Ilmu Medan
Ilmu Medan
BATALYON SISWA-I
NAMA :
NO CAPA :
TON / KI / YON :
Bandung, Oktober 2022
Kebijakan reorganisasi TNI yang bercirikan efektif, efisien dan modern memberikan
dampak yang cukup signifikan bagi peningkatan kualitas personel TNI maupun PNS.Dengan
hal tersebut maka tiap-tiap personel harus dapat meningkatkan kualitasnya khususnya didalam
pembinaaan latihan.
Penyusunan karmil ini dibatasi lingkup kemampuan Danton dalam pembinaan llatihan di
satuan. Adapun tulisan ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:
1. Pendahuluan.
2. Kondisi Pembinaan Latihan Saat ini.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi.
4. Pembinaan yang Diharapkan.
5. Upaya Meningkatkan Pembinaan Latihan di Satuan.
6. Penutup.
Metoda dan Pendekatan. Karmil ini disusun dengan pendekatan yang didasarkan pada
teori, pengalaman dan pengamatan di daerah basis maupun di daerah operasi.Khususnya
pengalaman penulis menjabat sebagai Danton disatuan batalyon Infanteri.
RESIMEN SISWA TNI ANGKATAN DARAT
BATALYON SISWA-I
PEMBAHASAN
Sebagaimana yang diharpkan oleh para Pimpinan TNI, khususnya TNI AD bahwa
apapun situasi dan kondisi dimanapun satuan berada harus menerima latihan-latihan kegiatan
yang pada dasarnya untuk meningkatkan kesiapan dalam rangka melaksanakan tugas-tugas
operasi, maka visualisasi latihan harus sudah lebih mengarah kepada keadaan yang
sesungguhnya. Suatu pertempuran dikatakan berhasil dan keberhasilan seorang Komandan
Peleton dalam memimpin anggota Peletonnya, baik disatuan manapun di daerah operasi
sangat dipengaruhi oleh kemampuan Komandan tersebut dalam melatih anggotanya.
Pembinaan latihan disatuan dapat memberikan kepercayaan diri dan Komandan Peleton
beserta anggotanya dapat berjalan sesuai dengan apa yang disepakati bersama, kendala-
kendala di lapangan harus dipecahkan bersama-sama.
1. Memberikan kemampuan teknis dan taktis yang lebih prakmatis dibandingkan apa yang
didapat dari pendidikan.
2. Latihan harus lebih keras dalam arti penggunaan fisik dan dampak psyikologis untuk
menambah keyakinan.
3. Perlu dipegang secara prinsip bahwa latihan adalah pengganti pertempuran yang
sebenarnya.
4. Memberikan kemampuan teknis, taktis dan administrasi yang lebih praktis dan pragmatis
dibanding apa yang didapat dari pendidikan.
5. Latihan harus keras dalam arti pembunaan fisik, adanya tekanan serta ancaman
sehingga memberikan keberanian dan kemampuan dalam pengambilan keputusan.
Penguasaan Binlat. Seorang Komandan Peleton harus menguasai Binlat sebagai dasar
dalam melatih anggotanya. Adapun hal-hal yang berpengaruh terhadap Binlat dan harus
menjadi acuan bagi Danton dalam menerapkan pembinaan latihan adalah:
1. Disiplin. Pembinaan disiplin prajurit sangat diperlukan dimana hal ini sangat
tergantung kepada penerapan disiplin oleh Danton didalam pelaksanaan tugas maupun
di basis.
2. Moril. Pembinaan moril prajurit sangat berpengaruh terhadap tugas pokok. Seorang
Komandan Peleton harus mampu meningkatkan moril anggotanya.
3. Jiwa Korsa. Penerapan kepemimpinan lapangan yang dilakukan oleh Komandan agar
tercipta kebersamaan, kekompakan dan rasa jiwa korsa yang kuat antar prajurit di
satuan, sehingga akan menunjang kesiapan pelaksanaan tugas.
4. Motivasi. Dengan dorongan ini bisa dilakukan selama berada di basis maupun didaerah
operasi, maka motivasi pribadi pimpinan merupakan sikap mental seorang pemimpin
disegala tempat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Watak tingkah laku seorang pemimpin yang merupakan pembawaan sejak lahir akan
berpengaruh terhadap kepemimpinan lapangan saat dirinya mernjadi seorang pemimpin.
1. Eksternal.
a. Peluang.
1) Pendidikan. Dengan diselenggarakannya pendidikan Komandan Peleton
atau kursus Komandan Peleton di Pusdikif Kodiklatad, setiap tahun
memberikan peluang bagi perwira-perwira yang akan diarahkan ke jabatan
sebagai Komandan Peleton diharapkan dengan dididiknya perwira-perwira
tersebut di Sus Danton akan dapat memberikan bekal yang cukup sebelum
menjabat sebagai Komandan Peleton.
2. Internal.
a. Kemampuan
1) Kemampuan seorang Komandan Peleton dalam kepemimpinan dan
kemampuan dalam penyelenggaraan latihan di satuan belum maksimal,
karena kurangnya pengetahuan yang harus dimiliki sehingga dalam
pembinaan latihan di Peleton kurang mencapai hasil yang diharapkan.
Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan adanya pendidikan/latihan dan
pengalaman dalam pelaksanaan tugas.
Sebagaimana yang diharapkan oleh pimpinan TNI, khususnya TNI apapun situasi dan
kondisi dimanapun satuan berada, harus menerima latihan-latihan dan kegiatan yang pada
dasarnya meningkatkan kualitas kemampuan prajurit dan kesiapan dalam melaksanakan
tugas-tugas operasi maka visualisasinya latihan harus sudah sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya.
Peningkatan Kemampuan Danton. Kemampuan seorang Komandan Peleton harus
selalu diasah sehingga semakin lama kan didapatkan seorang Komandan Peleton yang baik.
Sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan Danton adalah:
Memberikan kesempatan untuk mengikuti kursus Komandan Peleton bagi Danton yang belum
kursus Danton.
1. Dalam penerapan program latihan di satuan Danyon memberikan tanggung jawab
kewenangan sesuai kewenangan penyelenggaraan latihan.
3. Moril dan Motivasi. Menimbulkan rangsangan kepada diri seorang danton untuk
melakukan pekerjaan, pemberian motivasi sedemikian rupa. Agar mau mereka
bersikap dan berbuat secara ikhlas demi tercapainya sasaran dari pelaksanaan
tugas dari motivasi yang dimiliki Danton kita bisa melihat moril yang ada
hakekatnya adalah semangat, sikap mental komandan peleton dalam
melaksanakan tugas. Untuk meningkatkan moril dan motivasi Danton ini dapat
melalui pemberian pengertian tentang pentingnya tugas yang dilaksanakan,
pemberian penghargaan terhadap pelaksanaan tugas yang baik dan pemberian
hukuman bagi yang bertindak tidak sesuai.
Penguasaan Bidang Binlat. Untuk menjadi Danton yang profesional dalam tugas dan
jabatannya tidak bisa tumbuh begitu saja tetapi harus melalui proses latihan dan pendidikan,
oleh karena itu seorang Danton harus menguasai taktik dan tehnik militer.
Aplikasi taktik dan tehnik militer dasar maupun kemampuan bertempur perorangan dan satuan.
1. Kemampuan untuk melakukan konsistensi latihan.
2. Tingkat latihan yang harus mutlak dilaksanakan.
3. Penyelenggaraan latihan.
4. Penyusunan naskah latihan dan pelaporan hasil latihan.
5. Mengetahui dan memahami prosedur administrasi tingkat Peleton.
6. Produk-produk latihan.
2. Sasaran.
Yang ingin di dapat dalam Optimalisasi Peran Danton yaitu agar kualitas dan kuantitas
Komandan peleton yang ada di satuan meningkat dan Peran Danton secara langsung
bertanggung jawab terhadap hasil koreksi cheklis yang diselenggarakan satuan khususnya
diambil dibawah ke Peleton kebawah.
a. Subyek.
Komandan Batalyon Infanteri merupakan pemantau didalam dan meningkatkan
kemampuan peran Danton didalam penyelenggraan dan danyon ke atasa
menciptakan suasana keadaan dalam pelaksanan pembinaan latihan.
b. Obyek.
Komandan Peleton dimana diharapkan peran Komandan Peleton didalam
pengawasan khususnya dalam pembinaan latihan lebih ditingkatkan agar tercapai
keberhasilan.
Metode yang digunakan didalam meningkatkan peran Danton dalam pengawasan Binlat
dengan motivasi pendidikan latihan melalui pendidikan dengan diadakan kursus-kursus dan
peraturan baik di Lemdik maupun satuan itu sendiri sedangkan latihan sesuai dengan program
yang ada di satuan.
Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam mengoptimalkan peran Danki dalam
pengawasan Binlat dengan menggunakan sarana yang ada di satuan yang peranti lunak
maupun peranti kerasnya.Penggunaan sarana dan prasarana latihan disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada saat pelaksanaan latihan.
2. Pendidikan dan Latihan. Guna mendapatkan kualitas Perwira dan Bintara pelatih
yang handal dihadapkan pada pembinaan latihan di satuan, maka diperlukan upaya
Komandan Satuan untuk mendidik dan melatih unsur terkait guna dipersiapkan sebagai
pelatih agar mengetahui dan mampu membina latihan di satuan dengan baik.
3. Latihan. Salah satu sarana untuk memberikan pengalaman terhadap para personel
satuan Yonif adalah dengan memberikan kesempatan berlatih kepada yang bersangkutan.
Dengan kegiatan ini diharapkan personel tersebut memiliki pengalaman yang lebih
dibanding dengan yang dilatih baik dalam hal perencanaan maupun penyelenggaraan
latihan. Adapun sasaran yang harus dicapai dalam latihan dalam satuan ini adalah sebagai
berikut
Dengan sasaran tersebut di atas, agar dapat tercapai maka metode yang digunakan
dalam pendidikan dan laihan antara lain :
a. Teori
b. Diskusi
c. Aplikasi
d. Demonstrasi/peragaan
a. Pembinaan Personel.
Komanmdan satuan melaksanakan segala usaha pekerjaan, kegiatan dan
tindakan untuk membina personel satuannnya agar dapat melaksanakan tugasnya
secara baik. Diantara personel tersebut terdapat Bintara yang berfungsi sebagai
penghubung/pembantu pimpinan dalam kegiatan satuan, pembinaan personel bagi
Bintara dapat dilaksanakan dengan cara :
b. Pembinaan Materiil.
Memberi kesempatan kepada para Bintara dalam kegiatan pemeliharaan materiil
sesuai dengan tanggung jawabnya, agar mereka dapat ikut membina materiil satuan
secara baik.
c. Pembinaan Sarana/Fasilitas.
Komandan dibantu oleh para staf/dan bawahan agar dapat menilai mana fasilitas
yang berfungsi untuk mendukung kegiatan latihan pada peningkatankemampuan
satuan untuk melaksanakan tugas.
d. Pembinaan lingkungan.
5. Penugasan.
Untuk memberikan pengalaman kepada para Perwira dan Bintara agar memiliki
kemampuan pembinaan latihan yang baik maka kepada mereka senantiasa diberikan
penugasn untuk merencanakan, mengorganisir, menyelenggarakan latihan sesuai dengan
porsinya. Dengan demikian kemampuan yang bersangkutan akan semakin bertambah.
Secara aplikatif dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
a. Pemberian penugasan bagi para Perwira dan Bintara untuk membuat rencana
latihan/rencana lapangan yang bersifat latihan teknis.
b. Pemberian penugasan bagi para Perwira dan Bintara untuk mengoganisir medan
latihan.
c. Latihan Kaderlit dalam latihan teknis
d. On the Job Training
Integrasi antara latihan dengan hukum Humaniter dan HAM. Sampai saat ini para
Perwira masih belum mempunyai jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara Yuridis,
dan para komandan yang pernah mengalami tindakan dua tingkat keatas dalam hati nuraninya
pasti kurang menerima tindakan tersebut karena harus dihukum secara administrasi untuk
sesuatu pelanggaran yang tidak jelas. Perhukuman yang mencerminkan rasa keadilan prajurit
tidak akan menjadi kontra produktif dan akan sejalan dengan tujuan pembinaan. Kondisi
tersebut akan terwujud apabila hukuman yang dijatuhkan sesuai denagn ketentuan hukum yang
dilanggar dan berat ringan hukuman ditentukan berdasarkan pengaruh pelanggaran terhadap
organisasi atau kedinasan dengan mempertimbangkan kodisi keadaan yang meliputi
pelanggaran tersebut. Di lapangan sering terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
prajurit. Diantaranya yang sering terjadi adalah kesalahan prosedur. Hal ini menunjukkan
bahwa masalah hukum Humaniter dan HAM belum dapat dipahami dan tersosialisasi di
lingkungan prajurit Batalyon Infanteri. Untuk menghindari hal tersebut pimpinan perlu
melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Penyuluhan tentang pengetahuan hukum Humaniter dan HAM kepada seluruh prajurit
Batalyon Infanteri.
2. Mengintegrasikan antara kegiatan latihan khususnya materi taktik dengan hukum
Humaniter dan HAM.
3. Memasukkan materi hukum Humaniter dan HAM ke dalam program latihan satuan.
4. Membuat protap satuan tentang pelaksanaan operasi yang berkaitan dengan masalah
hukum Humaniter dan HAM.
PENUTUP
Menjadi Komandan Peleton yang profesional memerlukan suatu proses, upaya nyata
dan kerja keras. Profesionalisme ini meskipun secara nyata dapat dibangun oleh organisasi
melalui pendidikan, pelatihan dan penugasan secara teratur dan berkesinambungan tetapi juga
harus diikuti oleh peran aktif masing-masing pribadi Komandan Peleton dalam menunjang
keberhasilan upaya itu.
Menghadapi tuntutan dan tantangan keadaan masa kini dan masa depan tidak ada
pilihan lagi bagi Komandan Peleton harus meningkatkan kualitas dirinya, dengan demikian
setiap Komandan Peleton akan yakin dan pasti melangkah kedepan, menyongsong panggilan
tugas yang kompleks.
Dihadapkan kepada tantangan tugas, baik yang berdimensi dalam negeri maupun luar
negeri dihadapkan kepada ancaman, gangguan dan hambatan serta tantangan yang akan
datang, maka setiap Komandan Peleton harus memiliki tingkat profesinalisme yang tinggi
sesuai dengan bidang tugas dan spesialisasinya.
Suksesnya pelaksanaan tugas dan peran Komandan Peleton ditentukan oleh tingkat
profesionalismenya yang tiada lain adalah merupakan perwujudan sikap sebagai pemimpin
yang handal.
Demikian tulisan ini dibuat dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pembaca betapa kecilnya manfaat dengan tetap menyadari akan kekurangan dan
kelemahan penulis, penulis mengharapkan koreksi-koreksinya pembaca dalam rangka
penyempurnaan.
POLA PIKIR
LANDASAN
- UU TNI NO.34 TH 2004
- UU NO 3 TH 2002
- SM SP 8 WAJIB TNI
- TAP MPR NO VI/MPR/2000
UMPAN BALIK
SUMBER DAFTAR PUSTAKA
I. KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
a. Tap MPR No. IV tahun 1999 tentang GBHN 1999-2004
b. Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Militer (KUHPM)
c. Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia,
d. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang Hukum Disiplin Militer Indonesia,
e. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Pradilan Militer
DEPARTEMEN STAFF
Bandung, 25 Oktober 2022
Siswa
1. Data Umum
a. Nama :
b. Pangkat/No Capa :
c. Tempat Tanggal Lahir :
d. Nama Isteri :
e. Jumlah anak :
f. Alamat :
2. Data Pendidikan
a. Umum tertinggi :
b. Militer :
3. Data Penugasan
a.
4. Data lain lain
a.
Bandung, Oktober 2022
(Nama)
(Nomor Capa}