Anda di halaman 1dari 34

TAX CONSCIOUSNESS, TAX SOCIALIZATION, DAN

PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK


PENGHASILAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh :

Alun Dinas Pratiwi

A.2017.1.34457

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MALANGKUCECWARA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

MALANG

2023
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Sumber penerimaan utama bagi Negara saat ini berasal dari pajak, Pajak
menjadi sumber pendapatan terbesar dan juga sebagai sarana redistribusi
kekayaan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Data dari
kemenkeupada tahun 2021 sekitar 1.743,6 T dana APBN berasal dari penerimaan
pajak. Melalui pajak, pemerintah dapat menjalankan program-programnya dalam
tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infastruktur,
dan fasilitas umum lainnya, serta untuk memenuhi kebutuhan belanja Negara.
Dalam kondisi Negara yang sedang dalam masa pemulihan ekonomi, pemerintah
mengharapkan pajak dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan
Negara. Dengan cara meningkatkan penerimaan pajak secara optimal, maka
deficit anggaran dapat dikurangi.

Penerimaan Negara dari sektor pajak ini salah satunya berasal dari Pajak
Penghasilan (PPh). Pajak Penghasilan adalah salah satu pajak Negara yang
sampai saat ini masih berlaku. Undang-undang nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan juga merubah Undang-undang nomor 36
Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan. Mengingat peran pajak begitu besar, maka
pemerintah berupaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak.
Pemerintah Indonesia sendiri dari tahun ke tahun semakin gencar melakukan
optimalisasi pajak dengan cara bekerjasama dengan perusahaan perusahaan go
public di Indonesia yang tergolong sebagai subjek pajak badan. Namun
terkadang usaha optimalisasi penerimaan pajak ini juga memiliki beberap
kendala, salah satunya yaitu kesadaran wajib pajak yang rendah akan kepatuhan
dalam menyetor kewajiban perpajakannya.
Pajak penghasilan di Indonesia ini dipungut menggunakan sistem self-
assesment. Sistem self-assesment ini wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Jadi di sistem
ini lebih membutuhkan kesadaran wajib pajak yang tinggi untuk patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Menurut pendapat (Listiani, 2020)
Sistem Self Assasement adalah sistem dimana wajib pajak diberikan kepercayaan
untuk menghitung dan melaporkan sendiri pajak yang terutang oleh wajib pajak
sedangkan petugas pajak berhutang untuk mengawasinya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan Negara dari sektor


pajak adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran Wajib Pajak merupakan kondisi
dimana Wajib Pajak mengerti dan memahami arti, fungsi maupun tujuan
pembayaran pajak kepada negara”. Menurut “Rahayu (2019), Pernyataan
tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Sutrisno (2016)
menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan
pajak. Kesadaran wajib pajak itu dikatakan penting karena tombak utama dari
penerimaan pajak yaitu dari kesadaran masing-masing wajib pajak tersebut untuk
membayarkan kewajiban pajak terutangnya. Dengan adanya kesadaran wajib
pajak dalam melaksanakan tanggung jawabnya maka akan berpengaruh postif
juga terhadap masyarakat, karena pemerintah bisa melakukan kegiatan
pembangunan jalan raya, rumah sakit, adanya subsidi bahan bakar, dll.

Selain meningkatkan kesadaran wajib pajak, pemerintah juga perlu


menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang sistem dan peraturan
perpajakan yang berlaku saat ini yaitu dengan cara bersosialisasi terhadap
masyarakat wajib pajak. Menurut Marsiya, (2012) Kegiatan sosialisasi ini sangat
penting karena pengetahuan dan wawasan masyarakat akan sistem dan peraturan
perpajakan yang berlaku masih sangat kurang. Kegiatan sosialisasi ini
pemerintah bisa menggunakan beberapa media komunikasi untuk melaksanakan
sosialisasi tersebut, diantaranya seperti radio, pemberitaan di televisi, kegiatan
event (olahraga sehat), pendekatan pribadi (keluarga). Dengan adanya sosialisasi
seperti ini, diharapkan masyarakat umum dan wajib pajak dapat mengetahui
segala peraturan undang undang pajak khususnya pada Pajak Penghasilan serta
juga diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan kesadaran wajib pajak
sehingga tentunya juga akan mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan.

Faktor lain yang juga bisa mempengaruhi penerimaan Negara dari sektor
pajak adalah pemeriksaan pajak. Menurut Rahman, (2018) pemeriksaan pajak
yaitu serangkaian kegiatan yang menghimpun dan mengolah data, keterangan
dan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan dan atau tujuan lain dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak akan meningkatkan
kepatuhan pajak (Ferdianta & Marlinah, 2017). Pemeriksaan pajak ini dilakukan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak yang
biasanya akan menghasilkan produk hukum yaitu Surat Ketetapan Pajak (STP).
Pemeriksaan pajak dilakukan sebagai bentuk pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan oleh Dirjen Pajak agar pemungutan pajak dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan undang-undang perpajakan. Hasil yang diharapkan bahwa dengan
adanya pemeriksaan pajak ini dapat mendorong timbulnya kepatuhan wajib
pajak.

Beberapa hasil penelitian terdahulu menurut Listiani, (2020) menyatakan


bahwa Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan dan Pemeriksaan
Pajak berpengaruh secara simultan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di
KPP Ilir Timur II . Rahayu (2020), juga menyatakan bahwa kesadaran wajib
pajak, sosialisasi perpajakan, dan pemeriksaan pajak berpengaruh positif
terhadap penerimaan pajak penghasilan. Sedangkan menurut Muhammad, (2018)
menyatakan bahwa Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak secara parsial
tidak berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak periode 2012-2015.
Fadillah dan Andi (2016), juga menyatakan bahwa Kegiatan Sosialisasi
Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan dan
menurut Herryanto dan Toly (2013), menyatakan bahwa Pengujian variabel
kesadaran Wajib Pajak secara parsial berkesimpulan bahwa kesadaran Wajib
Pajak berpengaruh negatif secara parsial terhadap penerimaan Pajak Penghasilan
di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil
peelitian yang tidak konsisten, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul :

“tax consciousness, tax socialization, dan pemeriksaan pajak terhadap


penerimaan pajak penghasilan”.

I.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

1. Apakah tax consciousness berpengaruh terhadap penerimaan pajak


penghasilan?
2. Apakah tax socialization berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan?
3. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan?

I.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah tax consciousness berpengaruh terhadap


penerimaan pajak penghasilan.
2. Untuk menganalisis apakah tax socialization berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan.
3. Untuk menganalisis apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan.
1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang pengaruh tax consciousness, tax socialization, dan
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan.
b. Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
secara lebih lanjut pada bidang kajian yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi wajib pajak, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi terkait penerapan kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan
dan pemeriksaan perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan.
b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bahwa penelitian ini dapat
menambah wawasan pembaca dan menjadi referensi selanjutnya.
c. Bagi investor, penelitian dapat dijadikan sebagai informasi untuk
dijadikan bahan pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam
perusahaan badan usaha milik negara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Tax Consciousness
Tax Consciousness (kesadaran wajib pajak) merupakan kerelaan yang
muncul dari dalam hati wajib pajak untuk membayar kewajiban perpajakannya
secara ikhlas tanpa adanya paksaan meskipun wajib pajak tidak dapat menikmati
secara langsung atas pajak yang dibayarkannya menurut Arifin, (2015) dalam
Rahayu, (2020). Indikator kesadaran wajib pajak menurut (suwardi,2016)
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan fungsi pajak untuk pembiayaan Negara.

2. Tingkat pemahaman bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.

3. Tingkat pemahaman fungsi pajak untuk pembiayaan Negara.

4. Menghitung, membayar dan melaporkan pajakdengan suka rela.

5. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan baik dan benar.

Kesadaran wajib pajak itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu kondisi
dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan
perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan memberikan presepsi kepada
seseorang tentang pajak secara detail dan dapat merubah presepsi negatif menjadi
positif tentu hal ini akan mempengaruhi sikap dari Wajib Pajak. Jadi kesadaran
perpajakan yang tinggi dari Wajib Pajak akan mendorong seseorang dalam
melakukan suatu tindakan yaitu membayar kewajiban pajaknya (Venichia, 2020)
dalam Azary, (2022). Oleh karena itu, kesadaran Wajib Pajak diduga akan
berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran
Wajib Pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakannya
semakin baik dan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Selain itu,
pemerintah juga harus memastikan bahwa hasil pembayaran pajak rakyat
digunakan untuk membangun fasilitas-fasilitas umum, memberikan pelayanan
yang lebih baik di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Kepatuhan
wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan di Indonesia
menganut sistem self-assessment, dimana dalam prosesnya mutlak memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak (Tiraada, 2013) dalam Indrayani, (2022).
Mengingat kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting untuk meningkatkan
penerimaan pajak, maka perlu dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
diantaranya adalah kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan
pemeriksaan perpajakan.

2.1.2. Tax Socialization

Tax Socialization (sosialisasi perpajakan) merupakan upaya


pemerintah dalam melaksanakan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar dan
wajib pajak agar patuh dalam melaksankan kewajiban membayar pajak
terutangnya, serta masyarakat dan wajib pajak bisa mengetahui sanksi apa jika
tidak atau lalai dalam membayar kewajiban perpajakannya. Sosialisasi ini bisa
dilakukan melalui media seperti radio, televisi, Koran, keluarga, dll. Di samping
itu, kegiatan-kegiatan seperti pembuatan iklan layanan masyarakat, pemasangan
spanduk/ banner/ billboard dan sejenisnya, penyebaran pesan singkat, aksi
simpatik turun ke jalan, pojok pajak/ mobil keliling, dan konsultasi perpajakan
merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan akan tetapi tidak tergolong
sebagai kegiatan sosialisasi perpajakan.
Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-98/PJ./2011 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan
Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan
bahwa upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
tentang hak kewajiban perpajakannya harus terus dilakukan karena beberapa
alasan, antara lain Program ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan
Direktorat Jenderal Pajak diperkirakan akan menambah jumlah Wajib Pajak Baru
yang membutuhkan sosialisasi/penyuluhan, Tingkat kepatuhan Wajib Pajak
terdaftar masih memiliki ruang yang besar untuk ditingkatkan, Upaya untuk
meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan meningkatkan besarnya tax ratio,
Peraturan dan kebijakan di bidang perpajakan bersifat dinamis.
Dalam rangka mencapai tujuannya, maka kegiatan sosialisasi atau
penyuluhan perpajakan dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu kegiatan sosialisasi bagi
calon Wajib Pajak, kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru, dan kegiatan
sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar. Kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib
Pajak bertujuan untuk membangun awareness tentang pentingnya pajak serta
menjaring Wajib Pajak baru. Kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya, khususnya bagi mereka yang belum menyampaikan
SPT dan belum melakukan penyetoran pajak untuk yang pertama kali.
Sedangkan kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar bertujuan untuk
menjaga serta komitmen Wajib Pajak untuk terus patuh. Maka dari itu Sosialisasi
perpajakan sangat penting karena Wajib Pajak dapat memperoleh informasi
perpajakan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga membuat
Wajib Pajak menjadi paham mengenai aturan dan sistem perpajakan. Dengan
informasi yang disampaikan itu baik maka bisa membuat Wajib Pajak mudah
memahami saat melakukan kewajiban membayar pajaknya, dan Wajib Pajak itu
sendiri merasa puas dan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Venichia,
2020) dalam Azary, (2022). Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi peraturan
perpajakan diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Wajib Pajak. Semakin banyaknya kegiatan sosialisasi peraturan perpajakan yang
dilakukan, maka mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
2.1.3. Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu peran dan tugas fiskus dalam
diterapkannya sistem pemungutan self-assessment di Indonesia. Definisi
pemeriksaan menurut pasal 1 ayat (25) UU No. 28 Tahun 2007 adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan
No. 199/PMK.03/2007 menyebutkan, “Ruang lingkup pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi satu,
beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa masa pajak,
bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun
berjalan.” Terdapat dua jenis pemeriksaan pajak berdasarkan ruang lingkupnya,
pemeriksaan pajak dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan
kantor. Pemeriksaan lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis
pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk
tujuan lain yang dilakukan di tempat Wajib Pajak. Pemeriksaan lapangan dibagi
menjadi dua, yaitu pemeriksaan lengkap dengan jangka waktu pemeriksaan dua
bulan dan dapat diperpanjang paling lama menjadi delapan bulan serta
pemeriksaan sederhana dengan jangka waktu pemeriksaan satu bulan dan dapat
diperpanjang paling lama menjadi dua bulan. Pemeriksaan kantor meliputi suatu
jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang
dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan kantor hanya dapat
dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana dengan jangka waktu pemeriksaan
empat minggu dan dapat diperpanjang paling lama menjadi enam minggu.
Pemeriksaan pajak berkaitan erat dengan laporan pemeriksaan pajak, di mana
laporan pemeriksaan pajak merupakan laporan tentang hasil pemeriksaan yang
disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan. Laporan pemeriksaan ini nantinya akan
digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan
Pajak (STP), atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan Tujuan Pemeriksaan pajak dilakukan
untuk memberi efek jera terhadap wajib pajak yang melakukan kecurangan atau
pelanggaran sehingga tidak bisa mengulangi perbuatan yang sama dimasa yang
akan datang.
2.1.4. Penerimaan Pajak

Menurut pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Tahun 2016 Tentang


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, “Penerimaan
Perpajakan adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional”. Sekarang ini penerimaan pajak
mempunyai peran yang sangat dominan dalam Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara (APBN), hal ini dikarenakan jumlah penerimaan pajak yang
semakin lama semakin meningkat dibandingkan dengan jumlah penerimaan
lainnya. Rincian penerimaan pajak di Indonesia yang dihimpun oleh OECD pada
2020 meliputi :

1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)/barang dan jasa 28% dari total penerimaan.

2. Pajak Penghasilan Perusahaan (PPh Badan) 27%.

3. Pajak lainnya atas barang dan jasa 14%.

4. Pajak penghasilan pribadi (PPh 21) 11%.

5. Iuran jaminan sosial 6%.

6. Pajak lainnya 13%.


Sehingga terdapat banyak fungsi dan manfaat jika kita sadar akan kewajiban
membayar perpajakannya, salah satunya seperti Negara bisa menyediakan
fasilitas kesehatan berupa peningkatan pelayanan dan mutu rumah sakit serta
pembiayaan JKN/KIS bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), fasilitas
pendidikan berupa program-program pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar
(KIP), Beasiswa Bidikmisi dan Bantuan Operasional, pembangunan rumah
ibadah, pembangunan jalan tol dan jembatan.

2.1.5. Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap tiap


tambahan nilai kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak, baik itu
yang didapat dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dapat menambah
kekayaan tiap wajib pajak. Pajak Penghasilan juga merupakan salah satu pajak
Negara yang sampai saat ini masih berlaku. Menurut Undang-undang nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan juga merubah Undang-
undang nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang
nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan tergolong
dalam jenis pajak langsung yang beban pajaknya harus ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak bisa dialihkan ke orang lain menurut
Rahayu, (2020). Sedangkan untuk pelunasan PPh oleh Wajib Pajak dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu pelunasan PPh dalam tahun berjalan dan
pelunasan PPh pada akhir tahun pajak. PPh yang dilunasi oleh Wajib Pajak
dalam tahun pajak berjalan merupakan pelunasan/pembayaran atas perkiraan PPh
yang akan terutang dalam suatu tahun pajak. Pelunasan pajak dalam tahun pajak
berjalan dilakukan oleh Wajib Pajak melalui pemotongan dan pemungutan pajak
oleh pihak lain maupun pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri. Berikut tarif
besar Pajak Penghasilan (PPh) :

1. PKP Rp. 50.000.000,. (5%)


2. PKP Rp. 50.000.000,. – Rp. 250.000.000,. (15%)

3. PKP Rp. 250.000.000,. – Rp. 500.000.000,. (30%)

4. PKP di atas Rp. 500.000.000,. (30%)

Tarif penghasilan yang dimaksud dapat berupa upah atau gaji, keuntungan usaha,
honorarium, penerima uang pesangon, pension dan hadiah. Adapun juga jika ada
wajib pajak yang penghasilannya dibawah Rp.5.000.000,. maka tidak dikenakan
pajak penghasilan, melainkan mereka tetap wajib melakukan pelaporan SPT
Tahunan dengan status nihil.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu meneliti dengan topik yang terkait


penelitian ini. Namun, hasil penelitian mengenai tax consciousness, tax
socialization, dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak pengahsilan
yang telah ada memiliki hasil yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa hasil
penelitian terdahulu yang menjadi referensi dan perbandingan dalam penelitian
ini :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Keterangan Penjelasan
.
1. Nama Peneliti (Tahun) Marisa Harryanto dan Agus Arianto Toly (2013).

Judul Penelitian Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan


Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
Pratama Surabaya Sawahan.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah kesadaran Wajib Pajak,


kegiatan sosialisasi perpajakan, dan pemeriksaan
pajak mempengaruhi penerimaan Pajak
Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan.
Variabel - Independen : Kesadaran Wajib Pajak,
Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan.

Sampel Data yang digunakan adalah data per bulan dari


tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

Metode Analisis Menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil Pengujian variabel kesadaran Wajib Pajak,


kegiatan sosialisasi perpajakan, dan pemeriksaan
pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama
Surabaya Sawahan.

2. Nama Peneliti (Tahun) Sri Rahayu (2020).

Judul Penelitian Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi dan


Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah kesadaran Wajib Pajak,


sosialisasi dan pemeriksaan pajak mempengaruhi
penerimaan Pajak Penghasilan.

Variabel - Independen : Kesadaran Wajib Pajak,


Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan.

Sampel Data yang digunakan adalah data per bulan dari


tahun 2015 sampai dengan tahun 2018.

Metode Analisis Menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil Pengujian variabel menyatakan bahwa kesadaran


wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan
pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap
penerimaan pajak penghasilan.

3. Nama Peneliti (Tahun) Fera Listiani (2020).

Judul Penelitian Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan


Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor
Pelayanan Pajak Ilir Timur II.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah kesadaran Wajib Pajak,


kegiatan sosialisasi perpajakan, dan pemeriksaan
pajak mempengaruhi penerimaan Pajak
Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Ilir Timur
II.

Variabel - Independen : Kesadaran Wajib Pajak,


Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan.

Sampel Data yang digunakan adalah data per tahun dari


tahun 2017 sampai dengan tahun 2019.

Metode Analisis Menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil Pengujian variabel menyatakan bahwa Kesadaran


Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan dan
Pemeriksaan Pajak berpengaruh secara simultan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
Ilir Timur II

4. Nama Peneliti (Tahun) Arfaningsih Muhammad dan Sunarto (2018).

Judul Penelitian Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak,


dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan
Pajak Studi Kasus pada KPP Pratama Raba Bima
Tahun 2012-2015.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah Pemeriksaan Pajak,


Penagihan Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Studi Kasus pada KPP
Pratama Raba Bima Tahun 202-2015.

Variabel - Independen : Pemeriksaan Pajak, Penagihan


Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Studi.
-
Sampel a. Wajib pajak yang diterbitkan SKP oleh KPP
Pratama Raba Bima periode tahun 2012-2015.
b. Wajib pajak yang diterbitkan STP oleh KPP
Pratama Raba Bima untuk periode tahun 2012-
2015.
c. seluruh wajib pajak yang menyampaikan SPT
di KPP Pratama Raba Bima periode tahun
2012-2015.

Metode Analisis menggunakan dokumen, laporan dan catatan yang


berisi tentang wajib pajak yang diterbitkan SKP,
wajib pajak yang diterbitkan STP, seluruh wajib
pajak yang menyampaikan SPT yang diperoleh
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Raba Bima
dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015.

Hasil 1. Pemeriksaaan Pajak, Penagihan Pajak dan


Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh secara
simultan terhadap Penerimaan Pajak periode
2012-2015. Berdasarkan uji simultan ketiga
variabel X secara bersama-sama berpengaruh
dalam meningkatkan penerimaan pajak.
2. Secara parsial Penagihan Pajak berpengaruh
positif terhadap Penerimaan Pajak periode
2012-2015. Karena berdasarkan uji parsial
variabel penagihan pajak memiliki tingkat
signifikan kurang dari<0,05%, sehingga dapat
dikatakan bahwa penagihan pajak dapat
meningkatkan penerimaan pajak.

5. Nama Peneliti (Tahun) Muhammad Rizky fadillah dan Andy (2016).

Judul Penelitian Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi


Perpajakan, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan
Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Tigaraksa.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah Kesadaran Wajib Pajak,


Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan
Pajak, dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Badan Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Tigaraksa.

Variabel - Independen : Kesadaran Wajib Pajak,


Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan Pajak, dan
Penagihan Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan
Badan.

Sampel Penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu


semua populasi digunakan sebagai sampel dan
periode pengambilan sampel yaitu tahun 2012-
2014.

Metode Analisis Menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil Pengujian variabel Kesadaran Wajib Pajak,


Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan
Pajak, dan Penagihan Pajak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Tigaraksa.

6. Nama Peneliti (Tahun) Adida Novelia Puspita dan Ana Arofaini(2023).

Judul Penelitian Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Kegiatan


Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
PRATAMA KARANGANYAR.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah kesadaran Wajib Pajak,


sosialisasi perpajakan dan pemeriksaan pajak
mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan di
KPP PRATAMA KARANGANYAR.

Variabel - Independen : Kepatuhan Wajib Pajak,


Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan.

Sampel Data yang digunakan adalah data berupa angka


yang diperoleh dalam rentang waktu 2019 hingga
2021.
Metode Analisis Menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil Pengujian variabel menyatakan bahwa kesadaran


wajib pajak, sosialisasi perpajakan berpengaruh
positif terhadap penerimaan pajak penghasilan.
Sedangkan untuk pemeriksaan pajak tidak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan di kpp pratama karanganyar.

7. Nama Peneliti (Tahun) Wawan Septiyawan (2019).

Judul Penelitian Analisis Tingkat Pertumbuhan Jumlah Wajib


Pajak, Kegiatan Sosialisasi, Kesadaran Wajib
Pajak, dan Pemeriksaan Pajak terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanah Abang
satu Periode 2016-2018.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah tingkat pertumbuhan


jumlah wajib pajak, sosialisasi, kesadaran Wajib
Pajak, dan pemeriksaan pajak mempengaruhi
penerimaan Pajak Penghasilan pasal 25.

Variabel - Independen : Tingkat Pertumbuhan Jumlah


Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak,
Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan.

Sampel Data yang digunakan adalah data per bulan dari


tahun 2015 sampai dengan tahun 2018.

Metode Analisis Menggunakan metode convenience sampling.

Hasil Pengujian variabel menyatakan bahwa tingkat


pertumbuhan jumlah wajib pajak, kesadaran wajib
pajak, dan pemeriksaan pajak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penerimaan pajak
penghasilan pasal 25. Sedangkan kegiatan
sosialisasi berpengaruh negative dan tidak
signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan
pasal 25.
8. Nama Peneliti (Tahun) Via Dewi Saketi, Yulita Zanaria, dan Angga
Kurniawan (2022).

Judul Penelitian Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pemeriksaan


Pajak, dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Badan pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) PratamaMetro.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah kesadaran Wajib Pajak,


pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak
mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan
badan.

Variabel - Independen : Kesadaran Wajib Pajak,


Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak.
- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan
Badan.

Sampel Data yang digunakan adalah data lima tahun


terakhir sejak 2016 hingga 2020.

MetodeAnalisis Menggunakan metode kuantitatif dengan


pendekatan asosiatif.

Hasil Pengujian variabel menyatakan bahwa kesadaran


wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan Penagihan
Pajak berpengaruh secara silmutan terhadap
penerimaan pajak penghasilan badan.

9. Nama Peneliti (Tahun) Umi Lailtul Izza, Moh Amin, dan Arista Fauzi
Kartika Sari (2020).

Judul Penelitian Pengaruh Sosialisasi Pajak, Kesadaran Pajak, dan


Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi PPH Final PP 23 Tahun 2018.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah sosialisasi pajak,


kesadaran Wajib Pajak, dan sanksi pajak
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
pribadi pph final pp 23 tahun 2018.

Variabel - Independen : Sosialisasi Pajak, Kesadaran


Wajib Pajak, dan Sanksi Pajak.
- Dependen : Wajib Pajak Orang Pribadi PPH
Final PP 23 Tahun 2018.

Sampel Data yang digunakan berupa kuesioner yang


disebarkan kepada responden.

MetodeAnalisis Menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil Pengujian variabel menyatakan bahwa sosialisasi


pajak, kesadaran wajib pajak, dan sanksi pajak
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi PPH Final PP 23 tahun2018.

10. Nama Peneliti (Tahun) Ayu Kurnia Sari, Hendra Saputra, dan Ulpa
Ramadhani (2021).

Judul Penelitian Sosialisasi wajib pajak pribadi dan pengaruh


terhadap penerimaan pajak penghasilan.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui apakah sosialisasi waji pajak


pribadi mempengaruhi penerimaan Pajak
Penghasilan.

Variabel - Independen : Sosialisasi wajib pajak pribadi.


- Dependen : Penerimaan Pajak Penghasilan.

Sampel Data yang digunakan adalah data seluruh Orang


Pribadi wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama
Medan Petisah untuk periode 2015 sampai dengan
2017 yang berjumlah 302.694 orang.

MetodeAnalisis Menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hasil Pengujian variabel menyatakan bahwa kegiatan


sosialisasi perpajakan secara parsial disimpulkan
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan di KPP Pratama Medan Petisah.
2.3. Model Konseptual Penelitian

Model konseptual penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran


umum mengenai konsep dalam penelitian. Penyusunan model konseptual ini
didasarkan atas pemahaman peneliti atas tinjauan teori serta hasil dari penelitian
terdahulu yang telah dikaji oleh peneliti sebelumnya. Model konseptual ini akan
dijadikan sebagai dasar peneliti untuk membentuk suatu hipotesis.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai Tax


Consciouness, Tax Socialization, dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan
Pajak. Tax Consciousness diduga akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
Kesadaran Wajib Pajak yang baik akan meningkatkan pendapatan dari sektor
peneriman pajak. Dengan adanya hal seperti itu, diharapkan bahwa pemerintah
juga bisa mengolah pendapatan keuangannya dengan baik dan bisa melakukan
pembangunan nasional yang diharapkan. Dengan Kesadaran Wajib Pajak yang
tinggi, hal ini dijadikan indicator bahwa Wajib Pajak tersebut bisa menerapkan
sistem self-assessment untuk melakukan kewajibannya sebagai Wajib Pajak.
Dengan adanya hal seperti ini, peneliti menjadikan dasar penelitian bahwa
Kesadaran Wajib Pajak sebagai variabel yang berpengaruh terhadap Penerimaan
Pajak.

Penelitian ini juga diduga akan menemukan bahwa Tax Socialization


berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak dalam regresi model perhitungan yang
akan digunakan. Dengan arti makin tinggi sosialisasi yang dilakukan terhadap
masyarakat tersebut maka makin rendah tingkat kelalaian masyarakat dalam
membayar kewajibannya sebagai Wajib Pajak.

Selain Tax Consciousness dan Tax Socialization, Pemeriksaan juga


bisa mempengaruhi Penerimaan Pajak dalam negara. Menurut Herryanto dan
Toly (2013) Melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak merupakan salah satu
peran dan tugas fiskus dalam diterapkannya sistem pemungutan self-assessment
di Indonesia. Definisi pemeriksaan menurut pasal 1 ayat (25) UU No. 28 Tahun
2007 adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemerintah yang mampu mengelola
pendapatan diasumsikan telah berhasil melakukan pemungutan penerimaan
pajak.

Dalam penelitian ini, Penerimaan Pajak berfungsi sebagai variabel


yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara Tax Consciousness, Tax
Socialization, dan Pemeriksaan Pajak. Ketika Kesadaran Wajib Pajak baik akan
berdampak baik terhadap Penerimaan Pajak, dan Penerimaan Pajak dapat
memperkuat pendapatan negara. Pendapatan Pajak yang baik dapat menjadikan
kepercayaan investor kepada negara. Selain bagi investor, bagi perusahaan
Pemungutan Pajak yang baik dapat menjadikan sebagai bahan evaluasi
perusahaan atas kemampuan Negara dalam mengelola aset, dan ekuitas negara.
Dalam hal ini pemerintah dapat memperbaiki cara pemungutan pajak mana yang
harus ditingkatkan agar menjadikan Negara memiliki citra atau nilai yang baik
dimata investor, dan masyarakat.

Berikut adalah model konseptual yang dibuat dalam bentuk bagan,


untuk mempermudah memahami maksud dan tujuan penelitian.
Gambar 1

Tax Consciousness
(X1)

Tax Socialization Penerimaan Pajak


(X2) Penghasilan (Y)

Pemerikaan Pajak
(X3)

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Hubungan Tax Consciousness terhadap Penerimaan Pajak

Herryanto dan Toly (2013), menyimpulkan bahwa kesadaran wajib


pajak sangat diperlukan dalam meningkatkan penerimaan pajak. Kesadaran wajib
pajak yang semakin tinggi akan mengakibatkan meningkatnya penerimaan pajak.
Kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajibannya muncul dari individual
masing-masing, baik dari pengamatan orang lain maupun pengalaman pribadi.
Kesadaran yang tinggi muncul karena adanya motivasi dari wajib pajak itu
sendiri. Oleh sebab itu dengan adanya kesadaran wajib pajak yang semakin
tinggi, menyebabkan penerimaan pajak negara mengalami peningkatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh Positif terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan.

2.4.2. Hubungan Tax Socialization terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.

Kegiatan sosialisasi yang baik dan terarah akan terwujud jika petugas
pajak mempunyai pengalaman dan pengetahuan dibidang perpajakan serta dalam
hal perundang-undangan. Mildawati dan Fitria (2019), menyatakan bahwa
sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat dimaksudkan untuk memberikan
pengertian kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak dengan
sosialisasi ini membuat masyarakat menjadi mengerti tentang manfaat membayar
pajak serta sanksi jika tidak membayar pajak sehingga dengan demikian
sosialisasi perpajakan memiliki pengaruh untuk menambah jumlah wajib pajak
dan dapat menimbulkan tingkat kesadaran dan kepatuhan sehingga secara
otomatis dapat meningkatkan jumlah penerimaan negara. Berdasarkan hal
tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Tax Socialization berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak


Penghasilan.

2.4.3. Hubungan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan

Melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak merupakan salah satu


peran dan tugas fiskus dalam diterapkannya sistem pemungutan self-assessment
di Indonesia. Pengertian pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagai
berikut:"Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini
berarati bahwa pemeriksaan pajak merupakan instrument penting untuk
menentukan tingkat kepatuhan wajib pajak, baik formal maupun material, yang
memiliki tujuan untuk menguji dan meningkatkan tax compliance seorang wajib
pajak, dimana kepatuhan wajib pajak merupakan posisi strategis dalam
meningkatkan penerimaan pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:

H3 : Pemeriksaan Pajak berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak


Penghasilan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari


mulai operasionalisasi variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data atau survei (wawancara), model penelitian diakhiri dengan
merancang analisis data dan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitan kuantitatif kausal. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kausal yang meneliti hubungan sebab akibat. Penelitian ini
menggunakan variabel independen (mempengaruhi) dan variabel dependen
(dipengaruhi).

3.2. Variabel

3.2.1. Pengukuran Variabel

1. Variabel Independent (mempengaruhi)

Tipe variabel yang mempengaruhi variabel lainnya yakni variabel


Independent. Dalam penelitian ini variabel indepennya adalah tax consciuness,
tax socialization, dan pemeriksaan pajak.

Tax Consciousness merupakan suatu kondisi dimana wajib pajak dapat


mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku
dengan benar, sukarela dan bersungguh-sungguh dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Tax Consciusness secara tidak langsung merupakan gambaran
atau citra masyarakat akan kepeduliannya dalam membayar kewajibannya.
Tax Socialization merupakan bentuk kegiatan penyuluhan yang
dilakukan oleh dirjen pajak supaya masyarakatnya mempunyai banyak
pengetahuan tentang pajak sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pajak
penghasilan.

Pemeriksaan Pajak yaitu serangkaian kegiatan menghimpun dan


mengolah data keterangan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan. Hasil yang
diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan pajak adalah meningkatnya
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya dibidang perpajakan.

2. Variabel Dependen (dipengaruhi)

Tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (tergantung).


Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah penerimaan pajak penghasilan.
Penerimaan pajak penghasilan adalah penghasilan yang diperoleh pemerintah
yang bersumber dari pajak rakyat, sumber penerimaan yang dapat diperoleh
secara terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan
pemerintah serta kondisi masyarakat.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi aktif di
KPP Pratama Malang Utara (khususnya wilayah kelurahan mojolangu). Data
yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.

Sedangkan untuk pengambilan sampel Menurut Sugiyono, (2014:116),


sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Purposive Sampling ini merupakan jenis dari non probabilitas yang
sebagai sampel menghakimi atau ahli yang berartikan subset populasi yang
dipilih secara acakdan biasanya lebih kecil yang dimaksudkan untuk mewakili
secara logis. Adapun untuk penelitian ini penulis menggunakan sampel dengan
karakteristik sebagai berikut :

1. Beralamatkan di kelurahan Mojolangu.


2. Jumlah penerimaan PPh 25 yang ada di KPP Pratama Malang Utara
(Khususnya wilayah kelurahan Mojolangu).
3. Jumlah SPT PPh 25 yang dilaporkan tepat waktu oleh wajib pajak orang
pribadi khususnya wilayah kelurahan mojolangu.
4. Jumlah kegiatan sosialisasi perpajakan di KPP Pratama Malang Utara
khususnya wilayah kelurahan mojolangu.
5. Jumlah Surat Tagihan Pajak yang dilaporkan tepat waktu oleh wajib pajak
orang pribadi khususnya wilayah kelurahan mojolangu.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa sumber data
sekunder yang berupa data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:93) sumber data
sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul lewat orang lain atau dokumen. Teknik pengumpulan data Yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan jenisnya adalah tertutup. Kuesioner ini skala pengukurannya
menggunakan skala likert 5 poin yang dimulai dari jawaban Sangat Tidak Setuju
( STS) skor 1, Tidak Setuju (TS) skor 2, Netral (N) skor 3, Setuju (S) skor 4,
Sangat Setuju (SS) skor 5. Kuesioner disebarkan berupa daftar pernyataan terkait
dengan objek yang diteliti, disertai surat permohonan izin dan penjelasan
mengenai tujuan dari penelitian yang dilakukan. Selain itu, kuesioner juga
disertai petunjuk pengisian yang jelas, agar responden mudah dalam melakukan
pengisian dan memberikan jawaban secara lengkap.

3.5. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode analisis data kuantitatif. Data ini diolah menggunakan program komputer
Statistical Package For Social Science (SPSS) dan Microsoft Excel (2007).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah statistic
deskriptif, uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, auto
korelasi, multikolinearitas, heteroskedastisitas, uji model 2 , dan uji hipotesis.
Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel tersebut
memperlemah atau memperkuat variabel independen terhadap variabel
dependen.

3.5.1. Uji Statistik Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah statistik yang berfungsi mendeskripsikan


atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2015). Penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan Tax
Consciousness (X1), Tax Socialization (X2), Pemeriksaan Pajak (X3), dan
Penerimaan Pajak Penghasilan (Y).

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Uji ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui kelayakan atas model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga digunakan untuk
memastikan bahwa model regresi yang digunakan di dalam model ini benar-
benar bebas dari segala adanya heteroskeditas, gejala multikolinearlitas, dan
gejala autokorelasi. Uji ini juga memastikan bahwa data yang dihasilkan
berdistribusi normal (Ghozali, 2005). Uji asumsi klasik yang digunakan adalah
sebagai berikut :

a) Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah distribusi variabel terikat


untuk setiap variabel bebas tertentu dapat terdistribusi normal ataukah tidak
normal. Model regresi linier, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai eror yang
berdistribusi normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas data
menggunakan Test Normality Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
program SPSS. Menurut Ghozali (2018), uji normalitas berfungsi untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal,
seperti diketahui bahwa uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Persamaan regresi yang baik jika mempunyai
variabel bebas dan variabel terikat yang berdistribusi normal. Berikut adalah
penentuan normalitas :

Jika p ≤ 0,005 maka distribusi tersebut data tidak normal.

Jika p ≥ 0,005 maka distribusi tersebut normal

b) Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu
periode t dengan periode sebelumnya atau dengan kata lain t-1. Analisis regresi
digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat, jika tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi
sebelumnya (ghozali 2005). Mendeteksi dapat menggunakan metode Uji Durbin
Waston (DW Test). Menurut Singgih Santoso (2001) ada beberapa kriteria
autokorelasi yakni :
- Nilai D-W di bawah -2 dapat diartikan ada autoorelasi positif

- Nilai D-W di antara -2 sampai dengan 2 dapat diartikan tidak ada autokorelasi

- Nilai D-W di atas 2 dapat diartikan ada autokorelasi negatif

c) Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji model regresi dengan melihat ada
atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel bebas (independen). Jika
ditemukan ada hubungan korelasi yang tinggi antar variabel bebas maka dapat
dinyatakan ada multikorlinear pada penelitian. Efek dari multi kolinearitas adalah
menyebabkan tingginya variabel pada sampel. Menurut Ghozali (2016), pada
pengujian ini multikolinearitas bertujuan untuk apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel independen. Untuk memenuhi kriteria BLUE
tidak boleh terdapat korelasi antara setiap variabel independen. Apabila terjadi
korelasi disebut ortogonal. Cara untuk mendeteksi gejala multikolinearitas
dengan melihat nilai tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Kriteria
keputusan tersebut adalah :

- Apabila tolerance value >0,1 dan VIF <10, dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikorelinearitas antar variabel independen pada model regresi.

- Apabila tolerance value <0,1 dan VIF >10, dapat disimpulkan bahwa terjadi
gejala multikorelinearitas antar variabel independen pada model regresi.

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk apakah model regresi terjadi ketidaksamaan


variasi dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Apabila tidak sama
maka disebut heteroskedastisitas. Tetapi jika variasi dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Persamaan regresi yang baik adalah ketika tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk menguji heteroskedastisitas dengan cara melihat penyebaran dari varian
pada grafik scatterplot pada output SPSS. Dasar dalam pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut :

1. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, secara titik menyebar diatas dan dibawah angka
nol, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.3. Uji Model (2)

Koefisien Determinasi berfungsi sebagai pengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi independen. Nilai koefisien ini
anatara 0 sampai dengan satu. Nilai2 yang mendekati satu memiliki arti bahwa
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
dalam memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2018). Sedangkan angka 2 yang
kecil berarti menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

3.5.4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah cabang ilmu statistik inferensial yang merupakan


sebuah proses untuk menguji kebenaran suatu pernyataan statistik dan
memberikan kesimpulan terkait pernyataan tersebut. Tujuan dari uji hipotesis
adalah untuk membuktikan dan memutuskan apakah hipotesis yang diuji diterima
atau ditolak. Dalam penelitian ini digunakan beberapa pengujian untuk
membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu:
1. Uji persamaan regresi
Dalam uji persamaan regresi, penelitian ini menggunakan uji interaksi
yang merupakan suatu yang diuji dengan menggunakan model regresi linear
berganda (multiple lineor regression). Model regresi linear berganda pada
umumnya digunakan untuk menguji dua data atau lebih variabel independen
terhadap variabel dependen.
Syarat signifikan dalam pengujian ini adalah sebesar 5%. Jika nilai
signifikan ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, dan sebaliknya jika nilai
signifikan ≥ 0,05 maka tidak terdapat pengaruh signifikan variabel independen
terhadap variabel dependen. Adapun rumus untuk menguji hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3+ e
Keterangan:
Y = Variabel terikat (Penerimaan Pajak Penghasilan)
Α = Konstanta
Β = Koefisien regresi
𝑋1= Variabel bebas (Tax Consciousness)
𝑋2= Variabel bebas (Tax Socialization)
X3 = Variabel bebas (Pemeriksaan Pajak)
Ε = Error term
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk menguji model regresi dengan melihat
pengaruh secara keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen.
Tingkatan yang digunakan adalah sebesar 0,05. Apabila nilai signifikan F < 0.05
maka dapat diartikan bahwa variabel independen secara bersama-sama atau
simultan mempengaruhi variabel dependen ataupun sebaliknya (Ghozali, 2016).
Pengujian statistik signifikansi simultan (Uji F) merupakan bentuk pengujian
hipotesis yang dapat menarik kesimpulan berdasarkan data atau kelompok
statistic yang telah disimpulkan.
3. Uji Statistik t
Uji statistik t adalah suatu metode uji statistika inferensial yang
dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen
secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2016). Uji
statistik t hanya bisa diterapkan saat ingin membandingkan rata-rata dua
kelompok dengan perbandingan berpasangan, sehingga jika data yang ingin
dibandingkan lebih dari dua kelompok maka uji t tidak bisa terapkan. Uji t
dilakukan dengan memperhatikan signifikansi t tiap-tiap variabel pada output
hasil regresi dengan tingkatan signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi >
0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan) yang berarti
bahwa secara individual tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen, dan sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis
diterima yang artinya secara individual terdapat pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai