FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2011
A. Arthropoda sebagai Vektor Penyakit Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga yang dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersiIat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu antara lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan sekarang ditemukan penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, disamping penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah (Chandra, 2006). Sebagai contoh kecenderungan penyakit DBD di Indonesia semakin meningkat. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang. Kasus tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (Depkes RI, 2004). Keberadaan vektor dan binatang penggangu harus ditanggulangi, meskipun tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya. Kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya ke satu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Harapan tersebut dapat dicapai dengan adanya suatu manajemen pengendalian, dengan arti kegiatan-kegiatan atau proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan (Nurmaini, 2001). . Pengertian Vektor Vektor adalah arthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu infectious agent dari sumber inIeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan di atas (Nurmaini, 2001). Arthropoda merupakan vektor penting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesiIik. C. Macam-macam Vektor Vektor hanya terdiri atas arthropoda, sedangkan tikus, anjing, dan kucing bertindak sebagai reservoar (Chandra, 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) menyebutkan bahwa tikus bertindak sebagai reservoar untuk penyakit seperti salmonelosis, demam gigitan tikus, trichinosis, dan demam berdarah Korea, sedangkan vektornya adalah pinjal, kutu, caplak, dan tungau yang merupakan arthropoda. Sumber lain menyebutkan bahwa tikus hanya sebagai binatang pengganggu (Nurmaini, 2001). Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis. Vektor disebut vektor biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut. Vektor disebut sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam tubuh vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005). Contohnya lalat sebagai vektor mekanis dalam penularan penyakit diare, trakoma, keracunan makanan, dan tiIoid, sedangkan nyamuk Anopheles sebagai vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006). D. Peranan Vektor Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases. Ada 3 jenis cara transmisi arthropod-bome diseases, yaitu (Chandra, 2006): 1. Kontak Langsung Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau inIestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contohnya adalah scabies dan pediculus (Chandra, 2006). 2. Transmisi Secara Mekanik Agen penyakit ditularkan secara mekanik oleh arthropoda, seperti penularan penyakit diare, typhoid, keracunan makanan dan trachoma oleh lalat. Secara karakteristik arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulkus superIisial, atau eksudat. Kontaminasi bisa hanya pada permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui ekskreta (Chandra, 2006). Agen penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda adalah enteric bacteria yang ditularkan oleh lalat rumah. diantaranya adalah Salmonella typhosa, species lain dari salmonella, scherichia coli, dan Shigella dysentry yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat merupakan vektor dari agen penyakit tuberculosis, anthrax, tularemia, dan brucellosis (Chandra, 2006). 3. Transmisi Secara Biologi Bila agen penyakit multiIlikasi atau mengalami beberapa penularan perkembangan dengan atau tanpa multiIlikasi di dalam tubuh arthropoda, ini desebut transmisi biologis dikenal ada tiga cara, yaitu: 3.1 Propagative Bila agen penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi multiIlikasi di dalam tubuh vektor. Contohnya Plague bacilli pada rat fleas. 3.2 Cyclo-propagative Agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multiIlikasi di dalam tubuh arthropoda. Contohnya parasit malaria pada nyamuk Anopheles. 3.3 Cyclo-developmental Bila agen penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak mengalami multiIlikasi di dalam tubuh arthropoda. Contohnya parasit Iilaria pada nyamuk Culex dan cacing pita pada cyclops. Beberapa istilah dalam proses transmisi atrhropod-borne disease sebagai berikut (Chandra, 2006): 1. Inokulasi (inoculation) Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrana mucosa disebut sebagai inokulasi (Chandra, 2006). 2. InIestasi (infestation) Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai inIestasi, contohnya scabies (Chandra, 2006). 3. xtrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sedangkan waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik. Contohnya parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10-14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan. Masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12-30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria (Chandra, 2006). 4. Definitive Host dan Intermediate Host Apabila terjadi siklus seksual dalam tubuh vektor atau manusia maka vektor atau manusia tersebut disebut sebagai host deIinitiI, sedangkan apabila terjadi siklus aseksual maka disebut sebagai host intermediet. Contohnya parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk dan siklus aseksual dalam tubuh manusia, maka nyamuk Anopheles adalah host deIinitiI dan manusia adalah host intermediet (Chandra, 2006). Vektor berperan dalam penularan arthropod-borne diseases. Arthropod-borne diseases merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersiIat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya kematian. Jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor berdasarkan jenis vektornya ditunjukkan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Arthropod-borne Diseases Berdasarkan Jenis Vektornya No. Vektor Penyakit 1. Nyamuk Malaria, Iilariasis, demam kuning, demam berdarah dengue, encephalitis 2. Lalat Rumah Thypus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentry bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, Irambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis, spirochaeta 3. Lalat Pasir Leishmaniasis, demam papataci, bartonellosis, demam phletobomus 4. Lalat Tsetse Trypanosomiasis, penyakit tidur 5. Lalat Hitam Oncheocerciasis 6. Tuma Kepala, Tuma Badan, dan Tuma Kemaluan pidemic typhus, epidemic relapsing fever, demam parit 7. Pinjal Penyakit sampar, endemic thypus 8. Kissing Bugs Penyakit chagas 9. Sengkenit Rickettsia, penyakit virus seperti demam berdarah, penyakit bakteri dan spirochaeta 10. Tungau Penyakit tsutsugamushi, demam remiten, lymphadenitis, splenomegali 11. Cyclops Penyakit akibat parasit Diplyllobothrium latum, Dracunculus mendinensis, dan Gnasthostoma spinigerum Sumber: Chandra, 2006 Berikut ini adalah daItar arthropoda parasit atau parasit yang menggunakan arthropoda sebagai vektor: Arthropoda Parasit Parasit dengan Vektor Arthropoda Kuda terbang vektor Trypanosoma spp. (Penyakit Tidur AIrika) adalah tse tse Ily Nyamuk, spesies apapun vektor dari Plasmodium spp. (Malaria) adalah nyamuk Aedes aegypti (demam kuning) vektor Dirofilaria immitis (heartworm Canine) adalah nyamuk Sarcoptes scabei. kudis menyebabkan vektor Onchocerca volvulus (Sungai Kebutaan) adalah lalat hitam kutu vektor Leishmania adalah lalat pasir Ichneumon tawon: serangga parasit vektor Babesia adalah centang TABUHAN BRAKONIDA: serangga parasit vektor Rickettsiae termasuk kutu dan kutu tubuh manusia Bed bug vektor kucing cacing pita adalah kutu Penyakit Manusia yang disebabkan oleh Parasit Arthropoda . 1. Nyamuk 4 Anopheles Malaria Malaria, ganas, EnseIalitis Viral, Wuchereria bancroIti & malayi 4 Culex Burung Malaria, EnseIalitis Viral, demam RiIt Valley (sakit kepala, pembengkakan), Wuchereria bancroIti 4 Aedes Kuning (jaundice), Dengue (tulang & nyeri sendi), demam RiIt Valley. 2. Agas Semua jenis Leishmaniasis, penyakit Carrion (anemia, nodul kulit), demam sandIly, Harrara (R alergi parah untuk menggigit). 3. Simulidae Onchocerciasis, Presbydermis, Hang Selangkangan 4. Culicoides (Ceratopogonidae) M. Ozzardi & Perstans -~ Filariasis 5. Chrysops Loa Loa -~ Loaisis 6. Musca domestica TiIoid, Poliomielitis, disentri basiler, Myiasis Terkadang 7. Stomoxys Trypanosomes, Leishmaniasis cutaneous, Malaria, Myiasis Terkadang 8. Glossina (Tse Tse) Tidur Manusia Penyakit (akut atau kronis) 9. Calliphoridae Keluarga (Calliphora, Lucilia, Chrysomia, Sacrophaga, WohlIartia) Semi-spesiIik Myiasis 10. Oesteridae SpesiIik jenis Myiasis 11. Kutu (Anoplura) 4 Pediculus (capitis & Corporis) Vagamond yang DSE (dermatitis, hiperpigmentasi), TiIus, Rickettsia, demam Trench & Epidemi Relapsing. 4 Phthirius pubis Pengembara yang DSE, gatal, mata-tutup peradangan 12. ed ugs (Cimex) Hepatitis B Virus (dugaan), Menggigit pada malam hari -~ kegelisahan & insomnia 13. ugs bersayap (Reduvida) Chaga yang DSE (oleh T. cruzi) 14. Kutu Wabah (Ant. Station), TiIus Rickettsia (Post. Station), H. Nana & Diminuta (melalui Tikus), D. caninum (melalui Anjing / Kucing), Chigger yang DSE (pembengkakan nodular, ulserasi, inIeksi bakteri 2ry), Dermatitis (karena menggigit) 15. Kutu 4 Umumnya Kelumpuhan Tick, Tick Dermatosis 4 Keras Kutu suatu. Demam -~ Q, Rocky Mountain Spotted, Tick AIrika, Colorado Tick, Dengue, virus MeningoenseIalitis b. Lyme DSE, Tuleramia, Babesiosis 4 SoIt Kutu Demam -~ Q, Penyebaran Relapsing 16. Tungau 4 Itch Mite (Scabei) Kudis (vesikel, menggaruk, 2ry B. inIeksi) 4 Kutu rambut Iolikel (D. Follicrum) Jerawat, Kepala Hitam, blepharitis 4 Red Mite (T. Akamushi) Dermatitis, Ruam, Punched-out Bisul 4 Tungau Debu Rumah Dermatitis, Asma, Rhinitis bronkial Gatal, konjungtiva 4 Penyimpanan Tungau Dermatitis, Pencernaan & Pernapasan Gejala, Gatal konjungtiva 17. Kalajengking Kelumpuhan, Kejang, Shock, Edema, miokardium, Lokal (sakit parah, gatal, mati rasa) 18. Cyclops Diphyllobothrium Latum / mansoni, Madinah Worm http.//www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf.) D. Klasifikasi Vektor Arthropoda (arthropous) adalah Iilum dari kerajaan binatang yang termasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachnida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting secara medis, sebagai parasit, atau vektor organismeyang dapat menularkan penyakit pada manusia. KlasiIikasi arthropoda sebagai vektor penyakit secara rinci sebagai berikut (Chandra, 2006). Arthropoda membentuk kumpulan besar hewan coelomate kecil dengan "kaki bersendi" (maka nama arthro-polong). Mereka menunjukkan segmentasi tubuh mereka (metamerism) yang sering bertopeng pada orang dewasa karena mereka 10-25 segmen tubuh digabungkan menjadi 2-3 kelompok-kelompok fungsional (disebut tagmata). Mereka menunjukkan berbagai tingkat cephalization dimana elemen saraf, reseptor sensorik dan struktur makan terkonsentrasi di wilayah kepala. Arthropoda memiliki exoskeleton kutikula yang kaku terutama terdiri dari protein kecokelatan dan kitin. Exoskeleton biasanya keras, tidak larut, hampir dicerna dan diresapi dengan garam kalsium atau ditutupi dengan lilin. Exoskeleton memberikan perlindungan fisik dan fisiologis dan berfungsi sebagai tempat untuk lampiran otot. Piring rangka bergabung dengan membran fleksibel dan artikular sendi engsel atau pivot terbuat dari chondyles dan soket. 1. Kelas Insecta memiliki 3 bagian tubuh yang berbeda, umumnya disebut kepala, dada dan perut. epala memiliki 2 antena dan thorax memiliki 6 kaki diatur dalam 3 pasang bilateral. Banyak spesies serangga juga memiliki 2 pasang sayap yang melekat pada thorax. Spesies serangga parasit kutu termasuk, lalat dan kutu yang aktif makan pada jaringan host dan cairan pada beberapa tahap dalam siklus kehidupan mereka. 1.1 osquito (Nyamuk) 1.1.1 Anophelesne
Gambar 2.2 Lalat Rumah (usca domestica) 1.2.2 Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus) 1.2.3 Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina) 1.2.4 Blackflies (lalat hitam, genus Simulium) Lalat dan Nyamuk adalah serangga bersayap dengan dua pasang sayap yang melekat pada dada dan kepala baik dikembangkan dengan organ sensorik dan makan. Mereka mengalami metamorfosis lengkap melibatkan tahap pupation. Spesies yang berbeda bervariasi dalam kebiasaan makan mereka, baik sebagai orang dewasa (parasit atau hidup bebas) dan larva (parasit atau gratis-hidup). Ada lebih dari 120.000 spesies yang termasuk 140 keluarga. Dua subordo utama diakui berdasarkan perbedaan struktural, Nematocera (tahap dewasa parasit, tahap larva seringkali berenang bebas) dan Brachycera (tahap dewasa parasit atau hidup bebas, tahap larva sering predaceous). 1.3 Human Lice (Tuma) adalah parasit epidermal dari vertebrata darat yang dapat menyebabkan anemia, dermatosis, kelumpuhan, otoacariasis dan inIeksi lain (mengirimkan virus, bakteri, riketsia, spiroketa, protozoa dan cacing patogen). Mereka makan terutama pada darah dan mulut mereka dipersenjatai dengan kecil menghadap ke belakang gigi untuk membantu dalam lampiran. Semua kutu mengalami metamorIosis bertahap / tidak lengkap dimana instar larva dan NIMFA menyerupai orang dewasa. Integumen relatiI tebal dan respirasi terjadi melalui spirakel (biasanya hanya satu pasangan) dan trakea. Dua keluarga utama dari kutu diakui berdasarkan Iitur morIologi banyak: para Ixodidae (kutu keras dengan kutikula tangguh dan tameng anterodorsal besar) dengan beberapa spesies yang menduduki 650 mamalia, burung dan reptil, dan Argasidae (kutu lembut dengan integumen kasar dan tidak ada tameng) dengan 160 spesies yang menduduki terutama burung dan beberapa mamalia. 1.3.1 Head and body lice (tuma kepala atau Pediculus humanus var capitis dan tuma badan atau Pediculus humanus var corporis)
Gambar 2.3 Kutu Kepala (Pediculus humanus)
1.3.2 Crab lice (tuma kemaluan atau Phthirus pubis) 1.4 Fleas (Pinjal) 1.4.1 Rat fleas (pinjal tikus). Beberapa pinjal tikus yang penting untuk bidang media adalah sebagai berikut: 1.4.1.1 Rat fleas (oriental) 1.4.1.1.1 Xenopsylla chepis 1.4.1.1.2 Xenopsylla astila 1.4.1.1.3 Xenopsylla bra:iliensis 1.4.1.2 Rat fleas (temperate :one) yaitu Nospsylla fasciatus
Gambar 2.4 Pinjal Tikus 1.4.2 Human fleas yaitu Pulex irritans 1.4.3 Dog and cat fleas yaitu Ctenocephalus felis 1.4.4 Reduviid bugs (kissing bugs, Penggigit Muka)
2. Kelas 7achnida memiliki bagian-bagian tubuh 2 dikenal sebagai prosoma (atau cephalothorax) dan opisthosoma (atau perut). Cephalothorax memiliki 8 kaki diatur dalam 4 pasang bilateral dan arakhnida tidak memiliki sayap atau antena. Assemblages parasit penting adalah kutu dan tungau yang menggigit jaringan dan makan dari cairan host 2.1 Tick (Sengkenit) 2.1.1 Hard Ticks (sengkenit keras, Iamili Ixodidae) 2.1.2 Soft Ticks (sengkenit keras, Iamili Argasidae).
Gambar 2.5 Sengkenit
2.2 ites (Chiggers, Iamili Trombidiidae) adalah arakhnida mikroskopis yang mengalami metamorIosis bertahap atau tidak lengkap. Orang dewasa dan nimIa memiliki 4 pasang kaki sedangkan larva memiliki 3 pasang. Lebih dari 30.000 spesies tungau telah diuraikan, banyak spesies hidup bebas, parasit beberapa tanaman sementara yang lain parasit pada host terestrial dan perairan. Kebanyakan parasit spesies pakan pada sisa- sisa kulit atau getah bening menghisap, beberapa liang ke dalam kulit, beberapa hidup di Iolikel rambut, dan beberapa di kanal telinga. Mulut mereka, tetapi variabel dalam bentuk hypostome tidak pernah dipersenjatai dengan gigi. Integumen adalah perintah biasanya tipis dan tiga diakui berdasarkan sistem pernapasan mereka: Mesostigmata dengan spirakel pernapasan (stigmata) dekat coxae ketiga; yang Prostigmata (TrombidiIormes) dengan spirakel antara chelicerae atau di hysterosoma dorsal; dan Astigmata (SarcoptiIormes) tanpa sistem trakea karena mereka bernaIas melalui tegument tersebut. 2.2.1 Leptotrombidium dan Trombiculid mites (tungau musim panen, tungau merah) 2.2.2 Itch mites (tungau kudis, scabies, Iamili Sascoptidae) http.//depts.washington.edu/molmed/courses/conf504/2007/session2/hemingwaytrendsparasito l0706.pdf.) . Kelas 7:stacae yaitu clops Beberapa jenis tikus (rodensia) pembawa vektor penyakit adalah Rattus norvegicus, Rattus rattus diardi, us musculus. Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang di tanah dan hidup dilibang tersebut. Sebaliknya Rattus rattus diardii (tikus rumah) tidak tinggal di tanah tetapi disemak-semak dan atau diatap bangunan. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan telapak kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali bantalan telapak kakinya halus. us musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak penyimpanan atau laci (Depkes RI, 2011). E. Kesimpulan Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia. Organisme yang berperan sebagai vektor penyakit yaitu arthropoda, yang sebagian dibawa oleh tikus (seperti pinjal dan kutu). Vektor berperan penting dalam penularan berbagai penyakit parasit dan virus berbahaya, seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), serta berbagai jenis penyakit berbahaya lainnya yang biasa disebut vector-borne diseases atau arthropod-borne diseases. Peran vektor yang signiIikan dalam penularan penyakit menyebabkan diperlukannya pengendalian vektor secara eIektiI. Pengendalian vektor secara umum dapat dilakukan secara lingkungan, kimiawi, biologi, genetik, penggunaan perangkap, dan penggunaan racun. Pengendalian secara terpadu dapat dilakukan untuk mencapai keeIektiIan dalam pemberantasan vektor penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Departeman Kesehatan RepubIik Indonesia. 2011. Pedoman Pengendalian Tikus. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian20tikus.pdI. Diakses tanggal 5 Maret 2011. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue. http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/DEMAMBERDARAH1.pdI. Diakses tanggal 9 Maret 2011. Hemingway, Beaty, Rowland, Scott, and Sharp. 2006. The Innovative Vector Control Consortium: Improved Control oI Mosquito-Borne Diseases. Science Direct, Trends in Parasitology Jol. 22 No.7 July 2006. Diakses tanggal 5 Maret 2006. Natadisastra dan Agoes. 2005. Parasitologi Kedokteran. Ditinfau dari Organ Tubuh yang Diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Nurhayati, Siti. 2005. Prospek Pemanfaatan Radiasi dalam Pengendalian Jektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Artikel Iptek Ilmiah Populer, Agustus dan Desember 2005, 17-23. http://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi202005/SNBAlaraVol71202Des05. pdI. Diakses tanggal 5 Maret 2011. Nurmaini. 2006. Identifikasi, Jektor dan Binatang Pengganggu Serta Pengendalian Anopheles Aconitus Secara Sederhana. Diakses tanggal 4 Maret 2011. World Health Organization (WHO). 1993. Kader Kesehatan asyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.