Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TEKNIS

PEMBUATAN AKUAKULTUR HIDROPONIK (AKUAPONIK)


IKAN LELE MUTIARA (Clarias gariepinus) DI HATCHERY
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN (AUP) JAKARTA

DISUSUN OLEH:
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 TAK B / NRP:
1. ZIVANA B.E / 57214213810 10. N. TRESNA / 57214213783
2. YUDIQ A / 57214113909 11. NOVIA D.Y / 57214213785
3. YEGES J.H / 57214213808 12. RADEVA Y.P / 57214213789
4. KLAUDIA I.A / 57214213770 13. RAHMAT F / 57214113790
5. LUTHFI R.P / 57214113774 14. RIBKA T.M / 57214213793
6. MARIO I.S / 57214113777 15. RIDHO A. / 57214113794
7. MIFTAHUL U / 57214113778 16. SALMA M.P / 57214213800
8. M. ABDAN / 57214113781 17. SELYTA W. / 57214213801
9. MUKHLISIN / 57214113782 18. KHARIS F.A / 57214113769

SARJANA TERAPAN DIPLOMA IV


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN (AUP) JAKARTA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan limpahan karunia-Nya Laporan Teknis Pembuatan
Akuakultur Hidroponik (Akuaponik) Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) Di
Hatchery Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) Jakarta dapat selesai tepat pada
waktunya.
Atas pencapaian tersebut ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya ditujukan
kepada semua pihak yang membantu dan berperan penting dalam pembuatan
laporan ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ibu Amyda S Panjaitan, A.Pi., M.Si, selaku Kepala Unit Instansi Hatchery
sekaligus sebagai Koordinator Mata Kuliah Teknik Produksi Ikan I.
2. Bapak Lakonardi Nurraditya, S.St.Pi., M.Si, selaku Penanggung Jawab
Lapangan Hatchery Politeknik AUP Jakarta.
3. Bapak Lucky Sanjaya, selaku Teknisi Hatchery Politeknik AUP Jakarta.
4. Seluruh anggota kelompok 2 TAK B yang telah melaksanakan praktik
dengan baik dan membantu dalam pembuatan laporan ini.
5. Seluruh Taruna/I Program Studi Teknologi Akuakultur.
Namun kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan ini tentu masih
mutlak ditemukan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan masukan
dari segala pihak yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Juli 2022

Koordinator kelompok 2 TAK B

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 2
C. Batasan Masalah............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele ................................................ 3
B. Habitat Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) .............................. 4
C. Pakan dan Kebiasaan Makan ........................................................... 5
D. Pertumbuhan .................................................................................... 5
E. Kebutuhan Nutrisi ............................................................................ 5
F. Jenis Sayur yang Ditanam ................................................................ 5
BAB III METODELOGI ............................................................................ 7
A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 7
B. Alat dan Bahan ................................................................................ 7
BAB IV PELAKSANAAN .......................................................................... 8
A. Persiapan Wadah Budidaya.............................................................. 8
B. Pembuatan Kerangka Hidroponik .................................................... 8
C. Persiapan Media Tanam ................................................................... 10
D. Penyemaian Bibit Sayur ................................................................... 11
E. Seleksi Ikan Lele .............................................................................. 12
F. Perakitan Kerangka Hidroponik dan Finishing ................................ 13
BAB V PENUTUP....................................................................................... 15
A. Kesimpulan ...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16
LAMPIRAN ................................................................................................. 17

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Alat dan bahan praktik ................................................................. 7

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus) ...................................... 3
Gambar 2. Pembersihan bak fiber ................................................................ 8
Gambar 3. (a). Penandaan pipa, dan (b). Pengeboran pipa .......................... 9
Gambar 4. Pembolongan pot, (b). Pengisian arang, (c). Pengisian rockwoll,
dan (d). Media yang sudah jadi .................................................................... 10
Gambar 5. Penyemaian bibit sayur .............................................................. 12
Gambar 6. Sortor ikan lele ........................................................................... 13
Gambar 7. (a). Pipa yang sudah dirangkai, dan (b). Memasukan media
tanam ke lubang pipa ................................................................................... 13
Gambar 8. Kumpulan foto alat dan bahan ................................................... 17
Gambar 9. Kumpulan foto kegiatan praktik................................................. 18

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan Praktik Teknis Pembuatan Akuakultur Hidroponik (Akuaponik) Ikan
Lele Mutiara (Clarias gariepinus) adalah kegiatan praktik yang diberikan oleh Ibu
Amyda dalam mata kuliah Teknik Produksi Ikan I. Kegiatan ini dikhususkan untuk
melakukan dan mempraktikan semua proses pembuatan Akuakultur hidroponik.
Mulai dari perisipan wadah budidaya, kerangka hidroponik, media tanam dan
penyemaian hingga finishing. Taruna diharapkan dapat belajar dan memahami
proses pembuatan akuaponik sehingga dapat menjadi sebuah pengalaman dan bekal
di kemudian hari.
Pembesaran Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) dengan sistim Aquaculture
Hidroponik (Aquaponik) adalah sebuah kegiatan usaha pembesaran ikan lele yang
dilakukan di dalam wadah berupa bak fiber dengan sekaligus melakukan kegiatan
menanam dan membesarkan sayur-sayuran dengan memanfaatkan air dari
pembesaran ikan lele tersebut. Proses budidaya ini merupakan salah satu sistem
budidaya yang terintegrasi.
Prinsip kerja dari sistem budidaya ini adalah produk akhir dari proses nitrifikasi
yaitu nitrat dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan sayur. Arang yang
dijadikan dasar pada media taman hidroponik digunakan sebagai absorben racun
berupa ammonia dan nitrit yang tidak terdekomposisi dengan baik pada proses
nitrifikasi. Rangkaian sistem akuakultur hidroponik ini menghasilkan relasi timbal
balik yang baik antara pertumbuhan tanaman, kualitas air, dan pertumbuhan ikan.
Selain tanaman yang mendapatkan nutrisi dari nitrat, kualitas air pada wadah
pembesaran juga baik lantaran zat beracun telah diserap oleh arang sehingga
pertumbuhan ikan lele dapat dipacu.
Kegiatan usaha ini hadir sebagai bentuk pemanfaatan lahan karena tidak
banyak memakan tempat dan sebagai jalan keluar bagi mereka yang
mengembangkan usaha di pertengahan kota Jakarta. Sedangkan kegiatan menanam
sayur-sayuran adalah sebagai bentuk pengoptimalian usaha dimana air
pemeliharaan ikan lele dialirkan kepada tanaman sayur-sayuran sebagai media
hidup dari tanaman tersebut.

1
Dengan berkembangnya pola pikir masyarakat untuk mengkonsumsi bahan
pangan organik mengindikasikan perlu diciptakaannya suatu inovasi teknologi
produksi pangan yang sehat namun terjangkau dari segi ekonomi. Sistem teknologi
akuaponik yang bersinergi dengan budidaya ikan dengan tanaman hidroponik
diharapkan mampu menjadi solusi jangka panjang dengan beragam manfaat yang
dihasilkan dan mampu menyelesaikan masalah kebutuhan pangan dalam skala
regional maupun nasional.

B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktik adalah untuk belajar, melakukan dan
mempraktikan semua proses pembuatan Akuakultur hidroponik mulai dari periapan
wadah budidaya, kerangka hidroponik, media tanam dan penyemaian hingga
finishing. Taruna diharapkan paham dan dapat mengimplementasikannya di
kemudian hari.

C. Batasan Masalah
Laporan ini hanya membahas tentang kajian teknis tentang alur proses
pembuatan wadah budidaya sistem akuakultur hidroponik dari persiapan wadah,
pembuatan kerangka hidroponik, pembuatan media tanam, penyemaian, dan
finishing.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Sebagaimana halnya ikan lele, Lele Mutiara (Clarias gariepinus) memiliki ciri-
ciri identik dengan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan
lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele
sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar
yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya
empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut
tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/rahang atas dan dua pasang sungut
mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002).

Sumber dokumentasi: lele/KKP News.com.


Gambar 1. Ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus).
Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) dilengkapi sirip tunggal dan sirip
berpasangan, sirip tunggal adalah sirip punggung dan sirip ekor. Sedangkan 2 sirip

3
berpasangan adalah sirip perut dan sirip dada. Sirip dada yang keras disebut patil
(Khairuman dan Amri, 2009). Menurut Djoko (2006) ikan lele mutiara) mempunyai
bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainya. Seperti ikan mas, gurami dan
tawes. Alat pernafasan lele mutiara berupa insang yang berukuran kecil sehingga
lele mutiara sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Ikan
lele mutiara mengalami kesulitan dan memenuhi kebutuhan oksigen, akibatnya lele
mutiara sering mengambil oksigen dengan muncul ke permukaan. Alat pernafasan
tambahan terletak di rongga insang bagian atas, alat berwarna kemerahan penuh
kapiler darah dan mempunyai tujuk pohon rimbun yang biasa disebut “arborescent
organ”.
B. Habitat Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus)
Habitat atau lingkungan hidup lele mutiara adalah air tawar, meskipun air yang
terbaik untuk memelihara lele mutiara adalah air sungai, air saluran irigasi, air tanah
dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele mutiara relatif tahan terhadap kondisi
air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Ikan lele mutiara juga
dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun dalam kolam yang kadar
oksigennya rendah, karena ikan lele mutiara mempunyai alat pernapasan tambahan
yang disebut arborescent yang memungkinkan lele mutiara mengambil oksigen
langsung dari udara untuk pernapasan (Himawan, 2008).
Menurut Djoko (2006), faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan
hidup ikan senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah suhu berkisar antara 24°C – 30ºC, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5–6
mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut di atas ikan lele dapat hidup dengan baik
mengenai kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam menghasilkan benih
ikan.
Menurut (Effendi, 1997) pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang
atau bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan yang
tersedia, jumlah ikan, suhu, umur dan ukuran ikan. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan yaitu tingkat kelangsungan hidup ikan 3 dipengaruhi oleh manejemen
budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau
penyakit (Irawati, 2012).

4
C. Pakan dan Kebiasaan Makan
Menurut Suyanto (2006), ikan lele digolongkan sebagai ikan carnivora. Pakan
alami yang baik untuk benih ikan lele adalah jenis zooplankton seperti Moina sp.,
Dapnia sp., cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput-siput kecil dan
sebagainya. Pakan alami biasanya digunakan untuk pemberian pakan lele pada fase
larva sampai benih. Selain pakan alami, lele juga memerlukan pakan tambahan
untuk pertumbuhan dan mempercepat kematangan gonad. Jenis pakan
tambahannya harus banyak mengandung protein hewani yang mudah dicerna.
D. Pertumbuhan
Menurut Effendi (1997) pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang atau
bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan yang tersedia,
jumlah ikan, suhu, umur dan ukuran ikan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
yaitu tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang
baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit.

E. Kebutuhan Nutrisi
Ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan yang diperoleh dari pakan.
Kebutuhan pakan untuk setiap ikan tentunya berbeda – beda. Kandungan nutrisi
yang dibutuhkan oleh ikan dalam pakan untuk mencapai pertumbuhan maksimal
adalah protein, karbohidrat, vitamin dan mineral (Khairuman dan Amri, 2009).
Pemberian pakan yang efektif dan efesien akan menghasilkan pertumbuhan ikan
yang optimal.

F. Jenis Sayur yang Ditanam


Jenis sayur yang ditanam berupa kangkung, bayam, dan sawi. Kangkung
merupakan salah satu anggota famili Convolvulaceae. Menurut Mechram (2006)
media tanam kangkung tidak harus menggunakan tanah, melainkan banyak media
lain yang dapat digunakan. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka
atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindungi (ternaungi),
tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung
sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila tanaman
di tanam di tempat yang tegak terlindungi, maka kualitas daun bagus sehingga
disukai konsumen (Nazaruddin, 1999).

5
Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai
tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO² secara efisien sehingga memiliki
daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem. Bayam memiliki siklus hidup
yang relatif singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu. Bayam mempunyai daya
adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh, sehingga dapat ditanam di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Hasil panen yang optimal ditentukan oleh pemilihan
lokasi.
Tanaman sawi masih satu keluarga dengan kubis-kubisan yaitu famili
Cruciferae. Oleh karena itu, sifat dan morfologis tanamannya hampir sama.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa
dingin, sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang
tahun.

6
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktik berlangsung pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2022 pada jam
mata kuliah Teknik Produksi Ikan I yang berlokasi di Hatchery Politeknik Ahli
Usaha Perikanan (AUP) Jakarta.

B. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan bahan praktik.

1. Alat
Mesin pompa air yang berukuan kecil untuk
1. Mini water pump
mengalirkan air ke dalam pipa paralon
Sebagai penyangga pipa paralon
2. Kerangka besi tralis
Tempat sayur ditanam
3. Pipa paralon
Alat pembolong pipa paralon
4. Mesin dan mata bor
Wadah pot tempat sayur ditanam
5. Gelas akua 150 ml
Sambungan antar pipa paralon
6. Sambungan L dan I
Pengatur debit air
7. Stop kran
Alat pembolong gelas akua
8. Solder
2. Bahan

Objek kegiatan pembesaran


1. Ikan lele size 20
Bibit bayam, sawi Objek kegiatan menanam sayuran hidroponik
2.
dan kangkung
Busa tempat penyemaian dan media tanam sayur
3. Rockwoll
Sebagai absorben zat racun berupa ammonia dan
4. Arang kayu
nitrit.

7
BAB IV
PELAKSANAAN

A. Persiapan Wadah Budidaya


Wadah yang digunakan adalah bak fiber dengan bentuk persegi panjang ukuran
4 x 0.5 x 0.4 m. Bak dibersihkan dengan cara melakukan pengeringan dari air hujan
yang tertampung ke dalam bak fiber. Selanjutnya bak di sikat dan dibersihkan dari
sisa-sisa lumut serta kerak yang menempel di dinding bak hingga bersih.
Penyikatan dilakukan secara berulang-ulang dengan sesekali disiram air dan dibilas
menggunakan air bersih. Setelah bak bersih kemudian dijemur beberapa saat selama
kurang lebih 30 menit di bawah terik matahari.

Gambar 2. Pembersihan bak fiber.


Tahap terakhir dalam persiapan wadah budidaya adalah pengisisan air setinggi
35 cm yang disertai dengan penyaringan menggunakan scopnet. Tujuan dari
penyaringan ini adalah untuk menghindarkan air pemeliharaan ikan agar terbebas
dari sampah dan bahan pencemar logam berat. Wadah budidaya yang telah diisi air
kemudian ditambahkan garam krosok sebanyak 7 ppm. Tujuan dari penambahan
garam ini adalah untuk memperbaiki kandungan mineral di dalam air, memperbaiki
ph, dan sebagai antibiotic alami.

B. Pembuatan Kerangka Hidroponik


Kerangka hidroponik adalah rangkaian paralon yang diberi lubang sebagai
wadah tempat peletakan pot bibit tanaman dan sebagai jalan aliran air yang
digunakan sebagai media hidup sayuran nantinya. Pipa paralon yang digunakan
adalah pipa PVC ukuran 3” berukuran tebal 0.2 cm dengan Panjang 4 m. Setiap

8
pipa paralon dilubangi sebagai tempat yang nantinya dijadikan untuk meletakan pot
bibit sayur. Pipa paralon dilubangi menggunakan mesin bor yang dilengkapi dengan
gergaji mangkok berdiameter 6,5 cm. Jarak setiap lubang sejauh 10 cm dihitung
dari garis lingkaran terluar.
Pembolongan lubang menggunakan bor dilakukan secara perlahan dan hati-
hati. Sifat pipa paralon yang mudah pecah dan daya putar mesin bor yang kuat
menjadi perhatian khusus. Pada saat melubangi paralon posisi tangan harus benar-
benar lurus dan mata bor harus tepat berada di titik pengeboran. Keadaan tangan
yang miring atau melenceng akan mempengaruhi tingkat balance kelurusan setiap
lubang dan akhirnya mempengaruhi daya alir air di pipa paralon serta daya tumbuh
sayuran.

(a) (b)
Gambar 3. (a). Penandaan pipa, dan (b). Pengeboran pipa.
Teknik pengeboran yang aman adalah dengan teknik press pull break, adalah
menekan mesin bor dengan putaran kuat, tarik dan istirahatkan sejenak kemudian
tekan lagi. Metode ini dilakukan secara berulang-ulang hingga pipa paralon
terlubangi dengan sempurna. Kelebihan menggunakan sistem ini adalah mesin
tidak cepat panas, mengurangi risiko pecah, akurasi tinggi, dan mata bor tidak
mudah lepas. Proses pengeboran dilakukan dengan tenang dan perlahan-lahan
karena jika terburu-buru akan mengakibatkan hasil akhir yang tidak rapi dan
berisiko pecah.
Pipa paralon yang telah dilubangi kemudian dicuci bersih dari sisa-sisa debu
pengeboran. Tidak perlu menggunakan sabun atau bahan deterjen lainnya hanya
cukup dengan menggunakan air bersih dan disikat saja. Risiko menggunakan
deterjen berpotensial menjadi bahan pencemar apabila pada saat proses pembilasan

9
tidak dilakukan dengan baik. Pipa paralon yang telah dicuci bersih kemudian
dijemur sesaat di bawah terik matahari selama 15-20 menit.

C. Persiapan Media Tanam


Hidroponik adalah teknik menanam sayur dengan memanfaatkan air sebagai
media hidup. Dalam mempersiapkan media tanam perlu adanya water trap agar
akar senantiasa mendapatkan pasokan air yang cukup. Media tanam tersebut juga
harus mampu menopang pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Dalam hal
ini biasanya bahan yang digunakan oleh kebanyak petani adalah busa rockwoll.
Busa rockwoll adalah bahan sintetis yang memiliki sifat absorb yang baik
terhadap air dan memiliki tekstur yang bagus bagi perkembangan akar. Prinsip
sebenarnya adalah bahan yang memiliki daya serap sehingga media tanam untuk
sistem hidroponik bisa menggunakan bahan-bahan lain. Salah satu contoh media
tanam yang berasal dari bahan alami yaitu serabut kelapa. Namun daya serap yang
kurang baik sehingga petani lebih sering menggunakan busa rockwoll sebagai
media tanam.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 4. (a). Pembolongan pot, (b). Pengisian arang, (c). Pengisian rockwoll,
dan (d). Media yang sudah jadi.

10
Bibit tanaman hidroponik juga membutuhkan pot sebagai wadah untuk tumbuh
dan berkembang. Pot tersebut harus memiliki bukaan diameter yang sesuai dengan
ukuran lubang paralon. Ukuran bentuk pot ini ketika diletakan ke dalam lubang
paralon bagian bawah pot harus masuk dan menyentuh aliran air sedangkan bagian
atas pot harus mampu menopang dan menyanggah sehingga tidak masuk
sepenuhnya ke dalam lubang pipa.
Wadah pot yang digunakan adalah gelas akua ukuran 150 ml yang dilubangi
bagian bawahnya. Pelubangan tersebut bertujuan sebagai aliran air agar masuk ke
dalam pot sehingga dapat membasahi busa rockwol. Pot dilubangi menggunakan
mesin solder sebanyak 5 titik di bagian dasar pot dan 6-10 lubang dibagian sisi
bawah pot. Pot yang telah dilubangi selanjutnya diisi dengan arang kayu setinggi
40-50% dari tinggi total pot. Busa Rockwoll diletakan di atas tumpukan arang
setinggi 1.5 cm dan harus menutupi seluruh permukaan lubang pot. Pot yang telah
berisi arang kemudian dibilas menggunakan air bersih untuk menghilangkan debu-
debu hitam dipermukaan arang.
Arang memiliki struktur pori-pori khusus yang sifatnya sebagai absorben
terhadap zat beracun dan menurunkan toksitifitas dari zat beracun tersebut. Dalam
proses budidaya pemberian pakan menghasilkan dan memicu akumulasi ammonia
dan nitrit di dalam air. Kedua senyawa ini bersifat toxic dan dapat memperlemah
daya ikat oksigen oleh hemoglobin di dalam darah, dalam tingkat akumulasi yang
tinggi juga dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan insang. Maka perlu
adanya Tindakan agar toksitifitas kedua senyawa ini dapat di minimalisir. Oleh
karena itu penggunaan arang pada media tanam dapat menjadi solusi untuk
permasalahan tersebut.

D. Penyemaian Bibit Sayur


Bibit sayur harus memiliki kualitas biji dan daya tumbuh yang baik, oleh
karena itu perlu adanya proses pemilihan. Untuk mendapatkan bibit sayur yang
berkualitas maka perlu dilakukan perendaman di dalam air selama 20 menit. Benih
yang memiliki potensi untuk tumbuh adalah biji yang tenggelam dan biji yang
timbul dipermukaan air adalah biji yang jelek. Biji sayur yang telah tersortir
kemudian diletakan di atas busa rockwoll sebanyak 4 biji per pot.

11
Penyemaian dilakukan menggunakan teknik langsung, adalah penyemaian
yang dilakukan pada pot sedangkan penyemaian yang biasa dilakukan oleh petani
hidroponik adalah penyemaian di atas busa rockwoll terlebih dahulu. Biji-biji
tersebut akan pecah dan berakar kemudian mengeluarkan daun yang kemudian
disebut bibit muda. Bibit muda ini kemudian dipindahkan ke dalam pot
pemeliharaan.

Gambar 5. Penyemaian bibit sayur.


Pada prinsipnya tanaman akan tumbuh berkembang dengan memanfaatkan
produk akhir dari nitrifikasi yaitu nitrat. Nitrat berfungsi untuk memperbesar
ukuran daun dan meningkatkan persentase protein pada tumbuhan nitrogen (Dwi,
dkk. 2018). Rangkaian sistem akuakultur hidroponik ini menghasilkan relasi timbal
balik yang baik antara pertumbuhan tanaman, kualitas air, dan pertumbuhan ikan.
Selain tanaman yang mendapatkan nutrisi dari nitrat, kualitas air pada wadah
pembesaran juga baik lantaran zat beracun telah diserap oleh arang sehingga
pertumbuhan ikan lele dapat dipacu.

E. Seleksi Ikan Lele


Ikan lele yang dijadikan objek kegiatan budidaya Akuaponik adalah ikan lele
Mutiara. Ikan lele dimabil dari bak H3 hasil dari kegiatan TEFA hatchery Politeknik
AUP. Size yang diambil adalah size 20 sebanyak 40 ekor. Penyortiran dilakukan
secara manual menggunakan tangan dan scopnet. Kemudian ikan lele dimasukan
ke dalam wadah bak fiber dengan dilakukan aklimatisasi pada awal tebar.
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian ikan terhadap lingkungan yang baru
untuk meminimalisir terjadinya stress dan kematian. Caranya dengan memasukan
air ke dalam ember dan didiamkan beberapa saat. Kemudian ikan dimasukan ke

12
dalam bak secara perlahan. Ikan yang dapat melakukan proses adaptasi adalah ikan
yang langsung berenang bebas sedangkan ikan yang berenang passif dan tenang di
dasar bak memelukan proses adaptasi tambahan yang dilakukan mandiri oleh ikan
tersebut. Nantinya setelah ikan berhasil beradaptasi, ia akan berenang secara aktif
dan responsive terhadap tekanan.

Gambar 6. Sortir ikan lele

F. Perakitan Kerangka Hidroponik dan Finishing


Jika semua kelengkapan sudah siap mulai dari bak fiber sebagai wadah
budidaya, kerangka hidroponik dan media tanam, selanjutnya adalah proses
perakitan dan mengsinergikan prinsip akuaponik. Pipa paralon yang telah dilubangi
tadi disatukan dengan sambungan elbo dan disusun sebanyak 2 tingkat sehingga
membentuk rangakaian 4 pipa di atas dan 4 pipa di bawah.

(a) (b)
Gambar 7. (a). Pipa yang sudah dirangkai, dan (b). Memasukan media tanam ke
lubang pipa.

13
Pipa paralon yang telah dirangkai kemudian setiap lubangnya diisi dengan
media tanam hidroponik. Setiap pipa paralon terdapat sebanyak 30-35 lubang yang
teraliri dengan air. Air dialirkan menggunakan mini water pump yang sekaligus
sebagai penyedot kotoran-kotoran di dasar bak. Air tersebut dialirkan dari pipa
paralon paling atas yang kemudian mengalir kesetiap pipa dan membasahi rockwoll
media tanam.
Prinsip kerjanya adalah setiap pot media tanam harus teraliri oleh air dan
kemudian air tersebut harus kembali lagi ke dalam bak pemeliharaan. Air yang
kembali ke bak pemeliharaan sudah dalam kondisi bersih karena zat-zat beracun
telah diserap oleh arang dan tanaman mendapatkan nutrisi dari kandungan nitrat di
dalam air. Hubungan timbal-balik pada budidaya sistem akuaponik disebut dengan
Deep Flow Technique (DFT), adalah salah satu sistem hidroponik yang
menggunakan instalasi datar untuk membuat genangan air nutrisi pada instalasi.

14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budidaya sistem akuaponik adalah proses budidaya yang terintegrasi. Prinsip
kerja dari sistem budidaya ini adalah produk akhir dari proses nitrifikasi yaitu nitrat
dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan sayur. Arang yang dijadikan dasar
pada media taman hidroponik digunakan sebagai absorben racun berupa ammonia
dan nitrit yang tidak terdekomposisi dengan baik pada proses nitrifikasi.
Proses pembuatan diawali dari persiapan wadah (pengeringan, pencucian,
penjemuran, dan pengisian air menggunakan filter), pembuatan kerangka
hidroponik (pembolongan pipa paralon), persiapan media tanam (pembolongan pot,
pengisian arang, Rockwoll, dan pembilasan arang), penyemaian bibit (perendaman
bibit dan sortasi), dan finishing (perakitan pipa, pemasangan mini water pump
beserta pengaturan debit air, pemasukan media tanam dan pemasukan ikan).
Kegiatan krusial yang harus dilakukan dengan teliti adalah pada saat proses
pembolongan pipa paralon dan pengaturan debit air.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, F.T.(2014).“5 BAB II. Tinjauan Pustaka A. Sawi”.diakses pada 29 Juli


2022, dari https://repositor.um-surabaya.ac.id
doplayer.info.“BAB II Tinjauan Pustaka. Pracaya (2009) tanaman kangkung dapat
digolongkan sebagai tanaman sayur”.diakses pada 29 Juli 2022, dari
https://123dok.com/document/y6mo7gnq-tinjauan-pustaka-pracaya-
tanaman-kangkung-digolongkan-sebagai-tanaman.html.
Dwi Putri Oktavia Damayanti, Tri Handoyo dan Slameto. (2018). Pengaruh
Ammonium (Nh4 + ) Dan Nitrat (No3 - ) Terhadap Pertumbuhan Dan
Kandungan Minyak Atsiri Tanaman Kemangi (Ocimum Basilicum) Dengan
Sistem Hidroponik. Jurnal: UM Jember. Volume 16 (01): 163-175.
eprints.umg.ac.id.“BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
sp)”.diakses pada 29 Juli 2022, dari https://eprints.umg.ac.id.
kurniawan, Ari.(2019).“BAB II Tinjauan Tentang Tanaman Bayam, Media Tanam
Cocopeat dan Jenis Sistem Hidroponik”.diakses pada 29 Juli 2022, dari
https://repository.unpas.ac.id
Nurdina, Sari. N.(2018).“BAB II Tinjauan Tentang Tanaman Kangkung, Media
Tanam Arang Sekam Dan Jenis Sistem Hidroponik”.diakses pada 29 Juli
2022, dari
http://repository.unpas.ac.id/39932/6/14.%20BAB%20II%20TINJAUAN%2
0PUSTAKA.pdf.

16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto alat dan bahan

Gambar 8. Kumpulan foto alat dan bahan.

17
Lampiran 2. Foto dokumentasi praktik.

Gambar 9. Kumpulan foto kegiatan praktik.

18

Anda mungkin juga menyukai