Tipologi Fasade Rumah Tinggal Kolonial B
Tipologi Fasade Rumah Tinggal Kolonial B
net/publication/315619040
CITATIONS READS
10 1,929
3 authors, including:
Antariksa Sudikno
Brawijaya University
315 PUBLICATIONS 449 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Antariksa Sudikno on 25 March 2017.
ABSTRAK
Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan tipologi façade rumah tinggal kolonial Belanda
yang ada di kawasan bersejarah Kayutangan. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah
deskriptif. Penentuan sampel bangunan dilakukan secara purposif dengan analisisnya adalah
façade (atap, dinding, dan lantai), dan metode analisis kualitatif-deskriptif dengan pendekatan
tipologi. Hasil studi ditemukan bahwa macam atap yang digunakan pada rumah tinggal, yaitu
perisai, pelana, dan gevel. Tipologi dinding dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
dinding polos, dinding dengan ornamen batu kali, dan dinding dengan ornamen batu tabur. Elemen
bukaan pada rumah tinggal ditemukan empat jenis, yaitu pintu, jendela, bouvenlight, dan lubang
angin. Jenis pintu dan jendela yang paling banyak ditemukan adalah jenis rangkap ganda dengan
tipe gantung samping dengan bahan kayu sebagai bahan pembentuknya. Teritisan pada façade
letaknya dikelompokkan menjadi dua, yaitu di sepanjang lebar façade dan di atas bukaan saja.
Lantai pada keseluruhan kasus bangunan menggunakan bahan teraso dengan perbedaan
ketinggian 30-60 cm dari permukaan tanah. Elemen façade bangunan yang paling besar rentan
terhadap perubahan dinding (hampir 70% berubah), sedang elemen façade yang paling tidak
rentan terhadap perubahan adalah atap
Kata kunci: tipologi, façade, rumah tinggal
ABSTRACT
The aims of this study are to find the typology of Dutch colonial house façade in historical
area of Kayutangan. This study used descriptive method. A sample building has been made
purposively through analyzing the façade (roof, wall, and floor), and used descriptive-qualitative
analysis method with typology approach. The study finds that the roof variations used in the
colonial house at the area are shield, saddle and gevel. Wall typology has been classified into two
groups: plain, ornamental with river stone, and ornamental with spreading stone. Opening element
in the colonial house at the area involves four types, door, window, bouvenlight, and wind hole. The
most often used door and window types submit to the double-fold with wooden-side hanger as the
frame. Façade eaves may be grouped into two, along the façade wide and above the opening. The
floor in all building cases applies the terrace materials with different heights of 30-60 cm above the
ground surface. The greatest element of building façade seems susceptible to the wall modification
(almost 70 % changes), while the strongest façade element against modification appears to be the
roof.
Keywords: typology, façade, house
Pendahuluan
Belanda masuk dan menguasai Kota Malang pada tahun 1767. Belanda datang ke
Malang mendirikan benteng pertahanan sebagai pusat kekuatan bangsa Belanda. Tahun
1821 Belanda mulai memantapkan kedudukannya di Kota Malang. Permukiman yang
dulu didirikan bangsa Belanda yang letaknya dekat dengan benteng pertahanan, mulai
bergeser dan meluas ke luar dari area benteng tersebut. Pada tahun 1826-1867
kedudukan Belanda makin kuat, sehingga praktis bentuk Kota Malang mulai diatur sesuai
dengan kepentingan bangsa kolonial Belanda (Hadinoto & Soehargo 1996:17). Tahun
1882, bangsa Belanda mulai membangun rumah tinggal di sebelah alun-alun kota untuk
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi ini, adalah metode deskriptif, analisa kualitatif-
deskriptif dengan pendekatan tipologi. Penentuan sampel dilakukan secara purposive
sampling dengan analisisnya adalah façade rumah tinggal kolonial (berupa: atap, dinding,
dan lantai), sedang variabel pembentuknya yang mempengaruhi (bahan pembentuk,
ornamen hias, periode berdirinya rumah tinggal). Sampel terpilih berjumlah 15 buah
(Gambar 1)
Sample PL3
Sample PL1
Sample PL4
Sample PL2
Sample PR4
Sample PR3
Atap pelana cenderung digunakan pada kasus yang dibangun pada periode tahun
1920-an.
Atap gevel ditemukan pada wilayah kajian berjumlah empat kasus, yaitu kasus
G1,G2,PRG, dan PLPRG. Atap gevel cenderung digunakan pada kasus yang dibangun
pada periode tahun 1920-an.
Kasus seperti kasus PRG (menggabungkan atap perisai dan gevel) , PLPRG
(menggabungkan atap pelana, perisai dan gevel), dan PLPR (menggabungkan atap
Teritisan pada kasus yang ada di wilayah Kayutangan tiga belas kasus letak
teritisan sepanjang lebar façade bangunan sedangkan dua kasus, yaitu PL1 dan PLPR
teritisan letaknya selebar bukaan (Gambar 5).
Lubang angin untuk kasus di Kayutangan ini terbagi atas dua jenis, yaitu berbentuk
persegi dan berbentuk lengkung. Bentuk lubang angin lengkung hanya ditemui pada
kasus PL2, sedangkan empat belas kasus yang lain menggunakan bentukan persegi
pada lubang anginnya. Lubang angin pada kasus yang berda di Kayutangan mayoritas
berbentuk persegi dengan permainan aksen garis.
Bouvenlight pada kasus yang ditemukan di Kayutangan terbagi menjadi dua, yaitu
bouvenlight yang terbuat dari besi tempa dan bouvenlight yang terbuat dari kusen kayu
dan kaca. Bouvenlight yang terbuat dari besi tempa untuk kasus PR2 dan PR3 memiliki
motif ornamen bergaya art nouveou yang tampak adalah ornamen sulur (Gambar 6).
Berdasarkan atas tinjauan teori mengenai gaya, pada kasus Kayutangan terbagi
menjadi empat tipe, yaitu (Gambar 9):
1. Pra 1900 (pada kasus PR2 dan PR3);
2. Pasca 1900 (pada kasus PLPRG);
3. Tahun 1920-an (kasus PLPR,G1, G2, PRG, PL3, PL4, PR1); dan
4. Tahun 1930-an (kasus PL1, PL2, PR4, PR5, PR6).
Pasca 1900
1920-an
1930-an
Gambar 9. Tipologi gaya.
Kesimpulan
Bahwa macam atap yang digunakan pada rumah tinggal kolonial di Kayutangan,
yaitu perisai, pelana, dan gevel. Tipologi dinding dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu dinding polos, dinding dengan ornamen batu kali dan dinding dengan ornamen batu
tabur.
Elemen bukaan ditemukan empat jenis, yaitu pintu, jendela, bouvenlight, dan lubang
angin. Jenis pintu dan jendela yang paling banyak ditemukan adalah jenis rangkap ganda
dengan tipe gantung samping dengan bahan kayu sebagai bahan pembentuknya.
Teritisan pada fasade letaknya dikelompokkan menjadi dua, yaitu di sepanjang lebar
fasade dan di atas bukaan saja.
Lantai pada keseluruhan kasus menggunakan bahan teraso yang bisa dapat
menyerap panas, sehingga ruang yang ada di dalamnya cenderung lebih dingin. Selain
itu, ubin juga kedap air dan keras, sehingga dapat menjaga dan mengatur temperatur dan
kelembaban udara di dalam ruangan. Dengan perbedaan ketinggian 30-60 cm dari
permukaan tanah.
Tipologi gaya yang dapat ditemukan pada kasus rumah tinggal Kayutangan terbagi
atas empat gaya, yaitu gaya pra 1900, pasca 1900, 1920-an dan 1930-an.
Elemen fasade bangunan yang paling besar rentan terhadap perubahan adalah
dinding (hampir 70% berubah), sedangkan elemen fasade yang paling tidak rentan
terhadap perubahan adalah atap.
Daftar Pustaka
BAPPEKO. (2005). Studi Membuat Kriteria Karakter Desain Bangunan Berarsitektur
Lama/Kuno atau Bersejarah. Laporan Fakta dan Analisa. Malang: Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya. (Tidak dipublikasikan).
Handinoto & Soehargo, P.H. (1996). Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda
di Malang. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Universitas Kristen PETRA.
Krier, R. (1988). Architectural Composition. London: Academy Edition
arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 75
Lippsmeier, G. (1980). Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Jakarta: Erlangga
Moedjiono, Z. (1989). Studi Pendahuluan Dalam Rangka Mencari Konsepsi Arsitektur
Rumah Tinggal yang Sesuai Dengan Hakekat Pembangunan Manusia Indonesia
Seutuhnya. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut Teknologi
Sepuluh November.
Nix, T. (1994). Sumbangan Tentang Pengetahuan Bentuk Dalam Perancanaan dan
Perancangan Kota Terutama Di Indonesia. Disertasi. Bandung: Fakultas Teknik,
Universitas Tarumanegara.
Prijotomo, J. (1987). Komposisi Olah Tampang Arsitektur Kampung (Telaah Kasus
Kampung di Surabaya). Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut
Teknologi Sepuluh November.
Rachmawati, M. (1990). Studi Olah Tampang Bangunan Kolonial (Rumah Tinggal di
Malang). Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut Teknologi Sepuluh
November.
Sulistijowati, M. (1991). Tipologi Arsitektur Pada Rumah Kolonial Surabaya (Dengan
Kasus Perumahan Plampitan dan Sekitarnya). Tidak dipublikasikan. Surabaya:
Pusat Penelitian Institut Teknologi Sepuluh November.
Sumalyo, Y. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.