28 46 1 SM
28 46 1 SM
2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
Oleh:
Nurasikin
ABSTRAK
HAM adalah istilah yang menarik dan membuat banyak orang terkesima bahkan
banyak kaum muslimin yang tertipu olehnya, seakan-akan yang memiliki
pemikiran dan sikap yang benar terhadap HAM adalah orang-orang kafir. Padahal
sejak lebih dari 14 abad yang lalu kaum muslimin sudah mendengar dan
mempraktekkan bagaimana memuliakan manusia. Bahkan mereka telah membaca
dalam ayat-ayat al-Qur`an dan juga hadits-hadits yang menunjukkan tingginya
perhatian islam terhadap hak asasi bani Adam. Namun yang bahaya sekali atas
masyarakat Islam adalah menyamakan antara syiar-syiar tersebut dan menerimanya
begitu saja tanpa filter dan tanpa pondasi kuat. Oleh karena itu perlu kita melihat
dan membandingkan pengertian HAM versi barat dengan HAM versi syariat Islam.
189
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
A. PENDAHULUAN
Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM, merupakan sebuah hal yang
menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusi.
Melalui Deklarasi Universal HAM (DUHAM) 10 Desember 1948 merupakan
tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak mengenai manusia sebagai
manusia. Sejarah HAM dimulai dari Magna Charta di Inggris pada tahun 1252 yang
kemudian kemudian berlanjut pada Bill Of Rights dan kemudian berpangkal pada
DUHAM PBB. Dalam konteks ke Indonesiaan penegakan HAM masih bisa
dibilang kurang memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan penegakan HAM
di Indonesia terhambat seperti problem politik, dualisme peradilan dan prosedural
acara174
Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah
sebagai Way Of Life yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para
penganutnya merupakan konsep yang lengkap mengatur segala aspek kehidupan
manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai hak asasi manusia, Islam pun
mengatur mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin
yang berarti agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam ketidakadilan sosial
sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang harus
dibela.
Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat
tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam
sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena
dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang
spesial. Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita
temukan didalamnya konsep tentang penegakan HAM.
Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang
175
lalu . Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang
pengakuan HAM.
174
Cak Munir dkk, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: Gagas Media 2004, hlm 160
175
Anas Urbaningrum, Islam-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta: Penerbit
Republika ,2004, hlm 91
190
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
menjadi actual karena sering dilecehkan dalam sejarah manusia sejak awal hingga
kurun waktu kini. Gerakan dan diseminasi HAM terus berlangsung bahkan dengan
menembus batas-batas teritorial sebuah Negara. 176 Manfred Nowak menegaskan
“human right mus be considered one of the major achievements of modern day
philosoph”.
Konsep HAM itu sendiri merupakan sebuah konsep filosofis, artinya bahwa
munculnya HAM memiliki akar religious dan sudah tua usianya. Dua ribu tahun
yang silam agama Kristen memperkenalkan ajaran tentang Imago Dei (cinta Allah)
bahwa setiap manusia termasuk budak, orang asing dan perempuan memiliki
kehidupan yang sama dihadapan Tuhan dan mereka adalah Citranya. Menurut
konsep ini pribadi memiliki nilai intrinsic yang tidak dapat dihilangkan. Nilai
intrinsic ini disebut juga sebagai dignitas (martabat) manusia, oleh agama Kristen
dianggap sebagai suatu tujuan yang berada diluar struktur kekuasaan negara 177
Ketentuan yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Right
yang ditetapkan oleh PBB pada tahun 1948 terdiri atas Fundamental Human Right
dan Fundamental Freedom. Contoh dari Fundamental Human Right adalah hak
untuk hidup (right life) dan Fundamental Freedom adalah kebebasan berfikir,
berbicara (speech) dan kebebasan dari rasa takut (fear)
Deklarasi universal HAM menegaskan bahwa hak-hak yang terdapat dalam
deklarasi tersebut hendaknya dapat dirasakan oleh setiap orang diseluruh dunia 178.
Pada perjanjian yang dibuat pada tanggal 16 Desember tahun 1966 lahirlah dua
buah konvenan yakni pertama, Internasional Covenant On Civil And Human Right
(konvensi internasional tentang hak-hak sipil dan hak politik) dan kedua,
International Covenant On Economic, Social And Culture Right (konvensi
Internasional tentang hak ekonomi, sosial dan budaya) 179
Kedua konvenan ini memberikan artikulasi DUHAM secara substansial dan
revolusioner. Kedua konvenan secara tegas, berhasil menyatukan dua perspektif
perlindungan HAM, yakni hak-hak individu sebagaimana pada konvenan pertama
dan hak-hak social yang berimplikasi pada kewajiban-kewajiban Negara yang
terangkum pada konvenan kedua180
Dalam tataran konseptual HAM mengalami proses perkembangan yang
sangat kompleks. Percaturan kehidupan dan peradaban manusia memberikan
proses tersendiri. HAM adalah puncak konseptualisasi manusia tentang dirinya
sendiri. Oleh karena itu, jika disebutkan sebagai konsepsi , maka itu pula berarti
sebuah upaya maksimal dalam melakukan formulasi pemikiran strategis tentang
176
Majda El-Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008, Hlm 2
177
Fransisco Budi Hardiman, HAM Alasan Adanya Dan Pengertiannya, Makalah Kursus
HAM, Jakarta 2001, Hlm. 7
178
Ifdhal Kasim, Hak Ekonomi, Sosial Budaya, ELSAM, Jakarta, 2001, Hlm. 21
179
Majda El-Muhtaj , Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia (Kajian Multi
Perspektif), PUSHAM UII, Yogyakarta, 2007 Hlm. 274
180
Ibid, Hlm. 275
191
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
hak dasar yang dimiliki oleh manusia. Perbincangan itu sulit dipisahkan dari sejarah
manusia dan peradabannya.
Todung Mulya Lubis menyebutkan ada empat teori HAM yaitu pertama,
hak-hak alami (natural right), berpandangan bahwa HAM adalah hak yang dimiliki
oleh seluruh manusia pada segala waktu dan tempat berdasarkan takdirnya sebagai
manusia (human right are rights that belong to all human beings at all times and in
all places by virtue of being born as human beings). Kedua, teori positivis (positivist
theory) yang berpandangan bahwa karena hak harus tertuang dalam hukum yang
riil, maka dipandang sebagai hak melalui jaminan adanya konstitusi (rights, then
should be created and granted by constitusion, laws and contract). Pandangan ini
secara nyata berasal dari Bentham yang mengatakan “ right is a child of law, from
real laws come real rights, but from imaginary law, laws of nature, come imaginary
right, natural rights is simple nonsense, natural and impresicible rights rethorical
nonsense, nonsense upon still.” Ketiga, theory relativitas cultural (cultural
relativitas theory) teori ini adalah salah satu bentuk anti-thesis dari teori-teori hak
alami (natural rights). Teori ini berpandangan bahwa hak ini bersifat universal
merupakan pelanggaran satu dimensi cultural terhadap dimensi cultural yang lain
atau yang biasa disebut imperialism cultural (cultural imperialism). Yang
ditekankan dalam teori ini adalah bahwa manusia merupakan interaksi social dan
cultural serta perbedaan tradisi dan budaya dan peradaban yang berisikan cara
perbedaan cara pandang kemanusiaan (different ways of being human). Keempat,
doktrin Marxis (Marxis doctrine and human rights). Doktrin Marxis menolak teori
hak-hak alami karena Negara atau kolektivitas adalah sumber galian seluruh hak
(repositiory of all rights)181
Konsep Hak Asasi Manusia tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangannya yang melahirkan ajaran-ajaran dari para tokoh HAM dan
berbagai peraturan perundang-undangan , yang isinya mengakui bahwa manusia
(individu) dikaruniai hak asasi yang harus dihormati para penguasa maupun
masyarakat.
Munculnya Istilah HAM adalah produk sejarah. Istilah itu pada awalnya
adalah keinginan dan tekad manusia secara universal agar mengakui dan
melindungi hak-hak dasar manusia. Dapat dikatakan bahwa istilah tersebut
bertalian erat dengan realitas social dan politik yang berkembang. 182
Adapun tonggak momentum kesadaran terhadap HAM yang lahir sebagai
perjuangan rakyat terhadap penguasanya yaitu sebagai berikut.183 Pertama,
dimulai yang paling dini dengan munculnya perjanjian Agung (Magna Charta) di
Inggris pada 15 Juni tahun 1215, sebagai bagian dari pemberontakan para Baron
terhadap raja John. Isi pokok dokumen itu diantaranya, hendaknya raja tidak
melakukan pelanggaran terhadap hak milik dan kebebasan pribadi seorangpun dari
rakyat. Kedua : Petition of Right di Inggris tahun 1628 yang juga dikenal sebagai
181
Ibid Hlm 271-272
182
Majda El-Muhtaj Op.cit, 2007 Hlm. 273
183
Majda El-Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya,
Op. cit, Hlm 8-9
192
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
Syariat Islam dibangun diatas bangunan yang kokoh dan lengkap karena berasal
dari Allah yang maha perkasa lagi maha terpuji. Tidak ada satu kemaslahatan dunia
193
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
dan akherat kecuali telah ditunjukkan dan disampaikan dalam syariat. Oleh karena
itu syariat sangat memperhatikan 5 dharuraat : Menjaga agama, jiwa, akal nasab
keturunan dan harta. Kelima dharurat ini yang menjadi tiang kehidupan manusia.
Tidak akan hidup baik kehidupan manusia kecuali dengan menjaga lima perkara
ini. Bukan kelima hal ini adalah HAM yang dijamin syariat Islam. Oleh karena itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya:
“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya. Jangan menzhaliminya dan
jangan menyerahkannya. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah
akan membantu kebutuhannya dan siapa yang menyelamatkan seorang muslim
dari satu bencana maka Allah akan selamatkan dari satu bencana di hari kiamat.
Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan tutupi aibnya dihari
kiamat.” (HR al-Bukhori).
Islam mengakui adanya HAM namun memiliki karakteristik dan maqaashid
yang jelas, diantaranya:
a. Karakteristik HAM versi Islam.
1. Rabbaniyyah. Semua hak telah di jelaskan dalam al-Qur`an dan sunnah.
Sumbernya berasal langsung dari Allah. Oleh karena ia lepas dan bebas dari
kezhaliman dan kesesatan.
2. Tsabat (tidak berubah-rubah). Walaupun banyak usaha penyesatan dan
perancuan kebenaran islam dengan kebatilan namun tetap hujjah kebenaran
kuat dan tidak goyah.
3. Al-Hiyaad, sehingga jauh dari rasisme dan mengikuti hawa nafsu.
4. Asy-Syumul (universal). Karena mencakup seluruh kepentingan dan
kemaslahatan manusia sekarang dan masa depan
5. ‘Alamiyah (bersifat mendunia), karena cocok untuk segala waktu dan
tempat, karena mampu memenuhi kebutuhan manusia dan bisa menjadi
solusi terbaik semua masalah mereka.
b. Maqashid HAM dalam Islam.
1. Mewujudkan kesempurnaan ibadah kepada Allah
2. Menjaga kehidupan manusia dalam semua marhalahnya.
3. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh dunia melalui pembinaan dan
pendidikan manusia. Juga memberikan solusi atas perbedaan yang ada
dengan cara yang efektif dan efesien.
4. Mewujudkan keadilan sosial dengan menyebarkan keadilan dimuka bumi
dan menghilangkan kasta sosial yang ada.
5. Menjaga kepentingan dan kemashlahatan manusia dengan menjaga lima
dharuraat.
6. Memuliakan manusia.
194
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
HAM versi Islam sumber pengambilannya adalah kitab suci al-Qur`an dan Sunnah
Rasulullah yang tidak berbicara dengan hawa nafsu. Sehingga HAM versi syariat
adalah Rabbaniyatul mashdar.
2. Konsekuensi hukuman
Perbedaan ini adalah konsekwensi dari yang pertama. Piagam buatan manusia
hanyalah sekedar konsep dan harapan yang berasal dari PBB tidak ada paksaan dan
konsekwensi hukum (ilzaam) dan tidak juga ada konsekuensi bila tidak dapat
dijalankan dengan satu hukum undang-undang. Sedangkan Islam maka HAM nya
bersifat abadi, tapi, memiliki konsekwensi hukum dan tidak menerima pelaksanaan
parsial, penghapusan dan perubahan. Setiap individu harus melaksanakannya
dengan berharap pahala dari Allah dan takut dari adzabNya. Siapa yang sengaja
mentelantarkannya maka pemerintah dalam islam berhak memaksanya untuk
melaksanakan dan menerapkan hukuman syar’i atasnya pada keadaan tidak
dilaksanakannya hal tersebut.
3. Terdahulu
Piagam HAM dunia pertama kali ada pada tahun 1215 M atau diabad ke 13
Masehi. Sedangkan Islam mengenal konsep dan piagam HAM sejak awal
munculnya Islam.
4. Perlindungan HAM dan Jaminannya (Protection And Guarantees Of Human
Right In Islam And International Instruments)
5. Bersifat universal
Dalam HAM islam memiliki keistimewaan atas selainnya dalam keuniversalan
konsep HAM, diantaranya:
1. Hak anak yatim, dalam piagam HAM internasional hanya ada isyarat
pemeliharaan anak yatim saja. Sedangkan dalam islam ada perhatian khusus
terhadap anak yatim, penjagaan hak-haknya dan anjuran berbuat baik pada
mereka dengan seluruh jenis kebaikan.
2. Hak orang yang lemah akalnya. Islam memberikan perhatian dan menjaga
hak-hak mereka
3. Hak Waris. Hak ini banyak dilalaikan dan tidak diperhatikan dalam banyak
piagam HAM, namun islam memberikan perhatian yang besar atasnya
hingga menjelaskan semua tata cara pembagiannya dengan lengkap dalam
al-Qur`an.
4. Hak membela diri. Hak ini tidak disampaikan juga dalam Piagam HAM
dunia, padahal disampaikan Allah dalam beberapa ayat Nya
5. Hak memaafkan.
6. Setiap hak manusia dalam islam dilihat dari tinjauan ia sebagai manusia
adalah hasil dari ketetapan hukum syariat bukan dari perkembangan sosial
atau politik,
7. HAM dalam Islam menafikan adanya perbedaan ras dan warna dan ada
sebagai bagian syariat dan memiliki hubungan sangat erat dan kokoh
dengan pembentukan akidah dan akhlak. Sehingga hak-hak manusia
terjamin dengan nash-nash syariat
8. Pemulian manusia dalam islam sejak turunnya al-Qur`an bukan sekedar
syiar umum semata bahkan sudah menjadi sitem syari’at yang ada dalam
bangunan aqidah dan akhlak islami.
195
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
184
Abdul Aziz Dahlan et.all , Ensiklopedi Hukum Islam, ichtiar baru van hoeve, Jakarta,
1996 hal.495
185
Dede Rosyada, A. Ubaidilah, Abdul Rozak, Wahyu Sayuti, M. Arskal Salim GP,
Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani, Penerbit: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003, Hlm. 220 - 221.
196
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
186
Badherin Mashood, Internasional Human Right and Islamic Law, Oxford; Oxford
University Press 2003, hlm 13
187
Mashood A. Baderin, Ibid., h. 13. Seperti dikutip oleh Prof. DR. HM. Amin Abdillah
dalam makalahnya yang berjudul kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam perspektif
kemanusiaan Universal, agama-agama dan Ke- Indonesiaan yang disampaikan pada Training HAM
lanjutan untuk Dosen Hukum dan HAM, Jogjakarta 8-10 Juni 2011 hal 11
197
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
E. KESIMPULAN
198
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Aziz Dahlan et.all , Ensiklopedi Hukum Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 1996
Badherin Mashood, Internasional Human Right and Islamic Law, Oxford; Oxford
University Press 2003.
Dede Rosyada, A. Ubaidilah, Abdul Rozak, Wahyu Sayuti, M. Arskal Salim GP,
Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia,
dan Masyarakat Madani, Penerbit: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2003.
Munir dkk, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: Gagas Media 2004
Mas’udi, Masdar F., “HAM dalam Islam” dalam Suparman Marzuki dan Sobirin
Mallan, Pendidikan Kewarganegaraan dan HAM, Yogyakarta: UII Press,
2002.
Nickel, James W., Hak Asasi Manusia: Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.
199