Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era revolusi industri 4.0 ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi semakin berkembang dengan pesat yang membawa kita pada

zaman serba digital. Sebuah era dimana cara hidup manusia, cara berfikir

dan pola interaksi berubah dratis. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi turut mempengaruhi perubahan dibidang lainnya seperti sosial,

budaya, ekonomi, maupun pendidikan. Transformasi digital membawa

dampak kemudahan dan kecepatan dalam akses informasi di berbagai lini

kehidupan serta munculnya inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan

kualitas kehidupan

Selain berdampak positif, Transformasi digital juga memiliki andil

dalam perubahan tingkah laku manusia yang terkadang membawa dampak

negatif seperti: Pornografi, Hoax, cyber bullyng1 Ataupun kejahatan

digital lainnya. salah satunya adalah berkembangnya kejahatan dengan

menggunakan internet. Contoh kejahatan dengan menggunakan internet

antara lain: Pengiriman dan penyebaran virus, Pemalsuan identitas diri,

penggelapan data orang lain, pencurian data, pengaksesan data secara

illegal (hacking), pembobolan rekening bank, perusakan situs (cracking),

pencurian nomer kartu kredit (carding), penyediaan informasi palsu atau

menyesatkan, Transaksi bisnis illegal, Phishing (rayuan atau tawaran

1
Kadarudin, Cerdas Bermedia Sosial dari Kacamata Hukum. (Semarang:CV. Pilar
Nusantara, 2020), 101

1
bisnis agar mau membuka rahasia pribadi), botnet (penguasaan software

milik korban untuk kegiatan pelaku menyerang komputer lain) ataupun

pencemaran nama baik2.

Salah satu upaya untuk membentengi generasi penerus dari

dampak negatif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan

pendidikan karakter. Pendidikan mempunyai pengertian yang luas, yang

meliputi semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mentransfer

niai-nilai, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, serta kecakapan

kepada generasi muda sebagai suatu usaha guna menyiapkan mereka agar

bisa memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani dan ruhaninya.

Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya

yang berlangsung secara sadar dan juga terencana sebagai usaha untuk

mengambangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan

ruhani (daya pikir, karya, cipta, dan budi nurani) yang menghasilkan

perubahan positif baik di bidang kognitif, afektif, atau psikomotorik yang

berlangsung dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan hidup.3

Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-undang

Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 mengatakan bahwa: Pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

2
Sulisrudatin, Nunuk, Analisa Kasus Cybercrime Bidang Perbankan Berupa Modus
Pencurian Data Kartu Kredit, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 9.1 (2018).
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/view/296 Diakses tanggal
3 Juni 2022
3
Machful Indra Kurniawan, Tri Pusat Pendidikan sebagai Sarana Pendidikan
Karakter Anak Sekolah Dasar, Jurnal Pedagogia, Vol. 4, No. 1, Februari 2005, 4
2
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara4.

Banyaknya kasus bulying yang dilakukan oleh siswa dari tingkat

SD sampai SMA menunjukkan kurang maksimalnya lembaga pendidikan

dalam menjalankan fungsinya dalam mengembangkan karakter peserta

didik. Pendidikan agama menjadi tulang punggung lembaga dalam

mengembangkan karakter siswa. Namaun 4 jam pelajaran dalam seminggu

merupakan jumlah yang kurang ideal dalam penanaman nilai-nilai agama

di sekolah dalam lingkup dinas pendidikan, kebudayaan, riset dan

teknologi. Oleh sebab itu perlu kerjasama antara lembaga pendidikan,

orang tua, pemangku kebijakan maupun masyarakat dalam melaksanakan

pendidikan karakter bagi generasi penerus bangsa.

Kabupaten Jombang Jawa Timur dibawah kepemimpinan Hj.

Munjidah Wahab memasukkan kurikulum muatan lokal pendidikan

diniyah ke pendidikan formal. Keputusan tersebut dituangkan dalam

Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 41 Tahun 2019 tentang “Kurikulum

muatan lokal keagamaan dan pendidikan diniyah pada sekolah dasar dan

sekolah menengah pertama di kabupaten Jombang”. Jadi dalam hal ini

seluruh sekolah SD dan SMP di Jombang memasukkan pendidikan

diniyah sebagai bagian dari mata pelajaran disekolah.

Tujuan adanya pendidikan diniyah ini diharapkan dapat

mewujudkan peserta didik yang cerdas spiritual yang mendasari sikap dan
4
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1

3
perilaku baik di satuan pendidikan maupun di masyarakat. Jadi peserta

didik yang bersekolah di SD dan SMP mempunyai dasar keagamaan yang

baik di sekolah maupun ketika berada di masyarakat. sehingga hal ini

dapat mengantisipasi dampak negatif dari tidak terkendalinya pemanfaatan

teknologi bagi segenap masyarakat khususnya generasi muda saat ini,

maka sangatlah penting untuk tidak hanya mengoptimalkan pembentukan

karakter dan pendidikan Islam di sekolah tetapi juga harus didukung peran

dari pendidikan diniyah.

Kecamatan Mojoagung merupakan kecamatan yang masyarakatnya

heterogen terdapat lembaga pendidikan formal yang dekat dengan

pesantren serta banyak juga lembaga pendidikan formal yang jauh dari

lingkungan pesantren. Namun dari semua lembaga pendidikan tersebut

harus mampu menyelenggarakan pendidikan diniyah yang sesuai dengan

peraturan pemerintah kabupaten Jombang yang berlaku. Hal ini sebagai

perwujudan bahwa pendidikan adalah suatu keharusan yang dilakukan

secara tanggung jawab bersama, maka adanya pendidikan diniyah ini

adalah untuk menunjang hasil pendidikan formal yang dilakukan disekolah

dalam kaitannya untuk pengembangan karakter siswa pada materi

pendidikan diniyah. Karena hal itulah peneliti memilih wilayah kerja

pendidikan kecamatan Mojoagung sebagai lokasi penelitian.

Dari kebijakan pemerintah daerah terkait pendidikan tersebut maka

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian secara lebih mendalam.

Sehingga penelitian ini berjudul “Problematika Guru Muatan lokal

Pendidikan Diniyah dalam Mengimplementasikan Pendidikan


4
Karakter di SDN se Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang

Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapatlah ditentukan

rumusan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana kompetensi guru Muatan lokal Pendidikan diniyah di SDN

se kecamatan Mojoagung Jombang?

2. Bagaimana Implementasi Pendidikan diniyah di SDN se kecamatan

Mojoagung Jombang?

3. Apa saja problem yang dihadapi guru Muatan lokal Pendidikan diniyah

dalam mengembangkan karakter siswa di SDN se kecamatan

Mojoagung Jombang?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tidak lepas dari sebuah tujuan yang ingin dicapai,

oleh karena itu dalam penelitian yang berjudul Problematika Guru Muatan

lokal Pendidikan Diniyah dalam Mengimplementasikan Pendidikan

Karakter di SDN se Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun

2022 memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kompetensi guru Muatan lokal Pendidikan diniyah di

SDN se kecamatan Mojoagung Jombang

2. Untuk mengetahui implementasi Pendidikan diniyah di SDN se

kecamatan Mojoagung Jombang

5
3. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi guru Muatan lokal

Pendidikan diniyah dalam mengembangkan karakter siswa di SDN se

kecamatan Mojoagung Jombang

D. Manfaat Penelitian

Setiap pembahasan secara ilmiah tentu mempunyai manfaat

tersendiri, adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi sekolah

yang sedang dalam proses meningkatkan upaya mendapatkan

kepercayaan masyarakat dalam memberikan pendidikan diniyah bagi

para siswa ditengah persaingan dengan lembaga pendidikan swasta

yang memiliki fokus pada pendidikan agama.

b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi peneliti

selanjutnya yang berkaitan dengan masalah ini, sehingga diharapkan

hasilnya akan lebih luas dan mendalam.

b. Manfaat Praktis

a) Bagi guru muatan lokal pendidikan diniyah

Bagi guru muatan lokal pendidikan diniyah, dengan adanya

penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan guru

muatan lokal pendidikan diniyah dalam mengembangkan karakter

peserta didik di lingkup sekolah dasar negeri se kecamatan

Mojoagung

6
b) Bagi kepala sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

mengambil suatu kebijakan guna mengembangkan karakter religius

peserta didik di lingkungan sekolah agar dapat menjaga dan

meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai sekolah dasar negeri

yang mampu memberikan pendidikan diniyah .

c) Bagi peneliti

Bagi Peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan mampu

menambah pengetahuan dan manfaat bagi peneliti dan juga agar

peneliti menyadari bahwa dalam mengembangkan karakter siswa

diperlukan pendidikan yang konsisten dan sistematis.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian perlu adanya ruang lingkup dan

pembatasan masalah terhadap masalah yang akan diteliti. Hal ini bertujuan

agar masalah yang diteliti tidak terlepas dari pokok permasalahan yang

sudah ditentukan. Selain itu pembatasan masalah juga bertujuan agar

masalah dalam sebuah penelitian tidak melebar kemana - mana. Ruang

lingkup penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri seKecamatan

Mojoagung. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Daerah penelitian yang penulis lakukan adalah di Sekolah Dasar Negeri

sekecamatan Mojoagung .

7
2. Subyek penelitian yang penulis teliti adalah guru muatan lokal

pendidikan diniyah kecamatan Mojoagung kabupaten Jombang yang

berjumlah 27 guru.

3. Kompetensi guru/ pembimbing pendidikan diniyah di Sekolah Dasar

Negeri se Kecamatan Mojoagung Jombang.

4. Implementasi pendidikan Karakter siswa oleh guru/ Pembimbing

pendidikan diniyah di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Mojoagung

Jombang.

5. Problematika pendidikan Karakter siswa oleh guru/ Pembimbing

pendidikan diniyah di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Mojoagung

Jombang.

F. Definisi Operasional

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih mengarah dan fokus

pada permasalahan yang akan dibahas, dan untuk menghindari terjadinya

salah persepsi mengenai istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya

penjelasan mengenai definisi istilah. Hal ini sangat diperlukan agar tidak

terjadi ketidaksamaan penafsiran dan terhindar dari kesalahan pengertian

pada pokok pembahasan ini.

Penelitian ini memiliki 3 variabel, yaitu kompetensi kepribadian

guru, keteladanan orang tua dan kepemimpinan siswa. Supaya lebih

spesifik berikut definisi singkatan dari beberapa variabel pada penelitian

ini, diantaranya :

8
1. Problematika

Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan

permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah suatu

kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain

masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang

diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal. Terdapat

juga di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Problematika

berarti masih menimbulkan masalah; hal-hal yang masih

menimbulkan suatu masalah yang masih belum dapat dipecahkan5

Dengan demikian, problematika yang dimaksud adalah semua

kendala atau permasalahan yang masih belum dapat dipecahkan

sehingga dapat menghambat dalam mencapai suatu tujuan atau tujuan

yang dimaksud tidak dapat dicapai dengan maksimal.

2. Implementasi

Menurut bahasa implementasi adalah pelaksanaan atau

penerapan.6 Hakikatnya, implementasi merupakan suatu proses ide,

kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga

memberikan dampak, baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun

nilai dan sikap.

5
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2005
6
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2005
9
3. Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan karakter dalam grand Desain pendidikan

karakter adalah proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai

luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan

keluarga, dan lingkungan yang baik.luhur dalam lingkungan

masyarakat. Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori-teori pendidIkan,

psikologi pendidikan, nilai-nilai sosial budaya, ajaran agama,

Pancasila, UUD 1945, dan nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Serta Pendidikan Nasional serta tentang

Pendidikan karakter dalam Islam dapat dipahami Sebagai upaya dan

Pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.7

Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai

tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh

ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan,

kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-

nilai, dan pola-pola pemikiran.8

Munir (2010: 3) mendefinisikan karakter sebagai sebuah pola,

baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri

seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.9

7
Dr.Eni Purwati DKK,Pendidikan Karakter menjadi berkarakter muslim muslimah
indonesia,( surabaya:Kopertais wilayah IV), 5
8
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,(Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,2017), 11
9
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,(Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,2017), 16
10
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa karakter adalah

sebuah pola pikir atau sikap yang melekat atau mendarah daging pada

diri seseorang,yang tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal.

4. Pendidikan Diniyah

Secara umun Madrasah Diniyah ialah suatu lembaga pendidikan

non formal yang mengajarkan tentang nilai-nilai ke-Islaman. Nilai-

nilai ke-Islaman itu tertuang dalam bidang studi yang diajarkan seperti

adanya pelajaran Fiqih, Tauhid, Akhlaq, Hadits, Tafsir dan pelajaran

lainnya yang tidak diperoleh murid saat belajar di sekolah formal yang

bukan madrasah10 . Pendidikan madrasah diniyah merupakan evolusi

dari sistem pembelajaran yang umum dilaksanakan di semua

pesantren salafiyyah, karena memang dari awal penyelenggaraannya

berjalan secara tradisional. Untuk mempertahankan tradisi pesantren

dalam mempertahankan paradigma penguasaan dari “kitab kuning”.

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan diniyah dalam

penelitian ini adalah kegiatan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi di bidang Pendidikan Diniyah sesuai kurikulum yang

ditetapkan dan diselenggarakan di sekolah dasar negeri.11

10
Zulfia Hanum Alfi Syahr, Membentuk Madrasah Diniyah sebagai Alternatif
Lembaga Pendidikan Elite Muslim bagi Masyarakat, Jurnal Program Studi PGMI, Vol. 3,
No. 1, (Maret 2016), 1.
11
Peraturan Bupati Jombang No. 41 Tahun 2019
11
G. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang

lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi istilah, dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini hanya membahas satu bagian yakni kajian pustaka dari

masing – masing variabel, yang berisikan mengenai teori dan literature

yang dapat membantu pembaca dalam dalam memahami lebih dalam

mengenai masalah yang diangkat pada penelitian skripsi ini.

Kajian Pustaka, yaitu bab yang menguraikan tentang kajian

pustaka baik dari buku-buku ilmiah, maupun sumber- sumber lain yang

dapat membantu pembaca dalam dalam memahami lebih dalam mengenai

masalah yang diangkat pada penelitian skripsi yang berjudul problematika

guru muatan lokal pendidikan diniyah dalam mengimplementasi

pendidikan karakter di sekolah dasar negeri sekecamatan Mojoagung ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisikan pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, jenis dan sumber data, penentuan populasi dan sampel, teknik

dan instrumen pengumpulan data, teknik pengecekan keabsahan data, dan

teknik analisis data.

12
Bab IV Hasil penelitian

Pada bab ini membahas mengenai paparan hasil penelitian dari

data-data yang diperoleh disajikan dalam bentuk uraian deskripsi yang

ringkas, padat, dan omunikatif sesuai dengan data yang diperoleh. dalam

paparan hasil penelitian, yang perlu diuraikan adalah data-data hasil

penelitian atau hasil pengolahan data sampai dengan pengujian hipotesis

(untuk penelitian kuantitatif). pembahasan berisi tentang uraian hasil

pengujian hipotesis yang tidak terlepas dari tujuan penelitian. pada bagian

pembahasan inilah kerangka berpikir pada bab sebelumnya digunakan

untuk membahas hasil penelitian.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan penutup diaman penulis akan menarik

kesimpulan dengan menganalisis berdasarkan hasil penelitian. Dan penulis

juga akan memeberikan beberapa saran dengan harapan akan berguna

untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Guru Muatan Lokal Pendidikan Diniyah

1. Pengertian Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai

orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Tapi,

sesederhana inikah guru? Dalam bahasa Arab kata guru yang disebut

mu’allim dan dalam bahasa Inggris teacher itu mempunyai arti sangat

sederhana, yakni a person whose occupation is teaching others, artinya

guru adalah orang yang mempunyai pekerjaan mengajar orang lain.12

Dari arti yang sederhana itu, dan melihat kenyataan yang ada

dilapangan, para ahli mendefinisikan kata guru atau pendidik sebagai

berikut:

Zakiah Daradjat mendefinisikan “guru (pendidik) adalah pendidik

profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya

menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang

terpikul di pundak orang tua.”13

Ramayulis berpendapat bahwa “guru (pendidik) adalah orang yang

memikul tanggung jawab untuk membimbing peserta didik menjadi

manusia yang manusiawi.”14

12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
222.
13
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), 3.
14
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994),
19.

14
Zahara Idris dan Lisma Jamal mengatakan bahwa “guru (pendidik)

adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan

kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar

mencapai tingkat kedewasaan (mampu berdiri sendiri) memenuhi

tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri dan

makhluk sosial.”15

Ahmad Tafsir mendefinisikan “guru (pendidik) adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan

perkembangan potensi anak didik, baik potensi kognitif maupun potensi

psikomotoriknya.”.16

Selanjutnya, Samsul Nizar berpendapat bahwa pendidik dalam

perspektif pendidikan Islam adalah: Orang yang bertanggung jawab

terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar

mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-

tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena

itu pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang

yang bertugas di sekolah, tetapi semua orang yang terlibat dalam proses

pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan

sampai meninggal dunia.17

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru (pendidik)

adalah setiap orang yang memiliki tanggung jawab dalam

berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi anak


15
Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), 3.
16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), 74
17
Nizar, H. Samsul, and Zainal Efendi Hasibuan. Pendidik Ideal Bangunan
Character Building. ( Depok: PrenadaMedia Group, 2018), 2
15
didik dan memberikan bimbingan dalam perkembangan jasmani dan

rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan memenuhi tugasnya

sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri, dan makhluk

sosial.

Guru merupakan faktor yang dominan di dalam kegiatan

pembelajaran. Guru sebagai subyek dalam pendidikan dan sebagai

perencana, pelaksana serta mengevaluasi pembelajaran. Oleh sebab itu

seorang guru dalam melaksnakan tugasnya harus memiliki kompetensi

agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana sesuai yang direncanakan.

2. Kompetensi Guru

Kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan

atau kecakapan. Jika dikaitkan dengan guru, maka kompetensi

berhubungan dengan kepemilikan pengetahuan, kecakapan atau

ketrampilan guru dalam mengajar.18

Dengan memiliki kompetensi yang memadai, sesorang khususnya

guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut Echols dan

Shadily yang dikutip Swardi kata kompetensi berasal dari bahasa inggris

competency sebagai kata benda competenci yang berarti kecakapan,

kompetensi, dan kewenangan.19

Menurut McAchsan dalam Mulyasa mengemukakan bahwasanya

memiliki arti sebagai pengetahuan, keterampilan, kemampuan yang

dikuasai seseorang telah menjadi dari bagian dari dirinya sehingga dia

18
Hawi, Akmal, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali
Press, 2014), 1
19
Martini dan Maisyah, Standar Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), 5
16
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik

dengan sebaik-baiknya.20

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun

2008 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa “Kompetensi adalah

seperangkat penegetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.21

Dari uaraian diatas, bahwa kompetensi guru mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan,

kompetensi guru menunjuk kepada performace dan perubahan yang

rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-

tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena memiliki tujuan dan arah,

sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya

dapat diamati, tetapi mencangkup sesuatau yang tidak kasat mata

3. Macam-macam Kompetensi Guru

Kompetensi yang harus dimiliki Guru dan Dosen tertera pada pasal

10 ayat (1) yang menyatakan “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud

dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi.” 22

20
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2007),
2517
21
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
22
UU RI No. 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen

17
Bahwa guru yang profesional itu memiliki empat kompetensi atau

standar kemampuan yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik,

profesional, dan sosial.

a. Kompetensi Kepribadian

Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia.23 Sub kompetensi dalam

kompetensi kepribadian meliputi:

1) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai

dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki

konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

3) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang

didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan

masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan

bertindak.

4) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang

berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku

yang disegani.

5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak

sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka

menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

23
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi &
Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),106-108
18
6) Kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu

melaksanakan tripusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun

Karso, Tut Wuri Handayani (di depan guru memberikan

contoh/teladan, di tengah membangun kerja sama, dan di

belakang memberikan motivasi.).24

b. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. sub

kompetensi dalam kompetensi pedagogik adalah:

1) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan

mengindentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi

memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan

pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan

materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan

strategi yang dipilih.

24
Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Press, 2014), 22.
19
3) Melaksanakan pembelajaran yang diliputi menata latar (setting)

pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang

meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment)

proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan

berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil

belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery

level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk

perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk

pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi

peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi

nonakademik.

6) Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi

secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan

bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon

yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan

peserta didik.25

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta

didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar


25
Kemendiknas, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa,
(Jakarta: Kemendiknas, 2010), 65
20
Nasional Pendidikan26, yang mencakup penguasaan materi kurikulum

mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi

materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuannya.

Kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan

agar dapat mewujudkan dirinya sebagai profesional, yang meliputi

keahlian dalam bidang mata pelajaran. Sehingga dapat membimbing

peserta didik mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.27

Sub kompetensi dalam kompetensi profesional adalah:

1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi

yang meliputi memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum

sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang

menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan

konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-

konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi

menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi.28

Secara rinci, kemampuan profesional dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1) Menguasai materi , struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan


yang sesuai dan mendukung bidang keahlian/bidang studi
yang diampu.

26
UU RI No. 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
27
Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), 199-200
28
Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru, (Bandung: Yrama Widya, 2008), 20-21
21
2) Memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi (TIK)
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dan
mendukung bidang keahliannya.
3) Mengusai filosofi, metodologi, teknis dan fraksis penelitian
dan pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang
keahliannya.
4) Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan
melakukan tindakan reflektif dan penggunaan TIK.
5) Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat.29

Sehingga terlihat jelas, kompetensi profesional merupakan

kompetensi yang berkaitan langsung dengan ketrampilan

mengajar, penguasaan materi pengajaran, dan penggunaan

metodologi pengajaran, serta kemampuan penyelenggaraan

administrasi sekolah.30

Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan

kompetensikompetensi yang secara nyata diperlukan dalam

menyelesaikan pekerjaan. Guru sebagai profesional dituntut

untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan

kreativitasnya.31

Guru profesional dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik

yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan

menguasai kompetensi sebagaimana dituntut oleh Undang-

Undang Guru dan Dosen. Pengakuan guru sebagai pendidik

29
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif memberdayakan dan mengubah jalan
hidup siswa, (Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2011), 110
30
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif memberdayakan dan mengubah jalan
hidup siswa, (Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2011), 110
31
Daryanto, Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013),112
22
profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh

melalui suatu proses sistematik yang disebut sertifikasi.32

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.33 artinya, ia menunjukkan kemampuan

berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan

sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat

luas.34

Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara

efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orangtua/ wali siswa, dan masyarakat sekitar.35 Guru merupakan

mahkluk sosial. kehidupan kesehariannya tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan bersosial, baik di sekolah ataupun di masyarakat. Maka

dari itu, guru dituntut memiliki kompetensi sosial yang memadai.

Berikut adalah hal-hal yang perlu dimiliki guru sebagai mahkluk

sosial.36

32
Daryanto, Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013),150
33
UU RI No. 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
34
Yunus Abu Bakar dan Syarifan Nurjan, Profesi Keguruan, (Surabaya: AprintA,
2009), 3-6.
35
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), 141
36
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi &
Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 110
23
a) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif, terdapat tujuh

kompetensi sosial yang harus dimiliki:

1) Memiliki pengetahuan tentang adat dan istiadat sosial dan

agama

2) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi

3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi

4) Memiliki pengetahuan tentang estetika

5) ) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial

6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan

7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

b) Manajemen hubungan antara sekolah dan masyarakat

Untuk memanejemen hubungan antara sekolah dan masyarakat,

guru dapat menyelenggarakan program, ditinjau dari segi proses

penyelenggaraan dan jenis kegiatannya. Pada proses

penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat, terdapat

empat komponen yang diperhatikan: perencanaan program,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Sementara untuk

kegiatannya dapat dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu teknik

langsung misalnaya tatap muka, kunjungan pribadi, melalui surat,

atau media massa dan teknik tidak langsung. Maksud dari teknik

tidak langsung adalah kegiatan-kegiatan yang secara tidak sengaja

dilakukan oleh pelaku, tetapi mempunyai nilai positif untuk

kepentingan Humas sekolah.

24
c) Ikut berperan aktif di masyarakat

Selain sebagai pendidik, guru juga berperan sebagai wakil

masyarakat yang representatif. Dengan demikian, jabatan guru

sekaligus jabatan kemasyarakatan. Oleh karena itu, guru

menggemban tugas untuk membina masyarakat agar berpartisipati

dalam pembangunan. Dalam menjalankan tugasnya, guru perlu

meng-up grade diri dengan kompetensi-kompetensi yang berupa

aspek normatif kependidikan (beriktikad baik), pertimbangan

sebelum memilih jabatan guru dan mempunyai program

peningkatan kemajuan masyarakat dan pendidikan

d) Menjadi agen perubahan sosial

UNESCO mengungkapkan bahwa guru adalah agen perubahan

yang mampu mendorong pemahaman dan toleransi. Tidak sekedar

mencerdaskan siswa, tetapi juga mampu mengembangkan

kepribadian yang utuh, berakhlak, dan berkarakter. Salah satu tugas

guru adalah menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam

kehidupan yang bermakna bagi siswa.

Sebagai pendidik, guru perlu mengembangkan kecerdasan sosial

siswa, yaitu diskusi, bermain peran, hadap masalah, kunjungan

langsung, kemasyarakat dan lingkungan sosila yang beragam.

4. Muatan Lokal

Muatan lokal adalah muatan untuk mengembangkan potensi daerah

sebagai sebagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di madrasah.

Selain itu muatan lokal juga sebagai upaya untuk melestarikan bahasa

25
daerah yang berbasis kebudayaandan kesenian pada daerah dimana

madrasah itu berkembang.37 Disamping itu muatan lokal merupakan

kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan

dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang

materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Subtansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan satuan pendidikan, tidak

terbatas pada mata pelajaran keterampilan38

Menurut Mulyasa, menyebutkan bahwa kurikulum muatan lokal

merupakan kegiatan kurikuler yang dibentuk guna mengembangkan

kompetensi yang telah disesuaikan dengan ciri khas dan potensi sebuah

daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat

dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada.39

Isi dari muatan lokal ditentukan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Pendapat Mulyasa menganggap bahwa muatan lokal hanya

bisa diakomodasi melalui kegiatan yang terpisah dari mata pelajaran yang

telah ada.

Pendapat lain yang diungkapkan oleh Tirtarahardja dan La Sula,

menyatakan bahwa muatan lokal adalah ”...suatu program pendidikan yang

isi dan media serta strategi penyampaiannya dihubungkan dengan

lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta

37
Imam Haromain Dkk, Pedoman dan Implementasi Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan MTs, (Jawa Timur: Mapemda Kantor Wilayah, 2009), 43.
38
Masnur Muslih, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet.7, 30.
39
Muhammad Nasir, Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dalam Konteks
Pendidikan Islam di Madrasah, Jurnal Studi Islamika, Vol. 10, No. 1, Juni 2013 1-18, 3.
diakses tanggal 18 Agustus 2022
26
kebutuhan daerah masing-masing.”40 Yang dimaksud dengan isi adalah

materi pelajaran yang dipilih dan lingkungan yang dijadikan program yang

nantinya akan dipelajari oleh peserta didik di bawah bimbingan guru guna

mencapai tujuan muatan lokal. Sedangkan media penyampaian ialah

metode dan berbagai alat bantu dalam pembelajaran yang digunakan

dalam menyajikan isi dari muatan lokal. Jadi isi dan metode penyampaian

isi muatan lokal diambil dari sumber lingkungan yang dekat dengan

kehidupan peserta didik.

Dalam peresmian muatan lokal diharapkan bisa menjembatani

kebutuhan keluarga dan masyarakat dengan tujuan pendidikan nasional.

Muatan lokal juga bisa memberikan peluang kepada para peserta didik

untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah

yang membuatnya. Oleh karena itu, mata pelajaran di muatan lokal

haruslah memuat karakteristik dari budaya lokal, keterampilan, dan nilai-

nilai luhur budaya setempat serta mengangkat permasalahan sosial dan

lingkungan yang nantinya diharapkan mampu membekali siswa dengan

keterampilan dasar sebagai bekal dalam kehidupan.41

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa muatan

lokal adalah seperangkat rencana dilandasi dengan keadaan dan kebutuhan

daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan dalam kegiatan belajar mengajar. Muatan lokal

40
Nurdin Mansur, Urgensi Kurikulum Muatan Lokal dalam Pendidikan, Jurnal
Ilmiah Didaktika, Vol. 12, No. 1, Agustus 2012, 70-71.
41
Muhammad Nasir, Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dalam Konteks
Pendidikan Islam di Madrasah, Jurnal Studi Islamika, Vol. 10, No. 1, Juni 2013: 1-18, 4
27
merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang ada di standar

isi kurikulum tingkat satuan pendidikan.

5. Pendidikan Diniyah

Pengertian Pendidikan Diniyah Pendidikan pada dasarnya adalah

media dalam mengajar dan mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan.

Pendidikan sejatinya adalah gerbang pembuka untuk manusia menuju

peradaban yang lebih tinggi dan bersifat kemanusiaan dengan

berlandaskan pada keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan, dan

sang pencipta. Pendidikan dalam pengertain lain adalah sebuah ranah yang

didalamnya melibatkan dialektika interpersonal dalam mengisi ruang-

ruang di kehidupan seseorang yang akan menjadi sebuah pelita bagi

perjalanan umat manusia untuk masa lalu, masa kini, dan masa yang akan

datang.42

Pendidikan merupakan salah satu unsur dari aspek sosial budaya

yang berperan sangat penting dalam pembinaan suatu keluarga,

masyarakat, atau bangsa. Pentingnya peranan ini tidak lain merupakan

suatu bentuk ikhtiar yang dilakukan secara sadar, sistematis, terarah, dan

terpadu untuk memanusiakan peserta didik, menjadikan mereka sebagai

khilafah di muka bumi.43 Pendidikan telah berlangsung sejak turunnya

manusia sebagai khalifah di muka bumi. Pemindahan, pengembangan, dan

42
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: LPPPI, 2016), 4.
43
Nurcholish Majid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), 114.
28
pelestarian nilai kebudayaan telah berlangsung sejak zaman Nabi Adam

A.S. sebagai kelompok terkecil dari masyarakat manusia.44

Dari beberapa penjelasan diatas bisa ditegaskan bahwa tujuan

pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia. Yakni, manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki sifat

berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian baik, disiplin, bekerja keras,

bertanggung jawab, mandiri, cerdas, nan terampil serta sehat jasmani dan

rohaninya. Pendidikan apapun visi misinya harus mampu untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengambangkan manusia seutuhnya,

tak terkecuali dari lembaga pendidikan dengan ciri khas Islam yang

bernama madrasah.45

Dengan demikian, maka pendidikan merupakan sarana untuk

menuju ke arah penyempurnaan akhlak. Dengan kata lain, pendidikan

dalam Islam adalah fungsi untuk mencapai keluhuran akhlak, sedangkan

fungsi dari lembaga pendidikan adalah sebagai aspek material untuk

menjalankan peran dari pendidikan. Pendidikan adalah substansinya,

sedangkan lembaga pendidikan adalah institusi yang terbentuk secara

terorganisir di tengahtengah masyarakat.

Kata “Diniyah” berasal dari Bahasa Arab yang berarti keagamaan

dari akar kata din yang memiliki arti pasrah, tunduk, patuh, tingkah laku,

kebiasaan, kepercayaan, tauhid, dan ibadah.46 Kata diniyah dalam tradisi

44
Ni Made Sri Agustini, Tripusat Pendidikan sebagai Lembaga Pengembangan Teori
Pembelajaran bagi Anak, Vol. 9, No. 2, Desember 2018, 26.
45
Mahmud Arif, Panorama Pendidikan Islam di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, dan
Kelembagaan, (Yogyakarta: Idea Press, 2009), 28.
46
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yang diakses pada 20 Juni 2022.29
29
Indonesia, umumnya bersandingan dengan istilah madrasah. tapi dalam hal

ini karena diterapkan pada sekolah umum maka penyebutannya menjadi

“Pendidikan Diniyah”. Alasan dinamakan pendidikan diniyah adalah

seperti yang tertulis dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 30

ayat 4 disebutkan bahwa pendidikan keagamaan dapat berbentuk

pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk

lain yang sejenis.47

Jadi dari beberapa penjelasan tersebut Pendidikan Diniyah atau

biasanya disebut dengan Madrasah Diniyah adalah pendidikan yang

menerapkan pengajaran secara klasikal serta usaha untuk menanamkan

Islam sebagai bagian dari landasan hidup para siswa untuk melahirkan

ulama’ masyhur yang tidak hanya memahami ilmu pengetahuan saja,

melainkan luas wawasan keagamaannya, dan cakrawala pemikirannya

tetapi tetap mampu mengatahui tuntutan zaman sebagai bentuk pemecahan

persoalan masyarakat.26 Dalam permasalahan ini, karena diniyah

dilaksanakan di lembaga pendidikan umum (SD dan SMP) maka

pengajaran dilakukan secara modern dengan tidak hanya terpaku pada

kitab kuning saja, melainkan menggunakan modul dalam penyampaian

materi dan referensi lain seperti youtube, artikel, jurnal, dan lain-lain.

47
UU Sisidiknas tentang Pendidikan Keagamaan
(https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm, diakses pada 18 Agustus 2022)
30
B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Kata karakter berasal dari bahasa Latin "kharakter", "kharassein",

"kharax, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia karakter", Yunani

character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam.

Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak,

sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-

hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan,

kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran.48

Dalam tulisan bertajuk “Urgensi Pendidikan Karakter”, Prof. Suyanto,

Ph. D menjelaskan bahwa “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku

yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik

dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang

berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”.49

Karakter secara lebih jelas mengacu kepada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampilan

(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal

yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral,

perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-

prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal

48
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 11
49
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), 17
31
dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif

dalam berbagai keadaan dan komitmen untuk berkontribusi dengan

komunitas dan masyarakatnya. Dari kata karakter kemudian berkembang

kata karakteristik. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif

sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang

berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang

terbaik.50

Istilah karakter juga memiliki kedekatan dan titik singgung dengan

etika. Karena umumnya orang dianggap memiliki karakter yang baik

setelah mampu bertindak berdasarkan etika yang berlaku di tengah-tengah

masyarakat. Etika, berasal dari bahasa Yunani ethikos yang diambil dari

kata dasar ethos, yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,

kandang, kebiasaan, adat, watak, akhlak, perasaan, sikap atau cara

berpikir. Namun etika dalam perkembangannya lebih cenderung diartikan

sebagai adat kebiasaan.51

Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan mengenai

karakter yaitu karakter mempunyai arti sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak

yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga bisa disebut

dengan kepribadian. Karakter mengacu kepada sikap, perilaku, motivasi

dan keterampilan. Karakter juga disinggung dengan etika. Karena biasanya

orang yang berkarakter baik bertindak berdasarkan etika yang baik pula.

50
Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 55
51
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), 32
32
2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan

segala daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan

anak didik. Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang

mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi

harmoni yang selalu mengajarkan, membimbing, dan membina setiap

menusiauntuk memiliki kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan

menarik. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dihayati dalam

penelitian ini adalah religius, nasionalis, cerdas, tanggung jawab, disiplin,

mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka menolong,

gotong-royong, percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif, kepemimpinan,

demokratis, rendah hati, toleransi, solidaritas dan peduli.52

Menurut Ramli, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang

sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah

membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga

masyarakat yang baik dan warga Negara yang baik. Adapun kriteria

manusia yang baik, warga masyarakat yang baik , dan warga Negara yang

baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai

sosial tertentuyang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan

bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks

pendidikan Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai

52
Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta : Pelangi
Publishing, 2010), 34
33
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka

membina kepribadian generasi muda.53

3. Implementasi Pendidikan Karakter

Dalam megimplementasikan pendidikan karakter di perlukan berbagai

metode baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Penerapan

metode langsung dapat dimulai dengan menentukan sifat atau karakter

yang baik maupun buruk sehingga peserta didik secara tidak langsung di

doktrin dengan berbagai karakter yang baik untuk dilakukan maupun

karakter yang perlu dihindari. Sementara metode tidak langsung dengan

cara mendesain keadaan yang memungkinkan dalam mempraktekkan

karakter yang baik.54

Selain itu pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan metode

dogmatik, deduktif, induktif, maupun metode reflektif. Metode dogmatik

dilkukan dengan cara menanamkan nilai baik buruk, benar salah tanpa

meragukan dari nilai kebenaran dan kesalahan yang di dogmakan. Metode

deduktif metode ini dengan menguraikan konsep benar salah yang dapat

dipahami oleh peserta didik sehingga logika berfikir peserta didik juga

akan terasah dan melihat perbuatan yang baik dan salah dari pengertian

yang diperoleh.

Sementara metode induktif dilakukan dengan mengalisa kejadian yang

ada kemudian ditarik kesimpulan tentang baik dan buruk kejadian tersebut.

Metode induktif merupakan kebalikan dari metode deduktif. Metode

53
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi,
(Bandung:Alfabeta, 2012) , .23- 24.
54
S u ki ya t, S t ra t eg i I mp l e men ta s i Pen d id i ka n Ka r a kte r, ( S urab a ya : J a kad
med ia p ub li s h i n g, 2 0 2 0 ) 7 8
34
reflektif merupakan gabungan antara deduktif dan induktif dengan konsep

baik dan benar kemudian di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.55

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pendidikan karakter dapat

diimplementasikan dengan doktrinasi nilai baik dan benar ataupun dengan

memberikan contoh perbuatan dalam kehidupan sehari-hari yang

mengandung unsur sikap baik maupun yang mengandung unsur perbuatan

buruk. Tentunya diperlukan konsistensi dari semua pihak dalam mendidik

maupun mengembangakan karakter peserta didik.

C. Kerangka berpikir

Dari uraian diatas, peneliti mengkaji tentang problem yang

dihadapi oleh guru muatan lokal pendidikan diniyah dalam implementasi

pendidikan karakter di lingkungan sekolah dasar negeri se kecamatan

Mojoagung. Guru muatan lokal pendidikan diniyah merupakan guru

pendamping yang diangkat dan digaji oleh pemerintah daerah kabupaten

Jombang guna mendidik siswa dengan materi kitab kuning seperti yang

diajarkan di madrasah diniyah maupun pondok pesantren. Oleh sebab itu

dalam seleksi masuk guru diniyah, diutamakan yang bisa membaca kitab

kuning ala pesantren walaupun belum memiliki kualifikasi sarjana

pendidikan.

Kurikulum yang digunakan, cara mengajar, maupun lingkungan

tentunya tidak sama dengan yang ada dilingkungan madrasah diniyah

maupun pondok peantren sehingga adanya perbedaan cara mengajar ini

serta kebiasaan kerja ini menuntut guru muatan lokal pendidikan diniyah
55
S u ki ya t, S t ra t eg i I mp l e men ta s i Pen d id i ka n Ka r a kte r , ( S urab a ya : J a kad
med ia p ub li s h i n g, 2 0 2 0 ) , 7 9
35
untuk mengembangkan diri dalam memenuhi standar pendidikan yang ada

di lingkungan sekolah dasar.

Dalam persepektif pendidikan karakter tentunya bukan masalah

baru bagi lulusan pondok pesantren yang siswanya cenderung homogen.

Akan tetapi dalam konteks lingkungan sekolah dasar negeri, tentunnya

guru muatan lokal pendidikan diniyah memiliki hambatan dalam

implementasi pendidikan karakter pada peserta didik dari segi administrasi

pendidikan maupun dalam pelaksanaanya.

36
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian secara umum adalah suatu kegiatan analisis data yang

terorganisir secara sistematis dan logis dalam mencari suatu faktor

kebenaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut A. Muri Yusuf,

penelitian merupakan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah atau

mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi secara ilmiah,

menggunakan cara berfikir reflaktif, berfikir keilmuan dengan prosedur

yang sesuai dengan tujuan dan sifat penyelidikan.56

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dimana dalam penelitian ini

akan mengungkapkan atau mendeskripsikan keadaan di lapangan sesuai

dengan kenyataan. Pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses

penelitian dan pemahaman yang didasari oleh metodologi yang

menyelidiki suatu fenomena sosial dan problem manusia.57

Menurut Moleong dalam Suharsimi Arikunto, sumber data

penelitian kualitatif berupa tampilan yang berupa kata-kata lisan atau

tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai

detailnya supaya dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen

yang di dapat. Sumber data yang dimaksud tersebut secara garis besar

56
Yusuf, A. Muri. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, & penelitian gabunga ,
(Jakarta :Persada Media, 2016), 24.
57
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: dari Denzin Guba dan
Penerapannya, (Jakarta: Tirta Wacana, 2001), 11.

37
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manusia atau orang dan yang bukan

manusia yang dipilih sesuai dengan kepentingan peneliti.58

Sedangkan untuk jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

secara deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk

laporan penelitian. Dan dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan apa-

apa terhadap suatu objek wilayah yang diteliti atau secara lebih detail tidak

mengubah, menambah, atau memanipulasi terhadap objek atau wilayah

penelitian.

Dari uraian diatas, sudah jelas bahwa penelitian ini akan

mendeskripsikan dan menginterpretasikan objek wilayah yang diteliti

yakni problematika yang di hadapi guru muatan lokal pendidikan diniyah

dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri

se-kecamatan Mojoagung Jombang yang akan dipaparkan dalam bentuk

laporan penelitan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri yang berada

wilayah kerja pendidikan kecamatan Mojoagung. Sedangkan obyek yan

diteliti adalah guru muatan lokal pendidikan diniyah yang berjumlah 28

guru.

Adapun waktu penelitian direncanakan pada bulan April sampai

dengan bulan September 2022,

58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), 22
38
C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data

adalah kualitatif yang bersifat deskriptif bukan angka. Data dapat

berupa gejala-gejala, kejadian dan peristiwa yang kemudian

dianalisis dalam bentuk kategori-kategori.Data kualitatif tidak

dapat diukur dan dihitung secara akurat, danumumnya dinyatakan

dalam kata-kata dan bukan angka. Intinya, aktivitas dan atribut

manusia seperti gagasan, adat istiadat, dan kepercayaan, yang

diselidiki dalam studi tentang manusia dan masyarakat serta

budaya tidak dapat ditentukan dan diukur dengan cara yang pasti.

Oleh karena itu, jenis data ini bersifat deskriptif. Hal ini tidak berarti

bahwa data tersebut kurang berharga dibanding data kuantitatif.

2. Sumber data

Yang dimaksud dengan sumber data pada penelitian ini adalah subyek

darimana data diperoleh.59 Dalam penelitian ini penulis menggunakan

dua sumber data yakni :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber pertamanya.60 Adapun yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian ini adalah guru muatan lokal

pendidikan diniyah sekolah dasar negeri se-kecamatan Mojoagung

Jombang.

59
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), 129.
60
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, ( Jakarta : Rajawal, 1987), 93.
39
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti

sebagai sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga

dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen – dokumen.61

Dalam penelitian ini, dokumentasi dan angket merupakan sumber

data sekunder.

D. Penentuan Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dapat dimanfaatkan untuk

memberikan informasi terkait keadaan, situasi, dan kondisi, maupuan

latar belakang dari obyek penelitian.

Dengan demikian informan adalah orang yang dianggap penulis

mampu dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Orang yang bertanggung jawab besar dalam jalannya proses produksi di

lapangan. Sehingga informan haruslah memiliki kapabilitas dan

kemampuan dalam berbagi informasi kepada penulis untuk memberikan

informasi yang terkait. Dalam penelitian ini penulis mementukan

informan yang digunakan adalah guru muatan lokal pendidikan diniyah

sekolah dasar negeri se-kecamatan Mojoagung.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan

keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat dan

merupakan pembantu utama dari metode observasi.62 Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara indepth interview,


61
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, ( Jakarta : Rajawal, 1987), 94.
62
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994), 129.
40
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang

diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan

wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukakan oleh informan.63

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada guru

muatan lokal pendidikan diniyah, ketua Kelompok Kerja Guru muatan

lokal pendidikan diniyah dan beberapa kepala sekolah di sekolah dasar

negeri mojoagung.

2. Teknik Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-

gejala alam dan bila responden yang diamati tidak telalu besar. Dalam

observasi ini, menggunakan observasi pastisipan yaitu peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan

pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini,

maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.64

63
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2010), 320.
64
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2010), 145.
41
Dalam observasi ini, peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar

dan kegiatan keagamaan di sekolah dasar negeri yang berada dalam

naungan wilayah kerja pendidikan kecamatan Mojoagung.

3. Teknik Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan

teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda, dan sebagainya.65

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi ini diambil melalui

catatan, agenda, dan foto-foto yang berkaitan dengan dokumentasi

kegiatan kelompok kerja guru muatan lokal pendidikan diniyah sekolah

dasar negeri yang berada dalam naungan wilayah kerja pendidikan

kecamatan Mojoagung berupa soft file maupun hard file.

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan temuan atau kepercayaan terhadap data

hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan,

ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensial.

Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data penulis menggunakan

triangulasi sumber Triangulasi teknik pemerikasaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi

yang paling banyak digunakan ialah melalui sumber lainnya. Triangulasi

dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), 274.
42
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda melalui metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai melalui; (1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan data wawancara. (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi. (3) membandingkan apa yang dikatakan

orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya

sepanjang waktu (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintah

dan (5) membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.66

G. Teknik Anlisis Data

Analisis data dalam penelitian dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah

dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan

pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap

kredibel. Melis and Humberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

66
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001), 331.

43
Dalam menganalisis data ada beberapa langkah yang dilakukan

oleh peneliti, yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984)

menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative

research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

3. Verifikasi.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

44
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.67

67
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2010), 345.
45
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Gambaran umum objek penelitian yang dijelaskan di sini adalah


gambaran umum mengenai sekolah dasar negeri yang berada kecamatan
Mojoagung. Gambaran secara menyeluruh tentang kondisi sekolah dasar
negeri serta keadaan guru muatan lokal pendidikan diniyah akan dapat
membantu dalam menjelaskan penelitian
1. Gambaran lokasi penelitian

Penelitian yang peneliti laksanakan disini sebagai obyek

penelitiannya adalah guru muatan lokal pendidikan diniyah sekolah

dasar negeri se-Kecamatan Mojoagung dan sekaligus SD Negeri se-

Kecamatan Mojoagung adalah sebagai tempat penelitian. Di

Kecamatan Mojoagung terdapat 28 sekolah dasar yang tersebar di 18

desa. 24 SD Negeri, 4 SD swasta dan 1 SLB (Sekolah Luar Biasa)

selain itu terdapat 17 sekolah yang berada dalam naungan kementerian

agama. Atau Madrasah Ibtidaiyyah.68

Dari 45 jenjang sekolah dasar di kecamatan Mojoagung, yang

menjadi obyek penelitian adalah 23 sekolah dasar negeri. Selain

karena kurikulum muatan lokal pendidikan diniyah hanya diajarkan di

sekolah yang berada dalam naungan kementerian pendidikan, riser

dan teknologi saja, keempat sekolah dasar swasta yang ada berbasis

keagamaan sehingga tidak bisa dijadikan perbandingan dengan

68
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Mojoagung Dalam Angka 2021. (Jombang:CV.
Media Advertising, 2021), 45

46
sekolah dasar negeri yang bersifat universal. Untuk lebih jelasnya bisa

kita lihat pada tabel di bawah ini:

. Tabel 4.1
Data Sekolah Dasar di Kecamatan Mojoagung
Jumlah Peserta Jumlah
No Nama Sekolah NPSN
Didik Rombel
1 SDN Betek 1 20503983 96 6
2 SDN Betek 2 20503982 64 6
3 SDN Dukuhdimoro 20504083 142 6
4 SDN Dukuhmojo 1 20504116 201 6
5 SDN Dukuhmojo 2 20504115 260 11
6 SDN Gambiran 20504104 133 6
7 SDN Janti 20504069 101 6
8 SDN Johowinong 1 20503275 207 6
9 SDN Johowinong 2 20503274 89 6
10 SDN Kademangan 1 20503216 184 6
11 SDN Kademangan 3 20503214 129 6
12 SDN Karangwinongan 20503235 167 6
13 SDN Karobelah 20503233 232 6
14 SDN Kedunglumpang 1 20503347 250 8
15 SDN Mancilan 1 20503306 306 12
16 SDN Mancilan 3 20503304 72 6
17 SDN Miagan 20503103 210 9
18 SDN Mojotrisno 20503121 388 13
19 SDN Murukan 20503071 194 6
20 SDN Seketi 20503574 113 6
21 SDN Tanggalrejo 20503671 283 11
22 SDN Tejo 1 20503643 216 9
23 SDN Tejo 3 20503641 77 6
24 SD Islam Terpadu Brilliant 69975036 85 6
25 SD Islam Universal 69787504 36 6

47
26 SD Kristen Wijana 20504225 45 6
27 SD Kristen Bethel 20504227 36 6
Total Total 4316 193

Dari 23 sekolah dasar negeri di kecamatan Mojoagung, terdapat

28 guru muatan lokal pendidikan diniyah yang menjadi obyek

penelitian ini.

2. Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Diniyah

Sesuai dengan keputusan yang ditetapkan dalam Perbup Nomor

41 Tahun 2019 Pasal 12 ayat 1, bahwa beban belajar muatan lokal

pendidikan diniyah pada Sekolah Dasar adalah 64 (enam puluh empat)

jam pelajaran dalam satu semester atau 4 (empat) jam pelajaran dalam

satu minggu69. Jadi dalam satu minggu tersebut tema yang akan

dipelajari berbeda-beda, sesuai dengan urutan materi dalam kurikulum

yang berlaku. Dan beban belajar dalam satu minggu sebagaimana yang

dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan dalam bentuk kurikuler, yakni

masuk sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh setiap peserta

didik.

Kitab acuan yang dipelajari dalam muatan lokal pendidikan

diniyah berberda-beda antar jenjang kelas. Dimana setiap kelas

mempelajari 2 macam kitab yang kurikulumnya disusun sedemikian

rupa dengan harapan lulusan sekolah dasar sudah mampu membaca

dan menulis serta memaknai kitab seperti anak pesantren. Standar kitab

yang digunakan di kelas 1 (satu) dengan pelajaran mengenal huruf

69
Peraturan Bupati Jombang No. 41 Tahun 2019
48
hijaiyah dan huruf pegon yang bebasis pada kitab pegon sampai pada

kelas 6 (enam) dengan menggunakan kitab Aqidatul Awam dan kitab

Syifaul Jinan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada table berikut ini.

. Tabel 4.2
Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Diniyah

No. Kelas Kitab Acuan


1. Pegon Juz 1
1 Kelas I
2. Ro’sun Sirah
1. Pegon Juz 2
2 Kelas II
2. Ro’sun Sirah
1. Al Mabadi Al Fiqhiyyah Juz 1
3 Kelas III
2. Birrul walidaini
1. Al Mabadi Al Fiqhiyyah Juz 2
4 Kelas IV
2. Sya’ir Alala
1. Aqidatul Awam
Kelas V
5 2. Syifaul Jinan
1. Aqidatul Awam
6 Kelas VI
2. Syifaul Jinan

Dalam menggunakan kitab acuan, semula Dinas pendidikan

kabupaten Jombang menngunakan kitab yang diterbitkan oleh pondok

pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo kota Kediri dan sudah ada

makna seperti yang digunakan di pondok pesantren salaf yang tidak

menggunakan huruf latin sama sekali. Sehingga sebagian besar guru

kesulitan dalam menggunakannya sebagai media pembelajaran peserta

didik mengingat banyak peserta didik yang belum mengetahui huruf

Hijaiyyah maupun huruf Arab pegon.

49
Kreatifitas guru muatan lokal pendidikan diniyah dalam

mengemas pelajaran yang berbasik huruf Arab dan huruf Pegon dalam

bentuk pembelajaran yang menarik dapat menjadikan peserta didik

sedikit demi sedikit menguasai kompetensi yang di gariskan dalam

kurikulum muatan lokal pendidikan diniyah. Namun seiring dengan

berjalannya waktu mulai banyak penerbit yang berlomba-lomba dalam

menyusun kitab acuan yang menarik, dan mudah dipahami oleh peserta

didik.

3. Keadaan Guru Muatan Lokal Pendidikan Diniyah di kecamatan

Mojoagung.

.Peraturan Bupati Nomor 41 Tahun 2019 Pasal 14 juga

membahas tentang standar kualifikasi pembimbing muatan lokal

pendidikan diniyah, tertulis bahwa kualifikasi akademik pembimbing

muatan lokal pendidikan diniyah sekurang-kurangnya berijazah

diplomat empat (D-IV) atau sarjana (S1). Dan dalam hal kualifikasi

akademik sebagaimana dimaksud masih belum dapat dipenuhi, maka

hal itu bisa dipenuhi dengan menerima pembimbing dengan

kualifikasi setara SMA atau Lulusan Mualimin/Mualimat atau lulusan

Pesantren Muadalah yang memiliki keahlian sesuai dengan

kompetensi materi Muatan Lokal Pendidikan Diniyah atau nama lain

yang sejenis70.

Jadi dalam standar kualifikasi pembimbing muatan lokal

pendidikan diniyah dibutuhkan lulusan D-IV dan S1 atau kalau tidak

70
Peraturan Bupati Jombang No. 41 Tahun 2019
50
bisa dipenuhi dapat pula menerima lulusan pembimbing dengan

kualifikasi setara SMA atau mualimin/mualimat, lulusan pesantren

muadalah, karena dalam pembelajaran kali ini menyangkut tentang

Agama, jadi diharapkan para pembimbing menguasai materi agar

proses pembelajaran berjalan secara baik tanpa ada penjelasan yang

berpotensi hoax.

Guru muatan lokal pendidikan diniyah sekolah dasar negeri di

kecamatan mojoagung berjumalah 28 (dua puluh delapan) guru yang

tersebar di 23 (dua puluh tiga) sekolah dasar. Sesuai dengan peraturan

bupati Jombang No 41 Tahun 2019, pengangkatan guru muatan lokal

pendidikan diniyah dilakukan dengan sistem seleksi baik seleksi

administrasi maupun seleksi akademik Dalam proses seleksi guru

muatan lokal pendidikan diniyah Sekolah Dasar di kecamatan

Mojoagung, pelaksannya adalah bidang keagamaan kelompok kerja

kepala sekolah (KKKS) yang bekerja sama dengan kelompok kerja

guru pendidikan agama Islam (KKG PAI) kecamatan Mojoagung.71

Menurut pengawas pendidikan sekolah dasar di mojoagung

Proses seleksi di tahun 2019 dilakukan serentak guna memenuhi

kebutuhan akan guru muatan lokal pendidikan diniyah di seluruh

sekolah dasar yang berada dalam wilayah kerja pendidikan kecamatan

Mojoagung. Namun dalam perjalanannya banyak guru muatan lokal

pendidikan diniyah yang mengundurkan diri sehingga proses seleksi

berikutnya diadakan sesuai kebutuhan yang di ajukan oleh kepala

71
Wawancara dengan Ketua FKKPD Kec. Mojoagung Bapak Priyanto,S.Pd. Tanggal
4 Juni 2022 .
51
sekolah dasar. Adanya guru yang mengundurkan diri ini juga di

mengundurkan diri ini juga diamini oleh ketua kelompok kerja

pendidikan diniyah bapak Priyanto, S.Pd. yang mengatakan bahwa: di

usia 3 tahun muatan lokal pendidikan diniyah, sudah sering terjadi

pergantian guru karena adanya guru yang mengundurkan diri.

Berikut ini daftar guru muatan lokal pendidikan diniyah sekolah

dasar negeri di kecamatan Mojoagung tahun 2022.

. Tabel 4.3
Guru Muatan Lokal Pendidikan Diniyah SDN Mojoagung Tahun Ajaran
2021/2022

NO NAMA PENDIDIKAN SATUAN PENDIDIKAN

1 SITI ASMANIYAH SMA SDN BETEK 1


2 FATHIMAH S.Pd.I S1 SDN BETEK 2
3 KHOIRIL ANAM SMA SDN DUKUHDIMORO
4 PRIYANTO, S.Pd.I S1 SDN DUKUHMOJO I
5 MUFIDATUL ILMIAH, S.Pd S1 SDN DUKUHMOJO2
6 AMIN ROFIQI SMA SDN DUKUHMOJO2
7 DWI PUTRI INDAH SARI.S.H S1 SDN GAMBIRAN
8 MUHAMMAD MALKHAN S1 SDN JANTI
9 SITI NUR LAILA S1 SDN JOHOWINONG 1
10 MUHAMMAD FAIZIN SMA SDN JOHOWINONG 2
11 SITI YULIA CITRA S1 SDN KADEMANGAN 1
12 MASYRIFAH NURIYAH SMA SDN KADEMANGAN3
13 SULIADI SMA SDN KARANGWINONGAN
14 MAGHFIROH SMA SDN KAROBELAH
15 DEVY AMELIA PUTRI, S.Pd. S1 PGMI SDN KEDUNGLUMPANG
16 HANIN FULANI S.Pd.I S1 SDN MANCILAN 1
17 TAHTA ALFINA SMA SDN MANCILAN 1

52
18 IKA SEVI WAHYUNITA SMA SDN MANCILAN 3
19 ABDUL MUFID SMA SDN MIAGAN
20 FATHUL ALIM, S.Pd.I S1 SDN MIAGAN
21 ABDUL BAKIR S1 SDN MOJOTRISNO
22 TANJUDAN SUKMAWINATA S1 SDN MOJOTRISNO
23 IIN NUR FADHILAH SMA SDN MURUKAN
24 NUR KHIKMATUS SAADAH SMA SDN SEKETI
25 ELYS MAUIDHOH SMA SDN TANGGALREJO
26 KHOIROH MUFIYATI SMA SDN TANGGALREJO
27 INDAH UMAMI IKROIYAH SMA SDN TEJO 1
28 SINTIA RAHMA SMA SDN TEJO 3

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa guru muatan lokal

pendidikan diniyah di sekolah dasar negeri kecamatan Mojoagung

sudah ada yang berkualifikasi sarjana. Namun juga banyak yang

masih berijazah SMA atau sederajat.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pendidikan Diniyah di

Kecamatan Mojoagung.

Muatan lokal pendidikan diniyah merupakan kebijakan baru

yang diusulkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang dan sudah

disetujui oleh Ibupati Jombang Hj. Munjidah Wahab dalam Perda.

Kebijakan ini diterapkan di seluruh sekolah SD dan SMP yang berada

pada wilayah kabupaten Jombang. Di kecamatan Mojoagung seluruh

SD Negeri Maupun Swasta juga menerapkan kebijakan ini untuk

semua tingkatan kelas dengan menyesuaikan struktur kurikulum

sesuai dengan surat edaran dari dinas pendidikan kabupaten Jombang.

53
Pendidikan diniyah merupakan pendidikan yang sangat penting

dalam mengembangkan karakter dan moral generasi muda, oleh sebab

itu pendidikan diniyah harus dilaksanakan secara terpogram guna

menghasilkan output yang baik. Tujuan dari adanya muatan lokal

pendidikan diniyah di kabupaten Jombang adalah agar peserta didik

yang bersekolah di sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama

mempunyai daya saing di bidang keagamaan dengan peserta didik

yang bersekolah di instansi keagamaan lainnya, agar setelah itu tidak

terjadi ketimpangan pemahaman keagamaan antara peserta didik yang

bersekolah di sekolah umum maupun sekolah yang berbasis

keagamaan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan

ketua Forum Kelompok Kerja Pendidikan Diniyah (FKKPD) sekolah

dasar kecamatan Mojoagung yaitu bapak Priyanto,S.Pd., mengatakan

bahwa:

Secara garis besar, pembelajaran muatan lokal pendidikan diniyah


di sekolah dasar negeri kecamatan Mojoagung berjalan dengan
baik. Dilihat dari aspek jadwal, materi, proses pembelajaran
maupun evaluasi dan pengawasan berjalan sesuai yang
direncanakan walaupun masih ada kekurangan tentunya
kekurangan dapat diselesaikan dengan baik. Pengawas pendidikan
kecamatan Mojoagung memang terus memantau pelaksanaan
pembelajaran diniyah, baik dari segi kedisiplinan guru maupun
administrasi pembelajaran guru muatan lokal pendidikan diniyah72.

Dari pemaparan beliau, pelaksanaan diniyah di kecamatan

Mojoagung terus dipantau oleh pengawas pendidikan kecamatan

72
Wawancara dengan Ketua FKKPD Kec. Mojoagung Bapak Priyanto,S.Pd. Tanggal
4 Juni 2022 .
54
Mojoagung. Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Samsul Hadi, S.Pd.

selaku kepala sekolah SDN Tejo 1 kecamatan Mojoagung.

Pelaksanaan diniyah yang merupakan program baru kabupaten


Jombang sehingga menjadi pusat perhatian dari pengawas, maupun
masyarakat sehingga dapat dikatakan guru diniyah dalam status
bimbingan dan pengawasan ekstra baik dari pengawas langsung,
kepala sekolah, maupun guru-guru yang lain. Terutama guru
diniyah yang statusnya belum sarjana pendidikan.73

Pernyataan diatas seakan diamini oleh bapak Mochammad

Wahyudi, S.Pd.SD selaku kepala SDN Miagan desa Miagan

kecamatan Mojoagung mengatakan bahwa:

Pendidikan diniyah di sekolah dasar negeri Miagan berjalan dengan


baik, guru pendidikan diniyah mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekolah dasar. Sehinga pembelajaran diniyah berjalan
sesuai yang diharapkan. Peserta didik juga mendapat tambahan
ilmu yang dipelajari di pondok pesantren ini tentunya berguna bagi
mereka terutama bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan
dilingkup pondok pesantren, karena dari tahun-tahun sebelumnya
ada siswa SDN Miagan yang melanjutkan ke pesantren.74

Dari pemaparan yang ada seolah terdapat ekspektasi yang tinggi

terhadap adanya program muatan lokal pendidikan diniyah di tingkat

sekolah dasar negeri. Ditengah persaingan dunia pendidikan antara

lembaga pendidikan setingkat sekolah dasar, tentunya adanya

pendidikan diniyah dapat menjadi bahan pertimbangan wali murid

dalam menyekolahkan anaknya di sekolah dasar negeri.

Hasil observasi yang ditemukan peneliti dilapangan, bahwa

memang benar dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal

pendidikan diniyah di sekolah dasar negeri kecamatan Mojoagung

73
Wawancara dengan Kepala SDN Tejo 1 Bapak Samsul Hadi, S.Pd. Tanggal 6 Juni
2022
74
Wawancara dengan Kepala SDN Miagan bapak Mochammad Wahyudi, S.Pd.SD.
Tanggal 13 Juni 2022.
55
berjalan dengan baik. Dalam artian dinas pendidikan maupun lembaga

sekolah sudah mengatur hal yang berhubungan dengan muatan lokal

pendidikan diniyah, yakni sudah menyeleksi guru pembimbing yang

mampu dalam materi diniyah, jadwal pelajaran sudah terstruktur,

penilaian yang dilakukan oleh pengawas dari dinas pendidikan telah

dilakukan, terdapat fasilitas sekolah berupa kitab kitab kuning yang

dipinjamkan kepada peserta didik, perangkat pembelajaran yang sudah

disetujui oleh kepala sekolah, wali murid yang antusias dengan adanya

pembelajaran diniyah, proses belajar mengajar yang khidmat

menyesuaikan kemampuan masing-masing peserta didik. Hal tersebut

dirasa peneliti sudah cukup untuk melihat bahwa pelaksanaannya

sudah sukses meskipun terdapat beberapa hal kecil yang terjadi

mengenai sebagian kecil guru pembimbing muatan lokal pendidikan

diniyah di beberapa sekolah dasar kecamatan Mojoagung yang kurang

terbiasa dengan lingkungan kerja, sistem dan administrasi di sekolah

formal, maupun yang kurang mampu bekerja sama dengan masyarakat

sekolah, namun hal tersebut sudah ditangani pihak sekolah dan

pengawas pendidikan dengan baik sehingga tidak sampai menganggu

proses pembelajaran muatan lokal pendidikan diniyah.

Selain itu, dalam pembelajaran muatan lokal pendidikan diniyah

walaupun merupakan muatan pelajaran baru, pendidkan diniyah juga

diikutkan dalam penilaian-penilaian yang diadakan oleh sekolah

seperti: penilaian tengah semester (PTS), penilaian akhir semester

(PAS), penilaian akhir tahun (PAT) maupun ujian sekolah (US).

56
Sehingga dalam proses pembelajaran muatan lokal pendidikan diniyah

juga diadakan pembagian raport atau hasil belajar siswa selama satu

semester. Hasil belajar siswa diberikan dalam bentuk raport yang di

dalamnya juga menginput nilai siswa mata pelajaran keagamaan, dua

mata pelajaran tersebut dimasukkan dalam raport seperti

matapelajaran yang lain. Hasil belajar siswa diberikan dalam bentuk

tersebut dikarenakan mata pelajaran diniyah memang memiliki

beberapa aspek yang perlu diujikan dan diukur serta perlu untuk

diberitahukan kepada masing-masing wali murid sebagai sebuah

sarana komunikasi mengenai perkembangan pendidikan yang diikuti

oleh siswa. Jadi muatan lokal pendidikan diniyah dalam sistem kerja

di sekolah dasar negeri kecamatan Mojoagung, tidak berbeda dengan

sistem kerja muatan pelajaran lain.

5. Kegiatan penunjang Kompetensi Guru Muatan Lokal Pendidikan

Diniyah di Kecamatan Mojoagung

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa dari 28 guru muatan

lokal pendidikan diniyah di sekolah dasar kecamatan Mojoagung

terdapat separuh yang memiliki kualifikasi sarjana pendidikan

selebihnya memiliki kualifikasi sarjana non pendidikan maupun hanya

memiliki ijazah SMA atau sederajat. Tentunya peningkatan kualitas

kompetensi guru muatan lokal pendidikan diniyah menjadi perhatian

serius dinas pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi kabupaten

Jombang.

57
Dalam rangka peningkatan kualitas kompetensi ini, di awal

kemunculan muatan lokal pendidikan diniyah dinas pendidikan

kebudayaan, riset, dan teknologi kabupaten Jombang.

Menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) mengenai kurikulum

pendidikan diniyah, metode mengajar dan penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) bagi guru muatan lokal pendidikan

diniyah maupun guru muatan lokal keagamaan. Kegiatan ini

dilanjutkan bimbingan teknis di tahun berikutnya yang kembali

mengulas kurikulum muatan lokal pendidikan diniyah yang berbasis

kurikulum 2013.

Selain bimbingan teknis yang dilakukan oleh dinas pendidikan,

kebudayaan, riset, dan teknologi kabupaten Jombang, guru muatan

lokal pendidikan diniyah juga membuat kelompok kerja guru

pendidikan diniyah di tingkat kecamatan maupun kabupaten.

Kelompok kerja ini yang menyusun rencana kegiatan guru pendidikan

diniyah. kegiatan yang dimaksud sesuai dengan kebutuhan guru di

masing-masing kecamatan. Sehingga akan berdabeda antar satu

kecamatan dengan kecamatan yang lain. semua kegiatan ditujukan

untuk mengurangi kesenjangan kompetensi antara guru pendidikan

diniyah dengan guru muatan pelajaran lain di sekolah dasar negeri

kecamatan Mojoagung.

Selanjutnya rancangan yang disusun akan disampaikan kepada

dinas pendidikan dan di tindak lanjuti dengan pelaksanaan di tiap-tiap

kecamatan yang dibiayai oleh dinas pendidikan, kebudayaan, riset,

58
dan teknologi kabupaten Jombang. dan pelaksanaanya diawasi oleh

pengawas pendidikan sekolah dasar kecamatan Mojoagung.

Selain dari itu, guru muatan lokal pendidikan diniyah juga

dilibatkan dalam pembuatan naskah soal penilaian yang diadakan oleh

sekolah dari penilaian tengah semester sampai dengan penilaian akhir

tahun. Dan ujian sekolah.

Berikut program kerja pemberdayaan guru muatan lokal

pendidikan diniyah yang telah di laksanakan tahun 2021.

. Tabel 4.4
Program kerja Pemberdayaan Guru Muatan Lokal Pendidikan Diniyah
kecamatan Mojoagung Tahun 2021

No. Program Tujuan Sasaran Waktu


Metodologi dan melatih pembimbing agar
Pembimbing diniyah
1 model lebih trampil dalam April 2021
kecamatan Mojoagung
pembelajaran kegiatan pembelajaran
Penyusunan melatih pembimbing untuk
Pembimbing diniyah
2 administrasi menyusun administrasi Juni 2021
kecamatan Mojoagung
pembelajaran 1 pembelajaran
mengajarkan pembimbing
evaluasi dan untuk mengavuluasi
Pembimbing diniyah
3 penilaian pembelajaran dan cara Agustus 2021
kecamatan Mojoagung
pembelajaran menilai sesuai dengan
kaidahnya
mengajarkan pembimbing
Pembimbing diniyah
4 Pembuatan soal untuk membuat soal sesuai September 2021
kecamatan Mojoagung
kaidahnya
Penyusunan melatih pembimbing untuk
Pembimbing diniyah
5 administrasi menyusun administrasi Oktober 2021
kecamatan Mojoagung
pembelajaran 2 pembelajaran
Melatih pembimbing untuk
Media memanfaatkan teknologi Pembimbing diniyah
6 November 2021
pembelajaran sebagai media kecamatan Mojoagung
pembelajaran

59
6. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan

Mojoagung

Pendidikan karaktek bukanlah proses yang berlangsung hanya

dalam satu dua hari saja, akan tetapi dalam pembentukan karakter

yang dicanangkan, dibutuhkan proses yang berlangsung secara

berulang-ulang sehingga karakter yang diharapkan dapat muncul,

tumbuh, berkembang, dan menjadi kebiasaan bagi peserta didik.

Menyadari akan hal tersebut sekolah dasar negeri di kecamtan

Mojoagung menjalankan program pendidikan karakter yang telah

dicanangkan kementerian pendidikan riset dan teknologi.

Namun dalam proses pendidikannya tentunya ada sedikit

perbedaan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Ini

tentunya juga dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki suatu

lembaga baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana

pendidikan yang menunjang kegiatan pengembangan karakter peserta

didik.

Diantara sekolah dasar di kecamatan Mojoagung sudah banyak

sekolah dasar yang memiliki sarana musholla sendiri seperti : SDN

Miagan, SDN Mojotrisno, SDN Tejo 3, sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai tempat mengembangakan karakter religious peserta didik.

Namun ada juga yang belum memiliki yang musholla seperti SDN

Dukuhmojo 1, SDN Dukuhmojo 2 , SDN Tanggalrejo. Sehingga

dalam mengembangkan karakter religious siswa, menggunakan

fasilitas musholla maupun masjid yang ada di dekat sekolah dasar.

60
Secara garis besar proses pendidikan karakter di sekolah dasar

kecamatan Mojoagung dilakukan dengan: kegiatan pembiasaan

senyum, salam, sapa. Dimana guru menyapa peserta didik yang datang

kesekolah dipagi hari. Tentunya ada sekolah yang melakukan kegiatan

ini di depan kelas masing-masing sehingga guru kelas berjaga di

depan kelasnya, ada juga yang melakukan di pintu gerbang sekolah

dengan membuat jadwal piket guru. Dengan proses senyum sapa

salam ini akan membiasakan anak untuk bersikap santun disamping

juga melatih kedisiplinan anak dalam berangkat ke sekolah.

Lain dari pada itu di sekolah dasar negeri kecamatan Mojoagung

juga mengadakan sholat Dluha dan shalat Dluhur berjamaah untuk

kelas empat, lima, dan kelas enam. Sehingga ini juga membiasakan

anak untuk taat beribadah kepada tuhan yang maha esa. Selain di luar

jam pembelajaran kegiatan pengembangan karakter juga dilakukan

saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Baik dengan proses

doktrinasi guru maupun dengan pembiasaan yang memulai dan

mengakhiri pembelajaran dengan membaca do’a bersama. Ini seseuai

yang disampaikan oleh kepala sekolah SDN Miagan yang mengatakan

bahwa:

Kegiatan pengembangan karakter siswa di SDN Miagan dilakukan


dengan berbagai cara diantranya adalah pembiasaan di luar kelas
maupun di dalam kelas saat pembelajaran. Dengan membuat
jadwal piket guru yang menyambut anak diharapkan dapat
meningkatkan kedekatan guru dan anak serta melatih kedisiplinan
anak. Juga membuat program salat berjamaah dan pembiasaan

61
berdoá sebelum kegiatan belajar dimulai maupun setelah
pelajaran.75

Hal yang sama juga di katakana oleh bapak Priyanto, S.Pd.

bahwa semua guru diniyah dalam kegiatan pembelajaran selalu

memulainya denga pembacaan do’a. serta guru pembimbing diniyah

ikut serta dalam upacara bendera hari senin.

Selain kegiatan yang bersifat harian, pengembangan karakter

siswa juga dilakukan dengan kegiatan yang bersifat bulanan seperti

pembacaan istigosah dan tahlil bersama setiap Jum’at Legi, maupun

kegiatan yang bersifat tahunan. Seperti peringatan hari besar nasional

maupun hari besar keagamaan seperti peringatan hari kemerdekaan,

Hari Santri nasional, maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, pondok Ramadhan,

maupun penyembelihan hewan Qur’ban.

B. Pembahasan

1. Kompetensi guru Muatan lokal Pendidikan diniyah di SDN se

kecamatan Mojoagung Jombang

Dari data hasil penelitaian bahwa jumlah guru muatan lokal

pendidikan diniayah yang memiliki kualifikasi sarjana pendidikan

adalah separuh dari jumlah guru yang ada. Dengan kata lain separu dari

guru diniyah masih menjadi bahan kajian tentang kompetensinya,

walaupun tentunya ini tidak bertentangan dengan peraturan bupati

Jombang No. 41 Tahun 2019 yang mengatakan bahwa pembimbing

75
Wawancara dengan Kepala SDN Miagan bapak Mochammad Wahyudi, S.Pd.SD.
Tanggal 13 Juni 2022
62
diniyah diutamakan yang berkualifikasi S1, namun tetap bisa di isi guru

yang berijazah SMA dengan syarat memilki kompetensi di bidang

diniyah.

Namun dalam kenyataannya semua guru muatan lokal pendidikan

diniyah kecamatan Mojoagung pernah mengenyam pendidikan di

pondok pesantren lebih dari 5 tahun. Serta banyak juga yang sudah

mengajar di taman pendidikan Al-Qurán (TPQ) pondok pesantren

maupun masdrasah diniyah. sehingga kompetensi pedagogik mereka

sudah terasah dalam menangani peserta didik saat kegiatan

pembelajaran diniyah di dalam maupun di luar kelas.

Selain itu guna menunjang kemampuan guru muatan lokal

pendidikan diniyah pihak dinas pendidikan, kebudayaan, riset, dan

teknologi kabupaten Jombang mengadakan kegiatan bimbingan teknis

dan kegiatan-kegatan lain yang bertujuan meningkatkan kompetensi

dan profesionalitas guru muatan lokal pendidikan diniyah. bimtek yang

dimaksud selain berhubungan dengan administrasi pembelajaran

tentunya juga tentang metode, strategi, dan seni mengajar di lingkungan

sekolah formal.

Pengawas pendidikan kecamatan Mojoagung dan kepala sekolah

dasar negeri juga berperan dalam membimbing, mengawasi, dan

evaluasi kinerja guru muatan lokal pendidikan diniyah di sekolah dasar

kecamatan Mojoagung. Keaktifan pengawas dalam membimbing ini

diakui oleh sebagaian besar pembimbing diniyah yang kadang terkejut

63
dengan kedatangan pengawas di sekolahnya hanya untuk membina guru

diniyah.

2. Implementasi Pendidikan diniyah di SDN se kecamatan Mojoagung

Jombang

Madrasah diniyah ataupun pendidikan diniyah merupakan salah

satu cabang dari ilmu pendidikan yang memberikan pengajaran secara

klasikal maupun modern sebagai salah satu usaha untuk menanamkan

ajaran Islam menjadi bagian dari landasan hidup peserta didik untuk

melahirkan ulama’ yang tidak hanya memahami ilmu pengetahuan saja,

melainkan juga memiliki wawasan keagamaan yang luas, dan tetap

mampu mengikuti tuntutan perkembangan kemajuan zaman sebagai

bentuk pemecahan persoalan masyarakat76

Muatan lokal pendidikan diniyah merupakan salah satu muatan

lokal yang diwajibkan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama

di kabupaten Jombang. dari pernyataan itu, peneliti melakukan

penelitan di sekolah dasar negeri yang berada di kecamatan Mojagung.

Peneliti sendiri merupakan salah satu guru muatan lokal pendidikan

diniyah di SDN Miagan kecamatan Mojoagung. peneliti menemukan

bahwa sekolah dasar yang berada dikecamatan Mojoagung melalui

forum kelompok kerja kepala sekolah (KKKS) tingkat sekolah dasar se

kecamatan Mojoagung, telah berupaya dalam memasukkan diniyah

sebagai mata pelajaran tambahan dengan merekrut guru pembimbing

76
Departemen Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah
Diniyah, (Jakarta: Depag, 2000), 7.
64
yang telah terkualifikasi dan kompeten di bidang pendidikan diniyah

serta memaksimalkan dalam pelaksanaannya. Sebagaimana ketentuan

umum dari pengadaan muatan lokal diniyah yang telah disebutkan

dalam Peraturan Bupati Jombang Nomor 41 Tahun 2019, tertulis bahwa

pembimbing diniyah adalah seseorang yang mempunyai kualifikasi dan

kompetensi dalam Pendidikan Diniyah sesuai kurikulum yang

ditetapkan serta melaksanakan kegiatan pembimbingan dan pengawasan

dalam melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pembinaan muatan lokal

pendidikan diniyah. Hal tersebut bukan lain bukan tidak karena

tujuannya adalah mewujudkan peserta didik yang cerdas spiritual serta

mendasari sikap dan perilaku baik di satuan pendidikan dasar maupun

di masyarakat

Selain itu seluruh sekolah juga memfasilitasi peserta didik dengan

memberikan pinjaman kitab-kitab diniyah yang dipelajari. Tentunya

tidak mudah bagi kepala sekolah untuk mengatur sumber dana untuk

mengadakan kitab-kitab tersebut mengingat jumlah dana bantuan

operasional sekolah (BOS) yang diterima tiap-tiap lembaga berbeda-

beda sesuai jumlah peserta didiknya. Namun dengan menejemen yang

baik dari seluruh kepala sekolah membuat pelaksanaan pembelajaran

diniyah dapat dilengkapai dengan sumber belajar berupa kitab

pegangan.77

77
Wawancara dengan Kepala SDN Tejo 1 Bapak Samsul Hadi, S.Pd. Tanggal 6 Juni
2022

65
Dalam kegiatan pembelajaran, guru muatan lokal pendidikan

diniyah memakai metode sorogan seperti di pesantren dimana guru

membacakan kitab dan maknanya kemudian ditirukan oleh peserta

didik. Namun ada juga guru muatan lokal pendidikan diniyah yang

menggunakan metode Picture and picture dengan cara mencocokkan

antar gambar dengan bahasa Arab dari gambar tersebut ini dilakukan

terutama untuk kelas bawah yang masih mempelajari baca tulis maupun

bahasa Arab.

Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran diniyah sama dengan

muatan pelajaran lain yakni dilaksanakan pada waktu hari aktif sekolah.

Model pembelajaran yang dipakai juga sedikit sama dengan mata

pelajaran keagamaan lain, yang membedakan adalah diniyah lebih

kepada pengajaran membaca dan menulis huruf pego serta

menggunakan kitab kuning sebagai referensinya, sehingga siswa

mampu untuk mempelajari ajaran yang diperoleh secara maksimal dan

melaksanakannya dengan baik dan benar

Sebagaimana muatan pelajaran yang lain, setiap kegiatan

pembelajaran pasti juga melakukan proses penilaian atau evaluasi..

muatan lokal pendidikan diniyah juga memiliki standar tentang

penilaian yang juga mungkin berbeda dengan penilaian diniyah di

madrasah diniyah maupun pondok pesantren. Di sekolah penilaian

dilakukan berdasarkan penguasaan materi atau ujian tulis tanpa harus

menuntut peserta didik menguasai huruf pegon. Sedangkan penilaian di

66
madrasah diniyah dan pondok pesantren dilaksanakan dengan berbagai

aspek seperti ujian praktik, tulis, hafalan dan penguasaan huruf pegon.

Dalam melakukan kegiatan pasti memiliki tujuan yang ingin

diperoleh, muatan lokal pendidikan diniyah yang diadakan sekolah

dasar juga memilki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pelaksanaan

dari pendidikan diniyah berdasarkan hasil wawancara dengan ketua

forum kelompok kerja guru pembimbing diniyah yakni Bapak Priyanto

adalah salah satu upaya untuk memberikan edukasi keagamaan kepada

para siswa yang bersekolah di sekolah dasar, supaya pelaksanaan

kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari lebih maksimal

karena mereka mengetahui dasar hukumnya secara langsung melalui

kitab-kitab kuning yang dipelajari. Sedangkan harapan dari pelaksanaan

diniyah diungkapkan oleh Bapak Samsul Hadi sebagai kepala sekolah

SDN Tejo 1 Mojoagung, hasil dari wawancara tersebut menurut beliau

adanya pendidikan diniyah di sekolah menjadi suatu terobosan baru

sesuai dengan slogan kota jombang, selain itu juga agar para peserta

didik yang sekolah di sekolah dasar juga bisa ikut merasakan

bagaimana belajar membaca kitab.

Harapan lainnya yang juga dikemukakan oleh beliau yakni agar

pengawasan pada pembelajaran diniyah bukan hanya ditujukan kepada

para peserta didik saja, melainkan para pembimbing diniyah juga harus

diberikan bimbingan dan diawasi secara berkala agar dalam

menyampaikan materi pembelajaran bisa lebih maksimal.

67
Pelaksanaan dari pendidikan diniyah kurang lebih sama dengan

mata pelajaran lain yaitu penilaian sama-sama dimasukkan ke dalam

raport siswa sebagai hasil belajar selama satu semester. Bahkan juga

masuk materi ujian sekolah.

Dengan berbagai keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran muatan lokal pendidikan diniyah di sekolah

dasar negeri kecamatan Mojoagung berjalan dengan baik. Hal ini tentu

merupakan kerja keras dari semua pihak baik pengawas pendidikan,

kepala sekolah, guru muatan lokal pendidikan diniyah maupun seluruh

elemen pendidik da ketenaga pendidikan yang berada di seluruh

sekolah dasar negeri di kecamatan Mojoagung.

3. Problem yang dihadapi guru Muatan lokal Pendidikan diniyah

dalam mengembangkan karakter siswa di SDN se kecamatan

Mojoagung Jombang

Dalam membentuk karekter siswa dibutuhkan peran serta berbagai

elemen masyarakat dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

maupun lingkungan masyarakat sekitar. Lingkungan yang baik akan

membantu siswa untuk menjadikan siswa terbiasa melakukan kebaikan.

Begitupun sebaliknya lingkungan yang keras akan membentuk karakter

yang keras.

Guru mauatan lokal pendidikan diniyah, bersama dengan guru

Agama, dan guru mulatan lokal keagamaan, seakan menjadi ujung

tombak dalam mengembangkan karakter religious peserta didik di

68
sekolah dasar negeri kecamatan Mojoagung. Namun dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah dasar kecamatan

Mojoagung tahun 2022 tentunya terdapat problem yang di temui

diantaranya adalah:

a. Pemahaman guru muatan lokal pendidikan diniyah akan

pendidikan karakter

Walaupun sudah ada kegiatan bimbingan teknis maupun

kegiatan kelompok kerja guru pendidikan diniyah, namun masih

banyak guru yang belum memiliki pemahaman yang menyeluruh

terkait pendidikan karakter ini dapat terlihat wawancara dengan guru

muatan lokal pendidikan diniyah di sekolah dasar negeri Mojoagung.

Banyak dari guru muatan lokal yang mengatakan bahwa pendidikan

karakter /pendidikan Akhlak bisa dipelajari dalam pendidikan

diniyah saat materi kitab yang menerangkan tentang Akhlak. Dalam

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran banyak guru diniyah

yang belum bisa mengintegrasikan pendidikan karakter dalam

pembelajarannya. Ini seperti yang disampaikan ketua forum KKPD

kecamatan Mojoagung, bahwa:

Banyak guru muatan lokal pendidikan diniyah yang belum


mampu membuat perangkat pembelajaran baik silabus, RPP,
RPE, prota promes, dan juga kurang mampu mengintegrasikan
pendidikan karakter dalam RPPnya. Tentunya ini menjadi
agenda tersendiri bagi FKKPD dalam meningkatkan kompetensi
dan profesionalitas guru muatan lokal pendidikan diniyah
kususnya di SD kecamatan Mojoagung.78

78
Wawancara dengan Ketua FKKPD Kec. Mojoagung Bapak Priyanto,S.Pd. Tanggal 4
Juni 2022

69
Sebenarnya masalah kurangnya pemahaman akan pendidikan

karakter bukan masalah guru muatan lokal pendidikan diniyah saja,

akan tetapi juga menjadi kendala bagi seluruh guru sehingga

diharapkan pelatihan akan implementasi pendidikan karakter dapat

terus dijalankan agar semua guru dapat memahami pendidikan

karakter secara menyeluruh.

b. Pelaksanaan pembelajaran yang masih tatap muka terbatas

Muatan lokal pendidikan diniyah dimulai pada tahun ajaran

2019/ 2020 namun belum genap satu tahun dunia pendidikan

Indonesia terdampak adanya pandemi Covid-19 yang membuat

pemerintah Indonesia mengambil kebijakan sekolah dari rumah.

Pada tahun ajaran 2021/2022 pandemi mulai mereda dan kebijakan

pemerintah mulai berubah dengan pembelajaran tatap muka terbatas

dimana setiap satuan pendidikan yang berada di zona hijau dapat

melakukan pembelajaran tatap muka dengan presentasi 50 % dari

jam pelajaran normal.

Pelaksanaan tatap muka terbatas ini tentunya mengurangi

interkasi antara guru dan siswa semula pendidikan diniyah dalam

satu minggu terdapat 4 jam pelajaran saat pembelajaran tatap muka

terbatas berkurang menjadi 2 jam pelajaran. Berkurangnya waktu

membuat guru memiliki priritas untuk mengejar materi pelajaran.

pembiasaan-pembiasaan sebagai bentuk penanaman karakter sejak

dini yang semula dilakukan menjadi agenda rutin menjadi berkurang.

70
c. Kedisiplinan guru muatan lokal

Sebagaimana dikemukakan di awal, banyak guru diniyah yang

mengundurkan diri, proses pengunduran diri ini sebagian karena alas

an keluarga ada juga yang tidak terbiasa dengan lingkungan dan

sistem kerja di sekolah dasar negeri. Sebagaimana di utarakan bapak

Priyanto, yang mengatakan bahwa:

Untuk kedisiplinan guru muatan lokal pendidikan diniyah masih


kurang, sebagian menganggap bahwa dia berangkat ke sekolah
hanya saat ada jam mengajar. Selebihnya dia tidak berada di
sekolah. Ini membuat kadang yang membuat kepala sekolah
merasa sedikit kecewa dan melaporkan ke pihak pengawas
sehinga pengawas akan memanggil guru yang bersangkutan
yang ujung-ujungnya guru tersebut mengundurkan diri79.

Dari pemaparan tersebut dapat diartikan bahwa dalam menjadi

teladan kedisiplinan sebagian guru muatan lokal pendidikan diniyah

masih belum maksimal. Memang sistem kerja antara madrasah

diniyah dan sekolah dasar negeri ada perbedaan. Di madrasah

diniyah biasanya guru berangkat ke madrasah saat ada jam mengajar

saja, selebihnya mereka tidak pasti datang atau tidaknya di

madrasah. Akan tetapi disekolah dasar negeri, jam kerja pendidik

dan ketenaga kependidikan telah diatur sedemikian rupa yang

mengharuskan mereka berangkat ke sekolah di jam kerja walaupun

tidak ada jadual mengajar. Kebiasaan yang dilakukan berdasar pada

madrasah diniyah ini, terkadang menimbulkan kecemburuan dengan

guru yang lain.

79
Wawancara dengan Ketua FKKPD Kec. Mojoagung Bapak Priyanto,S.Pd. Tanggal 4
Juni 2022

71
d. Lingkungan belajar dan lingkungan sekitar

Lingkungan belajar berpengaruh dalam pengembangan karakter

peserta didik, sekolah yang memiliki sarana prasarana memadai

tentu lebih mudah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter

dari pada sekolah yang sarana prasaranya kurang lengkap. Sebagai

gambaran, SDN dukuhmojo 1 maupun SDN Tanggalrejo dalam

menjalankan rutinitas salat berjama’ah, perlu mengatur dan

mengondisikan peserta didik guna salat di musholla sekitar, yang

berjarak 200 meter. Begitu pula SDN Dukuhmojo 2 peserta didik

harus berjalan 50 meter dari gerbang sekolah menuju Masjid sekitar.

Tentu ini berbeda dengan SDN Miagan, SDN Mojotrisno, SDN Tejo

3 yang telah memiliki Musholla sendiri.

Disamping itu, lingkungan masyarakat juga berpengaruh

terhadap perkembangan karakter anak, sekolah yang berada di

lingkungan Agamis seperti SDN Tanggalrejo, SDN Dukuhdimoro,

SDN Mancilan I, SDN Mancilan 2. akan lebih mudah dari pada

sekolah yang berada di lingkungan yang kurang agamis seperti SDN

Miagan. Homogenitas dan heterogenitas masyarakat sekitar juga

menjadi tantangan tersendiri bagi guru muatan lokal pendidikan

diniyah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter bagi

peserta didik. Di SDN Murukan, SDN Johowinong, SDN Seketi,

SDN Keduglumpang, SDN Karangwinongan yang masyarakatnya

cenderung Homogen memiliki problem yang lebih sedikit

72
dibandingkan dengan SDN Mojotrisno, SDN Miagan, SDN

Kademangan, serta SDN Gambiran yang masyarakatnya heterogen.

73
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Guru muatan lokal pendidikan diniyah sekolah dasar negeri di kecamatan

Mojoagung tahun 2022 memeliki kualifikasi pendidikan yang beragam,

sebagian sudah memiliki kualifikasi sarjana, banyak pula yang hanya

memilki kualifikasi ijazah SMA. Namun dalam segi kompetensi ilmu

diniyah, meraka semua merupakan alumni pondok pesantren maupun

madrasah diniyah. Selain itu kebanyakan dari guru diniayah juga

mengajar di lembaga keagamaan seperti: TPQ, Madrasah Diniyah,

Maupun Pondok Pesantren sehingga kompetensi pedagogik sudah

terasah.

2. Pendidikan karakter di sekolah dasar negeri se kecamatan Mojoagung

diimplementasikan dengan berbagai macam kegiatan diantaranya:

a. Kegiatan rutin harian. Rutinitas harian yang dilakukan seperti

doktrinasi karakter pada saat pelajaran, kegiatan senyum, sapa,

salam, Pembiasaan berdoá sebelum dan sesudah pembelajaran, dan

kegiatan salat Dluha serta salat Dluhur berjama’ah.

b. Kegiatan mingguan. Dalam rutinitas mingguan kegiatan yang

dilakukan adalah: upacara bendera tiap hari senin, kegiatan amal

setiap Jum’at.

74
c. Kegiatan bulanan dan tahunan Kegiatan bulanan yang diterapkan

adalah pembacaan istighosah dan dikir tahlil setiap Jumát legi.

Sementara kegiatan rutinitas tahunan yang di lakukan oleh sekolah

dasar adalah peringatan hari besar keagamaan dan pondok

Romadlon.

3. Dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar kecamatan

Mojoagung, tahun 2022, guru muatan lokal pendidikan diniyah memiliki

problematika baik internal maupun eksternal. Problem internal

diantaranya adalah guru muatan lokal pendidikan diniyah yang masih

belum memahami pendidikan karakter secara menyeluruh, serta

kedisiplinan sebagian guru diniyah sendiri yang masih belum bisa

menjadi teladan bagi peserta didik. Di sisi ekternal keadaan lingkungan

belajar dan lingkungan masyarakat sekitar serta adanya kebijakan

pembelajaran tatap muka terbatas membuat berkurangnya waktu interaksi

guru dan murid.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Program bimbingan teknis integrasi pendidikan karakter dalam

pebelajaran muatan lokal pendidikan diniyah perlu dilakukan guna

meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru muatan lokal

pendidikan diniyah terutama di bidang seni mengembangkan karakter

siswa.
75
2. Kegiatan pembiasaan yang semula tersendat saat pembelajaran tatap

muka terbatas perlu di galakakkan lagi, disamping karena pemerintah

sudah memberi kebijakan tatap muka langsung, juga untuk lebih

meningkatkan kualitas pengembangan karakter peserta didik.

3. Perlunya kerjasama dan peran serta semua pihak baik, pemrintah daerah,

pengawas pendidikan, kepala sekolah, guru, komite pendidikan dan

masyarakat dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,

nyaman, dan ramah anak sert memiliki sarana prasarana pendidikan yang

sesuai dengan standar sarana prasarana yang telah ditetapkan pemerintah.

4. Kajian ilmiah terkait muatan lokal pendidikan diniyah perlu dilakukan

terutama aspek peningkatan kualitas maupun kuantitas muatan lokal

pendidikan diniyah di sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama

guru diniyah yang profesional. Serta urgensi muatan lokal pendidikan

diniyah untuk sekolah menengah atas (SMA) ataupun yang sederajat.

76
DAFTAR PUSTAKA

Agama, Departemen. 2000. Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan


Madrasah Diniyah, Jakarta: Depag.

BPS Kapupaten Jombang, 2021. Kecamatan Mojoagung Dalam Angka 2021.


Jombang: CV. Media Advertising,

Danim, Sudarwan. 2003. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogjakarta:


Pustaka Pelajar.

Daryanto. 2013.Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional,


Yogyakarta: Gava Media

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi,


Bandung:Alfabeta.
Haromain, Imam., Dkk 2009. Pedoman dan Implementasi Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MTs, Surabaya: Mapemda Kantor
Wilayah.

Hidayat, Rahmat. 2016. Ilmu Pendidikan Islam, Medan: LPPPI.

Hawi, Akmal. 2014. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta:


Rajawali Press.

Kadarudin. 2020. Cerdas Bermedia Sosial dari Kacamata Hukum. Semarang: CV.
Pilar Nusantara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran


Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa, Jakarta: Kemendiknas.

Koentjaraningrat, 1994. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama,

77
Kurniawan, Machful Indra. 2005. Tri Pusat Pendidikan sebagai Sarana
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar, Jurnal Pedagogia, Vol. 4, No.
1, Februari, 4

Lexy J. Moleong. 2001 Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mahmud, Arif. 2009. Panorama Pendidikan Islam di Indonesia; Sejarah,


Pemikiran, dan Kelembagaan. Yogyakarta: Idea Press.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2017. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Majid, Nurcholish. 1997. Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina,

Martini dan Maisyah, 2010. Standar Kinerja Guru, Jakarta: GP Press.

Masnur Muslih, 2011. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan


Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.

Muhibbin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasir, Muhammad. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dalam Konteks
Pendidikan Islam di Madrasah, Jurnal Studi Islamika, Vol. 10, No. 1, Juni
2013 1-18, 3.

Ngainun Naim. 2011. Menjadi Guru Inspiratif memberdayakan dan mengubah


jalan hidup siswa. Yogjakarta:Pustaka Pelajar.
Ngainun Naim, 2012. Character Building, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ni Made Sri Agustini, 2018. Tripusat Pendidikan sebagai Lembaga


Pengembangan Teori Pembelajaran bagi Anak, Vol. 9, No. 2, Desember,

78
Nizar, H. Samsul, and Zainal Efendi Hasibuan. 2018. Pendidik Ideal Bangunan
Character Building. Depok: Prenada Media Group.

Nurdin Mansur, Urgensi Kurikulum Muatan Lokal dalam Pendidikan, Jurnal


Ilmiah Didaktika, Vol. 12, No. 1, Agustus 2012.

Peraturan Bupati Jombang No. 41 Tahun 2019

Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru

Purwati, Eni. Dkk. Pendidikan Karakter menjadi berkarakter muslim muslimah


indonesia, Surabaya: Kopertais wilayah IV

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2005
Ramayulis, 1994. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Ramayulis, 2013. Profesi & Etika Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia.

Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru,


Jakarta: Rajawali Press, 2014.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: dari Denzin Guba
dan Penerapannya, Jakarta: Tirta Wacana.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Bandung: Yrama Widya.

Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,


Jakarta: Rineka Cipta,.

Sukiyat, 2020. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter, Surabaya: Jakad


media publishing.

79
Sulisrudatin, Nunuk, 2018. Analisa Kasus Cybercrime Bidang Perbankan Berupa
Modus Pencurian Data Kartu Kredit, Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara 9.1
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/view/296
Diakses tanggal 3 Juni 2022

Sumadi Suryabrata, 1987. Metode Penelitian, Jakarta : Rajawal,

Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi &


Kompetensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Tafsir Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen

Yahya Khan, 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta :


Pelangi Publishing.

Yunus Abu Bakar dan Syarifan Nurjan, 2009. Profesi Keguruan, Surabaya:
AprintA.

Yusuf, A. Muri. 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, & penelitian


gabunga, Jakarta :Persada Media.

Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Prenada Media


Group

Zulfia Hanum Alfi Syahr, 2016. Membentuk Madrasah Diniyah sebagai Alternatif
Lembaga Pendidikan Elite Muslim bagi Masyarakat, Jurnal Program Studi
PGMI, Vol. 3, No. 1.

80

Anda mungkin juga menyukai