Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN.

2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh:
Nurasikin

Dosen Fakultas Hukum Universitas Boneo Tarakan


Jl. Amal Lama No 1 Kelurahan Pantai Amal

ABSTRAK

HAM adalah istilah yang menarik dan membuat banyak orang terkesima bahkan
banyak kaum muslimin yang tertipu olehnya, seakan-akan yang memiliki
pemikiran dan sikap yang benar terhadap HAM adalah orang-orang kafir. Padahal
sejak lebih dari 14 abad yang lalu kaum muslimin sudah mendengar dan
mempraktekkan bagaimana memuliakan manusia. Bahkan mereka telah membaca
dalam ayat-ayat al-Qur`an dan juga hadits-hadits yang menunjukkan tingginya
perhatian islam terhadap hak asasi bani Adam. Namun yang bahaya sekali atas
masyarakat Islam adalah menyamakan antara syiar-syiar tersebut dan menerimanya
begitu saja tanpa filter dan tanpa pondasi kuat. Oleh karena itu perlu kita melihat
dan membandingkan pengertian HAM versi barat dengan HAM versi syariat Islam.

Kata Kunci : HAM, Islam

189
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

A. PENDAHULUAN

Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM, merupakan sebuah hal yang
menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusi.
Melalui Deklarasi Universal HAM (DUHAM) 10 Desember 1948 merupakan
tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak mengenai manusia sebagai
manusia. Sejarah HAM dimulai dari Magna Charta di Inggris pada tahun 1252 yang
kemudian kemudian berlanjut pada Bill Of Rights dan kemudian berpangkal pada
DUHAM PBB. Dalam konteks ke Indonesiaan penegakan HAM masih bisa
dibilang kurang memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan penegakan HAM
di Indonesia terhambat seperti problem politik, dualisme peradilan dan prosedural
acara174
Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah
sebagai Way Of Life yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para
penganutnya merupakan konsep yang lengkap mengatur segala aspek kehidupan
manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai hak asasi manusia, Islam pun
mengatur mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin
yang berarti agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam ketidakadilan sosial
sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang harus
dibela.
Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat
tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam
sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena
dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang
spesial. Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita
temukan didalamnya konsep tentang penegakan HAM.
Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang
175
lalu . Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang
pengakuan HAM.

B. Sekilas tentang Hak Asasi Manusia (HAM)


Recognition of the inherent dignity and of the equal and inalienable rights of all
members of the human family is the foundation of freedom, justice and peace in the
world (UDHR’s Preambule 1948)
Sistem nilai yang menjelma dalam konsep HAM tidaklah semata-mata
sebagai produk Barat, melainkan memiliki dasar pijakan yang kokoh dari seluruh
budaya dan agama. Pandangan dunia tentang HAM adalah pandangan kesemestaan
bagi eksistensi dan proteksi kehidupan dan kemartabatan manusia.
Wacana HAM terus berkembang seiring dengan intensitas kesadaran
manusia atas hak dan kewajiban yang dimilikinya. Namun demikian wacana HAM

174
Cak Munir dkk, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: Gagas Media 2004, hlm 160
175
Anas Urbaningrum, Islam-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta: Penerbit
Republika ,2004, hlm 91

190
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

menjadi actual karena sering dilecehkan dalam sejarah manusia sejak awal hingga
kurun waktu kini. Gerakan dan diseminasi HAM terus berlangsung bahkan dengan
menembus batas-batas teritorial sebuah Negara. 176 Manfred Nowak menegaskan
“human right mus be considered one of the major achievements of modern day
philosoph”.
Konsep HAM itu sendiri merupakan sebuah konsep filosofis, artinya bahwa
munculnya HAM memiliki akar religious dan sudah tua usianya. Dua ribu tahun
yang silam agama Kristen memperkenalkan ajaran tentang Imago Dei (cinta Allah)
bahwa setiap manusia termasuk budak, orang asing dan perempuan memiliki
kehidupan yang sama dihadapan Tuhan dan mereka adalah Citranya. Menurut
konsep ini pribadi memiliki nilai intrinsic yang tidak dapat dihilangkan. Nilai
intrinsic ini disebut juga sebagai dignitas (martabat) manusia, oleh agama Kristen
dianggap sebagai suatu tujuan yang berada diluar struktur kekuasaan negara 177
Ketentuan yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Right
yang ditetapkan oleh PBB pada tahun 1948 terdiri atas Fundamental Human Right
dan Fundamental Freedom. Contoh dari Fundamental Human Right adalah hak
untuk hidup (right life) dan Fundamental Freedom adalah kebebasan berfikir,
berbicara (speech) dan kebebasan dari rasa takut (fear)
Deklarasi universal HAM menegaskan bahwa hak-hak yang terdapat dalam
deklarasi tersebut hendaknya dapat dirasakan oleh setiap orang diseluruh dunia 178.
Pada perjanjian yang dibuat pada tanggal 16 Desember tahun 1966 lahirlah dua
buah konvenan yakni pertama, Internasional Covenant On Civil And Human Right
(konvensi internasional tentang hak-hak sipil dan hak politik) dan kedua,
International Covenant On Economic, Social And Culture Right (konvensi
Internasional tentang hak ekonomi, sosial dan budaya) 179
Kedua konvenan ini memberikan artikulasi DUHAM secara substansial dan
revolusioner. Kedua konvenan secara tegas, berhasil menyatukan dua perspektif
perlindungan HAM, yakni hak-hak individu sebagaimana pada konvenan pertama
dan hak-hak social yang berimplikasi pada kewajiban-kewajiban Negara yang
terangkum pada konvenan kedua180
Dalam tataran konseptual HAM mengalami proses perkembangan yang
sangat kompleks. Percaturan kehidupan dan peradaban manusia memberikan
proses tersendiri. HAM adalah puncak konseptualisasi manusia tentang dirinya
sendiri. Oleh karena itu, jika disebutkan sebagai konsepsi , maka itu pula berarti
sebuah upaya maksimal dalam melakukan formulasi pemikiran strategis tentang

176
Majda El-Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008, Hlm 2
177
Fransisco Budi Hardiman, HAM Alasan Adanya Dan Pengertiannya, Makalah Kursus
HAM, Jakarta 2001, Hlm. 7
178
Ifdhal Kasim, Hak Ekonomi, Sosial Budaya, ELSAM, Jakarta, 2001, Hlm. 21
179
Majda El-Muhtaj , Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia (Kajian Multi
Perspektif), PUSHAM UII, Yogyakarta, 2007 Hlm. 274
180
Ibid, Hlm. 275

191
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

hak dasar yang dimiliki oleh manusia. Perbincangan itu sulit dipisahkan dari sejarah
manusia dan peradabannya.
Todung Mulya Lubis menyebutkan ada empat teori HAM yaitu pertama,
hak-hak alami (natural right), berpandangan bahwa HAM adalah hak yang dimiliki
oleh seluruh manusia pada segala waktu dan tempat berdasarkan takdirnya sebagai
manusia (human right are rights that belong to all human beings at all times and in
all places by virtue of being born as human beings). Kedua, teori positivis (positivist
theory) yang berpandangan bahwa karena hak harus tertuang dalam hukum yang
riil, maka dipandang sebagai hak melalui jaminan adanya konstitusi (rights, then
should be created and granted by constitusion, laws and contract). Pandangan ini
secara nyata berasal dari Bentham yang mengatakan “ right is a child of law, from
real laws come real rights, but from imaginary law, laws of nature, come imaginary
right, natural rights is simple nonsense, natural and impresicible rights rethorical
nonsense, nonsense upon still.” Ketiga, theory relativitas cultural (cultural
relativitas theory) teori ini adalah salah satu bentuk anti-thesis dari teori-teori hak
alami (natural rights). Teori ini berpandangan bahwa hak ini bersifat universal
merupakan pelanggaran satu dimensi cultural terhadap dimensi cultural yang lain
atau yang biasa disebut imperialism cultural (cultural imperialism). Yang
ditekankan dalam teori ini adalah bahwa manusia merupakan interaksi social dan
cultural serta perbedaan tradisi dan budaya dan peradaban yang berisikan cara
perbedaan cara pandang kemanusiaan (different ways of being human). Keempat,
doktrin Marxis (Marxis doctrine and human rights). Doktrin Marxis menolak teori
hak-hak alami karena Negara atau kolektivitas adalah sumber galian seluruh hak
(repositiory of all rights)181
Konsep Hak Asasi Manusia tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangannya yang melahirkan ajaran-ajaran dari para tokoh HAM dan
berbagai peraturan perundang-undangan , yang isinya mengakui bahwa manusia
(individu) dikaruniai hak asasi yang harus dihormati para penguasa maupun
masyarakat.
Munculnya Istilah HAM adalah produk sejarah. Istilah itu pada awalnya
adalah keinginan dan tekad manusia secara universal agar mengakui dan
melindungi hak-hak dasar manusia. Dapat dikatakan bahwa istilah tersebut
bertalian erat dengan realitas social dan politik yang berkembang. 182
Adapun tonggak momentum kesadaran terhadap HAM yang lahir sebagai
perjuangan rakyat terhadap penguasanya yaitu sebagai berikut.183 Pertama,
dimulai yang paling dini dengan munculnya perjanjian Agung (Magna Charta) di
Inggris pada 15 Juni tahun 1215, sebagai bagian dari pemberontakan para Baron
terhadap raja John. Isi pokok dokumen itu diantaranya, hendaknya raja tidak
melakukan pelanggaran terhadap hak milik dan kebebasan pribadi seorangpun dari
rakyat. Kedua : Petition of Right di Inggris tahun 1628 yang juga dikenal sebagai

181
Ibid Hlm 271-272
182
Majda El-Muhtaj Op.cit, 2007 Hlm. 273
183
Majda El-Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya,
Op. cit, Hlm 8-9

192
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

The Great Charter Of The Liberties Of England, yang berisi penegasan


pembatasan tentang kekuasaan dan dihilangkannya hak untuk raja melaksanakan
kekuasaan terhadap siapa pun, atau untuk memenjarakan, menyiksa dan
mengirimkan tentara kepada siapapun tanpa dasar apapun. Ketiga, Deklarasi
kemerdekaan Amerika Serikat pada 6 Juli tahun 1776, yang memuat penegasan
bahwa setiap orang dilahirkan dalam persamaan dan kebebasan dengan tidak
mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut.
Keempat, Deklarasi Hak-hak asasi manusia dan warga Negara ( Declaration Of
The Rights Man And Of The Citizen) di Francis pada tahun 1789. Ada lima hak
yang diadopsi yaitu kepemilikan harta (propiere), kebebasan (liberte), persamaan
(egalite), keamanan (securite) dan perlawanan terhadap penindasan (resistence l’
oppression). Kelima, Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi manusia (
Universal Declaration of Human Rights/UDHR), pada tanggal 10 Desember 1948
yang memuat pokok-pokok tentang kebebasan, persamaan, pemilikan harta, hak-
hak dalam perkawinan, pendidikan, hak kerja dan kebebasan beragama (termasuk
pindah agama)
Banyak Penganut HAM menyatakan bahwa asal usul sejarah HAM dapat
ditelusuri dari masa Romawi dan Yunani kuno. Pada waktu itu konsep HAM tidak
bisa dilepaskan dari doktrin-doktrin hukum alam pra modern dari para kaum Stoa
Yunani, tetapi baru sesudah abad pertengahan doktrin hukum alam berkaitan erat
dengan teori-teori politik liberal mengenai hak-hak alamiah. Menurut Aristoteles
dan Thomas Aquinas, pada masa Yunani Romawi dan abad pertengahan, doktrin
hukum alam hanya mengajarkan kewajiban-kewajiban. Bahkan, pada masa itu
perbudakan dan perhambaan mendapatkan legitimasi yang kuat. Dengan
demikian, pada masa itu konsep atau pengertian HAM belum terwujud dalam
hukum mereka, karena masih mengesampingkan ide-ide yang sentral tentang
HAM yaitu kemerdekaan dan persamaan.
Para ahli hukum maupun politik berkesimpulan bahwa paham HAM lahir
di Inggris pada Abad ke-17. Hal ini bisa dibuktikan dengan sejarah perlawanan
rakyat Inggris terhadap kesewenang-wenangan para raja.
Pada tahun 1215 misalnya, para bangsawan sudah memaksa raja untuk
memberikan Magna Charta Libertum yang melarang penahanan, penghukuman
dan perampasan benda-benda secara sewenang-wenang. Tahun 1679
mengharuskan pernyataan Hobeas Corpus, suatu dokumen yang menetapkan
bahwa orang yang ditahan harus dihadapkan dalam waktu 3 hari kepada seorang
hakim dan harus diberitahukan atas apa ia ditahan. Sesudah Glorius Revolution
William Dalam Bill Of Rights (1689) harus mengakui hak-hak parlemen, sehingga
menjadikan Inggris sebagai Negara pertama yang memiliki sebuah konstitusi
modern. Didalam perkembangan tersebut, nama John Locke tentu tidak bisa
diabaikan. Locke beragumentasi secara rinci, terutama dalam tulisan yang
berkaitan dengan Revolusi tahun 1688 (Glorius Revolution)

C. Konsep HAM dalam Islam

Syariat Islam dibangun diatas bangunan yang kokoh dan lengkap karena berasal
dari Allah yang maha perkasa lagi maha terpuji. Tidak ada satu kemaslahatan dunia

193
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

dan akherat kecuali telah ditunjukkan dan disampaikan dalam syariat. Oleh karena
itu syariat sangat memperhatikan 5 dharuraat : Menjaga agama, jiwa, akal nasab
keturunan dan harta. Kelima dharurat ini yang menjadi tiang kehidupan manusia.
Tidak akan hidup baik kehidupan manusia kecuali dengan menjaga lima perkara
ini. Bukan kelima hal ini adalah HAM yang dijamin syariat Islam. Oleh karena itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya:
“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya. Jangan menzhaliminya dan
jangan menyerahkannya. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah
akan membantu kebutuhannya dan siapa yang menyelamatkan seorang muslim
dari satu bencana maka Allah akan selamatkan dari satu bencana di hari kiamat.
Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan tutupi aibnya dihari
kiamat.” (HR al-Bukhori).
Islam mengakui adanya HAM namun memiliki karakteristik dan maqaashid
yang jelas, diantaranya:
a. Karakteristik HAM versi Islam.
1. Rabbaniyyah. Semua hak telah di jelaskan dalam al-Qur`an dan sunnah.
Sumbernya berasal langsung dari Allah. Oleh karena ia lepas dan bebas dari
kezhaliman dan kesesatan.
2. Tsabat (tidak berubah-rubah). Walaupun banyak usaha penyesatan dan
perancuan kebenaran islam dengan kebatilan namun tetap hujjah kebenaran
kuat dan tidak goyah.
3. Al-Hiyaad, sehingga jauh dari rasisme dan mengikuti hawa nafsu.
4. Asy-Syumul (universal). Karena mencakup seluruh kepentingan dan
kemaslahatan manusia sekarang dan masa depan
5. ‘Alamiyah (bersifat mendunia), karena cocok untuk segala waktu dan
tempat, karena mampu memenuhi kebutuhan manusia dan bisa menjadi
solusi terbaik semua masalah mereka.
b. Maqashid HAM dalam Islam.
1. Mewujudkan kesempurnaan ibadah kepada Allah
2. Menjaga kehidupan manusia dalam semua marhalahnya.
3. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh dunia melalui pembinaan dan
pendidikan manusia. Juga memberikan solusi atas perbedaan yang ada
dengan cara yang efektif dan efesien.
4. Mewujudkan keadilan sosial dengan menyebarkan keadilan dimuka bumi
dan menghilangkan kasta sosial yang ada.
5. Menjaga kepentingan dan kemashlahatan manusia dengan menjaga lima
dharuraat.
6. Memuliakan manusia.

D. Perbandingan antara HAM Islam dengan Konsep HAM Barat


Adanya studi komparatif antara konsep Islam dengan HAM barat untuk
memperjelas kehebatan dan kemulian Islam dari selainnya. Diantara sisi yang dapat
di sampaikan adalah:
1. Sisi Sumber Pengambilan Hukumnya
HAM versi Konsep dan piagam dunia adalah buatan manusia yang tidak
pernah luput dari kesalahan. Manusia banyak salah daripada benarnya. Sedangkan

194
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

HAM versi Islam sumber pengambilannya adalah kitab suci al-Qur`an dan Sunnah
Rasulullah yang tidak berbicara dengan hawa nafsu. Sehingga HAM versi syariat
adalah Rabbaniyatul mashdar.
2. Konsekuensi hukuman
Perbedaan ini adalah konsekwensi dari yang pertama. Piagam buatan manusia
hanyalah sekedar konsep dan harapan yang berasal dari PBB tidak ada paksaan dan
konsekwensi hukum (ilzaam) dan tidak juga ada konsekuensi bila tidak dapat
dijalankan dengan satu hukum undang-undang. Sedangkan Islam maka HAM nya
bersifat abadi, tapi, memiliki konsekwensi hukum dan tidak menerima pelaksanaan
parsial, penghapusan dan perubahan. Setiap individu harus melaksanakannya
dengan berharap pahala dari Allah dan takut dari adzabNya. Siapa yang sengaja
mentelantarkannya maka pemerintah dalam islam berhak memaksanya untuk
melaksanakan dan menerapkan hukuman syar’i atasnya pada keadaan tidak
dilaksanakannya hal tersebut.
3. Terdahulu
Piagam HAM dunia pertama kali ada pada tahun 1215 M atau diabad ke 13
Masehi. Sedangkan Islam mengenal konsep dan piagam HAM sejak awal
munculnya Islam.
4. Perlindungan HAM dan Jaminannya (Protection And Guarantees Of Human
Right In Islam And International Instruments)
5. Bersifat universal
Dalam HAM islam memiliki keistimewaan atas selainnya dalam keuniversalan
konsep HAM, diantaranya:
1. Hak anak yatim, dalam piagam HAM internasional hanya ada isyarat
pemeliharaan anak yatim saja. Sedangkan dalam islam ada perhatian khusus
terhadap anak yatim, penjagaan hak-haknya dan anjuran berbuat baik pada
mereka dengan seluruh jenis kebaikan.
2. Hak orang yang lemah akalnya. Islam memberikan perhatian dan menjaga
hak-hak mereka
3. Hak Waris. Hak ini banyak dilalaikan dan tidak diperhatikan dalam banyak
piagam HAM, namun islam memberikan perhatian yang besar atasnya
hingga menjelaskan semua tata cara pembagiannya dengan lengkap dalam
al-Qur`an.
4. Hak membela diri. Hak ini tidak disampaikan juga dalam Piagam HAM
dunia, padahal disampaikan Allah dalam beberapa ayat Nya
5. Hak memaafkan.
6. Setiap hak manusia dalam islam dilihat dari tinjauan ia sebagai manusia
adalah hasil dari ketetapan hukum syariat bukan dari perkembangan sosial
atau politik,
7. HAM dalam Islam menafikan adanya perbedaan ras dan warna dan ada
sebagai bagian syariat dan memiliki hubungan sangat erat dan kokoh
dengan pembentukan akidah dan akhlak. Sehingga hak-hak manusia
terjamin dengan nash-nash syariat
8. Pemulian manusia dalam islam sejak turunnya al-Qur`an bukan sekedar
syiar umum semata bahkan sudah menjadi sitem syari’at yang ada dalam
bangunan aqidah dan akhlak islami.

195
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

Disamping pengaturan-pengaturan seperti tersebut diatas, dewasa ini terlihat


adanya usaha-usaha dari Negara-negara Islam untuk merumuskan suatu dokumen
mengenai HAM yang Islami, artinya mengacu pada Al-qur’an dan sunnah. Hal ini
antara lain dapat dilihat :
1. Deklarasai Universal tentang Hak asasi Manusia
Deklarasi ini di susun dalam konferensi Islam di Mekkah pada Tahun 1981.
Deklarasi ini terdiri dari 27 Pasal yang menampung 2 kekuatan besar yaitu
keimanan kepada Tuhan dan pembentukan TatananIslam. Dalam pendahuluan
Deklarasi ini dikemukakan bahwa hak-hak asasi manusia dalam Islam bersumber
dari suatu kepercayaan bahwa Allah SWT, dan hanya Allah SWT sebagai hokum
dan sumber dari segala HAM
Salah satu kelebihan dari deklarasi ini adalah bahwa teksnya memuat acuan-
acuan yang gambling dan unik dari totalitas peraturan-peraturan yang berasal dari
Al-Qur’an dan sunnah serta hokum-hukum lainnya yang ditarik dari kedua sumber
hokum tersebut dengan metode-metode yang dianggap sah menurut hokum Islam184
Dalam deklarasi ini dijelaskan anatara lain yaitu :
b. Penguasa dan rakyat adalah subjek yang sama didepan hokum (pasal IV a)
c. Setiap individu dan setiap orang wajib berjuang dengan segala cara yang
tersedia untuk melawan pelanggaran dan pencabutan hak (Pasal IV c dan d)
d. Setiap orang tidak hanya memiliki hak melainkan juga memiliki kewajiban
memperotes ketidak adilan (Pasal IV b)
e. Setiap muslim berhak dan berkewajiban menolak untuk menaati setiap
perintah yang bertentangan dengan hokum, siapapun yang memerintahkan
( Pasal IV e)
2. Deklarasi Kairo (Declaration Of Cairo)185
Deklarasi Kairo ini dicetuskan oleh menteri-menteri luar negeri dari
Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada tahun 1990. Peran sentral
syari’ah Islam sebagai kerangka acuan dan juga pedoman interpretasi dari deklarasi
kairo ini terwujud pada dokumen itu sendiri.
Ketentuan HAM yang terdapat dalam Deklarasi Kairo (Cairo Declaration) yang
isinya sebagai berikut:
1. Hak Persamaan dan Kebebasan. (Al Israa 17:79, An Nisaa
4:58,105,107,135)
2. Hak Hidup. (Al Maidah 5:45, Al Israa 17:33)
3. Hak Perlindungan Diri. (Al Balad 90:12-17, At Taubah 9:6)
4. Hak Kehormatan Diri. (At Taubah 9:6)

184
Abdul Aziz Dahlan et.all , Ensiklopedi Hukum Islam, ichtiar baru van hoeve, Jakarta,
1996 hal.495
185
Dede Rosyada, A. Ubaidilah, Abdul Rozak, Wahyu Sayuti, M. Arskal Salim GP,
Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani, Penerbit: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003, Hlm. 220 - 221.

196
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

5. Hak Berkeluarga. (Al Baqarah 2: 221, Ar Rum 30:21, An Nisaa 4:


1, At Tahrim 66:6)
6. Hak Kesetaraan Wanita dengan Pria. (Al Baqarah 2:228, Al Hujarat
49:13)
7. Hak Anak Dari Orang Tua. (Al Baqarah 2:233, Al Israa 17:23-24)
8. Hak Mendapatkan Pendidikan. (At Taubah 9:122, Al Alaq 96:1-5)
9. Hak Kebebasan Beragama. (Al Kafirun 109:1-6, Al Baqarah 2:156,
Al Kahfi 18:29)
10. Hak Kebebasan Mencari Suaka. (An Nisaa 4:97, Al Mumtahanah
60:9)
11. Hak Memperoleh Pekerjaan. (At Taubah 9:105, Al Baqarah 2:286,
Al Mulk 67:15)
12. Hak Memperoleh Perlakuan Sama. (Al Baqarah 2:275-278, An
Nisaa 4:161, Al Imran 3:130)
13. Hak Kepemilikan. (Al Baqarah 2:29, An Nisaa 4:29)
14. Hak Tahanan. (Al Mumtahanah 60:8)
3. Pendapat Kalangan Ulama dan Cendikiawan Muslim
Menurut Halliday186, setidaknya , ada 4 varian pendapat di lingkungan ulama dan
cerdik cendekiawan Muslim dalam merespon Hak Asasi Manusia yaitu :
1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) memang sejalan
dengan ajaran Islam. Orang Islam tidak perlu meragukannya dan tinggal
melaksanakannya.
2. Hak Asasi Manusia bisa dilaksanakan di lapangan asal dibawah payung
hukum Syari’at Islam. Kalau tidak, tidak mungkin dapat dilaksanakan.
3. Deklarasi Hak Asasi Manusia yang berlaku secara internasional adalah
agenda imperialis Barat Modern yang ingin memojokkan Islam.
4. Hak Asasi Manusia Universal memang benar-benar tidak sejalan
(incompatible) dengan Islam. Maka, harus ditentang dan tidak perlu
dilaksanakan.
5. Mashood Baderin187 menambahkan yang tidak disebut oleh Halliday
bahwa Deklarasi Hak Asasi Manusia yang berlaku secara internasional
memiliki agenda tersembunyi, yaitu anti agama (anti-religious agenda)

186
Badherin Mashood, Internasional Human Right and Islamic Law, Oxford; Oxford
University Press 2003, hlm 13
187
Mashood A. Baderin, Ibid., h. 13. Seperti dikutip oleh Prof. DR. HM. Amin Abdillah
dalam makalahnya yang berjudul kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam perspektif
kemanusiaan Universal, agama-agama dan Ke- Indonesiaan yang disampaikan pada Training HAM
lanjutan untuk Dosen Hukum dan HAM, Jogjakarta 8-10 Juni 2011 hal 11

197
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

E. KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai HAM diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa


Islam itu adalah agama yang asy-syumul (lengkap). Ajaran Islam meliputi seluruh
aspek dan sisi kehidupan manusia. Islam memberikan pengaturan dan tuntunan
pada manusia mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan manusia yang
berskala besar. Dan tentu saja telah tercakup didalamnya aturan dan penghargaan
yang tinggi terhadap HAM. Memang tidak dalam suatu dokumen yang terstruktur,
tetapi tersebar dalam ayat suci Al-qur’an dan As-Sunnah.

198
Prosiding Seminar Nasional Ke-3 ISSN. 2655-5913
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan
“Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Kawasan Perbatasan”
Tarakan, 17 September 2019

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Aziz Dahlan et.all , Ensiklopedi Hukum Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 1996

Anas Urbaningrum, Islam-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta:


Penerbit Republika ,2004

Badherin Mashood, Internasional Human Right and Islamic Law, Oxford; Oxford
University Press 2003.

Dede Rosyada, A. Ubaidilah, Abdul Rozak, Wahyu Sayuti, M. Arskal Salim GP,
Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia,
dan Masyarakat Madani, Penerbit: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2003.

Fransisco Budi Hardiman, HAM Alasan Adanya Dan Pengertiannya, Makalah


Kursus HAM, Jakarta 2001.

Munir dkk, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: Gagas Media 2004

Mas’udi, Masdar F., “HAM dalam Islam” dalam Suparman Marzuki dan Sobirin
Mallan, Pendidikan Kewarganegaraan dan HAM, Yogyakarta: UII Press,
2002.

Majda El-Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan


Budaya, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008.

_______________, Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia (Kajian Multi


Perspektif), PUSHAM UII, Yogyakarta, 2007

Nickel, James W., Hak Asasi Manusia: Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

199

Anda mungkin juga menyukai