Anda di halaman 1dari 3

Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash yang Enggan Taat pada

Ibunya yang Mengajak Berbuat Syirik


Ada seorang ibu seorang sahabat mulia yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash
yang mengajak anaknya berbuat syirik. Kisahnya adalah sebab turunnya surah
Lukman ayat berikut ini,
Allah Ta’ala berfirman,
‫اح ْبهُ َما! فِي‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما َو‬ َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ك بِي َما لَي‬ َ ‫اك َعلَى َأ ْن تُ ْش ِر‬ َ ‫َوِإ ْن َجاهَ َد‬
َ ُ‫ي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَُأنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َمل‬
‫ون‬ َّ َ‫ي ثُ َّم ِإل‬ َ َ‫ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا َواتَّبِ ْع َسبِي َل َم ْن َأن‬
َّ َ‫اب ِإل‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku


sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS.
Lukman:15)
Sa’ad mengatakan, “Lalu Ummu Sa’ad diam selama tiga hari kemudian
jatuh pingsan karena kecapekan. Kemudian datanglah anaknya yang bernama
‘Umarah, lantas memberi minum padanya, tetapi ibunya lantas mendoakan
(kejelekan) pada Sa’ad. Lalu Allah menurunkan ayat,
‫وَ وَ صَّ ْينَا اِإْل ْنسَانَ ِبوَ ا ِل َد ْي ِه ُحسْ نًا‬
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya.” (QS. Al-‘Ankabut: 8). Dan juga ayat,

‫وَ ِإنْ َجا َهدَاكَ عَ لَى َأنْ ت ُْش ِركَ ِبي‬


“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku.” (QS.
Lukman: 15), yang di dalamnya terdapat firman Allah,

‫وَ صَ ا ِح ْب ُهمَا ِفي ال ُّد ْنيَا َمعْرُو ًفا‬


“Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Lukman: 15). Lalu
beliau menyebutkan lanjutan hadits. (HR. Muslim, no. 1748)
Karenanya, tidak ada ketaatan kepada kedua orang tua dan selainnya
dalam melakukan kesyirikan, kemungkaran, bid’ah, kesesatan, dan maksiat.
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ْ‫ الَّ ِذينَ يُ ْف ِسدُونَ ِفي اَأْلر‬, َ‫ُسْر ِفين‬


َ‫ض وَ اَل يُصْ ِل ُحون‬ ‫َأ‬
ِ ‫وَ اَل ت ُِطيعُوا مْ رَ ا ْلم‬
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,
yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.”
(QS. Asy-Syu’ara: 151-152).

‫وَ اَل ت ُِطعْ مَنْ َأ ْغ َف ْلنَا َق ْلبَ ُه عَ نْ ِذ ْك ِرنَا وَ اتَّبَعَ َهوَ ا ُه وَ َكانَ َأمْ رُ ُه ُف ُرطًا‬
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28).

Juga dalam hadits disebutkan,

ِ ‫ ِإنَّمَا الطَّاعَ ُة ِفى ا ْلمَعْ ر‬، ‫َعْصيَ ٍة‬


‫ُوف‬ ِ ‫الَ طَاعَ َة ِفى م‬
“Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan
hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari, no.
7257)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

ِ ‫ مَا لَ ْم يُْؤ مَرْ ِب َمع‬، ‫ ِفيمَا َأ َحبَّ وَ َك ِر َه‬، ‫عَ لَى ا ْلمَرْ ِء ا ْلمُسْ ِل ِم‬
ِ ‫ َفِإ َذا ُأ ِمرَ ِب َمع‬، ‫ْصيَ ٍة‬
‫ْصيَ ٍة‬
‫َفالَ سَمْ عَ وَ الَ طَاعَ َة‬
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau
benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan
untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR.
Bukhari, no. 7144).

Pelajaran dari kisah Sa’ad bin Abi Waqqash

Meski menghadapi tekanan yang dilancarkan oleh sang ibu kepada


putranya, di samping bahwa ia sangat berbakti kepada ibunya, tetapi ia tetap
lebih memilih kebenaran dan akidah yang benar daripada kebatilan yang dianut
oleh keluarga dan kaumnya. Dengan demikian keislamannya merupakan
keislaman yang didasari keyakinan yang mantap. Maka dari itu beberapa ayat
mengukuhkan sikapnya, dan menjelaskan bahwa tidak ada ketaatan kepada
makhluk dalam kedurhakaan kepada Pencipta.

Anda mungkin juga menyukai