumlah kecil. Absorpsi juga
digunakan untuk memisahkan gas-gas yang tidak diinginkan seperti CO2
dan H2S.
f. Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu pemisahan berdasarkan titik leleh. Contohnya
ialah dewaxing dari minyak pelumas dan pembuatan wax (lilin). Lilin ialah
hidrokarbon padat pada temperatur kamar dan terlarut dalam minyak
mentah. Lilin mendidih pada selang titik didih minyak pelumas, sehingga
tidak dapat dipisahkan dari minyak pelumas secara distilasi.
g. Perengkahan Termis
Minyak yang memiliki bilangan oktan tinggi dapat diperoleh dengan cara
merengkah minyak berantai panjang. Perengkahan termis menggunakan
panas untuk merengkah rantai karbon. Bahan baku perengkahan termis
adalah HVGO dan residu vakum. Perengkahan termis dilakukan untuk
mendapat nafta dari fraksi vakum gas oil atau residu pada awalnya. Namun,
sekarang fungsi perengkahan termis tersebut telah digantikan dengan
perengkahan katalitis.
Ada dua macam perengkahan termis yaitu Visbreaking dan Coking. Pada
Visbreaking, kondisi perengkahannya lebih ringan dibandingkan proses
perengkahan termal. Tujuannya ialah menurunkan viskositas dan titik
tuang umpan minyak dan bahan bakar minyak. Coking merupakan proses
yang paling berat dalam perengkahan termis. Tujuan proses coking ialah
menghasilkan kokas (coke) sebagai produk utama. Proses yang terjadi
adalah perengkahan termis dan reaksi polimerisasi. Contoh reaksi
perengkahan termis adalah :
C 10 H 22 C 8 H 17 C 2 H 5
* *
Hasil dari perengkahan termis berupa senyawa radikal bebas yang tidak
stabil. Radikal bebas ini bereaksi dengan hidrokarbon lain menjadi olefin.
Reaksi polimerisasi kondensasi menghasilkan senyawa aromatik berinti
banyak yang merupakan hasil penggabungan olefin yang dihasilkan oleh
perengkahan termis.
102 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Reaksi polimerisasi kondensasi menghasilkan senyawa aromatik berinti
banyak yang merupakan hasil penggabungan olefin yang dihasilkan oleh
perengkahan termis. Contoh reaksi dari polimerisasi kondensasi adalah :
xC 4 H 8 yC 4 H 6 zC 3 H 6 polimer hidrokarbon
h. Perengkahan Katalitis
Pada perengkahan katalitis, terdapat dua jenis reaksi, yaitu reaksi yang
diterapkan untuk parafin, oleofin, dan nafta, serta reaksi untuk aromatik.
Perengkahan katalitik bersifat endotermis. Proses ini menggunakan katalis
sebagai media perengkah. Katalis yang biasa digunakan adalah katalis silika
alumina. Berbeda dengan perengkahan termis, perengkahan katalitik mula-
mula menghasilkan ion karbonium. Suatu ion karbonium berbeda dengan
radikal bebas karena mengandung elektron minus satu. Mekanisme reaksi
yang terjadi adalah :
Pembentukan ion karbonium :
CH 3 CH CH 2 H CH 3 C H CH 3
Reaksi ion karbonium :
CH 3 C H CH 2 R CH 3 CH CH 2 R
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa hasil terbesar dari perengkahan
katalitik adalah olefin.
Katalis untuk perengkahan katalitis ialah bahan padat dengan sifat asam.
Katalis harus tahan baik terhadap abrasi maupun perubahan temperatur
karena siklus katalis sangat cepat antara daerah reaksi dan daerah
pembakaran. Semua katalis perengkahan diracuni oleh logam. Logam
dengan gugus tereduksi, terutama besi, nikel, vanadium, dan tembaga
dapat menurunkan perolehan gasolin dan mempertinggi produksi kokas.
Katalis dapat kehilangan keaktifan selama penggunaan bila terkontak
langsung dengan steam pada temperatur tinggi.
i. Hydrocracking
Hydrocracking merupakan proses yang memiliki fleksibilitas tinggi dan
dapat memproduksi produk-produk dalam selang yang lebar dengan
103 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
perolehan tinggi. Kondisi yang berpengaruh pada proses ini ialah tekanan,
temperatur, umpan, dan penggunaan katalis fungsi ganda. Hydrocracker
merupakan unit perengkahan minyak bumi (umpan berupa gas oil yang
merupakan hidrokarbon berantai panjang) menjadi hidrokarbon berantai
pendek menggunakan gas hidrogen dan katalis. Hydrocracking terutama
digunakan untuk memproses bahan dasar yang murah dan tidak dapat
digunakan oleh unit perengkahan dan pembentukan katalitis karena
kandungan logam, nitrogen, dan belerang yang tinggi. Produk yang
dihasilkan berupa gasolin, kerosin, minyak pelumas, umpan perengkahan
katalitis, umpan dasar petrokimia, dan LPG. Tekanan dan temperatur
operasi Hydrocracking adalah 500-3000 psig dan 500-900oF. Umpan unit
ini adalah minyak berat keluaran unit distilasi vakum (HVGO). Katalis yang
digunakan mengandung dua jenis keaktifan, yaitu inti metal yang berfungsi
sebgai pusat hidrogenasi/dehidrogenasi dan inti asam yang berfungsi
sebagai pusat perengkahan/isomerisasi.
b. Reaksi hidrodealkilsasi :
CH2-R H 2 R CH3
c. Reaksi hidrodesiklisasi
H2 CH 3 CH 2 CH 2 CH 2 CH 2 CH 3
104 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
perengkahan saling berkompetisi dengan reaksi dehidrogenasi. Proses
hydrocracking dapat menaikkan angka oktan tetapi kenaikannya lebih kecil
jika dibandingkan dengan konversi parafin menjadi aromatik. Katalis yang
digunakan harus dapat mengkonversi semua hidrokarbon secara selektif
menajdi aromatik dan tidak akan menyebabkan hydrocracking serta
mampu beroperasi pada kondisi termodinamika yang sesuai untuk
memproduksi aromatik. Katalis platina berfungsi ganda dengan bagian
yang mengandung platina sebagai bahan dehidrogenasi sementara bagian
yang asam sebagai bahan isomerisasi.
CH3 CH
3H3 2
b. Isomerisasi
k. Polimerisasi
Polimerisasi adalah kombinasi dua atau lebih molekul olefinik untuk
menghasilkan molekul yang lebih besar. Contoh reaksi polimerisasi adalah
:
CH 3 =C(CH 3 ) 2 +CH 3 =C(CH 3 ) 2 CH 3 -C(CH 3 ) 2 -CH=C(CH 3 ) 2
105 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
asam. Ion karbonium yang terbentuk dapat bergabung dengan olefin lain
dan membentuk ion karbonium yang lebih besar. Ion karbonium yang
besar dapat bergabung dengan olefin lain dan membentuk ion lain yang
lebih besar, dan campuran ion karbonium dari berbagai ukuran akan
dihasilkan. Setiap ion karbonium dapat kehilangan proton untuk
membentuk olefin.
l. Alkilasi
Alkilasi adalah reaksi dimana gugus alkil ditambahkan pada senyawa lain
dalam pengilangan minyak bumi. Alkilasi bertujuan untuk mencapai nilai
oktan yang lebih tinggi dengan cara reaksi. Reaksi alkilasi terjadi antara
olefin dan i-parafin pada temperatur dan tekanan tinggi. Prinsip dalam
reaksi alkilasi adalah kopling i-parafin, isobutana dengan suatu olefin,
seperti propen dan buten. Dalam operasi seperti ini, reaksi alkilasi saling
kompetisi dengan reaksi polimerisasi olefin. Reaksi ini dapat berlangsung
dengan atau tanpa katalis. Pada proses komersial digunakan katalis asam.
Katalis yang digunakan adalah asam sulfat, asam florida dan aluminium
klorida.
106 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
m. Sulfuric Acid Treatment
Perlakuan dengan asam sulfat dilakukan untuk menghilangkan pengotor-
pengotor berupa substansi resin dan asphaltik. Asam kuat (>93 %) dapat
menghilangkan merkaptan, namun diperlukan sweetening untuk
menetralkan asam yang tersisa.
Penggunaan asam sulfat untuk proses ini tergantung pada jenis umpan,
temperatur, dan waktu kontak. Selain itu diperlukan juga inhibitor gum
untuk menghambat pembentukan gum yang dikatalisis oleh logam-logam
seperti tembaga atau vanadium.
n. Sweetening Treatment
Proses sweetening digunakan untuk menghilangkan senyawa sulfur,
merkaptan, dan H2S. Merkaptan memberikan bau tidak sedap dan
menurunkan angka oktan dengan menurunkan susceptibility terhadap TEL.
Senyawaan belerang dapat menyebabkan korosi. Ada 3 cara utama dalam
proses sweetening yaitu :
Proses oksidasi merkaptan menjadi disulfida
Proses yang menghilangkan merkaptan (Mercaptan dissolving
process)
UOP merox process
Pada proses oksidasi merkaptan dirubah menjadi disulfida yang kurang
berbau. Proses ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena
menghasilkan disulfida yang berbahaya pada lead susceptibility.
107 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
o. Desulfurisasi
Proses desulfurisasi adalah proses yang merusak dan menghilangkan
senyawa belerang lain bersama-sama merkaptan, H2S dan belerang. Proses
desulfurisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ekstraksi senyawa
belerang dengan menggunakan pelarut dan dekomposisi senyawa belerang
secara katalitik menghasilkan H2S. Proses ekstraksi lebih mahal dan kurang
efektif. Oleh karena itu, sekarang banyak dikembangkan proses
dekomposisi senyawa belerang secara katalitik. Pada proses katalitik,
semua molekul belerang dapat dihilangkan. Proses ini dilakukan pada
temperatur 400 – 800 oF dan tekanan 300 – 500 psi.
108 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
hingga sekarang adalah LPG, distilat dan bahan bakar jet/avtur, minyak
pelumas, lilin, aspal dan residu, dan bahan-bahan lain seperti pelarut dan
bahan petrokimia.
109 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
bilangan oktan minimum 88 dan untuk pertamax minimum 94. Untuk skala
bilangan oktan yang lebih besar dari 100, didefinisikan sebagai berikut :
( PN 100 )
ON 100 , Di mana : PN = Performance Number
3
b. Kerosene
Kerosin atau yang sering disebut sebagai minyak tanah adalah fraksi
minyak bumi yang keluar dari side stream CDU (Crude Distilation Unit).
Tolok ukur kualitas pembakaran kerosin adalah kemampuan untuk
terbakar tanpa menghasilkan asap.
Beberapa sifat penting dari kerosene antara lain Smoke Point dan Flash
Point.
Flash Point : Flash point adalah temperatur terendah pada saat minyak
membuat uap diatasnya dan meletup saat disodori api kecil. Spesifikasi
flash point minimum dari kerosin adalah 35oC.
c. Avtur
Beberapa karakteristik penting dari avtur antara lain :
Smoke Point, nilai minimum yang diperbolehkan 20 mm
Flash Point, nilai minimum yang diperbolehkan 38 oC
110 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Rentang Pendidihan/Distilasi dengan maksimum residu sebesar 1.5
%vol.
Titik Beku (Freezing Point): Persyaratan penting lainnya adalah titik
beku bahan bakar. Titik beku dispesifikasi karena bahan bakar
mengalami penurunan temperatur (temperatur rendah) pada
penerbangan tinggi sehingga dapat membeku. Titik beku maksimal
yang diperbolehkan adalah – 50oC.
Electrical Conductivity : menjadi syarat yang penting karena avtur
sedapat mungkin tidak termuati oleh listrik statis. Muatan listrik statis
dapat menyebabkan terjadinya ledakan ketika proses pengisian bahan
bakar melewati filter mikron. Batas minimal Electrical Conductivity
adalah 50 CU(Conductivity Unit) dan batas maksimum 300 CU.
Thermal Stability : pada avtur diperlukan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pengendapan pada tangki dan pipa-pipa
bahan bakar. Thermal Stability yang diizinkan untuk avtur adalah
maksimum 25 mmHg dengan metode Filter pressure (differential).
c. Minyak Diesel/Solar
Salah satu sifat penting dari minyak diesel/solar yang menunjukkan
performa mesin diesel ketika menggunakan minyak diesel adalah Cetane
Number. Dalam mesin diesel, peletupan terjadi karena penyalaan mandiri
minyak diesel panas yang disemprotkan ke dalam silinder berisi udara
panas bertekanan. Oleh karena itu, minyak diesel diharapkan memiliki
kecenderungan yang cukup kuat untuk menyala sendiri. Tolak ukur
kualitas ini adalah bilangan setana.
111 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
d. Minyak Pelumas (Lubricating Oil)
Minyak Pelumas berasal dari fraksi minyak bumi yang mempunyai titik
didih tinggi dengan viscousity index yang tinggi. Fraksi minyak bumi ini
didapatkan dengan menghilangkan komponen yang tidak diinginkan.
Minyak pelumas dibuat untuk berbagai macam penerapan. Oleh karena itu
tidak mungkin untuk membuat suatu produk yang universal untuk
memenuhi semua kebutuhan. Minyak pelumas diformulasi untuk berbagai
penerapan khusus sehingga diperlukan berbagai jenis minyak pelumas.
Minyak pelumas dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu motor oli, industrial oil
dan metal working oil.
Motor oil digunakan di bawah kondisi berat terutama dalam mesin diesel
dan pesawat terbang. Motor oil dikenakan pada permukaan dalam bentuk
lapisan tipis yang memberi luas permukaan yang besar untuk oksidasi.
Minyak pelumas mempengaruhi pembentukan deposit dalam ruang
pembakaran sehingga mempengaruhi keperluan angka oktan gasoline yang
diperlukan oleh mesin. Keperluam oktan akan lebih rendah jika komponen
berat dihilangkan dari minyak pelumas.
Industrial oil dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu untuk servis
ringan, sedang dan berat. Minyak pelumas untuk servis ringan digunakan
untuk pelumasan bearing dalam mesin, prespranko dan motor listrik.
Minyak pelumas untuk servis sedang digunakan untuk steam turbine yang
beroperasi pada beban tinggi dan kecepatan gesekan yang lebih tinggi.
Minyak pelumas untuk servis berat digunakan untuk pelumasan steel-mill
roll-stand bearing dan gear yang keduanya beroperasi pada beban tinggi.
Beberapa sifat penting dari lilin antara lain melting point, ash content, dan
oil content.
112 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Melting Point : suhu lebur dari suatu zat. Pada lilin melting point yang
dipersyaratkan antara 45-75oC.
Ash Content : menunjukkan kadar abu yang dihasilkan setelah melalui
proses pembakaran. Lilin yang baik diharapkan memiliki ash content
seminimal mungkin. Batasan maksimum ash content dalam lilin adalah
0.03%wt.
f. Aspal
Aspal merupakan produk berat dari minyak bumi yang merupakan bahan
yang kompleks dan harganya relatif murah. Aspal diduga merupakan suatu
koloid asfalten dan resin dalam minyak. Aspal diproduksi dari bagian
terberat minyak mentah tertentu yang jumlahnya tergantung pada minyak
mentah yang digunakan. Aspal yang berasal dari minyak mentah aromatik
sangat dipengaruhi oleh temperatur. Aspal dari minyak mentah parafinik
sedikit dipengaruhi oleh temperatur. Aspal yang diperoleh dari minyak
mentah naftenik berada diantara keduanya.
g. Residu
Residu dari operasi pengilangan minyak bumi terdiri dari cairan berat
bahan-bahan (residu) dan padatan (coke). Sifat terpenting minyak residu
adalah viskositas karena kesulitan penanganan dan atomisasi minyak yang
sangat pekat. Selain itu kandungan abu dan belerang juga penting karena
dapat menyerang tungku refraktori dan sudut-sudut turbin. Petroleoum
coke digunakan dalam pembuatan elektroda, artificial abrassive graphite,
calcium carbide, dan sebagai bahan bakar metalurgi.
h. Bahan Petrokimia
Bahan petrokimia dibuat dari bahan dasar olefinik dan BTX (Benzene,
Toluene dan Xylene). Senyawa olefin dihasilkan dari perengkahan katalitis
dengan umpan fraksi gas oil sedangkan BTX dihasilkan dari reforming
katalitis nafta.
113 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Produk-produk petrokimia turunan senyawa olofin adalah polietilen,
polipropilen, PVC, etilen glikol dan lain-lain. Produk-produk petrokimia
turunan BTX adalah PTA, DMT, PET, nilon, stiren, pthalic anhydrate, dan
lain-lain.
114 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
Daftar Pustaka :
[1] Aries Purijatmiko, Dany Prakoso, Laporan magang, Di PT. Semen
gresik (persero) tbk, Jurusan Teknik Kimia ITS, 2008
[2] Avief Nurrokhim, Achmad D.K, Laporan Kerja Praktek di PT.
Pertamina RU V, Balikpapan,, Jurusan Teknik Kimia ITS, 2012
[3] Casey, Pulp and Paper, 3rd edition, Wiley-Interscience, 1980.
[4] Chen, Cane Sugar Handbook, 11th edition, Elsevier, 1985.
[5] Duda, Cement Data Book, Volume One: International Process
Engineering in the Cement Industry, 3rd edition, French and European
Pubns, 1985.
[6] Duda, Cement Data Book, Volume One: International Process
Engineering in the Cement Industry, 3rd edition, French and European
Pubns, 1985.
[7] Fogler,” Elements of Chemical Reaction Engineering ”, 3rd ed,
Prentice-Hall, 1999.
[8] Fried, J.R., Polymer Science and Technology, Prentice Hall, New
Jersey, 1995
[9] George T. Austin,”Shreve’s Chemical Process Idustries”, 5ed.,
McGraw-Hill,1985
[10] Griskey, R.G., Polymer Process Engineering, Chapman & Hall, New
York, 1995
[11] Hugot, Handbook of Cane Sugar Engineering, 3rd edition, Elsevier,
1986.
[12] Iis Sofyan, Kimia Polimer, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2001
[13] Jones, D.S.J, Elements of Petroleum Processing, John Wiley & Sons,
New York, 1996.
[14] Kreydita Handini F.H , Fanandy Kristianto Laporan kerja praktek, Di
PT. Petrokimia gresik, Jurusan Teknik Kimia ITS, 2012
[15] Kohlhaas and Labahn, Cement Engineers Handbook, 4 td edition, Intl
Public Service, 1982.
[16] Ludwig, E.E., 1974, “Applied Project Management for the Process
Industries”, Taiwan.
[17] Mohamad S. Hidayat “Geliat Industri Kimia Nasional”, keynote speech
Menteri Perindustrian RI, dalam Launching Tahun Kimia
Internasional 2011, http://pii.or.id/i/geliat-industri-kimia-nasional
[18] Nelson, Petroleum Refinery Engineering, McGraw-Hill, New York,
1958.
[19] Octave Levenspiel, “ Chemical Reaction Engineering” , 3rd Ed.
McGraw-Hill, 2000P. W. van der Poel, H. Schiweck, T. Schwartz, Sugar
Technology: Beet and Cane Sugar Manufacture, 1st edition, Verlag,
1998
115 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a
[21] Peters, M.S., K.D. Timmerhaus, 2003, “Plant Design and Economics for
Chemical Engineer”, 5nd Ed., Mc Graw Hill Int. Book Co.
[22] R.M. Felder and R.W. Rosseau, “Elementary Principles of Chemical
Process, “, John Wiley and Sons, New Jersey, 2005.
[23] Smook, Handbook for Pulp and Paper Technology, 2nd edition,
Atlantic Books, 1996.
[24] Ulrich, G.D., 1984, “A Guide to Chemical Engineering Process Design
and Economics”, John Wiley & Son, New York.
[25] Van Winkle, M., Distillation, Mc. Graw Hill Book Company, New York,
1976.
[26] Vilbrandt, F.C. and C.E. Dryden 1959, “Chemical Engineering Plant
Design”, 4th Ed., Mc Graw Hill Book Co. Lmtd., Tokyo.
[27] Watkins, Petroleum Refinery Distillation, Gulf Publishing Company,
USA, 1981.
[28] William, D.B, 1990, “Preliminary Chemical Engineering Plant Design”,
2nd Ed., Van Nostrand Reinhold, New York.
[29] http://www.sucrose.com
[30] http://wv.essortment.com/historysugarca_ruef.htm
[31] http://www.pantrinbago.com/Landofbeginings12.html
[32] http://www.britishsugar.co.uk
[33] http// :www.pertamina.com
[34] http://casdiraku.wordpress.com/2010/02/23/sejarah-pengelolaan-
migas-indonesia/
116 | I n d u s t r i K i m i a I n d o n e s i a