Anda di halaman 1dari 47

PT PLN (PERSERO)

UNIT PELAKSANA PENGENDALIAN PEMBANGKITAN BELAWAN

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN


PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI PT PLN ( PERSERO )
UNIT PELAKSANA PENGENDALIAN PEMBANGKITAN BELAWAN

Diajukan Oleh :
NAMA : YUNANDA ADITIYA
NIM : 1905062005

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


13 DESEMBER 2021 – 21 JANUARI 2022

PROGRAM PRAKTIK KERJA LAPANGAN


TAHUN 2021

ii
PT PLN (PERSERO)
UNIT PELAKSANA PENGENDALIAN PEMBANGKITAN BELAWAN

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PELAKSAAN PKLDISUSUN OLEH

NAMA/NIM : YUNANDA ADITIYA/1905062005


UNIVERSITAS : POLITEKNIK NEGERI MEDAN
TANGGAL PKL : 13 DESEMBER 2021 – 21 JANUARI 2022

Menyetujui, Belawan, 21 Januari 2022


Monitoring/ Pembimbing Siswa PKL
Supervisor HAR IC PLTGU

GANDA SUAKA YUNANDA ADITIYA


NIP : 7091030A NIM : 1905062005

Mengetahui,

MANAGER MANAGER BAGIAN KEU & UMUM


PT PLN (PERSERO) UPDK BELAWAN PT PLN (PERSERO) UPDK BELAWAN

HARMANTO T.CHAIRIN NIZA


NIP : 8107139Z NIP : 7393033A

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Esa yang mana atas karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kerja
praktik dan menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Tulisan ini merupakan
laporan kerja praktik penulis di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU),
PT PLN (Persero) UPDK Belawan, Medan, Sumatera Utara. Laporan kerja
praktik ini disusun untuk memenuhi persyaratan penulisan tugas akhir pada
Jurusan Teknik Elektro, Program studi Teknik Elektronika, Politeknik Negeri
Medan. Kerja praktik yang diikuti oleh penulis adalah wajib bagi Mahasiswa
Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Medan.
Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktik ini, penulis banyak
memperoleh bantuan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin
mengungkapkan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya yang telah memberi
banyak kemudahan dalam pelaksanaan kerja praktik ini.
2. Ayahanda dan Ibunda yang telah mendukung dan memberi motivasi
kepada penulis, baik dari segi materi maupun moril.
3. Ibu Afritha Amelia S.T, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
POLMED
4. Muhammad Rusdi, S.T, M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik
Elektronika POLMED.
5. Bapak Harmanto, selaku Manager PT PLN (Persero) UPDK Belawan.
6. Bapak Ganda Suaka, selaku Supervisor Bidang Pemeliharaan Kontrol
Instrument atau HAR IC PLTGU di PT PLN (Persero) UPDK Belawan.
7. Bapak Ridwan Siahaan, Bapak Safaruddin Amri, Bang Doli Dores
Sihombing, Bang Alif, Bang Heru, Bang Iqbal, Bang Joni, Bang Rizal,
Bang Sigit, Bang Sukrin dan lainnya yang telah memberikan penjelasan,
arahan, serta bantuan selama kerja praktik di PT PLN (Persero) UPDK
Belawan.

iv
8. Serta pihak-pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu namanya, yang
telah membantu dan mendukung penulis secara langsung maupun tidak
langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karja praktik ini.

Selaku penulis laporan ini, sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan


laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini masih banyak kekurangan baik dari
segi tata tulis dan kualitas serta wawasan ulasan terhadap masalah yang
disampaikan. Oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati menerima kritik dan
saran dari pembaca yang mana nantinya dapat membuat laporan ini menjadi lebih
baik lagi.
Akhir kata semoga hasil laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2022

(Penulis)

v
ABSTRAK
Pada prinsipnya PLTGU adalah penggabungan antara PLTG dan PLTU,
dengan memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil pembakaran PLTG
untuk memanaskan air pada HRSG ( Heat Recovery Steam Generator) sehingga
menghasilkan uap yang mampu menggerakan turbin. Siklus yang terjadi pada
PLTGU merupakan siklus tertutup yang terdiri dari siklus turbin gas dan siklus
turbin uap. Dengan demikian energi dimanfaatkan secara optimal. Bahan gas
alam yang diatur di gas stasiun langsung dimasukan ke dalam ruang bakar
bersama dengan udara yang dipasok dari compressor setelah terlebih dahulu
melalui saringan udara. Maka akan menghasilkan gas panas yang selanjutnya
akan dimasukan langsung kedalam turbin gas sedangkan gas bekas yang telah
melalui turbin gas tadi secara umum proses yang terjadi pada suatu sistem turbin
gas adalah sebagai berikut:
1. Pemampatan ( compression ) udara di hisap dan dimampatkan
2. Pembakaran ( combustion ) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang
bakar dengan udara kemudian di bakar.
3. Pemuaian ( expansion ) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir ke
luar melalui nozel ( nozzle ).
4. Pembuangan gas ( exhaust ) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran
pembuangan

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktik 1
1.2 Tujuan Kerja Praktik 1
1.3 Manfaat Kerja Praktik2
1.4 Batasan Masalah 2
1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktik 3
1.6 Ruang Lingkup Kerja Praktik 3
1.7 Metode Pelaksanaan dan Kerja Praktik 3
1.8 Sistematika Penulisan 4
BAB II : SEJARAH SINGKAT DAN STRUKTUR ORGANISASI PT PLN
(PERSERO) UPDK BELAWAN 5
2.1 Profil Perusahaan 5
2.2 Sejarah Perusahaan 9
2.3 Struktur Organisasi 12
2.4 Gambaran Umum Kegiatan Proses Produksi PT PLN (Persero) UPDK
Belawan 13
BAB III : PELAKSANAAN PKL 15
3.1 Gambaran Umum PLTGU 15
3.2 PLTG 15
3.2.1 Gambaran Umum PLTG 15
3.2.2 Peralatan Utama PLTG 15
3.2.3 Peralatan Bantu PLTG 17

vii
3.3 Steam Turbin 20
3.3.1 Gambaran Umum Steam Turbin 20
3.3.2 Peralatan utama Steam Turbin 21
3.3.3 Peralatan Bantu Steam Turbin 22
3.4 Instrument 27
3.4.1 Pressure Switch 27
3.4.2 Limit Swich 27
3.4.3 Proximity Switch 29
3.4.4 Thermocouple 30
3.4.5 RTD 31
3.4.6 Pressure Transmitter 33
3.4.7 DP Transmitter 35

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 37


4.1 Kesimpulan 37
4.2 Saran 37

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus saluran bahan bakar minyak 19


Gambar 3.2 Siklus Saluran Bahan bakar Gas 20
Gambar 3.3 Pressure switch 27
Gambar 3.4 Limit switch 27
Gambar 3.5 Konstruksi Limit switch 28
Gambar 3.6 Contoh limit switch yang digunakan di PLTGU 28
Gambar 3.7 Proximity sensor 29
Gambar 3.8 Jarak diteksi sensor proximity 30
Gambar 3.9 Jenis-jenis Thermocouple 31
Gambar 3.10 Sensor RTD 32
Gambar 3.11 Pressure switch 34
Gambar 3.12 Bagian-bagian pada Pressure Transmitter 35
Gambar 3.13 Differential Pressure Transmitter 36

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daya Terpasang UPDK Belawan 6


Tabel 2.2 Tahun Operasi UPDK Belawan 7
Tabel 3.1 Tipe Platinum RTD32

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktik

Untuk mengisi pembangunan bangsa diperlukan Sumber Daya Manusia


(SDM) yang handal dan berkualitas. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi,
Politeknik Negeri Medan (POLMED) berusaha memberikan sumbangan di dalam
usaha untuk mempersiapkan Mahasiswanya menjadi SDM yang siap untuk
menghadapi era globalisasi dan tantangan yang semakin berat dimasa depan.
Di dalam lembaga pendidikan yang merupakan tempat untuk menempah
SDM, yang pada umumnya pendidikan yang diberikan lebih memfokuskan
kepada pengetahuan yang bersifat teoritis. Pendidikan dan pengetahuan yang
hanya bersifat teoritis dirasakan sangat kurang sekali, walaupun ada simulasi
seperti praktikum, tetapi masih saja dirasakan pengetahuan teoritis yang dimiliki
oleh Mahasiswa belum dapat teraplikasi secara nyata.
Karena itu harus ada wadah yang cukup memadai bagi Mahasiswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang dimilikinya secara nyata. Untuk itu
diperlukan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia industri agar dapat
memberikan kesempatan kepada Mahasiswa untuk melakukan kerja praktik ini di
industri yang bersangkutan

1.2 Tujuan Kerja Praktik


Tujuan Kerja Praktik lapangan merupakan salah satu upaya efektif yang
menjembatani antara dunia kampus yang teoritis dengan dunia industri yang
bersifat praktis serta untuk menjalin hubungan antara universitas dan industri.
Dengan kerja praktik ini diharapkan dapat membina kemampuan dan
keterampilan Mahasiswa secara optimal. Kerja praktik ini merupakan bagian yang
paling relevan dengan jurusan studi Mahasiswa, maka diharapkan Mahasiswa
dapat lebih mencurahkan perhatian serta pikirannya pada bidang ini dengan
sungguh-sungguh membuat perbandingan relevansi maupun aplikasi dari
pelajaran yang telah didapatkan di bangku kuliah sehingga dapat memiliki
pemahaman yang baik sesuai dengan perkembangan jaman dan tidak canggung

1
menghadapi teknologi yang ada di dunia industri serta mengembangkannya
meskipun tahap pengembangan ini adalah dalam bentuk studi.
Disamping itu Mahasiswa diharapkan mampu mengevaluasi dan
membenahi kemampuan praktikalnya yang kelak dapat diterapkan setelah
menyelesaikan pendidikan Perguruan Tinggi, yang akan memberikan peluang
kepada mereka untuk menjadi sumber daya manusia yang dapat diandalkan bagi
pembangunan nasional. Dengan demikian setelah Mahasiswa menyelesaikan studi
kuliahnya dapat menjadi sarjana yang siap pakai seperti yang diharapkan,
terutama dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpotensi.

1.3 Manfaat Kerja Praktik.


A. Bagi Mahasiswa.
 Dapat memahami berbagai sistem kerja yang ada pada
perusahaan/industri.
 Dapat membandingkan, menerapkan serta dapat mengembangkan
ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan kerja lapangan.
 Menambah wawasan dan pengetahuan untuk mempersiapkan diri
baik secara teoritis maupun praktis.

B. Bagi Perguruan Tinggi.


Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Politeknik Negeri
Medan (POLMED), khususnya jurusan Teknik Elektro Program
Studi Teknik Elektronika

C. Bagi Perusahaan
 Merupakan bahan masukan/usulan dalam meningkatkan
perbaikan sistem yang ada pada perusahaan.
 Mengetahui keadaan perusahaan dari sudut pandang dunia
akademis.
 Memudahkan perusahaan dalam mencari sumber daya manusia
yang profesional.

2
1.4 Batasan Masalah

Dalam industri pembangkit listrik yang terdapat di PT PLN (Persero)


pembangkitan Sumatra Bagian Utara UPDK Belawan terdapat objek kerja yang
banyak dan luas. Oleh karna itu batasan masalah diperlukan agar Mahasiswa lebih
fokus pada bidang yang dimiliki yaitu bidang Teknik Elektronika Industri dan
Istrumentasi, maka dalam kerja praktik ini Mahasiswa difokuskan pada
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU). Dalam hal ini Mahasiswa
dibimbing dan dilibatkan dalam mempelajari sistem operasi, istrument dan
control pada PLTGU

1.5 Waktu dan tempat Kerja Praktik


Kerja Praktik ini penulis laksanakan mulai tanggal 13 Desember 2021
sampai dengan 21 Januari 2022 di PT PLN ( PERSERO) UNIT PELAKSANA
PENGENDALIAN PEMBANGKITAN BELAWAN.

1.6 Ruang Lingkup Kerja Praktik


Dikarenakan begitu luasnya bidang kerja pada PT PLN (Persero) UPDK
Belawan dan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan disesuaikan dengan disiplin
ilmu yang penulis pelajari, maka Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada
unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) PT PLN (Persero) UPDK
Belawan khususnya di bidang Instrument dan Control.

1.7 Metode Pelaksanaan Kerja Praktik


Kerja Praktik ini dilaksanakan di PT PLN (Persero) UPDK Belawan.
Kerja Praktik ini dilaksanakan dalam tiga metode yang lazim digunakan, yaitu
1. Metode Diskusi
Metode ini dilaksanakan dengan diskusi yang dipimpin oleh :
Melakukan diskusi antara Mahasiswa dalam satu grup kerja praktik
yang dilaksanakan dalam bentuk tanya jawab, penjelasan secara garis
besar tentang sistem industri dan peralatan yang digunakan.

3
2. Metode Praktik Lapangan
Metode ini merupakan pengamatan secara langsung di lapangan
tentang cara kerja sistem Instrumentasi dan control

1.8 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan penulisan laporan Kerja Praktek ini penulis membuat
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang penulisan, tujuan kerja
praktik, batasan masalah,waktu dan tempat kerja praktik, ruang lingkup
kerja praktik, manfaat kerja praktik, metode yang digunakan dalam
pelaksanaan dan penulisan laporan kerja praktik, serta sistematika penulisan
laporan kerja praktik.

BAB II : SEJARAH SINGKAT DAN STRUKTUR ORGANISASI PT


PLN (PERSERO) UPDK BELAWAN
Bab ini akan membicarakan tentang sejarah berdirinya PT PLN
(PERSERO) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Belawan, lokasi
perusahaan, struktur organisasi perusahaan.

BAB III : PELAKSANAAN PKL


Bab ini akan membahas gambaran secara teknis tentang apa yang
dilakukan Mahasiswa saat menjalankan praktik kerja lapangan

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini akan membahas kesimpulan tentang hasil kerja praktik
lapangan yang dilakukan.

4
BAB II

SEJARAH SINGKAT DAN STRUKTUR ORGANISASI PT PLN


(PERSERO) UPDK BELAWAN

2.1 Profil Perusahaan

PLTU dibangun oleh PLN Proyek Induk Pembangkit dan


Jaringan Sumatera Utara dengan kontraktor ENERGOINVEST dari
Yugoslavia. Untuk menentukan letak PLTU yang akan di bangun
dilakukan studi/penelitian tempat. Penelitian tempat yang dilakukan
anatara lain di Pulau Sicanang, Kampung Belawan II, Kampung
Belawan III, Muara Sungai II dan Pulau Naga Putri.

Berdasarkan hasil penelitian tempat tersebut, maka dipilihlah


Pulau Sicanang (± 24 KM dari kota Medan) sebagai tempat berdirinya
PT PLN (Persero) UPDK Belawan.

Adapun didirikannya PT. PLN (Persero) UPDK Belawan. adalah


sesuai dengan Peraturan Pemerintah, SK Menteri Pertambangan dan
Energi serta SK Direksi PLN, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1972 (No. 25 Tahun 1972)

2. SK Direksi PLN No. 034/UIR/1976

3. Kontrak No. PJ. 005/ PST/1977 SK

4. Direksi PLN No. 001/DIR/1978 Contract No. PJ.


040/M/PI/SU/1981- 1982

5. SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 226/KPTS/M/ Pertamben/


1983

6. SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 1034/KPTS/M/Perta-


mben/1983

Untuk kelancaran dalam pembangunannya, maka pada tanggal


24 Juli 1983 dibentuklah sesuai dengan SK Direksi PLN
No.125/DIR/1983 dengan tugas pokok mengoperasikan dan

5
memeliharamesin pembangkit yang terdiri dari PLTU, PLTG serta
PLTGU sebagai unit pengelolaan dan pengoperasian.

PT PLN (Persero) UPDK Belawan merupakan pembangkit


terbesar di Sumatera Utara yang terdiri dari 4 unit PLTU, 5 unit PLTG
dan 2 blok PLTGU.

Tabel 2. 1 Daya Terpasang UPDK Belawan

No Jenis Pembangkit Jumlah Unit Kapasitas


Terpasang (MW)
1 PLTU 4 260

2 PLTG 5 626,3
PLTGU
3 2 270
TOTAL 1156,3

PLTU unit 1 mulai beroperasi pada tanggal 30 Mei 1984 dan


kemudian disusul dengan PLTU unit 2 yang mulai beroperasi pada
tanggal 14 November 1984 Dimana dalam perjalanannya operasi
mengalami gangguan-gangguan serius, sehingga PLTU unit 2 stop
untuk perbaikan dan perawatan (overhaul), karena kerusakan mesin
ditemui tidak memungkinkan untuk diperbaiki, maka diusulkan agar
dilakukan rehabilitasi total, sehingga sejak tenggal 17 September 1988
PLTU harus dioperasikan walaupun kondisinya tidak andal dengan
kemampuan beban maksimal 26 MW.
Pada tanggal 11 Juni 1991 ditandatangani kontrak untuk
pekerjaan rehabilitasi PLTU unit 1 dan 2 dengan Surat Perjanjian No.
018/PJPN/92201/M, sebagai awal dimulainya pelaksanaan rehabilitasi
PLTU Unit 2 sedangkan PLTU Unit 1 dapat beroperasi sementara
sebelum rehabilitasi pada tanggal 2 Agustus 1991 guna membantu
dalam penyaluran listrik di kota Medan.
Pelaksanaan pembangunan pembangkit listrik terus dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat karena
jumlah populasi penduduk di kota Medan yang semakin bertambah
dan terjadilah pemikiran – pemikiran untuk membuat pembangkit –

6
pembangkit tenaga kombinasi gas dan uap yang tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan listrik Sumatera Utaradan Nangroe Aceh
Darussalam.
Tahap pertama dilakukan pembangunan pembangkit PLTGU
Blok I yang terdiri dari 2 pembangkit gas turbin ( GT11 dan GT 12)
dan 1 pembangkit tenaga uap (ST10). Pembangunan pembangkit ini
berhasil di kombinasikan dan beroperasi mulai tanggal 5 November
1993.
Tahap kedua pada pertengahan tahun 1994 pembangunan
PLTGU Blok II yang terdiri dari dua unit instalasi tenaga gas turbin
(GT 21 dan GT 22) dan satu unit instalasi tenaga uap (ST 21) selesai
dilaksanakan. Pada tanggal 11 Oktober 1994, PLTG unit 21 (GT 21)
mulai dioperasikan dalam siklus terbuka (opencycle) dan tanggal 8
Desember 1994 PLTG unit 22 (GT 22) mulai dioperasikan. Instalasi
tenaga uap ST 20 pembangunannya terus dilakukan. Mulai tanggal 8
Agustus 1995 pembangkit tenaga kombinasi PLTGU dinyatakan
bekerja dalam siklus tertutup (close cycle). Berikut dapat dilihat data-
data mulai operasinya mesin-mesin pembangkit:

Tabel 2. 2 Tahun Operasi UPDK Belawan

Pembangkit Kapasitas Tahun Mulai Operasi

PLTU Unit 1 65 MW 14 November 1984

PLTU Unit 2 65 MW 30 Mei 1984

PLTU Unit 3 65 MW 03 Juli 1989

PLTU Unit 4 65 MW 08 September 1989

PLTG Unit 1.1 117,5 MW 05 November 1993

PLTG Unit 1.2 128,5 MW 05 November 1993

PLTG Unit 2.1 130 MW 11 Oktober 1994

7
PLTG Unit 2.2 149 MW 08 Agustus 1995

Steam Turbin 1.0 162,6 MW 05 November 1994

Steam Turbin 2.0 162,6 MW 11 Oktober 1995

Pada Bulan September 1998 PT. PLN (Persero) PK Belawan menerima unit- unit
pembangkit dari PLN Sektor Glugur sebagai berikut :

PLTG Paya Pasir (5 Unit) : Kapasitas terpasang 90,482 MW

PLTG Glugur (2 Unit) : Kapasitas terpasang 32,650 MW

PLTD Titi Kuning (6 Unit) : Kapasitas terpasang 24,849 MW

PLN merupakan perusahaan tunggal Badan Usaha Milik Negara


(BUMN) yang bergerak di bidang pemasok kebutuhan listrik dalam negeri.
PLN menjadi sector yang vital bagi Negara karena berkaitan dengan
penyediaan listrik yang sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat umum.

Visi
”Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan
terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani”.
Ciri Perusahaan Kelas Dunia :
1. Merupakan barometer standar kualitas pelayanan dunia.
2. Memiliki cakrawala pemikiran yang mutakhir.
3. Terdepan dalam pemanfaatan teknologi.
4. Haus akan kesempurnaan kerja dan perilaku.
5. Merupakan perusahaan idaman bagi pencari kerja.

Tumbuh Kembang :
1. Mampu mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan usaha.
2. Konsisten dalam pengembangan standar kinerja.

8
Unggul :
1. Terbaik, terkemuka dan mutakhir dalam bisnis kelistrikan.
2. Fokus dalam usaha mengoptimalkan potensi insani.
3. Peningkatan kualitas input, proses dan output produk dan jasa pelayanan
secara berkesinambungan.

Terpercaya :
1. Memegang teguh etika bisnis.
2. Konsisten memenuhi standar layanan yang dijanjikan.
3. Menjadi perusahaan favorit para pihak yang berkepentingan.

Potensi Insani :
1. Berorientasi pada pemenuhan standar etika dan kualitas.
2. Kompeten, profesional dan berpengalaman.

Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.2 Sejarah Perusahaan

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat, maka


pada tahun 1978 mulai didirikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang
berlokasi di Pulau Sicanang, Belawan.
PLTU ini dibangun oleh PLN Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan
Sumatera Utara dengan kontraktor ENERGOINVEST dari Yugoslavia. Pada awal
diadakan studi untuk menentukan PLTU yang akan dibangun, penelitian diadakan
diantaranya pada Pulau Sicanang, Kampung Belawan II, Kampung Belawan III
dan Muara Sungai II serta Pulau Naga Putri.

9
Berdasarkan hasil penelitian, maka dipilihlah Pulau Sicanang (± 24 km dari kota
Medan) sebagai tempat berdirinya PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pengendalian Pembangkit Belawan yang akan dibangun dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah, SK Menteri Pertambangan dan Energi serta SK Direksi
PLN yaitu :

1. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1972 (No.25 Tahun 1972)


2. SK Direksi PLN No. 034/ UIR / 1976
3. Contract No. PJ.005 / PST / 1977
4. SK Direksi PLN No. 001 / DIR / 1978
5. Contract No. PJ 040 / M / PI / SU / 1981-1982
6. SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 226 / KPTS / M /
Pertamben / 1983
7. SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 1034 / KPTS / M /
Pertamben / 1983
Untuk kelancaran pengusahaannya, maka pada tanggal 24 Juli 1983
dibentuklah UPDK Belawan sesuai dengan SK Direksi PLN No. 125 / DIR / 1983
dengan tugas pokok mengoperasikan dan memelihara mesin pembangkit yang
terdiri dari PLTU, PLTGU, PLTG sebagai unit pengelolaan pengoperasiaan.
PLTU unit 1 mulai beroperasi pada tanggal 30 Mei 1984 dan paralel
dengan sistem Medan, dan kemudian disusul dengan PLTU unit 2 yang mulai
beroperasi pada tanggal 14 November 1984. Pembangunan pembangkit listrik
terus dilaksanakan berdasarkan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat.
Karena banyaknya pembangkit-pembangkit yang sudah ada, menyebabkan
timbulnya pemikiran untuk membangun tenaga kombinasi gas dan uap untuk
memperoleh efisiensi thermal yang lebih baik.
Pada tahap pertama dilakukan pembangunan pembangkit PLTGU Blok I
yang terdiri dari 2 pembangkit gas turbin (GT 11 dan GT 12) dan satu pembangkit
tenaga uap (ST 10). Pembangkit ini dinyatakan berhasil dikombinasikan dan
mulai beroperasi tanggal 5 November 1993.
Sementara pembangunan PLTGU Blok II yang terdiri dari dua unit
instalasi tenaga gas turbin (GT 21 dan GT 22) dan satu unit instalasi tenaga uap

10
(ST 20) mulai dilaksanakan pada pertengahan tahun 1994. Pada tanggal 11
Oktober 1994, PLTG unit 21 (GT 21) mulai dioperasikan dalam siklus terbuka
(open cycle) dan kemudian tanggal 8 Desember 1994 PLTG unit 22 (GT 22)
mulai dioperasikan. Sementara pembangunan terus dilakukan untuk instalasi
tenaga uap (ST 20). Pembangkit tenaga kombinasi PLTG Blok II dinyatakan
bekerja dalam siklus tertutup (close cycle) mulai tanggal 8 Agustus 1995. Dan
selanjutnya dapat dilihat data-data mulai operasinya mesin-mesin pembangkit :
1. PLTU Unit 1 (65 MW) : 14 November 1984
2. PLTU Unit 2 (65 MW) : 30 Mei 1984
3. PLTU Unit 3 (65 MW) : 03 Juli 1989
4. PLTU Unit 4 (65 MW) : 08 September 1989
5. Gas Turbine 1.1 (117,5 MW) : 06 Juli 1988
6. Gas Turbine 1.2 (128,8 MW) : 25 November 1992
7. Steam Turbine 1.0 (140 MW) : 05 November 1993
8. Gas Turbine 2.1 (130 MW ) : 11 Oktober 1994
9. Gas Turbine 2.2 (135 MW) : 08 Desember 1994
10. Steam Turbine 2.0 (162,5 MW) : 08Agustus 1995
11. PLTG LOT 3 (120 MW) : 20 Februari 2010

11
2.3. Struktur Organisasi

12
2.4 Gambaran Umum Kegiatan Proses Produksi PT PLN (Persero) UPDK
Belawan

PT PLN (Persero) UPDK Belawan adalah salah satu unit kerja di


lingkungan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, yang
dibentuk sesuai dengan SK Direksi No. 125/Dir/1983 pada tanggal 24 Juni 1983
dengan tugas pokok mengoperasikan dan memelihara mesin pembangkit.
PT PLN (Persero) UPDK Belawan saat ini mengoperasikan unit-unit
pembangkit dengan kapasitas terpasang sebesar 1.198,3 MW yang terdiri dari
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
Bahan bakar PLTU adalah MFO (minyak residu) sedangkan di PLTGU
adalah gas alam dan HSD. Bahan bakar MFO dan HSD diangkut melalui kapal
tanker sedangkan gas alam disalurkan melalui pipa gas dari PT PGN Pangkalan.
Brandan.
PT PLN (Persero) UPDK Belawan mempunyai kapasitas total 1.198,3
MW untuk unit berlokasi di Pulau Naga Putri) terdiri dari:
1. PLTU Unit 1 (65 MW) : 14 November 1984
2. PLTU Unit 2 (65 MW) : 30 Mei 1984
3. PLTU Unit 3 (65 MW) : 03 Juli 1989
4. PLTU Unit 4 (65 MW) : 08 September 1989
5. Gas Turbine 1.1 (117,5 MW) : 06 Juli 1988
6. Gas Turbine 1.2 (128,8 MW) : 25 November 1992
7. Steam Turbine 1.0 (140 MW) : 05 November 1993
8. Gas Turbine 2.1 (130 MW ) : 11 Oktober 1994
9. Gas Turbine 2.2 (135 MW) : 08 Desember 1994
10. Steam Turbine 2.0 (162,5 MW) : 08 Agustus 1995
11. PLTG LOT 3 (120 MW) : 20 Februari 2010
Untuk dapat saling membantu dalam hal mensuplai daya listrik, maka PT
PLN (Persero) UPDK Belawan mengadakan sistem interkoneksi dengan beberapa
pembangkit antara lain seperti:
1. Sektor Pengendalian Pembangkitan Medan
2. Sektor Labuhan Angin

13
3. Sektor Pengendalian Pembangkitan Nagan Raya
4. Sektor Pengendalian Pembangkitan Pekan Baru
5. Sektor Pengendalian Pembangkitan Pandan

14
BAB III
PELAKSANAAN PKL

3.1 Gambaran Umum PLTGU

PLTGU atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap UPDK Belawan
adalah pembangkit listrik terbesar diwilayah Sumatera bagian utara (Sumbagut).
Produksi listrik dari pembangkit ini juga digunakan sebagai pemasok listrik untuk
daerah Aceh dan sebagian Pekan baru.
PLTGU adalah penggabungan (Combined) dari dua (2) pembangkit listrik
yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), dimana fuel gas sisa pembakaran PLTG digunakan sebagai media
pemanas dalam HRSG untuk menghasilkan uap kering bertekanan sebagai tenaga
gerak steam turbin.

3.2 PLTG

3.2.1 Gambaran PLTG


PLTG adalah pembangkit listrik dengan prinsip pengubahan
energi kalor menjadi energi mekanik dan selanjutnya energi mekanik
inilah yang akan menggerakan generator yang akan menghasilkan energi
listrik.

3.2.2 Peralatan utama PLTG


Adapun peralatan utama PLTG adalah sebagai berikut :
1. Generator
Generator merupakan bagian yang berfungsi mengubah energi
mekanik (putaran turbin) menjadi energi listrik (GGL). Dengan
berputarnya poros turbin yang seporos dengan poros generator ditambah
sistem eksitasi sehingga menghasilkan energi listrik (GGL). Tipe
Generator di PLN UPDK Belawan adalah TLRI 108/36 SIEMENS KWU.

15
Tegangan Output dari generator adalah 10,5 KV yang kemudian dinaikkan
oleh trafo step-up menjadi 150 KV.

2. Compressor
Compressor merupakan bagian yang berfungsi mengkompressi
udara bakar (mensupplai) ke ruang bakar yang kemudian akan digunakan
sebagai udara pembakaran di Ruang bakar (Combustion Chamber). Udara
luar yang mempunyai tekanan + 1 Atm dan temperatur + 30 0C, akan
dimampatkan oleh compressor akibat berputarnya poros menjadi udara
yang mempunyai tekanan + 10 Bar dan temperatur + 300 0C.

3. Ruang Bakar (Combustion Chamber)


Ruang bakar (Combustion Chamber) adalah bagian yang berfungsi
mengubah energi kimia (proses pembakaran) menjadi energi kalor (panas
yang dihasilkan proses pembakaran). Ruang bakar merupakan tempat
terjadinya proses pembakaran yang terdiri dari 8 buah burner,8 buah busi
(pemantik api) dan udara dari compressor. Temperatur pada ruang bakar
ini mencapai + 1050 0C dengan tekanan + 10 Bar. Ruang bakar
(Combustion Chamber) ini terpasang vertikal pada sisi kiri dan kanan dari
sisi luar casing turbine.

4. Turbin Gas
Turbin merupakan unit yang mengubah energi panas (kalor)
menjadi energi mekanik. Terdiri dari 4 sudu gerak dan sudu diam.
Temperatur pada sudu tingkat I adalah + 1004 0C. Kemudian temperatur
akan turun secara bertahap dari tingkat ke tingkat pada sudu terakhir
(tingkat IV) temperatur + 527 0C. Putaran poros turbine di PLTG UPDK
Belawan adalah + 3000 rpm.

5. Trafo Utama (Main Trafo)


Trafo utama (Main Trafo) pada PLTGU UPDK Belawan adalah
trafo jenis step-up Trafo ini berfungsi untuk menaikkan tegangan yang

16
dihasilkan oleh generator. Tegangan yang dihasilkan pada PLTG
UPDK Belawan adalah 10,5 KV, yang kemudian dinaikkan oleh
trafo step up menjadi 150 KV.

3.2.3 Peralatan Bantu PLTG

Adapun peralatan bantu PLTG adalah sebagai berikut :


1. Pendingin Generator ( Generator Cooling)
Generator dalam proses kerjanya selain menghasilkan energi listrik
juga menimbulkan efek panas yang tidak diinginkan sehingga dapat
menurunkan efisiensi kerja generator itu sendiri. Maka diperlukan adanya
sistem yang mendinginkan Generator (Generator Cooling Sistem). Sistem
pendingin generator ada tiga jenis yaitu:
Air Cooling Sistem
Sistem pendingin generator dengan menggunakan udara sebagai
media pendinginnya.
Hydrogen Cooling Sistem
Sistem pendingin generator dengan menggunakan gas Hidrogen
sebagai media pendinginnya.

2. Sistem Minyak Pelumas dan perputaran Poros (Lube Oil and Turning
Gear Sistem)
Sistem yang melayani seluruh pelumasan bearing sehingga tidak
terjadi kerusakan poros dan bearing akibat gesekan yang terus menerus
selama unit PLTG beroperasi. Juga berfungsi sebagai kontrol turbin dan
turning gear.
Pada Sistem PLTG normalnya beroperasi secara kontinu sebagai
salah satu penyedia listrik kepada masyarakat, fungsi utamanya adalah
menghasilkan daya listrik, karena PLTG beroperasi secara kontinu (terus-
menerus) menyebabkan timbulnya efek yang tidak kita inginkan, misalnya
panas, gesekan, korosi, maupun keausan dari mesin PLTG itu sendiri.

17
Sistem pelumasan merupakan suatu persyaratan yang mutlak
dan harus tersedia secara normal. Hal ini dibutuhkan untuk
menunjang sistem operasi PLTG.

Sistem pelumasan mempunyai fungsi atau tugas antara lain adalah:


1. Sebagai pelumas bearing turbine dan semua bearing generator
pada kondisi operasi, start-up, stand-by, shut down dan stop dari gas
turbin.
2. Sebagai penggerak dari sistem Turning gear (Memutar poros
dengan putaran +120 rpm) untuk menjaga agar kondisi poros tetap
lurus.
3. Mengangkat poros (jacking oil ) pada saat sistem Turning gear
beroperasi
4. Sebagai pendingin bearing turbine dan bearing-bearing generator
5. Penyedia minyak pada sistem Control oil (MBX).
Kondisi minyak pelumas ini temperaturnya diset atau diatur dengan
nilai konstan sebelum masuk ke bearing.
Spesifikasi dari Minyak Pelumas:
Minyak Pelumas adalah minyak pelumas mineral dengan menambah
perlindungan (proteksi) untuk mencegah terjadinya korosi, oksidasi ,
busa-busa (gas), dan mencegah dari proses pembekuan dan mengatur
titik kekentalannya. Unsur yang paling penting dan harus dijaga
adalah kekentalan minyak pelumas dan udara bebas yang masuk.

3. Sistem Bahan Bakar (Fuel sistem)


Pada PLTG terdapat ruang bakar (combustion chamber) yang
berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran antara udara yang di
suplai dari kompressor dengan bahan bakar. Pembakaran tidak akan
mungkin akan terjadi pada ruang pembakaran tanpa adanya bahan bakar.
Sistem bahan bakar yang digunakan pada ruang bakar (Combustion
chamber) adalah sebagai berikut :

18
a. Bahan bakar minyak (Fuel Oil)
Minyak yang digunakan dalam ruang bakar adalah jenis solar.
Solar di suplai dari PERTAMINA yang disimpan dalam tangki minyak
berukuran besar. Selanjutnya solar ini di salurkan melalui pipa-pipa
menuju ruang bakar. Minyak yang disalurkan dalam ruang bakar tidak
langsung di semburkan tetapi harus diupayakan agar dapat mengalir
berupa percikan-percikan minyak agar proses pembakaran dapat terjadi
dengan baik.
Siklus saluran minyak sebelum akhirnya sampai pada ruang bakar adalah
sebagai berikut :

Gambar 3.1 Siklus saluran bahan bakar minyak


b. Bahan Bakar Gas (Fuel Gas)
Selain minyak solar (HSD), bahan bakar yang juga digunakan pada
ruang pembakaran (Combustion chamber) adalah gas yang juga di suplai
dari PN Gas dengan tekanan 18 bar. Sebelum di alirkan ke ruang
pembakaran (Combustion chamber) gas ini harus melewati saluran filter
(saringan) yang berfungsi untuk menyaring gas dari kotoran-kotoran yang
dikhawatirkan dapat terbawa kedalam ruang bakar dan dapat merusaknya.
Penggunaan bahan bakar gas lebih baik dari bahan bakar minyak, hal ini
dikarenakan gas lebih mudah menyebabkan terjadinya pembakaran dan
panas yang dihasilkan lebih baik dari pada minyak.
Pada saluran gas memakai katup bypass (Bypass Valve). Katup ini
berfungsi sebagai jalan pintas apabila regulator gas rusak, sedang
diperbaiki, atau pemeliharaan. Hal inilah yang memungkinkan suplai gas
tetap tersedia sehingga pembakaran pada ruang bakar tetap terjadi. Dan
turbin tidak perlu stop operasi disebabkan hal ini, dan keadaan unit tetap
terjaga.

19
Adapun siklus saluran gas sebelum akhirnya sampai pada ruang
pembakaran adalah sebagai berikut :

Gas Station PN Gas Free Filtrer Shut Off Vlv Regulator Vlv
Fire Filter Flow Meter ESV Control Vlv
Ball Vlv Fuel Gas Ruang Bakar.

Gambar 3.2 Siklus Saluran Bahan bakar Gas

c. Bahan bakar Minyak dan Gas (Mix Operation)


Sistem bahan bakar pada ruang bakar (Combustion chamber) juga
di rancang agar memungkinkan penggunaan solar dan gas sebagai bahan
bakar secara bersamaan atau yang lebih dikenal dengan “ Mix Operation”.

4. Sistem Pembakaran Awal (Ignition Sistem)


Ignition Sistem atau sistem pembakaran awal merupakan sarana
bantu yang digunakan pada PLTG khususnya pada ruang bakar. Sistem
pembakaran awal ini merupakan pemicu terjadinya pembakaran pada
ruang bakar. Setelah terjadinya pembakaran maka suplai bahan bakarnya
akan digantikan secara otomatis baik dengan minyak Solar (HSD) ataupun
Gas. Bahan bakar untuk Ignition Sistem adalah Gas Propane.

3.3 Steam Turbin (ST)

3.3.1 Gambaran Umum Steam Turbin.


Steam Turbin merupakan unit yang terdapat pada PLTGU yang
menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan uap panas yang
dihasilkan dari pemanasan air dalam boiler (HRSG) untuk memutar turbin
HP (High Pressure), dan LP (Low Pressure) pada ST. Adapun sumber
panas (kalor) yang digunakan untuk memanaskan air pada HRSG tersebut

20
merupakan gas buang (flue gas) hasil pembakaran udara pada combustion
chamber yang terdapat pada PLTG.

3.3.2 Peralatan Utama Steam Turbin


Adapun peralatan utama Steam Turbin adalah sebagai berikut :
1. Heat Recovery Steam Generator (HRSG)
Pada Steam Turbin UPDK Belawan, biasanya HRSG (Heat
Recovery Steam Generator). Adapun sistem pemanasan pada HRSG (Heat
Recovery Steam Generator) adalah dengan menggunakan sisa gas buang
(flue gas) dari hasil pembakaran pada ruang bakar (Combustion Chamber)
yang terdapat pada PLTG. Sehingga dapat dikatakan pemanasan pada
HRSG (Heat Recovery Steam Generator) pada PLTGU UPDK Belawan
tidak menggunakan metode pemanasan langsung tetapi memanfaatkan sisa
gas buang yang dihasilkan Combustion Chamber yang terdapat pada
PLTG (sistem radiasi).
HRSG (Heat Recovery Steam Generator) pada PLTGU UPDK Belawan
terdiri dari dua bagian,yaitu :
1.High Pressure Steam (HP Steam) yaitu uap panas dengan
tekanan tinggi.
2.Low Pressure Steam (LP Steam) yaitu uap panas dengan tekanan
rendah.
Adapun tekanan yang dihasilkan HP Steam dan LP Steam masing-
masing adalah ±65 bar dan 7 bar. HP Steam digunakan untuk memutar HP
turbin sedangkan LP Steam digunakan untuk memutar LP turbin. Besar
kecilnya beban yang dihasilkan oleh Steam Turbine tergantung dari berapa
besar uap yang dihasilkan/diproduksi dari HRSG.
2. Turbin
Turbin merupakan bagian yang merubah energi panas (kalor)
menjadi energi mekanik. Energi panas (kalor) yang dimaksud adalah uap
yang dihasilkan oleh HRSG yang memanfaatkan sisa gas buang hasil
pembakaran pada combustion chamber yang masih bersuhu tinggi.

21
3. Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik. Generator pada steam turbin ini
digerakkan dengan menggunakan uap panas (steam).
4. Condensor
Fungsi utama condensor adalah untuk mengkondensasi uap bekas
dari turbin menjadi air kondensat untuk dapat disirkulasikan kembali. Hal
ini dilakukan melalui proses pendinginan uap oleh air pendingin yang
mengalir dibagian dalam pipa-pipa kondensor.
5. Trafo Utama (Main Trafo)
Trafo ini berfungsi untuk menaikkan tegangan yang dikeluarkan
atau dihasilkan oleh generator. Tegangan yang dihasilkan pada Steam
turbin UPDK Belawan adalah 10,5 KV, yang kemudian dinaikkan oleh
trafo step up menjadi 150 KV.

3.3.3 Peralatan Bantu Steam Turbin


Adapun peralatan bantu pada Steam Turbin adalah sebagai berikut :
1. Main Cooling Water Sistem (Sistem Air Pendingin Utama)
Air Pendingin Utama berfungsi untuk mengkondensasikan uap di
kondensor utama dan merupakan perangkat Steam Turbin yang penting
yaitu untuk mengubah uap menjadi air dengan perpindahan panasnya
melalui pipa-pipa. Karena uap yang dikondensasi sangat banyak, maka
jumlah aliran air pendinginnya-pun harus banyak.
Terdapat dua (2) sistem air pendingin yang umumnya digunakan,
yaitu :
a. Sistem sekali lewat (once through).
Adalah sistem air pendingin yang keluar kondensor langsung
dibuang ke pembuangan, air pendingin pada sistem ini di supply/diambil
dari alam (air laut atau air danau).
b. Sistem resirkulasi.
Adalah sistem air pendingin yang keluar kondensor didinginkan
pada menara pendingin (Cooling water) di tampung dan digunakan lagi

22
untuk pendingin kondensornya. Air pendingin disini digunakan berulang
ulang. Sumber air untuk sistem pendingin resirkulasi ini biasanya sumber
air yang jumlahnya terbatas.

Komponen-komponen sistem air pendingin utama adalah :


a. Bar Screen / Trash Rack
Merupakan saringan kasar yang berfungsi untuk menyaring
benda benda berukuran sedang. Biasanya terbuat dari batang logam
pipih yang dirangkai sehingga membentuk semacam terali besi.
b. Saringan Putar (Traveling Bar Screen)
Berfungsi untuk menyaring semua benda sampai yang
berukuran kecil. Dipasang vertikal pada sisi masuk kanal pompa
air pendingin utama (CWP) dimana sebagian besar segmen
saringan berada dibawah permukaan air.
c. Pompa penyemprot saringan putar (Spray Water)
Merupakan pemasok air bertekanan yang dialirkan ke
penyemprot agar membersihkan saringan putar. Pompa ini
digunakan secara manual dan otomatis.
d. Pompa Pendingin utama (Cooling Water Pump)
Pompa pendingin utama berfungsi untuk mengalirkan air
pendingin utama ke kondensor dan pada beberapa sistem juga
memasok air ke auxialiary cooling water heat exchanger.
2. Close Cooling Water Sistem (Sistem Air Pendingin Secara Tertutup).
Sistem Air Pendingin Secara Tertutup menggunakan pompa.
Sistem ini berfungsi untuk mendinginkan dengan air pendingin. Air
pendingin (Air Demin) agar didinginkan dengan air laut yang disupply dari
CWP (Cooling Water Pump).
3. Lube oil and turning gear sistem (Sistem minyak pelumas dan
perputaran poros)
Sistem pelumasan merupakan sistem yang cukup vital pada Steam
Turbin. Sistem pelumasan ini berfungsi untuk melumasi bagian-bagian
yang bergesekan, dan juga untuk menyerap panas. Pada sebagian besar

23
sistem pelumasan juga termasuk kebutuhan minyak hidrolik baik sebagai
penggerak aktuator hidrolik (power oil) maupun sebagai minyak kendali
(control oil) pada sitem pengaturan (control valve). Pada turbin yang
menggerakkan generator, sistem pelumasan juga merupakan pasokan
cadangan minyak (back up oil) bagi sistem perapat poros generator (seal
oil sistem).
4. Sistem Air Penambah ke Kondensor.
Air penambah ke kondesor dihasilkan/diproduksi di WTP untuk
mendapatkan conductivity yang rendah (< 0,025 MS). Guna dari
conductivity yang rendah adalah agar pipa-pipa pada boiler tidak korosi,
dan dikondensor air penambah diambil di make up water tank dengan
menggunakan dua buah pompa (make up water pump) untuk di
distribusikan ke kondensor.
Air yang diolah di WTP diambil dari raw water tank yang
merupakan hasil produksi dari Desalination Plant.
5. Desalination Plant.
Desalination Plant adalah suatu unit yang memproses air laut
menjadi air tawar dengan proses pemanasan, proses vacum, serta
penguapan. Pada proses destilasi air laut di panaskan kemudian uap yang
timbul akan di vacum dan didinginkan sehingga akan didapat air tawar
dengan konduktivitas yang diijinkan untuk diolah di WTP dan conductivity
< 20 MS.
Pada keadaan normalnya, air laut akan medidih pada suhu 100.5ºC
atau lebih pada tekanan 1 atm. Tetapi pada sistem Desalination Plant Pada
tekanan lebih rendah akan mendidih dan menguap dibawah 100ºC.
Penguapan air membutuhkan membutuhkan kalor penguapan dan kalor
penguapan ini akan terkandung dalam uap sebagai panas laten. Panas laten
ini akan dilepaskan apabila uap diembunkan dan dipakai sebagai pemanas
(preheat) air laut.
Sebagai media pemanas dalam operasional desalination plant
digunakan Steam (Uap panas) yang disuplai dari HRSG. Sebelum di

24
transfer kedalam desalination plant terlebih dahulu air laut di endapkan
kandungan lumpurnya di dalam basin sedimentasi.
Alasan mengapa pada PLTGU UPDK Belawan menggunakan air
laut yang selanjutnya akan diubah menjadi air tawar melalui proses
desalination plant adalah karena secara geografi PLTGU UPDK Belawan
terletak di tepi laut dan dengan menggunakan air laut maka suplai air yang
akan diubah menjadi air tawar sangat banyak. Air laut tidak dapat
digunakan langsung pada unit-unit PLTGU karena air laut bersifat korosif
yaitu dapat menimbulkan karat pada pipa-pipa saluran sehingga perlu
diubah menjadi air tawar. Sedangkan pipa-pipa yang di gunakan pada
proses desalination plant adalah pipa-pipa yang terbuat dari bahan
titanium. Alasan mengapa pipa-pipa pada proses desalination plant
menggunakan titanium adalah untuk menghindari terjadinya perkaratan
yang disebabkan oleh air laut.
Bagian – bagian utama dari desalination plant adalah :
a. Desuperheater
Desuperheater berfungsi untuk mengatur temperatur yang
masuk ke brine heater.
b. Evaporator
Evaporator berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
penguapan air laut yang dipanaskan di brine heater menjadi titik
– titik air yang kemudian dikumpulkan ke heater dan dinamakan
air destilasi ( destilate water), dimana tekanan evaporator ini
adalah -50 emHg.
c. Brine heater
Brine heater berfungsi untuk memanaskan air laut yang akan
diproses di evaporator. Brine heater ini dilengkapi dengan
safety valve yang berfungsi untuk mengamankan brine heater.
Jika tekanan di brine heater melebihi tekanan yang ditentukan
maka safety valve akan terbuka secara otomatis.
d. Condensate Pump

25
Condensate pump berfungsi untuk mempompakan air yang telah
terkondensasi di brine heater akibat dari terjadinya proses
kondensai dimana uap yang memanaskan air laut bersentuhan
dengan tubing (pipa-pipa kecil) air laut itu sendiri.

e. Anti-Scale
Anti-Scale merupakan suatu bahan kimia yang diinjeksikan ke
evaporator yang befungsi untuk mencegah terjadinya kerak-
kerak dalam ruang evaporator.
f. Anti-Foam
Anti-foam merupakan suatu bahan kimia yang diinjeksikan ke
evaporator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
gelembung busa (gelembung air) pada evaporator.
g. Ejector
Ejector berfungsi untuk membuat vakum di evaporator dengan
sistem ventury tube yang bertujuan untuk mempercepat proses
proses pemakuman.
h. Brine Blowdown Pump
Brine Blowdown Pump berfungsi untuk memompakan air yang
tidak menguap di evaporator yang kemudian dibuang ke laut.
i. Destilate Pump
Destilate Pump berfungsi untuk memompakan air yang
dihasilkan evaporator yang dinamakan destilate water.

6. Water Threatment Plant (WTP).


Suplai air untuk HRSG dan keperluan pemakain unit PLTGU
diperoleh dari air murni (demin water). Air murni diperoleh dari proses
pembuangan unsur mineral yang terkandung di dalam air hasil desalination
plant (demineralisasi) yang dihasilkan pada unit WTP (Water Threatment
Plant).

26
WTP adalah proses pemurnian air dari air tawar (Raw Water)
menjadi air murni (Demin Water) didalam mixbed sedangkan air tawar
(Raw Water) sendiri diproduksi dari unit Desalination Plant. Di dalam
mixbed air tawar yang akan diubah menjadi air murni perlu ditambahkan
zat kimia yang disebut resin anion dan resin kation yang merupakan
campuran dari HCl dan NaOH sehingga akan dihasilkan air murni dengan
konduktivitas yang rendah sehingga dapat dipakai pada unit-unit pada
PLTGU yang membutuhkan suplai air murni.

3.4 Instrument

3.4.1 Pressure Switch


Pressure switch merupakan peralatan pengaman yang berfungsi
untuk mencegah terjadinya tekanan abnormal. Baik tekanan yang
berlebihan (terlalu tinggi) maupun tekanan kurang (terlalu rendah) dengan
cara menutup aliran bila pressure control gagal dalam mengontrol tekanan.

Gambar 3.3 Pressure switch

3.4.2 Limit Swich


Limit switch adalah saklar atau perangkat elektromekanis yang
mempunyai tuas aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal (dari
Normally Open/NO ke Close atau sebaliknya dari Normally Close/NC ke
Open). Posisi kontak akan berubah ketika tuas aktuator tersebut terdorong
atau tertekan oleh suatu objek.

27
Gambar 3.4 Limit switch

Limit switch umumnya digunakan untuk :


 Memutuskan dan menghubungkan rangkaian menggunakan objek
atau benda lain.
 Menghidupkan daya yang besar, dengan sarana yang kecil.
 Sebagai sensor posisi atau kondisi suatu objek.
Prinsip kerja limit switch diaktifkan dengan penekanan pada tombolnya
pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terjadi
pemutusan atau penghubungan rangkaian dari rangkaian tersebut.

Konstruksi dan simbol limit switch dapat dilihat seperti gambar di bawah.

Gambar 3.5 Konstruksi Limit switch

28
Gambar 3.6 Contoh limit switch yang digunakan di PLTGU

3.4.3 Proximity Switch


Proximity Switch atau Sensor Proximity adalah alat pendeteksi
yang bekerja berdasarkan jarak objek terhadap sensor. Karakteristik dari
sensor ini adalah mendeteksi objek benda dengan jarak yang cukup dekat,
berkisar antara 1 mm sampai beberapa centi meter saja sesuai tipe sensor
yang digunakan. Proximity Switch ini mempunyai tegangan kerja antara
10-30 Vdc dan ada juga yang menggunakan tegangan 100-200VAC.

Gambar 3.7 Proximity sensor

Hampir di setiap mesin-mesin produksi sekarang ini menggunakan


sensor jenis ini, sebab selain praktis sensor ini termasuk sensor yang tahan

29
terhadap benturan ataupun goncangan, selain itu mudah pada saat
melakukan perawatan ataupun perbaikan penggantian.
Proximity Sensor terbagi dua macam, yaitu:

1. Proximity Inductive
Proximity Inductive berfungsi untuk mendeteksi objek besi/metal.
Meskipun terhalang oleh benda non-metal, sensor akan tetap dapat
mendeteksi selama dalam jarak (nilai) normal sensing atau jangkauannya.
Jika sensor mendeteksi adanya besi di area sensingnya, maka kondisi
output sensor akan berubah nilainya.

2. Proximity Capacitive
Proximity Capacitive akan mendeteksi semua objek yang ada
dalam jarak sensingnya baik metal maupun non-metal.

- Jarak Diteksi
Jarak diteksi adalah jarak dari posisi yang terbaca dan tidak terbaca
sensor untuk operasi kerjanya, ketika objek benda digerakkan oleh metode
tertentu.

Gambar 3.8 Jarak diteksi sensor proximity

3.4.4 Thermocouple
Thermocouple adalah salah satu jenis alat ukur temperatur yang
menggunakan prinsip termoelektris pada sebuah material. Alat ini tersusun

30
atas dua konduktor listrik dari material yang berbeda yang dirangkai
membentuk sebuah rangkaian listrik. Jika salah satu dari konduktor
tersebut dijaga pada temperatur yang lebih tinggi daripada konduktor
lainnya sehingga ada diferensial temperatur, maka akan timbul efek
termoelektris yang menghasilkan tegangan listrik. Besar tegangan listrik
yang terbentuk tergantung dari jenis material konduktor yang digunakan,
serta besar perbedaan temperatur antara dua konduktor tersebut.

Gambar 3.9 Jenis-jenis Thermocouple

Komponen utama dari thermocouple adalah dua jenis logam


konduktor listrik yang berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehingga
pada saat salah satu logam terkena sumber panas

3.4.5 RTD
Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan
Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menentukan nilai atau besaran suatu temperatur/suhu dengan
menggunakan elemen sensitif dari kawat platina, tembaga, atau nikel
murni, yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing
temperatur di dalam kisaran suhunya. Semakin panas benda tersebut,
semakin besar atau semakin tinggi nilai tahanan listriknya, begitu juga
sebaliknya.
Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi elemen
tersebut juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu logam

31
yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya.
Elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam
Ohm pada nol derajat Celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum
adalah 100 Ω (RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen
RTD harus menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.
Dalam praktiknya, arus listrik akan mengalir melalui elemen RTD
(elemen resistor) yang terletak pada tempat atau daerah yang mana
suhunya akan diukur. Nilai resistansi dari RTD kemudian diukur oleh
instrument alat ukur, yang kemudian memberikan hasil bacaan dalam suhu
yang tepat. Pembacaan suhu ini didasarkan pada karakteristik resistansi
yang diketahui dari RTD.
Resistance Temperature Detector (RTD) yang banyak digunakan
pada industri adalah jenis Platinum Resistance Temperature Detector. Itu
semua ditetapkan oleh JIS C 1604 di Jepang.
Terdapat dua tipe dari RTD, tipe pertama adalah PT100 yang telah
disesuaikan dengan standar internasional, dan tipe kedua adalah JPT100
yang telah disesuaikan dengan standar Jepang. Keduanya tidak dapat
ditukar karena perbandingan dari nilai tahanan pada 1000C dan 00C
(R100/R0) adalah berbeda.
Tabel 3.1 Tipe Platinum RTD

32
Gambar 3.10 Sensor RTD

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan di lapangan, PLN


UPDK Belawan menggunakan thermo resistant. Thermo resistant tersebut
digunakan pada boiler dengan pengukuran range suhu lebih rendah dari
pada thermo couple. PLN Sicanang Belawan biasanya menggunakan
thermo resistant tipe PT100.

3.4.6 Pressure Transmitter


Pressure transmitter merupakan salah satu alat instrument yang
berfungsi untuk mengukur dan membaca tekanan fluida (cair/gas) pada
suatu proses. Tekanan tersebut dihasilkan dari aliran fluida yang melalui
pipa pada proses pembangkitan. Pressure transmitter juga banyak
digunakan dalam dunia industri untuk menghasilkan sinyal pertanda bagi
operator jika terjadi ketidak-normalan dalam proses industri.
Tekanan fluida yang diterima oleh pressure transmitter akan
ditampilkan dalam bahasa elektrik, bisa dalam besaran arus (mA) maupun
tegangan (mV). Untuk besaran arus, rentang yang digunakan adalah 4 – 20
mA sedangkan untuk rentang besaran tegangan ada yang berkisar 0 – 5
VDC dan ada juga 0 – 10 VDC.
Bagian-bagian pada pressure transmitter terbagi atas dua
kelompok besar yaitu elemen penginderaan/sensor yang terletak di bagian

33
bawah dan bagian elektronika yang berfungsi sebagai penampil (display)
hasil pembacaan dalam besaran arus ataupun tegangan.

Bagian
Elektronika

Elemen
Penginderaan/
Sensor

Gambar 3.11 Pressure Transmitter

Bagian sensor pada pressure transmitter terdiri atas port inlet dan
diafragma/membran sebagai elemen penginderaan. Port inlet berfungsi
untuk menerima aliran fluida yang akan menekan membran. Dimana,
membran sebagai perangkat mekanis yang membaca perubahan tekanan
yang menyentuh pada permukaannya. Tekanan yang mengenai permukaan
membran akan merubah sudut cekungan (defleksi) di permukaannya dan
diubah menjadi sinyal listrik. Yang berfungsi merubah defleksi menjadi
sinyal listrik adalah antara lain:
a. Strain Gauge
b. Differential Capacitance (kapasitansi diferensial)
c. Vibrating Wire (kawat vibrasi)

Sinyal listrik yang dihasilkan dari bagian penginderaan yang hanya dalam
ukuran milivolt harus diperkuat lagi pada range 0-5 V atau 0-10 V atau
beberapa jenis di konversi ke 4-20 mA untuk pengiriman ke instrument
kontrol yang berbeda tempat.

34
Body
Transmitter

Jack Terminal
Power Supply
Baut Pengunci and Signal

Port Inlet
Membran
Fluida

Gambar 3.12 Bagian-bagian pada Pressure Transmitter

3.4.7 DP Transmitter (Differential Pressure Transmitter)


Differential pressure transmitter atau yang biasa disebut delta
pressure transmitter memiliki dua port masukan, high dan low. Dengan
kedua port ini, delta pressure transmitter dapat digunakan untuk berbagai
aplikasi diantaranya adalah :

a. Kontrol pemantauan pompa-pompa,


b. Pemantauan penurunan tekanan pada valve,
c. Metering aliran minyak dan gas di darat, laut maupun bawah laut,
d. Pemantauan instalasi pengolahan limbah,
e. Pemantauan sistem sprinkler,
f. Pemantauan jarak jauh sistem pemanas untuk uap dan air dan
lainnya.

35
Gambar 3.13 Differential Pressure Transmitter

Prinsip Kerja Pressure Transmitter

Pressure transmitter dapat bekerja berkat dua bagian utamanya. Pada


bagian sensor terdapat port inlet yang berfungsi menerima masukan aliran fluida
yang akan diukur tekanannya. Aliran fluida yang masuk ini akan menekan bagian
membran. Tekanan tersebut akan mengakibatkan perubahan pada sudut cekungan
(defleksi) pada permukaan membran. Perubahan defleksi inilah yang akan
diterjemahkan oleh transducer menjadi bahasa listrik dan selanjutnya ditampilkan
oleh display pada bagian elektronika.

Perbedaan prinsip kerja terdapat pada delta pressure transmitter. Pada


jenis ini, terdapat dua port inlet (high dan low) yang masing-masing menerima
tekanan aliran fluida. Yang dihitung dan ditampilkan nantinya merupakan
perbedaan tekanan yang terukur pada kedua port inlet.

36
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil kerja peraktek yang telah dilaksanakan pada tgl 13 Desember 2021
sampai 13 Januari 2022 di PT PLN (Persero) UPDK Belawan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan telah
terpupuk dengan baik di lingkungan kerja PT PLN (Persero) UPDK
Belawan
2. PT PLN (Persero) UPDK Belawan merupakan pemasok utama kebutuhan
listrik di Sumatra Utara, dapat mencapai 95% dari total kebutuhan listrik.
3. Pada kondisi saat ini kapasitas daya terpasang tidak sebanding dengan
kebutuhan beban puncak sehingga apabila terjadi gangguan ataupun
perawatan pada salah satu pembangkit maka sebagian besar konsumen
akan mengalami pemadaman listrik.
4. Peralatan-peralatan pada pembangkit bekerja secara optimal dan kontiniu,
karena dilakukan pemeliharaan (maintenance) pada seluruh peralatan-
peralatan secara berkala, seperti pemeliharaan harian, bulanan, dan
pemeliharaan tahunan.
5. Kedisiplinan kerja sangat diutamakan.

4.2 Saran
1. Hendaknya hubungan antara Mahasiswa/i Perguruan Tinggi dan
perusahaan lebih ditingkatkan dengan cara pemberian fasilitas yang dapat
mendukung dalam pelaksanaan kerja praktek.
2. Bagi Mahasiswa yang akan melaksanakan kerja praktek di PT PLN
(persero) pembangkitan UPDK Belawan diharapkan agar lebih
mempelajari tentang sistem pembangkit dan cara kerja pembangkit karena
sangat berguna dalam pelaksanaan kerja praktek nantinya.
3. Dari pihak Perguruan Tinggi diharapkan agar dapat mengawasi atau
memberi kunjungan ke tempat kerja praktek Mahasiswa agar dapat

37
memonitoring sekaligus lebih memotivasi Mahasiswa dalam
melaksanakan kerja praktek di dunia usaha dan industri.

38

Anda mungkin juga menyukai