Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien Puskesmas adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden,kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu:keselamatan
pasien (patient safety),keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas,keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan
kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting
untuk dilaksanakan.Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan
apabila ada pasien oleh karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus
diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai
dengan yang diucapkan isocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Premium, non
nocere (First,do no harm).
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologipelayanan
kesehatan menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinyaKejadian Tidak
Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukandengan hati-hati. Di
puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi non profesi yang siap memberikan
pelayanan pasien. Keberagaman dan kerukunan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat terjadi KTD. Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi
tuntutan masyarakat maka pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan.
Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien
tersebut.

B. TUJUANPEDOMAN
1. Terciptanya Budaya Keselamatan Pasien Di Puskesmas Belanting
2. MeningkatnyaakuntabilitasPuskesmasterhadappasiendanmasyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Puskesmas Belanting
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan.

C. SASARANPEDOMAN
Seluruh petugas pemberilayananklinisdiPuskesmasBelanting
D. RUANGLINGKUPPEDOMAN
Ruang lingkup pedoman keselamatan pasien meliputi pelayanan di loket
pendaftaran,poli umum, poli gigi, KIA/KB, laboratorium, farmasi, ruang tindakan,poli
gigi, poli MTBS,dan klinik kesehatan lingkungan.

E. BATASAN OPERASIONAL
Keselamatan Pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :assessment risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut nya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
BAB II
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

A. Tidak Terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien


Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir
semua aspek/tahapan diagnosis pengobatan.Maksudsasaraniniadalah untuk melakukan
dua kali pengecekan identitas pasien yaitu: pertama,untuk identifikasi pasien sebagai
individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien
ketika pemberian obat;pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis;
atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.Kebijakan Dan/atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,sepertinama
pasien,nomor rekam medis,tanggal lahir,dan lain-
lain.
Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda
di lokasi yang berbeda di puskesmas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan
semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen penilaian tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien:
1. Pasien Diidentifikasi Menggunakan Dua Identitas Pasien.
2. Pasien Identifikasi Sebelum Pemberian Obat,darah,atau produk darah.
3. Pasien di identifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen untuk pemeriksaan
klinis.
4. Pasien di identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan prosedur tindakan.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten di
semua situasi dan lokasi.
B. Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat
Bila Obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen
harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien.Obat-obatan yang
perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/ kesalahan serius (sentinel event),obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan(adverse outcome)seperti obat-obat yang terlihat mirip
dan kedengarannya mirip(Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM,atau Look Alike Sound Alike/LASA).
Carayangpalingefektif untuk mengurangiataumengeliminasi kejadian tersebut
adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perludiwaspadai.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu bijakandan/atau prosedur untuk
membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di
Puskesmas. Kebijakan Dan/ atau prosedur jugamengaturpemberianlabel secara benar
pada obat dan bagaimana penyimpanannya,sehingga membatasi akses,untuk mencegah
pemberiannya tidak sengaja/kurang hati-hati.
1. Kebijakan  dan/atau  prosedur    dikembangkan    agar  memuat  proses
identifikasi, menetapkan lokasi,pemberian label,dan penyimpanan obat.
2. Implementasi Kebijakan Dan Prosedur.
3. Obat-obatan yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label
yangjelas,dan disimpan padaareayangdibatasiketat(restricted).
C. Tidak Terjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan Medis Dan Keperawatan
Salah Lokasi,salah-prosedur,pasien-salah pada tindakan medis,adalah sesuatu
yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi. Kesalahan ini adalah akibat dari
komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara petugas klinis,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking),dan tidak ada
prosedur untuk verifikasi lokasi tindakan. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak
adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar petugas klinis, permasalahan yang berhubungan dengan
tulisan tangan yang tidak terbaca(illegible handwriting) dan pemakaian singkatan
adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Puskesmas perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini.
Elemen penilaian tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan:
1. Puskesmas menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi tindakan dan melibatka npasien didalamproses penandaan.
2. Puskesmasm enggunakan Suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat sebelum tindakan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,tepat, dan fungsional.
3. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan dental yang dilaksanakan.
D. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi Di Puskesmas
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatanbiayauntuk mengatasiinfeksiyang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien
maupun paraprofessional pelayanan kesehatan.Infeksi biasanya dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan.
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(handhygiene) yan gtepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional. Puskesmas mempunyai proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/ atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di Puskesmas.Elemen Penilaian Pengurangan Risiko Infeksi
di Puskesmas:
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum(al.dari WHO Patient Safety).
2. Puskesmas Menerapkan Program Hand Hygiene Yang Efektif.
3. Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
mengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
E. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien.Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan,dan
fasilitasnya, Puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi Bisa Termasuk
Riwayat Jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
Elemen Penilaian Tidak Terjadinya pasien jatuh:
1. Puskesmas menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh
dan melakukan smenulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi
atau pengobatan,dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang di
hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya,baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh Puskesmas.
BAB III
TATALAKSANA PEDOMAN

A. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak Pasien
2. Mendidik Pasien Dan Keluarga
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
1. Perankepemimpinandalammeningkatkankeselamatanpasien
2. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
3. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

B. Uraian
1. Hak Pasien
a. Standar
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
b. Kriteria
1. Harus Ada Dokter Penanggungjawab Pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Mendidik Pasien dan Keluarga
a. Standar:
Puskesmas Harus Mendidik pasien dan keluarga tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
b. Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses
pelayanan.Karena Itu,di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
1. Memberikan Informasi Yang Benar,jelas,lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan Pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
Dimengerti.
4. Memahami Dan Menerima Konsekuensi Pelayanan.
5. Mematuhi Instruksi Dan Menghormati Peraturan Puskesmas.
6. Memperlihatkan Sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi Kewajiban Finansial Yang Disepakati.
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
a. Standar
Puskesmas Menjamin Kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
b. Kriteria
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan,rujukan dan saat pasien keluar dari Puskesmas.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumberdaya secara berkesinambungan
sehingga padaseluruhtahappelayanan. transisi antar unit pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga,pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4. Terdapat Komunikasi Dan Transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, amanda efektif.
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
a. Standar
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan,dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
b. Kriteria
1. Setiap Puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik,mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas,kebutuhan
pasien,petugas pelayanan kesehatan,kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas”.

2. Setiap Puskesmas Harus Melakukan Pengumpulan Data Kinerja Yang


antara lain terkait dengan pelaporan insiden,akreditasi,manajemen
risiko,utilisasi, mutu pelayanan,keuangan.
3. Setiap Puskesmas Harus Melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi suatu proses kasus risiko tinggi.
4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan,agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
5. Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Standar:
1. Pimpinan Mendorong Dan Menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan“Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan Mendorong  dan  menumbuhkan  komunikasi  dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinanmengalokasikansumberdayayangadekuatuntukmengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
b. Kriteria:
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”(Near
Miss) sampai dengan“Kejadian Tidak Diharapkan’(Adverse Event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari Puskesmas Terintegrasi Dan Berpartisipasi Dalam
program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden,termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah,membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA)“Kejadian Nyaris Cedera”(NearMiss)
dan“Kejadian Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
6. Tersediamekanismeuntukmenanganiberbagaijenisinsiden,misalnyamena
ngani“KejadianSentinel” (Sentinel Event)atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko,termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam
kaitan dengan“Kejadian Sentinel”.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
anantar pengelola pelayanan dalam Puskesmas Dengan pendekatan antar
disiplin.
8. Tersediasumberdayadansisteminformasiyangdibutuhkandalamkegiatanp
erbaikankinerjaPuskesmasdanperbaikankeselamatanpasien,termasukeval
uasiberkalaterhadapkecukupan sumberdaya tersebut.
9. Tersediasasaranterukur,danpengumpulaninformasimenggunakankriteria
objektifuntukmengevaluasiefektivitasperbaikan kinerja Puskesmas dan
keselamatan pasien, termasukrencanatindaklanjutdanimplementasinya.
6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
a. Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2. Puskesmas Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
b. Kriteria:
1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
1. Setiap Puskesmas Harus Mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
1. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok(teamwork)guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi Merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
a. Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
2. Transmisi Data Dan Informasi Harus Tepat Waktu Dan Akurat.
b. Kriteria:
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
BAB IV
LOGISTIK
Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang
ketersediaan logistik, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang
dibutuhkan untuk pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi
yang mampu mempengaruhi keselamatan pasien,meliputi:
a. Form pelaporan insiden KTD,KPC,dan KNC
b. Form Petunjuk Keselamatan Dalam Gedung
c. Petunjuk Lantai Basah
d. Peralatan Kebersihan Lingkungan
BAB V
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
A. Kegiatan Pelaksanaan Keselamatan Pasien
1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal
tentang insiden
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke Dinas kesehatan kabupaten/kota
4. Puskesmas Memenuhi Standar Keselamatan pasien dan menerapkan tujuh langkah
menuju keselamatan pasien.

B. Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien


a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Pimpin Dan Dukung Staf
c. Integrasikan Aktivitas
d. Kembangkansistempelaporan
e. MELibatkan dan berkomunikasi dengan Pasien
f. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang keselamatan pasien
g. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem keselamatan pasien
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di
Puskesmas. Bila langkah-langkah ini berhasil makakembangkan langkah-langkah yang
belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik Puskesmas
Dapat Menambah Penggunaan metode lainnya.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek.Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
K3 juga melindungi rekan kerja,keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga
mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain
yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3(Keselamatan
Kesehatan Kerja)meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan
cuti sakit.
BAB VII 
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien,maka yang harus dilakukan


adalah:
1. Setiap unit kerja di Puskesmas mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan Dan Kejadian Potensial
Cedera) pada formulir yang sudah disediakan oleh Puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien
(Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Potensial Cedera)
kepada Tim Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan Keselamatan Pasien(PMKP)pada
formulir yang sudah disediakan.
3. Tim PMKP menganalisis akar penyebab masalah semuakejadian yang dilaporkan oleh
unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim PMKP merekomendasikan solusi
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah pada pimpinan
Puskesmas.
5. Pimpinan Puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di
Puskesmas, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja
BAB VIII
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di


Puskesmas maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah penting.
Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan atau penurunan insiden sehingga dapat
lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas.Program Keselamatan
Pasien merupakannever ending proses, karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi
yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai