Anda di halaman 1dari 9

yeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa

sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Karena nilainya bagi kelangsungan

hidup, nosiseptor (reseptor nyeri) tidak beradaptasi terhadap stimulasi yang berulang

atau berkepanjangan. Simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan

membantu kita menghindari kejadian – kejadian yang berpotensi membahayakan di masa

mendatang. Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun emosional yang

berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh, timbul ketika jaringan

sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. 

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis.Nyeri

akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak

melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis

merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan, biasanya berlangsung dalam waktu

cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis terminal,

sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.Tinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi

kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar. 

Nyeri ini hanya dapat dirasakan pada diri seseorang tanpa dapat dirasakan oleh orang lain,

dan mencakup akan pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan juga perubahan hidup

seseorang. Nyeri juga merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan

telah terjadinya gangguan secara fisiologis. Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak

faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. 

Penanganan yang adekuat sangat dibutuhkan oleh penderita nyeri, tidak hanya untuk

meredakan rasa nyerinya melainkan pula untuk meningkatkan mutu kehidupannya. Maka,

perlu dilakukan manajemen nyeri. Manajemen nyeri adalah mengidentifikasi dan

mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan


atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan

konstan. 

Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang sampai mengganggu aktivitas

penderita. Manajemen nyeri akan diberikan ketika seorang merasakan sakit yang signifikan

atau berkepanjangan. Tujuan adanya manajemen nyeri antara lain: mengurangi rasa nyeri

yang dirasakan, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit dan meningkatkan kualitas

hidup. Nyeri dapat ditangani dengan menggunakan manajemen nyeri farmakologi dan non-

farmakologi. 

Manajemen Nyeri Farmakologi Menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda

nyeri. Penggunaan pada nyeri sangat hebat dan berlangsung berjam-jam atau hingga berhari-

hari. Obat-obatan yang digunakan jenis analgesik. terdapat tiga jenis analgesik, yaitu:

1. Non-narkotik dan anti inflamasi non-steroid (NSAID): dapat digunakan untuk


nyeri ringan hingga sedang. Obat ini tidak menimbulkan depresi pernapasan.
2. Analgesik narkotik atau opioid: diperuntukkan nyeri sedang hingga berat,
misalnya pasca operasi. Efek samping obat ini menimbulkan depresi
pernapasan, efek sedasi, konstipasi, mual, dan muntah.
3. Obat tambahan atau adjuvant (koanalgesik): obat dalam jenis sedatif, anti
cemas, dan pelemas otot. Obat ini dapat meningkatkan kontrol nyeri dan
menghilangkan gejala penyertanya. Obat golongan NSAID, golongan
kortikosteroid sintetik, golongan opioid memiliki onset sekitar 10 menit
dengan maksimum analgesik tercapai dalam 1-2 jam. Durasi kerja sekitar 6-8
jam.

Manajemen Nyeri non-Farmakologi ada beberapa tindakan non-farmakologi yang dapat

dilakukan secara mandiri oleh perawat, yaitu: 

1. Stimulasi dan Masase Kutaneus Masase merupakan stimulasi kutaneus tubuh


secara umum yang dipusatkan pada punggung dan tubuh. Masase dapat
mengurangi nyeri karena membuat pasien lebih nyaman akibat relaksasi otot.
2. Kompres Dingin dan Hangat Kompres dingin menurunkan produksi
prostaglandin sehingga reseptor nyeri lebih tahan terhadap rangsang nyeri dan
menghambat proses inflamasi. Kompres hangat berdampak pada peningkatan
aliran darah sehingga menurunkan nyeri dan mempercepat penyembuhan.
Kedua kompres ini digunakan secara hati-hati agar tidak terjadi cedera. 
3. Transcutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS) TENS dapat digunakan
untuk nyeri akut dan nyeri kronis. TENS dipasang di kulit menghasilkan
sensasi kesemutan, menggetar, atau mendengung pada area nyeri. Unit TENS
dijalankan menggunakan baterai dan dipasangi elektroda.
4. Distraksi Pasien akan dialihkan fokus perhatiannya agar tidak memperhatikan
sensasi nyeri. Individu yang tidak menghiraukan nyeri akan lebih tidak
terganggu dan tahan menghadapi rasa nyeri. Penelitian Fadli (2017)
memaparkan bahwa ada pengaruh distraksi pendengaran terhadap intensitas
nyeri pada klien fraktur. Terdapat penurunan skor nyeri setelah
diberikan terapi distraksi pendengaran.
5. Teknik Relaksasi Relaksasi dapat berupa napas dalam dengan cara menarik
dan menghembuskan napas secara teratur. Teknik ini dapat menurunkan
ketegangan otot yang menunjang rasa nyeri. Penelitian Aini (2018)
menunjukkan ada pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
nyeri pada pasien fraktur.
6. Imajinasi Terbimbing Pasien akan dibimbing dan diarahkan untuk
menggunakan imajinasi yang positif. Dikombinasi dengan relaksasi dan
menggunakan suatu gambaran kenyamanan dapat mengalihkan perhatian
terhadap nyeri. 
7. Terapi Musik Pengaruh signifikan pemberian musik instrumental terhadap
penurunan skala nyeri pasien pra operasi fraktur. Musik instrumental dapat
memberikan ketenangan pada pasien. Pemberian musik dapat mengalihkan
perhatian pasien dan menurunkan tingkat nyeri yang dialami.

Sumber Pustaka:

A. Aziz Alimul Hidayat Musrifatul Uliyah (2015) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.

2nd  edn. Edited by Tri Utami. Jakarta Selatan: Salemba Medika.Aini (2018) ‘Pengaruh

teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur’, Jurnal

Kesehatan, 9(2), pp. 262–266.

Andarmoyo (2013) Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. 1st edn. Edited by Rose KR.

Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. 

Brunner & Suddarth (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 8th edn. Edited by

Monica Ester. Jakarta?: EGC: Buku Kedokteran EGC.


Fadli, F. (2017). Pengaruh distraksi pendengaran terhadap intensitas nyeri pada klien

fraktur di rumah sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnail Ilmiah

Kesehatan Diagnosis, 11, 135–138. Retrieved from

https://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/236/124 

Novitasari, S., Sulaeman, S., & Purwati, N. H. (2019). Pengaruh Terapi Musik dan

Terapi Video Game terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia Prasekolah yang Dilakukan

Pemasangan Infus.

Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 168– 177.

https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.510Potter & Perry (2010) Buku Ajar Fundamental

Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. 7th edn. Edited by D. Yulianti and M. Ester.

Jakarta?: EGC: EGC.

Sherwood L (2011). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Smeltzer & Bare (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edited by Monica

Ester. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sudewa IBA, Subagiartha IM.2017. Efek nyeri terhadap mutu kehidupan. FK Universitas

Udayana Denpasar:Bali. 

3. Nyeri

a. Definisi nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat sangat subyektif,
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatannya dan hanya
orang tersebut yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Nyeri muncul atau
datangnya sangat berkaitan erat dengan reseptor dan rangsangan. Reseptor nyeri adalah nociceptor
yang merupakan ujung-ujung saraf (sinaps) sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar
pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kantong empedu
(Rochimah, 2011) k. Jenis-jenis nyeri Menurut (Rochimah, 2011) nyeri secara umum dibagi menjadi
dua yaitu : 1) Nyeri akut Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, tidak melebihi enam bulan ,serta ditandai dengan dengan adanya peningkatan tekanan
otot. 2) Nyeri kronis Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya

berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang


termasuk dalam kategori nyeri akut adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri akut dan nyeri psikosomatis. l. Tanda dan
gejala nyeri akut Menurut (PPNI, 2016) dalam buku Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia tanda dan gejala nyeri akut
dibagi menjadi dua yaitu: 1) Tanda dan gejala mayor a)
Subyektif Klien mengeluh nyeri b) Objektif Klien tampak
meringis, klien bersikap protektif ( misalnya waspada , posisi
menghindari nyeri), klien tampak gelisah, frekuensi nadi klien
meningkat, sulit tidur. 2) Tanda dan gejala minor a)
Subjektif :- b) Objektif Tekanan darah klien meningkat, pola
nafas klien berubah, nafsu makan klien berubah, proses
berpikir terganggu. m. Penyebab nyeri akut Dalam buku
Standar Diagnosis Keperawatan (PPNI, 2016) penyebab dari
nyeri akut adalah 1) Agen pencedraan fisiologis (misalnya
inflamasi , iskemia, neoplasma) 2) Agen pencederaaan
kimiawi (misalnya terbakar bahan kimia iritan) 3) Agen
pencederaan fisik ( misalnya abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma,
lahitan fisik berlebihan) n. Cara- cara mengurangi nyeri
Berdasarkan buku Ilmu Keperawatan Dasar menurut ( wahit
iqbal Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015) ada beberapa
cara mengurangi nyeri: 1) Melakukan teknik distraksi
Melakukan teknik distraksi disini yaitu dengan cara
mengalihkan perhatian klien pada halhal yang lain sehinggga
klien akan lupa tehadap nyeri yang dialami. Distraksi
merupakan mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain
sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri,
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik
distraksi dapat nyeri berdasarkan teori aktivitas retikular,
yaitu menghambat stimulus nyeri sehingga menyebabkan
terhambatnya implus nyeri ke otak (nyeri berkurang atau
dirasakan oleh klien). Contoh teknik distraksi yaitu
mendengarkan musik, menonton TV, membayangkan hal-hal
yang indah sambil menutup mata. 2) Melakukan teknik
relaksasi Melakukan teknik relaksasi metode ini efektif untuk mengurangi
rasa nyeri. Relaksasi yang sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan
sehingga dapat mencegah menghebatnya stimulasi nyeri. Jika seseorang melakukan relaksasi,
puncaknya adalah fisik yang segar dan otak yang siap menyala lagi. 3) Melakukan pemijatan
(masase) Melakukan pemijatan ( masase) yang bertujuan untuk menstimulasi serabut-serabut yang
mentransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transisi, implus nyeri. Masase
merupakan stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu.
Masase tidak spesifik menstimulasi reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat
mempunyai dampak melalui sistem control desenden. Masase dapat membuat klien lebih nyaman
karena masase membuat relaksasi otot. o. Dampak nyeri Dampak dari nyeri terhadap hal-hal yang
lebih spesifik seperti pola tidur terganggu, selera makan berkurang ,aktivitas keseharian terganggu,
hubungan dengan sesame manusia lebih mudah tersinggung, atau bahkan terhadap mood (sering
menangis dan marah), kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan atau pembicaraan dan sebagainya
(Setiyohadi, Sumariyono, Kasjmir, Isbagio, & Kalim, 2006) p. Penilaian Nyeri Penilaian nyeri
merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri
dan keteranagan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini
mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.
Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala yaitu (W. I. Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) 1) Skala Nyeri Deskripti Skala nyeri deskriptif merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala
pendeskripsian verbal / Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima
kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini
mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien diminta untuk
menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (W. I. Mubarak et al., 2015).
Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif 2) Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka) Pasien
menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 — 10.Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang,
dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai
perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang
diberikan (W. I. Mubarak et al., 2015). Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Gambar 2. Skala NyeriNumerical Rating Scale 3) Faces Scale
(Skala Wajah) Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak nyeri (anak tenang)
kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir, adalah orang dengan
ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan
nyerinya.Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan
gangguan kognitif (W. I. Mubarak et al., 2015). Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemb Med

3. Nyeri a. Definisi nyeri Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan yang
bersifat sangat subyektif, karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau
tingkatannya dan hanya orang tersebut yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialami. Nyeri muncul atau datangnya sangat berkaitan erat dengan reseptor dan rangsangan.
Reseptor nyeri adalah nociceptor yang merupakan ujung-ujung saraf (sinaps) sangat bebas yang
memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian,
dinding arteri, hati dan kantong empedu (Rochimah, 2011) k. Jenis-jenis nyeri Menurut (Rochimah,
2011) nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu : 1) Nyeri akut Nyeri akut merupakan nyeri yang
timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan ,serta ditandai dengan
dengan adanya peningkatan tekanan otot. 2) Nyeri kronis Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul
secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang
termasuk dalam kategori nyeri akut adalah nyeri terminal, sindrom nyeri akut dan nyeri
psikosomatis. l. Tanda dan gejala nyeri akut Menurut (PPNI, 2016) dalam buku Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia tanda dan gejala nyeri akut dibagi menjadi dua yaitu: 1) Tanda dan gejala
mayor a) Subyektif Klien mengeluh nyeri b) Objektif Klien tampak meringis, klien bersikap protektif
( misalnya waspada , posisi menghindari nyeri), klien tampak gelisah, frekuensi nadi klien meningkat,
sulit tidur. 2) Tanda dan gejala minor a) Subjektif :- b) Objektif Tekanan darah klien meningkat, pola
nafas klien berubah, nafsu makan klien berubah, proses berpikir terganggu. m. Penyebab nyeri akut
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan (PPNI, 2016) penyebab dari nyeri akut adalah 1) Agen
pencedraan fisiologis (misalnya inflamasi , iskemia, neoplasma) 2) Agen pencederaaan kimiawi
(misalnya terbakar bahan kimia iritan) 3) Agen pencederaan fisik ( misalnya abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, lahitan fisik berlebihan) n. Cara-
cara mengurangi nyeri Berdasarkan buku Ilmu Keperawatan Dasar menurut ( wahit iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) ada beberapa cara mengurangi nyeri: 1) Melakukan teknik distraksi
Melakukan teknik distraksi disini yaitu dengan cara mengalihkan perhatian klien pada halhal yang
lain sehinggga klien akan lupa tehadap nyeri yang dialami. Distraksi merupakan mengalihkan
perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat nyeri berdasarkan teori aktivitas
retikular, yaitu menghambat stimulus nyeri sehingga menyebabkan terhambatnya implus nyeri ke
otak (nyeri berkurang atau dirasakan oleh klien). Contoh teknik distraksi yaitu mendengarkan musik,
menonton TV, membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata. 2) Melakukan teknik
relaksasi Melakukan teknik relaksasi metode ini efektif untuk mengurangi rasa nyeri. Relaksasi yang
sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga dapat mencegah
menghebatnya stimulasi nyeri. Jika seseorang melakukan relaksasi, puncaknya adalah fisik yang
segar dan otak yang siap menyala lagi. 3) Melakukan pemijatan (masase) Melakukan pemijatan
( masase) yang bertujuan untuk menstimulasi serabut-serabut yang mentransmisikan sensasi tidak
nyeri memblok atau menurunkan transisi, implus nyeri. Masase merupakan stimulasi kutaneus
tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak spesifik
menstimulasi reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui
sistem control desenden. Masase dapat membuat klien lebih nyaman karena masase membuat
relaksasi otot. o. Dampak nyeri Dampak dari nyeri terhadap hal-hal yang lebih spesifik seperti pola
tidur terganggu, selera makan berkurang ,aktivitas keseharian terganggu, hubungan dengan sesame
manusia lebih mudah tersinggung, atau bahkan terhadap mood (sering menangis dan marah),
kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan atau pembicaraan dan sebagainya (Setiyohadi, Sumariyono,
Kasjmir, Isbagio, & Kalim, 2006) p. Penilaian Nyeri Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting
untuk menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan
untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat
berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Penilaian terhadap intensitas nyeri
dapat menggunakan beberapa skala yaitu (W. I. Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015) 1) Skala Nyeri
Deskripti Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang objektif.
Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal / Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan
garis yang terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama
disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”,
dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (W. I.
Mubarak et al., 2015). Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif 2) Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik
angka) Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 — 10.Titik 0 berarti tidak nyeri, 5
nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin
menentukan berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien
terhadap terapi yang diberikan (W. I. Mubarak et al., 2015). Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015).
Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Gambar 2. Skala NyeriNumerical Rating Scale
3) Faces Scale (Skala Wajah) Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak nyeri
(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir, adalah orang
dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok
dengan nyerinya.Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri
dengan gangguan kognitif (W. I. Mubarak et al., 2015). Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku
Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Med

Anda mungkin juga menyukai