Anda di halaman 1dari 99

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun

2003 yang menyatakan, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia.

Melalui pendidikan, potensi diri dapat berkembang melalui bakat ataupun

usaha belajar dan kerja keras sehingga potensi dapat ditunjukkan melalui

aksi.

Pendidikan merupakan kegiatan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkualitas 1. Dengan

pendidikan yang berkualitas, kita akan mampu mencapai tujuan dari

pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Faktor utama dalam

menentukan pendidikan yang berkualitas yaitu professional dan kreatifitas

dari seorang guru, karena guru berinteraksi secara langsung dengan siswa

untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang aktif dan efektif untuk

mencapai pembelajaran tersebut, guru tidak hanya harus mampu

1
Amir Almira. Penerapan Model Index Card Match dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman
konsep Perkalian Dengan Bantuan Media (Dirasatul Ibtidaiyah Vol. 1 No. 2 Tahun 2021)
2

mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus mampu

memilih strategi, metode, atau model pembelajaran yang efektif dan

efisien.

Dalam dunia pendidikan, guru merupakan unsur utama pada

keseluruhan proses pendidikan2. Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu

dalam suatu pendidikan. Guru adalah seorang yang harus di guguh dan

ditiru oleh semua siswa, bahkan masyarakat. Menurut perspektif

Pendidikan Islam, guru merupakan seseorang yang mampu menjadi suri

tauladan dengan menginternalisasikan ilmunya dalam menjalankan

kewajibannya dengan baik dan benar.

Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan tentang guru, bahwasanya Allah

berfirman dalam surah Al-Kahf ayat 65 yang berbunyi:

Artinya : Lalu mereka berdua bertemu dengan seseorang hamba di antara


hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan rahmat
kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu
kepadanya dari sisi Kami3.
Dari ayat tersebut mengandung informasi bahwa ilmu dan

pengetahuan seorang peserta didik dapat diperoleh dengan usahanya baik

melalui proses pembelajaran dan interaksi ilmiah dengan seorang guru

2
Muh.Akib D. Beberapa Pandangan Tentang Guru Sebagai Pendidik (Jurnal Pendidikan Islam
Volume 19 No. 1 Juni 2021) h. 2
3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jawa Barat: CV. Penerbit Diponegoro
2011) H. 301
3

maupun ilmu dan pengetahuan yang secara khusus Allah anugerahkan

kepada-Nya melalui jalan yang tidak diketahui oleh khalaya4.

Guru merupakan faktor penting dalam sistem pendidikan agar

proses belajar mengajar dapat terarah dan bisa mencapai tujuan

pendidikan. Selain itu, para pendidik dapat mengevaluasi perkembangan

siswa berdasarkan minat, bakat, dan kreativitas. Maka dari itu, fungsi

kurikulum bagi guru adalah pedoman untuk mengimplementasikan

rencana kerja yang sudah disusun secara sistematis.

Kurikulum yang digunakan guru saat ini adalah kurikulum 2013.

Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan menghasilkan siswa yang

produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sifat, keterampilan,

dan pengetahuan terintegrasi. Dalam hal ini, kurikulum difokuskan pada

pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan siswa

sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya.

Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk

memahami suatu materi pelajaran dengan pembentukan pengetahuannya

sendiri dan mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang

mudah dimengerti serta mengaplikasikannya.5 Senada dengan pengertian

di atas, menurut Sanjaya menjelaskan bahwa pemahaman konsep adalah

4
Nur Afif, Pembelajaran Berbasis Masalah Perspektif Al-Qur’an (Tuban: CV Karya Litera
Indonesia, 2019) H.11
5
Melia Roza dan Lili Rismaini. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card
Match (ICM) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Linggo Sari Baganti, (Journal Of RESIDU, Vol. 3, No. 19, 2019) hal. 2
4

kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,

dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep

yang dipelajari, tetapi siswa mampu mengungkapkan kembali dalam

bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan

mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang

dimiliki siswa.

Siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik memiliki

indikator sebagai berikut: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep, 2)

Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

konsepnya, 3) Memberikan contoh dan non contoh dari konsep, 4)

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

Apabila siswa memiliki indikator seperti diatas, maka siswa

tersebut memiliki kemampuan pemahaman konsep yang cukup kuat.

Dengan pemahaman konsep matematika yang baik, siswa akan mudah

mengingat, menggunakan, dan menyusun kembali konsep yang dipelajari

serta mampu menyelesaikan berbagai masalah matematika.

Berdasarkan hasil observasi penelitian yang dilakukan pada tanggal

26 Juli 2023 di MTs TI Koto Tuo Kumpulan bahwa pelaksanaan

pembelajaran oleh guru Matematika masih menggunakan cara lama yaitu

metode yang terpusat pada guru sehingga proses pembelajaran terasa

kurang memotivasi dan memancing keaktifan siswa untuk belajar, ketika

waktu pembelajaran berlangsung ada siswa yang kesulitan dalam


5

menjelaskan pembelajaran yang telah siswa dapat. Sedangkan

pembelajaran yang bagus itu adanya interaksi antara siswa dan guru, tidak

hanya berpusat pada guru tetapi siswa juga harus aktif dalam proses

pembelajaran.

Observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara penulis dengan

siswa dan seorang guru bidang studi matematika pada 27 Juli 2023. Hasil

wawancara dengan beberapa siswa diperoleh mereka kurang menyukai

pelajaran matematika karena mereka menganggap matematika itu sulit dan

membuat mereka merasa bosan pada saat pembelajaran. Sehingga ketika

diberi tugas atau PR, mereka lebih sering mencontek dan terkadang tidak

mengerjakannya karena mereka tidak paham dengan materi yang telah

dipelajari.

Selain itu, melalui wawancara peneliti dengan seorang guru

matematika menemukan bahwa siswa kurang aktif dalam proses

pembelajaran, seperti siswa lebih banyak diam dan tidak mau menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai materi yang dipelajari,

walaupun guru sudah memberikan motivasi dalam pembelajaran.

Disamping itu, siswa juga tidak bisa mengulang kembali materi yang telah

dipelajari, karena siswa tidak paham materi yang diajarkan oleh guru dn

mereka malu atau tidak mau bertanya kepada guru. Hal ini berdampak

pada hasil belajar siswa ketika diberi Ulangan Harian (UH) masih banyak

nilai ulangan harian siswa yang rendah dibawah ketuntasan kriteria


6

minimal (KKM) yaitu 75. Ini dapat dilihat dari hasil UH 1 dikelas VIII

MTs TI Koto Tuo Kumpulan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 : Data Ulangan Harian 1 siswa kelas VIII MTs TI

Koto Tuo Kumpulan

Kelas Jumlah

Siswa Di atas KKM Di bawah KKM

VIII 1 28 7 21

VIII 2 29 9 20

Sumber: Guru Matematika MTs TI Koto Tuo Kumpulan

Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai yang didapat siswa

dibawah KKM berjumlah 41 siswa dan 16 siswa yang mendapatkan nilai

diatas KKM dari jumlah 57 siswa. Kesimpulan dari tabel diatas adalah

pemahaman konsep siswa masih tergolong rendah, faktor yang bisa

menyebabkan rendahnya pemahaman konsep adalah kurangnya

penguasaan pelajaran matematika, metode dan model pembelajaran yang

kurang memadai dan pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit

bagi siswa.

Permasalahan tersebut sering dijumpai saat pembelajaran

matematika dan ini tdak bisa dibiarkan terus menerus. Menanggapi

permasalahan yang diatas, maka permasalahan yang muncul adalah

bagaimana pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif dan dapat meningkatkan pemahaman siswa


7

pada materi sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Untuk

mengupayakan peningkatan hasil belajar matematika, maka peneliti akan

menggunakan model pembelajaran index card match yang diharapkan

akan lebih menarik bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Model pembelajaran index card match, model tipe ini merupakan

cara yang menyenangkan untuk mengaktifkan siswa ketika ingin meninjau

ulang materi pembelajaran yang diberikan sebelumnya. Model index card

match model “Mencari Pasangan Kartu” cukup menyenangkan digunakan

untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

Pembelajaran index card match adalah bentuk pembelajaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah belajar dengan mencocokan atau

mencari pasangan kartu yang berisikan pertanyaan dan jawaban.6

Model pembelajaran index card match merupakan model

pengulangan atau peninjauan kembali materi pembelajaran, sehingga siswa

dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam

model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menguasai dan memahami

konsep melalui pencarian kartu indeks, dimana kartu ini terdiri dari dua

bagian yaitu kartu soal dan kartu jawaban. Setiap siswa memiliki

kesempatan untuk memperoleh satu buah kartu. Dalam hal ini siswa

diminta mencari pasangan dari kartu yang diperolehnya. Siswa yang

6
Amin dan Linda yurike. 164 Model Pembelajaran Kontemporer (Bekasi: Pusat Penerbitan
LPPM, 2022), hal. 273
8

mendapat kartu soal mencari siswa yang memiliki kartu jawaban,

demikian sebaliknya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan “Pengaruh Model Pembelajaran Index Card Match

(ICM) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa Kelas VIII Mts TI Koto Tuo Kumpulan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagi berikut :

1. Belum digunakannya pembelajaran yang menarik dan tepat dalam

proses pembelajaran sehingga siswa merasa bosan saat pembelajaran

berlangsung.

2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa cenderung hanya

diam dan rebut di kelas..

3. Guru masih mengggunakan metode yang monoton dan kurang menarik

perhatian dan keaktifan belajar siswa sehingga berpengaruh pada hasil

belajar yang dicapai

C. Batasan penelitian

Pembatasan penelitian dilakukan agar penelitian lebih terfokus pada

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa melalui model

pembelajaran aktif tipe index card match (ICM) pada siswa kelas VIII

MTs TI Koto Tuo Kumpulan.


9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah diuraikan

diatas, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah

kemampuan pemahaman konsep siswa menggunakan model pembelajaran

index card match lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep

siswa dengan pembelajaran konvensional di kelas VII MTs TI Koto Tuo

Kumpulan.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran index

card match lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa dengan pembelajaran konvensional di kelas VII MTs TI Koto Tuo

Kumpulan

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan

praktis :

1. Manfaat teoritis

Pengalaman dan temuan-temuan yang inovatif dalam penelitian

ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan


10

tentang penerapan model pembelajaran index card match terhadap

pemahaman konsep siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

Sebagai sarana informasi bagi guru tentang penerapan

model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa

b. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar

siswa. Hal ini karena dengan terlatihnya pemahaman konsep siswa

dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika

dan menjadi motivasi bagi siswa untuk lebih giat lagi membahas

soal yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman konsep

matematika.

c. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan sekolah dapat

menjadikan model pembelajaran index card match sebagai

alternatif yang dapat diterapkan di sekolah dalam meningkatkan

mutu sekolah.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan,

pengalaman peneliti, dan gambaran yang jelas tentang model


11

pembelajaran index card match dalam pembelajaran matematika

guna meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran berbeda terhadap istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan istilah

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran index card match adalah model mencari pasangan

kartu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Annisa,

dkk model pembelajaran index card match adalah model yang

dilakukan dengan dengan mencocokan kartu yang terdiri dari dua

bagian yaitu soal dan jawaban yang dicocokan siswa dengan

berpasangan antar soal dan jawaban.

2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih berpuat

pada guru yang dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan

keseluruahn situasi belajar.

3. Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan mengungkapkan

suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih mudah

dipahami, mampu memberikan penafsiran, dan mampu

mengaplikasikannya.

4. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)

yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang7.

7
Pius Abdillah & Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arloka), h. 256
12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

Pembelajaran berarti proses interaksi antara peserta didik dengan

sumbernya, apakah antara peserta didik dengan peserta didik, antara

peserta didik dengan pendidik, atau antara peserta didik dengan sumber

lainnya dalam suatu lingkungan belajar yang mendidik. Pembelajaran atau

dalam bahasa inggris biasa diucapkan dengan learning merupakan kata

yang berasal dari to learn atau belajar.8

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran merupakan

proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup.

Pembelajaran menurut Andi bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah

suatu proses yang dilakukan oleh individu dengan bantuan guru untuk

memperoleh perubahan-perubahan perilaku menuju pendewasaan diri

secara menyeluruh sebagai hasil dari interaksi individu dengan

lingkungannya.

Menurut Suardi, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

8
Indra Kertati, dkk. Model dan Metode Pembelajaran Inovatif Era Digital (Jambi: Sonpedia
Publishing Indonesia, 2023) hal. 7
13

Menurut Crow, pembelajaran merupakan sebagai suatu proses

dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,

pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Syaiful menyatakan bahwa ada empat tentang konsep

pembelajaran diantaranya yaitu:

1. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram

dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar

lebih aktif, yang menekankan pada sumber belajar.

2. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan

asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu

utama keberhasilan pendidik atau proses komunikasi dua

arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

3. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan

ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi

tertentu, pembelajaran merupakan subjek khusus dari

pendidikan.
14

4. Mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan,

pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses

belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat pengertian pembelajaran di atas,

maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan

suatu proses yang diberikan pendidik kepada peserta didik dalam

memperoleh ilmu pengetahuan agar peserta didik dapat mencapai hasil

belajar yang baik.

A. Model Pembelajaran Index Card Match

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan khas oleh guru9.

Menurut Trianto suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas10. Menurut Udin model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu.

9
Helmiati, Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hal.19
10
Shilphy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran ( Yogyakarta: Deepublish, 2020) hal.12
15

Joyce and Weil mengatakan, “models of teaching are really

models of learning. As we helps students acquire information. Ideas,

skill, values, ways of thinking, and means of expressing

themselves…”, model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari

lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku guru menerapkan dalam

pembelajaran. Model pembelajaran banyak kegunaannya mulai dari

perencanaan pembelajaran dan perencanaan kurikulum sampai

perancangan bahan-bahan pembelajaran, termasuk program-program

multimedia.11

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,

model pembelajaran adalah rangkaian penyajian materi yang dilakukan

oleh guru yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam

proses belajar mengajar.

Pada umumnya model-model mengajar yang baik memiliki

sifat-sifat atau ciri-ciri yang dapat dikenali secara umum sebagai

berikut:

1. Memiliki prosedur yang sistematik. Jadi, sebuah model

mengajar merupakan prosedur yang sistematik untuk

memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan pada asumsi-

asumsi tertentu.

2. Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model

mengajar menentukan tujuan-tujuan khusus hasil belajar

11
Shilphy A. Octavia,…, hal.12
16

yang diharapkan dicapai siswa secara rinci dalam bentuk

unjuk kerja yang dapat diamati. Apa yang harus

dipertunjukkan oleh siswa setelah menyelesaikan urutan

pengajaran disusun secara rinci dan khusus.

3. Penetapan lingkungan secara khusus. Menetapkan keadaan

lingkungan secara spesifik dalam model mengajar.

4. Ukuran keberhasilan. Menggambarkan dan menjelaskan

hasil-hasil belajar dalam bentuk perilaku yang seharusnya

ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan

menyelesaikan urutan pengajaran.

5. Interaksi dengan lingkungan. Semua model mengajar

menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan

interaksi dan beraksi dengan lingkungan.12

2. Model Pembelajaran Index Card Match

Model pembelajaran yang menyenangkan dan dapat

mengaktifkan siswa dalam proses belajar yaitu salah satunya model

pembelajaran index card match. Menurut Zaini, Model index card

match model “Mencari Pasangan Kartu” cukup menyenangkan untuk

mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

Menurut Siberman index card match merupakan salah satu model

pembelajaran yang menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang

materi pembelajaran sebelumnya atau sesudahnya yang pernah

12
Shilphy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran ( Yogyakarta: Deepublish, 2020) hal.14
17

diajarkan yang ditandai dengan cara permainan kartu dengan cara

mencari pasangan menggunakan potongan kertas yang berisikan

pertanyaan serta jawaban.

Hamruni berpendapat model pembelajaran index card match

berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali tentang apa

yang mereka pelajari sebelumnya atau sesudahnya dengan menguji

pengetahuan serta kemampuan mereka dengan menggunakan model

pembelajaran index card match yaitu dengan mencari pasangan

berdasarkan permainan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban,

kemudian siswa mencari jawaban atau soal berdasarkan tulisan yang

mereka peroleh lalu mencocokan kedua kartu tersebut. Biasanya, guru

memberikan banyak informasi kepada siswa selama pembelajaran

sehingga siswa dapat menyelesaikan materi atau topik yang diajarkan

dapat terselesaikan dengan tepat waktu.13

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran index card

match adalah model pembelajaran aktif yang menyenangkan untuk

mengingat materi yang telah diajarkan oleh guru dengan cara mencari

pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal mengenai suatu

materi yang diajarkan. Aspek-aspek dalam pembelajaran index card

match menurut Maryati :

1. Sifat dan tujuan; Mereview atau mengulang materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Jika materi yang dipelajari


13
Amin dan Linda Yurike, Model Pembelajaran Kontemporer (Bekasi: Pusat Penerbitan LPPM,
2022) Hal. 273
18

masih baru, sebelumnya siswa diberi tugas untuk

mempelajarinya terlebih dahulu.

2. Media pembelajaran; Kartu atau potongan kertas.

3. Topik atau konsep; Satu pertanyaan, satu jawaban.

4. Presentasi hasil; Siswa yang mempunyai kartu soal:

membacakannya secara keras ke seluruh siswa secara

bergantin.

5. Peran pasangan; Siswa yang mempunyai kartu soal:

membacakan.

6. Siswa yang mempunyai kartu jawaban: mencocokan

jawaban teman-temannya atas pertanyaan pada kartu soal

yang sesuai (dengan pasangannya).

7. Penilaian; Berdasarkan kemampuan setiap pasangan

(siswa) menjawab soal yang dibacakan oleh pasangannya.

8. Banyaknya babak; Satu babak.

9. Kegiatan penutup; Klarifikasi dan kesimpulan.

Tujuan penerapan model pembelajaran index card match ini,

yaitu untuk melatih siswa agar lebih cermat dan lebih kuat

pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Dengan model

pembelajaran index card match ini siswa akan lebih semangat serta

antusias dalam belajarnya lebih cermat dan mudah untuk memahami

dan mengingat suatu materi pelajaran. Dalam index card match, guru

juga sangat senang apabila siswa berani mengungkapkan gagasan dan


19

pandangan mereka. Untuk itu guru atau pendidik harus memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan

alternatif mereka. Sehingga guru sangat senang apabila siswa dapat

mengerjakan suatu persoalan dengan cara berbeda dari apa yang

dijelaskan oleh guru. Dengan demikian suasana kelas akan lebih hidu,

menyenangkan, dan menyemangati siswa untuk selalu belajar.

3. Kelebihan Model Index Card Match

Model pembelajaran index card match sebagai salah satu

alternatif yang dapat dipakai dalam penyampaian materi pelajaran

selama proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan, bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan model

pembelajaran index card match.

Kelebihan model pembelajaran index card match yaitu:

a. Menumbuhkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.

b. Materi pembelajaran yang disampaikan dapat lebih menarik

perhatian peserta didik.

c. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan

menyenangkan.

d. Mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik

mencapai taraf ketuntasan belajar.

e. Penilaian dapat dilakukan bersama pengamat/observer dan

pemain (peserta didik).


20

f. Terjadi proses diskusi dan presentasi dapat menguatkan

topik/konsep yang hendak diulang maupun topik yang

baru.14

Kelemahan dari model pembelajaran index card match yaitu:

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu;

b. Agar proses pembelajaran lancer maka harus didukung

fasilitas, alat, biaya yang cukup;

c. Memerlukan waktu yang lama;

d. Jika ada siswa yang belum menguasai materi menyebabkan

kegiatan ini menjadi tidak lancar. 15

4. Langkah-langkah

Langkah-langkah dalam model pembelajaran index card match

(mencari pasangan) menurut Zaini :

a. Guru membuat potongan kertas (kartu) sebanyak jumlah

peserta didik yang ada di kelas.

b. Kartu tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama.

c. Pada separuh kertas, ditulis pertanyaan tentang materi yang

akan diajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

d. Pada separuh kertas yang lain, ditulis jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat.

14
Sundahry, dkk. Metode, Model Dan Media Pembelajaran (Jawa Tengah: Penerbit Lakeisha,
2019) hal. 87
15
Sundahry, dkk,…,hal. 87
21

e. Sebelum dibagikan, kartu dikocok terlebih dahulu sehingga

akan tercampur antara soal dan jawaban.

f. Setiap peserta didik diberi satu kartu. Guru menjelaskan

bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan.

Separuh peserta didik mendapat soal dan separuhnya lagi

akan mendapat jawaban.

g. Mintalah peserta didik untuk mencari dan menemukan

pasangan mereka. Jika sudah ada yang menemukan

pasangan, minta mereka untuk duduk/berdiri berdekatan.

Terangkan agar mereka tidak memberitahu materi yang

mereka dapatkan kepada peserta didk yang lain.

h. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan

bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan

keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal

terebut dijawab oleh pasangan-pasangan lain.

i. Akhiri pembelajaran ini dengan membuat klarifikasi dan

kesimpulan.

B. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvesional adalah pembelajaran yang berpusat pada

guru. Guru yang paling berperan aktif dalam proses pembelajaran,

sedangkan siswa hanya dituntut untuk mendengar dan mengikut apa yang

disampaikan oleh guru. Pembelajaran konvensional adalah suatu


22

pembelajaran yang mana dalam proses mengajar dilakukan dengan cara

lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran pengajar mengandalkan

ceramah16.

Proses belajar mengajar konvensional umumnya berlangsung satu

arah yang merupakan transfer atau pengalihan pengetahuan dan informasi

dari seorang pengajar kepada siswa. Proses ini dibangun dengan asumsi

bahwa peserta didik ibarat botol kosong. Guru atau pengajarlah yang harus

mengisi botol tersebut17. Guru lebih mendominasi proses pembelajaraan

yang meliputi menerangkan materi pelajaran, memberikan contoh-contoh

penyelesaian soal-soal serta menjawab semua pertanyaan yang diajukan

siswa. Pradana menyatakan ciri-ciri pembelajaran konvensional sebagai

berikut:

1. Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana

peserta didik menerima pengetahun dari guru dan pengetahuan

diasumsinya sebagai badan dan informasi dan keterampilan yang

dimiliki sesuai standar

2. Belajar secara individual

3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4. Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan

5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

16
17
Helmiati, Model Pembelajaran (Pekanbaru: Aswaja Pressindo,2012) hal.24
23

7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik

8. Interaksi antara peserta didik kurang

9. Guru yang bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok belajar18.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konvensional yang disampaikan

oleh Pradana, Wina Sanjaya juga menyatakan bahwa pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik

dapat menguasai materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan disebut dengan strategi pembelajaran ekspositori19. Strategi

pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang yang

menekankan kepada proses bertutur atau proses penyampaian materi

pembelajaran secara optimal20.

Disamping itu, ada beberapa karakteristik dari strategi

pembelajaran ekspositori seperti yang dikemukakan oleh Usman yaitu

sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran ekspositori dapat dilakukan dengan cara

penyampaian materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur

secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi

18
Agus Purnomo dkk, Pengantar Model Pembelajaran ,(Lombok Tengah: Yayasan Hamjah Diha,
2022) hal.83
19
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Penilaian,(Jakarta: Kencana,
2008) Hal. 179
20
Usman, Ragam Strategi Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2021)
hal. 21
24

ekspositori, oleh karena itu sering orang mengatakan metode

ceramah.

2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi

pelajaran yang sudah jadi, sudah terstruktur seperti data atau

fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak

menuntut peserta didik untuk berpikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi

pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran

berakhir peserta didik diharapkan dapat memahami dengan

benar dan peserta didik dapat mengungkapkan kembali materi

yang telah diuraikan itu21.

Menurut Usman dalam penggunaan strategi pembelajaran

ekspositori, ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh

seorang guru yaitu:

1. Berorientasi pada tujuan, yaitu sebelum strategi ini diterapkan

terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran

secara jelas dan terukur. Tujuan pembelajaran harus

dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau

berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh peserta

didik.

2. Prinsip komunikasi, yaitu proses pembelajaran dapat dikatakan

sebagai proses komunikasi yang menunjuk pada proses

21
Usman, Ragan Strategi……, hal.21
25

penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada

seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan

yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran

yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu

yang ingin dicapai.

3. Prinsip kesiapan, yaitu peserta didik dapat menerima informasi

sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus

memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik

maupun psikis untuk menerima pelajaran.

4. Prinsip berkelanjutan, yaitu ekspositori yang berhasil bila

melalui proses penyampaian dapat membawa peserta didik

pada situasi ketidakseimbangan, sehingga mendorong mereka

untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan

melalui proses belajar mandiri22.

Ada beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi

pembelajaran ekspositori yang dikemukakan oleh Usman adalah sebagai

berikut:

1. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta

didik untuk menerima pelajaran. Beberapa hal yang harus

dilakukan dalam langkah persiapan, diantaranya:

22
Usman, Ragam Strategi……, hal.25
26

a. Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang

negatif.

b. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus

dicapai.

c. Bukalah file dalam otak peserta didik, yaitu

berhubungan dengan kesiapan siswa dalam

mempelajari materi baru. Maksudnya sebelum guru

menyampaikan materi pelajaran baru, guru harus

memberikan apersepsi untuk mengetahui seberapa jauh

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Penyajian (Presentation)

Guru harus memikirkan bagaimana agar materi pelajaran dapat

dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh peserta didik.

Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan langkah ini, yaitu:

a. Penggunaan bahasa

b. Intonasi suara

c. Menjaga kontak mata dengan peserta didik

d. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan

3. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi

pelajaran dengan pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal

lain yang memungkinkan peserta didik dapat menangkap


27

keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah

dimilikinya.

4. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari

materi pelajaran yang telah disajikan. Melalui langkah

menyimpulkan, Peserta didik akan dapat mengambil inti sari

dari proses penyajian.

5. Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan peserta

didik setelah mereka menyimak penjelasan guru. Melalui

langkah ini, guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang

penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran oleh peserta

didik23.

Adapun langkah-langkah strategi pembelajaraan ekspositori

menurut Rusmono adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pendahuluan, ada tiga komponen kegiatan yaitu:

a. Memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa

dengan tujuan untuk membangkitkan semangat

belajar siswa.

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi

pembelajaran yang akan dipelajari, sehingga mereka

,
Usman, Ragam Strategi Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2021)
hal. 21
28

telah mempunyai pedoman dalam mengikuti

pembelajaran.

c. Memberikan apersepsi atau pre-test untuk

mengetahui seberapa jauh materi yang telah

dipelajari sebelumnya, kesiapan mempelajari materi

baru, dan pengalaman berhubungan dengan materi

belajar sebelum mereka mengikuti pelajaran.

2. Kegiatan inti atau penyajian isi pelajaran, tahap ini terdiri

atas empat kegiatan yaitu:

a. Menjelaskan isi pelajaran dengan alat bantu

pembelajaran agar siswa lebih mudah menangkap

isi atau materi pelajaran.

b. Pemberian contoh-contoh yang berhubungan

dengan isi atau materi pembelajaran.

c. Memberikan pertanyaan kepada siswa dengan

tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi

pembelajaran yang telah dikuasai, materi manakah

yang kurang dipahami, apa sebab ada kegagalan

memamhami materi pelajaran tertentu, dan materi

pelajaran manakah yang harus diajarkan kembali

kepada siswa.
29

d. Pemberian latihan kepada siswa agar mereka

mampu menguasai isi atau materi pelajaran lebihb

mendalam.

3. Kegiatan penutup, yaitu kegiatan terakhir dari pembelajaran

dengan strategi ekspositori. Pada tahap ini, siswa diberikan

tes untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan, atau untuk mengetahui apa yang telah

berhasil mereka kuasai dari keseluruhan pelajaran, apa yang

tidak mereka kuasai dari keseluruhan pelajaran, apa yang

tidak berhasil mereka kuasai, apakah masih perlu diberi

ulangan dan latihan bagi siswa tertentu. Hasil dari tes ini

dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk

memperbaiki proses dan hasil belajar siswa juga diberikan

kegiatan tindak lanjut beberapa pekerjaan rumah24.

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai langkah-

langkah strategi pembelajaran ekspositori di atas, maka dalam hal

ini penulis menggunakan langkah-langkah strategi pembelajaran

ekspositori yang dikemukakan oleh Rusmono karena lebih jelas

dan terperinci.

24
Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Intruction (Bogor: Ghalia Indonesia,
2014), hal. 69
30

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori,

terdapat beberapa kelebihan dan kelemahannya. Menurut Usman

kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran ekspositori adalah:

1. Kelebihan strategi ekspositori

a. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi

pembelajaran, guru dapat mengetahui sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang

disampaikan.

b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat

efektif apabila materi pembelajaran yang harus dikuasai

cukup luas dan waktu terbatas.

c. Melalui strategi ini peserta didik dapat mendengar

melalui penuturan tentang materi pelajaran sekaligus

mengobservasi melalui demonstrasi.

d. Strategi ini bisa digunakan untuk jumlah peserta didik

dengan kelas yang besar.

2. Kelemahan strategi ekspositori

a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dilakukan

terhadap peserta didik dengan kemampuan mendengar

dan menyimak yang baik.

b. Strategi ini tidak mungkin melayani perbedaan

kemampuan belajar, pengetahuan, minat, bakat, dan

gaya belajar individu.


31

c. Karena lebih banyak dengan ceramah, strategi ini sulit

mengembangkan kemampuan sosialisasi peserta didik.

d. Keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan

yang dimiliki guru.

e. Gaya komunikasi pada strategi ini salah satu arah jadi

kesempatan mengontrol kemampuan belajar peserta

didik terbatas25.

C. Perbandingan Model Pembelajaran Index Card Match dengan

Pembelajaran Konvensional

Adapun perbandingan antara model pembelajaran index card

match dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Model Pembelajaran Index Pembelajaran Konvensional

Card Match

Pembelajaran berpusat pada siswa Pembelajaran masih berpusat

pada guru

Pembelajaran lebih aktif, Siswa pasif, pembelajaran masih

menyenangkan dan siswa aktif monoton dan membosankan

sehingga pembelajaran tidak

membosankan

25
Usman, Ragam Strategi Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2021)
hal. 32
32

Melatih siswa untuk berpikir Melatih kemampuan siswa untuk

secara aktif mendengar dan menyimak

pembelajaran

Menumbuhkan semangat Siswa bekerja sendiri dalam

kebersamaan dan kerja sama menyelesaikan soal

dalam kelompok kecil serta dapat

meningkatkan hasil belajar

D. Pemahaman Konsep

1. Pengertian Pemahaman Konsep

Menurut KBBI pemahaman berasal dari kata paham yang artinya

adalah mengerti atau tahu, sedangkan pemahaman itu sendiri adalah

proses, pembuatan, cara memahami atau memahamkan. Menurut

Novitasari, “Pemahaman dapat diartikan kemampuan untuk

menangkap makna dari suatu konsep. Pemahaman juga dapat

merupakan kesanggupan dalam menyatakan suatu definisi dengan

bahasa sendiri. Siswa dikatakan paham apabila dia dapat menerangkan

apa yang ia pelajari dengan menggunakan kata-katanya sendiri yang

berbeda dengan yang terdapat di dalam buku”.

Konsep merupakan hal yang sangatlah penting dalam pembelajaran

matematika. Karena dengan menguasai konsep akan sangat membantu


33

siswa dalam pembelajaran matematika.26 Menurut Arnidha, “Konsep

adalah representasi intelektual yang abstrak yang memungkinkan

seseorang untuk dapat mengelompokkam atau mengklasifikasikan dari

objek-objek atau kejadian-kejadian ke dalam contoh atau bukan contoh

dari ide tersebut”. Hal senada juga yang dikatakan Magne, konsep

merupakan ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk

mengelompokkan tanda (objek) ke dalam contoh atau dapat diartikan

bahwa konsep matematika abstrak yang memungkinkan kita untuk

mengelompokkan (mengklasifikasikan) objek atau kejadian.

Pemahaman terhadap konsep suatu materi menjadikan materi itu

dipahami secara lebih menyeluruh, selain itu peserta didik lebih mudah

mengingat materi apabila yang dipelajari merupakan pola yang

berstruktur. Dengan memahami konsep akan memperrmudah

terjadinya penyampaian ilmu pengetahuan. Dengan kata lain

pemahaman konsep yaitu memahami suatu kemampuan dan dapat

mengubah informasi ke dalam bentuk yang bermakna.

Menurut Sanjaya pemahaman konsep adalah kemampuan siswa

yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak

sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari,

tetapi siswa mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang

mudah dimengerti. Menurut Purwanto pemahaman konsep adalah

tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu

26
Siti Ruqoyyah, Dkk. Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Resiliensi Matematika Dengan VBA
Microsoft Excel (Purwakarta: CV. Tre Alea Jacta Pedagogie, 2021) hal. 4
34

memahami konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat

menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya dengan tidak mengubah makna. Pemahaman konsep

merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu tersebut diketahui dan diingat. Peserta didik

diikatakan memahami sesuatu apabila dapat memberikan penjelasan

atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan

menggunakan kata-katanya sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan dalam memahami

konsep yang dipelajari dan mampu mengungkapkan kembali apa yang

ia pelajari dengan kata-katanya sendiri agar mudah dipahami.

1. Indikator Pemahaman Konsep

Salah satu kecakapan matematika yang penting dimiliki oleh siswa

adalah pemahaman konsep27. Untuk mengukur kemampuan

pemahaman konsep diperlukan alat ukur (indikator). Adapun indikator

pemahaman konsep menurut Permendikbud nomor 58 tahun 2014

yaitu sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.

2. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya

persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

3. Mengidentifikasikan sifat-sifat operasi atau konsep.

27
Melida Eka Sari, dkk. Matematika Dasar (Purwakarta: Global Eksekutif Teknologi, 2022) hal. 4
35

4. Menerapkan konsep secara logis.

5. Memberikan contoh atau contoh kontra.

6. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.

7. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu

konsep.

Menurut Kilpatrick, indikator kemampuan pemahaman konsep

sebagai berikut:

1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah

dipelajari.

2. Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan

dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk

konsep tersebut.

3. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma.

4. Kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh dari

konsep yang telah dipelajari.

5. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam

bentuk representasi matematika.

Selain itu agar konsep tertanam dengan baik, sehingga siswa

betul-betul memahaminya, menurut Ruseffendi alam mengajarkan

konsep supaya siswa diberikan contoh-contoh yang tidak mirip,

tujuannya ialah agar siswa tidak keliru dalam memperoleh fakta dari

konsep tersebut. Kemudian memberikan contoh dengan karakteristik


36

yang berbeda agar pengetahuan siswa tidak terbatas dengan contoh

yang diberikan. Terakhir adalah memberikan contoh dan bukan contoh

dengan tujuan agar siswa mengetahui perbedaannya dan lebih

memahami konsep tersebut28.

2. Penelitian Yang Relevan

Bebeberapa penelitian yang relevan dengan penelitian penulis antara lain

1. Penelitian dilakukan oleh Syahwal Erman pada bulan Januari berjudul

“Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match Terhadap

Pemahaman Konsep Matematika Pada Siswa Kelas VIII Madrasah

Tsanawiyah Al-Huda Pekanbaru”. Jenis penelitian ini kuasi

eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa

terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa antara yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe index card match daripada

pembelajaran konvesional. Ini terlihat dari mean ketuntasan hasil

belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe index card match sebesar

62,166 lebih baik dari hasil belajar dengan pembelajaran konvensional

sebesar 45,626. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe index card match terhadap

pemahaman konsep siswa kelas VIII MTs Al-Huda Pekanbaru29.

Relevansi dalam penelitian ini adalah sama-sama menyelesaikan

28
Siti Ruqoyyah, Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Resiliensi Matematika Dengan VBA
Microsoft Excel (Purwakarta: CV. Trea Alea Jacta Pedagogle, 2021) hal. 6
29
Syahwal Erman, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Pada Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Huda
Pekanbaru (Skripsi UIN SUSKA RIAU)
37

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa menggunakan

model pembelajaran index card match (ICM). Namun, dalam

penelitian jenis subjek penelitiannya berbeda.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lulu Hidayati Harahap pada bulan

Oktober 2020 berjudul “Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Index

Card Match (ICM) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

Konsep Pada Pembelajaran Matematika Kelas VIII Pada Tahun Ajaran

2020/2021”. Jenis penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil

penelitian mengungkapkan bahwa penerapan metode index card match

(ICM) memberikan dampak signifikan terhadap kemampuan

pemahaman konsep pada pembelajaran matematika siswa SMP Swasta

Al-Hikmah Medan. Hal ini dilihat dari hasil yang diperoleh pada siklus

I, dimana terdapat 8 orang siswa dengan persentase klasikal 29,7%

tergolong kategori tuntas dan 19 orang siswa presentase klasikal 70,3%

tergolong kategori tidak tuntas. Sedangkan pada siklus I hasil yang

diperoleh mengalami peningkatan sebanyak 24 orang siswa dengan

persentase klasikal 88,9% tergolong kategori tuntas dan 3 orang

dengan presenrase klasikal 11,1% tergolong kategori tidak tuntas. Dari

penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode index card match (ICM) mampu meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep pada pembelajaran matematika


38

siswa30. Relevansi dalam penelitian ini adalah sama-sama

menyelesaikan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

menggunakan model pembelajaran index card match (ICM). Namun,

dalam penelitian jenis penelitian yang digunakan tindakan kelas, dan

subjek penelitiannya juga berbeda.

3. Media Roza dan Lili Rismaini yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match (ICM) Terhadap

Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Linggo Sari Baganti” peneitian ini dilakukan bulan Juli 2019. Jenis

penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Berdasarkan hasil

penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

index card match (ICM) lebih baik dari pada model pembelajaran

konvesional pada siswa kelas VII SMPN 1 linggo sari Baganti31.

Relevansinya dengan penelitian ini sama-sama melihat kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model

pembelajaran index card match. Namun, dalam penelitian ini materi

yang digunakan adalah hubungan sudut pada dua garis sejajar yang

dipotong oleh sebuah garis dan subjek penelitiannya berbeda.

30
Lulu Hidayati Harahap. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Index Card Match (ICM) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Matematika Kelas VIII Pada
Tahun Ajaran 2020/2021 (Skripsi: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)
31
Melia Roz a & Lili Rismaini. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe index card match
(ICM) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP negeri 1 linggo sari baganti,
(Journal of Residu, Volume 3, Isuue 19 juli 2019)
39

4. Almira Amir yang dilakukan pada bulan Desember 2021 berjudul “

Penerapan Model Index Card Match Dalam Upaya Meningkatkan

Pemahaman Konsep Perkalian Dengan Bantuan Media”. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa adanya

peningkatan pemahaman konsep siswa untuk materi perkalian melalui

penerapan model index card match berbantuan mistar hitung dengan

persentase sebesar 86,67% dan persentase kegiatan pembelajaran

meningkat 85,71% dikategorikan “Sangat Baik32”. Relevansinya

dengan penelitian ini sama-sama melihat kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran index

card match. Namun, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas dan menggunakan bantuan media, serta subjek

penelitiannnya berbeda.

5. Mutia Oktiani dan Oktian fajar Nugroho yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran ICM Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan

Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan”.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021. Jenis penelitian adalah

penelitian tindakan kelas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran index card

match pada kelas III di SD Negeri 2 Pasirkembang dilaksanakan dalam

dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan pertama

32
Almira Amir. Penerapan Model Index Card Match Dalam Upaya Menigkatkan Pemahaman
Konsep Perkalian Dengan Bantuan Media (Dirasatul Ibtidaiyah Vol. 1 No. 2 Tahun 2021)
40

hasil aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan, memiliki persentase

peningkatan aktivitas belajar yaitu 61%. Kemudian pada siklus II nilai

persentase aktivitas belajar siswa meningkat lagi menjadi 88%

sedangkan pemahaman konsep siswa dikelas III SD Negeri 2

Pasirkembang dapat dilihat dari hasil belajar siswa yaitu besar sebelum

tindakan diberlakukan pada belajar siswa hanya mencapai 39% dan

peneliti melakukan tes awal kepada siswa dengan hasil rata-rata yang

dicapai yaitu 60, dengan ketuntasan belajar hanya mencapai 39% dan

setelah diberlakukannya tindakan siklus I ketuntasan belajar menjadi

64% dengan nilai rata-rata 64. Dan ketuntasan di siklus II menjadi

92% dengan nilai rata-rata yaitu 68%33. Relevansi dengan penelitian

ini sama-sama melihat kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa menggunakan model pembelajaran index card match. Namun,

dalam penelitian ini juga meningkatkan aktivitas belajar siswa, metode

penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas dan subjek dalam

penelitiannya juga berbeda.

3. Kerangka Konstektual

Pemahaman konsep dalam belajar matematika merupakan salah

satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Pemahaman

konsep matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi

33
Mutia Oktiani & Oktian Fajar Nugroho. Penerapan Model Pembelajaran ICM Dalam
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan
Bilangan (Jurnal IKRA-ITH INFORMATIKA Vol.5 No. 2 Juli 2021)
41

yang disampaikan oleh guru. Dengan memahami konsep, siswa dapat

mengembangkan kemampuan pemahaman konsep.

Maka dari permasalahan tersebut digunakan model pembelajaran

index card match. Model pembelajaran index card match adalah cara

belajar yang menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi

pelajaran, dimana model pembelajaran ini mengandung unsur permainan

sehingga diharapkan siswa tidak bosan dalam belajar. Model pembelajaran

index card match digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang

telah diberikan sebelumnya. Selain untuk mengulangi materi

pembelajaran, model ini juga mengajak siswa belajar dengan

menyenangkan karena ketika mencari kartu pasangan siswa bisa keliling

kelas sesuai waktu yang ditentukan oleh guru. Selain itu siswa juga

melakukan diskusi dengan temannya sesuai dengan materi, sehingga siswa

bisa memahami materi yang diajarkan guru serta proses pemeblajaran di

kelas menjadi lebih kondusif. Melalui model pembelajaran ini, siswa

diajak berinteraksi secara aktif satu sama lain sehingga seluruh siswa

terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta dapat memahami konsep

materi dengan cara yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan pemahaman siswa pada materi pola bilangan

dengan menggunakan model pembelajaran index card match. Berikut

kerangka pikiran pada penelitian ini:


42

Pembelajaran matematika

Pretest

Kurangnya Hasil belajar siswa tidak Pemahaman


motivasi siswa mencapai ketuntasan konsep berada
pada kategori
rendah

Penerapan model pembelajaran index card match

Kelebihan model pembelajaran:

1. Menumbuhkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.


2. Materi pelajaran yang disampaikan dapat lebih menarik
perhatian peserta didik.
3. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan
4. Terjadi proses diskusi dan presentasi dapat menguatkan topik
konsep yang hendak diuang mupun topik yang baru.

Posttest

Pemahaman konsep matematika

Ada pengaruh model pembelajaran index card


match terhadap pemahaman konsep matematika
43

4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah

diuraikan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah pengaruh model

pembelajaran index card match terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa kelas VIII MTs TI Koto Tuo Kumpulan


44

5. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram

dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar

lebih aktif, yang menekankan pada sumber belajar.

6. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan

asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu

utama keberhasilan pendidik atau proses komunikasi dua

arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

7. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan

ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi

tertentu, pembelajaran merupakan subjek khusus dari

pendidikan.

8. Mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan,

pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses

belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat pengertian pembelajaran di atas,

maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan

suatu proses yang diberikan pendidik kepada peserta didik dalam

memperoleh ilmu pengetahuan agar peserta didik dapat mencapai hasil

belajar yang baik.


45

E. Model Pembelajaran Index Card Match

5. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar

dari awal sampai akhir yang disajikan khas oleh guru34. Menurut Trianto

suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model

pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas35.

Menurut Udin model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Joyce and Weil mengatakan, “models of teaching are really models

of learning. As we helps students acquire information. Ideas, skill, values,

ways of thinking, and means of expressing themselves…”, model

pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran,

termasuk perilaku guru menerapkan dalam pembelajaran. Model

pembelajaran banyak kegunaannya mulai dari perencanaan pembelajaran

dan perencanaan kurikulum sampai perancangan bahan-bahan

pembelajaran, termasuk program-program multimedia.36

34
Helmiati, Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hal.19
35
Shilphy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran ( Yogyakarta: Deepublish, 2020) hal.12
36
Shilphy A. Octavia,…, hal.12
46

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, model

pembelajaran adalah rangkaian penyajian materi yang dilakukan oleh guru

yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar

mengajar.

Pada umumnya model-model mengajar yang baik memiliki sifat-

sifat atau ciri-ciri yang dapat dikenali secara umum sebagai berikut:

6. Memiliki prosedur yang sistematik. Jadi, sebuah model mengajar

merupakan prosedur yang sistematik untuk memodifikasi perilaku

siswa, yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu.

7. Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model mengajar

menentukan tujuan-tujuan khusus hasil belajar yang diharapkan

dicapai siswa secara rinci dalam bentuk unjuk kerja yang dapat

diamati. Apa yang harus dipertunjukkan oleh siswa setelah

menyelesaikan urutan pengajaran disusun secara rinci dan khusus.

8. Penetapan lingkungan secara khusus. Menetapkan keadaan lingkungan

secara spesifik dalam model mengajar.

9. Ukuran keberhasilan. Menggambarkan dan menjelaskan hasil-hasil

belajar dalam bentuk perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa

setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pengajaran.

10. Interaksi dengan lingkungan. Semua model mengajar menetapkan cara

yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan beraksi dengan

lingkungan.37

37
Shilphy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran ( Yogyakarta: Deepublish, 2020) hal.14
47

11. Model Pembelajaran Index Card Match

Model pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mengaktifkan

siswa dalam proses belajar yaitu salah satunya model pembelajaran index

card match. Menurut Zaini, Model index card match model “Mencari

Pasangan Kartu” cukup menyenangkan untuk mengulangi materi

pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Menurut Siberman index

card match merupakan salah satu model pembelajaran yang

menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran

sebelumnya atau sesudahnya yang pernah diajarkan yang ditandai dengan

cara permainan kartu dengan cara mencari pasangan menggunakan

potongan kertas yang berisikan pertanyaan serta jawaban.

Hamruni berpendapat model pembelajaran index card match

berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali tentang apa yang

mereka pelajari sebelumnya atau sesudahnya dengan menguji pengetahuan

serta kemampuan mereka dengan menggunakan model pembelajaran index

card match yaitu dengan mencari pasangan berdasarkan permainan kartu

yang berisi pertanyaan dan jawaban, kemudian siswa mencari jawaban

atau soal berdasarkan tulisan yang mereka peroleh lalu mencocokan kedua

kartu tersebut. Biasanya, guru memberikan banyak informasi kepada

siswa selama pembelajaran sehingga siswa dapat menyelesaikan materi

atau topik yang diajarkan dapat terselesaikan dengan tepat waktu.38

38
Amin dan Linda Yurike, Model Pembelajaran Kontemporer (Bekasi: Pusat Penerbitan LPPM,
2022) Hal. 273
48

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran index card

match adalah model pembelajaran aktif yang menyenangkan untuk

mengingat materi yang telah diajarkan oleh guru dengan cara mencari

pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal mengenai suatu materi

yang diajarkan. Aspek-aspek dalam pembelajaran index card match

menurut Maryati :

10. Sifat dan tujuan; Mereview atau mengulang materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Jika materi yang dipelajari

masih baru, sebelumnya siswa diberi tugas untuk

mempelajarinya terlebih dahulu.

11. Media pembelajaran; Kartu atau potongan kertas.

12. Topik atau konsep; Satu pertanyaan, satu jawaban.

13. Presentasi hasil; Siswa yang mempunyai kartu soal:

membacakannya secara keras ke seluruh siswa secara

bergantin.

14. Peran pasangan; Siswa yang mempunyai kartu soal:

membacakan.

15. Siswa yang mempunyai kartu jawaban: mencocokan

jawaban teman-temannya atas pertanyaan pada kartu soal

yang sesuai (dengan pasangannya).

16. Penilaian; Berdasarkan kemampuan setiap pasangan

(siswa) menjawab soal yang dibacakan oleh pasangannya.

17. Banyaknya babak; Satu babak.


49

18. Kegiatan penutup; Klarifikasi dan kesimpulan.

Tujuan penerapan model pembelajaran index card match ini, yaitu

untuk melatih siswa agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya

terhadap suatu materi pokok. Dengan model pembelajaran index card

match ini siswa akan lebih semangat serta antusias dalam belajarnya lebih

cermat dan mudah untuk memahami dan mengingat suatu materi pelajaran.

Dalam index card match, guru juga sangat senang apabila siswa berani

mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka. Untuk itu guru atau

pendidik harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan

gagasan-gagasan alternatif mereka. Sehingga guru sangat senang apabila

siswa dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara berbeda dari apa

yang dijelaskan oleh guru. Dengan demikian suasana kelas akan lebih

hidu, menyenangkan, dan menyemangati siswa untuk selalu belajar.

12. Kelebihan Model Index Card Match

Model pembelajaran index card match sebagai salah satu alternatif

yang dapat dipakai dalam penyampaian materi pelajaran selama proses

belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, bahwa

terdapat kelebihan dan kelemahan model pembelajaran index card match.

Kelebihan model pembelajaran index card match yaitu:

g. Menumbuhkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.


50

h. Materi pembelajaran yang disampaikan dapat lebih menarik

perhatian peserta didik.

i. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan

menyenangkan.

j. Mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik

mencapai taraf ketuntasan belajar.

k. Penilaian dapat dilakukan bersama pengamat/observer dan

pemain (peserta didik).

l. Terjadi proses diskusi dan presentasi dapat menguatkan

topik/konsep yang hendak diulang maupun topik yang

baru.39

Kelemahan dari model pembelajaran index card match yaitu:

e. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu;

f. Agar proses pembelajaran lancer maka harus didukung

fasilitas, alat, biaya yang cukup;

g. Memerlukan waktu yang lama;

h. Jika ada siswa yang belum menguasai materi menyebabkan

kegiatan ini menjadi tidak lancar. 40

39
Sundahry, dkk. Metode, Model Dan Media Pembelajaran (Jawa Tengah: Penerbit Lakeisha,
2019) hal. 87
40
Sundahry, dkk,…,hal. 87
51

13. Langkah-langkah

Langkah-langkah dalam model pembelajaran index card match

(mencari pasangan) menurut Zaini :

j. Guru membuat potongan kertas (kartu) sebanyak jumlah

peserta didik yang ada di kelas.

k. Kartu tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama.

l. Pada separuh kertas, ditulis pertanyaan tentang materi yang

akan diajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

m. Pada separuh kertas yang lain, ditulis jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat.

n. Sebelum dibagikan, kartu dikocok terlebih dahulu sehingga

akan tercampur antara soal dan jawaban.

o. Setiap peserta didik diberi satu kartu. Guru menjelaskan

bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan.

Separuh peserta didik mendapat soal dan separuhnya lagi

akan mendapat jawaban.

p. Mintalah peserta didik untuk mencari dan menemukan

pasangan mereka. Jika sudah ada yang menemukan

pasangan, minta mereka untuk duduk/berdiri berdekatan.

Terangkan agar mereka tidak memberitahu materi yang

mereka dapatkan kepada peserta didk yang lain.

q. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan

bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan


52

keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal

terebut dijawab oleh pasangan-pasangan lain.

r. Akhiri pembelajaran ini dengan membuat klarifikasi dan

kesimpulan.

F. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvesional adalah pembelajaran yang berpusat pada

guru. Guru yang paling berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan

siswa hanya dituntut untuk mendengar dan mengikut apa yang disampaikan

oleh guru. Pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang mana

dalam proses mengajar dilakukan dengan cara lama, yaitu dalam penyampaian

pelajaran pengajar mengandalkan ceramah41.

Proses belajar mengajar konvensional umumnya berlangsung satu

arah yang merupakan transfer atau pengalihan pengetahuan dan informasi

dari seorang pengajar kepada siswa. Proses ini dibangun dengan asumsi bahwa

peserta didik ibarat botol kosong. Guru atau pengajarlah yang harus mengisi

botol tersebut42. Guru lebih mendominasi proses pembelajaraan yang meliputi

menerangkan materi pelajaran, memberikan contoh-contoh penyelesaian soal-

soal serta menjawab semua pertanyaan yang diajukan siswa. Pradana

menyatakan ciri-ciri pembelajaran konvensional sebagai berikut:

10. Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana

peserta didik menerima pengetahun dari guru dan pengetahuan

41
42
Helmiati, Model Pembelajaran (Pekanbaru: Aswaja Pressindo,2012) hal.24
53

diasumsinya sebagai badan dan informasi dan keterampilan yang

dimiliki sesuai standar

11. Belajar secara individual

12. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

13. Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan

14. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final

15. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

16. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik

17. Interaksi antara peserta didik kurang

18. Guru yang bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok belajar43.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konvensional yang disampaikan

oleh Pradana, Wina Sanjaya juga menyatakan bahwa pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik

dapat menguasai materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan disebut dengan strategi pembelajaran ekspositori44. Strategi

pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang yang

43
Agus Purnomo dkk, Pengantar Model Pembelajaran ,(Lombok Tengah: Yayasan Hamjah Diha,
2022) hal.83
44
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Penilaian,(Jakarta: Kencana,
2008) Hal. 179
54

menekankan kepada proses bertutur atau proses penyampaian materi

pembelajaran secara optimal45.

Disamping itu, ada beberapa karakteristik dari strategi

pembelajaran ekspositori seperti yang dikemukakan oleh Usman yaitu

sebagai berikut:

4. Strategi pembelajaran ekspositori dapat dilakukan dengan cara

penyampaian materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur

secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi

ekspositori, oleh karena itu sering orang mengatakan metode

ceramah.

5. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi

pelajaran yang sudah jadi, sudah terstruktur seperti data atau

fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak

menuntut peserta didik untuk berpikir ulang.

6. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi

pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran

berakhir peserta didik diharapkan dapat memahami dengan

benar dan peserta didik dapat mengungkapkan kembali materi

yang telah diuraikan itu46.

45
Usman, Ragam Strategi Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2021)
hal. 21
46
Usman, Ragan Strategi……, hal.21
55

Menurut Usman dalam penggunaan strategi pembelajaran

ekspositori, ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh

seorang guru yaitu:

5. Berorientasi pada tujuan, yaitu sebelum strategi ini diterapkan

terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran

secara jelas dan terukur. Tujuan pembelajaran harus

dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau

berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh peserta

didik.

6. Prinsip komunikasi, yaitu proses pembelajaran dapat dikatakan

sebagai proses komunikasi yang menunjuk pada proses

penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada

seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan

yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran

yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu

yang ingin dicapai.

7. Prinsip kesiapan, yaitu peserta didik dapat menerima informasi

sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus

memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik

maupun psikis untuk menerima pelajaran.

8. Prinsip berkelanjutan, yaitu ekspositori yang berhasil bila

melalui proses penyampaian dapat membawa peserta didik

pada situasi ketidakseimbangan, sehingga mendorong mereka


56

untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan

melalui proses belajar mandiri47.

Ada beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi

pembelajaran ekspositori yang dikemukakan oleh Usman adalah sebagai

berikut:

6. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta

didik untuk menerima pelajaran. Beberapa hal yang harus

dilakukan dalam langkah persiapan, diantaranya:

d. Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang

negatif.

e. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus

dicapai.

f. Bukalah file dalam otak peserta didik, yaitu

berhubungan dengan kesiapan siswa dalam

mempelajari materi baru. Maksudnya sebelum guru

menyampaikan materi pelajaran baru, guru harus

memberikan apersepsi untuk mengetahui seberapa jauh

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

7. Penyajian (Presentation)

Guru harus memikirkan bagaimana agar materi pelajaran dapat

dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh peserta didik.

47
Usman, Ragam Strategi……, hal.25
57

Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan langkah ini, yaitu:

e. Penggunaan bahasa

f. Intonasi suara

g. Menjaga kontak mata dengan peserta didik

h. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan

8. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi

pelajaran dengan pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal

lain yang memungkinkan peserta didik dapat menangkap

keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah

dimilikinya.

9. Menyimpulkan (Generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari

materi pelajaran yang telah disajikan. Melalui langkah

menyimpulkan, Peserta didik akan dapat mengambil inti sari

dari proses penyajian.

10. Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan peserta

didik setelah mereka menyimak penjelasan guru. Melalui

langkah ini, guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang


58

penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran oleh peserta

didik48.

Adapun langkah-langkah strategi pembelajaraan ekspositori

menurut Rusmono adalah sebagai berikut:

4. Kegiatan pendahuluan, ada tiga komponen kegiatan yaitu:

d. Memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa

dengan tujuan untuk membangkitkan semangat

belajar siswa.

e. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi

pembelajaran yang akan dipelajari, sehingga mereka

telah mempunyai pedoman dalam mengikuti

pembelajaran.

f. Memberikan apersepsi atau pre-test untuk

mengetahui seberapa jauh materi yang telah

dipelajari sebelumnya, kesiapan mempelajari materi

baru, dan pengalaman berhubungan dengan materi

belajar sebelum mereka mengikuti pelajaran.

5. Kegiatan inti atau penyajian isi pelajaran, tahap ini terdiri

atas empat kegiatan yaitu:

,
Usman, Ragam Strategi Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2021)
hal. 21
59

e. Menjelaskan isi pelajaran dengan alat bantu

pembelajaran agar siswa lebih mudah menangkap

isi atau materi pelajaran.

f. Pemberian contoh-contoh yang berhubungan

dengan isi atau materi pembelajaran.

g. Memberikan pertanyaan kepada siswa dengan

tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi

pembelajaran yang telah dikuasai, materi manakah

yang kurang dipahami, apa sebab ada kegagalan

memamhami materi pelajaran tertentu, dan materi

pelajaran manakah yang harus diajarkan kembali

kepada siswa.

h. Pemberian latihan kepada siswa agar mereka

mampu menguasai isi atau materi pelajaran lebihb

mendalam.

6. Kegiatan penutup, yaitu kegiatan terakhir dari pembelajaran

dengan strategi ekspositori. Pada tahap ini, siswa diberikan

tes untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan, atau untuk mengetahui apa yang telah

berhasil mereka kuasai dari keseluruhan pelajaran, apa yang

tidak mereka kuasai dari keseluruhan pelajaran, apa yang

tidak berhasil mereka kuasai, apakah masih perlu diberi

ulangan dan latihan bagi siswa tertentu. Hasil dari tes ini
60

dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk

memperbaiki proses dan hasil belajar siswa juga diberikan

kegiatan tindak lanjut beberapa pekerjaan rumah49.

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai langkah-

langkah strategi pembelajaran ekspositori di atas, maka dalam hal

ini penulis menggunakan langkah-langkah strategi pembelajaran

ekspositori yang dikemukakan oleh Rusmono karena lebih jelas

dan terperinci.

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori,

terdapat beberapa kelebihan dan kelemahannya. Menurut Usman

kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran ekspositori adalah:

3. Kelebihan strategi ekspositori

e. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi

pembelajaran, guru dapat mengetahui sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang

disampaikan.

f. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat

efektif apabila materi pembelajaran yang harus dikuasai

cukup luas dan waktu terbatas.

49
Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Intruction (Bogor: Ghalia Indonesia,
2014), hal. 69
61

g. Melalui strategi ini peserta didik dapat mendengar

melalui penuturan tentang materi pelajaran sekaligus

mengobservasi melalui demonstrasi.

h. Strategi ini bisa digunakan untuk jumlah peserta didik

dengan kelas yang besar.

4. Kelemahan strategi ekspositori

f. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dilakukan

terhadap peserta didik dengan kemampuan mendengar

dan menyimak yang baik.

g. Strategi ini tidak mungkin melayani perbedaan

kemampuan belajar, pengetahuan, minat, bakat, dan

gaya belajar individu.

h. Karena lebih banyak dengan ceramah, strategi ini sulit

mengembangkan kemampuan sosialisasi peserta didik.

i. Keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan

yang dimiliki guru.

j. Gaya komunikasi pada strategi ini salah satu arah jadi

kesempatan mengontrol kemampuan belajar peserta

didik terbatas50.

50
Usman, Ragam Strategi Pembelajaran, (Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press, 2021)
hal. 32
62

G. Perbandingan Model Pembelajaran Index Card Match dengan

Pembelajaran Konvensional

Adapun perbandingan antara model pembelajaran index card

match dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Model Pembelajaran Index Card Pembelajaran Konvensional

Match

Pembelajaran berpusat pada siswa Pembelajaran masih berpusat pada

guru

Pembelajaran lebih aktif, Siswa pasif, pembelajaran masih

menyenangkan dan siswa aktif monoton dan membosankan

sehingga pembelajaran tidak

membosankan

Melatih siswa untuk berpikir secara Melatih kemampuan siswa untuk

aktif mendengar dan menyimak

pembelajaran

Menumbuhkan semangat Siswa bekerja sendiri dalam

kebersamaan dan kerja sama dalam menyelesaikan soal

kelompok kecil serta dapat

meningkatkan hasil belajar


63

H. Pemahaman Konsep

5. Pengertian Pemahaman Konsep

Menurut KBBI pemahaman berasal dari kata paham yang artinya

adalah mengerti atau tahu, sedangkan pemahaman itu sendiri adalah

proses, pembuatan, cara memahami atau memahamkan. Menurut

Novitasari, “Pemahaman dapat diartikan kemampuan untuk

menangkap makna dari suatu konsep. Pemahaman juga dapat

merupakan kesanggupan dalam menyatakan suatu definisi dengan

bahasa sendiri. Siswa dikatakan paham apabila dia dapat menerangkan

apa yang ia pelajari dengan menggunakan kata-katanya sendiri yang

berbeda dengan yang terdapat di dalam buku”.

Konsep merupakan hal yang sangatlah penting dalam pembelajaran

matematika. Karena dengan menguasai konsep akan sangat membantu

siswa dalam pembelajaran matematika.51 Menurut Arnidha, “Konsep

adalah representasi intelektual yang abstrak yang memungkinkan

seseorang untuk dapat mengelompokkam atau mengklasifikasikan dari

objek-objek atau kejadian-kejadian ke dalam contoh atau bukan contoh

dari ide tersebut”. Hal senada juga yang dikatakan Magne, konsep

merupakan ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk

mengelompokkan tanda (objek) ke dalam contoh atau dapat diartikan

bahwa konsep matematika abstrak yang memungkinkan kita untuk

mengelompokkan (mengklasifikasikan) objek atau kejadian.

51
Siti Ruqoyyah, Dkk. Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Resiliensi Matematika Dengan VBA
Microsoft Excel (Purwakarta: CV. Tre Alea Jacta Pedagogie, 2021) hal. 4
64

Pemahaman terhadap konsep suatu materi menjadikan materi itu

dipahami secara lebih menyeluruh, selain itu peserta didik lebih mudah

mengingat materi apabila yang dipelajari merupakan pola yang

berstruktur. Dengan memahami konsep akan memperrmudah

terjadinya penyampaian ilmu pengetahuan. Dengan kata lain

pemahaman konsep yaitu memahami suatu kemampuan dan dapat

mengubah informasi ke dalam bentuk yang bermakna.

Menurut Sanjaya pemahaman konsep adalah kemampuan siswa

yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak

sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari,

tetapi siswa mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang

mudah dimengerti. Menurut Purwanto pemahaman konsep adalah

tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu

memahami konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat

menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya dengan tidak mengubah makna. Pemahaman konsep

merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu tersebut diketahui dan diingat. Peserta didik

diikatakan memahami sesuatu apabila dapat memberikan penjelasan

atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan

menggunakan kata-katanya sendiri.


65

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan dalam memahami

konsep yang dipelajari dan mampu mengungkapkan kembali apa yang

ia pelajari dengan kata-katanya sendiri agar mudah dipahami.

2. Indikator Pemahaman Konsep

Salah satu kecakapan matematika yang penting dimiliki oleh siswa

adalah pemahaman konsep52. Untuk mengukur kemampuan

pemahaman konsep diperlukan alat ukur (indikator). Adapun indikator

pemahaman konsep menurut Permendikbud nomor 58 tahun 2014

yaitu sebagai berikut:

8. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.

9. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya

persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

10. Mengidentifikasikan sifat-sifat operasi atau konsep.

11. Menerapkan konsep secara logis.

12. Memberikan contoh atau contoh kontra.

13. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.

14. Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu

konsep.

Menurut Kilpatrick, indikator kemampuan pemahaman konsep

sebagai berikut:

52
Melida Eka Sari, dkk. Matematika Dasar (Purwakarta: Global Eksekutif Teknologi, 2022) hal. 4
66

6. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah

dipelajari.

7. Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan

dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk

konsep tersebut.

8. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma.

9. Kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh dari

konsep yang telah dipelajari.

10. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam

bentuk representasi matematika.

Selain itu agar konsep tertanam dengan baik, sehingga siswa

betul-betul memahaminya, menurut Ruseffendi alam mengajarkan

konsep supaya siswa diberikan contoh-contoh yang tidak mirip,

tujuannya ialah agar siswa tidak keliru dalam memperoleh fakta dari

konsep tersebut. Kemudian memberikan contoh dengan karakteristik

yang berbeda agar pengetahuan siswa tidak terbatas dengan contoh

yang diberikan. Terakhir adalah memberikan contoh dan bukan contoh

dengan tujuan agar siswa mengetahui perbedaannya dan lebih

memahami konsep tersebut53.

6. Penelitian Yang Relevan

Bebeberapa penelitian yang relevan dengan penelitian penulis antara lain

53
Siti Ruqoyyah, Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Resiliensi Matematika Dengan VBA
Microsoft Excel (Purwakarta: CV. Trea Alea Jacta Pedagogle, 2021) hal. 6
67

6. Penelitian dilakukan oleh Syahwal Erman pada bulan Januari berjudul

“Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match Terhadap

Pemahaman Konsep Matematika Pada Siswa Kelas VIII Madrasah

Tsanawiyah Al-Huda Pekanbaru”. Jenis penelitian ini kuasi

eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa

terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa antara yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe index card match daripada

pembelajaran konvesional. Ini terlihat dari mean ketuntasan hasil

belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe index card match sebesar

62,166 lebih baik dari hasil belajar dengan pembelajaran konvensional

sebesar 45,626. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe index card match terhadap

pemahaman konsep siswa kelas VIII MTs Al-Huda Pekanbaru54.

Relevansi dalam penelitian ini adalah sama-sama menyelesaikan

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa menggunakan

model pembelajaran index card match (ICM). Namun, dalam

penelitian jenis subjek penelitiannya berbeda.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Lulu Hidayati Harahap pada bulan

Oktober 2020 berjudul “Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Index

Card Match (ICM) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

Konsep Pada Pembelajaran Matematika Kelas VIII Pada Tahun Ajaran

2020/2021”. Jenis penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil


54
Syahwal Erman, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match Terhadap
Pemahaman Konsep Matematika Pada Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Huda
Pekanbaru (Skripsi UIN SUSKA RIAU)
68

penelitian mengungkapkan bahwa penerapan metode index card match

(ICM) memberikan dampak signifikan terhadap kemampuan

pemahaman konsep pada pembelajaran matematika siswa SMP Swasta

Al-Hikmah Medan. Hal ini dilihat dari hasil yang diperoleh pada siklus

I, dimana terdapat 8 orang siswa dengan persentase klasikal 29,7%

tergolong kategori tuntas dan 19 orang siswa presentase klasikal 70,3%

tergolong kategori tidak tuntas. Sedangkan pada siklus I hasil yang

diperoleh mengalami peningkatan sebanyak 24 orang siswa dengan

persentase klasikal 88,9% tergolong kategori tuntas dan 3 orang

dengan presenrase klasikal 11,1% tergolong kategori tidak tuntas. Dari

penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode index card match (ICM) mampu meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep pada pembelajaran matematika

siswa55. Relevansi dalam penelitian ini adalah sama-sama

menyelesaikan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

menggunakan model pembelajaran index card match (ICM). Namun,

dalam penelitian jenis penelitian yang digunakan tindakan kelas, dan

subjek penelitiannya juga berbeda.

8. Media Roza dan Lili Rismaini yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match (ICM) Terhadap

Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Linggo Sari Baganti” peneitian ini dilakukan bulan Juli 2019. Jenis
55
Lulu Hidayati Harahap. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Index Card Match (ICM) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Matematika Kelas VIII Pada
Tahun Ajaran 2020/2021 (Skripsi: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)
69

penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Berdasarkan hasil

penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

index card match (ICM) lebih baik dari pada model pembelajaran

konvesional pada siswa kelas VII SMPN 1 linggo sari Baganti56.

Relevansinya dengan penelitian ini sama-sama melihat kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa menggunakan model

pembelajaran index card match. Namun, dalam penelitian ini materi

yang digunakan adalah hubungan sudut pada dua garis sejajar yang

dipotong oleh sebuah garis dan subjek penelitiannya berbeda.

9. Almira Amir yang dilakukan pada bulan Desember 2021 berjudul “

Penerapan Model Index Card Match Dalam Upaya Meningkatkan

Pemahaman Konsep Perkalian Dengan Bantuan Media”. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa adanya

peningkatan pemahaman konsep siswa untuk materi perkalian melalui

penerapan model index card match berbantuan mistar hitung dengan

persentase sebesar 86,67% dan persentase kegiatan pembelajaran

meningkat 85,71% dikategorikan “Sangat Baik57”. Relevansinya

dengan penelitian ini sama-sama melihat kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa menggunakan model pembelajaran index

56
Melia Roz a & Lili Rismaini. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe index card match
(ICM) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP negeri 1 linggo sari baganti,
(Journal of Residu, Volume 3, Isuue 19 juli 2019)
57
Almira Amir. Penerapan Model Index Card Match Dalam Upaya Menigkatkan Pemahaman
Konsep Perkalian Dengan Bantuan Media (Dirasatul Ibtidaiyah Vol. 1 No. 2 Tahun 2021)
70

card match. Namun, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas dan menggunakan bantuan media, serta subjek

penelitiannnya berbeda.

10. Mutia Oktiani dan Oktian fajar Nugroho yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran ICM Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan

Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan”.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021. Jenis penelitian adalah

penelitian tindakan kelas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran index card

match pada kelas III di SD Negeri 2 Pasirkembang dilaksanakan dalam

dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan pertama

hasil aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan, memiliki persentase

peningkatan aktivitas belajar yaitu 61%. Kemudian pada siklus II nilai

persentase aktivitas belajar siswa meningkat lagi menjadi 88%

sedangkan pemahaman konsep siswa dikelas III SD Negeri 2

Pasirkembang dapat dilihat dari hasil belajar siswa yaitu besar sebelum

tindakan diberlakukan pada belajar siswa hanya mencapai 39% dan

peneliti melakukan tes awal kepada siswa dengan hasil rata-rata yang

dicapai yaitu 60, dengan ketuntasan belajar hanya mencapai 39% dan

setelah diberlakukannya tindakan siklus I ketuntasan belajar menjadi

64% dengan nilai rata-rata 64. Dan ketuntasan di siklus II menjadi


71

92% dengan nilai rata-rata yaitu 68%58. Relevansi dengan penelitian

ini sama-sama melihat kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa menggunakan model pembelajaran index card match. Namun,

dalam penelitian ini juga meningkatkan aktivitas belajar siswa, metode

penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas dan subjek dalam

penelitiannya juga berbeda.

7. Kerangka Konstektual

Pemahaman konsep dalam belajar matematika merupakan salah

satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Pemahaman konsep

matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang

disampaikan oleh guru. Dengan memahami konsep, siswa dapat

mengembangkan kemampuan pemahaman konsep.

Maka dari permasalahan tersebut digunakan model pembelajaran

index card match. Model pembelajaran index card match adalah cara

belajar yang menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi

pelajaran, dimana model pembelajaran ini mengandung unsur permainan

sehingga diharapkan siswa tidak bosan dalam belajar. Model pembelajaran

index card match digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang

telah diberikan sebelumnya. Selain untuk mengulangi materi

pembelajaran, model ini juga mengajak siswa belajar dengan

menyenangkan karena ketika mencari kartu pasangan siswa bisa keliling

58
Mutia Oktiani & Oktian Fajar Nugroho. Penerapan Model Pembelajaran ICM Dalam
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan
Bilangan (Jurnal IKRA-ITH INFORMATIKA Vol.5 No. 2 Juli 2021)
72

kelas sesuai waktu yang ditentukan oleh guru. Selain itu siswa juga

melakukan diskusi dengan temannya sesuai dengan materi, sehingga siswa

bisa memahami materi yang diajarkan guru serta proses pemeblajaran di

kelas menjadi lebih kondusif. Melalui model pembelajaran ini, siswa

diajak berinteraksi secara aktif satu sama lain sehingga seluruh siswa

terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta dapat memahami konsep

materi dengan cara yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan pemahaman siswa pada materi pola bilangan

dengan menggunakan model pembelajaran index card match. Berikut

kerangka pikiran pada penelitian ini:

Pembelajaran matematika

Pretest

Kurangnya Hasil belajar siswa tidak Pemahaman


motivasi siswa mencapai ketuntasan konsep berada
pada kategori
rendah

Penerapan model pembelajaran index card match

Kelebihan model pembelajaran:

5. Menumbuhkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.


6. Materi pelajaran yang disampaikan dapat lebih menarik
perhatian peserta didik.
7. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan
8. Terjadi proses diskusi dan presentasi dapat menguatkan topik
73

Posttest

Pemahaman konsep matematika

Ada pengaruh model pembelajaran index card


match terhadap pemahaman konsep matematika

8. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah

diuraikan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah pengaruh model

pembelajaran index card match terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa kelas VIII MTs TI Koto Tuo Kumpulan.


74

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian

eksperimen adalah metode penelitian yang benar-benar menguji hipotesis

hubungan sebab-akibat. Penelitian eksperimen juga merupakan penelitian

yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti dengan cara memberikan

treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna

membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti bagaimana

akibatnya59. Penelitian ini menggunakan eksperimen murni, karena dalam

desain ini peneliti mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi

jalannya eksperimen. Menurut Sugiono, ciri utama desain ini yaitu adanya

kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.

Berdasarkan jenis penelitian diatas, maka pelaksanaan penelitian

ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas eksperimen merupakan kelas yang pembelajarannya menggunakan

model pembelajaran index card match sedangkan kelas kontrol merupakan

kelas yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran konvensional.

59
Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Yogyakarta: CV.
Pustaka Ilmu Group, 2020) hal. 343
75

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group

Comparison Design. Pada rancangan penelitian ini sampel dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen

adalah kelas yang menerapkan model pembelajaran index card match.

Sedangkan kelas control diterapkan pembelajaran konvesional.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian The Statistic Group

Comparison Design

Kelas Treatment Posttest

X T2
Eksperimen

- T2
Kontrol

Keterangan:

X: Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran index card

match

T2 : Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Variabel dan Data

1. Variabel

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek penelitian, sering

juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala
76

yang akan diteliti60. Variabel pada dasarnya adalah sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan

dianalisis, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut yang

kemudian dapat ditarik kesimpulan61. Macam-macam variabel dalam

penelitian dapat juga dibedakan menjadi:

a. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel

yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas

merupakan variabel yang variabelnya diukur atau dipilih

oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu

gejala yang diobservasi62. Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran Index Card

Match pada Pembelajaran Matematika.

b. Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang

memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan

variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang

variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan

pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas63. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman

60
Sandu Siyoto & M.Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, ( Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), hal.
61
Agung Widhi Kurniawan & Zarah Puspitaningtyas, Metode Penelitian
Kuantitatif, (Yogyakarta: Pandiva Buku, 2016) hal. 42
62
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006) hal. 54
63
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif…., hal. 54
77

konsep matematika siswa kelas VIII MTs TI Koto Tuo

Kumpulan.

2. Data

a. Jenis Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya

dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan64. Data berdasarkan

sumbernya terbagi menjadi dua:

1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data

primer dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa dikelas eksperimen.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data nilai

ulangan harian kelas VIII MTs TI Koto Tuo Kumpulan65.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari unit yang diteliti.

Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala

sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu66. Jadi populasi

64
Sandu Siyoto & Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, ( Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015), hal. 67
65
Sandu Siyoto & M.Ali Sodik, Dasar ,…. hal.68
66
Agung Widhi Kurniawan & Zarah Puspitaningtyas, Metode Penelitian
Kuantitatif, (Yogyakarta: Pandiva Buku, 2016) hal. 66
78

adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam penelitian

adalah siswa kelas VIII MTs TI Koto Tuo Kumpulan.

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VIII Mts TI Koto Tuo

Kumpulan

Kelas Jumlah Siswa


No.

VIII.1 28
1.

29
2. VIII.2

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang diniliki

oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi

yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili

populasinya67. Dalam pengambilan sampel, sampel yang dipilih

haruslah memenuhi karakteristik dari populasi yang diteliti. Sesuai

dengan bentuk penelitian yang dilakukan, diambil dua kelas dari

sampel dari keseluruhan populasi yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel

yaitu:

67
Agung Widhi Kurniawan & Zarah Puspitaningtyas, Metode Penelitian
Kuantitatif, (Yogyakarta: Pandiva Buku, 2016) hal. 67
79

a. Mengumpulkan nilai Ulangan Harian matematika siswa

kelas VIII MTs TI Koto Tuo Kumpulan.

b. Melakukan uji normalitas

Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai Ulangan

Harian 1 semester 1 matematika siswa kelas VIII MTs TI

Koto Tuo Kumpulan. Uji normalitas ini bertujuan untuk

melihat apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau

tidak.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : data populasi berdistribusi normal

: data populasi berdistribusi tidak normal

Penelitian ini menggunakan uji Liliefors untuk

mengetahui data populasi untuk setiap kelas berdistribusi

normal atau tidak. Langkah-langkah menggunakan uji

Liliefors yaitu68:

1) Mengurutkan data dari yang terkecil ke terbesar.

2) Mencari nilai Zi dengan rumus Zi =

3) Mencari nilai F(Zi) menggunakan tabel distribusi Z.

4) Menghitung frekuensi kumulatif (fkum) masing-

masing data.

68
I Wayan Widana & Putu Lia Muliani, Uji Persyaratan Analisis (Jawa Timur:
Klik Media, 2020) hal. 13
80

5) Menghitung nilai S(Zi), yaitu menghitung nilai

proporsi tiap-tiap frekuensi kumulatif data dibagi

dengan n (banyak data)

S(Zi) =

6) Menghitung proporsi kemudian

dibagi jumlah sampel

7) Menghitung selisih | F(Zi) – S(Zi) |. Hasil selisih

tersebut kemudian ditentukan nilai absolutnya

8) Menghitung Lhitung dengan mencari nilai maksimum

pada hasil perhitungan di langkah 5.

9) Menyusun tabel penolong uji normalitas Liliefors.

10) Menguji normalitas data pada metode Liliefors yaitu

dengan cara membandingkan nilai maksimum

(Lhitung) dengan Ltabel ( .

Kriteria pengambilan keputusan:

a) Apabila nilai Lhitung kurang dari Ltabel, maka

data dinyatakan berdistribusi normal (Lh Lt)

b) Apabila nilai Lhitung lebih dari Ltabel, maka

data dinyatakan tidak berdistribusi normal

(Lh Lt).

c. Melakukan uji homogenitas varian


81

Uji homogenitas varian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah data populasi memiliki keragaman yang

sama atau tidak. Uji homogenitas dlakukan dengan uji

Barlett. Langlah-langkah dalam melakukan uji Barlett

adalah69:

1) Membuat hipotesis, yaitu:

H0 :

H1 : paling sedikit satu tanda tidak sama

dengan, tidak berlaku

2) Menghitung variansi masing-masing

kelompok

3) Menghitung variansi gabungan dari populasi

dengan menggunakan rumus:


4) Menghitung harga satuan Barlett dengan

rumus:

5) Menghitung harga satuan Chi – Kuadrat

( ) dengan rumus:

69
Putu Ade Andre Payadnya & Gusti Agung Ngurah Trisna Jayantika, Panduan Penelitian
Eksperimen Beserta Analisis Statistic Dengan SPSS ( Yogyakarta: Deepublish, 2018) hal. 49
82

{ ∑ }

6) Membandingkan dengan

dengan kriteria bila untuk

taraf maka terima H0 artinya populasi

homogen.

d. Uji kesamaan rata-rata

Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah

populasi memiliki kesamaan rata-rata atau tidak

i populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs TI Koto Tuo Kumpulan.

E. Prosedur Penelitian

Tahap tahap yang dilalui pada penelitian ini yaitu:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitin ini meliputi:

a. Menetapkan tempat penelitian yaitu MTs TI Koto Tuo Kumpulan

b. Mengurus surat izin penelitian

c. Mengobservasi tempat penelitian

d. Studi literature mengenai materi yang akan diajarkan dalam

pembelajaran
83

e. Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar serta pokok

pembahasan dan sub pokok yang akan digunakan dalam penelitian

f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator materi

pembelajaran yang telah ditentukan

g. Mempersiapkan bahan ajar berdasarkan pada pokok dan sub pokok

bahasan.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Pada awal pembelajaran guru membuka dengan salam dan

mengabsensi siswa.

2) Guru memberikan apersepsi, motivasi dan menyampaikan

indikator serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh

siswa dalam proses pembelajaran.

b. Kegiatan inti

1) Pada awal pertemuan menjelaskan tentang model pembelajaran

index card match kepada siswa.

2) Guru membagikan kartu index kepada setiap siswa masing-

masing satu kartu.

3) Siswa disuruh untuk mencocokkan kartu index yang telah

mereka peroleh.

4) Siswa disuruh mendiskusikan soal yang ada dikartu index

dengan pasangannya.
84

5) Guru menunjuk pasangan secara acak untuk melemparkan

pertanyaan yang ada pada mereka pada pasangan lain secara

acak.

6) Pasangan yang mendapat pertanyaan yang dilemparkan tadi

mengerjakannya ke papan tulis.

7) Apabila pasangan yang ditunjuk tadi tidak bisa mengerjakan

pertanyaan yang diberikan, maka pasangan yang melemparkan

pertanyaan tadi yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan

soal tersebut.

8) Selama kegiatan berlangsung guru membimbing siswa untuk

menyelesaikan soal yang mereka dapat dan menuntun siswa

untuk menemukan konsep-konsep matematika.

9) Guru memberikan tes kepada siswa diakhir pelajaran.

c. Tahap pengolahan dan analisis data

Tahap ini menginterpretasikan hasil eksperimen yang telah

dilakukan. Data dapat disajikan terlebih dahulu melalui tabel atau

chart, kemudian mengaplikasikan teknik pengolahan data yang akan

digunakan seperti penggunaan rumus statistika untuk menentukan

pengaruh70.

F. Instrumen Penelitian

70
Muhammad Ramadhan, Metode Penelitian ( Surabaya: Cipta Media Nusantara,
2021) hal. 43
85

Instrumen adalah alat pengumpulan data. Menyususn instrument

merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen

berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan71.

Untuk itu instrumen penelitian yang digunkan harus tepat agar dapat

memperoleh data penelitian yang akurat, dapat diertanggungjawabkan dan

diinginkan. Maka instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Tes

Tes merupakan salah satu bentuk instrument yang digunakan untuk

mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika. Tes dapat

berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat

digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan

kemampuan dari subjek penelitian72. Kualitas hasil pengukuran sangat

ditentukan oleh kualitas alat ukur (tes) yang digunakan. Karena itu,

guru perlu menaruh perhatian besar dalam membuat tes yang

digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa untuk dimensi

pengetahuan.

Tes yang akan diberikan adalah tes yang berbentuk essay. Sebelum

soal tes diberikan pada kedua kelas terlebih dahulu dilakukan langkah-

langkah:

71
Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015) hal. 78
72
Sandu Siyoto & Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015) hal. 78
86

1. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu mengetahui sejauh

mana kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi

pelajaran.

2. Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diuji.

3. Membuat kisi-kisi tes hasil belajar matematika dengan

indikator pemahaman konsep.

4. Menyusun butir-butir soal menjadi bentuk akhir yang diajukan.

2. Uji Validitas

Alat ukur atau sebuah instrument yang akan dilakukan penelitian untuk

menjadi alat ukur yang bisa diterim atau standar maka alat ukur

tersebut harus melalui uji validitas dari data, uji validita menurut para

ahli dapat menggunakan rumus person product moment, kemudian

setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan setelah itu diuji dengan

menggunakan uji t dan setelah itu baru dilihat penafsiran dari indeks

korelasinya.

Rumus Peraso Produck Moment:

∑ ∑ ∑
𝑟hitung =
√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

𝑟hitung = koefisien korelasi

N = jumlah responden

∑ = jumlah perkalian antara skor item dan skor total

∑ = jumlah skor item


87

∑ = jumlah skor total

Rumus uji t:

thitung =

keterangan:

t : nilai thitung

r : koefisien korelasi hasil rhitung

n : jumlah responden

untuk tabel t derajat kebebasan (dk = n - 2). Jika t

hitung t tabel berarti valid demikian sebaliknya, t hitung t tabel tidak

valid. Apabila instrument valid, maka indeks korelasinya (r) adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Indeks Korelasi Uji Validitas

Kualifikasi
Koefisien Korelasi
Sangat Tinggi
0,800 – 1,000
Tinggi
0,600 – 0,799
Cukup
0,400 – 0,599
Rendah
0,200 – 0,399

0,000 – 0,199 Sangat Rendah


88

3. Uji Reliabilitas

Konsep dalam reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran yang digunakan bersifat tetap terpercaya serta terbebas

dari galat pengukuran. Sedangkan uji reliabilitas instrument untuk

mengetahui apakah data yang dihasilkan dapat diandalkan atau bersifat

tangguh. Jika seorang guru memberikan tes yang sama kepada peserta

didik yang sama dalam dua waktu pelaksanaan tes yang berbeda dan

hasil dari dua pelaksanaan tes tersebut menghasilkan skor yang relative

sama, maka tes itu dikategorikan memiliki reliabilitas yang baik73.

Dalam menguji reliabilitas digunakan uji konsistensi internal

dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :


𝑟 =[ ][ ]

keterangan :

𝑟 : realiabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : jumlah varian butir/item

= varian total

Interpretasi hasil perhitungan koefisien reliabilitas

dapat dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan

73
Sumardi. Teknik Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal.
87
89

tersebut dengan tabel r product moment. Apabila hasil

hitung lebih besar atau sama dengan r tabel ( r hitung r

tabel), maka dapat disimpulkan ada korelasi signifikan

antara butir-butir soal secara keseluruhan dan tes

dikategorikan reliabel. Sebaliknya, apabila hasil hitung

lebih kecik dari pada r tabel ( r hitung r tabel), maka

dapat disimpulkan tidak ada korelasi signifikan antar butir-

butir soal secara keseluruhan dan tes dikategorikan tidak

reliabel74. Adapun klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas Interpretasi


Reliabilitas sangat tinggi
0,80 – 1,00
Reliabilitas tinggi
0,60 – 0,97
Reliabilitas sedang
0,40 – 0,59
Reliabilitas rendah
0,20 – 0,39
Reliabilitas sangat rendah
0,00 – 0,19

4. Tingkat Kesulitan Tes

Tingkat kesulitan atau kesulitan tes semata-mata mengacu pada

persentase peserta didik yang mampu menjawab butir-butir soal

dengan benar. Identifikasi terhadap tingkat kesulitan tes penting untuk

dilakukan agar pada tahap selanjutnya guru mampu memilih butir-butir

74
Sumardi. Teknik Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal.
94
90

soal yang sesuai dengan tingkat berpikir kelompok peserta didik.

Selain itu, tingkat kesulitan tes juga berguna dalam hal pencapaian

tujuan tes.75

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dapat dilakukan dengan

menggunakan langkah-langkah berikut:

a. Mencari rata-rata skor butir soal yang akan dicari tingkat

kesulitannya dengan rumus:

Rata-rata =

b. Hasil perhitungan rata-rata tersebut kemudian dimasukkan ke

rumus:

Tingkat kesulitan =

Setelah butir-butir soal dianalisis untuk mengetahui indeks

tingkat kesulitannya, selanjutnya ekuivalen berikut dapat

digunakan sebagai panduan untuk menginterpretasikan tingkat

kesulitan:

0,00 – 0,30 : tergolong sulit

0,31 – 0,70 : tergolong sedang (cukup sulit)

0,71 – 1,00 : tergolong mudah

5. Daya Pembeda

75
Sumardi. Teknik Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal.
99
91

Daya beda memliki peran penting dalam pengukuran kemampuan

pemahaman konsep matematika peserta didik. Secara empiris, daya

beda butir soal dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki

kualitas setiap soal yang telah dibuat. Berdasarkan daya beda, guru

dapat menentukan apakah soal tersebut perlu direvisi, atau apakah soal

tersebut harus ditolak atau tidak dipakai sama sekali76.

Untuk menentukan daya pembeda instrument, terlebih dahulu

ditentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Penentuan masing-

masing kelompok dilakukan dengan mengurut skor peserta didik dari

skor tertinggi sampai skor terendah, kemudian diambil 27% dari

peserta didik yang memperoleh skor tertinggi yang kemudian disebut

dengan kelompok atas dan 27% dari peserta didik yang memperoleh

skor terendah yang kemudian disebut dengan kelompok bawah77.

Rumus yang digunakan pada daya beda78:


̅ ̅
DP =

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

̅ = Rata-rata kelompok atas

̅ = Rata-rata kelompok bawah

skor maksimum

76
Sumardi, Teknik Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hal.
101
77
Putu Ade Andre Payadnya & Gusti Agung Ngurah Trisna Jayantika, Panduan Penelitian
Eksperimen Beserta Analisis Statistic Dengan SPSS ( Yogyakarta: Deepublish, 2018) hal. 30
78
Yahya Hairun., Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran (Yogyakarta: Deepublish, 2020)
hal. 119
92

Kriteria yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda


Interval Skor Daya Pembeda
Sangat baik

Baik
0,30 – 0,39

Cukup
0,20 – 0,29
Kurang baik

9. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data mengenai kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa perlu dilakukan analisis data dengan

menggunakan uji normalitas, uji homogenitas variansi, dan uji hipotesis.

1. Uji normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk melihat apakah populasi tersebut

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini penelitian

menggunakan uji Liliefors. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : data populasi berdistribusi normal

: data populasi berdistribusi tidak normal


93

Penelitian ini menggunakan uji Liliefors untuk mengetahui data

populasi untuk setiap kelas berdistribusi normal atau tidak. Langkah-

langkah menggunakan uji Liliefors yaitu79:

a. Mengurutkan data dari yang terkecil ke terbesar.

b. Mencari nilai Zi dengan rumus Zi =

c. Mencari nilai F(Zi) menggunakan tabel distribusi Z.

d. Menghitung frekuensi kumulatif (fkum) masing-masing data.

e. Menghitung nilai S(Zi), yaitu menghitung nilai proporsi tiap-

tiap frekuensi kumulatif data dibagi dengan n (banyak data)

S(Zi) =

f. Menghitung proporsi kemudian dibagi jumlah

sampel

g. Menghitung selisih | F(Zi) – S(Zi) |. Hasil selisih tersebut

kemudian ditentukan nilai absolutnya

h. Menghitung Lhitung dengan mencari nilai maksimum pada hasil

perhitungan di langkah 5.

i. Menyusun tabel penolong uji normalitas Liliefors.

j. Menguji normalitas data pada metode Liliefors yaitu dengan

cara membandingkan nilai maksimum (Lhitung) dengan Ltabel

( .

Kriteria pengambilan keputusan:

79
I Wayan Widana & Putu Lia Muliani, Uji Persyaratan Analisis (Jawa Timur:
Klik Media, 2020) hal. 13
94

1) Apabila nilai Lhitung kurang dari Ltabel, maka data dinyatakan

berdistribusi normal (Lh Lt)

2) Apabila nilai Lhitung lebih dari Ltabel, maka data dinyatakan

tidak berdistribusi normal (Lh Lt).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua data

sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji

homogenitas dilakukan dengan uji F. Langkah-langkah uji F80:

1) Tentuka taraf signifikan ( untuk menguji hipotesis:

H0 : (varian 1 sama dengan varian 2 atau homogen)

H1 : (varian 1 tidak sama dengan varian 2 atau tidak homogen)

2) Hitung varians tiap kelompok data

3) Tentukan Fhitung yaitu, Fhitung :

4) Tentukan Ftabel : untuk taraf signisikan ( ,

dan

5) Lakukan pengujian dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel

6) Jika Fhitung Ftabel, ,maka kelompok data memiliki varians yang

homogen.

3. Uji Hipotesis

80
Putu Ade Andre Payadnya & Gusti Agung Ngurah Trisna Jayantika, Panduan Penelitian
Eksperimen Beserta Analisis Statistic Dengan SPSS ( Yogyakarta: Deepublish, 2018) hal. 46
95

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi,

kemudian dilakukan uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah

pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih baik

daripada pemahaman konsep kelas kontrol.

Hipotesis yang akan diuji:

H0: , kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran index card match sama

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional pada siswa kelas VIII MTs TI

Koto Tuo Kumpulan.

H1 : , kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa yang mengikuti model pembelajaran index

card match lebih baik dari pada siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa

kelas VIII MTs TI Koto Tuo Kumpulan.

Dimana:

= rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika di kelas

eksperimen

= rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika di kelas

kontrol
96

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas ada beberapa

rumus untuk menguji hipotesis:

a. Apabila data berdistribusi normal dan mempunyai variansi

homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah:

̅ ̅
dengan

Keterangan;

̅ Nilai rata-rata kelas eksperimen

̅ Nilai rata-rata kelas kontrol

variansi pemahaman konsep kelas eksperimen

variansi pemahaman konsep kelas kontrol

simpangan baku

jumlah siswa kelas eksperimen

jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujiannya:

Terima H0 jika dengan derajat kebebasan untuk daftar

distribusi t ialah ( dengan taraf nyata 0,05, dan

tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain81.

81
Sudjana, metode Statistik (Bandung: PT tarsito, 2005), hal. 239
97

DAFTAR PUSTAKA

Agung Widhi Kurniawan & Zarah Puspitaningtyas. 2016. Metode Penelitian


Kuantitatif. Yogyakarta: Pandiva Buku.
Almira Amir. Penerapan Model Index Card Match Dalam Upaya Menigkatkan
Pemahaman Konsep Perkalian Dengan Bantuan Media. Dirasatul
Ibtidaiyah Vol. 1, No. 2 Tahun 2021

Amin dan Linda yurike. 2022. 164 Model Pembelajaran Kontemporer. Bekasi:
Pusat Penerbitan LPPM, 2022
Departemen Agama RI. 2011 Al-Quran dan Terjemahannya. Jawa Barat: CV. Penerbit
Diponegoro

Fransisco J. Simbolon dkk. Pengaruh Pendekatan Resource Based Learning


(RBL) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika Universitas Lampung, Vol. 8, No. 2, 2020
98

Hardani, dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif . Yogyakarta: CV.
Pustaka Ilmu Group

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Pressindo

I Wayan Widana & Putu Lia Muliani. 2020. Uji Persyaratan Analisis. Jawa
Timur: Klik Media

Jonathan Sarwono.2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Lulu Hidayati Harahap. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Index Card Match
(ICM) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pada
Pembelajaran Matematika Kelas VIII Pada Tahun Ajaran 2020/2021.
Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Melia Roza & Lili Rismaini. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Index Card Match (ICM) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Linggo Sari Baganti. Journal of Residu,
Volume 3, Isuue 19 juli 2019

Melida Eka Sari, dkk. 2022. Matematika Dasar. Purwakarta: Global Eksekutif
Teknologi

Muh.Akib D. Beberapa Pandangan Tentang Guru Sebagai Pendidik . Jurnal


Pendidikan Islam Volume 19 No. 1 Juni 2021

Muhammad Ramadhan. 2021. Metode Penelitian. Surabaya: Cipta Media


Nusantara

Mutia Oktiani & Oktian Fajar Nugroho. Penerapan Model Pembelajaran ICM
Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Pemahaman Konsep
Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan. Jurnal IKRA-ITH
INFORMATIKA Vol.5 No. 2 Juli 2021

Putu Ade Andre Payadnya & Gusti Agung Ngurah Trisna Jayantika. 2018.
Panduan Penelitian Eksperimen Beserta Analisis Statistic Dengan SPSS (
Yogyakarta: Deepublish

Sandu Siyoto & Ali Sodik. 20115 Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing

Shilphy A. Octavia. 2020. Model-Model Pembelajaran . Yogyakarta: Deepublish


99

Siti Ruqoyyah, Dkk. 2021. Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Resiliensi


Matematika Dengan VBA Microsoft Excel. Purwakarta: CV. Tre Alea
Jacta Pedagogie

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: PT tarsito

Sumardi. 2020. Teknik Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar. Yogyakarta:


Deepublish

Sundahry, dkk. 2019. Metode, Model Dan Media Pembelajaran. Jawa Tengah:
Penerbit Lakeisha

Syahwal Erman, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card Match


Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Siswa Kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah Al-Huda Pekanbaru. Riau: UIN SUSKA RIAU

Yahya Hairun. 2020. Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran. Yogyakarta:


Deepublish

Anda mungkin juga menyukai