Konsep Dasar Ok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. Pengertian

Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan
pasien . Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan
yaitu : pre operatif, intra operatif dan post operatif. Perawatan perioperatif adalah
periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung.Keperawatan perioperatif
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.Keperawatan
perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman
yang unik bagi pasien.(http://akperppnisolojateng.blogspot.com). Keperawatan
perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.(Keperawatan
medikal-bedah : 1997)

B. Etiologi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
1) Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi.
2) Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi.
3) Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipel. Memperbaiki luka pada
pasien diabetes
4) Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah.
5) Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap
kemampuan untuk menelan makanan.

C. Tahap dalam Keperawatan Perioperatif


1) Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif
yang dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut
dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun
rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang
diberikan pada saat pembedahan.
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus pasien).
a) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan sakit, narcosa
atau hasilnya dan keeadaan sosial ekonomi dari keluarga. Maka hal ini dapat
diatasi dengan memberikan penyuluhan untuk mengurangi kecemasan
pasien. Meliputi penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan sebelum
operasi (alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke ruang
bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah
operasi, bernafas dalam dan latihan batuk, latihan kaki, mobilitas dan
membantu kenyamanan.
b) Persiapan Fisiologi, meliputi :
 Diet (puasa) à pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam menjelang
operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien
tidak diperbolehkan minum. Pada operasai dengan anaesthesi lokal
/spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Tujuannya supaya
tidak aspirasi pada saat pembedahan, mengotori meja operasi dan
mengganggu jalannya operasi.
 Persiapan Perut à Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal.
Tujuannya mencegah cidera kolon, mencegah konstipasi dan mencegah
infeksi.
 Persiapan Kulit à Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambuy
 Hasil Pemeriksaan à hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan
lain-lain.
 Persetujuan Operasi / Informed Consent à Izin tertulis dari pasien /
keluarga harus tersedia.
2) Fase Intra operatif

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke


instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.Pada
fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath,
pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan
pasien.Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi,
bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas
meja operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan
tubuh.Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu
pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa
nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
b. Umur dan ukuran tubuh pasien.
c. Tipe anaesthesia yang digunakan.
d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
e. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi pasien
dalam posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka
area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.

Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

- Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli bedah,
Scrub Nurse / Perawat Instrumen
- Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana anaesthesi,
perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat
pemantau yang rumit).
3) Fase Post operatif
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery
room)/ pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan
klinik atau di rumah.Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
rentang aktivitas yang luas selama periode ini.Pada fase ini fokus pengkajian
meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi.Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan
rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke
rumah.

Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :

 Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi


(recovery room)Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus
diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan.
Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat
drain dan selang drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi
ke ruang pemulihan pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan
pasien dengan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus
dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Proses transportasi ini
merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan
koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
 Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
anastesiSetelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) atau unit perawatan
pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) sampai kondisi pasien
stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).PACU atau RR
biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk
mempermudah akses bagi pasien untuk :
 perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat
anastesi)
 ahli anastesi dan ahli bedah
 alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

c) Klasifikasi Perawatan Perioperatif


Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1) Kedaruratan/Emergency à Pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan
tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau
usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar
sanagat luas.
2) Urgen à Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu
ginjal atau batu pada uretra.
3) Diperlukan à Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia
prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
4) Elektif à Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi
pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan
vaginal.
5) Pilihan à Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan
sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi
dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :
1) Minor à Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko
kerusakan yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih,
sirkumsisi
2) Mayor à Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat
serius. Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-
lain.
d) Komplikasi Post Operatif dan Penatalaksanaanya
1) Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik.
Tanda-tanda syok adalah : Pucat , Kulit dingin, basah, Pernafasan cepat,
Sianosis pada bibir, gusi dan lidah, Nadi cepat, lemah dan bergetar ,
Penurunan tekanan darah, Urine pekat.Intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter terkait dengan pengobatan
yang dilakukan seperti terapi obat, terapi pernafasan, memberikan
dukungan psikologis, pembatasan penggunaan energi, memantau reaksi
pasien terhadap pengobatan, dan peningkatan periode istirahat.
2) Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi
tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara
lutut harus dijag tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan, Luka bedah
harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan.
3) Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh
darah vena bagian dalam.Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah
embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
4) Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum,
anus dan vagina.Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung
kemih.Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan
kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
5) Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka
operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang
perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian
antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
6) Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat
menyebabkan kegagalan multi organ.
7) Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan
lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran
darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan
mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak
nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti ambulatori
pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
8) Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang
mengalami pembedahan abdomen dan pelvis.Komplikasinya meliputi
obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. Praoperatif
1) Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk menggali
permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang
sesuai dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif pada kondisi klinik terbagi
atas dua bagian, yaitu :

a. Pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap,


poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat.
b. Pengkajian klarifikasi ringkas oleh perawat perioperatif di kamar operasi.
Pengkajian praoperatif secara umum meliputi :
a. Pengkajian umum
b. Riwayat kesehatan
c. Pengkajian psikososiospiritual
d. Pemeriksaan fisik
e. Pengkajian diagnostic

a. Pengkajian Umum
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap.Poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh
hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara
seksama.Berikut ini adalah hal-hal yang harus diidentifikasi pada saat
melakukan pengkajian umum.
 Identitas pasien :Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi
duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk diketahui
guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain itu
juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.Perawat
peripoperatif harus mengetahui bahwa factor usia, baik anak-anak
dan lansia, dapat meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan
tersebut akan membantu perawat perioperatif untuk menentukan
tindakan pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam
rencan asuhan keperawatan.
 Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan : Pengkajian jenis pekerjaan
dan asuransi kesehatan diperlukan sebagai persiapan umum.
Pengkajian seperti persiapan financial sangat bergantung pada
kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan
menjalani proses pembedahan .Beberapa jenis pembedahan
membutuhkan biaya yang lebih mahal .misalnya pembedahan
jantung dan vascular, bedah saraf, serta bedah ortopedi. Hal itu
disebabkan karena proses pembedahan tersebut memerlukan alat
tambahan karena waktu yang dibutuhkan lebih lama sehingga
berpengaruh pada biaya obat anestesi yang digunakan.

b. Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan perawat melalui teknik wawancara
untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai dengan klasifikasi
pembedahan.Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus meliputi
riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan utama pasien mencari
pengobatan.Riwayat kesehatan pasien adalah sumber yang sangat baik.
Sumber berharga lainnya adalah rekam medis dari riwayat perawatan
sebelumnya .Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan
pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang
menyeluruh .pasien yang akan menjalani bedah sehari (one day care) harus
diperiksa secara teliti dan menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan
yang mungkin akan meningkatkan resiko komplikasi selama atau setelah
pembedahan.Pengalaman bedah sebelumnya dapat mempengaruhi respons
fisik dan psikologis pasien terhadap prosedur pembedahan.jenis pembedahan
sebelumnya , tingkat rasa, ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan yang
ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah
factor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasien. Perawat mengkaji
semua komplikasi yang pernah dialami pasien .informasi ini akan membantu
perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama pra dan
pascaoperatif.

c. Pengkajian psikososiospiritual
Kecemasan berasal dari bahasa latin “angere” yang berarti untuk menghadapi
(to strange) atau untuk distre. Hal ini  berkaitan dengan kata “anger” yang
berarti kesedihan atau masalah. Kecemasan juga berkaitan dengan kata “to
anguish” yang menggambarkan adanya nyeri akut, penderitaan ,dan distress
(stuart. 1998).
Cemas berbeda dengan rasa takut, dimana cemas disebabkan oleh hal-hal
yang tidak jelas termasuk di dalamnya pasien yang akan menjalani operasi
karena mereka tidak tahu konsekuensi pembedahan itu sendiri. Ketakutan
memiliki objek yang jelas dimana seseorang dapat mengidentifikasi dan
menggambarkan objek ketakutan.Ketakutan melibatkan penilain intelektual
terhadap stimulus yang mengancam sedangkan kecemasan merupakan
penilaian emosional terhadap penilain itu.Ketakutan diakibatkan oleh paparan
fisik maupun psikologis terhadap situasi yang mengancam, ketakutan dapat
menyebabkan kecemasan, dua pengalaman emosi ini dibedakan dalam
ucapan, yaitu kita mengatakan memiliki rasa takut tetapi menjadi cemas, inti
permasalahn dalam suatu bentuk kecemasan adalah pada penjagaan diri
(chitty, 1997).
2) Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian keperawatan
yang lazim ditemukan :
a) Ansietas berhiubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan
yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
b) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembedahan,
ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan
ketidakmampuan menggali koping efektif.
c) Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan
kurang penglaman tentang operasi, kesalahan informasi.
3) Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan berikut merupakan hal yang lazim dilaksanakan pada
periode praoperatif dari ruang rawat inap dan bagian emergensi. Penetapan
tujuan dalam waktu 1 x 24 jam hanya dikhususkan apabila pembedahan
dilakukan secara efektif dari ruang rawat inap.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang
akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
 Pasien menyatakan kecemasannya berkurang
 Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya
 Pasien dapat mengidentifikasikan penyebab atau faktor yang memengaruhi
ansietasnya
 Pasien kooperatif terhadap tindakan
 Wajah pasien tampak rileks
Intervensi Rasional
Mandiri
Bantu pasien mengekspresikan Ansietas berkelanjutan memberikan dampak
perasaan marah, kehilangan, dan seramgan jantung.
takut.
Kaji tanda asietas verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa
nonverbal. Dampingi pasien dan agitasi, marah, dan gelisah.
lakukan tindakan bila pasien mulai
menunjukkan prilaku merusak.
Jelaskan tentang prosedur Pasien yang teradapatasi dengan prosedur
pembedahan sesuai jenis operasi. pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa
lebih nyaman.
Beri dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antara perawat
dan pasien akan mememgaruhi peneriamaan
pasien terhadap pembedahan.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan.
Beri lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
suasana penuh istirahat. diperlukan.
Tingkatkan kontrol sensasi pasien. Kontrol sensasi pasien dalam menurunkan
ketakutan dengan cara memberikan informasi
tentang keadaan pasien, menekankan pada
penghargaan terhadap sumber-sumber koping
(pertahanan diri) yang positif, membantu latihan
relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan
memberikan respons balik yang positif.
Orientasikan pasien terhadap Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Beri kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan
untuk mengungkapkan terhadap kehawatiran yang tidak diekpresikan.
ansietasnya.
Berikan privasi untuk pasien dan Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan,
orang terdekat. menghilangkan rasa cemas, dan prilaku adaptasi.
Kehadiran keluarga dan teman-teman yang dipilih
pasien untuk menemani aktivitas pengalih
(misalnya: membaca akan menurunkan perasaan
terisolasi).
Kolaborasi
Berikan anticemas sesuai indikasi, Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
contohnya diazepam. kecemasan.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembelahan,


ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan
ketidakmampuan menggali koping efektif.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mampu mengembangkan koping yang positif.
Kriteria evaluasi:
 Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
 Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang terjadi.
 Pasien mampu menyatakan peneriamaan diri terhadap situasi.
 Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam menyusun
persepsi dan hubungan dengan rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
derajat ketidakmampuan.
Identifikasi arti dari kehilangan Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur
atau disfungsi pada pasien. perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit
penyesuaian diri, sedangkan yang lain
mempunyai kesulitan dalam membandingkan
mengenal, dan mengatur kekurangan.
Anjurkan pasien untuk Menunjukkan penerimaan, membantu pasien
mengekspresikan perasaan. untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan
perasaan tersebut.
Catat ketika pasien menyatakan Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
sekarat, mengingkari, dan atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh
menyatakan inilah kematian. dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan
dan intervensi serta dukungan emosional.
Mengingatkan pasien tentang Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat
fakta dan realita bahwa pasien menerima kedua bagian sebagai bagian dari
masih dapat menggunakan sisi seluruh tubuh. Mengizinkan pasien untuk
yang sakit dan belajar mengontrol meraskan adanya harapan dan mulai menerima
sisi yang sehat. situasi baru.
Bantu dan anjurkan perawatan Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
yang baik dan memperbaiki mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
kebiasaan.
Anjurkan orang terdekat pasien Menghidupkan kembali perasaan kemandirian
untuk mengizinkan pasien dan membantu perkembangan harga diri serta
melakukan hal sebanyak- memengaruhi proses rehabilitasi.
banyaknya.
Dukung prilaku atau usaha seperti Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
peningkatan minat atau partisipasi pengertian tentang peran individu masa
dalam aktivitas rehabilitasi. mendatang.
Dukung penggunaan alat-alat yang Meningkatkan kemandirian untuk membantu
dapat membuat pasien, tongkat, pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan
alat bantu jalan, tas panjang untuk posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.
kateter.
Monitor gangguan tidur, kesulitan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi.
berkonsentrasi, letargi, dan Umumnya memerlukan intervensi dan evaluasi
meanrik diri. lebih lanjut.

Kolaborasi Dapat memfasilitasi perubbahan peran yang


Rujuk pada ahli neuropsikologi penting untuk perkembangan perasaan.
dan konseling bila ada indikasi.

Kurangnya pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan


kurang pengalaman tentang operasi dan kesalahan informasi.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien dan keluarga tentang
pembedahan dapat terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
 Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.
 Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
 Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk
melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan.
 Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif daan pascaanestesi.
 Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai itervensi
prosedur pascaanestesi.
 Pasien dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan latihan
praoperatif.
 Pasien dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan
psikologis.
 Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosinonal.
 Pasien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan dan sumber Menjadi data dasar untuk memberikan
informasi yang telah diterima. pendidikan kesehatan dan mengklarifikasi
sumber yang tidak jelas.
Diskusikan perihal jadwal pembedahan. Pasien dan keluarga harus diberikan
mengenai waktu dimulianya pembedahan.
Diskusikan perihal lamanya pembedahan. Kurang bijaksana bila memberitahukan
pasien dan keluarganya tenetang lamanya
waktu operasi yang akan dijalani.
Lakukan pendidikan kesehatan Manfaat dasri instruksi praoperatif telah
paroperatif. dikenal sejak lama.
Programkan instruksi yang didasrkan pada Jika sisi penyuluhan dilakukan beberapa
kebutuhan individu, direncanakan, dan hari sebelum pembedahan, maka pasien
diimplementasikan pada waktu yang tepat. mungkin tidak ingat tentang apa yang
telah dikatakan.
Beritahu persiapan pembedahan. Pembersihan dengan enema atau laksatif
·      Persiapan intestinal. mungkin dilakukan pada malam sebelum
operasi dan diulang jika tidak efektif.
·       Persiapan kulit. Tujuan dari persiapan kulit praoperatif
adalah untuk mengurangi sumber bakteri
tanpa mencederai kulit.
·      Pembersihan area operasi. Kulit di sekitar area operatif sangat
disarankan untuk tidak dicukur.
·      Pencukuran area operasi. Pencukuran area operasi dilakukan
apabila protkol lembaga atau ahli bedah
mengharuskan kulit untuk dicukur.
Informsikan perihal persiapan Istirahat merupakan hal yang penting
pembedahan. untuk penyembuhan normal.
·      Persiapan istirahat dan tidur.
·      Persiapan rambut dan kosmetik. Untuk menghindari cedera, perawat
meminta pasien untuk melepas jepit
rambutnya sebelum masuk ke ruang
operasi.
Pemeriksaan alat bantu (protese) dan Semua alat bantu dan perhiasan harus
perhiasan. dilepas.
Persiapan administrasi dan informed Pasien sudah menyelesaikan administrasi
consent. dan mengetahui perihal biaya
pembedahan.
Ajarkan aktivitas pascaoperasi. Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan
·      Latihan panas diafragma. praoperatif adalah untuk mengajarkan
pasien cara untuk meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setalah anestesi
umum.
Ajarkan latihan batuk efektif dan gunakan Tujuan dari latihan batuk efektif adalah
bantal untuk mengurangi respons nyeri. untuk memobilisasi sekret sehingga dapat
dikeluarkan.
Ajarkan aktivitas pascaoperasi dan Tujuan peningkatan pergerakan tubuh
Latihan tungkai. secara hati-hati setalah operasi adalah
untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
statis vena, dan menunjang fungsi
pernapasan yang optimal.
Ajarkan teknik manajemen nyeri Imobilisasi yang adekuat dapat
keperawatan mengurangi pergerakan fragmen tulang
·      Atur posisi imobilisasi pada area yang menjadi unsur utama kompresi saraf
pembedahan. dan nyeri.
Manajemen lingkungan: lingkungan Lingkungan yang tenang akan
tenang, batasi pengunjung dan istirahatkan menurunkan stimulasi nyeri ekskternal.
pasien.
Ajarkan teknik distraksi untuk Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
mengurangi nyeri. menrunkan stimulasi internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endorfin dan enkefalin yang dapat
memblokir serptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks sereberi, sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
Berikan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa bentuk dukungan psikologis yang
dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan aliran
dan suplai darah serta oksigen ke area
nyeri.
Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien Pasien akan mendapat manfaat bila
bisa dikunjungi. mengetahui kapan keluarganya dan
temannya bisa dikunjungi setelah
pembedahan.
B. IntraOperatif
1) Pengkajian

Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase intrabedah.
Fokus tujuan pada fase ini adalah optimalisasi hasil pembedahan dan penurunan
risiko cedera. Ruang lingkup keperawatan intrabedah yang dilaksanakan
perawat  perioperatif meliputi manajemen pengaturan posisi, optimalisasi peran
asisten pertama beah (pada beberapa kondisi di rumah sakit di Indonesia
memberlakukan perawat sebagai asisten pertama/ first assistance), optimalisasi
peran perawat instrumen, dan optimalisasi peran perawat sirkulasi.
Manajemen pemberian posisi bedah (lihat kembali topik manjemen pemberian
posisi) merupakan siatu kebutuhan yang mendukung kondisi keamanan pasien
selama pembedahan. Perawat perioperatif harus mengkaji dan memikirkan
kembali berbagai prinsip, prosedur, dan dampak pemberian posisi pasien serta
menggunakan proses keperawatan dalam perencanaan asuhan pasien. Perawat
perioperatif dapat mempelajari prinsip pemberian posisi dengan merasakan dam
mengetahui efek suatu posisi terhadap berbagai bagian tubuh, otot, senddi dan
tonjolan tulang.Perawat perioperatif adalah manajer utama dalam pemberian
posisi pasien.Pada pelaksanaannya, diperlukan keterampilan pengamatan
keperawatan yang cerdas, ditambah dengan keberanian dan motivasi diri untuk
menyampaikan serta mengerjakan tindakan jika diperlukan.Diperlukan waktu
dan pemikirana sebelum melakukan pemberian posisi; di mana perawat harus
mengetahui kemungkinan adanya masalah, sekalipun posisi yang
sederhana.Manajemen pemberian posisi seoptimal mungkin dilakukan dengan
gerakan halus yang lambat, fisiologis, dana terkoordinasi terhadap bagian-bagian
tubuh pasien. Untuk mendapatkan posisi yang ideal maka diperlukan kerja sama
tim, kehati-hatian, dan prenecanaan yang matang, yang ditujukan untuk
mencegah cedera sehingga perlindungan pasien selama tindakan dapat selalu
terjamin. Pengaturan posisi bedah biasanya dilakukan setelah pasien mencapai
tahap relaksasi yang lengkap.Posisi yang dipilih biasanya ditentukan oleh teknik
bedah yang digunakan.Idealnya.Posisi pasien di atur agar dokter bedah mudah
mencapai tempat pembedahan dan fungsi status sirkulasi serta pernapasan
adekuat.Posisi tidak boleh mengganggu struktur neuromuskular.Kenyamanan
dan keselamatan pasien harus diperhatikan. Perawat perioperatif harus mencatat
usia, berat badan, tinggi badan, status nutrisi, keterbatasan fisik, dan kondisi
yang ada sebelum pembedahan serta mendokumentasikannya untuk
mengingatkan petugas yang akan merawat pasien setelah operasi.Apabila rumah
sakit membelakukan perawat sebagai asisten pertama/first assistance, maka
optimalisasi peran asisten pertama bedah merupakan tantangan kompleks yang
harus dilakukan perawat perioperatif untuk bisa mengikuti keseluruhan
intervensi yang akan dilakukan ahli bedah sejak dimulai pembukaan jaringan
sampai penutupan jaringan area bedah. Pada kondisi intrabedah, pasien yang
dilakukan prosedur invasif bedah akan mengalami kerusakan jaringan akibat
suatu insisi, kerusakan vaskular, atau kerusakan akibat traksi pembukaan
jaringan. Peran perawat asisten bedah adalah membantu ahli bedah agar
kerusakan yang dibuat dapat seminimal mungkin. Beberapa prosedur bedah
tertentu, seperti bedah saraf, bedah toraks, bedah kardiovaskular, atau bedah
spina akan memerlukan waktu operasi yang lama. Pada kondisi tersebut, perawat
asisten memerlukan daya tahan fisik sempurna karena akan melakukan aktivitas
berdiri yang lama disertai tingkat konsentrasi yang tinggi untuk bisa mengikuti
jalannya pembedahan secara optimal.Perawat instrumen mempunyai peran agar
proses pembedahan dapat dilakukan secara efektif dan efesien (lihat modalitas
peran perawat instrumen pada bab sebelumnya). Pada pelaksanaannya, perawat
instrumen harus memiliki keterampilan psikomotor, keterampilan manual, dan
keterampilan interpersonal yang kuat, yang diperlukan untuk mengikuti setiap
jensi pembedahan yang berbeda-beda dan mengadaptasikan antara keterampilan
yang dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada setiap tindakan yang
dilakukan dokter bedah dan asisten bedah. Tanggung jawab yang penting dari
perawat instrumen adalah menjaga kesterilan lingkungan bedah agar tidak
meningkatkan risiko infeksi intraoperatif.Perawat sirkulasi merupakan
penghubung antara zona steril dengan zona di luarnya.Peran lainnya adalah
menurunkan risiko cedera intraoperatif dimulai dari pengaturan posisi bedah
sampai selesai pembedahan.

2) Diagnosa Keperawatan
Pada kondisi prosedur intraoperatif diagnosis keperawatan yang paling lazim
ditegakkana adalah sebagai berikut:
a) Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedaha,
proseddur invasif bedah.
b) Risiko infeksi intraoperatif berhubungan dengan adanya port de entree
prosedur bedah, penurunan imunitas efek anestesi.

3) Intervensi Keperawatan

Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedah,


prosedur invasif bedah
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder pengaturan posisi bedah, prosedur
invasif bedah tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
 Selama intraoperatif, tidak terjadi gangguan henmodinamik akibat pndarahan
serius.
 Pascaoperatif tidka ditemukan cedera tekan dan cedera listrik.
 Perhitungan spons dan instrumen sesuai dengna jumlah yang dikeluarkan.
 Tidak ditemukan adanya kram otot.
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien. Perawat ruang operasi memeriksa kembali identitas
dan kardeks pasein; melihat kembali lembar
persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil
pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan;
dan memeriksa kembali rencana perawatan
praoperatif yang berkaitan dengan rencana
perawatan intraoperatif.
Lakukan manajemen kamar Dilakukan oleh perawat administratif dalam
operasi. mengatur dan menentukan staf pada setiap
pembedahan agar kelancaran proses pembedahan
dapat terlaksana secara optimal.
Siapkan kamra bedah yang Beberapa jenis pembedahan tertentu akan
sesuai dengan jenis pembedahan dilaksanakan pada ruangan atu kamar bedah
pasien. khusus, seperti kamar operasi bedah saraf.
Siapkan meja bedah dan asesori Meja bedah akan disipakan perawat sirkulasi dan
pelengkap sesuai dengan jenis disesuaikan dengan jensi pembedahan. Perawat
pembedahan. sirkulasi mempersiapkan asesori tambahan meja
bedah agar dalam pengaturan posisi dapat efektif
dan efisienl.
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap,
pembedahan. alat pengisap lengkap, spons dalam kondisi siap
pakai.
Siapkan alat hemostasis dan Alat hemostasis merupakan fondasi dari tindakan
cadangan alat dalam kondisi siap operasi untuk mencegah terjadinya pendarahan
pakai. serius akibat kerusakan pembuluh darah arteri.
Lakukan pemasangan kateter Pemasangan kateter dilakukan untuk mengindari
urine dengan teknik steril. keluarnya urine pada saat intraoperatif akibat
hilangnya kontrol menahan urine efek dari anestesi.
Lakukan pengaturan posisi Manajemen pengaturan posisi (lihat kembali materi
bedah. manajemen pengaturn posisi) dilakukan untuk
memudahkan akses atau pajanan pada dokter
bedah, akses vaskular seperti infus dan alat monitor
standar tidak terganggu, drainase urine optimal,
dan fungsi status srikulsi serta pernapasan adekuat.
Posisi tidak boleh mengganggu struktur
neuromuskular.
Bantu ahli bedah pada saat Insisi bedah memerlukan skalpel (alat penjepit) dan
dimulainya insisi. pisau bedah yang sesuai dengan ares yang akan
dilakukan insisi.
Bantu ahli bedah dalam Perawat instrumen atau asisten bedah
melakukan intervensi menggunakan alat hemostasis listrik pada klem
hemostasis. arteri untuk menjepit atau menghentikan
pendarahan.
Bantu ahli bedah dalam Pembukaan jaringan dilakukan lapis demi lapis,
membuka jaringan dan lakukan dari kulit, lemak, fasia, dan jaringan dalam,
pengisapan apabila diperlukan. misalnya peritoneum pada pemedahan area
abdomen.
Lakukan manajemen sirkulasi Perawat sirkulasi mendukung poerawat instrumen
intraoperatif ruang operasi. dan ahli bedah dari zoan tidak steril selam prosedur
pembedahan untuk mengawasi atau membantu
serip kesulitan yang mungkin memrlukan bahan
dari luar lapangan steril.
Bantu ahli bedah pada saat akses Peran perawat perioperatif baik asisten bedah,
bedah tercapai sesuai dengan perawat instrumen dan sirkulator mendukung ahli
tujuan pembedahan. bedah agar tujuan pembedahan dapat tercapai.
Bantu ahli bedah dalam Prosedur penutupan jaringan dilakukan setelah
penutupan jaringan. tujuan pembedahan sudah selesai dilaksanakan.
Lakukan penutupan luka Penutupan luka selain bertujuan menurunkan risiko
pembedahan. infeksi juga bertujuan untuk menurunkan risiko
cedera pajanan langsung ke area bedah atau
jaringan yang masih belum stabil.
Risiko infeksi intraoperatif berhubungan adanya port de entree prosedur bedah,
penurunan imunitas efek anestesi.
Tujuan: Optimalisasi tindakan asepsis dapat dilaksanakan selama prosedur itrabedah.
Kriteria evaluasi: Luka pascabedah tertutup dengan kasa.
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien dan Perawat ruang operasi memeriksa kembali riwayat
pemeriksaan diagnostik. kesehatan, hasil pmeriksaan fisik, dan berbagai
hasil pemeriksaan.
Siapkan sarana scrub Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik cuci
tangan pada tempatnya, gaun yang terdiri dari gaun
kedap air dan baju bedah steril, duk penutup, dan
duk berlubang dalam kondisi lengkap dan siap
pakai.
Siapkan instrumen sesuai jenis Manajemen insrumen dari perawat scrub sebelum
pembedahan. pembedahan disesuaikn dengan jenis pembedahan.
Lakukan manajemen asepsis Manajemen asepsis selalu berhubungan dengan
prabedah. pembedahan dan perawatan perioperatif.
Lakukan manajemen asepsis Manajemen asepsis dilakukan untuk menghidari
intraoperasi. kontak dengan zona steril (lihat kembali
manajemen asepsis) meliputi pemakaian baju
bedah, pemakaian sarung tangan, persiapan kulit,
pemasangan duk, penyerahan alat yang diperlukan
petugas scrub dengan perawat sirkulasi.
Lakukan penutupan luka Penutupan luka bertujuan menurunkan risiko
pembedahan. infeksi. Perawat biasanya memasang spons dan
plester adhesif yang menutup seluruh spons.

C. Post Operatif
1) Pengkajian

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasca operasi :


a) Status respirasi: kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan, kecepatan
dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
b) Status sirkulatori : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
c) Status neurologis :tingkat kesadaran.
d) Balutan : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung dengan
sistem drainage.
e) Kenyamanan : terdapat nyeri, mual dan muntah
f) Keselamatan: diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel panggil
yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
g) Perawatan : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan. Sistem
drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat
dan jumlah drainage.
h) Nyeri: waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat /
memperingan.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pasca pembedahan yaitu :
a) Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari anaesthesi.
b) Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi
c) Nyeri akut b.d proses pembedahan
3) Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No Intervensi
keperawatan hasil
1. Gangguan Tujuan : kerusakan per- Pengelolaan jalan napas
pertukaran gas tukaran gas tidak terjadi 1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,
b.d efek samping Kriteria hasil : kedalaman dan usaha nafas.
dari anaesthesi.  Status neurologis 2) Auskultasi bunyi napas, tandai area
penurunan atau hilangnya ventilasi dan
dalam batas normal
adanya bunyi tambahan
 Dispnea tidak ada 3) Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
 PaO2, PaCO2, pH 4) Pantau status mental
arteri dan SaO2 dalam 5) Observasi terhadap sianosis, terutama
batas normal membran mukosa mulut
6) Pantau status pernapasan dan oksigenasi
 Tidak ada gelisah,
7) Jelaskan penggunaan alat bantu yang
sianosis, dan keletihan diperlukan (oksigen, pengisap,spirometer)
8) Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi
9) Laporkan perubahan sehubungan dengan
pengkajian data (misal: bunyi napas, pola
napas, sputum,efek dari pengobatan)
10) Berikan oksigen atau udara yang
dilembabkan sesuai dengan keperluan

2. Kerusakan Tujuan : kerusakan Perawatan luka


integritas kulit integritas kulit tidak 1) Ganti balutan plester dan debris
b.d luka post terjadi. 2) Cukur rambut sekeliling daerah yang
operasi Kriteria hasil : terluka, jika perlu
3) Catat karakteristik luka bekas operasi
 Kerusakan kulit tidak
4) Catat katakteristik dari beberapa drainase
ada 5) Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun
 Eritema kulit tidak ada antibakteri yang cocok
6) Rendam dalam larutan saline yang sesuai
 Luka tidak ada pus
7) Berikan pemeliharaan lokasi IV
 Suhu kulit dalam batas 8) Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi
normal sesuai kebutuhan
9) Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah
sesuai kebutuhan
10) Gunakan unit TENS (Transcutaneous
Elektrikal Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan luka bekas
operasi yang sesuai
11) Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi,
yang sesuai
12) Balut dengan perban yang cocok
13) Pertahankan teknik pensterilan perban
ketika merawat luka bekas operasi
14) Periksa luka setiap mengganti perban
15) Bandingkan dan mencatat secara teratur
perubahan-perubahan pada luka
16) Jauhkan tekanan pada luka
17) Ajarkan pasien dan anggota keluarga
prosedur perawatan luka

3. Nyeri akut b.d Tujuan : Nyeri dapat Manajemen Nyeri :


proses teratasi. 1) Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
pembedahan Kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
 Klien faktor presipitasi ).
melaporkan
2) Observasi  reaksi NV dr ketidak nyamanan.
nyeri berkurang dg
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
scala 2-3 untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
 Ekspresi wajah tenang4) Kontrol faktor lingkungan yang
 klien dapat istirahat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
dan tidur pencahayaan, kebisingan.
5) Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 vital sign dalam batas
(farmakologis/non farmakologis).
normal 6) Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
7) Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri.
8) Evaluasi tindakan pengurang nyeri
9) Monitor TTV
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan Buku 2. Salemba Medika. Jakarta

Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan Buku 1. Salemba Medika. Jakarta

http://okditiar.wordpress.com/2010/07/02/asuhan-keperawatan-post-operatif/

http://elbeyekbs.blogspot.com/2012/03/instrumen-dasarbasic-instrumen.html

http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/216

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai